Tentir

6
Uji Benedict Semikuantitatif Definisi : Uji Benedict semikuantitatif ini adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya gula pada sampel uji, namun uji ini tidak spesifik menunjukkan adanya glukosa karena sifat dasar pereaksi Benedict yang dapat tereduksi oleh semua jenis gula dengan gugus aldehid atau keton bebas. 1 Cara Kerja : a.Alat dan Bahan 1. Urin normal 2. Larutan glukosa 0,3 % 3. Larutan glukosa 1 % 4. Larutan glukosa 5 % 5. Pereaksi Benedict 6. Pipet tetes 7. Tabung reaksi b.Cara Kerja 1. Pipetkan ke dalam tabung reaksi Larutan Tabun g 1 Tabun g 2 Tabun g 3 Tabun g 4 Pereaksi Benedict 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml Urin 4 tetes 0 0 0 Larutan glukosa 0,3 % 0 4 tetes 0 0 Larutan glukosa 1 % 0 0 4 tetes 0 Larutan glukosa 5 % 0 0 0 4 tetes 2. Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau dididihkan di atas api kecil selama 1 menit 3. Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan

description

Tentir

Transcript of Tentir

Uji Benedict SemikuantitatifDefinisi :Uji Benedict semikuantitatif ini adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya gula pada sampel uji, namun uji ini tidak spesifik menunjukkan adanya glukosa karena sifat dasar pereaksi Benedict yang dapat tereduksi oleh semua jenis gula dengan gugus aldehid atau keton bebas. 1Cara Kerja :a.Alat dan Bahan1. Urin normal2. Larutan glukosa 0,3 %3. Larutan glukosa 1 %4. Larutan glukosa 5 %5. Pereaksi Benedict6. Pipet tetes7. Tabung reaksib.Cara Kerja1. Pipetkan ke dalam tabung reaksiLarutan Tabung 1Tabung 2Tabung 3Tabung 4

Pereaksi Benedict2,5 ml2,5 ml2,5 ml2,5 ml

Urin4 tetes000

Larutan glukosa 0,3 %04 tetes00

Larutan glukosa 1 %004 tetes0

Larutan glukosa 5 %0004 tetes

2. Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau dididihkan di atas api kecil selama 1 menit3. Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan

Dasar Teori : Prinsip kerja dari uji Benedict semikuantitatif ini adalah pereaksi yang mengandung kuproklorida dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas. Gugus aldehid atau keton bebas gula akan mereduksi kuproklorida dalam pereaksi benedict menjadi kuprooksida dengan endapan berwarna hijau, kuning atau merah yang tampak pada tabung reaksi dan menandakan hasil positif. Adanya glukosa dalam urin dapat dinyatakan berdasarkan sifat pereduksi glukosa yang dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Uji ini tidak spesifik terhadap glukosa atau hanya sebagai gambaran kasar adanya glukosa pada urin (semikuantatif), karena gula lain yang mempunyai sifat pereduksi serta bahan-bahan pereduksi lain seperti asam glukoronat-glukoronat, formalin dan asam salisilat-salisilat juga dapat memberikan hasil positif. 1

Pembahasan Hasil :WarnaPenilaianKadar

Biru JernihNegatif0

Hijau/Kuning HijauPositif (+)2%

Hasil dari uji Benedict semikuantitatif ini dapat dilihat melalui tabel diatas, dengan acuan bahwa hanya endapan berwarna hijau, kuning atau merah yang menunjukan hasil positif, sedangkan perubahan warna larutan saja tidak berarti reaksi positif. 1

Uji ProteinDefinisi :Cara Kerja : Uji Hellera. Alat dan Bahan1. Urin dan Urin yang mengandung protein2. Asam nitrat pekatb. Cara Kerja1. Dimasukkan larutan asam nitrat pekat sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi (miringkan tabung reaksi dan tambahkan perlahan-lahan).2. Tambahkan urin normal/patologis sebanyak 5 ml ke dalam masing-masing tabung3. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya cincin di atas lapisan HNO3 pekat

Uji Koagulasia. Alat dan Bahan1. Urin dan urin yang mengandung protein2. Asam asetat 2 %3. Pipet tetes4. Tabung reaksib. Cara Kerja1. Dimasukkan sampel urin sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi 2. Dipanaskan hingga larutan dalam tabung mendidih (endapan yang terbentuk adalah protein/posfat3. Diteteskan asam asetat 2 % sebanyak 5 tetes4. Amati perubahan yang terjadi. Bila endapan tetap ada menandakan ada protein sebab fosfat akan larut dalam suasana asam.

Dasar Teori : Uji Heller: Protein akan terkoagulasi akibat adanya asam kuat atau akibat panas. Hasil positif ditandai oleh terbentuknya cincin di atas lapisan HNO3 pekat. 1 Uji Koagulasi: Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan mengalami koagulasi. Pada pH iso-elektrik (pH larutan tertentu biasanya berkisar 4-4,5 protein mempunyai muatan positif dan negative sama, sehingga saling menetralkan). Kelarutan protein sangat menurun atau mudah mengendap. Pada temperature >600C kelarutan protein akan berkurang karena pada temperature yang tinggi energy kinetic molekul protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan/struktur sekunder, tersier dan kuartener yang menyebabkan koagulasi. Bila endapan tetap ada, maka hal tersebut menandakan terdapat protein pada sampel uji sebab posfat akan larut dalam suasana asam. 1

Pembahasan Hasil : Uji Heller Pada percobaan Uji Heller ini, didapatkan pada urin fisiologis hasil protein negatif karena tidak terbentuk lapisan cincin di atas larutan HNO3 pekat sedangkan pada urin patologis didapatkan hasil positif mengandung protein karena sampel membentuk cincin di atas larutan HNO3 pekat yang direaksikan. Keadaan patologis umumnya dinyatakan apabila kandungan protein lebih dari 200 mg/hari. 1 Uji KoagulasiPada hasil praktikum, didapatkan tabung urin fisiologis hasil protein negatif dan tabung urin patologis positif mengandung protein. Ketika dipanaskan urin fisiologis/patologis terlihat ada butiran-butiran putih pada tabung dapat mengindikasikan tiga hal yaitu; butiran-butiran tersebut berasal dari kalsium karbonat, kalsium fosfat atau protein. Untuk memastikan hal tersebut, maka perlu diteteskan asam asetat, apabila saat ditetesi asam asetat tersebut butiran tersebut hilang maka diperoleh urin mengandung kalsium fosfat, dan jika butiran urin hilang dengan gas maka urin mengandung kalsium karbonat dan bila ditetesi dengan asam asetat namun butiran tidak hilang maka dapat dipastikan butiran tersebut adalah protein. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa urin fisiologis mengandung kalsium fosfat dan urin patologis mengandung protein. 11. HNH

Dapus1. Gjandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat. 1986