Crs Tetanus

21
BAB I PENDAHULUAN Tetanus adalah penyakit yang mengenai sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin yaitu neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, yang ditandai dengan spasme tonik persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras. 1,2, C. tetani termasuk dalam bakteri Gram positif, anaerob obligat , dapat membentuk spora, dan berbentuk drumstick.Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui luka dalam bentuk spora. Penyakit akan muncul bila spora tumbuh menjadi bentuk vegetatif yang menghasilkan tetanospasmin pada keadaan tekanan oksigen rendah, nekrosis jaringan atau berkurangnya potensi oksigen. 1,2 Manifestasi klinis tetanus bervariasi dari kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang yang hebat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi.Penatalaksanaan meliputi tatalaksana umum, netralisir toksin, eliminasi bakteri, suportif terapi dan konsultasi bila perlu. Tingkat keparahan dan prognosis dari tetanus dapat dilihat dengan grading tetanus. 1,2 1

Transcript of Crs Tetanus

Page 1: Crs Tetanus

BAB I

PENDAHULUAN

Tetanus adalah penyakit yang mengenai sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin

yaitu neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, yang ditandai dengan spasme tonik

persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras.1,2,

C. tetani termasuk dalam bakteri Gram positif, anaerob obligat, dapat membentuk spora,

dan berbentuk drumstick.Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui

luka dalam bentuk spora. Penyakit akan muncul bila spora tumbuh menjadi bentuk vegetatif

yang menghasilkan tetanospasmin pada keadaan tekanan oksigen rendah, nekrosis jaringan atau

berkurangnya potensi oksigen.1,2

Manifestasi klinis tetanus bervariasi dari kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang

yang hebat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat

imunisasi.Penatalaksanaan meliputi tatalaksana umum, netralisir toksin, eliminasi bakteri,

suportif terapi dan konsultasi bila perlu. Tingkat keparahan dan prognosis dari tetanus dapat

dilihat dengan grading tetanus.1,2

1

Page 2: Crs Tetanus

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Abdul Sani

Umur : 50 th

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jelutung

Pekerjaan : Buruh

MRS : 17/07/2013

2.2 Anamnesis

a. Keluhan Utama : Os mengeluh sakit saat menelan± 2 hari SMRS

b. Riwayat Perjalanan Penyakit :

Os datang dengan keluhan susah menelan sejak ±2 hari yang lalu, perut kembung (+),

demam(-),mual(-),muntah(-),mulut tidak bisa dibuka,riwayat luka di jari tengah tangan kiri sejak

10 hari yang lalu akibat terkena mesin suhu,ketika terkena luka os langsung di bawa ke RS dan

luka nya dibersihkan serta di jahit,riwayat pemberian ATS (-),kejang (+),saat kejang pasien

dalam keadaan sadar.kejang terjadi selama ±5 menit.

c. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit yang sama disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ditemukan keluarga dengan keluhan penyakit yang

sama.

2.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

GCS : 15 (E 4 M 6 V 5)

Tanda vital : Tekanan Darah : 120/90 mmHg

Nadi : 20x/menit

RR :16x/menit

Kepala : Normochepal

2

Page 3: Crs Tetanus

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),

kaku kuduk (+)

Mulut : Trismus (+)

Mata : Konjungtiva Anemis (-/-),Sklera Ikterik(-/-),Pupil isokor

THT : dbn

Thorax :

Pemeriksaan Dekstra Sinistra

Inspeksi Simetris, Retraksi (-) Simetris, Retraksi (-)

Palpasi Kuat angkat Kuat angkat

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi

Pulmo : Vesikuler,

rhonki -/-,

wheezing -/-

Pulmo : Vesikuler, rhonki -/-,

wheezing -/-

Cor : BJ I-II regular, murmur (-),

gallop (-)

Abdomen :

Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

Inspeksi Datar, sikatrik (-), distensi (-)

Auskultasi BU (+) normal

Palpasi Defans muscular (+)

