SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

87
HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN EFEKTIVITAS MENGAJAR GURU SMA ISLAM PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN CIJANTUNG JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh : SITI SOFIAH 102018224205 JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2006

Transcript of SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

Page 1: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN

EFEKTIVITAS MENGAJAR GURU SMA ISLAM PANGLIMA BESAR

SOEDIRMAN CIJANTUNG JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

SITI SOFIAH 102018224205

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2006

id1633250 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 2: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN

EFEKTIVITAS MENGAJAR GURU SMA ISLAM PANGLIMA BESAR

SOEDIRMAN CIJANTUNG JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

SITI SOFIAH 102018224205

Di bawah Bimbingan :

Drs. Syauki. M.Pd NIP : 150.246.289.

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2006

Page 3: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul �Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dengan Efektivitas Mengajar Guru SMA Islam Panglima Besar Soedirman

Cijantung Jakarta Timur� telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Nopember

2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana program Strata Satu (S1) pada jurusan Kependidikan Islam Manajemen

Pendidikan.

Jakarta,14 Nopember 2006

Sidang Munaqosah,

Dekan Pembantu Dekan I Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. DR. Dede Rosyada, MA Prof. DR. H. Aziz Fahrurrozi, MA NIP. 150.231.356 NIP. 150.202.343

Anggota

Penguji I Penguji II Drs. Hasyim Asy'ari, M.Pd Abdul Rozak, M.Si NIP. 150.260.265 NIP. 150.277.689

Page 4: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa. Yang telah melimpahkan anugerah

yang tak terhingga kepada setiap hamba-Nya. Yang telah memberikan pengetahuan

kepada hamba-Nya untuk menjadi manusia yang berilmu. Shalawat dan salam penulis

ucapkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw yang telah membawa umat manusia

dari kegelapan hingga terang benderang, dari zaman kebodohan sampai zaman

teknologi sekarang ini.

Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang

berjudul �Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Efektivitas

Mengajar Guru SMA Islam Panglima Besar Soedirman Cijantung Jakarta

Timur. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada. MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Dra. Yefnelty Z. M.Pd, Ketua Jurusan Kependidikan Islam.

3. Drs. H. Mu�arif Sam. M.Pd, Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam.

4. Drs. Syauki. M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam dan

pembimbing skripsi terima kasih atas waktu yang telah diluangkan untuk

membimbing, mengarahkan dan memberikan ilmu dan nasehat yang berguna

bagi penulis.

5. Seluruh dosen KI-MP, terima kasih atas nasehat dan ilmu yang diberikan

kepada penulis.

id1709046 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 5: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

iii

6. Staf dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan atas jasa peminjaman buku-buku kepada penulis.

7. Drs. H. Syamsudin Hasibuan, Kepala SMA Islam Panglima Besar Soedirman.

8. Dewan guru dan karyawan SMA Islam Panglima Besar Soedirman atas

bantuannya kepada penulis selama penelitian.

9. Mundari H. Marzuki dan Siti Rohmah, yang tiada henti mendoakan penulis

untuk menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat.

10. Kakak-kakakku tercinta terima kasih atas dukungan moril dan materil kepada

penulis serta keponakanku yang selalu menghibur.

11. Teman-teman KI-MP angkatan 2002, teruslah berjuang kawan untuk

mencapai cita-cita selama Allah masih memberikan kesempatan untuk kita.

Mudah-mudahan amal baik kalian diterima Allah SWT. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua sebagai pengetahuan dan wawasan bagi

pembaca.

Jakarta, 16 Februari 2007

Penulis

Page 6: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

iv

DAFTAR ISI

Pengesahan .................................................................................................... i

Kata Pengantar ............................................................................................. ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iv

Daftar Tabel dan Lampiran.......................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah............................................... 1

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................... 6

1.3. Sistematika Penulisan ................................................. 7

BAB II KAJIAN TEORI KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTES

2.1. Kepemimpinan .............................................................. 8

2.1.1. Definisi Kepemimpinan .............................................. 8

2.1.2. Kompetensi Kepemimpinan........................................ 10

2.1.3.Gaya Kepemimpinan.................................................... 18

2.2. Efektivitas Mengajar ...................................................... 34

2.2.1. Definisi Efektivitas Mengajar ..................................... 34

2.2.2. Indikator Efektivitas Mengajar ................................... 39

2.2.3. Tolok Ukur Efektivitas Mengajar ............................... 43

2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Mengajar ..... 46

2.3. Kerangka Berfikirdan Hipotesis..................................... 53

2.3.1. Kerangka Berfikir........................................................ 53

Page 7: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

v

2.3.2. Hipotesis...................................................................... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian ........................................................... 56

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................ 56

3.3. Populasi Penelitian......................................................... 56

3.4. Variabel Penelitian ......................................................... 56

3.5. Instrumen Pengumpulan Data ........................................ 57

3.6. Kisi-kisi Instrumen......................................................... 58

3.7. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 59

3.8. Teknik Analisa Data....................................................... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Situasi dan Kondisi Objek.............................................. 64

4.2. Deskripsi Data................................................................ 76

4.3. Analisa dan Interpretasi Data ......................................... 79

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan .................................................................... 84

5.2. Saran-saran..................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 85

Page 8: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

vi

DAFTAR TABEL DAN LAMPIRAN

Tabel 1 : Kisi-kisi Instrumen

Tabel 2 : Interpretasi Korelasi Product Moment

Tabel 3 : Keadaan Tenaga Kependidikan Guru dan Non Guru

Tabel 4 : Keadaan Siswa

Tabel 5 : Kurikulum yang Digunakan

Tabel 6 : Keadaan Sarana Prasarana

Tabel 7 : Daftar Jumlah Nilai Hasil Angket Variabel X dan Y

Tabel 8 : Korelasi Variabel X dan Y

Tabel 9 : Skor Nilai Variabel Y

Tabel 10 : Skor Nilai Variabel X

Lampiran 1 : Skor Nilai Variabel X

Lampiran 2 : Skor Nilai Variabel Y

Lampiran 3 : Pedoman WawancaraSurat Keterangan Angket

Lampiran 4 : Hasil WawancaraAngket Penelitian

Lampiran 5 : Surat Keterangan Angket

Lampiran 6 : Angket Penelitian

Lampiran 7 : Kepala Sekolah

Lampiran 8 : Surat Pengesahan Proposal Judul Skripsi

Lampiran 9 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 10 : Surat Perpanjangan Waktu Bimbingan Skripsi

Lampiran 11 : Surat Perubahan Judul Skripsi

Lampiran 12 : Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 13 : Surat Keterangan Penelitian dari SMA Panglima Besar Soedirman

Page 9: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

8

BAB II

KAJIAN TEORI KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Definisi Kepemimpinan

Suatu kenyataan kehidupan organisasional bahwa pemimpin suatu organisasi

memainkan peranan yang amat penting, dan sangat menentukan dalam usaha

pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Seorang pemimpin

baik individu maupun sebagai suatu kelompok tidak mungkin dapat bekerja dengan

sendiri. Pimpinan membutuhkan kelompok orang lain yang disebut bawahan yang

digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan pengabdian dan

sumbangsihnya kepada organisasi. Pengabdian tersebut dapat direalisasikan dengan

cara bekerja yang efisien, efektif, dan produktif.

Menurut Kamus Bahasa Inggris kepemimpinan diambil dari kata lead yang

berarti memimpin, sedangkan leader adalah seorang pemimpin dan leadership adalah

kepemimpinan.1

Ngalim Poerwanto mengutip beberapa definisi kepemimpinan dari Prajudi

Atmosudirdjo sebagai berikut :

1. Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohkannya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu

1 John. M. Echols dan Hasan Shadily, �Kamus Inggris Indonesia�, ( Jakarta : Gramedia )

h.351

id1729890 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 10: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

9

kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang mau melakukan apa yang dikehendakinya.

2. Kepemimpinan adalah suatu seni (art), kesanggupan (ability) atau teknik (technique) untuk membuat sekelompok orang bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal mengikuti atau mentaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya atau bahkan berkorban untuknya.

3. Kepemimpinan dapat dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui �human relation� dan motivasi yang tepat, sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau bekerjasama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan organisasi.2

Hoy dan Miskel mengutip beberapa definisi dari beberapa sumber :

1. Kepemimpinan adalah kekuatan (power) yang didasarkan atas tabiat /watak seseorang yang memiliki kekuasaan lebih, biasanya bersifat normatif.

2. Kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi.

3. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu kelompok yang diorganisasi menuju kepada penentuan dan pencapai tujuan.3 Menurut Burhanuddin yang mengutip pendapat Good, kepemimpinan adalah

�the ability and readiness to inspire, guide, direct, or manage other�, yang berarti

kepemimpinan merupakan suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk

mempengaruhi, membimbing dan mengarahkan atau mengelola orang lain agar

mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya tujuan bersama.4

Ada banyak definisi tentang kepemimpinan. Tetapi pada dasarnya

kepemimpinan berarti mempengaruhi orang lain. Sebagian besar perspektif leadership

memandang pemimpin sebagai sumber pengaruh. Pemimpin dalam memimpin pada

2 Ngalim Poerwanto, �Administrasi dan Supervisi Pendidikan�, (Bandung : Rosdakarya),

Cet.XII, 2003, h. 25-26 3 Ibid, h. 26-27 4 Burhanuddin, �Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan�, (Jakarta

: Bumi Aksara), Cet ke-1, 1994, h. 62

Page 11: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

10

dasarnya mempengaruhi dan para pengikut mengikuti sebagai pihak yang

dipengaruhi. Pada dasarnya pula kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk

menggerakkan sekelompok orang menuju ke suatu yang telah ditetapkan/disepakati

bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka untuk bertindak dengan cara

yang tidak memaksa. Dengan kemampuannya seorang pemimpin yang baik mampu

menggerakkan orang-orang menuju tujuan jangka panjang dan benar-benar

merupakan upaya memenuhi kepentingan mereka yang terbaik juga.

Selain itu kepemimpinan juga merupakan suatu kemampuan untuk

menjalankan pekerjaan melalui orang lain dengan mendapatkan kepercayaan dan

kerja sama. Hampir semua aspek pekerjaan dipengaruhi dan tergantung pada

kepemimpinan.

Dari beberapa teori yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan adalah sifat-sifat kepribadian seseorang termasuk didalamnya

kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka menyakinkan yang

dipimpinnya agar mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya dengan rela, penuh semangat serta tidak merasa terpaksa. Suatu

kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, membimbing,

mengarahkan serta mengelola baik individu maupun kelompok dengan segala ilmu

yang ada agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya suatu tujuan bersama.

2.1.2 Kompetensi Kepemimpinan

Robert C. Bog sebagaimana dikutip oleh Dirawat dkk mengemukakan empat

kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan, yaitu :

Page 12: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

11

1. Kemampuan mengorganisasikan dan membantu staf di dalam merumuskan

perbaikan pengajaran di sekolah dalam bentuk program yang lengkap.

2. Kemampuan untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan pada diri

sendiri, guru-guru dan anggota staf sekolah lainnya.

3. Kemampuan untuk membina dan memupuk kerja sama dalam mengajukan

dan melaksanakan program-program supervisi.

4. Kemampuan untuk mendorong dan membimbing guru-guru serta segenap staf

sekolah lainnya agar mereka dengan penuh kerelaan dan tanggung jawab

berpartisipasi secara aktif pada setiap usaha-usaha sekolah untuk mencapai

tujuan sekolah sebaik-baiknya.5

Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah perlu memiliki kompetensi dasar

kepemimpinan yaitu :6

1. Ketrampilan Teknis (Technical Skill)

Ketrampilan yang berhubungan dengan pengetahuan, metode dan teknik

tertentu dalam menyelesaikan suatu tugas-tugas tertentu. Dalam prakteknya,

keterlibatan seorang pemimpin dalam setiap bentuk technical skill disesuaikan

dengan status/tingkatan pemimpin itu sendiri.

Ketrampilan teknis ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin mempunyai

kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, metode, teknik-teknik tertentu dalam

menyelesaikan tugas secara spesifik. Ketrampilan yang dimaksud misalnya : menulis

5 Moch. Idochi Anwar, �Administrasi Pendidikan dan Biaya Pendidikan�, (Bandung

:Alfabeta), 2004, Cet ke-2, h.88 6 Ibid, h.89-91

Page 13: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

12

satuan pelajaran, mengembangkan pengajaran unit, melengkapi sarana pusat sumber

belajar, menyusun jadwal supervisi klinis, menyiapkan agenda pertemuan, mengetik.

Kegiatan teknis ini selalu hadir dalam setiap situasi administratif dan supervisi.

Namun keterlibatan seorang pemimpin dalam bentuk �technical skill� ini semestinya

disesuaikan dengan status/tingkatan pemimpin. Dalam arti semakin tinggi kedudukan

seseorang dalam struktur organisasi maka secara proporsional ketrampilan teknisnya

menjadi kurang penting.7

2. Ketrampilan manusiawi (Human Skill)

Ketrampilan ini menunjukkan kemampuan seorang pemimpin di dalam

bekerja dengan orang lain secara efektif untuk membina kerjasama. Untuk mencapai

kemampuan ini pemimpin harus dapat mengenal dirinya sendiri �akseptansi diri� dan

sesama orang lain. Ketrampilan manusiawi sangat strategis untuk dapat memperoleh

produkvitas organisasi yang tinggi, karena dalam implementasinya terwujud pada

upaya bagaimana seorang pemimpin mampu memotivasi bawahan.

Pengetahuannya didasarkan pada bagaimana membangun kepemimpinan yang

efektif itu, memotivasi bawahan, pengembangan sumber daya manusia. Kunci

keberhasilan pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya dilihat dari kemampuan

dalam melaksanakan ketrampilan yang berhubungan dengan manusia. 8

Ketrampilan manusiawi ternyata sangat menentukan pola hubungan antara

kepala sekolah selaku pemimpin dengan guru sebagai bawahan. Kepala sekolah yang

7 Burhanuddin, Op.Cit, h.91 8 Ibid

Page 14: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

13

mampu menggunakan ketrampilan ini akan dapat memahami perbedaan kematangan

bawahan, yang berarti pula memahami tingkat kesiapan setiap guru dalam menerima

dan menjalankan tugas yang akan diberikan. Hal ini sangat berguna bagi kepala

sekolah dalam rangka pengembangan profesionalisme guru, karena pemahaman

tingkat kematangan bawahan menjadikan dasar dalam memutuskan kegiatan

pengembangan seperti apa yang paling sesuai.

