SKRIPSI Pendidikan Fisika

download SKRIPSI Pendidikan Fisika

of 93

Transcript of SKRIPSI Pendidikan Fisika

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia dalam mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Pendidikan adalah suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan pribadi maupun kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan demikian kualitas pribadi maupun bangsa dan negara pada umumnya ditentukan oleh kualitas proses pendidikanya. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dan meningkatkan mutu pendidikan mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam dunia pendidikan, fisika merupakan salah satu disiplin ilmu yang harus dikuasai karena merupakan bagian dari ilmu-ilmu pengetahuan dasar (sains) yang sangat diperlukan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi Dalam proses belajar mengajar, peran utama guru adalah pengelola pengajaran. Guru dituntut menciptakan hubungan timbal balik antara dirinya dengan siswa dan masyarakat sekitarnya yang pada akhirnya tercipta interaksi yang positif. Pemilihan dan penggunaan strategi atau model pembelajaran yang sesuai, akan membuat siswa lebih berhasil dalam mencapai tujuan belajarnya. SMPN 2 Sukamaju sebagai salah satu tempat penyelenggaraan pendidikan tentu memiliki juga tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Berdasarkan hasil observasi peneliti tentang proses belajar mengajar yang berlangsung, diperoleh informasi bahwa model pembelajaran yang diterapkan guru masih konvensional. Dimana pada pembelajaran konvensional suasana kelas cenderung teacher

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2

centered sehingga siswa menjadi pasif. Guru tidak menggunakan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Siswa hanya disuruh menghayal tentang materi yang diajarkan oleh guru. Sehingga siswa menjadi bosan dan acuh tak acuh dalam belajar. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika siswa. Hasil ini sesuai pernyataan yang dikemukakan oleh Trianto (2010: 5) berdasarkan pada analisis penelitian, bahwa rendahnya hasil belajar disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dipilih suatu model pembelajaran yang dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran dengan memperhatikan aspek guru dan keinginan siswa tersebut. Salah satunya dengan menerapkan model pengajaran langsung. Model pengajaran langsung adalah model pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru menginginkan siswa menguasai informasi atau keterampilan tertentu, karena siswa secara langsung melihat demonstrasi yang diberikan oleh guru. Siswa dapat melihat langsung proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran agar siswa tidak hanya menghafal konsep. Dalam menerapkan model pengajaran langsung guru memerlukan media pembelajaran. Namun masalah yang sering ditemukan dilapangan / disekolah, mengapa sampai saat ini masih ada guru yang enggan untuk menggunakan media ? Alasan yang pertama ialah menggunakan media itu repot. Kedua, media itu canggih dan mahal. Ketiga, memang guru itu tidak bisa menggunakan media. Keempat, media itu hiburan sedangkan belajar itu serius. Kelima, tidak tersedianya media

FMIPA Universitas Negeri Makassar

3

tersebut ditempat mengajar. Keenam, kebiasaan menikmati ceramah / diskusi. Dari banyaknya alasan tersebut solusinya yaitu dengan menggunakan media sedehana, yang simple, praktis tanpa mengurangi kualitas meteri yang diberikan, dan sebaiknya bisa dilihat jelas oleh sebagian besar siswa di kelas. Namun penggunaan media sederhana dilakukan jika peralatan laboratorium tidak mencukupi untuk distribusi setiap kelompok siswa dalam menjalankan praktikum. Namun metode ini tidaklah cukup efektif jika yang menjadi alat demonstrasi tidak dapat disimak oleh seluruh siswa disebabkan karena alat tersebut terlalu kecil sehingga memerlukan media lain yang dapat menampilkannya dengan tampilan yang lebih besar. Misalkan saja ketika guru akan mengajarkan bagaimana membaca dan menggunakan alat ukur seperti mikrometer dan jangka sorong maka tidaklah efektif jika hanya didemonstrasikan karena skala kedua alat ini cukuplah kecil dan membutuhkan bantuan media sederhana untuk menampilkannya dengan tampilan yang lebih besar dan menarik. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil observasi memberikan gambaran kepada peneliti tentang keadaan SMP Negeri 2 Sukamaju. Menurut para guru bidang studi fisika, SMP Negeri 2 Sukamaju, dimana pemahaman fisika siswa sangat lemah, sehingga setiap ada perubahan soal dalam lingkup materi yang sama siswa tetap kesulitan untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Disamping itu kemampuan siswa dalam menganalisis peristiwa atau kejadian sangat lemah, siswa cenderung menghafal, sehingga cepat lupa. Karena alasan itulah sehingga kadang hanya sebagian kecil siswa yang bisa mencapai target ketuntasan yang telah ditetapkan. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 65. Berdasarkan data hasil belajar siswa pada tahun ajaran 2009/2010, diketahui bahwa

