EKSPERIMENTASI PENGAJARAN FISIKA DENGAN … · SKRIPSI Oleh ENDANG NURWIDIATI ... Pendidikan...

94
1 EKSPERIMENTASI PENGAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISERTAI TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN USAHA DI SMP TAHUN AJARAN 2005/2006 SKRIPSI Oleh ENDANG NURWIDIATI K2302509 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2007

Transcript of EKSPERIMENTASI PENGAJARAN FISIKA DENGAN … · SKRIPSI Oleh ENDANG NURWIDIATI ... Pendidikan...

1

EKSPERIMENTASI PENGAJARAN FISIKA

DENGAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES MELALUI

METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISERTAI TUGAS

TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK

BAHASAN USAHA

DI SMP TAHUN AJARAN 2005/2006

SKRIPSI

Oleh

ENDANG NURWIDIATI

K2302509

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2007

2

EKSPERIMENTASI PENGAJARAN FISIKA

DENGAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES MELALUI

METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISERTAI TUGAS

TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK

BAHASAN USAHA

DI SMP TAHUN AJARAN 2005/2006

Disusun oleh

ENDANG NURWIDIATI

K2302509

Di tulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2007

3

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan

dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sutadi Waskito, M. Pd Dwi Teguh Raharjo, S.Si, M. Si

NIP. 130 529 711 NIP. 132 206 598

4

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : kamis

Tanggal : 26 April 2007

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Darianto ( )

Sekretaris : Drs. Edy Wiyono, M.Pd ( )

Penguji I : Drs. Sutadi Waskito, M.Pd ( )

Penguji II : Dwi Teguh Raharjo, S.Si, M.Si ( )

Disyahkan oleh

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Dr. H. Trisno Martono, MM

NIP. 130 529 720

5

ABSTRAK

Endang Nurwidiati. EKSPERIMENTASI PENGAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISERTAI TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN USAHA DI SMP TAHUAN AJARAN 2005/2006. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Maret 2007.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya : (1)

perbedaan pengaruh antara pendekatan ketrampilan proses melalui metode

eksperimen dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada

pokok bahasan usaha, (2) perbedaan pengaruh antara pemberian tugas secara

kelompok dan tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok

bahasan usaha, (3) interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan ketrampilan

proses melalui metode mengajar dan pemberian tugas terhadap kemampuan

kognitif siswa pada pokok bahasan usaha.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain

faktorial 2x2. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP N

16 Surakarta Tahun Ajaran 2005/2006 yang terdiri dari 5 kelas. Pengambilan

sampel dilakukan secara acak. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak dua kelas, yaitu kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B

sebagai kelompok kontrol, yang masing-masing kelas berjumlah 40 siswa dimana

20 siswa diberi tugas kelompok dan 20 siswa diberi tugas individu. Teknik

pengambilan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dan teknik tes.

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data keadaan awal

kemampuan fisika siswa yang diambil dari nilai fisika hasil ujian mid semester II.

Teknik tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan kognitif siswa pada

pokok bahasan usaha. Teknik analisis data menggunakan anava dua jalan dengan

isi sel sama, kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi ganda metode Scheffe.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) ada perbedaan

pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen

dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan

6

usaha.{(Fa = 4,1540) > (F0,05;1,76 = 3,968)}. Siswa yang diberi pengajaran dengan

menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen

mempunyai kemampuan kognitif yang lebih baik daripada melalui metode

demonstrasi, (2) ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan

tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha {(

Fb = 20,1091) > (F0.05;1;76 = 3.968) }. Siswa yang diberi tugas kelompok

mempunyai kemampuan kognitif yang lebih baik daripada siswa yang diberi tugas

individu, (3) tidak ada interaksi pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan

proses melalui metode menngajar dan pemberian tugas terhadap kemampuan

kognitif siswa pada pokok bahasan usaha. Jadi antara pemberian tugas dan

pengajaran fisika dengan pendekatan ketrampilan proses melalui metode mengajar

mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap kemampuan kognitif siswa pada

pokok bahasan usaha {(Fab = 0,7134) < (F0.05;1;76 = 3,968) }.

7

MOTTO

Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu, kemudian ia menyembunyikannya, maka

pada hari kiamat akan dikendalikan mulutnya dengan tali kendali (yang terbuat)

dari api neraka.

(Al- Hadits)

sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai

(dari sesuatu urusan ), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan ) yang lain,

dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap.

(QS. Insyirah : 6-8)

...bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak

mengetahui.

(QS. An Nahl :43)

8

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan dengan sepenuh hati kepada:

a. Bapak dan Ibu tercinta yang tiada henti mendoakan, menyayangi dan

memberikan semangat padaku, dengan segala kerja keras dan pengorbanannya

dalam mendidik. Doa restunya mengiringi setiap langkah, nasihat dan

dukungannya mendampingi setiap saat. Terimakasih Bapak dan Ibu, aku

mencintai dan menyayangi kalian.

b. Adik-adikku Danang dan Yen, terimakasih semangat dan dukungannya. Aku

sayang kalian.

c. Semua keluarga besarku yang selalu mendoakan dan menasehatiku dalam

setiap langkah.

d. Almamater.

KATA PENGANTAR

9

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rohmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang disusun sebagai

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Fisika

jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Selama menyusun skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa tenaga, pikiran maupun biaya. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

A. Bapak Dr. Trisno Martono, M.M, selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret atas

bantuannya dalam memberikan ijin penelitian ini.

B. Ibu Dra. Sri Dwiastuti, M.Si, selaku Ketua Jurusan pendidikan

MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret yang telah menyetujui permohonan penyusunan

Skripsi.

C. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd, selaku Ketua Program Fisika

Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas keguruan dan Ilmu

pendidikan Universitas Sebelas Maret atas bantuannya dalam

memberikan ijin penelitian ini.

D. Drs. Sutadi Waskito, M. Pd, pembimbing I yang telah tulus dan

penuh kesabaran memberikan bimbingan serta pengarahan

kepada penulis sampai terwujudnya skripsi ini.

E. Dwi Teguh Raharjo, S. Si, M. Si, pembimbing II yang telah tulus

dan penuh kesabaran memberikan bimbingan serta pengarahan

kepada penulis sampai terwujudnya skripsi ini.

F. Bapak Drs. M. Amir Khusni, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri

16 Surakarta yang telah memberikan tempat pelaksanaan tryout

dan penelitian.

10

G. Bapak Agus Budwi Juli H, S.Pd, selaku waka Kurikulum SMP N

16 Surakarta yang telah memberikan bantuan dan bimbingan

H. Ibu Ir. Farida Ariani Budi U dan Ibu Dra. Tutik Indriyati, selaku

guru fisika kelas VII SMP N 16 Surakarta yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan dalam penelitian dan tryout.

I. Bapak dan Ibu yang memberikan dorongan dan doa restu

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

J. Adik-adikku Danang dan Yen yang selalu memberi semangat

dalam perjalanan hidupku.

K. Teman-temanku, Sawiji, Santi, Tyas, Ana, Yeni, Titik, Tantri,

widi, Erwin, Warni dan semua teman fisika 2002.

L. Teman-teman kosku, Mbak Isti (terimakasih nasihat dan

semangatnya), Yuli (terimakasih atas kebersamaannya selama

ini. Selalu dinanti selalu dihati PSMS (MP). Jadi gak jalan-jalan

Ny. Yuliatin Panggabean?) , Anik, Bekti, Ira, Ana, Nenes, Mb

Harsih, Iis, Agnes, Pepi, Fitri, qud.

M. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh

karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi

sempurnanya Skripsi ini. Namun demikian penulis berharap semoga Skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Surakarta, Februari 2007

11

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGAJUAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

ABSTRAK v

MOTTO vii

PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR LAMPIRAN xiv

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 3

C. Pembatasan Masalah 4

D. Perumusan Masalah 4

E. Tujuan Penelitian 5

F. Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Belajar Mengajar 6

2. pengajaran Fisika 9

3. Pendekatan Ketrampilan Proses 11

4. Metode Mengajar 14

5. Pemberian Tugas 17

12

6. Kemampuan Kognitif 19

7. Konsep Usaha 21

B. Kerangka Berfikir 24

C. Hipotesis 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian 28

2. Waktu Penelitian 28

B. Metode Penelitian 28

C. Penetapan Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi penelitian 29

2. sampel Penelitian 29

3. Teknik pengambilan Sampel 29

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas 30

2. Variabel Terikat 30

E. Teknik pengumpulan Data 31

F. Instrumen Penelitian 31

G. Teknik Analisa Data

1. Uji kesamaan Keadaan Awal Siswa 35

2. Pengujian Hipotesis 38

BAB IV HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Data

A. Data Keadaan Awal Siswa 45

B. data Nilai Kemampuan Kognitif Siswa 47

2. Uji Kesamaan Keadaan Awal

a. Uji Normalitas 49

b. Uji Homogenitas 50

c. Uji-t 50

3. Pengujian Prasyarat analisis

a. Uji Normalitas 50

13

b. Uji Homogenitas 51

4. Pengujian Hipotesis

a. Uji Hipotesis Dengan ANAVA Dua Jalan 51

b. Uji Lanjut ANAVA 52

5. Pembahasan Hasil Analisis Data

a. Hipotesis Pertama 53

b. Hipotesis Kedua 54

c. Hipotesis Ketiga 54

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

v Kesimpulan 56

v Implikasi 56

v Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 58

LAMPIRAN

14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran No. Halaman

1. Jadwal Kegiatan Penelitian 60

2. Data Keadaan Awal 61

3. Uji Normalaitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Eksperimen 62

4. Uji Normalaitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Kontrol 64

5. Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Eksperimen

dan Kontrol 66

6. Uji-t Untuk Keadaan Awal Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol 69

7. Kisi-Kisi Soal Try Out 72

8. Soal Try Out 73

9. Kunci Jawaban Soal Try Out 82

10. Analisis Derajat Kesukaran, Daya Pembeda, Realibilitas, dan Validitas 83

11. Satuan Pembelajaran 88

12. Rencana Pembelajaran 105

13. Lembar Kerja Siswa (LKS) 129

14. Tugas 143

15. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Kognitif 148

16. Soal Tes Kemampuan Kognitif 149

17. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Kognitif 157

18. Data Nilai Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok Eksperimen

dan Kontrol 158

19. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok Eksperimen 159

20. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok Kontrol 161

21. Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok

Eksperimen dan Kontrol 163

22. Data Induk Penelitian 166

23. Pengujian Hipotesis 167

24. Uji Pasca ANAVA 172

25. Tabel-Tabel Statistik 174

15

26. Perijinan

DAFTAR TABEL

Tabel No Halaman

3.1. Notasi dan Tata Letak Data 29

3.2. rangkuman ANAVA 42

4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelompok

Eksperimen 45

1) Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelompok

Kontrol 46

2) Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Kelompok

Eksperimen 48

3) Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Kelompok

Kontrol 48

4.5. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan 51

4.6. Rangkuman Komparansi Rerata Pasca ANAVA 52

16

DAFTAR GAMBAR

Gambar No Halaman

2.1. Tuas 22

2.2. Katrol Tunggal Tetap 23

2.3. Katrol Tunggal Bergerak 23

2.4. Bidang Miring 24

2.5. Kerangka Berfikir 27

4.1. Histrogram Data Nilai Keadaan Awal Fisika Kelompok Eksperimen 46

4.2. Histrogram Data Nilai Keadaan Awal Fisika Kelompok kontrol 47

4.3. Histrogram Data Nilai Kognitif Kelompok Eksperimen 48

4.4. Histrogram Data Nilai Kognitif Kelompok Kontrol 49

17

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di era globalisasi ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh

dan berperan pada kehidupan manusia di segala aspek kehidupannya. Untuk itu

kualitas sumber daya manusia mutlak diperlukan dalam taraf kehidupan

masyarakat dan mengantisipasi segala permasalahan yang mungkin akan timbul.

Salah satu cara untuk meningkatklan kualitas sumber daya manusia adalah

melalui peningkatan mutu dalam bidang pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang berperan dalam

kehidupan manusia, terutama dalam mengembangkan potensi dasar yang

dimilikinya. Dengan pendidikan yang baik manusia diharapkan memiliki

kemampuan intelektual, ketrampilan dan moral sehingga dapat mengatasi

permasalahan dan dapat hidup serasi dengan masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut, di kalangan para pendidik telah

banyak melakukan langkah-langkah baru ke arah perbaikan sistem pendidikan

yang disesuaikan dengan tuntutan dan kemajuan zaman. Perkembangan zaman

menuntut para pengelola pendidikan untuk lebih mengefektifkan sistem

pengajaran agar tercapai target yang diharapkan dengan memperdayakan potensi

yang ada baik pada siswa, guru, maupun sarana dan prasarana. Guru merupakan

pekerjaan profesional maka penguasaan materi harus benar-benar tinggi.

Penggunaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan proses

belajar mengajar tersebut harus sesuai konsep bidang studi yang diajarkan khususnya

bidang studi fisika.

18

Hakikat IPA yaitu sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Untuk itu

penggunaan-penggunaan metode pengajaran harus menitikberatkan pada peran

aktif siswa sebagai subyek pendidikan. Metode mengajar mempunyai peran dalam

membangkitkan minat dan motivasi siswa terhadap mata pelajaran yang

diberikan, juga terhadap proses belajar siswa. Siswa akan mudah menerima materi

yang diberikan oleh guru apabila metode mengajarnya tepat dan sesuai dengan

tujuan pengajarannya. Selain itu penguasan dan penyampaian materi harus sesuai

dengan ciri-ciri IPA yang selalu berkembang melalui pengamatan, percobaan dan

pemecahan masalah. Salah satu program untuk mengembangkan metode mengajar

di sekolah menengah yaitu menekankan pada keterlibatan siswa pada proses

belajar yang aktif, serta dalam proses belajar mengajar terjalin komunikasi dua

arah sehingga dapat meningkatkan peluang bagi guru untuk memperoleh umpan

balik dalam rangka efektivitasnya. Dalam pengajaran fisika yang merupakan salah

satu bagian dari IPA tidak hanya memberikan konsep-konsep saja tetapi

bagaimana mendapatkan konsep tersebut.

Pengajaran fisika oleh banyak siswa masih dianggap sulit, sehingga

diperlukan metode khusus yang mendukung untuk mencapai hasil yang optimal.

Tidak semua metode cocok dan tepat digunakan untuk setiap bidang pengajaran.

Ketepatan penggunaan metode dapat dilihat dari efektivitas dan efisiensi metode

tersebut dalam mencapai tujuan instruksional.

Salah satu metode mengajar yang relevan dengan hakikat dan ciri-ciri

IPA adalah metode eksperimen dan demontrasi, dimana dalam metode ekperimen

dan demonstrasi menuntut keaktifan dan kekritisan daya pikir siswa.

Hal yang harus diperhatikan juga adalah pendekatan belajar. Salah satu

pendekatan yang sesuai untuk menunjang metode eksperimen dan demontrasi

adalah pendekatan ketrampilan proses. Karena dalam pendekatan ketrampilan

proses menuntut keaktifan belajar siswa untuk dapat berpikir kritis dan bertindak

kreatif. Oleh karena itu pendekatan ketrampilan proses perlu dikembangkan.

19

Dalam pendekatan ini siswa mendapat kesempatan menemukan konsep sendiri

melalui kegiatan ilmiah.

Karena fisika merupakan suatu ilmu yang benar-benar memerlukan

daya pikir dan pemahaman tinggi maka diperlukan suatu cara untuk selalu

mengaktifkan belajar siswa dan memberi motivasi perlunya belajar mengajar

secara kontinu agar materi yang telah diperoleh dapat lebih dikuasi dan dipahami.

Diantaranya dengan memberikan tugas. Dengan melaksanakan tugas siswa

menjadi aktif belajar, terangsang untuk meningkatkan belajar yang baik,

memupuk inisiatif, dan tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan. Tugas yang diberikan oleh guru dapat dikerjakan secara individu (tugas

individu) dan secara kelompok (tugas kelompok). Teknik pemberian tugas ini

bertujuan agar siswa memiliki kemampuan kognitif yang optimal, karena siswa

melaksanakan latihan-latihan dalam mengerjakan tugas, maka pengalaman siswa

dalam mempelajari suatu pelajaran dapat lebih terarah. Dengan adanya pemberian

tugas kelompok siswa diharapkan saling tukar pengalaman yang berbeda pada

saat mempelajari masalah-masalah yang diberikan oleh guru.

Untuk mempermudah dalam permasalahan yang ada maka penelitian

ini diberi judul “EKSPERIMENTASI PENGAJARAN FISIKA DENGAN

PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES MELALUI METODE

EKSPERIMEN DAN DEMONTRASI DISERTAI TUGAS TERHADAP

KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN USAHA

DI SMP TAHUN AJARAN 2005/2006”.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

1) Pengajaran fisika merupakan pengajaran yang bersifat

eksperimental sehingga dalam pengajarannya seharusnya harus

diiringi dengan percobaan-percobaan. Jadi pemilihan pendekatan

20

dan metode mengajar yang sesuai dengan hakikat IPA khususnya

fisika akan mempengaruhi keaktifan dan kekreaktifan siswa.

2) Minat dan motivasi belajar siswa dapat mempengaruhi kemampuan

kognitif siswa, karena itu perlu diberikan tugas-tugas yang dapat

menimbulkan minat dan motivasi belajar siswa.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan adanya keterbatasan

waktu, kemampuan, sarana dan prasarana, serta agar penelitian dapat terarah,

maka peneliti membatasi masalah pada:

1) Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

ketrampilan proses, metode yang digunakan adalah metode

eksperimen dan metode demonstras

2) Salah satu cara untuk memotivasi minat dan keaktifan belajar siswa

adalah dengan tugas untuk melengkapi metode dan pendekatan

pembelajaran.

3) Tugas yang dimasud di atas adalah tugas dalam bentuk tugas

kelompok dan tugas individu.

4) Pokok bahasan yang diajarkan adalah usaha yang merupakan salah

satu pokok bahasan di SMP kelas VII semester 2.

Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas

dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut:

B. Adakah perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan

proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi

terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha di

SMP?

21

C. Adakah perbedaan pengaruh antara pemberian tugas secara

kelompok dan secara individu terhadap kemampuan kognitif siswa

pada pokok bahasan usaha di SMP?

D. Adakah interaksi pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan

proses dan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa

pada pokok bahasan usaha di SMP?

22

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan

ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi

terhadap kemampuan kognitif siswa pada bahasan usaha.

b. Menetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara pemberian tugas

kelompok dan tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa.

c. Mengetahui ada tidaknya interaksi pengaruh penggunaan pendekatan

ketrampilan proses dan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif

siswa.

Manfaat Penelititian

Dari hasil penelitian dapat memberikan manfaat antara lain:

A. Sebagai masukan bagi guru dalam rangka pemilihan metode pengajaran

fisika yang lebih tepat dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa.

B. Memberikan alternatif kepada guru fisika untuk memberikan tugas dalam

bentuk penyelesaian soal tanya jawab dalam proses belajar mengajar.

C. Sebagai masukan bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian terhadap

hal yang sama lebih mendalam .

D. Sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan

khususnya fisika dan dapat dijadikan perbandingan penelitian lainnya.

6

BAB II

LANDASAN TEORI

E. Tinjauan Pustaka

1) Hakikat Belajar Mengajar

1) Hakikat Belajar

“Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif” (Muhibin Syah, 1995: 91).

“Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapan serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar”

(Nana Sudjana, 1996: 5).

Definisi belajar dari beberapa ahli diantaranya :

a. Hilgard dan Bower mengemukakan, belajar adalah perubahan tingkah laku disebabkan pengalaman yang berulang-ulang atas dasar pembawaan, kematangan, atau kondisi sesaat.

b. Gagne menyatakan belajar sebagai perubahan perbuatan yang dipengaruhi rangsangan dari luar bersamaan dengan ingatan siswa.

c. Morgan mengatakan belajar perubahan permanen dalam hal tingkah laku seseorang akibat latihan atau pengalaman.

d. Witherington menyatakan belajar adalah suatu perubahan kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan dan kepribadian.

(M. Ngalim Purwanto, 1999: 84)

Ciri-ciri dari kegiatan belajar yang lebih komplek dan operasional yaitu sebagai berikut:

1) Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial.

2) Perubahan pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

3) Perubahan terjadi karena usaha. (Sumadi Suryabrata, 1983: 5)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan belajar mempunyai beberapa elemen penting, yaitu:

1) Belajar merupakan perubahan tingkah laku.

2) Hasil belajar merupakan perubahan akibat latihan atau pengamatan dalam arti perubahan

yang terjadi dihasilkan dari suatu proses yang disengaja.

3) Belajar menimbulkan perubahan yang permanen, bukan merupakan perubahan yang

sementara yang disebabkan oleh motivasi, adaptasi, kepekaan atau yang lainnya.

7

Dari berbagai pengertian belajar di atas, terlihat jelas bahwa hakikat belajar tidak hanya menerima, mengungkapkan kembali, menghafalkan melainkan belajar lebih menekankan pada proses perubahan tingkah laku yang disebabkan adanya berbagai pengalaman, dimana perubahan tersebut berlangsung terus menerus hingga diperoleh perubahan tingkah laku baru dan intelektual sehingga menjadi milik individu dalam waktu yang relatif lama (kontinu). Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku. Dimana perubahan itu dapat terjadi melalui transfer informasi mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki oleh siswa sehingga pengertian yang dimiliki semakin berkembang.

2) Hakikat Mengajar

Para ahli psikologi dan pendidikan memberikan batasan atau pengertian mengajar yang berbeda-beda rumusannya. Perbedaan tersebut disebakan oleh perbedaan titik pandangan terhadap makna atau hakikat mengajar. Arti mengajar menjadi sangat komplek dan beraneka macam sesuai dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan.

“Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar” (Nana Sudjana, 1996: 7). Rumusan mengajar yang dikemukakan oleh Nana Sudjana di atas disamping berpusat pada siswa yang belajar juga melihat hakikat mengajar sebagai proses yaitu proses mengajar adalah proses belajar yang menghasilkan perubahan tingkah laku.

“ Mengajar adalah proses penyampaian pengetahuan kepada siswa yang berarti tujuan belajar siswa adalah ingin menguasai pengetahuan. Kelanjutan dari proses tersebut adalah penanaman pengetahuan kepada siswa dengan harapan terjadi proses pemahaman. Sehingga mengajar merupakan upaya penciptaan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar dalam membantu perkembangan siswa yang optimal”

(Sardiman A. M, 2004: 47)

Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa mengajar adalah usaha guru untuk membimbing aktivitas, membantu pengetahuannya, membimbing pengalaman dan membantu siswa berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan melalui proses belajar mengajar.

3) Proses Belajar Mengajar

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pengajaran. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh individu (siswa). Sedangkan mengajar mengacu pada yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan manakala terjadi hubungan (interaksi) antara guru dengan siswa pada saat proses pengajaran berlangsung. Dalam proses tersebut siswa diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pengajaran melalaui bahan pengajaran yang dipelajari oleh siswa dengan menggunakan berbagai metode dan alat, kemudian dinilai ada tidaknya perubahan pada diri siswa setelah ia menyelesaikan proses belajar mengajar tersebut. Maka diharapkan melalui proses ini peserta didik mempunyai sejumlah kepandaian dan kecakapan tertentu yang dapat membentuk pribadi yang cukup berintegrasi.

“Proses belajar mengajar (pengajaran) merupakan proses mengkoordinasi sejumlah tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian sehingga satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada diri peserta didik seoptimal mungkin menuju terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang diharapkan” (A. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, Zainal Arifin, 1989: 29).

8

“Konsep belajar mengajar menjadi terpadu antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa saat pengajaran berlangsung” (Nana Sudjana, 1996: 8).

2) Pengajaran Fisika

a. Hakikat Fisika

Dalam perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta tetapi juga metode ilmiah dan sikap ilmiah. Hakikat IPA meliputi 3 hal yaitu:

1. Produk IPA adalah semua pengetahuan tentang gejala alam yang telah dikumpulkan melalui observasi. Produk IPA meliputi fakta, konsep, prisip, hukum dan teori.

2. Proses IPA atau metode ilmiah yaitu cara kerja yang dilakukan untuk memperoleh hasil-hasil IPA atau produk IPA.

3. Nilai dan sikap yaitu semua tingkah laku IPA yang diperlukan selama melakukan peroses IPA, sehingga diperoleh produk IPA.

(Margono 1996: 23)

Fisika sebagai cabang IPA, tentunya mempunyai karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan karakteristik IPA. Brockhause mengemukakan bahwa: “Fisika adalah pengajaran tentang kejadiaan alam, yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, pengujian secara matematis dan berdasarkan pengetahuan-pengetahuan umum” (Herbert Druxes, 1986: 3). Sedangkan Gertshen menyatakan “Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana-sesederhananya dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataan, persyaratan dasar untuk memecahkan persoalan adalah mengamati gejala-gejala alam tersebut” (Herbert Druxes, 1986: 3).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fisika adalah merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan dan menganalisa struktur dan peristiwa alam yang sesederhana mungkin sehingga menghasilkan pengetahuan baru. Fisika yang merupakan salah satu cabang IPA tentunya mempunyai pemahaman hakikat yang tidak jauh berbeda dengan pemahaman hakikat IPA yang merupakan produk IPA, proses IPA, serta nilai dan sikap IPA. Produk dalam IPA khususnya fisika berupa konsep, hukum, prinsip, dan teori yang telah dikumpulkan melalui observasi, dan dibentuk dari data hasil observasi. Sedangkan proses dalam kegiatan fisika adalah metode ilmiah yang berupa aktifitas-aktifitas yang bertujuan untuk mencari, menggali dan menyelidiki kejadian alam.