3. Ketrampilan konseptual (Conseptual Skill)

Ketrampilan ini menunjukkan kemampuan dalam berfikir, seperti menganalisa

suatu masalah, memutuskan dan memecahkan masalah dengan baik. Untuk dapat

menerapkan ketrampilan ini pemimpin dituntut memiliki pemahaman yang utuh

terhadap organisasinya. Tujuannya agar ia dapat bertindak secara selaras dengan

tujuan organisasi secara menyeluruh atas dasar tujuan dan kebutuhan kelompoknya

sendiri.

Kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut pula kemampuannya dalam

memandang organisasi sekolahnya sebagai suatu totalitas, sebagai suatu sistem yang

terdiri dari komponen-komponen maupun program pendidikan di sekolahnya sebagai

suatu sistem pengajaran. Semakin tinggi kedudukan orang di organisasi, maka

ketrampilan tersebut semakin penting pula.9

9 Ibid, h. 93

Page 15: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

14

Kimball Wiles mengelompokkan ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan

kepala sekolah dalam membina situasi pendidikan dan pengajaran menjadi 5 jenis

ketrampilan, yaitu :10

1. Ketrampilan di dalam kepemimpinan (skill in leadership)

Dengan kekuatan kedudukan saja tidak dapat menjamin seorang pemimpin

dapat mengorganisir unit-unit organisasi maupun anggota kelompok secara

berhasil. Sukses tidaknya seorang pimpinan sangat ditentukan oleh

kemampuannya dalam mengaplikasikan fungsi-fungsi kepemimpinannya ke

dalam proses kerjasama administratif maupun supervisi. Pada hakikatnya fungsi

kepemimpinan yang harus dijalankan itu meliputi : usaha mempengaruhi,

mendorong, menggerakkan, membimbing dan mengarahkan orang lain agar orang

tersebut mau menerima pengaruh itu serta secara suka rela/antusias berbuat

sesuatu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.

2. Ketrampilan dalam hubungan manusiawi (skill in human relation)

Pemimpin berfungsi sebagai penggerak dari semua sumber dan alat-alat yang

tersedia baik human maupun non human resources. Tanpa kehadiran pemimpin,

mustahil kelompok orang-orang dalam organisasi itu dapat digerakkan secara

efektif. Bahkan ada yang mengatakan bahwa sukses tidaknya suatu organisasi

sangat tergantung atas kemampuan para anggota pimpinannya untuk

menggerakkan sumber-sumber dan alat-alat tersebut sehingga penggunaannya

berjalan dengan efisien, ekonomis dan efektif. Dalam hal ini peranan hubungan

10 Ibid, h.93 - 98

Page 16: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

15

manusiawi sangatlah berpengaruh terhadap kegiatan administrasi dan manajemen.

Untuk merealisasikan ketrampilan dalam hubungan manusiawi ini dapat

dilakukan dengan usaha-usaha konkret sebagai berikut :

1) Menanamkan dan memupuk sikap menghargai sesama anggota organisasi.

2) Mengembangkan perasaan saling mempercayai dengan anggota yang

dipimpin maupun antar anggota itu sendiri.

3) Membantu guru-guru meningkatkan perkembangan sikap profesionalnya ke

arah yang lebih baik.

4) Memupuk rasa persaudaraan yang terjalin lewat kegiatan organisasi.

5) Menghilangkan rasa saling mencurigai terhadap anggota maupun antara

sesama anggota organisasi.

3. Ketrampilan dalam proses kelompok (skill in group process)

Kegiatan kepemimpinan berlangsung dalam situasi yang saling bergantungan

antara unsur organisasi satu dan unsur yang lain. Terutama antara pimpinan dan

orang yang dipimpin terjalin suatu ikatan ketergantungan antara dua pihak. Situasi

kepemimpinan muncul karena adanya orang-orang yang dipimpin. Sebaliknya

kelompok tanpa pemimpin dapat dikategorikan hanya sebagai kumpulan orang-

orang belaka yang tidak punya pedoman, tujuan dan kendali tertentu, bahkan

tidak akan terjadi interaksi di dalamnya. Dan secara esensial, kepemimpinan itu

adalah suatu kualitas daripada proses kelompok. Atau dengan ungkapan lain :

kepemimpinan merupakan fungsi/hasil interaksi yang terjadi dalam kelompok

yang terorganisir. Oleh sebab itu, dapat tidaknya seorang pemimpin menciptakan

Page 17: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

16

situasi kepemimpinan yang aktual sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam

mengatur proses kelompok yang dipimpin. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala

sekolah hendaknya mampu menggalang kerjasama yang harmonis di tengah-

tengah anggota kelompok dan berusaha menerapkan proses kepemimpinan yang

demokratis, terutama dalam aktivitas penganalisaan masalah dan pengambilan

keputusan. Konkretnya, wujud daripada ketrampilan dalam proses kelompok akan

terlihat dalam setiap kesempatannya memimpin kegiatan-kegiatan kelompok

seperti : diskusi, seminar, lokakarya ataupun musyawarah kerja. Ia harus memiliki

ketrampilan dalam :

1) Membangkitkan semangat kerja dalam kelompok.

2) Merumuskan bersama tujuan yang akan dicapai.

3) Merencanakan bersama.

4) Mengambil keputusan bersama.

5) Menciptakan tanggung jawab bersama.

6) Menilai dan merevisi bersama rencana-rencana ke arah terwujudnya

tujuan yang telah ditetapkan bersama.

4. Ketrampilan dalam administrasi personil (skill in personal administration)

Walaupun di satu pihak, proses pengangkatan, pengadaan dan pembinaan

pegawai itu biasanya dilaksanakan oleh aparat pemerintah tertentu, bukan berarti

para pimpinan organisasi tidak perlu memahami dan menguasai strategi dan

taktik-taktik dalam mengadakan maupun membina personilnya. Seorang

pemimpin tidak hanya berhadapan langsung pada urusan material, akan tetapi

Page 18: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

17

menyangkut pula sektor-sektor lain di bidang kepegawaian yang secara sistematis

menuntut penanganan khusus, mulai dari proses pengadaannya sampai dengan

pemberhentiannya. Kunci keberhasilan organisasi terletak pada aspek manusia.

Oleh karena itu, seorang pemimpin harus pula mengerti dan mampu mengelola

kegiatan kepegawaian itu. Dalam hal ini pengelolaan kepegawaian dibatasi

sebagai segenap aktivitas penggunaan tenaga manusia dalam usaha kerjasama

untuk mencapai tujuan. Kegiatan ini meliputi : penerimaan, pengembangan,

pemberian balas jasa dan pemberhentian.

5. Ketrampilan dalam penilaian (skill in evaluation)

Seorang pemimpin di bidang pendidikan hendaknya mempunyai kecakapan

dalam menilai diri sendiri, orang lain maupun program yang telah

diselenggarakan. Dengan demikian ia dapat membina dirinya sendiri, membantu

orang-orang yang dipimpinnya mengadakan perbaikan. Di samping itu, bersama

stafnya ia dapat memonitor, menilai program yang dilaksanakan maupun hasil

yang dicapai itu : apakah sesuai dengan rencana semula. Hasil penilaian ini akan

dijadikan bahan pertimbangan untuk mengadakan modifikasi program

penyempurnaan langkah-langkah kegiatan, demi terwujudnya cita-cita organisasi

yang sesungguhnya.

Pentingnya ketrampilan dalam penilaian ini akan jelas terlihat manakala

dihubungkan dengan tugas-tugas kepemimpinan lainnya. Melalui ketrampilan ini

pemimpin dapat menemukan jawaban dari hambatan kegiatan yang dilakukan.

Sehingga akan memungkinkan terbentuknya langkah-langkah perbaikan dan

Page 19: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

18

pembinaan program. Dalam jenis ketrampilan penilaian ini seorang pemimpin

harus mampu :

1. Merumuskan tujuan dan norma untuk mempertimbangkan perubahan.

2. Mengumpulkan data perubahan.

3. Meneliti seberapa jauh standar yang telah ditetapkan dapat dicapai.

4. Mengadakan modifikasi, dan hasil penilaian.

2.1.3 Gaya Kepemimpinan

Setiap pemimpin mempunyai sikap dan perilaku tertentu dalam menjalankan

fungsi kepemimpinannya. Banyak para ahli membicarakan sikap, sikap diperoleh

seorang bukan melalui orang tua atau warisan, melainkan lebih banyak ditentukan

dan dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan, dan pergaulan. Gaya kepemimpinan

adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya.

Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat

orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.11

Gaya kepemimpinan berkaitan dengan cara seseorang pemimpin melakukan

kegiatannya dalam membimbing, menggerakkan, mempengaruhi dan mengerahkan

para bawahannya kepada suatu tujuan tertentu.12

Gaya kepemimpinan menyangkut pola atau konstelasi tingkah laku

kepemimpinan yang mengkarakterisasi seorang pemimpin. Hal itu terjadi karena

11 E Mulyasa, �Manajemen Berbasis Sekolah�, (Bandung:Rosdakarya), h.108 12 Onong Uchyana, �Psikologi Manajemen�, (Bandung : Alumni), 1985, h.144

Page 20: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

19

setiap pemimpin merasa sangat enak dengan suatu gaya tertentu dan cenderung

konsisten dalam penggunaannya.13

Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang

khas pada saat mempengaruhi bawahannya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk

dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok

membentuk gaya kepemimpinannya. Secara teoritis telah banyak dikenal gaya

kepemimpinan, namun gaya mana yang terbaik tidak mudah untuk ditentukan. Untuk

memahami gaya kepemimpinan, sedikitnya dapat dilihat dari tiga pendekatan utama

yaitu :

1). Pendekatan Sifat

Pendekatan sifat ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa keberhasilan seorang

pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri yang dimiliki oleh pemimpin

sejak lahir. Sifat-sifat itu ada pada seseorang karena pembawaan atau keturunan,

bukan karena dibuat atau dilatih. Ghizeli dan Stogdil mengemukakan adanya lima

sifat yang perlu dimiliki seorang pemimpin, yaitu : kecerdasan, kemampuan

mengawasi, inisiatif, ketenangan diri dan kepribadian. Sementara Thierauf

mengemukakan 16 sifat kepemimpinan yaitu : kecerdasan, inisiatif, daya khayal,

bersemangat, optimisme, individualisme, keberanian, keaslian, kesediaan menerima,

13 N.A. Ametembun, �Organisasi dan Kepemimpinan Suatu Pendekatan dan Tingkah Laku�,

(Bandung : IKIP), 1985, h.48

Page 21: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

20

kemampuan berkomunikasi, rasa perlakuan yang wajar terhadap sesama, kepribadian,

keuletan, manusiawi, kemampuan mengawasi dan ketenangan diri.14

Sifat-sifat yang terdapat dalam individu pemimpin yang tidak terpisahkan

seperti intelegensi, diangap bisa dialihkan dari satu situasi ke situasi yang lain.

Karena tidak semua orang memiliki sifat yang sama. Oleh karena itu pendekatan sifat

tampaknya tidak mampu menjawab berbagai persoalan di sekitar kepemimpinan.

Sebagai contoh, adakah kombinasi optimal dari sifat kepribadian dalam menentukan

keberhasilan pemimpin?. Apakah sifat-sifat kepribadian itu mampu mengindikasikan

kepemimpinan yang potensial ?. Apakah karakteristik itu dapat dipelajari atau telah

ada sejak seseorang lahir ?.15 Ketidakmampuan pendekatan ini dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut menyebabkan ada pendekatan lain.

2). Pendekatan Perilaku

Pendekatan perilaku ini dapat dikaji melalui beberapa studi yaitu :

1). Studi Kepemimpinan Universitas OHIO

Penelitian ini memperoleh gambaran mengenai dua dimensi utama dari

perilaku pemimpin yang dikenal sebagai pembuatan inisiatif dan perhatian.

Pembuatan inisiatif menggambarkan bagaimana seseorang pemimpin memberi

batasan dan struktur terhadap peranannya dan peran bawahannya untuk mencapai

tujuan. Adapun konsiderasi menggambarkan derajat dan corak hubungan seorang

pemimpin dengan bawahannya yang ditandai dengan saling percaya, menghargai dan

14 M. Ngalim Poerwanto,Op.Cit, 31 15 E.Mulyasa ,Op.Cit,h. 108-109

Page 22: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

21

menghormati bawahannya. Dengan mengkombinasikan dua dimensi ini dapat

dibedakan empat gaya kepemimpinan sebagai berikut : 1). Perhatian rendah,

pembuatan inisiatif rendah 2). Perhatian tinggi, pembuatan inisiatif rendah.

3). Perhatian tinggi, pembuatan inisiatif tinggi. 4). Perhatian rendah, pembuatan

inisiatif tinggi.

2). Studi Kepemimpinan Universitas Michigan

Studi ini mengidentifikasikan dua konsep yaitu orientasi bawahan dan

produksi. Pemimpin yang berorientasi kepada bawahan sangat memperhatikan

bawahan, mereka merasa bahwa setiap karyawan itu penting, dan menerima

karyawan sebagai pribadi. Sementara pemimpin yang menekankan pada produksi,

sangatlah memperhatikan produksi dan aspek-aspek tehnik kerja, bawahan dianggap

sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.

3). Jaringan Manajemen

Dalam pendekatan ini, manajer berhubungan dengan dua hal, yakni perhatian

pada produksi di satu pihak dan perhatian pada orang lain di pihak lain. Perhatian

pada produksi atau tugas adalah sikap pemimpin yang menekankan mutu keputusan,

prosedur, mutu pelayanan staf, efisiensi kerja dan jumlah pengeluaran. Perhatian pada

orang-orang adalah sikap pemimpin yang memperhatikan keterlibatan bawahan

dalam rangka pencapaian tujuan. Dalam hal ini aspek-aspek yang perlu diperhatikan

berkaitan dengan harga diri bawahan, tanggung jawab berdasarkan kepercayaan,

suasana kerja yang menyenangkan dan hubungan yang harmonis.

Page 23: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

22

4). Sistem Kepemimpinan Likert

Sistem kepemimpinan likert ini dapat dilihat melalui empat sistem yaitu :

Sistem 1 ; dalam sistem ini pemimpin sangat otokratis, mempunyai sedikit

kepercayaan kepada bawahannya, suka mengeksploitasi bawahannya dan bersikap

paternalistik. Cara pemimpin memotivasi bawahannya dengan memberi ketakutan

dan hukuman, kadang-kadang memberi penghargaan secara kebetulan. Pemimpin

dalam sistem ini, hanya mau memperhatikan komunikasi yang turun ke bawah dan

hanya membatasi proses pengambilan keputusan ditingkat atas saja.