PerkusiTimpani di seluruh lapangan abdomen, nyeri ketok

CVA (-/-)

Ekstremitas :

- Superior : Akral hangat, edema (-/-)

- Inferior : Akral hangat, pitting edema pretibial (-/-)

2.4 Laboratorium

1. Laboratorium

3

Page 4: Crs Tetanus

a. Darah rutin

Tabel 1. Hasil pemeriksaan darah rutin

Jenis Pemeriksaan 17 / 07/ 13 Nilai normalWBC (2,0-10,0 103/mm3) 7,8 3,5-10,0RBC (3,80-5,80 106/mm3) 4,48 3,80-5,80HGB (11,0-16,5 g/dl) 12,7 11,0-16,5HCT (35,0-50,0 %) 39,7 35,0-50,0PLT (150-390 103/mm3) 218 150-390PCT (0,100-0,500 %) 0,158 ,100-,500MCV (80-97 µm3) 89 80-97MCH (26,5-33,5 pg) 28,4 26,5-33,5MCHC (31,5-35,0 g/dl) 32,1 31,5-35,0RDW (10,0-15,0 %) 13,5 10,0-15,0MPV (6,5-11,0 µm3) 7,2 6,5-11,0PDW (10,0-18,0 %) 16,4 10,0-18,0DIFF:% LYM (17,0-48,0 %) 46,7 17,0-48,0% MON (4,0-10,0 %) 4,9 4,0-10,0% GRA (43,0-76,0 %) 48,4 43,0-76,0# LYM (1,2-3,2 103/mm3) 3,6 1,2-3,2# MON (0,3-0,8 103/mm3) 0,3 0,3-0,8# GRA (1,2-6,8 103/mm3) 3,9 1,2-6,8LED (L<10; P<15/Jam)MalariaGol. darahRhesusMasa Pendarahan (1-3 mnt)Masa Pembekuan (2-6 mnt)

2.5 Diagnosis Kerja

Observasi Tetanus

2.6 Tatalaksana

- IVFD RL 20 tetes/menit

- Metronidazole 3x500 mg

- Penicillin Prokain 3x1,2 juta IU (IM)

- ATS 20.000 IU selama 5 hari

- Diazepam I.V 3x2 mg

4

Page 5: Crs Tetanus

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tetanus

3.1.1 Definisi

Tetanus adalah Gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan

spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan

oleh Clostridium tetani.3

3.1.2 Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh Clostridium tetani, merupakan basil Gram positif anaerob.

Bakteri ini non capsulated dan berbentuk spora, yang tahan panas, pengeringan dan desinfektan.

Spora adalah di mana-mana dan ditemukan di tanah, debu rumah, usus hewan dan kotoran

manusia. Spora ini akan memasuki tubuh penderita, lalu mengeluarkan toksin yang bernama

tetanospasmin.3,7

3.1.3 Epidemiologi

Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah resiko tinggi dengan

cakupan imunisasi DPT yang rendah.Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang

mengandung kotoran ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan

sangat tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di

mana-mana.3

3.1.4 Manifestasi Klinik

Masa inkubasi 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau lebih lama 3 atau beberapa

minggu).Makin pendek masa inkubasi makin jelek prognosisnya.Terdapat hubungan antara jarak

tempat invasi Clostridium tetani dengan susunan saraf pusat dan interval antara luka dan

permulaan penyakit, dimana makin jauh tempat invasi maka masa inkubasi makin panjang.

Manifestasi klinis tetanus terdiri atas 4 macam yaitu:3

1. Tetanus lokal

5

Page 6: Crs Tetanus

Tetanus lokal merupakan bentuk penyakit tetanus yang ringan dengan angka

kematiansekitar 1%.Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai rasa sakit

pada otot disekitar atau proksimal luka.Tetanus lokal dapat berkembang menjadi tetanus umum.