Konsep-konsep dalam fisika selanjutnya dapat diungkapkan dalam bahasa matematika tetapi hanya suatu alat untuk memudahkan dan menyederhanakan cara pengungkapan fisika.

b. Pengajaran Fisika Pada Jenjang SMP

Pola pikir yang digunakan sebagai landasan pendidikan pada tingkat dasar dan menengah secara umum masih berfokus pada guru bukan pada siswa, sehingga kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pengajaran yang dilakukan guru daripada pembelajaran yang berlangsung pada diri siswa.

Pola pikir itu seharusnya harus segera diubah sesuai dengan pendapat Depdiknas (2001: 2) yang mengemukakan bahwa “Selain berfokus pada siswa pola pemikiran pembelajaran perlu diubah dari sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan yaitu kepada kandungan ilmu, siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu untuk menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai”. Hal ini mengandung pengertian bahwa pembelajaran ditingkat dasar menengah disamping harus terjadi pembelajaran untuk tahu atau mengerti, juga harus terjadi pembelajaran untuk berbuat sesuatu berdasarkan pada pengetahuan yang dimiliki siswa. Dengan demikian mutu lulusan tidak

9

hanya diukur dengan standar lokal saja tetapai dengan harapan mampu berkomunikasi secara nasional maupun internasional.

Sesuai dengan kompetensi umum fisika pada jenjang SMP adalah sebagai berikut;

a. Kemampuan melakukan kerja ilmiah melalui eksperimen atau pengalaman meliputi kemampuan melakukan pengukuran, pengujian hipotesis, merancang eksperimen, mengambil dan mengolah data, interferensi data serta dapat mengkomunikasikan hasil eksperimen tersebut. Disamping itu melalui kerja ilmiah diharapkan dimilikinya sikap ilmiah antara lain tertanamanya sikap ilmiah dalam diri siswa dan kemampuan kerjasama dengan orang lain.

b. Kemampuan melakukan penalaran ilmiah dalam arti pikir secara efektif dalam menyelesaikan masalah sederhan yang berhubungan dengan besaran-besaran fisika secara kualitatif maupun kuantitatif sederhana menggunakan aritmatika.

c. Kesempatan untuk mengkaitkan pengetahuan fisika dengan pemanfaatan fisika dalam teknologi sederhana atau pembuatan alat-alat teknologi yang bermanfaat.

(Depdiknas, 2001: 6-7)

Ruang lingkup pembelajaran fisika di SMP meliputi konsep-konsep yang diperoleh dari berbagai kegiatan ilmiah yang menggunakan ketrampilan proses. Oleh karena itu dalam pengajaran fisika diperlukan pengembangan aktifits dan eksperimen yang membantu anak didik agar mendapatkan ketrampilan mengamati, mengelola, mengambil data, menganalisis, menyimpulkan hasilnya serta meramalkan efek dari sesuatu gejala serta menilai proses tersebut.

3) Pendekatan Ketrampilan Proses (PKP)

“Pendekatan ketrampilan proses adalah proses mental dimana siswa

atau individu mengasimilasikan konsep dan prinsip-prinsip” (Tabrani R. et al,

1989: 185). Pendekatan dalam pengajaran ini terjadi jika siswa terlibat dalam

menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

Melalui pendekatan ini siswa didorong oleh rasa ingin tahu untuk mengekplorasi

dan belajar sendiri. Dengan demikian lebih ditekankan pada proses penemuan

konsep dan bukan produknya, serta ihwal bagaimana bahan pengajaran itu

diajarkan dan dipelajari.

“Pendekatan ketrampilan proses yaitu Belajar mengajar yang

mengembangkan ketrampilan-ketrampilan memproseskan perolehan, anak akan

mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta

menimbulkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut”. (Conny

Semiawan, A.F. Tangyong, S. Belen, Yulaelawati Matahelemual, Wahjudi

Suseloardjo, 1986: 18)

Dari uraian di atas dapat diarahakan bahwa pendekatan ketrampilan

proses adalah teknik mengajar yang melibatkan siswa secara aktif, sehingga siswa

10

dapat menemukan fakta dan konsep fisika dengan jalan mengembangkan

ketrampilan dan kemampuan yang ada.

Ciri-ciri ketrampilan proses

1. Menekankan pentingnya kebermaknaan belajar untuk mencapai hasil belajar yang memadai.

2. Menekankan pada pentingnya keterlibatan siswa di dalam proses belajar.

3. Menekankan bahwa belajar adalah proses dua arah yang dapat di capai oleh siswa.

Dalam rangka mewujudkan tuntunan pengajaran fisika yang relevan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, maka mulai kurikulum 1994 ditekankan penggunaan ketrampilan dalam proses belajar mengajar. Dasar pertimbangan dari penerapan PKP dalam pembelajaran siswa dapat diringkas sebagai berikut:

1) PKP selaras dengan hasrat belajar sepanjang hayat dan selaras dengan tuntunan perkembangan ilmu serta teknologi yang semakin cepat. Jadi ketrampilan membaca keilmuan dan penguasaan cara belajar keilmuan lainnya (seminar, penelitian, sosialisasi diri dan sejenis lainnya) sangat perlu dikuasai siswa. Ketrampilan membelajarkan diri tersebut sangat besar manfaatnya bagi perkembangan diri siswa lebih lanjut (baik dalam belajar atau berkarya).

2) Ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya sangat terbuka untuk dipertanyakan dan dikembangkan lebih lanjut. Siswa harus didorong dan diberi kesempatan untuk mencari dan mengumpulkan data, mencari serta mengolah informasi, mengadakan percobaan, melaporkan serta mempertanggungjawabkan hasil temuannya, dan mengkomunikasikan kebenaran yang ditemukannya pada pokok-pokok yang memerlukan dengan sikap terbuka dan rendah hati.

3) Perkembangan kognitif, afektif dan fisikomotorik dalam diri siswa harus terbina secara terbimbing menyatu dan optimal. Untuk memperkembangkan diri utuh secara dinamis tersebut menuntut keterlibatan belajar siswa dengan mendayagunakan semua potensi dirinya melalui cara-cara belajar yang benar (sesuai dengan tuntunan belajar kemanusiaan serta keilmuan) dan bersifat intensif (bertujuan, terencana, berdasarkan pertimbangan yang rasional dan ulet serta kesungguan).

(A. Samana, 1992: 109)

Beberapa alasan yang mendasari perlunya diterapkan ketrampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar.

Alasan pertama, perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep pada siswa. Jika guru tetap berkeinginan mengajarkan semua fakta dan konsep jelas akan sulit dicapai, kalau itu tetap dipaksakan maka metode ceramah yang masih memungkinkan untuk mencapai tujuan tersebut. Akibatnya, siswa dapat menerima semua fakta dan informasi yang diberikan oleh guru, akan tetapi siswa tidak dilatih untuk menemukan dan mengembangkan sendiri konsep-konsep dan informasi yang diperoleh.

Alasan kedua, para siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkrit, yang wajar, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi yaitu dengan mempraktekkan kenyataan fisika.

Alasan ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar 100% penemuan bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan tertolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membetulkan kekeliruan yang dianut. Sehingga untuk menanamkan sikap ilmiah pada anak, anak perlu dilatih untuk selalu bertanya, berfikir kritis dan mengusahakan jawaban terhadap suatu masalah.

11

Alasan keempat, dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskan dari diri anak didik. Dengan pendekatan ketrampilan proses diharapkan dapat berperan sebagai wahana penyatu antara pengembangan konsep serta pengembangan sikap dan nilai pada diri siswa.

(Conny Semiawan et al, 1986: 14)

Jadi mengingat perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin cepat, membantu dan mempermudah siswa untuk memahami fakta dan konsep, mendorong siswa untuk menguji konsep-konsep yang baru serta mencari wahana penyatu antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap serta nilai pada siswa, maka mendorong perlunya menerapkan pendekatan ketrampilan proses dalam belajar mengajar.

Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari pendekatan ketrampilan proses yaitu sebagai berikut:

Kelebihannya antara lain:

a) Memberi bekal bagaimana cara memperoleh pengetahuan sehingga dapat menyiapkan siswa untuk masa depan.

b) Merupakan pendekatan yang kreatif karena para siswa aktif melakukan kegitan ilmiah sendiri sehingga dapat meningkatkan cara berfikir dan cara mendapatkan pengetahuan.

(Margono, 1996: 131)

Kelemahannya:

1. Memerlukan waktu yang banyak 2. Memerlukan fasilitas yang cukup 3. Kesulitan dalam merumuskan masalah, dalam menyusun hipotesis, dalam

mernentukan data yang menarik kesimpulan dan pengngolaan data yang tersedia. (Margono, 1996: 131)

4) Metode Mengajar

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, keberhasilan dalam menyampaikan pelajaran merupakan harapan setiap pengajar. Oleh karenanya seorang guru diharapkan mengetahui dan memahami komponen-komponen yang mempengaruhinya. Salah satu komponen yang menentukan keberhasilan belajar mengajar adalah metode mengajar.

“Mengajar adalah proses penyampaian pengetahuan kepada siswa yang berarti tujuan belajar siswa adalah ingin menguasai pengetahuan. Kelanjutan dari proses tersebut adalah menanamkan pengetahuan itu kepada siswa dengan harapan terjadi proses pemahaman” (Sardiman A.M, 2004: 47). Sehingga mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi yang konduksif untuk berlangsungnya kegiatan belajar dalam membantu perkembangan siswa secara optimal.

Sedangkan menurut Tardif yang dimaksud dengan metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. (Muhibin Syah, 1995: 202).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran dalam rangka mendukung tercapainya tujuan pengajaran sistematis. Dari sini nampak bahwa dengan menggunakan metode yang tepat akan mempengaruhi keefektifan dan keefisienan dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa.

12

1) Metode Eksperimen

Eksperimen merupakan rangkaian kegiatan yang dikenal sebagai ketrampilan proses yang meliputi mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan. ” Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru" (Roestiyah N. K, 2001: 80).

Adapun tujuan dari metode eksperimen ini adalah :

a. Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta, informasi atau data yang diperoleh.

b. Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan.

c. Melatih peserta didik menggunakan logika, berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan.

(Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 136)

Dengan metode eksperimen siswa terlibat dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga dapat menambah motivasi belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa metode eksperimen sangat cocok jika digunakan pada mata pelajaran fisika, sebab dapat memberikan kesempatan untuk menggunakan panca indranya dan melatih dalam ketrampilan intelektual.

Keunggulan menggunakan metode eksperimen adalah sebagai berikut:

1) Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah, sehingga tidak mudah percaya sesuatu yang

belum pasti kebenarannya.

2) Siswa lebih aktif berfikir dan berbuat. Hal ini sangat dikehendaki dalam kegiatan belajar

mengajar modern.

3) Siswa dapat mengemukakan pengalaman praktis dan ketrampilan dalam menggunakan

alat-alat percobaan disamping mendapatkan ilmu pengetahuan

4) Siswa dapat membuktikan sendiri kebanaran suatu konsep melalui metode eksperimen.

Kelemahan metode eksperimen adalah sebagai berikut:

1) Guru dituntut tidak hanya menguasi ilmunya, tetapi juga ketrampilan lainnya yang

menunjang berlangsungnya eksperimen secara baik.

2) Dibutuhkan waktu yang cukup lama dibanding dengan metode yang lain.

3) Dibutuhkan alat-alat yang relatif lebih banyak sehingga setiap siswa mendapatkannya

4) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperiman akan berakibat pada kesalahan dalam

menyimpulkan.

Langkah-langkah penggunaan metode eksperimen adalah sebagai berikut:

1) Persiapan atau perencanaan

a. Menetapkan tujuan eksperimen.

b. Menetapkan langkah-langkah pokok eksperimen.

c. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan.

2) Pelaksanaan eksperimen.

13

a. Metode eksperimen dapat dilaksanakan dan diamati oleh kelompok-kelompok kecil

seluruh kelas.

b. Menumbuhkan sikap kritis pada siswa sehingga dapat terjadi tanya jawab tentang

masalah yang di eksperimenkan.

c. Memberikan kesempatan siswa untuk mencoba jika ada waktu yang cukup sehingga

siswa merasa yakin kebenaran suatu proses

d. Guru memberikan penilaian kepada siswa tentang eksperimen tersebut.

2) Metode Demonstrasi

“Metode demontrasi adalah suatu teknik mengajar dimana guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses dengan seluruh siswa dalam kelas bisa melihat, mengamati, mendengar dan merasakan proses yang ditunjukkan oleh guru” (Roestiyah N. K., 2001: 83). Sedangkan menurut Rini Budiharti (2000: 33) “Metode demontrasi adalah teknik mengajar dimana dikombinasikan penjelasan lisan dengan sesuatu perbuatan yang menggunakan alat”.