Sistem 2 ; dalam sistem ini pemimpin dinamakan otokratis yang baik hati.

Pemimpin yang termasuk dalam sistem ini mempunyai kepercayaan yang

terselubung, percaya pada bawahan, atau memotivasi dengan hadiah-hadiah dan

pemberian hukuman, memperoleh adanya komunikasi ke atas, mendengarkan

pendapat, ide-ide dari bawahan, serta memperbolehkan adanya delegasi wewenang

dalam proses keputusan. Dalam sistem ini bawahan merasa tidak bebas untuk

membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaan dengan atasan.

Sistem 3 ; pemimpin dalam sistem ini mempunyai sedikit kepercayaan pada

bawahan, biasanya kalau ia membutuhkan informasi, ide atau pendapat bawahan, dan

masih menginginkan melakukan pengendalian atas keputusan-keputusan yang

dibuatnya. Pemimpin bergaya ini mau melakukan motivasi dengan penghargaan dan

hukuman dan juga berkehendak melakukan partisipasi. Dia juga suka menetapkan

dua pola hubungan komunikasi, yakni ke atas dan ke bawah. Dalam hal ini dia

membuat keputusan dan kebijakan yang luas pada tingkat atas, tetapi keputusan yang

Page 24: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

23

mengkhususkan pada tingkat bawah. Dalam sistem ini bawahan merasa sedikit bebas

untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan pekerjaan bersama atasannya.

Sistem 4 ; dalam sistem ini, pemimpin mempunyai kepercayaan yang

sempurna terhadap bawahannya. Dalam setiap persoalan, selalu mengandalkan

bawahan untuk mendapatkan ide-ide serta mempunyai niat untuk mempergunakan

bawahan secara konstruktif. Memberi penghargaan yang bersifat ekonomis

berdasarkan partisipasi kelompok dan keterlibatannya pada setiap urusan, terutama

dalam penentuan tujuan bersama dan penilaian kemajuan pencapaian tujuan.

3). Pendekatan Situasional

Pendekatan situasional hampir sama dengan pendekatan perilaku, keduanya

menyoroti perilaku kepemimpinan dalam situasi tertentu. Dalam hal ini

kepemimpinan lebih merupakan fungsi situasi daripada sebagai kualitas pribadi, dan

merupakan suatu kualitas yang timbul karena interaksi orang-orang dalam situasi

tertentu.

Menurut pandangan perilaku, dengan mengkaji kepemimpinan dari beberapa

variabel yang mempengaruhi perilaku akan memudahkan dalam menentukan gaya

kepemimpinan yang paling cocok. Pendekatan ini menitikberatkan pada berbagai

gaya kepemimpinan yang paling efektif yang diterapkan dalam situasi tertentu.

Ada beberapa studi kepemimpinan yang menggunakan pendekatan ini :

1). Teori Kepemimpinan Kontingensi

Seseorang menjadi pemimpin bukan saja karena faktor kepribadian yang

dimiliki, tetapi juga karena berbagai faktor situasi dan saling hubungan antara

Page 25: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

24

pemimpin dengan situasi. Keberhasilan pemimpin bergantung baik pada diri

pemimpin maupun kepada keadaan organisasi. Menurut Feidler tak ada gaya

kepemimpinan yang cocok untuk semua situasi, ada tiga faktor yang perlu

dipertimbangkan, yaitu : hubungan antara pemimpin dengan bawahan, struktur tugas

dan kekuasaan yang berasal dari organisasi.

2). Teori Kepemimpinan Tiga Dimensi

Ada tiga dimensi yang dapat dipakai untuk menentukan gaya kepemimpinan,

yaitu perhatian pada produksi atau tugas, perhatian pada orang, dan dimensi efktivitas

3). Teori Kepemimpinan Situasional

Teori ini merupakan pengembangan dari model kepemimpinan tiga dimensi,

yang didasarkan pada hubungan antara tiga faktor, yaitu perilaku tugas, perilaku

hubungan dan kematangan. Perilaku tugas merupakan pemberian petunjuk oleh

pemimpin terhadap bawahan meliputi penjelasan tertentu, apa yang harus dikerjakan,

bilamana, dan bagaimana mengerjakannya, serta mengawasi mereka secara ketat.

Perilaku hubungan merupakan ajakan yang disampaikan oleh pemimpin melalui

komunikasi dua arah yang meliputi mendengar dan melibatkan bawahan dalam

pemecahan masalah. Adapun kematangan adalah kemampuan dan kemauan bawahan

dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya.

Dari tiga faktor tersebut, tingkat kematangan bawahan merupakan faktor yang paling

Page 26: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

25

dominan. Karena itu tekanan utama dari teori ini terletak pada perilaku pemimpin

dalam hubungannya dengan bawahan.16

Dari beberapa pendekatan tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya

kepemimpinan seseorang tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dalam

jabatannya seperti terlihat dari peningkatan kemampuan atau ketrampilan yang dapat

dikembangkan, meskipun mungkin tidak mencapai titik kemampuan yang terpendam

dalam dirinya. Gaya kepemimpinan itu menuntut adanya kemahiran untuk membaca

situasi seperti yang berkaitan dengan iklim kerja di dalam organisasi, yang sering

menampakkan gejalanya dalam berbagai bentuk seperti absentisme yang tinggi,

banyaknya pegawai yang minta berhenti, disiplin yang rendah, produktivitas yang

tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa gaya kepemimpinan kepala

sekolah adalah sikap dan perilaku kepala sekolah terhadap bawahan dalam mencapai

tujuan organisasi sekolah. Setiap pemimpin mempunyai berbagai macam gaya

kepemimpinan yang diterapkan ke dalam organisasi. Pemimpin mungkin memiliki

gaya kepemimpinan demokratis atau otokratis. Pemimpin yang baik akan

mengkomunikasikan energinya, antusiasmenya, ambisinya, kesabarannya,

kesukaannya dan arahannya demi mencapai tujuan yang diharapkan.

16 Ibid. Hal 112 -115

Page 27: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

26

2.1.3.1 Kepemimpinan Otokratis

Secara etimologis, otoriter berarti �berkuasa sendiri, sewenang-wenang�.

Sedangkan secara terminologis kepemimpinan otoriter adalah �menempatkan

kekuasaan ditangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang diantara mereka

tetap ada seorang yang berkuasa� 17

Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator

terhadap anggota kelompoknya. Baginya pemimpin adalah menggerakkan dan

memaksa seseorang. Kekuasaan pemimpin yang otokrasi hanya dibatasi oleh undang-

undang. Penafsirannya sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan

memberi perintah. Kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankannya,

tidak boleh membantah ataupun mengajukan saran.18

Pemimpin yang otokrasi tidak menghendaki rapat-rapat atau musyawarah.

Berkumpul atau rapat berarti untuk menyampaikan instruksi-instruksi. Setiap

perbedaan pendapat di antara anggota-anggota kelompok diartikan sebagai kepicikan,

pembangkangan atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah

ditetapkannya.19

Dalam tindakan dan perbuatannya ia tidak dapat di ganggu gugat. Kekuasaan

yang berlebihan ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik, sikap asal bapak

senang atau sikap sumuhan dawuh terhadap pemimpin dan kecenderungan untuk

17 Hadari Nawawi & Martini Hadari, �Kepemimpinan yang Efektif�, (Yogyakarta : Gajah

Mada University Press), 2002, Cet ke-3, h.94 18 Ngalim Poerwanto, Op.Cit, h. 48 19 Ibid, h.48-49

Page 28: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

27

mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung. Dominasi yang

berlebihan ini akan menimbulkan sifat apatis, sifat agresif pada anggota kelompok

terhadap pemimpinnya.

Pemimpin yang bertipe demikian dipandang sebagai orang yang memberikan

perintah dan mengharapkan pelaksanaannya secara dogmatis dan selalu positif.

Dengan segala kemampuannya, ia berusaha menakut-nakuti bawahannya dengan

jalan memberikan hukuman tertentu bagi yang berbuat negatif, dan hadiah untuk

seorang bawahan yang bekerja dengan baik.20

Beberapa pemimpin otoriter dinilai sebagai �benevolent autocrats� (pseudo

democratic). Meskipun mereka nampaknya mendengarkan saran-saran/pendapat-

pendapat para anggota kelompok sebelum keputusan dicapai, toh pada akhirnya

keputusan yang diambil adalah atas dasar pendapat mereka sendiri. Mereka

barangkali mempunyai keinginan untuk mendengarkan dan mempertimbangkan ide-

ide bawahan, namun manakala suatu keputusan dibuat, mungkin lebih otoriter dari

pada sebelumnya.21

Seorang pemimpin yang otoriter bersifat ingin berkuasa, sehingga suasana di

sekolah selalu tegang. Pemimpin sama sekali tidak memberi kebebasan kepada

anggota kelompok untuk turut ambil bagian dalam memutuskan suatu persoalan.

Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberi kesempatan

20 Burhanuddin, Op.Cit, h.99 21 Ibid, h.100

Page 29: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

28

untuk mengeluarkan pendapat mereka. Kepala sekolah bebas membuat suatu

peraturan sendiri dan peraturan tersebut harus ditaati dan diikuti oleh anggota.

Salah satu contoh, kepala sekolah yang kurang mau mendengarkan atau

mengindahkan pendapat-pendapat, ide-ide dan saran-saran yang kreatif dari guru-

guru atau staf sekolah yang dipimpinnya. Dalam rapat-rapat sekolah maka kepala

sekolah tersebut hanya memajukan dan melaksanakan ide-ide dan keinginannya

sendiri saja untuk diterima dan dijadikan rapat.

Akibat negatif yang dapat ditimbulkan kepemimpinan otoriter antara lain :

1. Guru menjadi manusia penurut yang tidak berani mengambil keputusan

sehingga sangat tergantung pada pimpinan atau kepala sekolah.

2. Kesediaan guru, staf dan murid bekerja keras bersifat terpaksa dan berpura-

pura karena didasari rasa tertekan, takut dan ketegangan karena terus

menerus dibayangi dengan sanksi dan hukuman.

3. Sekolah menjadi bersifat statis.22

Kepemimpinan otoriter menimbulkan suasana kaku, tegang, mencekam,

menakutkan sehingga dapat berakibat lebih lanjut timbulnya ketidakpuasan.

Kepemimpinan otoriter juga memberikan keuntungan antara lain : disiplin dapat

dikontrol dengan baik, semua pekerjaan dapat berlangsung secara tertib dan teratur,

cepat serta tegas dalam membuat keputusan dan tindakan sehingga untuk sementara

produktifitas dapat naik.

Adapun ciri seorang pemimpin yang otokratis adalah :

22 Hadari Nawawi & Martini Hadari, Op.Cit, h.94

Page 30: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

29

1. Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi

2. Mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

3. Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata

4. Tidak mau menerima pendapat, saran, dan kritik

5. Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya

6. Cara menggerakkan bawahan dengan pendekatan paksaan dan bersifat

mencari kesalahan/menghukum.23

2.1.3.2 Kepemimpinan laissez faire

Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan tipe kepemimpinan otoriter.

Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang

dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak

dan kepentingan masing-masing. Semua kebijaksanaan, metode dan sebagainya

menjadi hak sepenuhnya dari orang yang dipimpin, seluruh kegiatan tersebut

berlangsung tanpa dorongan, bimbingan dan pengaruh dari pimpinan.

Pimpinan dalam gaya situasi ini berpendapat bahwa tugasnya adalah menjaga

dan menjamin kebebasan tersebut serta menyediakan segala kebutuhan dan fasilitas

yang dibutuhkan organisasi. Dalam kepemimpinan seperti ini setiap terjadi kekeliruan

atau kesalahan maka pimpinan selalu berlepas tangan karena merasa tidak ikut serta

menetapkan keputusan dalam setiap kegiatan.

Suasana kerja seperti ini akan menimbulkan berbagai hal negatif, antara lain :

menimbulkan kekacauan dalam pelaksanaan tugas, karena pejabat bekerja secara

23 Ngalim Poerwanto, Op.Cit, h. 50-51

Page 31: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

30

masing-masing, anggota kelompok tidak merasakan ada kepemimpinan dalam

kelompoknya, apabila muncul masalah maka tidak pernah terpecahkan sampai tuntas

dan memuaskan, banyak program atau pekerjaan tertunda.24

Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan

pimpinan.Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya.

Pemimpin yang termasuk tipe ini sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi

terhadap pekerjaan anggotanya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan kepada

anggota kelompok, tanpa petunjuk atau saran dari pimpinan.

Dengan demikian mudah terjadi kekacauan. Tingkat keberhasilan organisasi

atau lembaga yang dipimpin dengan gaya seperti ini semata-mata disebabkan karena

kesadaran dan dedikasi dari beberapa anggota kelompok bukan karena pengaruh dari

pemimpinnya. Di dalam tipe kepemimpinan ini, biasanya struktur organisasinya tidak

jelas dan kabur. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana yang terarah dan tanpa

pengawasan dari pimpinan.

Pemimpin demikian biasanya mempunyai ketergantungan yang besar pada

anggota kelompok untuk menetapkan tujuan-tujuan dan alat-alat/cara mencapainya.

Pemimpin pada gaya ini menganggap bahwa peranan mereka sebenarnya sebagai

orang yang berusaha memberikan kemudahan kerja para pengikut, umpama dengan

jalan menyampaikan informasi kepada orang-orang yang dipimpinnya, serta sebagai

penghubung dengan lingkungan yang ada di luar kelompok.