FMIPA Universitas Negeri Makassar

4

hanya sekitar 68,57% siswa yang tuntas dan 31,43% siswa harus mengikuti remedial. Sehubungan dengan hal tersebut penulis mengangkat sebuah penelitian dengan judul Penerapan Model Pengajaran Langsung Dengan Menggunakan Media Sederhana Dalam pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Sukamaju kab. Luwu Utara B. Rumusan Masalah Berdasarkan dirumuskan masalah : 1. Seberapa besar pencapaian hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Sukamaju Kab. Luwu Utara setelah digunakan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana?2. Apakah hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Sukamaju Kab. Luwu Utara telah

latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

mencapai nilai KKM setelah digunakan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana? A. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:1. Untuk mengetahui besar pencapaian hasil belajar fisika siswa SMPN 2

Sukamaju Kab. Luwu Utara setelah digunakan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. 2. Untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Sukamaju Kab. Luwu Utara setelah digunakan model pengajaran langsung dengan media sederhana telah mencapai nilai KKM. A. Manfaat Penelitian

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Siswa Menambah minat belajar siswa khususnya pelajaran fisika melalui model pengajaran langsung dengan media sederhana. 2. Bagi guru Dapat dijadikan sebagai salah satu pembelajaran baru dalam upaya

peningkatan hasil belajar. 3. Bagi Sekolah Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan dalam sistem penilaian di sekolah yang tidak hanya mengacu pada satu metode dalam pembelajaran dalam kelas sehingga siswa tidak merasa tertekan terhadap apa yang dipikirkan untuk dapat diungkapkan dan menyebabkan guru memiliki referensi untuk pembelajaran ke depannya 4. Bagi Peneliti Sebagai latihan dalam usaha menyatukan serta menyusun buah pikiran secara tertulis dan secara sistematis dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai bahan perbandingan dalam referensi khususnya kepada peneliti lain yang akan mengkaji masalah yang relevan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRA. Kajian Pustaka

1. Proses Belajar Mengajar

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2

Belajar dan mengajar adalah dua hal yang erat kaitannya, bahkan konsep tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena berbicara masalah kegiatan mengajar, maka secara bersamaan ada pihak yang mengalami proses belajar mengajar sehingga sering diakatakan proses interaksi belajar mengajar. Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan masing-masing pengertian belajar mengajar. Pengertian belajar Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahanperubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Sagala (2005:37) Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. L.B. Curzon dalam Sahabuddin (2007:81) mengemukakan bahwa: Belajar adalah modifikasi yang tampak dari perilaku seseorang melalui kegiatan-kegiatan dan pengalaman-pengalamannya, sehingga pengetahuan,

keterampilan dan sikapnya, termasuk penyesuaian cara-cara terhadap lingkungan yang berubah-ubah sedikit banyaknya permanen. Selanjutnya Slameto (2003:28) mengemukakan bahwa Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan untuk memperoleh tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku melalui latihan, pendidikan, pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Pengertian mengajar Masalah mengajar telah menjadi persoalan para ahli pendidikan sejak dahulu sampai sekarang. Pengertian mengajar mengalami perkembangan, bahkan hingga dewasa ini belum ada definisi yang tepat bagi semua pihak mengenai mengajar. Pendapat yang dilontarkan oleh para pendidik adalah untuk mendapat jawaban tentang apakah mengajar itu ?. Untuk mencari jawaban tersebut, perlu dikemukakan beberapa teori tentang mengajar. Menurut definisi yang lama bahwa mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan terhadap anak didik kita. Menurut De Queliy dan Gazali yang dikutip oleh ( Slameto, 2003:29) Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara yang paling singkat dan tepat. Selanjutnya Hartwig Scroder dalam Sahabuddin

(2007:13) mendefinisikan mengajar sebagai prosedur mewariskan pengalaman dengan tujuan menyebabkan belajar berlangsung. Pendapat lain dikemukakan William H. Burton dalam Sagala (2005:61) Belajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses pembelajaran. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa mengajar sebagai sistem kegiatan untuk membimbing atau merangsang belajar anak untuk mengerti dan membimbing anak sebagai individu dan kelompok dengan maksud

