Askep Tetanus

32
askep tetanus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman. Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah resiko tinggi dengan cakupan imunisasi DPT yang rendah. Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di mana-mana. Kuman.C. tetani tersebar luas ditanah, terutama tanah garapan, dan dijumpai pula pada tinja manusia dan hewan. Perawatan luka yang kurang baik di samping penggunaan jarum suntik yang tidak steril (misalnya pada pecandu narkotik).merupakan beberapa faktor yang sering dijumpai sebagai pencetus tirribulnya tetanus. Tetanus dapat menyerang semua golongan umur, mulai dari bayi

description

askep

Transcript of Askep Tetanus

Page 1: Askep Tetanus

askep tetanus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa

disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium

tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman. Tetanus adalah

penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan

kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani

Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah resiko tinggi

dengan cakupan imunisasi DPT yang rendah. Reservoir utama kuman ini adalah tanah

yang mengandung kotoran ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan

sangat tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di

mana-mana.

Kuman.C. tetani tersebar luas ditanah, terutama tanah garapan, dan dijumpai

pula pada tinja manusia dan hewan. Perawatan luka yang kurang baik di samping

penggunaan jarum suntik yang tidak steril (misalnya pada pecandu

narkotik).merupakan beberapa faktor yang sering dijumpai sebagai pencetus

tirribulnya tetanus. Tetanus dapat menyerang semua golongan umur, mulai dari bayi

(tetanus neonatorum), dewasa muda (biasanya pecandu narkotik) sampai orang-orang

tua. Dari Program Nasional Surveillance Tetanus di Amerika serikat diketahui rata-

rata usia pasien tetanus dewasa berkisar antara 50-57 tahun.

Berdasar tingkat kejadian ( epidemiologi ) tersebut maka kelompok tertarik

untuk membahas tentang ASKEP pada tetanus .

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat dirumuskan masalah

dari makalah ini sebagai berikut:

Page 2: Askep Tetanus

1.2.1 Apakah pengertian dari tetanus?

1.2.2 Bagaimanakah anatomi dan fisiologi dari clostridium tetani?

1.2.3 Apakah penyebab dari tetanus?

1.2.4 Bagaimanakah patofisiologi dari tetanus?

1.2.5 Bagaimanakah manifestasi klinis dari klien tetanus?

1.2.6 Bagaimanakah penatalaksanaan dari tetanus?

1.2.7 Apakah pemeriksaan penunjang dari klien tetanus?

1.2.8 Apakah komplikasi dari tetanus?

1.2.9 Bagaimana Proses Asuhan Keperawatan Pada klien dengan tetanus?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah agar kelompok dapat

memahami tentang proses keperawatan tetanus secara teoritis

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari makalah ini adalah :

1.3.2.1 Dapat memahami pengertian dari tetanus

1.3.2.2 Dapat memahami anatomi dan fisiologi dari clostridium tetani

1.3.2.3 Dapat mengetahui dan memahami penyebab dari tetanus

1.3.2.4 Dapat memahami patofisiologi dan proses perjalanan penyakit ( WOC ) dari tetanus

1.3.2.5 Dapat mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari klien tetanus

1.3.2.6 Dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada pasien tetanus

Page 3: Askep Tetanus

1.3.2.7 Dapat mengetahui dan memahami bentuk – bentuk pemeriksaan penunjang pada klien

tetanus

1.3.2.8 Dapat mengetahui dan memahami komplikasi pada klien tetanus

1.3.2.9 Dapat membuat Asuhan keperawatan pada klien tetanus secara teoritis

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1.1 Pengertian tetanus

Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa

disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium

tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman. Tetanus adalah

penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan

kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani

Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium

tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh

badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tetanus adalah penyakit

infeksi yang diakibatkan oleh toksin kuman Clostridium tetani,yang ditandai dengan

gejala kekakuan dan kejang otot.

1.2 Anatomi dan fisiologi dari clostridium tetani

Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x

0,4 - 0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk golongan Gram positif dan

hidupnya anaerob. Spora dewasa mempunyai bagian yang ber bentuk bulat yang

letaknya di ujung, penabuh genderang (drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang

bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanospasmin) mula-mula akan menyebabkan

kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin mi labil pada pemaanasan, pada suhu

650C akan hancur dalam 5 menit. Di samping itu dikenai pula tetanolisin yang bersifat

hemolisis, yang perannya kurang berarti dalam proses penyakit.