24 Tim Penyusun FISIP UT, �Materi Pokok Kepemimpinan�, (Jakarta : Universitas Terbuka),

1988, Cet ke-1, h.211

Page 32: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

31

Dari uraian tersebut dapat diketahui ciri-ciri dari kepemimpinan Laissez -Faire

sebagai berikut :

1) Tidak yakin pada kemampuan sendiri

2) Tidak berani menetapkan tujuan untuk kelompok

3) Tidak berani menanggung resiko

4) Membatasi komunikasi dan hubungan kelompok

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa inti dari kepemimpinan laissez

faire bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian sebenarnya. Kendatipun

demikian, kepemimpinan laissez faire juga memberikan keuntungan antara lain para

anggota (guru) atau bawahan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

2.1.3.3 Kepemimpinan Demokratis

Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan

sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota

kelompoknya. Pemimpin demokratis sering mengajak pengikutnya dalam mengambil

keputusan, konsensus dan pemberdayaan. Hubungan dengan anggota kelompok

bukan sebagai majikan terhadap buruhnya melainkan sebagai saudara tua diantara

saudara-saudara teman sekerjanya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha

menstimulasi anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan

bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan

dan kebutuhan kelompoknya dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan

kelompoknya. Dalam melaksanakan tugasnya ia mau menerima dan mengharapkan

saran dan kritik dari kelompoknya. Juga kritik-kritik yang membangun dari para

Page 33: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

32

anggota yang diterimanya sebagai umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan

dalam tindakan-tindakan berikutnya.25

Ia mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh kepercayaan

pula pada anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik

dan bertanggung jawab. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha memupuk rasa

kekeluargaan dan persatuan. Ia senantiasa berusaha membangun semangat anggota-

anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya. Di

samping itu, ia juga memberi kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada

anggota kelompoknya dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan

tanggung jawabnya.26

Pemimpin gaya demikian mengadakan konsultasi dengan para bawahannya

mengenai tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang diusulkan/dikehendaki

oleh pimpinan, serta berusaha memberikan dorongan untuk turut serta aktif

melaksanakan semua keputusan dan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan itu.

Tipe kepemimpinan ini dipandang berada pada sebuah bentuk spektrum yang

diurutkan mulai dari orang yang bertindak atas persetujuan dengan bawahan sampai

kepada yang membuat keputusan-keputusan namun sudah berkonsultasi sebelumnya

dengan para anggota kelompoknya.27

Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikutsertakan

seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala sekolah yang

25 Ngalim Poerwanto, Op.Cit, h. 50 26 Ibid 27 Burhanuddin,Op.Cit, h.99

Page 34: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

33

demikian akan selalu menghargai pendapat atau kreasi anggotanya/guru-gurunya

yang ada di bawahnya dalam rangka membina sekolahnya.

Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin lebih mementingkan kepentingan

bersama daripada kepentingan sendiri, sehingga terciptalah hubungan dan kerjasama

yang baik dan harmonis, saling bantu membantu di dalam melaksanakan tugas sehari-

hari sudah barang tentu dengan terciptanya suasana kerja yang sehat ini baik guru,

tata usaha dan kepala sekolah bekerja dengan kegembiraan dan kesenangan hati untuk

memajukan rencana pendidikan di sekolah.

Kalau di sekolah dilaksanakan kepemimpinan pendidikan yang bersifat

demokratis, maka ini merupakan hasil interaksi kelompok, dimana setiap orang

dipandang memiliki potensi dapat memberikan sumbangan prosedur kooperatif, yang

dimanfaatkan secara luas. Pemimpin-pemimpin yang mengusahakan perbaikan dalam

pengajaran akan selalu mencari jalan untuk mengembangkan potensi kepemimpinan

yang terdapat pada orang lain.

Dalam kepemimpinan demokratis kepala sekolah harus sadar bahwa

kurikulum yang ada perlu dipahami benar-benar oleh guru-guru, sehingga mereka

dapat menjabarkannya secara luas dan dapat mengembangkan secara kreatif. Dalam

hal ini kepala sekolah bersama-sama dengan guru memahami masalah proses belajar

mengajar yang efektif, menyusun program-program kurikulum dan kegiatan-kegiatan

tambahannya, termasuk dalam hal ini program tahunan.

Selain itu kepala sekolah ikut menentukan tinggi rendahnya moral guru.

Untuk itu kepala sekolah harus dapat menciptakan situasi belajar dan mengajar yang

Page 35: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

34

baik untuk mempertinggi moral guru-guru, sehingga mereka dapat menjalankan

tugasnya dengan baik dan dengan rasa tanggung jawab. Karena moral atau tata cara

akhlak/sikap yang tercermin lewat tingkah laku guru-guru tersebut, sangatlah penting

artinya dan menentukan juga terhadap jalannya proses belajar mengajar.

Adapun ciri seorang pemimpin yang demokratis adalah sebagai berikut :

1) Senang menerima saran, pendapat dan kritikan dari bawahan

2) Mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan

3) Membuat keputusaan bersama dengan anggota kelompok

4) Menjelaskan sebab-sebab keputusan yang dibuat sendiri kepada kelompok

5) Feed back dijadikan sebagai salah satu masukan yang berharga 28

2.2 Efektivitas Mengajar

2.2.3 Definisi Efektivitas Mengajar

Sebelum menguraikan definisi efektivitas mengajar, ada baiknya kita

menguraikan definisi dari efektif, mengajar dan efektivitas mengajar. Efektivitas

sering diartikan sebagai keberhasilan di dalam mencapai sesuatu. Dalam memaknai

efektivitas setiap orang memberi arti yang berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan

kepentingan masing-masing. Hal tersebut diakui oleh Chung dan Maginson (1981),

�Efectivenes means different to different people�.29 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1990:219) dikemukakan bahwa efektif berarti ada efeknya (akibat,

28 Ibid. h. 52 29 E Mulyasa, Op.Cit, h.82

Page 36: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

35

pengaruh, kesan), manjur, mujarab, dapat membawa hasil.30 Jadi efektivitas adalah

adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang

dituju.31

Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan

memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa efektivitas berkaitan

dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan

adanya partisipasi aktif dari anggota. Masalah efektivitas biasanya berkaitan erat

dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah

disusun sebelumnya atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan..

Dalam pengajaran yang efektif, guru dapat mengajar bagaimana seharusnya

siswa belajar dan menginternalisasikan nilai-nilai agar siswa mau belajar terus-

menerus sepanjang hayatnya. Kesadaran belajar sepanjang hidupnya demikian sangat

diperlukan, mengingat perkembangan dan tuntutan dunia yang berkembang melesat

seperti sekarang ini, hanya dapat diikuti oleh orang yang sepanjang waktu mau

belajar.

Dalam efektivitas terdiri atas 3 kriteria waktu yang meliputi : 1. Jangka pendek untuk menunjukkan hasil kegiatan dalam kurun waktu sekitar

satu tahun, dengan kriteria kepuasan, efisiensi dan produksi. 2. Jangka menengah, dalam waktu 5 tahun dengan kriteria perkembangan serta

kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan organisasi. 3. Jangka panjang, waktu ini digunakan untuk menilai waktu yang akan datang,

menggunakan kriteria kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan

30 Agus Sulistyo, �Kamus Bahasa Indonesia�, (Surakarta : ITA, 1999), h.128 31 E.Mulyasa, Loc.Cit

Page 37: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

36

hidup dan kemampuan membuat perencanaan strategis bagi kegiatan di masa depan.32

Sedangkan pengertian mengajar adalah :

1. Mengajar adalah menyuruh anak menghafal.

2. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan.

3. Mengajar adalah menggunakan satu metode mengajar tertentu.33

Pengertian mengajar dalam arti luas yaitu :

1) Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. Pada definisi ini tujuan

mengajar ialah penguasaan pengetahuan oleh anak. Anak dianggap pasif.

Pengajaran bersifat teacher centered, karena gurulah yang memegang peranan

utama. Sering ilmu pengetahuan kebanyakan diambil dari buku pelajaran yang

tidak dihubungkan dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran

serupa ini disebut intelektualitas sebab menekankan dari segi pengetahuan.

2) Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak. Menyampaikan

kebudayaan pada anak berarti mengenalkan kebudayaan bangsanya dan

kebudayaan dunia. Bukan saja hanya mengenalkan akan tetapi ada pula yang

mengharapkan agar anak-anak tidak hanya menguasai kebudayaan yang ada,

tetapi agar mereka juga turut membantu memperkaya kebudayaan itu dengan

mencipatakan kebudayaan baru menurut zaman yang senantiasa berubah itu.

3) Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan

sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses

32 E. Mulyasa, Loc.Cit. 33 S. Nasution, �Didaktik Asas-asas Mengajar�, ( Jakarta : Bumi Aksara ), 2004, h.7

Page 38: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

37

belajar mengajar. Dalam hal ini mengajar itu suatu usaha dari pihak guru, yakni

mengatur lingkungan, sehingga terbentuklah suatu suasana yang sebaik-baiknya

bagi anak untuk belajar, yang belajar adalah anak itu sendiri berkat kegiatannya

sendiri, guru hanya dapat membimbing anak. Oleh karena itu dimanfaatkannya

segala faktor dalam lingkungan, termasuk dirinya, buku-buku, alat peraga

lingkungan, sumber lain dan sebagainya. Dalam hal ini pengajaran lebih bersifat

pupil centered, guru berperan sebagai �manager of learning� .34

Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat tahapan sebelum memulai tugas

pengajaran. Adapun tahapan tersebut terdiri dari 3 tahap yaitu :

1. Tahap persiapan atau perencanaan.

Moh. Uzer Usman mengatakan bahwa komponen yang penting dalam

penyusunan program pengajaran adalah sebagai berikut :

a). Penguasaan materi pelajaran

b). Analisis materi pelajaran

c) Program satuan pelajaran

d). Rencana pengajaran35

Guru diharapkan mampu membuat persiapan mengajar secara teratur dan

tertulis di samping penguasaan bahan yang di perlukan, dan persiapan yang telah

dibuat sebaiknya dikaji kembali sebelum dilaksanakan di depan kelas, jika ada hal-hal

yang perlu direvisi atau disempurnakan.

34 Ibid, h. 4 -5 35 Moh. Uzer Usman, Op.Cit, hal. 50

Page 39: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

38

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini berlangsung pada saat guru memimpin kegiatan belajar

mengajar. Pada tahap ini guru harus senantiasa mengupayakan dan menjaga agar

siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Agar kegiatan proses belajar mengajar berjalan dengan baik maka guru harus

menguasai bahan pengajaran yang akan diberikan, memilih metode yang tepat,

menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang menunjang, mengetahui

sistematika bahan yag akan diberikan serta mengatur tugas siswa.

3. Tahap penilaian atau evaluasi

Pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap kegiatan belajar mengajar yang

baru saja berlangsung. Penilaian tersebut ada yang berkaitan dengan materi dan juga

proses bagaimana murid memperoleh materi tersebut.

Untuk mengetahui apakah materi yang diberikan dipahami atau tidak, dapat

dilakukan dengan jalan membuat rangkuman intii pelajaran yang dilakukan murid.

Sedangkan untuk menilai terhadap proses bagaimana murid memahami bahan

pelajaran yang diberikan, dapat dilakukan dengan jalan memberikan soal-soal yang

berkaitan dengan pelajaran yang telah berlangsung

Berdasarkan definisi mengajar di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar pada

hakikatnya adalah suatu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada

disekitarnya sehingga siswa dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan

proses belajar mengajar. Serta adanya proses memberikan bimbingan atau bantuan

kepada siswa dalam melakukan belajar mengajar.

Page 40: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

39

Sedangkan definisi dari efektivitas mengajar adalah suatu aktivitas guru di

dalam proses pengajaran yang mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas mengajar

dapat dilihat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses

pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat

belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri. Selain itu efektivitas mengajar

sama juga dikatakan proses pengajaran dan pembelajaran yang berhasil yang dilihat

dari cara guru menyampaikan proses pengajaran dengan berbagai strategi pengajaran

kepada siswa dengan melihat dari kualitas peserta didik.

Dengan demikian efektivitas mengajar adalah tolok ukur sampai sejauh mana

keberhasilan antara hasil yang dicapai siswa dalam kaitannya dengan tahapan

pelaksanaan pengajaran.

2.2.4 Indikator Efektivitas Mengajar

Indikator efektivitas mengajar dimaksudkan sebagai alat untuk mengukur

efektivitas mengajar guru di sekolah. Kriteria yang digunakan untuk menggambarkan

efektivitas mengajar biasanya dapat dilihat dari keberhasilan akademik yang

diperoleh guru dan kompetensi guru. Menurut Syaiful Bahri Djamarah indikator

efektivitas mengajar sebagai berikut :36

2.2.2.1. Perilaku yang digariskan dalam Tujuan Pengajaran

Sebelum melaksanakan pengajaran guru diwajibkan merumuskan tujuan

pengajaran. Perumusan tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat

36 Syaiful Bahri Djamarah, �Strategi Belajar Mengajar�, (Jakarta : Rineka Cipta ), 2002, h.

120

Page 41: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

40

operasional dan konkret, yakni Tujuan Instruksional Umum, Tujuan Instruksional

Khusus, Tujuan Kurikuler, Tujuan Nasional sampai kepada tujuan yang bersifat

universal. Oemar Hamalik mengemukakan bahwa �Dalam pengajaran perumusan

tujuan adalah yang utama dalam setiap proses pengajaran. Perumusan ini senantiasa

diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu, proses pengajaran

harus direncanakan. Ketercapaian tujuan dapat dicek atau di kontrol sejauh mana

tujuan itu telah dicapai.�37

Perumusan tujuan pengajaran dimaksudkan agar siswa mengalami perubahan

tingkah laku yang diinginkan sebagai sasaran dari kegiatan belajar mengajar. Sasaran

yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu, tujuan pengajaran yang

dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh anak didik. Bila

tidak, maka kegiatan belajar mengajar tidak punya arah dan tujuan yang pasti. Akibat

selanjutnya perubahan yang diharapkan terjadi pada anak didik pun sukar diketahui,

karena penyimpangan-penyimpangan dari kegiatan belajar mengajar. Karena itu

rumusan tujuan pengajaran dalam belajar mengajar mutlak dilakukan oleh guru

sebelum melakukan tugasnya di sekolah.

Dalam proses belajar mengajar guru dapat menilai siswa tidak hanya melalui

kemampuan intelegensi yang dimilikinya akan tetapi perubahan perilaku pun ikut

menentukan. Perubahan ini berkaitan dengan perilaku yang digariskan dalam tujuan

pembelajaran khusus yang telah dicapai siswa baik individu maupun kelompok.

37 Oemar Hamalik, �Kurikulum dan Pembelajaran�, (Jakarta : Bumi Aksara), 2005, Cet ke-5,

h.55

Page 42: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

41

Perubahan perilaku ini merupakan wujud dari hasil belajar yang dicapai siswa dengan

mengikuti pedoman tujuan pembelajaran. Perubahan perilaku dapat dilihat dari 3

aspek yaitu : (1). Kognitif, (2). Afektif, (3). Psikomotorik.38

Ranah Kognitif. Aspek kognitif ini dilakukan secara menyeluruh dari segi

pemahaman terhadap materi atau bahan pelajaran yang diberikan. Aspek kognitif

terdiri dari penilaian pengetahuan tentang :

1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge). Kemampuan seseorang untuk mengingat

kembali materi yang telah diajarkan tanpa mengharapkan kemampuan untuk

menggunakannya.