2. Tetanus sefal

Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa inkubasi 1-2 hari, yang

disebabkan oleh luka pada daerah kepala atau otitis media kronis.Gejalanya berupa trismus,

disfagia, rhesus sardonikus (senyum seseorang yang sedang menderita) disfungsi nervus

kranial.Tetanus sefal jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus umum dan prognosisnya

biasanya jelek.

3. Tetanus umum

Bentuk tetanus yang paling sering ditemukan. Gejala klinis dapat berupa berupa trismus,

iritable, kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan perut (opistotonus), fleksi-abduksi

lengan serta ekstensi tungkai, rasa sakit dan kecemasan yang hebat serta kejang umum yang

dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang

tetap baik.

4. Tetanus neonatorum

Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi talipusat,umumnya

karena tehnik pemotongan tali pusat yang aseptik dan ibu yangtidakmendapat imunisasi yang

adekuat.Gejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk menetek,kelemahan, irritable

diikuti oleh kekakuan dan spasme. Posisi tubuh klasik: trismus, kekakuan pada otot punggung

menyebabkan opisthotonus yang berat dengan lordosis lumbal. Bayi mempertahankan

ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari

mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari-

jari kaki.Kematian biasanya disebabkan henti nafas,hipoksia, pneumonia,kolaps sirkulasi dan

kegagalan jantung paru.

3.1.5 Patofisiologi

6

Terpapar kuman Clostridium

Page 7: Crs Tetanus

Tonus otot Menempel pada Cerebral Mengenai Saraf SimpatisGangliosides

Menjadi kaku Kekakuan dan kejang khas -Keringat berlebihanpada tetanus -Hipertermi

-Hipotermi-Aritmia-Takikardi

Hipoksia berat

O2 di otak

Kesadaran

-Ketidakefektifan jalan -Hipoksemia-Ggn. Nutrisi nafas -Ggn. Perfusi Jaringan

-Gangguan Komunikasi Verbal -Ggn. Pertukaran Gas

3.1.6 Klasifikasi

• Grade 1 (ringan)

Trismus ringan sampai sedang, spamisitas umum, tidak ada penyulit pernafasan, tidak ada

spasme, sedikit atau tidak ada disfagia.

• Grade 2 (sedang)

7

Eksotoksin

Pengangkutan toksin melewati saraf motorik

Ganglion Sumsum Tulang Belakang

Otak

Saraf Otonom

Hilangnya keseimbangan tonus

Kekakuan

Sistem Sistem Pernafasan

Page 8: Crs Tetanus

Trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan atau sedang namun singkat,penyulit

pernafasan sedang dengan takipneu.

• Grade 3 (berat)

Trismus berat, spastisitas umum, spasme spontan yang lam dan sering, serangan apneu, disfagia

berat, spasme memanjang spontan yang sering dan terjadi reflek,penyulit pernafasan disertai

dengan takipneu, serangan apneu, disfagia berat, takikardi,aktivitas sistem saraf otonom sedang

yang terus meningkat.

3.1.7 Penegakkan Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi :

1. Adanya riwayat luka

2. Riwayat tidak diimunisasi atau imunisasi tidak lengkap

3. Trismus, disfagia, rhisus sardonikus, kekakuan pada leher, punggung, dan otot perut

(opistotonus), rasa sakit serta kecemasan.

4. Pada tetanus neonatorum keluhan awal berupa tidak bisa menetek

5. Kejang umum episodik dicetuskan dengan rangsang minimal maupun spontan dimana

kesadaran tetap baik.

Setelah diagnosis tetanus dibuat harus ditentukan derajat keparahan penyakit. Beberapa

sistem skoring tetanus dapat digunakan, diantaranya adalah skor Phillips, Dakar, Ablett, dan

Udwadia. Sistem skoring tetanus juga sekaligus bertindak sebagai penentu prognosis. 6

Tabel 2. Skor Phillips untuk menilai derajat tetanus

8

Page 9: Crs Tetanus

Sistem skoring menurut Phillips dikembangkan pada tahun 1967 dan didasarkan pada

empat parameter, yaitu masa inkubasi, lokasi infeksi, status imunisasi, dan faktor pemberat. Skor

dari keempat parameter tersebut dijumlahkan dan interpretasinya sebagai berikut: (a) skor < 9

tetanus ringan, (b) skor 9-18 tetanus sedang, dan (c) skor > 18 tetanus berat.