Page 4: Askep Tetanus

1.3 Etiologi dari tetanus

clostridium tetani yang sering kali tempat masuk kuman sukar diketahui

teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam

luka yang menyembuh , otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang

biaknya kuman yang menghasilkan endotoksin.

Port of entry tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga

melalui:

1. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar

2. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik

3. OMP, caries gigi

4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril.

5. Penjahitan luka robek yang tidak steril.

6. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksige

1.4 Patofisiologi tetanus

Bentuk spora dalam suasana anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatif

yang menghasilkan eksotoksin. Toksin ini menjalar intrakasonal sampai

ganglin/simpul saraf dan menyebabkan hilangnya keseimbanngan tonus otot sehingga

terjadi kekakuan otot baik lokal maupun mnyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot

bergaris, otot polos dan saraf otak juga terpengaruh.

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah

menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam

yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel

neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh

ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya

konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar

sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di

dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut

potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran

diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan

sel.

Page 5: Askep Tetanus

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular

Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau

aliran listrik dari sekitarnya

Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau

keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada orang

dewasa sirkulasi otak mencapai 15 % dari seluruh tubuh. Oleh karena itu kenaikan

suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu

yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas

muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke

seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter”

dan terjadi kejang. Kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya

disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot

skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh

metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan

suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan

mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

1.5 Manifestasi klinis pada klien tetanus

Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin

bertambah terutama pada rahang dan leher.

Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan :

Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme otot-otot

mastikatoris.

Kaku kuduk sampai epistotonus (karena ketegangan otot-otot erector

trunki)

Page 6: Askep Tetanus

Ketegangan otot dinding perut

Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin terdapat di kornu

anterior.

.Risus sardonikus karena spasme otot muka (alis tertarik ke atas),sudut

mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi.

Kesukaran menelan,gelisah, mudah terangsang, nyeri anggota badan

sering marupakan gejala dini.

Spasme yang khas , yaitu badan kaku dengan epistotonus, ekstremitas

inferior dalam keadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal

kuat. Keadaan tetap sadar. Spasme mula-mula intermitten diselingi

periode relaksasi. Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut

disertai rasa nyeri. Kadang-kadang terjadi perdarahan intramusculus

karena kontraksi yang kuat.

Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan

laring. Retensi urine dapat terjadi karena spasme otot urethral. Fraktur

kolumna vertebralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang

sangat kuat.

.Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir.

Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang peninggian

tekanan cairan otak.

Ada 3 bentuk klinik dari tetanus, yaitu:

tetanus local

otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan spasme pada bagian

paroksimal luak. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa minggu

dan menhilang tanpa sekuele.

Page 7: Askep Tetanus

Tetanus general

merupakan bentuk paling sering, timbul mendadak dengan kaku

kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung dan sakit kepala

merupakan manifestasi awal. Dalam waktu singkat konstruksi otot

somatik — meluas.Timbul kejang tetanik bermacam grup otot,

menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian

bawah. Pada mulanya spasme berlangsuang beberapa detik sampai

beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.

Tetanus segal : varian tetanus local yang jarang terjadi masa

inkubasi 1-2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan

muka.Paling menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX dan

XI tersering adalah saraf otak VII diikuti tetanus umum.

Menurut berat gejala dapat dibedakan 3 stadium :

Trismus (3 cm) tanpa kejang-lorik umum meskipun dirangsang.

Trismur (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang torik umum bila

dirangsang.

Trismur (1 cm) dengan kejang torik umum spontan.

1.6 Penatalaksanaan pada klien tetanus

1.6.1 Non Farmakologi

Merawat dan memebersihkan luka sebaik-baiknya.

Diet TKTP pemberian tergantung kemampuan menelan bila trismus makanan

diberi pada sonde parenteral.

Isolasi pada ruang yang tenang bebas dari rangsangan luar.

Page 8: Askep Tetanus

Menjaga jalan nafas agar tetap efisien

Mengatur cairan dan elektrolit.

1.6.2 farmakologi

.Antitoksin

Antitoksin 20.000 iu/1.m/5 hari. Pemberian baru dilaksanakan setelah

dipastikan tidak ada reaksi hipersensitivitas.