2. Pemahaman. Kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu

setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.

3. Penerapan/aplikasi. Kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan

ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus,

teori-teori dalam situasi yang baru dan kongkret.

4. Analisis. Kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau

keadaan menurut bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan

diantara bagian-bagian atau faktor yang satu dengan yang lainnya.

38 Ibid, h.161-163

Page 43: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

42

5. Sintesis. Kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir

analisis. Kemampuan seseorang yang memadukan bagian secara logis, sehingga

menjelma menjadi suatu pola yang terstruktur atau berbentuk pola baru.

6. Penilaian/penghargaan/evaluasi. Merupakan jenjang berfikir yang paling tinggi

dalam aspek kignitif. Kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan

terhadap suatu situasi, nilai atau ide.

Ranah Afektif. Ukuran aspek afektif berhubungan dengan pandangan siswa

yang melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat pribadi siswa terhadap hal yang

relatif sederhana tapi bukan fakta. Aspek afektif ini berkaitan dengan sikap atau nilai

siswa yang telah mendalam di sanubarinya, dan guru meminta siswa untuk

mempertahankan pendapatnya. Sehubungan dengan tujuan penilaiannya, maka yang

menjadi sasaran penilaian kawasan afektif adalah perilaku anak didik bukan

pengetahuannya.

Ranah Psikomotorik. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan

ketrampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman

belajar tertentu. Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar

psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan

tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan afektif.

Page 44: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

43

2.2.2.2. Daya Serap Siswa Terhadap Bahan Pelajaran

Daya serap terhadap bahan pelajaran biasanya terlihat setelah guru

melaksanakan pengajaran. Penilaian yang dilakukan terhadap siswa dapat

dilaksanakan ketika pelajaran berlangsung maupun sebelum pelajaran berlangsung.

Biasanya daya serap terhadap bahan pelajaran ini dilaksanakan dengan pemberian tes

baik tertulis maupun tes lisan. Daya serap terhadap pelajaran yang diajarkan

berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa mencapai prestasi tinggi baik

secara individual maupun kelompok.

Dari kedua indikator efektivitas mengajar yang telah diuraikan dapat

disimpulkan bahwa kedua indikator tersebut sangatlah berkaitan untuk mencapai

tingkat keberhasilan guru dalam mengajar. Namun demikian, indikator yang biasa

digunakan sebagai tolok ukur adalah daya serap siswa terhadap materi.

2.2.5 Tolok Ukur Efektivitas Mengajar

Tolok ukur efektivitas mengajar dimaksudkan sebagai ukuran atau patokan

dalam menentukan tingkat keberhasilan suatu pengajaran. Dari indikator yang sudah

diuraikan, indikator yang digunakan sebagai tolok ukur efektivitas mengajar menurut

Syaiful Bahri Djamarah adalah :39

2.2.3.1. Daya serap siswa terhadap materi

Daya serap siswa terhadap materi yang telah diajarkan dapat dilihat melalui

perolehan angka. Penilaian terhadap kemampuan siswa idealnya menggunakan

39 Syaful Bahri Djamarah.Ibid

Page 45: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

44

pengukuran intelegensia atau potensi yang dimilikinya. Namun mengingat sulitnya

alat ukur tersebut diperoleh guru, maka guru dapat melakukan penilaian ini dengan

mempelajari dan menganalisis kemajuan-kemajuan belajar yang ditunjukkannya,

misalnya analisis terhadap hasil belajar, hasil tes seleksi masuk, nilai STTB, nilai

rapor dan hasil ulangan harian. Melalui analisis ini setidaknya guru dapat membuat

kategori kemampuan siswa dalam tiga kategori yakni : tinggi, sedang, kurang.

Analisis kemampuan ini sangat bermanfaat bagi guru dalam menentukan strategi

pengajaran sesuai dengan kemampuan siswa. Pendekatan pengajaran berdasarkan tiga

kategori tersebut tentu harus berbeda agar diperoleh hasil belajar yang optimal.

Demikian pula sikap guru dalam menghadapi siswa sesuai dengan potensinya banyak

memberikan pengaruh terhadap kemajuan belajar siswa.40

Daya serap siswa terhadap materi ini dapat juga ditinjau dari sudut proses (by

process) pengajaran dan dari sudut hasil yang dicapainya. Dari sudut proses

pengajaran, kriteria ini menekankan pada pengajaran sebagai suatu proses interaksi

antara guru dengan siswa secara sistematis Proses pengajaran merupakan interaksi

dinamis sehingga siswa sebagai subyek yang belajar mampu mengembangkan

potensinya melalui belajar sendiri dan tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara

efektif. Selain itu guru juga harus mengadakan evaluasi terhadap proses pengajaran

yang telah dilakukan. Evaluasi terhadap proses pengajaran dilakukan sebagai bagian

integral dari pengajaran itu sendiri. Artinya, evaluasi proses bertujuan menilai

40 Nana Sudjana, �Teknologi Pengajaran�, (Bandung : Algesindo ), Cet.ke-3, 2001, h. 143

Page 46: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

45

keefektifan dan efisiensi kegiatan pengajaran sebagai bahan untuk perbaikan dan

penyempurnaan program dan pelaksanaannya. Sedangkan dari sudut hasil yang

dicapainya (by product). Kriteria pada segi hasil atau produk menekankan kepada

tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan baik

secara individual maupun kelompok. Tingkat pemahaman dan penguasaan materi ini

dapat ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas.41

Demikian tolok ukur yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan

tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Namun pada umumnya yang dijadikan

sebagai tolok ukur keberhasilan dari keduanya ialah daya serap siswa terhadap

pelajaran. Biasanya guru hanya menjadikan tolok ukur efektivitas mengajar melalui

kemampuan intelegensi siswa dengan tingkat keberhasilan : istimewa/maksimal, baik

sekali/optimal, baik/minimal dan kurang. Akan tetapi guru juga tidak

mengesampingkan aspek lain, karena dalam kurikulum yang berlaku saat ini untuk

mengetahui sampai sejauhmana tingkat keberhasilan belajar mengajar perlu

ditetapkan aspek yang di ukur (kognitif, afektif, psikomotorik) serta menggunakan

berbagai tehnik penilaian.

41 Nana Sudjana, �Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar�, (Bandung : Sinar Baru), 1987,

h.35

Page 47: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

46

2.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan

efektif, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafat yang

dianutnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya guru harus berpedoman

pada kurikulum yang berlaku saat ini kurikulum yang telah disempurnakan antara lain

bahwa sesuatu dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khususnya dapat

tercapai.

Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru harus

berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya dengan

baik dan sistematik. Namun terkadang, keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi

kegagalan yang ditemui. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor sebagai

penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai

faktor itu juga sebagai pendukungnya. Berbagai faktor tersebut meliputi :42

2.2.4.1. Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam

kegiatan belajar-mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar

berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya

tujuan (efektivitas) sama halnya dengan keberhasilan pengajaran. Sedikit banyaknya

perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh

42 Syaiful Djamarah, Op.Cit, h. 123-135

Page 48: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

47

guru, dan secara langsung guru mempengaruhi kegiatan belajar anak didik. Guru

dengan sengaja menciptakan lingkungan belajar guna mencapai tujuan. Jika kegiatan

belajar anak didik dan kegiatan mengajar guru bertentangan, dengan sendirinya

tujuan pengajaran itu gagal untuk di capai. Karena sebagai pedoman sekaligus

sebagai sasaran yang akan di capai dalam setiap kali kegiatan belajar mengajar, maka

guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan pembelajarannya. Tujuan pembelajaran

khusus (TPK) ini harus dirumuskan secara operasional dengan memenuhi syarat-

syarat tertentu, yaitu :

1) Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan di capai.

2) Membatasi dalam keadaan mana perubahan perilaku diharapkan dapat terjadi

3) Secara spesifik menyatakan kriteria perubahan perilaku dalam arti

menggambarkan standar minimal perilaku yang dapat di terima sebagai hasil

yang di capai.

Perumusan TPK yang bermacam-macam akan menghasilkan belajar atau

perubahan perilaku anak yang bermacam-macam pula. Hal itu berarti keberhasilan

proses belajar mengajar bervariasi juga. Perilaku yang mana yang hendak dihasilkan,

menghendaki perumusan TPK yang sesuai dengan perilaku yang hendak dihasilkan.

Sebagai contohnya bila perilaku guru yang hendak di capai adalah agar anak dapat

membaca maka perumusan TPK nya harus mendukung tercapainya keterampilan

membaca yang diinginkan itu. Bila perilaku yang hendak di capai guru adalah

keterampilan menulis, maka perumusan TPK nya harus mendukung tercapainya

keterampilan menulis yang diinginkan. Baik keterampilan membaca dan menulis

Page 49: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

48

adalah perilaku yang hendak dihasilkan dari kegiatan belajar mengajar. Bila kedua

keterampilan tersebut dikuasai oleh anak, maka guru dikatakan berhasil dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Tentu saja keberhasilan itu diketahui

setelah dilakukan tes formatif di akhir pengajaran.

2.2.4.2. Guru

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan ilmu pengetahuan kepada

anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang

profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, ia dapat menjadikan anak didik

menjadi orang yang cerdas. Setiap guru mempunyai kepribadian masing-masing

sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian

guru diakui sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka efektivitas

belajar mengajar untuk mengantarkan anak didik menjadi orang yang berilmu

pengetahuan dan berkepribadian. Dari kepribadian itulah dapat mempengaruhi pola

kepemimpinan yang guru perlihatkan ketika melaksanakan tugas mengajar di kelas.

Latar belakang pendidikan dan pengalaman adalah dua aspek yang

mempengaruhi kompetensi seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran. Guru

yang mempunyai latar belakang pendidikan keguruan lebih mudah menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekolah. Karena ia sudah dibekali dengan seperangkat teori

sebagai pendukung kepribadiannya. Kalaupun ditemukan kesulitan hanya pada aspek-

aspek tertentu saja dan hal itu adalah sesuatu yang wajar. Demikian juga dengan guru

yang sudah berpengalaman. Hanya yang membedakannya adalah tingkat kesulitan

yang ditemukan. Tingkat kesulitan yang ditemukan guru semakin hari semakin

Page 50: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

49

berkurang pada aspek tertentu seiring dengan bertambahnya pengalaman sebagai

guru.

Berbeda dengan guru yang bukan berlatar belakang pendidikan keguruan dan

ditambah tidak berpengalaman mengajar, akan banyak menemukan masalah di kelas.

Terjun menjadi guru mungkin dengan tidak membawa bekal berupa teori-teori

pendidikan dan keguruan.

Berbagai permasalahan yang dikemukakan di atas merupakan aspek-aspek

yang ikut mempengaruhi efektivitas mengajar guru.

2.2.4.3. Anak Didik

Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah untuk

mendapat ilmu pengetahuan. Dengan dimasukkan mereka ke sekolah oleh orang tua

mereka. Oleh karena itu guru di tuntut sebagai pengemban tanggung jawab.

Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap seorang anak tetapi dalam jumlah yang

cukup banyak. Anak yang dalam jumlah yang cukup banyak itu tentu saja dari latar

belakang yang berbeda, mulai dari kepribadian, intelektual, biologis, psikologis. Hal

ini sangatlah mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.

Anak yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda itu dikumpulkan di

dalam satu kelas. Hal ini sangatlah mempengaruhi kegiatan mengajar guru yang juga

sebagai pengelola kelas. Selain itu juga ada anak yang menyenangi pelajaran tertentu

dan kurang menyenangi pelajaran yang lain. Ini merupakan perilaku anak yang

bermula dari sikap mereka karena minat yang berlainan. Hal ini tentu saja sangatlah

mempengaruhi kegiatan belajar anak. Biasanya pelajaran yang disenangi, dipelajari

Page 51: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

50

oleh anak dengan senang hati pula. Demikian juga dengan sebaliknya, akibatnya hasil

belajar mereka sangatlah menentukan prestasi yang dicapai.

2.2.4.4. Kegiatan Pengajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan

menghasilkan kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Misalnya guru yang

menggunakan pendekatan individual akan berusaha memahami anak didik sebagai

makhluk individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang

menggunakan pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik sebagai

makhluk sosial. Dari kedua pendekatan tersebut lahirlah kegiatan belajar mengajar

yang berlainan, dengan tingkat keberhasilan belajar mengajar yang tidak sama pula.

Perpaduan dari kedua pendekatan itu akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang

lebih baik. Strategi penggunaan metode mengajar sangatlah menentukan kualitas

hasil belajar mengajar. Jarang ditemukan guru yang hanya menggunakan satu metode

saja di dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan rumusan

tujuan yang guru buat tidak hanya menggunakan satu metode saja melainkan banyak

metode yang digunakan. Penggunaan berbagai macam metode inilah akan mencapai

tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh

guru akan mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar.

2.2.4.5. Bahan dan Alat Evaluasi

Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang

sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan (evaluasi). Alat-alat

evaluasi yang umum digunakan pada waktu ulangan tidak hanya benar-salah dan

Page 52: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

51

pilihan ganda akan tetapi juga menjodohkan, melengkapi, essay. Masing-masing alat

evaluasi tersebut mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Menyadari akan

hal itu, maka jarang ditemukan pembuatan item-item soal yang hanya menggunakan

satu alat evaluasi. Tetapi guru menggabungkannya lebih dari satu alat saja.

Alat evaluasi terdiri dari 2 macam, yaitu alat evaluasi yang bersifat objektif

dan yang bersifat subyektif. Tes yang bersifat objektif ini seperti halnya : pilihan

ganda, benar-salah, melengkapi, menjodohkan. Sifat alat tes objektif ini

mengharuskan anak didik memilih jawaban yang sudah disediakan dan tidak ada

alternatif lain di luar alternatif itu. Maka bila anak didik dapat menjawabnya, dia

cenderung melakukan spekulasi. Akan tetapi tes objektif dapat menampung hampir

semua bahan pelajaran yang sudah dipelajari oleh anak didik dalam satu semester.

Sedangkan alat evaluasi yang bersifat subyektif seperti soal essay dapat mengurangi

tindakan spekulasi pada anak didik. Sebab alat tes ini hanya dapat dijawab bila anak

didik benar-benar menguasai bahan pelajaran dengan baik. Bila tidak maka besar

kemungkinannya anak didik tidak dapat menjawabnya. Selain itu tes subyektif ini

berkaitan dengan tulisan anak didik, apalagi bila tulisan anak didik tidak mudah

terbaca, kejengkelan hati segera muncul dan pemberian nilai tanpa pemeriksaan pun

dilakukan.