Adapun tujuan penggunaan metode demonstrasi ini adalah:

a) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki peserta didik atau dikuasai peserta didik.

b) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada peserta didik. c) Mengembangkan kemampuan pengamatan pandangan dan penglihatan para

peserta didik secara bersama-sama. (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001 : 133).

Metode demonstrasi dapat digunakan pada saat guru ingin menunjukkan suatu gejala atau proses pada siswa. Demonstrasi dapat dilaksanakan pada awal pelajaran untuk mengawali pelajaran yang akan diberikan atau sebagai pelempar permasalahan, pada saat pelajaraan berlangsung untuk membantu menjelaskan dan pada akhir pelajaran untuk mencocokkan teori yang telah diberikan. Dalam menggunakan metode demonstrasi hendaknya guru mempersiapkan alat-alat yang akan didemonstrasikan. Selain itu guru harus mempersiapkan pokok-pokok masalah yang akan diungkap dengan demonstrasi.

Keuntungan menggunakan metode demonstrasi dalam mengajar adalah:

1) Membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit.

2) Memudahkan peserta didik memahami bahan pelajaran.

3) Proses pengajaran akan lebih menarik.

4) Merangsang peserta didik untuk lebih aktif mengamati dan mencobanya sendiri.

5) Demonstrasi lebih mudah efisien.

Sedangkan kelemahan dari metode demonstrasi adalah

1) Memerlukan ketrampilan guru secara khusus karena tanpa ditunjang dengan hal itu pelaksanaan demontrasi menjadi tidak selektif.

b. Dibutuhkan sarana lain selain papan tulis.

c. Waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama.

d. Dibutuhkan kemampuan guru dalam menangani alat, ketidakmampuan guru dalam

menangani alat hanya akan menambah kebingungan siswa.

14

5) Pemberian Tugas

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru kadang memberikan tugas kepada siswa

untuk mempelajari suatu materi. Pemberian tugas dalam proses belajar mengajar dimasudkan

untuk lebih menguatkan penguasaan siswa terhadap bahan atau materi pelajaran yang

disampaikan. Tugas dapat merangsang anak untuk aktif baik secara individu maupun secara

kelompok.

“Teknik pemberian tugas digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang mantap, karena dengan sendirinya siswa akan melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas. Sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu lebih mendalam. Di samping itu untuk memperoleh pengetahuan dengan cara melaksanakan tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan siswa di sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah itu”

(RoestiahN.K, 2001: 133).

Pemberian tugas dalam proses pengajaran ialah memberikan kepada anak didik agar

mereka belajar mandiri, memecahkan soal-soal sendiri ataupun secara kelompok sehingga siswa

ada kecenderungan untuk belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Kelebihan pemberian tugas antara lain:

1) Tugas lebih merangsang siswa untuk belajar lebih banyak, baik di dalam kelas atau di luar

kelas.

2) Dapat mengembangkan kemandirian kreatifitas siswa.

3) Tugas dapat lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang

dipelajari oleh guru.

4) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.

5) Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi.

Sedangkan kelemahan dari pemberian tugas antara lain:

a) Siswa sulit dikontrol, apabila ia benar-benar mengerjakan tugas sendiri atau mencontoh orang

lain.

b) Sering memberikan tugas secara monoton akan menimbulkan kejenuhan pada diri siswa.

a. Tugas Kelompok

Tugas kelompok adalah suatu teknik dan strategi belajar mengajar. Tugas kelompok adalah suatu cara mengajar kepada siswa di dalam atau di luar kelas yang dipandang sebagai kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. “Pengertian kerja

15

kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan kooperatif dari beberapa individu tersebut” (Roestiah N.K, 2001: 91). Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari tugas kelompok adalah siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama. Karena sebagian siswa lebih mudah belajar dengan teman sebaya dibanding dengan guru. Mereka lebih terbuka dan representatif sehingga diharapkan proses belajar akan lebih baik.

b. Tugas Individu

Pemberian tugas oleh guru sering dikenal dengan istilah pekerjaan rumah, namun lebih luas karena terdiri dari tiga fase yaitu guru memberi tugas, siswa melaksanakan tugas, dan siswa mempertanggungjawabkan tentang apa yang telah dipelajari.

Pemberian tugas tepat diterapkan, karena melalui pemberian tugas baik di rumah maupun di sekolah siswa akan terlatih untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran. Terlebih untuk pelajaran fisika terdapat banyak persamaan matematisnya yang menuntut siswa untuk banyak berlatih. Tugas individu adalah tugas yang diberikan secara perseorangan dan untuk dipertanggungjawabkan secara perseorangan.

6) Kemampuan Kognitif

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa “kognitif maksudnya sesuatu yang berhubungan dengan atau melibatkan kognisi dan berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris”. (Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1996: 511). Konigsi itu sendiri dimasudkan adalah: “suatu kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan dan sebagainya) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri, juga suatu proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang serta hasil pemerolehan pengetahuan”. (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1996: 511).

“Kemampuan kognitif yaitu jenis ketrampilan yang menyangkut pemikiran yang ditandai dengan kreatifitas, kelincahan berpikir, kecepatan memecahkan masalah, dan lain-lain yang merupakan unjuk nyata dari ketinggian kemampuan seseorang dalam aspek kognitif” (Suharsimi Arikunto, 2005: 8).

Cara penalaran (kognitif) seseorang terhadap suatu objek selalu berbeda-beda dengan orang lain. Artinya orang yang sama mungkin akan mendapat penalaran yang berbeda dari dua orang atau lebih. Jadi karena berbeda, dalam penalaran berbeda pula dalam kepribadian maka terjadilah perbedan individu. Aspek kognitif secara garis besar meliputi jenjang-jenjang yang dikembangkan oleh Bloom, dintaranya adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge) yaitu berhubungan dengan mengingat kepada bahan yang sudah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan dapat menyangkut bahan yang luas atau sempit, seperti fakta (sempit) dan teori (luas).Namun, apa yang diketahui hanya sekedar informasi yang dapat diingat saja. Oleh karena itu, tingkat ranah kognitif pengetahuan adalah rendah.

2. Pemahaman (comprehension), adalah kemampuan memahami arti sesuatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas tentang sesuatu. Kemampuan semacam ini lebih tinggi daripada pengetahuan.

3. Penerapan (application), adalah kemampuan menggunakan atau menafsirkan sesuatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau situasi konkret, sperti menerapkan sesuatu dalil, metode, konsep, atau teori. Kemampuan ini lebih tinggi daripada pemahaman.

4. Analisis (analysis), adalah kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti. Kemampuan ini meliputi mengenal bagian-bagian, hubungan antar bagian, serta prinsip yang digunakan dalam organisasi atau susunan materi pelajaran.

16

5. Sintesis (syntesis), merupakan kemampuan untuk menghimpun bagian ke dalam suatu keseluruhan, seperti merumuskan tema, rencana atau melibatkan hubungan abstrak dari berbagai informasi atau fakta.

6. Evaluasi (evaluation), berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan masud atau criteria tertentu.

(S. Nasution, 1999:49)

Dengan melihat jenjang yang dikemukakan oleh Bloom tersebut kita dapat tahu bahwa kemampuan kognitif tidak hanya berhubungan dengan pengetahuan saja, tetapi di dalamnya terdapat jenjang-jenjang yang berhubungan dengan aspek mengingat dan berpikir. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengnan aktifitas kerja otak.

7) Konsep Usaha

a) Usaha adalah hasil kali antara komponen gaya pada arah perpindahan dengan

jarak perpindahannya.

Rumus : W = F s

Dimana :

W : usaha (J)

F : gaya yang bekerja (N)

s : jarak perpindahan (m)

Suatu gaya dikatakan melakukan usaha apabila benda mengalami

perpindahan yang arahnya sama dengan gaya yang bekerja.

Syarat adanya usaha adalah ada gaya (F) dan ada jarak perpindahan (s).

b) Daya

Daya adalah kecepatan pesawat dalam melakukan usaha atau besar

usaha yang dilakukan pesawat dalam waktu 1 sekon.

Besarnya daya dapat ditentukan dengan persamaan :

P = t

W

Dimana :

P : daya (watt)

W : usaha (J)

t : waktu (sekon)

Satuan daya dalam SI = joule / sekon = watt

c) Pesawat Sederhana

17

Pesawat sederhana adalah alat yang dapat digunakan mempermudah dalam

melakukan usaha.

Keuntungan menggunakan pesawat sederhana adalah mengurangi besar gaya

dan merubah arah gaya.

Contoh pesawat sederhana yang sering digunakan, yaitu Tuas, katrol dan

bidang miring.

C. Tuas

Persamaan yang berlaku pada tuas

adalah sebagai berikut :

Prinsip kesetimbangan :

w LW = F LF

Gambar 2.1. Tuas

Keuntungan mekanik tuas adalah :

Fw

KM = atau W

F

L

LKM =

Dimana :

w : berat benda (N)

F : gaya / kuasa (N)

LW : lengan beban (m)

LF : lengan kuasa (m)

T : titik tumpu

KM = keuntungan mekanis

D. Katrol Katrol adalah pesawat yang dapat mengubah gaya tarik menjadi gaya angkat.

1. Katrol tunggal tetap

Keterangan :

A : titik kuasa

w LW LF

F

F

B A O

T

18

B : titik beban

O : titik tumpu

w : beban

F : kuasa OB : lengan beban (LW)

OA : lengan kuasa (LF)

Gambar 2.2. Katrol Tunggal Tetap

Prinsip keseimbangan : F × OA = W × OB

Keuntungan mekanik (KM) = W

F

L

L

Fw=

Karena OB = OA atau LW = LF maka untuk katrol tetap KM = 1

Berarti W = F.

2. Katrol Tunggal Bergerak

Keterangan :

A : titik kuasa

B : titik beban

O : titik tumpu

w : beban

F : kuasa

OB : lengan beban (LW)

OA : lengan kuasa (LF)

Gambar 2.3. Katrol tunggal Bergerak

Prinsip keseimbangan : F × OA = w × OB

Keuntungan mekanik (KM) = W

F

L

L

Fw=

Karena OA = 2OB maka KM = 2

Berarti W = 2F atau F = 2W

E. Bidang Miring

W

F

O A B

19

Persamaan yang berlaku pada bidang

miring adalah : F = wsh

KM = hs

Fw=

Gambar 2.4. Bidang miring

Keterangan :

F : gaya kuasa (N)

h : tinggi tumpuan bidang miring (m)

s : panjang bidang miring (m)

W : berat beban (N)

Besarnya usaha pada bidang miring dapat ditentukan dengan persamaan :

W = F s

Dimana :

W = usaha (J)

2) Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar dalam usaha pencapain tujuan pendidikan mendekati hasil belajar siswa yang optimal. Siswa tidak hanya menguasai ilmu yang disampaikan oleh guru, tetapi juga mampu mengembangkan fakta dan konsep yang diterimanya. Oleh karena itu perlu suatu pendekatan pengajaran yang tepat dimana mampu mengembangkan potensi, kemampuan mendasar pada anak didik dalam suatu kerja ilmiah sesuai taraf perkembangan fikirannya. Pendekatan pengajaran ini adalah pendekatan ketrampilan proses. Dimana dalam pendekatan ini siswa ikut aktif dalam menemukan suatu konsep.

Sebagai seorang pengajar guru seharusnya mampu menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Karena dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai diharapkan siswa lebih mudah menguasai materi pelajaran fisika dan juga siswa mempunyai minat belajar yang lebih. Dalam menggunakan metode mengajar, guru harus menyesuaikan dengan kemampuannya, materi pelajaran yang akan disampaikan, tujuan dan pengalamannya serta kemampuan siswanya.

Sebagai penunjang keberhasilan proses belajar mengajar yang lain adalah metode pelengkap yaitu pemberian tugas. Dengan adanya tugas yang diberikan oleh guru atau sering

20

disebut dengan pekerjaan rumah, maka siswa akan senantiasa terpacu untuk belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan baik secara individu maupun kelompok.

a. Pengaruh penggunaan metode pembelajaran melalui pendekatan ketrampilan proses

terhadap kemampuan kognitif siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui dua metode, yaitu metode eksperimen dan metode demonstrasi. Penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen merupakan rangkaian kegiatan yang menunjukan berbagai ketrampilan proses yang meliputi mengamati menafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan. Dengan metode eksperimen siswa akan mengalami sendiri langkah-langkah ditemukannya suatu konsep. Dengan demikian hasil belajar tersebut akan lebih bermakna serta dapat diingat dalam jangka waktu yang lama, sehingga prestasi belajar siswa akan meningkat.