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2

terpenuhinya kelengkapan pengalaman belajar yang memungkinkan setiap anak dapat berkembang terus secara teratur mencapai kedewasaannya.1. Model Pengajaran Langsung (Direct instruction)

Direct Instruction atau pengajaran langsung digunakan oleh para peneliti untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Dengan demikian, tujuan pembelajaran distrukturkan oleh guru. Menurut Roy Killen dalam (http://eduzona.blogspot.com) direct instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru di mana guru menyampaikan isi akademik dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik. Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu misalnya pengetahuan tentang teori atom, susunan dan nama-nama planet yang masuk dalam tata surya kita. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu misalnya, pengetahuan tentang cara menggunakan neraca, amperemeter, osiloskop, pengetahuan tentang cara melakukan penelitian dan sebagainya. Pada prinsiopnya pengetahuan yang dapat diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung adalah pengetahuan yang telah ditata dengan baik

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2

sehingga mempunyai struktur yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah (Muh. Natsir, 2005). Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan tugas sangat positif. Dengan demikian, model pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Informasi yang dapat disampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu atau pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Dengan demikian pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru menginginkan siswa menguasai informasi atau keterampilan tertentu (http://eduzona.blogspot.com). a. Pola Keseluruhan Kegiatan Pembelajaran Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Fase persiapan dan motivasi ini kemudian di ikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata (http://kanreguru.wordpress.com) Menurut Kardi dalam (http://kanreguru.wordpress.com), pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang

ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan. Sintaks Model pengajaran langsung disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1. : Sintaks Model Pengajaran Langsung Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Peran Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mepersiapkan siswa untuk belajar.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

Fase 2 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan Fase 3 Membimbing pelatihan Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehgidupan sehari-hari. (Muh. Natsir, 2005).

Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata

(http://kanreguru.wordpress.com). b. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pengajaran langsung

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:1. Menyiapkan dan memotivasi siswa, Tujuan langkah awal ini untuk menarik

dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.2. Menyampaikan tujuan, Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa

mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran.3. Presentasi dan Demonstrasi, Fase ini merupakan fase kedua pengajaran

langsung. Guru melaksanakan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci keberhasilan kegiatan demonstrasi ialah tingkat kejelasan demostrasi informasi yang dilakukan dan mengikuti pola-pola demonstrasi yang efektif.4. Mencapai kejelasan, Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan

bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar mengajar.5. Melakukan demonstrasi, Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi

bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui trial and error.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

6. Mencapai pemahaman dan penguasaan, Untuk menjamin agar siswa akan

mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benarbenar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar.7. Berlatih, Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan

latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.8. Memberikan latihan Terbimbing, Salah satu tahap penting dalam pengajaran

langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru (http://kanreguru.wordpress.com).1. Media Dalam Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Dalam arti sempit, media pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana. Sedangkan dalam arti luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks akan tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti: tv radio, slide, fotografi,

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2

diagram, dan bagan buatan guru, atau objek-objek nyata lainnya. Sedangkan yang dimaksud media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa (http://www.freewebs.com). Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki

oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media

pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. 2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2

Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. 3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. 4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. 6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. 7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. 8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak (http://makalahkumakalahmu.wordpress.com). Sedangkan menurut Sadiman (2002:16) dalam (http://www.freewebs.com), media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut: 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.

3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Dalam hal ini, media pendidikan berguna untuk: 1) Menimbulkan kegairahan belajar

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. 3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. Berdasarkan manfaat tersebut, nampak jelas bahwa media pembelajaran mempunyai andil yang besar terhadap kesuksesan proses belajar mengajar. Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. a. Guru dan Media Pembelajaran Belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metodologi pengajaran dan penilaian pengajaran. Unsur-unsur tersebut biasa dikenal dengan komponen pengajaran. Tujuan pengajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa setelah ia menempuh berbagai pengalaman belajarnya. Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Metodologi pengajaran adalah metode dan teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran sampai kepada siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran. Dalam metodologi ada dua aspek yang paling menonjol, yaitu metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai tidaknya suatu tujuan pengajaran.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

Pola pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran sebagai sumbersumber disamping guru dapat digambarkan sebagai berikut :

7 XX Q MD

3H HD Q L Q WSD ,V G Q HRG D0 W D

* XX H JD UG Q Q 0 HL GD

6L ZD V

Gambar 2.1. Pola Pembelajaran dibantu Media (Arifin, 2000) Dalam praktek pembelajaran sebenarnya tidak ada pola yang kaku antar komponen pembelajaran. Pola kombinasi yang lengkap dapat digambarkan sebagai berikut :