Anti kejang/Antikonvulsan

o Fenobarbital (luminal) 3 x 100 mg/1.M. untuk anak diberikan mula-mula 60-

100 mg/1.M lalu dilanjutkan 6 x 30 mg hari (max. 200 mg/hari).

o Klorpromasin 3 x 25 mg/1.M/hari untuk anak-anak mula-mula 4-6 mg/kg

BB.

o Diazepam 0,5-1,0 mg/kg BB/1.M/4 jam, dll

Antibiotik

Penizilin prokain 1, juta 1.u/hari atau tetrasiflin 1 gr/hari/1.V

Dapat memusnakan tetani tetapi tidak mempengaruhi proses neurologiknya.

1.7 Pemeriksaan penunjang untuk klien tetanus

Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya

meliputi :

Darah

o Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N <>

o BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan

indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.

o Elektrolit : K, Na

Page 9: Askep Tetanus

Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang Kalium ( N

3,80 – 5,00 meq/dl )

Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi

EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh

untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.

1.8 Komplikasi pada klien tetanus

Spame otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saripa) di dalam

rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat

terjadi pneumonia aspirasi.

Asfiksia

Atelektaksis karena obstruksi secret

Bab III

Asuhan Keperawatan Pada Tetanus

1. Pengkajian

a. Data subyektif

1. Biodata/Identitas

Biodata klien mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,

pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.

2. Keluhan utama

Page 10: Askep Tetanus

kejang

3. Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)

Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :

Apakah disertai demam ?

Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka

diketahui apakah infeksi. Infeksi memegang peranan dalam terjadinya

bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam..

Lama serangan

Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap

prognosa dan pengobatan.

Pola serangan

Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan

apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?

Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti

epilepsi mioklonik ?

Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan

kesadaran seperti epilepsi akinetik ?

Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara

tangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?

Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.

Frekuensi serangan

Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi

untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin

Page 11: Askep Tetanus

kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan

bangkitan kejang sering timbul.

Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan

Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah rangsangan tertentu yang dapat

menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain.

Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu

ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada

paralise, dan sebagainya ?

Riwayat penyakit sekarang yang menyertai

Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita

epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita

pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk

pertama kali ?

Apakah ada riwayat trauma kepala, luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing

dalam luka yang menyembuh , otitis media, dan cairies gigi, menunjang

berkembang biaknya kuman yang menghasilkan endotoksin.

5. Riwayat kesehatan keluarga.

Kebiasaan perawatan luka dengan menggunakan bahan yang kurang aseptik.

6. Riwayat sosial

Hubungan interaksi dengan keluarga dan pekerjaannya

7. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan

Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?

Page 12: Askep Tetanus

Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :

Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat

Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan,

pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis ?

Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan

yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan

obat-obatan pertolongan pertama.

Pola nutrisi

Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi Ditanyakan bagaimana kualitas dan

kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh klien ?

Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan anak ?

Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?

Pola Eliminasi :

BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan

bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta ditanyakan

apakah disertai nyeri saat kencing.

BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana

konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?

Pola aktivitas dan latihan

Pola tidur/istirahat

Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam berapa ?

Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?

b. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal : 36)

Page 13: Askep Tetanus

Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah,

nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu

tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum

kejang tanpa kelainan neurologi.

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala

Rambut

Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien

dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan

seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada

pasien.

Muka/ Wajah.

Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan

nervus cranial ?

Mata

Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman

penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?

Telinga

Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti

pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,

berkurangnya pendengaran.

Hidung

Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ?

Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?

Mulut

Page 14: Askep Tetanus

Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah?

Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?

Tenggorokan

Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring,

cairan eksudat ?

Leher

Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah

pembesaran vena jugulans ?

Thorax

Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,

frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi

Intercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?

Jantung

Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi

tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?

Abdomen

Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana

turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah

pembesaran lien dan hepar ?

Kulit

Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat

oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?

Ekstremitas

Page 15: Askep Tetanus

Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang?

Bagaimana suhunya pada daerah akral ?

Genetalia

Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi ?

c. Pemeriksaan Penunjang

Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya

meliputi :

1. Darah

Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N <>

BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi

nepro toksik akibat dari pemberian obat.

Elektrolit : K, Na

Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang

Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )

Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

2. Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi

3. EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh

untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil

biasanya normal.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti tentang

masalah pasien/klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan

keperawatan.