Sedangkan penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui mtode demonstrasi merupakan salah satu cara mengajar yang mengkombinasikan antara penjelasan lisan dengan menggunakan suatu alat serta menunjukkan suatu prosesnya. Dengan demikian prestasi belajar pada siswa yang mengikuti kegiatan pengajaran dengan metode eksperimen lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang mengikuti kegiatan pengajaran dengan metode demonstrasi. Hal ini disebabkan karena pada kegiatan eksperimen siswa mengalami, mengamati dan melakukan kegiatan secara langsung. Selain itu dengan eksperimen siswa benar-benar tahu langkah-langkah kegiatan yang dilakukan.

b. Pengaruh pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa

Pemberian tugas mempengaruhi siswa dalam penguasaan konsep. Dalam penelitian ini membandingkan antara pemberian tugas secara kelompok dan tugas individu. Pada pemberian tugas secara individu diharapkan siswa mampu belajar secara mantap serta mandiri. Pada siswa yang diberi tugas secara kelompok diharapkan dapat memberi kesempatan pada siswa yang kurang pandai untuk belajar pada siswa yang pandai. Pemberian tugas kelompok juga dapat digunakan sebagai variasi dari kegiatan belajar siswa secara individu, sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam belajar.

Pada penelitian diharapkan pemberian tugas kelompok mendapatkan nilai kognitif yang tinggi dibandingkan siswa yang memperoleh pemberian tugas individu. Hal ini dikarenakan siswa yang mendapatkan tugas kelompok menjadi lebih cepat paham karena mereka bisa berdiskusi dan mendapat masukan dari teman-temannya serta bisa saling bertanya tentang hal-hal yang di antara mereka belum memahami dalam mempelajari fisika.

c. Pengaruh interaksi antara penggunaan metode pembelajaran melalui pendekatan

ketrampilan proses dengan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa.

Metode pembelajaran yang di dalamnya menuntut keahlian siswa baik dalam mengamati, berpendapat dan berpikir tentang suatu pengetahuan secara konkrit yang dipadukan dengan pemberian tugas, maka kegiatan belajar mengajar akan berjalan secara efektif dan efisien, sehingga kemampuan kognitif siswa akan lebih memuaskan.

Untuk memperjelas kerangka berpikir tersebut, maka dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:

Populasi Keadaan awal

PKP melalui metode eksperimen

Kelompok Eksperimen

Tugas kelompok

Tugas individu

Kemampuan kognitif

Tugas

21

2.5. Bagan kerangka berpikir

3) Hipotesis

Dari kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini, yaitu:

i. Ada perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui

metode eksperimen dan metode demontrasi terhadap kemampuan kognitif

siswa pada pokok bahasan usaha di SMP.

ii. Ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas secara kelompok dan secara

individu terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha di

SMP.

iii. Ada interaksi pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses dan

pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan

usaha di SMP.

61

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

2 Tempat dan Waktu Penelitian

i. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 16 Surakarta Tahun Ajaran 2005/2006.

ii. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan yaitu meliputi: pengajuan judul, permohonan pembimbing, pembuatan

proposal, pengurusan ijin penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan yaitu meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan meliputi:

pelaksanaan pengajaran, uji coba instrumen penelitian, analisis uji coba instrumen penelitian,

pengambilan data penelitian.

c. Tahap Penyelesaian yaitu meliputi: analisis data, konsultasi pembimbing, dan penyusunan

laporan.

3 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok diasumsikan sama dalam semua segi yang relevan dan hanya berbeda dalam pemberian perlakuan yaitu metode mengajar dan variasi pemberian tugas. Kemudian pada akhir eksperimen, kedua kelompok tersebut diukur kemampuan kognitifnya dengan alat ukur yang sama. Hasil kedua pengukuran tersebut digunakan sebagai data eksperimen yang kemudian diolah dan dibandingkan dengan statistik yang digunakan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan rencana sebagai berikut:

Tabel 3.1. Notasi dan Tata Letak Data

A

B A1 A2

B1 A1B1 A2B1

B2 A1B2 A2B2

Keterangan :

A : Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses

B : Pemberian Tugas

A1 : Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode eksperimen

62

A2 : Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode Demonstrasi

B1 : Pemberian Tugas Kelompok

B2 : Pemberian Tugas Individu

4 Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

i. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP N 16 Surakarta tahun ajaran 2005/2006, yang terdiri dari 5 kelas yaitu VII.A – VII.E.

ii. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas VII A sebagai kelompok kontrol dan kelas VII B sebagai kelompok eksperimen.

iii. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini sampel diambil dua kelas dengan teknik random sampling, satu kelas sebagai kelompok eksperimen sedangkan satu kelas yang lain sebagai kelompok kontrol.

5 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini variabel-variabel yang terlibat didefinisikan sebagai berikut:

i. Variabel Bebas

1. Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses melalaui metode mengajar.

Definisi Operasional : Metode mengajar fisika dengan menggunakan pendekatan

ketrampilan proses adalah cara menyampaikam materi fisika

yang menuntut keaktivan atau keikutsertaan siswa dalam

memperoleh suatu konsep yang sedang dipelajari.

Skala Pengukuran : Nominal dengan dua kategori yaitu :

1. Metode eksperimen.

2. Metode demonstrasi

2. Metode pelengkap yaitu pemberian tugas.

Definisi Operasional : Pemberian Tugas adalah cara mengajar dengan pemberian

tugas untuk dikerjakan dan dipertanggungjawabkan oleh

siswa.

Skala Pengukuran : Nominal dengan dua kategori yaitu

63

i. Tugas Kelompok

ii. Tugas Individu

ii. Variabel terikat

Kemampuan kognitif siswa dalam mata pelajaran Fisika pada sub pokok bahasan Usaha.

Definisi Operasional : Kemampuan kognitif adalah suatu kemampuan yang menyangkut pemikiran yang ditandai dengan kreativitas, kelincahan berpikir, kecepatan memecahkan masalah, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, kemampuan kognitif yang diukur meliputi C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan) dan C4 (analisis).

Skala Pengukuran : Interval

Indikator : Nilai tes prestasi belajar Fisika pokok bahasan Usaha.

6 Teknik Pengumpulan Data

i. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang memamfaatkan arsip-arsip sumber data. Dokumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah nilai fisika dari mid semester 2. Teknik ini digunakan untuk menunjukkan data kemampuan fisika dari kelas kontrol dan eksperimen.

ii. Teknik Tes

“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, kemampuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Suharsimi Arikunto, 2002:127). Teknik tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa pokok bahasan Usaha berupa tes obyektif.

7 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian berupa instrumen pembelajaran dan instrumen tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa. Sebelum diteskan, instrumen tes diujicobakan terlebih dahulu. Setelah uji coba tes tersebut selesai kemudian tiap butir soal dianalisis. Analisis ini bertujuan untuk memilih butir soal yang baik dan memenuhi syarat yaitu vadid, reliabel, daya pembeda yang baik dan taraf kesukaran yang baik. Langkah-langkah analisisnya yaitu:

3. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen tes tersebut valid apabila instrumen tes ini dapat mengukur kemampuan kognitif siswa. Dalam penelitian ini yang dihitung adalah validitas item yaitu untuk mencari korelasi antara item dengan keseluruhan tes, maka digunakan korelasi point biseiral.

Rumus korelasi Point Biserial adalah :

64

q

p

S

MM

t

tppbi

-=g

(Suharsimi Arikunto, 2005: 79)

Keterangan :

g pbi : Koefisien Korelasi Point Biserial

Mp : Rerata skor dari siswa yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya

Mt : Rerata skor total

St : Standar deviasi dari skor total

P : Proporsi siswa yang menjawab benar pada suatu butir

p : siswa seluruh Jumlah

benar menjawab yang siswa Banyaknya

q : Proporsi siswa yang menjawab salah pada suatu butir (q = 1 – p)

Kriteria nilai rpbi adalah sebagai berikut:

Item tersebut valid jika harga g pbi >g tabel

Artinya dari hasil perhitungan validitas item tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga g . jika r Point Biserial lebih besar dari harga g tabel, maka korelasi tersebut

signifikan, berarti item soal tersebut adalah valid. Apabila harga g Point Biserial lebih kecil dari g tabel, berarti korelasi tersebut tidak signifikan maka item soal tersebut dikatakan tidak valid.

3. Reliabilitas

Pada hakikatnya uji reliabilitas untuk mengetahui sampai seberapa jauh pengukuran yang dilakukan berulang-ulang terhadap subyek (kelompok subyek) akan memberikan hasil yang relatif sama. Teknik yang digunakan adalah dengan rumus KR - 20 sebagai berikut:

r11 = úû

ùêë

é S-úûù

êëé- 2

2

1 SB

pqSB

kk

(Suharsimi Arikunto, 2005: 109)

Keterangan:

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan

p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)

Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

k : banyaknya item

SB : standar deviasi dari tes

Perangkat dikatakan reliabel apabila memperoleh r11 > rtabel pada taraf signifikansi 5 %.

3. Daya Pembeda

65

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat dengan D. Indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00.

Cara menentukan daya pembeda menurut Suharsimi Arikunto (2005: 212), dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (100 orang ke atas). Rumus mencari daya pembeda sebagai berikut :

BAB

B

A

A PPJ

B

J

BD -=-= (Suharsimi Arikunto, 2005: 213)

Dimana :

J : Jumlah peserta tes

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang dapat menjawab benar.

BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

JA : Banyaknya peserta kelompok atas

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

PA=BA/JA : Proporsi peserta kelompok atas yang dapat menjawab benar .

PB=BB/JB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar .

Daya pembeda (nilai D) diklasifikasikan sebagai berikut :

D = 0,00 £ D < 0,2 = jelek

D = 0,20 £ D < 0,40 = cukup

D = 0,40 £ D < 0,70 = baik

D = 0,70 £ D < 1,00 = baik sekali (Suharsimi Arikunto, 2005: 218)

3. Derajat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Untuk menentukan derajat kesukaran tiap-tiap item digunakan rumus:

JsB

P = (Suharsimi Arikunto, 2005: 208)

Dimana :

P : Indeks Derajat Kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul.

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut ketentuan yang sering diikuti, derajat kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :

Soal dengan P = 0,00 £ P < 0,30 adalah soal sukar

Soal dengan P = 0,30 £ P < 0,70 adalah soal sedang

66

Soal dengan P = 0,70 £ P < 1,00 adalah soal mudah

(Suharsimi Arikunto,2005 : 210)

8 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan analisis data secara statistik agar subyektifitas peneliti dapat dikurangi. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan. Namun sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan uji persyaratan terlebih dahulu.

1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa

Uji kesamaan keadaan awal siswa dilaksanakan sebelum sampel diberi perlakuan. Uji ini dimasudkan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal masing-masing kelompok. Pengujian kesamaan keadaan awal antara kelompok kontrol dan eksperimen digunakan uji t – 2 ekor.

Hipotesis:

H0 : 21 mm = : tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol.

H1 : 21 mm ¹ : ada perbedaan kemampuan awal antara kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol.

Statistik Uji:

t =

21

21

11nn

s

xx

+

-

dengan 2

)1()1(

21

222

2112

-+-+-

=nn

snsns

keterangan

1x : rata-rata kelompok eksperimen

2x : rata-rata kelompok kontrol

n1 : cacah anggota kelompok eksperimen

n2 : cacah anggota kelompok kontrol

s2 : varians gabungan

Kriteria: jika -t1-1/2a < thitung < t1-1/2a maka keadaan awal siswa kelas eksperimen

sama dengan keadaan awal kelas kontrol. (Nana Sudjana, 2002: 239).

1) Uji Normalitas

67

Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan menggunakan Metode Lilliefors sebagai berikut:

1). Hasil pengamatan X1, X2, X3, …, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,

…, Zn dengan rumus :

÷÷ø

öççè

æ -=

dSXXi

Zi

Keterangan :

X : rata-rata

Sd : Standart deviasi

2). Data sampel tersebut diurutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi.

3). Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (Z≤Zi).