Penetapan isi Tujuan Guru dan Siswa Media Guru dan Metoda Media

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2

Evaluasi (Umpan Balik) Gambar 2.2. Pola Kombinasi Dalam Pembelajaran (Arifin, 2000)b. Media Sederhana Dalam Pembelajaran

Dalam suatu proses pembelajaran manfaat media secara umum adalah untuk memperlancar proses interaksi antara guru dan siswanya, agar siswanya dapat belajar lebih optimal secara khusus media pembelajaran bermanfaat untuk: menyeragamkan materi, membuat akses pendidikan lebih merata, membuat proses belajar lebih cepat dan menarik, menjadikan proses lebih interaktif, mengurangi waktu belajar, meningkatkan kualitas belajar, tidak membatasi tempat,

meningkatkan sifat positif siswa terhadap bahan atau proses belajar, mengubah peran guru agar lebih positif dan produktif serta menjadikan pengajaran atau instruksi lebih berdasarkan pada keilmuan (http://www.membuatblog.web.id). Sejak tahun 1930 berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kebermanfaatan penggunaan untuk keperluan pembelajaran. Penelitian diawaali dengan evalusi media untuk melihat apakah suatu media dapat dipergunakan unutk pembelajaran. Penelitian ini berasumsi bahwa media sebagai stimulus dapat mengubah perilaku. Akan tetapi hasil penelitian itu dianggap kurang dapat diandalkan karena hasil menunjukkan bahwa semua media dapat dipergunakan untuk pembelajaran. Oleh karena itu penelitian-penelitian berikutnya beralih ke penelitian perbandingan media unutk pembelajaran. Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui apakah suatu media lebih baik daripada media yang lain. Misalnya apakah gambar diam lebih

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2

baik dari pada gambar gerak ( film ) atau apakah media audio lebih baik daripada media visual. Hasil penelitian itu tidak konsisten dan sulit dipercaya. Ternyata keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada: (1) isi pesan (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya. Untuk tujuan pembelajaran tertentu dapat saja penggunaan papan tulis lebih efektif dan lebih efesien daripada penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat serta disajikan kepada siswa yang tepat pula. Sungguhpun demikian, secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain :

AccessKemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet, adakah jaringan teleponnya? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah murid diizinkan untuk menggunakan komputer yang terhubung ke internet? Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh menggunakan internet, tetapi juga guru/karyawan dan murid. Bahkan murid lebih penting untuk memperoleh akses.

CostBiaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal. Namun

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2

biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin Pendayagunaan Media Pembelajaranbanyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun.

TechnologyMungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tetapi kita perlu memperhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya? Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual untuk di kelas, perlu kita pertimbangkan, apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya?

InteractivityMedia yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.

OrganizationPertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya apakah pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimana

pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat sumber belajar?

NoveltyKebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi murid. Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanya perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang mudah dan murah, dengan memanfaatkan sumberdaya yang

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2

ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas yang dimilikinya. Tidak diragukan lagi bahwa semua guru sepakat bahwa media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa (http://rizalaldura.blogspot.com). 1. Hasil Belajar Hasil belajar yang dicapai siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa standar keberhasilan dalam belajar bisa dilihat dari sejauh mana guru dan siswa telah berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ada. Disamping itu hasil belajar juga merupakan suatu indikator yang penting untuk menyatakan kualitas suatu pembelajaran. Hakekat hasil belajar siswa menurut Sudjana (2005:37) adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang afektif dan psikomotorik. Hasil belajar sifatnya relatif, maksudnya ketetapan hasil belajar belum bisa menjamin prestasi belajar tinggi. Sebab kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang prestasi belajarnya tinggi tetapi penguasaan materinya masih kurang. Menurut Oemar Malik (2003:155) hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada penelitian ini, peneliti hanya mengamati aspek kognitif. Hasil belajar dari aspek kognitif merupakan kemampuan siswa dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi, baik secara proses maupun di akhir pembelajaran. Hasil akhir dapat diketahui dengan menggunakan salah satu indikator yaitu melalui tes. Hasil tes ini kemudian dianalisis oleh guru dan diberi skor. 2. Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). (Akhmad Sudrajat, 2008:143) Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal : a) Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. b) Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. c) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.d) Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan

antara satuan pendidikan dengan masyarakat.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

e) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap

mata pelajaran. Perlu setiap sekolah-sekolah untuk menentukan Standar Ketuntasan Minimal (KKM)-nya masing-masing sesuai dengan keadaan sekolah dimana sekolah itu berada artinya antara sekolah A dengan sekolah B bisa KKM-nya berbeda satu sama lainnya, ada beberapa rambu-rambu yang harus diamati sebelum ditetapkan KKM di sekolah. Adapun rambu-rambu yang dimaksud adalah : (Wannef Jambak, 2007:86)a) KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran. b) KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah. c) KKM dinyatakan dalam bentuk presentasi berkisar antara 0-100, atau rentang

nilai yang sudah ditetapkan.d) Kreteria ditetapkan untuk masing-masing indikator idealnya berkisar 75 % e) Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah kreterian ideal ( sesuai kondisi

sekolah)f) Dalam

menentukan KKM haruslah dengan mempertimbangkan tingkat

kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas indikator, serta kemampuan sumber daya pendudkung.g) KKM dapat dicantumkan dalam LHBS sesuai model yang ditetapkan atau dipilih

sekolah. Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah penetapan KKM (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/

penetapan-kkm.pdf) adalah sebagai berikut:

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

1) Guru

atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan

mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake (kemampuan) peserta didik dengan skema sebagai berikut:KK KKM M Indikat MP KD SK or

Gambar 2.3. Skema Penetapan KKM Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran. 2) Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian3) KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,

yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan; 4) KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik. Berdasarkan langkah-langkah penetapan KKM tersebut, maka guru mata pelajaran fisika SMP Negeri 2 Sukamaju menyepakati nilai kriteria ketuntasan minimal sebesar 65.A. KERANGKA PIKIR

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

Dalam dunia pendidikan kegiatan belajar mengajar (KBM) dipandang berkualitas jika berlangsung efektif, efisien, inovatif, bermakna dan ditunjang oleh sumber daya. Suatu kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil jika peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar yang dapat dilihat dari hasil belajarnya. Oleh karena itu guru sebagai pendidik dan pengajar bertanggung jawab merencanakan dan mengelolah kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap mata pelajaran khususnya bidang studi Fisika. Kurang tepatnya suatu model pembelajaran bukan terletak pada model itu sendiri, tetapi lebih ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam menerapkan secara benar langkah-langkah pelaksanaan, meracik model

pembelajaran yang cocok dan kemampuan guru untuk mengatasi hambatanhambatan dalam menerapkan model tersebut. Salah satu model yang sangat popular digunakan dalam pembelajaran adalah model pengajaran langsung. Model ini diterapkan oleh sebagian besar guru karena di dalamnya terdapat metode demonstrasi yang digunakan jika peralatan

laboratorium tidak mencukupi untuk distribusi setiap kelompok siswa dalam menjalankan praktikum. Namun metode ini tidaklah cukup efektif jika yang menjadi alat demonstrsasi tidak dapat disimak oleh seluruh siswa disebabkan karena alat tersebut terlalu kecil sehingga memerlukan media lain yang dapat menampilkannya secara menarik dengan tampilan yang lebih besar. Pembelajaran dengan menggunakan media sederhana merupakan salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan di atas. Dengan menggunakan bantuan media

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2

ini alat demonstarasi dapat ditampilkan lebih besar, menarik dan dapat disimak oleh seluruh siswa. Oleh karena itu, agar pembelajaran lebih menarik, lebih nyata, dan dapat disimak oleh seluruh siswa maka ada baiknya jika pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran langsung dibantu dengan media sederhana. Dari penggabungan ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat penguasaan siswa dalam bentuk hasil belajar terhadap materi yang dipelajari terkhusus pada materi alat ukur dan suhu yang sangat memerlukan metode pembelajaran yang lebih nyata melalui model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana yang akan hasilnya lebih menarik dan dapat disimak oleh seluruh siswa.

Model pengajaran Hasil Belajar Proses Pembelajaran Fisika Media Sederhana SISWA GURU langsung Fisika

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2

Gambar 2.4. Bagan Kerangka Pikir B. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sukamaju tahun ajaran 2010/2011 telah mencapai standar KKM setelah diajar dengan menggunakan model pengajaran langsung dengan media sederhana. H0 : < 0 Keterangan: H0 = Hipotesis sangkalan Ha = Hipotesis alternatif = Skor rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sukamaju setelah di ajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. 0 = Standar KKM yang diberlakukan di SMP Negeri 2 Makassar. Ha : 0

FMIPA Universitas Negeri Makassar

3

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yaitu penelitian Pre-Eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai hasil belajar fisika siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju telah mencapai standar KKM atau belum setelah diajar dengan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di SMP Negeri 2 Sukamaju Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2010/2011 semester ganjil.

C. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana dan hasil belajar fisika siswa. 2. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah One Shot Case Study. Adapun secara singkat rancangan penelitian ini dapat dpigambarkan dalam desain sebagai berikut (Arikunto. 2006:85) : X Keterangan: X O : treatment atau perlakuan : tes hasil belajar fisika setelah treatment dengan menggunakan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. D. Definisi Operasional Variabel1. Model pengajaran langsung dengan media sederhana adalah

O

model

pembelajaran dimana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru dengan menggunakan media sederhana. 2. Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa menguasai bahan pelajaran fisika yang diukur dengan menggunakan tes hasil belajar yang dinyatakan derngan skor hasil belajar. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sukamaju tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa 213 orang. 2. Sampel Penelitian Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling. Pengambilan sampel tersebut digunakan dengan asumsi bahwa populasi bersifat homogen, artinya penempatan siswa dalam kelas tidak berdasarkan pada prestasi belajarnya. Adapun yang di ambil secara random sampling adalah kelasnya. Hasil pengacakan tersebut terpilih kelas VIIA dengan jumlah siswa sebanyak 35 0rang.

F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes hasil belajar fisika yang diberikan setelah proses belajar mengajar telah selesai untuk mendapatkan data hasil belajar fisika siswa. 1. Instrumen penelitian Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu jenis instrumen berupa tes hasil belajar fisika. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan tes tersebut sebagai berikut: a. Tahap pertama Menyusun 40 item tes hasil belajar fisika siswa dari pokok bahasan Suhu dan Pengukuran yang ada pada semester ganjil dalam bentuk pilihan ganda. b. Tahap kedua

FMIPA Universitas Negeri Makassar

3

Semua item yang telah disusun dikonsultasikan ke dosen pembimbing untuk selanjutnya diujicobakan pada siswa kelas VIIA yang telah mempelajari materi tersebut. Kemudian item-item dari lembaran siswa di analisis untuk mengetahui validitasnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

pbi =Dengan: pbi

M p Mt St

p q

= Koefisien korelasi biseral

Mp = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya. Mt = Rerata skor total St = Standar deviasi dari skor total p = Proporsi siswa yang menjawab benar= Banyaknya siswa yang menjawab benar Jumlah seluruh siswa

q = Proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 - p) Valid tidaknya item ke-i ditunjukkan dengan membandingkan nilai pbi

dengan nilai rtabel pada taraf signifikan = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut: Jika : Nilai pbi

rtabel, item dinyatakan valid

Nilai pbi

< rtabel, item dinyatakan invalid

(Arikunto ,2005 : 79)

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

Dari 40 item yang diujicobakan setelah dianalisis dengan

pbi

diperoleh 21

item yang memenuhi kriteria valid dan 19 item yang invalid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran. c. Tahap ketiga Untuk mengetahui konsistensi instrumen yang digunakan, maka harus ditentukan reliabilitasnya. Kriteria tingkat reliabilitas sebagai berikut : Table 3.1. Kriteria tingkat reliabilitas item Rentang Nilai 0,800-1,000 0,600-0,800 0,400-0,600 0,200-0,400 0,000-0,200 Kategori Tinggi Cukup tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Untuk menghitung reliabilitas tes hasil belajar fisika digunakan rumus KuderRichardson 20 (KR-20) sebagai berikut:2 n S pq r11 = S2 n 1

(Arikunto, Suharsimi, 2008:100) dengan: = reliabilitas instrumen Proporsi subyek yang menjawab item benar Proporsi subyek yang menjawab item salah (q = 1 p) Jumlah hasil perkalian antara p dan q

r11p q = = =

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

n S

= =

Banyaknya item Standar deviasi dari tes (akar variansi)

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai tingkat reliabilitas tes secara keseluruhan = 0,665 pada taraf signifikansi = 0,05 . Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka tes yang digunakan mempunyai tingkat reliabilitas dengan kategori cukup tinggi dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A. 1. Prosedur penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yakni: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. a. Tahap persiapan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan guru bidang studi fisika SMP Negeri 2 Sukamaju untuk meminta izin melaksanakan penelitian. 2) Menentukan materi yang akan dijadikan sebagai materi penelitian. 3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 4) Menyusun instrumen penelitian dalam bentuk tes pilihan ganda a. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini mulai dilaksanakan proses belajar mengajar pada kelas yang sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan. Proses mengajar dilakukan sendiri oleh peneliti dimana kelas yang diteliti diajar dengan model pembelajran langsung dengan menggunakan media sederhana. b. Tahap akhir