Tabel 3. Sistem skoring tetanus menurut Ablett

Grade I (ringan)

Trismus ringan hingga sedang, spastisitas general, tidak ada distres pernapasan, tidak ada spasme dan disfagia.

Grade II (sedang)

Trismus sedang, rigiditas yang tampak, spasme ringan hingga sedang dengan durasi pendek, takipnea ≥ 30 kali/menit, disfagia ringan.

Grade III A (berat)

Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme spontan yang memanjang, distres pernapasan dengan takipnea ≥ 40 kali/menit, apneic spell, disfagia berat, takikardia ≥ 120 kali/menit.

Grade III B (sangat berat)

Keadaan seperti pada grade III ditambah disfungsi otonom berat yang melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipertensi berat dan takikardia bergantian dengan hipotensi relatif dan bradikardia, salah satunya dapat menjadi persisten.

Sistem skoring menurut Ablett juga dikembangkan pada tahun 1967 dan menurut beberapa

9

Parameter Nilai

Masa inkubasi

Lokasi infeksi

Status imunisasi

Faktor pemberat

< 48 jam2-5 hari6-10 hari11-14 hari> 14 hari

Internal dan umbilikalLeher, kepala, dinding tubuhEkstremitas atasEkstremitas bawahTidak diketahui

Tidak adaMungkin ada/ibu mendapatkan imunisasi (pada neonatus)> 10 tahun yang lalu< 10 tahun yang laluImunisasi lengkap

Penyakit atau trauma yang mengancam nyawaKeadaan yang tidak langsung mengancam nyawaKeadaan yang tidak mengancam nyawaTrauma atau penyakit ringanASA derajat I

54321

54321

108420

108421

Page 10: Crs Tetanus

literatur merupakan sistem skoring yang paling sering digunakan. Udwadia (1992) kemudian

sedikit memodifikasi sistem skoring Ablett dan dikenal sebagai skor Udwadia.

Tabel 4. Sistem skoring tetanus menurut Udwadia

Sistem skoring lainnya diajukan pada pertemuan membahas tetanus di Dakar, Senegal pada

tahun 1975 dan dikenal sebagai skor Dakar. Skor Dakar dapat diukur tiga hari setelah muncul

gejala klinis pertama.

Tabel 5. Sistem skoring Dakar untuk tetanus

Skor total mengindikasikan keparahan dan prognosis penyakit sebagai berikut:

Skor 0-1 : tetanus ringan dengan tingkat mortalitas < 10%

Skor 2-3 : tetanus sedang dengan tingkat mortalitas 10-20%

Skor 4 : tetanus berat dengan tingkat mortalitas 20-40%

Skor 5-6 : tetanus sangat berat dengan tingkat mortalitas > 50%

3.1.8 Diagnosis Banding

10

Grade I (ringan) Trismus ringan hingga sedang, spastisitas general, tidak ada distres pernapasan, tidak ada spasme dan disfagia.

Grade II (sedang) Trismus sedang, rigiditas yang tampak, spasme ringan hingga sedang dengan durasi pendek, takipnea ≥ 30 kali/menit, disfagia ringan.

Grade III (berat) Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme spontan yang memanjang, distres pernapasan dengan takipnea ≥ 40 kali/menit, apneic spell, disfagia berat, takikardia ≥ 120 kali/menit, keringat berlebih, dan peningkatan salivasi.

Grade IV (sangat berat) Keadaan seperti pada grade III ditambah disfungsi otonom berat yang melibatkan sistem kardiovaskuler: hipertensi menetap (> 160/100 mmHg), hipotensi menetap (tekanan darah sistolik < 90 mmHg), atau hipertensi episodik yang sering diikuti hipotensi.