4). Selanjutnya di hitung proporsi Z1, Z2, …, Zn yang lebih kecil atau sama

dengan

n

in21 Z Zyang ,Z..., , Z, Zbanyaknya (Zi) S

£=

Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka :

5). Statistik uji

)()( ZiSZiFMaxLobs -=

keterangan:

F(Zi) : bilangan baku yang menggunakan daftar distribusi normal

S(Zi) : perbandingan nomor subyek dengan jumlah subyek

Zi : skor standar

6). Daerah kritik

68

DK = { }nobs LLL ,a³

7). Keputusan uji

Jika Lobs < La:0; maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

Jika Lobs ³ La:0; maka sampel berasal dari populasi yang tidak terdistribusi

normal. (Budiyono, 2000 : 169)

2) Uji Homogenitas

Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak maka menggunakan Metode Bartlett:

E. Hipotesis

Ho : sampel Berasal dari populasi yang homogen

H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak homogen

F. Taraf Signifikansi

a = 0,05

G. Statistik uji

( )å-= 22 loglog303,2

jj SfRKGfc

c

keterangan

f : derajat kebebasan untuk RKG = N – k

k : cacah sampel

fj : derajad kebebasan untuk Sj2= nj – 1

j : 1,2, ...., k

nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j

SSj : Jumlah kuadrat masing-masing sampel

c = ( ) ÷÷ø

öççè

æ-

-+ å ffk j

1113

11

RKG = j

j

f

SSå ; SSj = å å-j

j n

XX

22

)(

69

H. Daerah Kritik

DK = { }21;

22-> kjaccc

I. Keputusan Uji

Ho ditolak jika 1;22

-³ kjacc

Ho diterima jika 1;22

-< kjacc

(Budiyono, 2000: 174)

1. Pengujian Hipotesis

(1) Uji Analisis Variansi Dua Jalan

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil eksperimen dalam rangka menguji hipotesis penelitian adalah dengan Uji Analisis Variansi (ANAVA) Dua Jalan dengan menggunakan, hal ini sesuai dengan desain eksperimen yang digunakan Faktorial 2 × 2.

a. Tujuan

Analisis variansi dua jalan untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, efek kolom, dan

kombinasi efek baris dan efek kolom terhadap variabel terikat.

b. Asumsi Dasar

A. Populasi-populasi berdistribusi normal.

B. Populasi-populasi homogen.

C. Sampel dipilih secara acak (random).

D. Variabel terikat berskala pengukuran interval.

E. Variabel bebas berskala pengukuran nominal.

c. Model

X ijkijjiijk Î++++= abbam

Dengan :

i : 1,2 : 1 = Metode eksperimen

2 = Metode demonstrasi

j : 1,2 : 1 = Tugas kelompok

2 = Tugas individu

k : 1,2,3,...,nij

nij : cacah observasi pada sel abij

Xijk : Observasi pada subyek ke-k di bawah faktor I (metode mengajar) kategori i dan

faktor II (pemberian tugas) kategori j.

70

m : rerata besar (pada populasi)

ai : efek faktor I kategori i terhadap Xijk

bj : efek faktor II kategori j terhadap Xijk

abij : kombinasi efek (interaksi) faktor I kategori i dan faktor II kategori j terhadap cijk

ijk : kesalahan pada cijk

d. Hipotesis

H01 : ai=0, untuk semua harga i

Tidak ada perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa.

H11 : ai¹ 0, untuk paling sedikit satu harga i

Ada perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa.

H02 : bj = 0, untuk semua j

Tidak ada perbedaan pengaruh pemberian tugas antara tugas kelompok dan tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa.

H12 : bj ¹ 0, untuk paling sedikit satu harga j

Ada perbedaan pengaruh pemberian tugas antara tugas kelompok dan tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa.

H03 : abij = 0, untuk semua harga ij

Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode mengajar dan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa.

H13 : abij ¹ 0, untuk paling sedikit satu harga ij

Ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode mengajar dan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa.

e. Komputasi

1. Tabel Data

A

B A1 A2

B1 A1B1 A2B1

B2 A1B2 A2B2

Keterangan :

A : Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses

B : Pemberian Tugas

71

A1 : Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode Eksperimen

A2 : Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode Demonstrasi

B1 : Pemberian Tugas Kelompok

B2 : Pemberian Tugas individu

2. Komponen Jumlah Kuadrat

A. = qp

G.

2

B. = ijSSå

C. = q

Aii

2

å

D. = p

Bjj

2

å

E. = 2ij

ijABå

c). Jumlah Kuadrat

JKA = (3) - (1)

JKB = (4)

JKAB = (5)-(4)-(3) + (1)

JKG = (5) + (2)

+

JKT = (2) – (1)

d). Derajat Kebebasan

dkA = p-1

dkB = q-1

dkAB = (p-1) (q-1)

dkG = pq (n-1) = N - pq

+

dkT = N-1

e). Rerata Kuadrat

72

RKA = A

A

dk

JK

RKB = B

B

dk

JK

RKAB = AB

AB

dk

JK

RKG = dkGJKG

f). Statistik Uji

Fa = RKGRK A

Fb = RKGRK B

Fab = RKGRK AB

g). Daerah Kritik

Dka = Fa ³ Fa; p – 1, N - pq

Dkb = Fb ³ Fa; q – 1, N - pq

Dkab = Fab ³ Fa; (p – 1) (q – 1), N – q

h). Keputusan Uji

HoA ditolak jika Fa ³ Fa; p – 1, N - pq

HoB ditolak jika Fb ³ Fa; q – 1, N - pq

HoAB ditolak jika Fab ³ Fa; (p – 1) (q – 1), N – q

i). Rangkuman Anava

Tabel 3.2. Rangkuman Anava

Sumber Varian JK dK RK Ratio F Efek Utama A ( baris ) JKA DKA RKA FA

B ( kolom ) JKB DKB RKB FB

Interaksi

73

AB JKAB DKAB RKAB FAB

Kesalahan JKG DKG RKG _

Total JKT dKT _

(2) Uji Komparasi Ganda

Komparasi ganda merupakan tindak lanjut dari Analisis Variansi apabila hipotesis nol ditolak. Adapun tujuan untuk mengetahui rerata mana yang berbeda dan rerata mana yang sama.

Dalam penelitian ini metode dalam komparasi ganda yang digunakan adalah metode Scheffe dengan langkah-langkah sebagai berikut:

B. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.

C. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

D. Mencari harga statistik uji F dengan rumus seperti tersebut :

1. Komparasi rerata antar baris

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

.11

..

.

2

..

ji

jiji

nnRKG

XXF

.. jiF - : nilai Fobs pada perbandingan baris ke-i dan baris ke-j

.iX : rataan pada baris ke-i

.jX : rataan pada baris ke-j

RKG : rataan kuadrat galat, diperoleh dari perhitungan ANAVA

.in : ukuran sampel baris ke-i

.jn : ukuran sampel baris ke-j

Daerah kritik DK = {F/ F > (p-1) Fa;p-1,N-pq }, H0 ditolak jika F Î DK.

1. Komparasi rerata antar kolom

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

ji

ji

ji

nnRKG

XXF

..

2..

..11

Daerah kritik DK = {F/ F > (q-1) Fa;p-1,N-pq }, H0 ditolak jika F Î DK.

1. Komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama

74

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

kjij

kjijkjij

nnRKG

XXF

11

2

.. jiF - : nilai Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan rataan pada

sel kj

ijX : rataan pada sel ij

kjX : rataan pada sel kj

RKG : rataan kuadrat galat, diperoleh dari perhitungan analisis

variansi

ijn : ukuran sel ij

kjn : ukuran sel kj

Daerah kritik DK = {F/ F > (pq-1) Fa;p-1,N-pq }, H0 ditolak jika F Î DK.

1. Komparasi Rataan antar Sel pada Baris yang Sama

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

ikij

ikijikij

nnRKG

XXF

11

2

Daerah kritik DK = {F/ F > (pq-1) Fa;p-1,N-pq }, H0 ditolak jika F Î DK.

(Budiyono, 2000: 209)

75

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas data keadaan awal Fisika, dan

nilai tes akhir yang menggambarkan kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha di

SMP N 16 Surakarta kelas VII semester 2.

2. Data Keadaan Awal Fisika

Berdasarkan data yang terkumpul mengenai nilai keadaan awal Fisika siswa adalah

sebagai berikut

Eksperimen Kontrol Kelas Data Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Nilai Fisika 7.80 3.86 7.70 3.43

Kelas Data

Ekperimen Kontrol

Harga Rata-rata 6.50 6.26 Simpangan Baku 1.01 1.34

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1. dan 4.2

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Keadaan Awal Fisika Kelompok Eksperimen.

NO Kelas Interval Frekuensi Mutlak Titik Tengah Frekuensi Relatif (%)

1 3,83 - 4,43 2 4.13 5.00 2 4,44 - 5,04 3 4.74 7.50 3 5,05 - 5,65 3 5.35 7.50 4 5,66 - 6,26 5 5.96 12.50 5 6,27 - 6,87 8 6.57 20.00 6 6,88 - 7,48 15 7.18 37.50 7 7,49 - 8,09 4 7.79 10.00

Jumlah 40 100.00

45

76

0

2

4

6

8

10

12

14

16

4,13 4,74 5,35 5,96 6,57 7,18 7,79

Fre

kue

nsi

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Nilai Keadaan Awal Fisika Kelompok Kontrol.

NO Kelas Interval Frekuensi Mutlak Titik Tengah Frekuensi Relatif (%)

1 3,43 - 4,11 5 3.77 12.50 2 4,12 - 4,80 2 4.46 5.00 3 4,81 - 5,49 1 5.15 2.50 4 5,50 - 6,18 8 5.84 20.00 5 6,19 - 6,87 9 6.53 22.50 6 6,88 - 7,56 7 7.22 17.50 7 7,57 - 8,25 8 7.91 20.00

Jumlah 40 100.00

0

12

3

45

6

7

89

10

3,77 4,46 5,15 5,84 6,53 7,22 7,91

Fre

kue

nsi

Gambar 4.1 Grafik Data Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelompok Eksperimen

Titik Tengah

Titik Tengah

77

C. Klasifikasi Pembarian Tugas

Pemberian tugas siswa dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu. Untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pemberian tugas dilakukan dengan cara yang sama. Untuk siswa yang mempunyai no urut 1 – 20 diberikan tugas kelompok. Sedangkan siswa yang mempunyai no urut 21 – 40 diberikan tugas secara individu.Karena banyaknya siswa pada masing-masing perlakuan adalah sama maka digunakan uji analisis variansi dengan frekuensi sel sama

b. Data Nilai Kemampuan Kognitif

Berdasarkan nilai postest kemampuan kognitif siswa untuk kelompok eksperimen dan

kontrol diperoleh data sebagai berikut:

Eksperimen Kontrol Kelas Nilai Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Nilai Kognitif 9,14 4,57 8,28 4,00

Kelas Data

Ekperimen Kontrol

Harga Rata-rata 6,94 6,47 Simpangan Baku 1,27 0,99

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3. dan 4.4

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Kelompok Eksperimen.

NO Kelas Interval Frekuensi Mutlak Titik Tengah Frekuensi Relatif

(%)

1 4,57 - 5,33 5 4.95 12.50 2 5,34 - 6,10 6 5.72 15.00 3 6,11 - 6,87 7 6.49 17.50 4 6,88 - 7,64 11 7.26 27.50 5 7,65 - 8,41 4 8.03 10.00 6 8,42 - 9,18 7 8.80 17.50

Jumlah 40 100.00

Gambar 4.2 Histogram Data Nilai Keadaan Awal Fisika Kelompok Kontrol

78

0

2

4

6

8

10

12

4,95 5,72 6,49 7,26 8,03 8,80

Frek

uens

i

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Kelompok Kontrol.

NO Kelas Interval Frekuensi Mutlak Titik Tengah Frekuensi Relatif

(%)

1 4,00 - 4,71 1 4.36 2.50 2 4,72 - 5,43 5 5.08 12.50 3 5,44 - 6,15 9 5.80 22.50 4 6,16 - 6,87 12 6.52 30.00 5 6,88 - 7,59 7 7.24 17.50 6 7,60 - 8,31 6 7.96 15.00

Jumlah 40 100.00

0

2

4

6

8

10

12

14

4,36 5,08 5,80 6,52 7,24 7,96

Frek

uens

i

Gambar 4.3 Histogram Data Nilai Kemampuan Kognitif Kelompok Eksperimen

Titik Tengah

Titik Tengah

79

2. Uji Kesamaan Keadaan Awal

A. Uji Normalitas

Uji normalitas keadaan awal dilakukan terhadap data dari nilai test Fisika mid

semester 2.

1. Kelompok Eksperimen

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Lilliefors diperoleh harga Lobs =

0,1164. Sedangkan untuk n = 40 pada taraf signifikansi 5 % harga L0.05;38= 0,1401. Karena Lobs

< L0.05;40, maka dari data variabel keadaan awal Fisika SMP N 16 Surakarta kelas VII mid

semester 2 adalah berdistribusi normal. ( Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 3)

2. Kelompok Kontrol

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Lilliefors diperoleh harga Lobs =

0,1156. Sedangkan untuk n = 40 pada taraf signifikansi 5 % harga L0.05;38= 0,1401. Karena Lo

< L0.05;40, maka dari data variabel keadaan awal Fisika SMP N 16 Surakarta kelas VII mid

semester 2 adalah berdistribusi normal. ( Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 4)

a. Uji Homogenitas

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji Bartlett diperoleh harga

9158,22 =hitungx . Sedangkan untuk n = 2 pada taraf signifikansi 5 % harga 84,3x 2/112 =a- ,

karena a-< 2/112

hitung2 xx , maka dari data variabel nilai keadaan awal Fisika SMP N 16

Surakarta kelas VII semester 2 adalah homogen. (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 5)

D. Uji – t

Uji kesamaan keadaan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

dilakukan dengan uji – t yang sebelumnya telah diuji dengan uji normalitas dan homogenitas. Dari

pengujian data diperoleh harga thitung= 0,8944, harga ttabel pada taraf signifikansi 5% untuk n =80

dengan db = 40 + 40 – 2 = 78 adalah 1,994. Karena aa 2

11211 --

+<<- ttt hitung (-1,994 <

0,8944 < 1,994 ), maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan awal fisika siswa

kelompok eksperimen sama dengan keadaan awal siswa kelompok kontrol. (Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat lampiran 6).