Page 16: Askep Tetanus

Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :

1. Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan serangan kejang berulang.

2. Risiko terjadinya ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan sekunder dari

depresi pernafasan

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret yang

berlebihan pad ajalan nafas atas.

4. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan penyakitnya berhubungan

dengan keterbatasan informasi yang ditandai

5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi eksotoksin

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana,

kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut. Rencana keperawatan

yang memberikan arah pada kegiatan keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Peningkatan kebutuhan kalori

yang tinggi, makan tidak adekuat.

Tujuan : nutrisi dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan dan

pertumbuhan normal.

Kriteria hasil :

§ Tidak terjadi dehidrasi

§ Tidak terjadi penurunan BB

§ Hasil lab. tidak menunjukkan penurunan albumin dan Hb

§ Tidak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi

Intervensi :

1. Catat intake dan output secara akurat.

2. Berikan makan minum personde tepat waktu.

Page 17: Askep Tetanus

3. Berikan perawatan kebersihan mulut.

4. Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress nafas.

5. Berikan formula yang mengandung kalori tinggi dan protein tinggi dan

sesuaikan dengan kebutuhan.

6.Ajarkan dan awasi penggunaan makanan sehari-hari.

7. Tegakkan diet yang ditentukan dalam bekerja sama dengan ahli gizi.

2. Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya

spasme pada otot faring)

Tujuan : kelancaran lalu lintas udara (pernafasan) terpenuhi secara maksimal.

Kriteria hasil :

§ Tidak terjadi aspirasi

§ Bunyi napas terdengar bersih

§ Rongga mulut bebas dari sumbatan

Intervensi :

1. Berikan O2 nebulizer

2. Ajarkan pasien tehnik batuk yang benar.

3. Ajarkan pasien atau orang terdekat untuk mengatur frekuensi batuk.

4. Ajarkan pada orang terdekat untuk menjaga kebersihan mulut.

5. Berikan perawatan kebersihan mulut.

6. Lakukan penghisapan bila pasien tidak dapat batuk secara efektif dengan melihat

waktu

3. Diagnosa Keperawatan : Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan kejang

berulang

Tujuan : Klien tidak mengalami cedera selama perawatan

Kriteria hasil :

1. Klien tidak ada cedera akibat serangan kejang

Page 18: Askep Tetanus

2. klien tidur dengan tempat tidur pengaman

3. Tidak terjadi serangan kejang ulang.

4. Suhu 36 – 37,5 º C , Nadi 60-80x/menit (bayi), Respirasi 16-20 x/menit

5. Kesadaran composmentis

Rencana Tindakan :

INTERVENSI RASIONAL

1. Identifikasi dan hindari faktor

pencetus

2. Tempatkan klien pada tempat

tidur yang memakai

pengaman di ruang yang

tenang dan nyaman

3. Anjurkan klien istirahat

4. Sediakan disamping tempat

tidur tongue spatel dan gudel

untuk mencegah lidah jatuh ke

belakng apabila klien kejang

5. Lindungi klien pada saat kejang

dengan :

- longgarakn pakaian

- posisi miring ke satu sisi

- jauhkan klien dari alat yang

dapat melukainya

- kencangkan pengaman

tempat tidur

1. Penemuan faktor pencetus untuk

memutuskan rantai penyebaran toksin

tetanus.

2. Tempat yang nyaman dan tenang dapat

mengurangi stimuli atau rangsangan yang

dapat menimbulkan kejang

3. efektivitas energi yang dibutuhkan

untuk metabolisme.

4. lidah jatung dapat menimbulkan

obstruksi jalan nafas.

5. tindakan untuk mengurangi atau

mencegah terjadinya cedera fisik.

6. dokumentasi untuk pedoman dalam

penaganan berikutnya.

7. tanda-tanda vital indikator terhadap

perkembangan penyakitnya dan

gambaran status umum klien.

8. efek samping dan efektifnya obat

diperlukan motitoring untuk tindakan

Page 19: Askep Tetanus

- lakukan suction bila banyak

sekret

6. Catat penyebab mulainya

kejang, proses berapa lama,

adanya sianosis dan

inkontinesia, deviasi dari mata

dan gejala-hgejala lainnya

yang timbul.