Faktor prognostik Skor 1 Skor 0

Masa inkubasi < 7 hari ≥ 7 hari atau tidak diketahui

Periode onset < 2 hari ≥ 2 hari

Tempat masukUmbilikus, luka bakar, uterus, fraktur terbuka, luka operasi,

injeksi intramuskular

Penyebab lain dan penyebab yang tidak diketahui

Spasme Ada Tidak ada

Demam > 38.4oC < 38.4oC

Takikardia Dewasa  > 120 kali/menitNeonatus > 150 kali/menit

Dewasa  < 120 kali/menitNeonatus < 150 kali/menit

Page 11: Crs Tetanus

Tabel 6. Diagnosis banding tetanus.

3.1.9 Tatalaksana

a. Umum

Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran

toksin,mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pemafasan sampai pulih. Dan tujuan

tersebut dapat diperinci sbb :4,5

1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa:

- Membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik), membuang

benda asing dalam luka serta kompres dengan H202 ,dalam hal ini penata laksanaan, terhadap

luka tersebut dilakukan 1 -2 jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik

ATS.

2. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan

menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau parenteral.

3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita

4. Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu.

11

Penyakit Gambaran diferensial

INFEKSIMeningoensefalitis

Polio

Rabies

Lesi orofaring

PeritonitisKELAINAN METABOLIK

TetaniKeracunan strikninReaksi fenotiazin

PENYAKIT SISTEM SARAF PUSATStatus epileptikusPerdarahan atau tumor (SOL)

KELAINAN PSIKIATRIKHisteria

KELAINAN MUSKULOSKELETALTrauma

Demam, trismus ridak ada, penurunan kesadaran, cairan serebrospinal abnormal.Trismus tidak ada, paralisis tipe flasid, cairan serebrospinal abnormal.Gigitan binatang, trismus tidak ada, hanya spasme orofaring.Bersifat lokal, rigiditas atau spasme seluruh tubuh tidak ada.Trismus dan spasme seluruh tubuh tidak ada.

Hanya spasme karpo-pedal dan laringeal, hipokalsemia.Relaksasi komplit diantara spasme.Distonia, menunjukkan respon dengan difenhidramin.

Penurunan kesadaran.Trismus tidak ada, penurunan kesadaran.

Trismus inkonstan, relaksasi komplit antara spasme.

Hanya lokal.

Page 12: Crs Tetanus

5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

b. Obat- obatan

Antibiotika :

Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM. Sedangkan tetanus

pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan

selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti

tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam

dosis terbagi ( 4 dosis ). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan dosis

200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.4,5

Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan untuk

toksin yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika broad

spektrum dapat dilakukan.4,5

Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazole diberikan terutama bila penderita alergi

penisilin.

- Tertasiklin : 30-50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis

- Eritromisin : 50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari.

- Metronidazole loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5 mg/KgBB tiap 6 jam

Anti tetanus toksin

Selama infeksi, toksin tetanus beredar dalam 2 bentuk:4,5

- Toksin bebas dalam darah

- Toksin bergabung dengan jaringan saraf

Yang dapat dinertalisir adalah toksin yang bebas dalam darah.Sedangkan yang telah bergabung

dengan jaringan saraf tidak dapat dinetralisir oleh antioksidan. Sebelum pemberian antitoksin

harus dilakukan : anamnesa apakah ada riwayat alergi, tes kulit dan mata, dan harus sedia

adrenalin 1:1000. Ini dilakukan karena antitoksin berasal dari serum kuda, yang bersifat

heterolog sehingga mungkin terjadi syok anafilaktik.4,5

Dosis ATS yang diberikan ada berbagai pendapat.Berhrmann (1987) dan Grossman (1987)

menganjurkan dosis 50.000-100.000 u yang diberikan setengah lewat i.v. dan setengahnya i.m.