2. Pengujian Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Gambar 4.4 Histogram Data Nilai Kemampuan Kognitif Kelompok Kontrol

80

1. Kelompok Eksperimen

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Lilliefors diperoleh harga Lobs =

0,1114. Sedangkan untuk n = 40 pada taraf signifikansi 5 % harga L0.05;40= 0,1401. Karena Lobs

< L0.05;40, maka data variabel nilai kemampuan kognitif pada pokok bahasan Usaha SMP N 16

Surakarta kelas VII semester 2 adalah berdistribusi normal. ( Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat lampiran 18)

2. Kelompok Kontrol

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Lilliefors diperoleh harga Lobs=

0,1141. Sedangkan untuk n = 40 pada taraf signifikansi 5 % harga L0.05;l;40= 0,1401. Karena

Lobs < L0.05;1;40, maka data variabel kemampuan kognitif pada pokok bahasan Usaha SMP N 16

Surakarta kelas VII semester 2 adalah berdistribusi normal. ( Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat lampiran 19)

1. Uji Homogenitas

Dari hasil penelitian dengan menggunakan Uji Bartlett diperoleh harga

4133,22 =hitungx . Sedangkan untuk k = 2 pada taraf signifikansi 5 %, harga 84,3x 2/112 =a- ,

karena a-< 2/112

hitung2 xx , maka data variabel kemampuan kognitif pada pokok bahasan Usaha

SMP N 16 Surakarta kelas VII semester 2 adalah homogen. (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

lampiran 20)

2. Pengujian Hipotesis

1. Uji Hipotesis dengan Anava Dua Jalan

Untuk hipotesis pertama sampai hipotesis ketiga digunakan pengujian hipotesis dengan

menggunakan analisis variansi dua jalan dengan isi sel sama, dilanjutkan dengan uji Scheffe. Dari

hasil uji Anava dua jalan (2X2) diperoleh harga FA=4,1540; FB=20,1091; dan FAB=0,7134. Harga

F0.05;1;80 pada taraf signifikansi 5% dengan dfA = dfB = dfAB = 1 dan dfralat = 76 atau

3.96876;1;05,0 =F

Hasil pengujian ini terangkum dalam tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan

Sumber Variansi JK db RK F P

Efek Utama

A (Baris) 4,3152 1 4,3152 4,1540 <0,05

B (Kolom) 20,8897 1 20,8897 20,1091 <0,05

Interaksi (AB) 0,7411 1 0,7411 0,7134 >0,05

Ralat 78,9500 76 1,0388 - -

81

Total 104,8960 79 - -

Keterangan: (Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 22).

Keputusan uji dari hasil analisis ini adalah berupa kesimpulan hasil pengujian hipotesis yaitu :

a. 3.9684,1540 76;1;05,0 =>= FFa maka H01 ditolak. Hal ini menunjukkan

adanya perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses

melalui metode eksperimen dan metode metode demonstrasi terhadap

kemampuan kognitif siswa.

b. 3.96820,1091 76;1;05,0 =>= FFb maka H02 ditolak. Hal ini menunjukkan

adanya perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian

tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa.

c. 3.9680,7134 76;1;05,0 =<= FFab maka H03 diterima. Hal ini menunjukkan

tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui

metode mengajar dengan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa.

2. Uji Lanjut Anava

Tabel 4.6 Rangkuman Komparasi Rerata Pasca Anava Rerata Statistik Uji Harga Kritik

Komparasi Ganda 1 2 (F) 0,01 0,05

P Kesimpulan

·· 21 mm vs 6,9418 6,4773 4,1540 6,98 3.968 < 0,05 ·· > 21 mm

(Signifikan)

21 ·· mm vs 7,2205 6,1985 20,1091 6,98 3.968 < 0,05 21 ·· > mm

(Signifikan)

(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 23).

Harga statistik uji untuk komparasi ganda antar baris yaitu antar metode mengajar yang

digunakan menunjukkan bahwa harga FA sebesar 4,1540, sehingga hipotesis H01 ditolak, hal ini

berarti ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode mengajar yang digunakan. Bila

ditinjau dari nilai rerata untuk ·· 21 mm vs didapatkan ·1X > ·2X . Maka dapat dikatakan bahwa

pengajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen

lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa bila dibandingkan dengan

pengajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi.

Sedangkan harga statistik uji untuk komparasi ganda antar kolom yaitu antara pemberian

tugas kelompok dan pemberian tugas individu menunjukkan bahwa harga FB sebesar 20,1091,

82

sehingga hipotesis H02 ditolak, hal ini berarti ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara

pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu. Bila ditinjau dari nilai rerata untuk

21 ·· mm vs didapatkan 1·X > 2·X . Maka berdasarkan data nilai kemampuan kognitif siswa yang

terkumpul dapat dikatakan bahwa siswa yang mendapatkan pemberian tugas secara kelompok,

kemampuan kognitif-nya lebih baik karena nilai tes mereka juga tinggi dibandingkan mereka yang

memperoleh tugas sercara individu.

a) Pembahasan Hasil Analisis Data

1. Uji Hipotesis Pertama

H0A : 0=Aa : Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan

proses melalui metode eksperimen dan metode metode demonstrasi

terhadap kemampuan kognitif siswa.

H1A : 0¹Aa : Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses

melalui metode eksperimen dan metode metode demonstrasi terhadap

kemampuan kognitif siswa.

Setelah dianalisis dimana metode pengajaran sebagai variabel bebas dan kemampuan

kognitif sebagai variabel terikat diperoleh Fa= 4,1540. Nilai tersebut kemudian

dikonsultasikan dengan harga tabel sehingga didapatkan Ftabel untuk taraf signifikan 5 % =

3.968, [Fa > F0.05;1;76] maka H0A ditolak dan H1A diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi: ”

Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode

eksperimen dan metode metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa.”, diterima.

Dari tabel 4.6 terlihat bahwa rerata kemampuan kognitif dengan

menggunakan metode eksperimen lebih besar daripada metode

demonstrasi. Sehingga metode mengajar dengan pendekatan

keterampilan proses melalui metode eksperimen lebih efektif dalam

meningkatkan kemampuan kognitif siswa bila dibandingkan dengan

pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi. Hal

ini disebabkan pada kegiatan eksperimen siswa mengalami,

mengamati dan melakukan kegiatan secara langsung, sedangkan

pada pengajaran dengan metode demonstrasi siswa kurang aktif

dalam kegiatan demonstrasi yang dilakukan dalam kelas.

2. Uji Hipotesis Kedua

83

H0B : 0=Bb : Tidak ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan

pemberian tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa.

H1B : 0¹Bb : Ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian

tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa.

Setelah dianalisis dimana pemebrian tugas sebagai variabel bebas dan kemampuan

kognitif sebagai variabel terikat. Diperoleh Fb = 20,1091. Nilai tersebut kemudian

dikonsultasikan dengan harga tabel sehingga didapatkan F0.05;1;76 untuk taraf signifikan 5 % =

3.968, [Fb > F0.05;1;76] maka H0B ditolak dan H1B diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi:“

Ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu

terhadap kemampuan kognitif siswa.”,diterima.

Jadi pada penelitian ini sudah sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa siswa

yang memperoleh pemberian tugas kelompok mendapatkan nilai kognitif yang tinggi

dibandingkan siswa yang memperoleh pemberian tugas individu. Hal ini mungkin disebabkan

siswa yang mendapatkan tugas kelompok menjadi lebih cepat faham karena mereka bisa

berdiskusi dan mendapat masukan dari teman-temannya serta bisa saling bertanya tentang hal-

hal yang di antara mereka belum memahami dalam mempelajari fisika.

3. Uji Hipotesis Ketiga

H0AB : 0=ABab : Tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan

proses melalui metode mengajar dengan pemberian tugas siswa

terhadap kemampuan kognitif siswa.

H1AB : 0¹ABab : Ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses

melalui metode mengajar dengan pemberian tugas siswa terhadap

kemampuan kognitif siswa.

Setelah dianalisis di mana metode pengajaran dan keadaan awal nilai rapot Fisika

siswa sebagai variabel bebas dan kemampuan kognitif siswa sebagai variabel terikat,

diperoleh Fab = 0,7134. Nilai tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel sehingga

didapatkan F0.05;1;76 untuk taraf signifikan 5 % =3.968. Karena Fab< F0.05;1;76 maka H0AB

diterima dan H1AB ditolak. Berarti hipotesis yang berbunyi: “Ada interaksi antara penggunaan

pendekatan keterampilan proses melalui metode mengajar dengan pemberian tugas terhadap

kemampuan kognitif siswa.”, ditolak. Artinya tidak ada interaksi antara penggunaan

pendekatan keterampilan proses melalui metode mengajar dengan pemberian tugas terhadap

kemampuan kognitif siswa.

84

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

3. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis yang telah dikemukakan di muka,

maka dapat disimpulkan:

a. Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui

metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada

pokok bahasan usaha di SMP. Siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen mempunyai kemampuan kognif

lebih baik daripada melalui metode demonstrasi.

b. Ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu

terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha di SMP. Kemampuan

kognitif siswa yang diberi tugas kelompok lebih baik daripada yang diberi tugas individu.

c. Tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode

mengajar dengan keadaan awal nilai raport fisika siswa terhadap kemampuan kognitif siswa

pada pokok bahasan usaha di SMP. Jadi antara pembelajaran fisika menggunakan

pendekatan ketrampilan proses melalui metode mengajar dan pemberian tugas mempunyai

pengaruh sendiri-sendiri terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha di

SMP.

1. Implikasi

Dengan diperolehnya hasil penelitian, implikasinya sebagai berikut:

85

i. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui

metode eksperimen dengan metode demonstrasi terhadap kemampuan

kognitif siswa pada pokok bahasan usaha. Hal ini dapat digunakan

sebagai masukan bagi guru agar lebih kreatif dan variatif dalam

menentukan metode pengajaran bagi siswa.

1. Ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu

terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha. Hal ini dapat digunakan

sebagai masukan bahwa kosistensi belajar siswa harus diperhatikan.

Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti mengemukakan

beberapa saran sebagai berikut:

c. Kegiatan belajar mengajar dalam kelas harus menimbulkan aktifitas siswa sehingga siswa

lebih tertarikan terhadap pelajaran.

d. Konsistensi belajar siswa dalam kelas harus diperhatikan agar prestasi belajar siswa tidak

turun.

e. Penggunaan metode pengajaran yang bervariatif dapat memberikan variasi belajar terhadap

siswa. Hal ini dapat membuat siswa lebih aktif dan berprestasi.

56

86

DAFTAR PUSTAKA

A. Samana. 1992. Sistem Pengajaran. Yogyakarta : Kanisius A. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar dan Zainal Arifin. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar

Mengajar. Bandung: Remadja Karya Budiyono. 2000. Statistika Dasar Untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press Budi Prasodjo. 2003. Teori dan Aplikasi Fisika SMP kelas I. Bogor : Yudistira Conny Semiawan, A.F. Tangyong, S. Belen, Yulaelawati Matahelemual, Wahjudi Suseloardjo.