7. Sesudah kejang observasi TTV

setiap 15-30 menit dan

obseervasi keadaan klien

sampai benar-benar pulih dari

kejang

8. Observasi efek samping dan

keefektifan obat

9. Observasi adanya depresi

pernafasan dan gangguan

irama jantung

10. Lakukan pemeriksaan

neurologis setelah kejang

11. Kerja sama dengan tim :

- pemberian obat antikonvulsan

dosis tinggi

- pemeberian antikonvulsan

(valium, dilantin, phenobarbital)

- pemberian oksigen tambahan

lanjut.

9 dan 10 kompliksi kejang dapat terjadi

depresi pernafasan dan kelainan irama

jantung.

11. untuk mengantisipasi kejang, kejang

berulang dengan menggunakan obat

antikonvulsan baik berupa bolus, syringe

pump.

Page 20: Askep Tetanus

- pemberian cairan parenteral

- pembuatan CT scan

4. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang penanganan

penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga tentang penanganan penyakitnya dapat

meningkat.

Kriteria Hasil :

1. Klien dan keluarga dapat mengerti proses penyakit dan penanganannya

2. klien dapat diajak kerja sama dalam program terapi

3. klien dan keluarga dapat menyatakan melaksanakan penejlasan dna pendidikan

kesehatan yang diberikan.

Rencana tindakan:

INTERVENSI RASIONAL

1.Identifikasi tingkat pengetahuan

klien dan keluarga

2.Hindari proteksi yang berlebihan

terhadap klien , biarkan klien

melakukan aktivitas sesuai

dengan kemampuannya.

3. ajarkan pada klein dan keluarga

tentang peraawatan yang harus

dilakukan sema kejang

4.jelaskan mempertahankan status

kesehatan yang optimal dengan

diit, istirahat, dan aktivitas yang

1.Tingkat pengetahuan penting untuk

modifikasi proses pembelajaran orang

dewasa.

2. tidak memanipulasi klien sehingga ada

proses kemandirian yang terbatas.

3.kerja sama yang baik akanmembantu

dalam proses penyembuhannnya

4.status kesehatan yang baik membawa

damapak pertahanan tubuh baik

sehingga tidak timbul penyakit

penyerta/penyulit.

Page 21: Askep Tetanus

dapat menimbulkan kelelahan.

5. jelasakan tentang efek samping

obat (gangguan penglihatan,

nausea, vomiting, kemerahan

pada kulit, synkope dan

konvusion)

6. jaga kebersihan mulut dan gigi

secara teratur

5.efek samping yang ditemukan secara

dini lebih aman dalam penaganannya.

6.Kebersihan mulut dan gigi yang baik

merupakan dasar salah satu

pencegahan terjadinya infeksi

berulang.

4. Implementasi/Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.

Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien

( Santosa. NI, 1989;162 )

5. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif

dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai

atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan

analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Page 22: Askep Tetanus

Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,

bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh

badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka.

Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 – 0,5

milimikron yang berspora termasuk golongan gram positif dan hidupnya anaerob. Kuman

mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik.

Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku, pecahan

kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kototr dan pada bayi dapat melalui

tali pusat. Organisme multipel membentuk 2 toksin yaitu tetanuspasmin yang merupakan

toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot,

dan mempngaruhi sistem saraf pusat.

Pencegahan pada tetanus meliputi antara lain: Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11

Bulan, Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X, Pencegahan terjadinya luka &

merawat luka secara adekuat, Pemberian anti tetanus serum

4.2 Saran

Tetanus dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia

3-11 Bulan, Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X, Pencegahan terjadinya

luka & merawat luka secara adekuat, Pemberian anti tetanus serum.

DAFTAR PUSTAKA

An, Sudoyo w,dkk . ( 2006 ). Ilmu Penyakit Dalam Jilid Ii Edisi Iv.Jakarta:Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Doengoes, E.M .( 2000 ) . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC

Gayton. ( 1997 ). Fisiologi Kedokteran .Jakatra:EGC

Price, Sylvia, A . ( 1999 ) .Patofisiologi :Konsep Klinis Proses – Prose Penyak Buku I

.Jakarta :EGC

Page 23: Askep Tetanus

Sudarth . ( 2002 ) . Keperwatan Medical Bedah Edisi 8 vol 2.Jakarta :EGC