pemberian lewat i.v.diberikan selama 1-2 jam. Di FKUI , ATS diberikan dengan dosis 20.000 u

selama 2 hari.4,5

12

Page 13: Crs Tetanus

Antitoksin lainnya

Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin ( TIG) dengan dosis 3000-

6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh diberikan secara intravena karena TIG

mengandung "anti complementary aggregates of globulin ", yang mana ini dapat mencetuskan

reaksi allergi yang serius. 4,5

Tetanus toksoid

Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan bersamaan dengan pemberian

antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan

secara I.M. Penderita yang sembuh dari tetanus tidak memiliki imunitas terhadap infeksi tetanus

ulangan karena jumlah tetanospasmin yang dibutuhkan untuk menyebabkan tetanus tidak cukup

untuk menstimulasi sistem imunitas tubuh. Pasien yang sembuh dari tetanus harus memulai atau

melengkapi imunisasi aktif dengan tetanus toksoid selama proses penyembuhan. Pemberian TT

harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.4,5

Antikonvulsan

Tabel 7. Jenis antikonvulsan

_________________________________________________________________

Jenis Obat Dosis Efek Samping

_________________________________________________________________

Diazepam 0,5 – 1,0 mg/kg Berat badan / 4 jam (IM) Stupor, Koma

Meprobamat 300 – 400 mg/ 4 jam (IM) Tidak Ada

Klorpromasin 25 – 75 mg/ 4 jam (IM) Hipotensi

Fenobarbital 50 – 100 mg/ 4 jam (IM) Depressi pernafasan

_________________________________________________________________

Obat yang lazim digunakan ialah :4,5

- Diazepam. Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan dosis 0,5

mg/kgbb/kali i.v. perlahan-lahan dengan dosis optimum 10mg/kali diulang setiap kali

kejang. Kemudian diikuti pemberian diazepam peroral- (sonde lambung) dengan

dosis 0,5/kgbb/kali sehari diberikan 6 kali.

13

Page 14: Crs Tetanus

- Dosis maksimal diazepam 240mg/hari. Bila masih kejang (tetanus yang sangat berat),

harus dilanjutkan dengan bantuan ventilasi mekanik, dosis diazepam dapat di

tingkatkan sampai 480mg/hari dengan bantuan ventilasi mekanik, Dapat pula

dipertimbangkan penggunaan magnesium sulfat, dila ada gangguan saraf otonom.

3.1.10 Prognosis

Tabel 8. Skor Prognosis Tetanus Menurut Gallais et al

14

Page 15: Crs Tetanus

BAB IV

KESIMPULAN

Angka kejadian penyakit tetanus sudah mulai berkurang di Negara maju, namun berbeda

dengan yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, insiden dan angka kematian akibat

tetanus masih cukup tinggi, hal ini disebabkan karena tingkat kebersihan masih sangat kurang,

mudah terjadi kontaminasi, perawatan luka yang kurang diperhatikan, kurangnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kekebalan terhadap tetanus.

Tetanus adalah penyakit yang gejalanya adalah kekakuan dari otot, terutama otot wajah

dan leher.Hal ini disebabkan oleh masuknya spora dari kuman Clostridium tetani yang masuk

melalui luka pada tubuh walaupun luka itu kecil.Berat ringannya penyakit ini tergantung dari

masa inkubasi, period of onset, kejang local atau umum dan ada atau tidaknya gangguan

autonomic karena hal ini yang menyebabkan kematian pada tetanus.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis, riwayat imunisasi, dan Hasil

pemeriksaan laboratorium. Penatalaksanaan meliputi tatalaksana umum, netralisir toksin,

eliminasi bakteri, suportif terapi dan konsultasi bila perlu.Pada tetanus lokal, prognosanya lebih

baik dari tetanus umum.Pencegahan dilakukan guna mengurangi insidensi terjadinya tetanus,

pemberian imunisasi merupakan salah satu pencegahan angka kejadian penyakit tetanus.

15