Kedua alat evaluasi tersebut sangatlah menentukan hasil belajar yang di capai

siswa. Hal ini berkaitan pula dengan metode penilaian yang akan ditetapkan guru

tersebut. Apakah guru menggunakan penilaian objektif atau subyektif ataukah guru

tersebut mengkombinasikan kedua alat evaluasi tersebut dalam satu semester.

Page 53: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

52

Sehingga akan terlihat tingkat kemampuan siswa dalam menyerap materi yang

diajarkan.

2.2.4.6. Suasana Evaluasi

Faktor suasana evaluasi juga sangat mempengaruhi efektivitas belajar

mengajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Semua anak

didik di bagi menurut kelas masing-masing. Besar kecilnya jumlah anak didik yang

dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas. Sekaligus

mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Sistem silang adalah tehnik lain

dari kegiatan mengelompokkan anak didik dalam rangka evaluasi. Sistem ini

dimaksudkan untuk mendapat data hasil evaluasi yang benar-benar objektif.

Karena sikap mental anak didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur,

maka hadirkanlah satu atau dua orang pengawas atau guru yang ditugaskan untuk

mengawasinya. Selama pelaksanaan evaluasi, selama itu juga seorang pengawas

mengamati semua sikap, gerak-gerik yang dilakukan oleh anak didik. Pengawasan

yang dilakukan itu tidak hanya duduk berlama-lama di kursi, tapi dapat berjalan dari

muka ke belakang sewaktu-waktu sesuai keadaan.

Suasana evaluasi yang demikian tentu saja disadari atau tidak, merugikan

anak didik untuk bersikap jujur dengan sungguh-sungguh belajar di rumah dalam

mempersiapkan menghadapi ulangan. Siswa merasa diperlakukan secara tidak adil,

mereka tentu saja kecewa, sedih, berontak dalam hati, mengapa harus terjadi suasana

evaluasi yang kurang sedap di pandang mata itu. Dampak di kemudian hari dari sikap

pengawas yang demikian itu, adalah mengakibatkan anak didik kemungkinan besar

Page 54: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

53

untuk malas belajar dan kurang memperhatikan penjelasan guru ketika belajar

mengajar berlangsung. Hal seperti inilah yang seharusnya tidak boleh terjadi pada

diri siswa. Inilah dampak yang merugikan terhadap keberhasilan belajar mengajar.

2.3. Kerangka Berfikir dan Hipotesis

2.3.1. Kerangka Berfikir

Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang berasal dari sifat-sifat

yang dibawa sejak lahir yang terdapat pada diri seorang pemimpin. Menurut konsep

ini kepemimpinan diartikan sebagai �traits within the individual leader�. Seorang

pemimpin dapat menjadi pemimpin karena memang dilahirkan sebagai pemimpin dan

bukan karena dibuat atau dididik untuk itu (leaders were born not made). Akan tetapi

konsep tersebut berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kini konsep

kepemimpinan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor dengan upaya untuk dapat

mewujudkan tujuan organisasi. Sama halnya dengan kepala sekolah yang juga

dikategorikan sebagai pemimpin dalam sekolah. Kepala sekolah harus mempunyai

berbagai macam kemampuan untuk dapat bekerjasama agar dapat mewujudkan tujuan

yang diinginkan.

Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut sangatlah berkaitan dengan

kepemimpinan yang diterapkan. Konsep kepemimpinan berkaitan dengan kompetensi

dan gaya yang diterapkan oleh pemimpin. Gaya kepemimpinan menunjukkan bahwa

kita berurusan dengan kombinasi bahasa dan tindakan. Pola bahasa dan tindakan yang

bagaimana yang dapat digunakan kepala sekolah untuk membantu guru mencapai

tujuan pengajaran yang diinginkan. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa

Page 55: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

54

meningkatkan efektivitas kinerja guru. Sehingga dengan kepemimpinan yang

diterapkan kepala sekolah akan mampu memberdayakan guru-guru untuk

melaksanakan proses pengajaran dengan baik yang sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan.

Gaya kepemimpinan meliputi : Otokratis, Laissez-Faire dan Demokratis.

Kepala sekolah menerapkan gaya kepemimpinan otokratis dengan cara tidak

memberikan kebebasan kepada guru untuk turut ambil bagian dalam memutuskan

persoalan dan tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat pada waktu

musyawarah. Sehingga guru harus mengikuti peraturan yang dibuat sendiri oleh

kepala sekolah. Dalam hal ini tentu saja efektivitas mengajar guru tergantung kepada

kepala sekolah. Gaya kepemimpinan Laissez-Faire, kepala sekolah tidak memberikan

arahan kepada guru dalam melakukan pekerjaan. Guru diberikan kebebasan tanpa

adanya dukungan dan arahan dari kepala sekolah. Sehingga pekerjaan guru menjadi

tidak terarah dan kacau. Sedangkan gaya kepemimpinan Demokratis, kepala sekolah

memberikan kebebasan kepada guru untuk membuat program rencana pengajaran

dengan cara mengadakan konsultasi dan musyawarah dengan tujuan supaya

perencanan pengajaran yang dibuat guru dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang

diinginkan.

Jika kepala sekolah menerapkan kepemimpinan maka efektivitas mengajar

guru akan berhasil. Dengan demikian terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala

sekolah terhadap efektivitas mengajar guru.

Page 56: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

55

2.3.2. Hipotesis

Sesuai dengan masalah yang akan diteliti, dalam uraian teori dan kerangka

berfikir yang dikembangkan maka hipotesis dalam skripsi ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Ho = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah

dengan efektivitas mengajar guru.

Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah

dengan efektivitas mengajar guru.

Page 57: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

56

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini antara lain :

1. Mengetahui tingkat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan

tingkat efektivitas mengajar guru.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat melakukan penelitian di SMA Islam Panglima Besar Soedirman yang

berlokasi di Jl. Raya Bogor KM 24 Kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar Rebo

Kotamadya Jakarta Timur. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 14 Agustus

sampai 2 September 2006

Populasi

Populasi Penelitian

Populasi yang dimaksud adalah seluruh guru yang ada di SMA Islam

Panglima Besar Soedirman yang berjumlah 50 orang.

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini penulis bagi menjadi :

1. Independent Variabel : Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (Variabel X)

2. Dependent Variabel : Efektivitas Mengajar Guru ( Variabel Y)

Page 58: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

57

Instrumen Pengumpulan Data

Definisi Konseptual

Definisi konseptual kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seorang

pemimpin untuk membimbing, mengarahkan dan menggerakkan bawahannya untuk

mencapai tujuan organisasi.

Definisi konseptual efektivitas mengajar adalah tolok ukur sampai sejauh

mana keberhasilan kelompok orang berinteraksi dalam suatu sistem, untuk

memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya, dan merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam

hubungannya dengan anak didik dengan menggunakan bahan pengajaran yang dapat

menimbulkan proses belajar mengajar sehingga kualitas pendidikan akan efektif dan

efisien.

Definisi Operasional

Definisi operasional kepemimpinan adalah kompetensi yang dimiliki kepala

sekolah yang berkaitan dengan mengelola seluruh kegiatan proses belajar mengajar

terhadap guru dan lainnya untuk bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan yang

diinginkan.

Definisi operasional efektivitas mengajar adalah ukuran yang dijadikan oleh

guru untuk mencapai tingkat perubahan yang diperoleh oleh siswa dalam proses

belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar yang berkaitan dengan alokasi waktu

yang digunakan sehingga mengarah kepada tujuan instruksional.

Page 59: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

58

3.6. Kisi-Kisi Instrumen

Tabel 1 : Kisi-Kisi Instrumen

No Variabel Dimensi Indikator Butir 1 Kepemimpinan

Kepala Sekolah 1. Kompetensi dasar

kepemimpinan 2. Penerapan gaya

kepemimpinan

1. Ketrampilan teknis 2. Ketrampilan manusia 3. Ketrampilan konseptual 1. Kepemimpinan otoriter 2. Kepemimpinan laissez faire 3.Kepemimpinan demokratis

1,2,3,4 5,6,7,8,9 10,11 12,13,14,15 16,17,18,19 20,21,22,23,24,25

1.Perumusan tujuan pengajaran

2.Pelaksanaan pengajaran 3.Penilaian pengajaran

1.Kemampuan menyusun persiapan pengajaran 2.Kemampuan melaksanakan proses pengajaran 3.Kemampuan melakukan evaluasi pengajaran

1,2,3,4,5 6,7,8,9,10 11,12,13,14,15

1.Perubahan perilaku siswa dari aspek kognitif

16,17,18,19

2.Perubahan perilaku siswa dari aspek afektif

20,21,22

2 Efektivitas Mengajar Guru

4.Pencapaian tujuan pengajaran

3.Perubahan perilaku dari aspek psikomotorik

23,24,25

Page 60: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

59

Teknik Pengumpulan Data

Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini yaitu

menggunakan rumus korelasi product moment dengan tujuan untuk mengetahui

apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan efektivitas

mengajar guru. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, penulis menggunakan :

1. Penelitian lapangan (Field Research) yaitu dengan cara penulis mengadakan

penelitian secara langsung ke lokasi, penelitian ini dimaksud guna

mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

Untuk mengidentifikasi seberapa pentingnya hubungan antara kepemimpinan

kepala sekolah dengan efektivitas mengajar guru, akan diberikan angket yang

berbentuk skala sikap. Selain itu penulis akan melakukan wawancara dengan kepala

SMA Islam Panglima Besar Soedirman Cijantung Jakarta Timur.

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk pengumpulan

meliputi :

Angket

Angket adalah pengumpulan data dengan cara menyebarkan beberapa

pernyataan kepada guru-guru untuk diisi, hasilnya akan dianalisis. Angket ini

bertujuan untuk menyaring data mengenai hubungan antara kepemimpinan kepala

sekolah dengan efektivitas mengajar guru. Angket yang penulis sebar akan diolah

dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

Page 61: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

60

1. Editing ; maksudnya meneliti satu persatu kelengkapan pengisian dan

kejelasan penulis, dalam tahap ini dilakukan pengecekan terhadap

kelengkapan dan kebenaran pengisian dan kejelasan penulisannya.

2. Tabulasi ; maksudnya bertujuan mendapatkan gambaran frekuensi

dalam setiap item yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah suatu

tabel yang mempunyai kolom setiap kuisioner, sehingga jawaban yang

diisi dengan jelas dan saling berhubungan.

Wawancara

Wawancara adalah suatu alat dalam pengumpulan informasi dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan yang telah disiapkan oleh peneliti dan

dijawab secara lisan pula oleh terwawancara. Wawancara ini dimaksudkan untuk

menambah data yang diperlukan.

Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, penulis juga tidak hanya sampai kepada pengumpulan

data dan penyusunan data, akan tetapi data yang terkumpul dan tersusun akan

dianalisa. Penganalisaan data penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

menggunakan dua teknik yaitu :

3.8.1. Skoring

Untuk menentukan skoring pertanyaan angket akan ditabulasikan dengan

diberi bobot nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban akan diberi nilai angka, yaitu

sebagai berikut :

Page 62: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

61

a. Untuk pernyataan selalu diberi nilai 4

b. Untuk pernyataan sering diberi nilai 3

c. Untuk pernyataan kadang-kadang diberi nilai 2

d. Untuk pernyataan tidak pernah diberi nilai 1

3.8.2. Rumus

Analisa data yang dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi, sehingga

akan didapatkan kejelasan apakah terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut

atau tidak. Kedua variabel tersebut adalah kepemimpinan kepala sekolah dan

efektivitas mengajar guru. Rumus korelasi ini menggunakan rumus korelasi product

moment. Disebut product moment karena koefisien korelasinya diperoleh dengan

cara mencari hasil perkalian dari moment yang dikalikan. Secara operasional, analisa

data tersebut dilakukan melalui tahap berikut :

1. Mencari angka korelasi dengan rumus

rxy = N XY - X . Y

{ ( N X² � ( X)² ) } { (N Y² � ( Y)² ) } Dimana : r = angka indeks korelasi product moment

X = jumlah seluruh skor X

Y = jumlah seluruh skor Y

N = jumlah responden

XY = Hasil perkalian antara skor X dan Y

Page 63: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

62

2. Memberi Interpretasi terhadap r xy

Interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan dengan hasil

perhitungan dengan angka indeks korelasi �r� product moment. Untuk itu digunakan

pedoman seperti yang tercantum dalam buku Pengantar Statistik Pendidikan sebagai

berikut :

Tabel 2 : Interpretasi Korelasi Product Moment

Besarnya �r� product moment Interpretasi 0,00-0,20 Antara variabel X dan Y memang

terdapat korelasi akan tetapi korelasi tersebut sangat lemah sehingga korelasi itu diabaikan.

0,20-0,40 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0,40-0,70 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sedang

0,70-0,90 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,90-1,00 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat kuat 7

3. Interpretasi terhadap tabel nilai �r� product moment dengan terlebih

dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedom (df)

dengan rumus :

db = N- nr

db = derajat bebas

N = jumlah responden

7 . Anas Sudijono, �Pengantar Statistik Pendidikan�, (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2003). Hal

180. Cet. XIII

Page 64: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

63

Nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan

Dengan diperoleh �db� atau �df �, dapat dicari besarnya �r� yang

tercantum dalam tabel nilai �r� product moment baik pada taraf signifikan 5 %

maupun pada taraf signifikan 1 %. Jika �ro� sama dengan atau lebih besar dari pada

�rt� maka hipotesa alternatif (Ha) disetujui atau diterima dan hipotesa nihil (Ho) tidak

dapat diterima.

4. Mencari Koefisien Determinan variabel X dan Y

KD = r² x 100 %

KD = Koefisien Determinan Variabel X dan Y

r² = Koefisien korelasi variabel X dan Y

100 % = Konstanta prosentase

Page 65: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Situasi dan Kondisi Objek

4.1.1. Sejarah Berdirinya SMA Islam Panglima Besar Soedirman

SMA Islam Panglima Besar Soedirman berlokasi di Jalan Raya Bogor

KM. 24 Kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar Rebo Kotamadya Jakarta Timur.

Sebelah timur SMA Islam Panglima Besar Soedirman berbatasan dengan Mall

Cijantung, sebelah barat berbatasan dengan STIKP Kusuma Negara dan Yayasan

Slamet Riyadi. Sebelah utara berbatasan dengan pool bus Mayasari Bhakti dan

sebelah selatan berbatasan dengan komplek KOPASUS Angkatan Darat.