FMIPA Universitas Negeri Makassar

3

Setelah seluruh kegiatan pengajaran dilaksanakan maka dilakukan tes hasil belajar fisika. Tes hasil belajar fisika diberikan pada kelas yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. Adapun waktu pelaksanaan tes hasil belajar yaitu pada hari selasa tanggal 06 Oktober 2010. F. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan dua macam statistik, yaitu:1. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar fisika yang diperoleh siswa setelah mengikuti materi pelajaran. Analisis ini akan memberikan gambaran tentang skor hasil belajar fisika siswa yang diperoleh berupa skor tertinggi, skor terendah, skor ideal, rata-rata, dan standar deviasi. Untuk mengetahui nilai yang diperoleh siswa, maka skor di konversi dalam bentuk nilai menggunakan rumus sebagai berikut:N=SSSI x 100

Keterangan: N = Nilai siswa SS = Skor hasil belajar siswa SI = Skor ideal Nilai standar ketuntasan belajar siswa kelas VIIA pada mata pelajaran fisika pokok bahasan Suhu dan Pengukuran di SMP Negeri 2 Sukamaju adalah 65.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

Kemudian, untuk kategori hasil belajar fisika siswa kelas VIIA yang ditetapkan berdasarkan kriteria yang sebagai berikut : Tabel 3.2 Kategori Nilai Hasil Belajar No 1 2 3 4 5 Interval Nilai 0 20 21 40 41 60 61 80 81 100 Kategori Hasil Belajar Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Riduan (2003 : 41)2. Analisis Inferensial

Statistik inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji-t, sebelum uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas.

a. Uji Normalitas Data

Untuk keperluan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian dasar yaitu uji normalitas data . Uji nomalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan rumus chi-kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut:

2 hitung

(Oi Ei ) 2 = Ei i =1k

(Sugiyono, 2006: 197) Keterangan: = Nilai Chi-kuadrat hitung

2 hitungOi = Frekuensi hasil pengamatan

FMIPA Universitas Negeri Makassar

3

Ei k

= Frekuensi harapan = Banyaknya kelas

Kriteria pengujian: Data berdistribusi normal bila lebih kecil dari dimana diperoleh

2 hitung

2 tabel

2 tabel

dari daftar

dengan dk = (k-1) pada taraf signifikan = 0,05.

2

b. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan dalam hipotesis penelitian. Berdasarkan bunyi hipotesis yang telah diajukan maka jenis uji hipotesis yang digunkan adalah uji pihak kanan dengan menggunakan uji t pada rata-rata () skor hasil belajar siswa. Uji Rata-rata Teknik pengujian yang digunakan adalah uji t dengan = 0,05thitung=-0s/n

(Sudjana, 1992:227)

Keterangan: = Nilai rata-rata yang di konversi dari skor rata-rata 0 = Standar KKM s n = Standar deviasi = Banyaknya data kelompok

FMIPA Universitas Negeri Makassar

3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas halhal yang berkaitan dengan pengolahan data, pengujian hipotesis, dan pembahasan berdasarkan data yang diperoleh sesuai dengan teknik dan prosedur pengambilan data dalam penelitian ini. Pengolahan data yang dimaksud di sini meliputi pengujian dasardasar analisis, yaitu analisis deskriptif dan pengujian hipotesis. A. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Deskriptif

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

Bedasarkan hasil analisis deskriptif siswa kelas VIIA SMP Negeri I Sukamaju tahun ajaran 2010/2011 semester ganjil yang diajar dengan menerapkan Model Pengajaran Langsung dengan menggunakan media sederhana. Tabel 4.1. Statistik Skor Hasil Belajar Fisika Statistik Skor ideal Skor maksimun Skor minimum Skor rata-rata Rentang skor Standar deviasi Nilai Statistik 21 20 5 15,60 15 3,06

Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa skor rata-rata yang diperoleh siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju adalah 15,60 dengan skor tertinggi 20 dan skor terendah 5 serta standar deviasi 3,06. Jika skor hasil belajar siswa SMP Negeri 2 Sukamaju tahun ajaran 2010/2011 dianalisis dengan menggunakan persentase pada distribusi frekuensi maka dapat dibuat tabel distribusi frekuensi kumulatif sebagai berikut : Tabel 4.2. Distribusi frekuensi kumulatif skor hasil belajar Fisika siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sukamaju Skor 5-7 8-10 11-13 14-16 17-19 20-22 Jumlah F 1 2 3 16 9 4 35 f (%) 2.86 5.71 8.58 45.71 25.72 11.42 100,00 Kumulatf f (%) Atas 2.86 35 8.57 34 17.14 32 62.86 29 88.57 13 100.00 4

Bawah 1 3 6 22 31 35

f (%) 100.00 97.14 91.43 82.86 57.14 45.71

Berdasarkan tabel distribusi persentase kumulatif skor hasil belajar fisika di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata berada pada rentang skor 11-13 dimana

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1

terdapat 11,43% siswa yang memperoleh skor di bawah skor rata-rata, dan 88,57% siswa memperoleh skor di atas skor rata-rata. Data distribusi frekuensi diatas dapat disajikan dalam diagram batang sebagai berikut:

Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi skor hasil belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju. Tabel 4.3. Persentase Ketuntasan belajar Fisika siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju Persentase No Kategori Hasil Belajar Frekuensi (%) 1 Tuntas 29 82,86 2 Belum Tuntas 6 17,14 Jumlah 35 100,00 Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal, maka banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar, yaitu 29 orang dengan persentase 82,86% dan banyaknya siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar yaitu 6 orang dengan persentase 17,14%. 2. Hasil Analisis Inferensial a. Pengujian Normalitas Pengujian normalitas bertujuan untuk menyatakan apakah data skor hasil belajar fisika siswa berasal dari populasi berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa, untuk = 0.05 dan dk = k-1 = 6-1 = 5, maka diperoleh 2tabel = 2(0,95)(5) = 11,070. Berdasarkan tabel pengujian normalitas (lampiran C) diperoleh 2hitung = 8,875. Dengan demikian = 2hitung = 8,875 < 2tabel = 2(0,95)(5) = 11,070, yang berarti skor hasil belajar fisika siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Pengujian Hipotesis

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2

Pada pengujian hipotesis, untuk rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji-t. Hasil analisis diperoleh nilai thitung = 18,60 dibandingkan dengan ttabel dimana ttabel = 1,692 yakni 18,60 > 1,692. Kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thitung > t(0,95)(34) dengan = 0,05, untuk harga lainnya Ha diterima. Hal ini berarti thitung berada pada penolakan H0, dengan demikian Ha dinyatakan diterima. Adapun hasil taksiran rata skor hasil belajar fisika siswa berada pada interval antara 14-16 dimana skor rata-rata adalah sebesar 15,60. Jika skor tersebut di konversi dalam bentuk nilai, maka ratarata nilai hasil belajar fisika siswa adalah sebesar 74,28 dengan kategori hasil belajar tinggi. B. Pembahasan Dalam model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana baik guru maupun siswa sama-sama berperan secara penuh. Guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar yang baik.Berdasarkan analisis deskriptif tentang hasil belajar siswa pada tes terakhir, skor tertinggi yang diperoleh adalah 20 dan skor rata-rata adalah 15,60 dengan standar deviasi 3,06. Berdasarkan persentase kumulatif skor hasil belajar fisika menunjukkan bahwa ada 17,14% dari siswa yang memperoleh skor 1,692 artinya t hitung berada pada daerah penolakan H0 dengan Ha diterima.

LAMPIRAN C.4 : PERSENTASE KETUNTASAN BELAJAR SISWA

No 1 2

Kategori Hasil Belajar Tuntas Belum Tuntas Jumlah

Frekuensi 29 6 35

Persentase (%) 82,86 17,14 100,00

Tabel C41. Distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar fisika siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju yang diajar menggunakan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana yang disusun berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (82,86%)

Tabel C.42. Kategori Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju Kabupaten Luwu Utara Kategori Hasil No Interval Nilai F Persentase(%) Belajar 1 0-20 Sangat rendah 0 0,00

FMIPA Universitas Negeri Makassar

39

2 3 4 5

21-40 41-60 61-80 81-100 Jumlah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

1 3 19 12 35

2,86 14,28 54,28 28,58 100,00

LAMPIRAN D.1 DOKUMENTASI MEDIA SEDERHANA

1. Jangka Sorong Sederhana

FMIPA Universitas Negeri Makassar

40

2. Gambar Mikrometer Sekrup

FMIPA Universitas Negeri Makassar

41

3. Perbandingan Skala pada Termometer

LAMPIRAN D.2 DOKUMENTASI EKSPERIMEN 1.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

42

2.

3.

4.

FMIPA Universitas Negeri Makassar