SMA Islam Panglima Besar Soedirman diambil dari salah satu nama

pahlawan yang terkenal di Indonesia yaitu Jenderal Panglima Besar Soedirman

dan yang mendirikan SMA Islam Panglima Besar Soedirman yaitu Kolonel

Hadijaya. Beliau adalah sekretaris dari Jenderal Panglima Besar Soedirman.

SMA Islam Panglima Besar Soedirman didirikan pada tahun 1971.

Awalnya Kolonel Hadijaya membangun yayasan untuk tempat peribadatan agama

di Indonesia. Beliau mendirikan tempat peribadatan umat Islam dan Katolik.

Hingga pada akhirnya beliau membangun sekolah, untuk umat Islam dinamakan

Yayasan Panglima Besar Soedirman dan untuk umat Katolik dinamakan Slamet

Riyadi.

id1746781 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 66: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

65

SMA Islam Panglima Besar Soedirman itu sendiri berasal dari

sebuah rutinitas pengajian umat Islam yang berada di masjid. Dari beberapa

komunitas pengajian tersebut tergeraklah ingin membangun sekolah yang

mengelilingi masjid. Letak masjid yang berada di tengah-tengah sekolah yang

pada waktu itu didirikan Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah. Setelah melalui

beberapa dekade akhirnya Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah tersebut diubah

menjadi Sekolah Islam. Sekolah yang bersifat umum tetapi tetap berpedoman

terhadap ajaran Islam dan masih menggunakan label keislaman. Hingga akhirnya

Yayasan Islam Panglima Besar Soedirman mendirikan Sekolah untuk tingkatan

SD, SMP, SMK dan SMA.

SMA Islam Panglima Besar Soedirman pada awalnya hanya

membuka untuk kelas reguler saja. Akan tetapi setelah masayarakat mengetahui

akan mutu dari sekolah tersebut, akhirnya SMA Islam Panglima Besar Soedirman

membuka sekolah untuk kelas khusus. Untuk menyesuaikan dengan zaman

globalisasi yang didominasi oleh teknologi canggih, akhirnya SMA Islam

Panglima Besar Soedirman membuka kelas unggulan dengan berbasis pengajaran

Teknik Informatika. Sampai akhirnya banyak masyarakat luas mengenal sekolah

ini sebagai sekolah favorit di Jakarta.

Page 67: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

66

4.1.2. Visi dan Misi

Visi

Visi SMA Islam Panglima Besar Soedirman �Menjadikan SMA Islam Panglima

Besar Soedirman yang memiliki keunggulan kompetitif dalam IMTAQ dan IPTEK

pada era globalisasi�

Misi

Misi SMA Islam Panglima Besar Soedirman yaitu :

1. Meningkatkan pembinaan keagamaan dan akhlak melalui program

pembelajaran Al-qur�an Hadits.

2. Menyelenggarakan program dan sistem pembelajaran kelas plus dan

reguler.

3. Melaksanakan sistem pembelajaran yang berorientasi pada

kemampuan siswa dengan metode Quantum Teaching dan Quantum

Learning.

4. Meningkatkan kemampuan akademik melalui program pembelajaran

matrikulasi, pengayaan / pendalaman materi, agar siswa sanggup

meningkatkan kemampuannya menghadapi Ujian Nasional (UN) dan

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)

5. Meningkatkan prestasi siswa di bidang intrakurikuler dan

ekstrakurikuler yang diperlukan untuk berkompetisi pada jenjang

pendidikan tinggi.

Page 68: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

67

4.1.3. Struktur Organisasi

KA. Komite Sekolah Kepala Sekolah Drs. Sudarmin Brata Drs. H. Syamsudin Hasibuan Bid. Humas Tata Usaha Dede Syaefullah Agus Sumirat, SH

Bid. Kesiswaan Bid. Kurikulum Bid. SasPras Sudiyanto Drs. Suhardi Dra. Hj. Dwi Anggraini,

M.M

Staf Kesiswaan Staf. Kurikulum Drs. Suyitno Drs. Tunut Haryanto Drs. Suroto Nenih, S.Pd Mansuruddin, S.pd Drs. Suroso

Koord. Bim. Konseling Koord. Bim. Mata pelajaran Dra. Dewi Herawati Drs. Muhammad Surip

Dewan Guru

Siswa - Siswi

Page 69: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

68

4.1.4. Keadaan Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan yang ada di SMA Islam Panglima Besar Soedirman

berjumlah 68 orang. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Tabel : 3 Data Tenaga Kependidikan Guru dan Non Guru

SMA Islam Panglima Besar Soedirman Cijantung Jakarta Timur

No JABATAN JUMLAH

1 Kepala Sekolah 1 orang

2 Wakil kepala sekolah 1 orang

3 Bagian Humas (Public Relation) 1 orang

2 Guru 50 orang

3 Kepala Tata Usaha 1orang

4 Bendahara 1orang

5 Bidang administrasi siswa 5 orang

6 Bidang sarana prasarana 1 orang

7 Bidang administrasi pembayaran sekolah (SPP) 1 orang

8 Petugas kebersihan 6 orang

9 Sopir 2 orang

Page 70: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

69

a. Kepala Sekolah dan Guru

No. Nama L / P Status Pegawai Mata Pelajaran 1 Drs. H. Syamsudin Hasibuan L GTY / Kepsek - 2 Drs. Suhardi

NIGB.040101035 L G. Bantu Ekonomi

3 Sudiyanto L GTY B . Indonesia 4 Dra.Hj. Dwi Anggraini. M.M

NIP. 131.292.045 P PNS DPK BP/BK

5 Drs. Junaidi NIP. 131.831.991

L PNS DPK PPKN

6 Dra. Yayu Rahayu NIP. 131.598.734

P PNS DPK Kimia

7 Dra. Harnalis Harun NIP. 131.681.860

P PNS DPK PAI

8 Drs. Suherman NIP. 131.901.563

L PNS DPK Bhs.Inggris

9 Rahmidayati, BA NIP. 131.681.877

P PNS DPK PPKn

10 Dra. Sri Rahayu Winarni NIP. 132.603.123

P PNS DPK Ekonomi

11 Drs. Andri Yunus L GTY Penjaskes 12 Drs. Muhammad Surip

NIGB.040101851 L G. Bantu B .Indonesia

13 Drs. Berdikari NIGB. 040102079

L G. Bantu Penjaskes

14 Drs. Suroso L GTY Geografi 15 Dra. Endang Dwihijaty P GTY Sejarah 16 Dra. Dewi Herawati P GTY BP/BK 17 Manshurudin, S.Pd

NIGB. 040101871 L G. Bantu Bhs .Inggris

18 Erma Suryani, S.Pd NIGB. 040101870

P G . Bantu Lab.Bahasa

19 Sri Marlina, S.Pd P GTY Komputer 20 Drs. Suyitno L GTY Sosiologi 21 Drs. Suroto L GTY PAI 22 Drs. Tunut Haryanto L GTY Sosiologi 23 Aang Darsono, S.Ag L GTT PAI/Alquran 24 Desviranty Imron, S.Pd

NIGB. 040101961 P G. Bantu Kimia

25 Drs. Amin Nurul Mukminin L GTT PAI 26 Gunawan, S.Ag L GTT PAI

Page 71: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

70

No. Nama L / P Status Pegawai Mata Pelajaran 27 Drs. Samsuri L GTT Biologi 28 Siti Aminah, S.Pd P GTT Matematika 29 Yuli Hartati, S.Pd

NIGB. 0910103223 P G. Bantu PPKn

30 Maryati, S.Pd NIGB. 090103887

P G. Bantu Ekonomi

31 Dra. Nurhanaya P GTT Akuntansi 32 Winoko Agus Susilo, S.Pd

NIGB. 090104016 L G. Bantu Seni rupa

33 Endang Untung Sejati, S.Pd P GTT B . Indonesia 34 Zaimatun Niswati, S.Pt L GTT Matematika 35 Restu Damayanti, S.Pd

NIGB. 090103859 P G. Bantu Kimia

36 Ririn Nurhidayanti, S.Psi P GTT BP/BK 37 Dyah Komalasari, S.Pd si P GTT Matematika 38 Gusniyenti, S.Pd

NIGB. 040101922 P G. Bantu Biologi

39 Nenih, S.Pd P GTT Fisika 40 Ismayanti Safitri, S.Pd P GTT Matematika 41 Dra. Pepy Fidia P GTT Bhs.Inggris 42 Yah Komariah, S.Psi P GTT BP/BK 43 Dra. Hj. Tjut Zahara P GTY B. Indonesia 44 Eliana Nasution, S.Pd P GTT Sosiologi 45 Drs. Wahyu Hidayat L GTT B. Indonesia 46 Apriani Riyanti, S.Pd P Coba B. Indonesia 47 Krisnawati Pardede, S.Si P Coba Matematika 48 Kardono, S.Si L Coba Matematika 49 Nurwidayati, S.Pd P Coba Fisika 50 Mardiana Kholila P Coba Ekonomi 51 Cholifah P Coba Bhs.Inggris

Page 72: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

71

b. Non Guru

No. Nama L/P Status Pegawai Jabatan 1 Agus Sumirat, SH L PTY Kabag . TU 2 Nunung Sutarsih P PTY Bendahara 3 Tuti Yuliati P PTY Adm. Siswa 4 Husein Suastono L PTY Adm. Siswa 5 Tri Pandayatni P PTY Adm. Siswa 6 Sarwoko L PTTY Saspras 7 Dwi Kuswantoro L PTTY Adm. Siswa 8 Riyani P PTTY Adm. Siswa 9 Nur Muchofah P PTTY Adm. SPP 10 Rochani P PTY Kebersihan 11 Entus Nadi L PTY Kebersihan 12 Sangroni L PTY Kebersihan 13 Sadimin L PTY Kebersihan 14 Yatiman L PTY Sopir 15 Abeh Suherman L PTTY Kebersihan 16 Sugiyono L PTTY Kebersihan 17 Nadjamudin Musa L PTTY Sopir

4.1.5. Keadaan Siswa

Siswa yang bersekolah di SMA Islam Panglima Besar Soedirman adalah

mereka yang tinggal di sekitar daerah Jakarta Timur, Jakarta Selatan seperti wilayah

Kampung Rambutan, Ciracas, Condet, Cilandak, Lenteng Agung dan wilayah

Cijantung itu sendiri. Kelas yang terdapat di SMA Islam Soedirman terdiri atas

kelas khusus, kelas reguler dan kelas unggulan yang baru saja diresmikan tahun ini.

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah siswa dapat terlihat pada tabel berikut ini :

Page 73: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

72

Tabel : 4

Keadaan Siswa

SMA Islam Panglima Besar Soedirman Cijantung Jakarta Timur

Kelas L P Jml. Siswa

Kelas Khusus

Kelas Reguler

Jml. Khusus dan reguler

IPA IPS

I � 1 13 11 24 I � 2 15 15 30 I � 3 18 12 30 I � 4 19 9 28 I � 5 18 11 29 141 I � 6 18 13 31 I � 7 17 15 32 I � 8 20 12 32 95

Jumlah 138 98 236 236 II � IPA -1 8 16 24 194 II � IPA -2 16 20 36 IPA II � IPA -3 8 26 34 94 II � IPS - 1 15 18 33 II � IPS - 2 20 13 33 II � IPS - 3 20 14 34 IPS II � IPS - 4 16 22 38 217 II � IPS - 5 26 13 39 II � IPS - 6 30 10 40 117

Jumlah 159 152 311 311 III-IPA - 1 9 29 38 104 III-IPA - 2 16 21 37 III-IPA - 3 14 25 39 IPA III-IPS - 1 8 21 29 114 III-IPS - 2 19 17 36 IPS III-IPS - 3 22 14 36 136 III-IPS - 4 16 19 35 146

Jumlah 104 146 250 250 Total I,II,III

401 396 797 439 358 797

Page 74: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

73

4.1.6. Kurikulum yang Digunakan

SMA Islam Panglima Besar Soedirman menggunakan kurikulum terpadu

antara kurikulum Diknas dan Depag ditambah dengan kurikulum Yayasan (lokal)

yang meliputi pelajaran baca tulis Al-Qur�an dan ibadah. Untuk mendukung dan

menyalurkan minat dan bakat siswa diadakan kegiatan ekstrakurikuler di luar jam

pelajaran sekolah seperti : pramuka, paskibra, seni rupa dan olah raga basket, futsal

dan taekwondo sehingga siswa-siswi dapat tampil dengan baik dan bersaing dengan

sekolah lainnya dalam berbagai perlombaan yang diadakan untuk tingkat DKI

Jakarta. Adapun kurikulum yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel : 5

Kurikulum yang Digunakan

SMA Islam Panglima Besar Soedirman Cijantung Jakarta Timur

No Kurikulum Diknas Kurikulum Depag Kurikulum Lokal 1 PPKn PAI Ibadah 2 Sosiologi Baca tulis Al-

Qur�an 3 Bahasa Indonesia Komputer 4 Matematika Bahasa Inggris

Conversation 5 IPA (Fisika,Biologi,

Kimia)

6 IPS (Sejarah, Ekonomi, Geografi)

7 Kerajinan tangan dan kesenian

8 Penjaskes 9 Bahasa Inggris 10 Akuntansi 11 Seni rupa

Page 75: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

74

4.1.7. Sarana dan Prasarana

SMA Islam Panglima Besar Soedirman Cijantung Jakarta Timur terletak

diantara bangunan masjid, SD Islam PB Soedirman dan SMP Islam Soedirman, SMK

Islam PB Soedirman, SMA Islam PB Soedirman ini terdiri dari 3 lantai. Lantai dasar

untuk ruang kelas, ruang kepala sekolah, guru, kantin, ruang OSIS dan laboratorium

komputer. Lantai dua untuk ruang kelas unggulan dan ruang audio visual. Lantai 3

untuk ruang kelas dan laboratorium Biologi, Kimia dan Fisika. Saat ini SMA Islam

Panglima Besar Soedirman Cijantung juga dilengkapi dengan sarana prasarana

belajar seperti : ruang audio visual dimana siswa dan guru dapat menggunakan VCD,

DVD dan VHS dan internet untuk sarana pembelajaran kelas unggulan. Untuk lebih

jelasnya berikut ini disajikan dalam bentuk tabel :

Tabel : 6 Keadaan Sarana Prasarana

SMA Islam Panglima Besar Soedirman Cijantung Jakarta Timur

No Jenis Sarana Jumlah / unit

1 Bangunan Gedung 1 Unit

2 Ruang Belajar 31 Unit

3 Ruang Kantor Kepala Sekolah 1 Buah

4 Ruang Guru 2 Buah

5 Masjid 1 Buah

6 Perpustakaan 1 Buah

Page 76: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

75

No Jenis Sarana Jumlah / unit

7 Ruang Bimbingan Konseling 1 Buah

8 Ruang OSIS 1 Buah

9 Lab. IPA Biologi 1 Buah

10 Lab. IPA Fisika 1 Buah

11 Lab. IPA Kimia 1 Buah

12 Lab. Bahasa 1 Buah

13 Lab. Komputer 1 Buah

14 Lab. Kesenian 1 Buah

15 Sarana Olah Raga 1 Buah

16 Kantin sekolah 1 buah

Page 77: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

76

4.2. Deskripsi Data

Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam

penyusunan skripsi ini adalah melalui angket. Penulis menyebarkan angket yang

berjumlah 50 item pernyataan terdiri dari 25 item pernyataan variabel X

kepemimpinan kepala sekolah dan 25 item pernyataan variabel Y efektivitas

mengajar guru dan disebarkan kepada 50 orang guru yang menjadi responden di

SMA Islam Panglima Besar Soedirman Cijantung Jakarta Timur. Untuk pengelolaan

data ini penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memeriksa setiap lembar jawaban angket

2. Memberi nomor lembaran jawaban angket

3. Memberi skor nilai pada setiap item dalam dua komponen

Adapun skor nilai variabel X dan Y dapat dilihat melalui lampiran. Tabulasi

nilai angket dari kedua komponen tersebut yang diperoleh dari 50 responden akan

digabungkan menjadi satu, sehingga dapat terlihat dengan jelas perbedaan setiap skor

nilai dari kedua komponen yang ada pada setiap itemnya.

Adapun nilai-nilai tersebut akan diubah menjadi variabel X dan variabel Y

seperti yang terlihat pada tabel berikut ini :

Page 78: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

77

Tabel 7 :

Daftar Jumlah Nilai Hasil Angket Variabel X Kepemimpinan Kepala

Sekolah dan Variabel Y Efektivitas Mengajar Guru

Responden Skor Nilai VariabelX Skor Nilai Variabel Y 1 92 90 2 81 94 3 85 84 4 85 90 5 76 90 6 81 82 7 84 98 8 83 82 9 85 93 10 86 80 11 86 80 12 93 89 13 90 91 14 91 82 15 86 92 16 85 88 17 85 85 18 90 91 19 91 81 20 90 95 21 89 82 22 85 91 23 97 94 24 89 85 25 86 91 26 87 82 27 90 92 28 86 84 29 80 94 30 85 82 31 89 96 32 94 84 33 87 89 34 91 94

Page 79: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

78

Responden Skor Nilai VariabelX Skor Nilai Variabel Y 35 86 85 36 87 89 37 89 86 38 77 85 39 89 89 40 70 93 41 91 82 42 85 95 43 79 96 44 80 82 45 89 90 46 79 95 47 80 96 48 80 94 49 76 77 50 85 75

N = 50 X = 4282 Y = 4406

Untuk mengetahui nilai rata-rata kepemimpinan kepala sekolah yang akan

memberikan gambaran umum dari suatu pengamatan maka penulis menggunakan

rumus Mx = X = 4282 =

N 50

Dengan demikian diketahui nilai rata-rata kepemimpinan kepala sekolah adalah

sedangkan nilai tertingginya dan nilai terendahnya .

Data tingkat efektivitas mengajar guru bila dikelompokkan dari nilai tertinggi

sampai nilai terendah rata-ratanya dapat diketahui dengan menggunakan rumus :

My = Y = 4406 =

N 50

Page 80: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

79

Dengan demikian nilai rata-rata efektivitas mengajar guru adalah , dengan nilai

tertinggi dan nilai terendah .

4.3. Analisa dan Interpretasi Data

Dalam melakukan uji hipotesa, skripsi ini menggunakan rumus korelasi

product moment seperti yang sudah dijelaskan pada bab terdahulu tujuan penggunaan

rumus ini untuk mengetahui seberapa besar tingkat atau kekuatan korelasi antara

variabel X dan variabel Y. Selanjutnya akan dilakukan penghitungan untuk

memperoleh angka indeks korelasi (rxy) dengan terlebih dahulu menyiapkan tabel

kerja atau tabel penghitungannya sebagai berikut :

Tabel 8:

Korelasi Variabel X dan Variabel Y

N X Y X² Y² XY 1 92 90 8464 8100 8280 2 81 94 6561 8836 7614 3 85 84 7225 7056 7140 4 85 90 7225 8100 7650 5 76 90 5776 8100 6840 6 81 82 6561 6724 6642 7 84 98 7056 9604 8232 8 83 82 6889 6724 6806 9 85 93 7225 8649 7905 10 86 80 7396 6400 6880 11 86 80 7396 6400 6880 12 93 89 8649 7921 8277 13 90 91 8100 8281 8190 14 91 82 8281 6724 7462 15 86 92 7396 8464 7912 16 85 88 7225 7744 7480 17 85 85 7225 7225 7225 18 90 91 8100 8281 8190 19 91 81 8281 6561 7371

Page 81: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

80

N X Y X² Y² XY 20 90 95 8100 9025 8550 21 89 82 7921 6724 7298 22 85 91 7225 8281 7735 23 97 94 9409 8836 9118 24 89 85 7921 7225 7565 25 86 91 7396 8281 7826 26 87 82 7569 6724 7134 27 90 92 8100 8464 8280 28 86 84 7396 7056 7224 29 80 94 6400 8836 7520 30 85 82 7225 6724 6970 31 89 96 7921 9216 8544 32 94 84 8836 7056 7896 33 87 89 7569 7921 7743 34 91 94 8281 8836 8554 35 86 85 7396 7225 7310 36 87 89 7569 7921 7743 37 89 86 7921 7396 7654 38 77 85 5929 7225 6545 39 89 89 7921 7921 7921 40 70 93 4900 8649 6510 41 91 82 8281 6724 7462 42 85 95 7225 9025 8075 43 79 96 6241 9216 7584 44 80 82 6400 6724 6560 45 89 90 7921 8100 8010 46 79 95 6241 9025 7505 47 80 96 6400 9216 7680 48 80 94 6400 8836 7520 49 76 77 5776 5929 5852 50 85 75 7225 5625 6375

N = 50 X = 4282 Y = 4406 X² = 368046 Y² = 389856 XY = 378425

Dari tabel IV dapat diperoleh nilai X 4282, Y = 4406, X² = 368046,

Y² = 389856, XY = 378425, dengan diketahui nilai X, Y, X², Y², XY

maka dicari :

Page 82: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

81

r xy = N XY � ( X) . ( Y)

{ ( N X² � ( X)² ) } { (N Y² � ( Y)² ) }

rxy = 50.378425� (4282) . (4406) {(50. 368046 � (4282)²)} { (50.389856 � (4406)²} = 18921250 � 18866492 (18402300 - 18335524 ) .(19492800 � 19412836) = 54758 (66776) . (79964) = 54758 73070,59

= 0,74

Dari perhitungan di atas dapat diperoleh nilai koefisien korelasi antara skor

kepemimpinan kepala sekolah dengan efektivitas mengajar guru adalah 0,74. Dari

angka tersebut dapat dikatakan bahwa nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari

penelitian mengenai hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan efektivitas

mengajar guru adalah 0,74. Angka tersebut terdapat diantara 0,70-0,90, yang

menunjukkan bahwa antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang tinggi.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan

korelasi tingkat tinggi antara kepemimpinan kepala sekolah dan efektivitas mengajar

guru di SMA Islam Panglima Besar Soedirman Cijantung Jakarta Timur.

Page 83: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

82

Pernyataan tentang adanya hubungan antara dua variabel yang diteliti tersebut

perlu diadakan pengujian lagi untuk membuktikan apakah hubungan antara kedua

variabel itu merupakan hubungan yang sebenarnya atau bukan hubungan yang

sebenarnya. Pengujian ini bisa dilakukan dengan melihat tabel minimum yang

diperlukan bagi suatu koefisien korelasi pada taraf signifikan tertentu. Bila ro lebih

besar dari rt berarti hubungan tersebut signifikan. Sebaliknya bila ro lebih kecil dari rt

baik pada taraf signifikan 5 % maupun taraf signifikan 1 % berarti tidak signifikan,

dengan terlebih dahulu mencari derajat bebas (db) atau degrees of freedom (df)

Diketahui r hitung (ro) yang diperoleh di atas adalah 0,74 sedangkan untuk

menentukan r tabel (rt) terlebih dahulu dicari db/df = N-nr, yaitu 50-2 = 48. Dengan

df 48, dikonsultasikan dengan tabel nilai r baik pada taraf signifikan 5 % maupun

taraf signifikan 1 %, diperoleh r pada tabel rt sebagai berikut :

1. Pada taraf signifikan 5 % r tabel = 0,273

2. Pada taraf signifikan 1 % r tabel = 0,354

Ternyata rxy atau ro pada taraf signifikan 5 % dan pada taraf 1 % lebih besar

dari rt ( 0,74 > 0,273 dan 0,354), maka pada taraf signifikan 5 % dan 1 % hipotesa nol

(Ho) ditolak karena tidak teruji kebenarannya, maka hipotesa alternatif (Ha) diterima

dan ini berarti pada taraf signifikan 5 % dan 1 % memang terdapat korelasi yang

signifikan antara kedua variabel tersebut.

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar kontribusi (sumbangan) variabel X

dalam menunjang keberhasilan variabel Y, maka harus dihitung terlebih dahulu suatu

Page 84: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

83

koefisien yang disebut coefisien of determination (koefisien penentuan) dengan

rumus sebagai berikut :

KD = r² x 100 %

= 0,74 x 100 %

= 0,547 x 100 %

= 54,7 %

Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa kontribusi kepemimpinan

kepala sekolah dalam mempengaruhi efektivitas mengajar guru sebesar 54,7 % maka

dibulatkan menjadi 55 %

Berdasarkan hasil penelitian di atas, menyatakan bahwa �terdapat hubungan antara

kepemimpinan kepala sekolah dengan efektivitas mengajar guru�. Dan mempunyai

pengaruh sebesar 55 % antara kepemimpinan kepala sekolah dengan efektivitas

mengajar guru. Sehingga jelas hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala

sekolah sangatlah berhubungan dan mempengaruhi dalam efektivitas mengajar guru.

Page 85: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

84

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil penghitungan dengan menggunakan rumus korelasi product moment

terdapat hubungan yang signifikan dengan diketahui nilai rxy (ro) sebesar 0,74 dan

nilai rt dengan taraf signifikan 5 % adalah 0,273 dan taraf signifikan 1 % adalah

0,354. Nilai rxy (ro) lebih besar dari nilai rt (0,74 > 0,273 dan 0,354). Hal ini berarti

terdapat hubungan yang signifikan dengan tingkat korelasi tinggi/kuat. Dan

mempunyai pengaruh sebesar 55 % antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap

efektivitas mengajar guru di SMA Islam Panglima Besar Soedirman.

5.2. Saran � saran

1. Hendaknya kepala sekolah mengurangi gaya kepemimpinan otoriter yang

diterapkan untuk dirinya sendiri karena akan berpengaruh dalam

kepemimpinan yang dijalankannya.

2. Hendaknya guru menggunakan sarana pembelajaran di luar lingkungan

sekolah yang sesuai dengan materi pelajaran agar siswa dapat belajar

secara langsung dengan objek.

Page 86: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

85

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Dr. �Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan�. Jakarta :

Bumi Aksara. Cet .XIII.1997

Bahri, Djamarah, Syaiful, Drs. �Strategi Belajar Mengajar�. Jakarta : PT.

Rineka Cipta. 2002. Cet. II.

Burhanuddin. �Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpin

Pendidikan�. Jakarta : Bumi Aksara . 1994. Cet. I.

Chabib, Thoha, M, Drs, M.A. �Teknik Evaluasi Pendidikan�. Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada. 1994. Cet.II

Dunne, Richard. �Pembelajaran Efektif�. Jakarta : PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia. 1996.

Hani, Handoko, T. �Pengantar Manajemen�. Jogyakarta : BPFE. Edisi ke-2.

1986

Margono, S, Drs. �Metodologi Penelitian Pendidikan�. Jakarta : Rineka

Cipta. 2004. Cet. IV.

McMahon, Walter, W. �Sistem Informasi Manajemen Berbasis Efisiensi�.

Jakarta : Logos. 2003. Cet.I

Mulyasa, E, DR, M.Pd. �Manajemen Berbasis Sekolah�. Bandung :

Rosdakarya. 2004. Cet. VII.

Idochi, Anwar, Moch, Prof, Dr, M.Pd. �Administrasi Pendidikan dan Biaya

Pendidikan�. Bandung : Alfabeta. Cet.II. 2004

Nasution, S, Prof, Dr, M.A. �Didaktik Asas-asas Mengajar�. Jakarta : Bumi

Aksara. 2004. Cet III

Nazir, Muhammad, Ph. D. �Metode Penelitian�. Jakarta : PT Ghalia

Indonesia. 1999. Cet. IV

Poerwanto, Ngalim, M, Drs, MP. �Administrasi dan Supervisi

Pendidikan�. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2003. Cet.XII

Page 87: SKRIPSI MNJMN PENDIDIKAN

86

Rahman, Saleh, Abdul, Drs. �Psikologi Organisasi�. Ciputat : Out Line Mata

Diklat

Robbin, Stephen. �Perilaku Organisasi�. Jakarta : PT Prehallindo. 2002.

Jilid 2. Edisi VIII

Sudjana, Nana. �Teknologi Pengajaran�. Bandung : PT Sinar Baru

Algensindo. 2001.Cet. III

Sudijono, Anas, Prof, Drs. �Pengantar Statistik Pendidikan�. Jakarta : Raja

Grafindo Persada. 2003. Cet. XIII

Sunyoto, Munandar, Ashar. �Psikologi Industri dan Organisasi�. Jakarta :

Universitas Indonesia. 2001

Uzer, Usman, M. �Menjadi Guru Profesional�. Bandung : Rosdakarya.

1992. Cet IV

Wayne, Pace, R. �Komunikasi Organisasi�. Bandung : Remaja Rosdakarya.

2002. Cet. IV