1986. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta : PT. Gramedia Depdiknas. 2001. Kebijaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta : Depdiknas Herbert Druxes, Fritz Siemsen, & Gernot Born. 1986. Kompendium Didaktik Fisika. Terjemahan

Soeparmo. Bandung : Remadja Karya Margono. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS Press Marthen Kanginan. 2004. Sains Fisika SMP Kelas VII semester II. Jakarta : Erlangga Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remadja Rosdakarya Offset

Mulyani Sumantri & Johan Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana

Nana Sudjana. 1996. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Nonoh Siti Aminah. 2004. Penggunaan ANAVA Pada Penelitian Pembelajaran. Surakarta: UNS Press

Rini Budiharti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi. Surakarta : UNS Press Ngalim Purwanto. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Roestiyah N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Sardiman A. M,. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Sumadi suryabrata. 1983. Proses Belajar Mengajar Di Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Andi

Offset

S. Nasution. 1999. Asas-asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara

87

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. 1996. Kamus

Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka

DATA NILAI KEADAAN AWAL

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol NO Xa Xb

1 6,34 4,00 2 7,80 3,60 3 7,33 6,75 4 4,03 5,70 5 6,28 7,65 6 6,55 7,70 7 6,33 5,45 8 7,43 7,23 9 6,95 7,65

10 6,98 7,63 11 6,40 3,93 12 7,53 5,65 13 7,25 7,70 14 6,93 5,68 15 4,50 7,38 16 6,83 5,73 17 5,03 5,93 18 6,48 6,75 19 7,05 6,75 20 5,95 6,35 21 7,63 7,65 22 5,55 7,38 23 7,30 5,98 24 5,65 6,75 25 7,40 7,65 26 7,68 7,38 27 7,38 7,23 28 7,23 6,20 29 6,08 3,43 30 7,28 6,33 31 6,40 7,63 32 7,35 7,23 33 5,65 3,43 34 6,00 5,65 35 3,83 6,75 36 7,23 6,75 37 6,08 6,13 38 7,33 4,15 39 6,05 4,18 40 4,73 7,23

Lampiran 2

88

Jumlah 259,80 250,32 Rerata 6,4950 6,2580

UJI NORMALITAS KEADAAN AWAL KELOMPOK EKSPERIMEN

No Xi Xi2 X-Xi Zi F(Zi) S(Zi) S(Zi)-F(Zi)

1 3.83 14.6689 -2.6650 -2.63 0.0043 0.0250 0.0207

2 4.03 16.2409 -2.4650 -2.43 0.0075 0.0500 0.0425

3 4.50 20.2500 -1.9950 -1.97 0.0244 0.0750 0.0506

4 4.73 22.3729 -1.7650 -1.74 0.0409 0.1000 0.0591

5 5.03 25.3009 -1.4650 -1.45 0.0735 0.1250 0.0515

6 5.55 30.8025 -0.9450 -0.93 0.1762 0.1500 0.0262

7 5.65 31.9225 -0.8450 -0.83 0.2033 0.2000 0.0033

8 5.65 31.9225 -0.8450 -0.83 0.2033 0.2000 0.0033

9 5.95 35.4025 -0.5450 -0.54 0.2946 0.2250 0.0696

10 6.00 36.0000 -0.4950 -0.49 0.3121 0.2500 0.0621

11 6.05 36.6025 -0.4450 -0.44 0.3300 0.2750 0.0550

12 6.08 36.9664 -0.4150 -0.41 0.3409 0.3250 0.0159

13 6.08 36.9664 -0.4150 -0.41 0.3409 0.3250 0.0159

14 6.28 39.4384 -0.2150 -0.21 0.4168 0.3500 0.0668

15 6.33 40.0689 -0.1650 -0.16 0.4364 0.3750 0.0614

16 6.34 40.1956 -0.1550 -0.15 0.4404 0.4000 0.0404

17 6.40 40.9600 -0.0950 -0.09 0.4641 0.4500 0.0141

18 6.40 40.9600 -0.0950 -0.09 0.4641 0.4500 0.0141

19 6.48 41.9904 -0.0150 -0.01 0.4960 0.4750 0.0210

20 6.55 42.9025 0.0550 0.05 0.5199 0.5000 0.0199

21 6.83 46.6489 0.3350 0.33 0.6293 0.5250 0.1043

22 6.93 48.0249 0.4350 0.43 0.6664 0.5500 0.1164

23 6.95 48.3025 0.4550 0.45 0.6736 0.5750 0.0986

24 6.98 48.7204 0.4850 0.48 0.6844 0.6000 0.0844

25 7.05 49.7025 0.5550 0.55 0.7088 0.6250 0.0838

26 7.23 52.2729 0.7350 0.73 0.7673 0.6750 0.0923

27 7.23 52.2729 0.7350 0.73 0.7673 0.6750 0.0923

28 7.25 52.5625 0.7550 0.75 0.7734 0.7000 0.0734

29 7.28 52.9984 0.7850 0.78 0.7823 0.7250 0.0573

30 7.30 53.2900 0.8050 0.80 0.7881 0.7500 0.0381

31 7.33 53.7289 0.8350 0.82 0.7939 0.8000 0.0061

32 7.33 53.7289 0.8350 0.82 0.7939 0.8000 0.0061

33 7.35 54.0225 0.8550 0.84 0.7995 0.8250 0.0255

34 7.38 54.4644 0.8850 0.87 0.8078 0.8500 0.0422

35 7.40 54.7600 0.9050 0.89 0.8133 0.8750 0.0617

36 7.43 55.2049 0.9350 0.92 0.8212 0.9000 0.0788

37 7.53 56.7009 1.0350 1.02 0.8461 0.9250 0.0789

38 7.63 58.2169 1.1350 1.12 0.8686 0.9500 0.0814

39 7.68 58.9824 1.1850 1.17 0.8790 0.9750 0.0960

40 7.80 60.8400 1.3050 1.29 0.9015 1.0000 0.0985

Lampiran 3

89

Jumlah 259.80 1727.38

Mean 6.4950

S2 1.0251

S 1.0125

( ) ( )ZiSZiFMaxL -=0

= 0.1164

Ltabel dengan taraf signifikansi 5 % pada n = 40 didapat harga

0.140140

886,0886,0===

nL

Karena Lo < Ltabel maka sampel kelompok eksperimen berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

90

UJI NORMALITAS KEADAAN AWAL KELOMPOK KONTROL

No Xi Xi2 X-Xi Zi F(Zi) S(Zi) S(Zi)-F(Zi)

1 3,43 11,7649 -2,8280 -2,12 0,0170 0,0500 0,0330 2 3,43 11,7649 -2,8280 -2,12 0,0170 0,0500 0,0330 3 3,60 12,9600 -2,6580 -1,99 0,0233 0,0750 0,0517 4 3,93 15,4449 -2,3280 -1,74 0,0409 0,1000 0,0591 5 4,00 16,0000 -2,2580 -1,69 0,0455 0,1250 0,0795 6 4,15 17,2225 -2,1080 -1,58 0,0571 0,1500 0,0929 7 4,18 17,4724 -2,0780 -1,56 0,0594 0,1750 0,1156 8 5,45 29,7025 -0,8080 -0,61 0,2709 0,2000 0,0709 9 5,65 31,9225 -0,6080 -0,46 0,3228 0,2500 0,0728

10 5,65 31,9225 -0,6080 -0,46 0,3228 0,2500 0,0728 11 5,68 32,2624 -0,5780 -0,43 0,3336 0,2750 0,0586 12 5,70 32,4900 -0,5580 -0,42 0,3372 0,3000 0,0372 13 5,73 32,8329 -0,5280 -0,40 0,3446 0,3250 0,0196 14 5,93 35,1649 -0,3280 -0,25 0,4013 0,3500 0,0513 15 5,98 35,7604 -0,2780 -0,21 0,4168 0,3750 0,0418 16 6,13 37,5769 -0,1280 -0,10 0,4602 0,4000 0,0602 17 6,20 38,4400 -0,0580 -0,04 0,4840 0,4250 0,0590 18 6,33 40,0689 0,0720 0,05 0,5199 0,4500 0,0699 19 6,35 40,3225 0,0920 0,07 0,5279 0,4750 0,0529 20 6,75 45,5625 0,4920 0,37 0,6443 0,6250 0,0193 21 6,75 45,5625 0,4920 0,37 0,6443 0,6250 0,0193 22 6,75 45,5625 0,4920 0,37 0,6443 0,6250 0,0193 23 6,75 45,5625 0,4920 0,37 0,6443 0,6250 0,0193 24 6,75 45,5625 0,4920 0,37 0,6443 0,6250 0,0193 25 6,75 45,5625 0,4920 0,37 0,6443 0,6250 0,0193 26 7,23 52,2729 0,9720 0,73 0,7673 0,7250 0,0423 27 7,23 52,2729 0,9720 0,73 0,7673 0,7250 0,0423 28 7,23 52,2729 0,9720 0,73 0,7673 0,7250 0,0423 29 7,23 52,2729 0,9720 0,73 0,7673 0,7250 0,0423 30 7,38 54,4644 1,1220 0,84 0,7995 0,8000 0,0005 31 7,38 54,4644 1,1220 0,84 0,7995 0,8000 0,0005 32 7,38 54,4644 1,1220 0,84 0,7995 0,8000 0,0005 33 7,63 58,2169 1,3720 1,03 0,8485 0,8500 0,0015 34 7,63 58,2169 1,3720 1,03 0,8485 0,8500 0,0015 35 7,65 58,5225 1,3920 1,04 0,8508 0,9500 0,0992 36 7,65 58,5225 1,3920 1,04 0,8508 0,9500 0,0992 37 7,65 58,5225 1,3920 1,04 0,8508 0,9500 0,0992 38 7,65 58,5225 1,3920 1,04 0,8508 0,9500 0,0992 39 7,70 59,2900 1,4420 1,08 0,8599 1,0000 0,1401

Lampiran 4

91

40 7,70 59,2900 1,4420 1,08 0,8980 1,0000 0,1020

Jumlah 250,32 1636,06 Mean 6,2580

S2 1,7835 S 1,3355

( ) ( )ZiSZiFMaxL -=0

= 0,1156

Ltabel dengan taraf signifikansi 5 % pada n = 40 didapat harga

0,140140

886,0886,0===

nL

Karena Lo < Ltabel maka sampel kelompok kontrol berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

92

UJI HOMOGENITAS KEADAAN AWAL

KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol No Xa Xa

2 Xb Xb2

1 6,34 40,20 4,00 16,00 2 7,80 60,84 3,60 12,96 3 7,33 53,73 6,75 45,56 4 4,03 16,24 5,70 32,49 5 6,28 39,44 7,65 58,52 6 6,55 42,90 7,70 59,29 7 6,33 40,07 5,45 29,70 8 7,43 55,20 7,23 52,27 9 6,95 48,30 7,65 58,52

10 6,98 48,72 7,63 58,22 11 6,40 40,96 3,93 15,44 12 7,53 56,70 5,65 31,92 13 7,25 52,56 7,70 59,29 14 6,93 48,02 5,68 32,26 15 4,50 20,25 7,38 54,46 16 6,83 46,65 5,73 32,83 17 5,03 25,30 5,93 35,16 18 6,48 41,99 6,75 45,56 19 7,05 49,70 6,75 45,56 20 5,95 35,40 6,35 40,32 21 7,63 58,22 7,65 58,52 22 5,55 30,80 7,38 54,46 23 7,30 53,29 5,98 35,76 24 5,65 31,92 6,75 45,56 25 7,40 54,76 7,65 58,52 26 7,68 58,98 7,38 54,46 27 7,38 54,46 7,23 52,27 28 7,23 52,27 6,20 38,44 29 6,08 36,97 3,43 11,76 30 7,28 53,00 6,33 40,07 31 6,40 40,96 7,63 58,22 32 7,35 54,02 7,23 52,27 33 5,65 31,92 3,43 11,76 34 6,00 36,00 5,65 31,92 35 3,83 14,67 6,75 45,56 36 7,23 52,27 6,75 45,56 37 6,08 36,97 6,13 37,58

Lampiran 5

93

38 7,33 53,73 4,15 17,22 39 6,05 36,60 4,18 17,47 40 4,73 22,37 7,23 52,27

Jumlah 259,80 1727,38 250,32 1636,06 Rerata 6,4950 6,2580

Dari tabel uji homogenitas nilai pretest kemampuan kognitif kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapat :

Hipotesis

H0 = 21s = 2

2s (kedua sampel homogen)

H1 = 21s ¹ 2

2s (kedua sampel tidak homogen)

a = 0,05

Statistik uji

c2 = })log{log(303,2 2

jSfjRKGfC å-

Komputasi

Setelah dihitung diperoleh

f1 = 39 f2 = 39 ; f = {fj = 39+39=78}

SS1 =40

)259,80(1727,38

2

-

= 39,9794

SS2 =40

)250,32(1636,06

2

-

= 69,5570

Tabel kerja untuk menghitung c2hitung

No Sampel fj SSj Sj2 fjlogSj

2 1 I(klp eksperimen) 39 39,9794 1,0251 0,4201 2 II(klp Kontrol) 39 69,5570 1,7835 9,7998

Jumlah 78 109,5364 2,8086 10,2199

RKG = 1,404378

109,5364==

SS

fjSSj

f log RKG = 78 log 1,4043 = 11,5022

94

C = 1 + ÷÷ø

öççè

æ-

- å ffk j

11)1(3

1

= 1 + ÷øö

çèæ -+å 78

1391

391

)1(31

= 1,0128

Sehingga

c2 = 10,2199)-11,5022(1,0128

303,2

= 2,9158

Daerah kritik

c20,95;1 = 3,84

dk : {c2 | c2 < 3,84} ; 2,91582 =hitungc

Keputusan uji

Dari perhitungan diperoleh 2,91582 =hitungc , dan 84,32 =tabc untuk dk =1.

Tampak bahwa 3,69302 =hitungc < 84,32 =tabc

Maka hipotesis H0 : 21s = 2

2s diterima, sehingga kedua sampel berasal dari

populasi yang homogen.

95

TABEL UJI-t UNTUK KESAMAAN NILAI KEADAAN AWAL

KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL

NO Xa Xa2 Xb Xb

2 1 6,34 40,20 4,00 16,00 2 7,80 60,84 3,60 12,96 3 7,33 53,73 6,75 45,56 4 4,03 16,24 5,70 32,49 5 6,28 39,44 7,65 58,52 6 6,55 42,90 7,70 59,29 7 6,33 40,07 5,45 29,70 8 7,43 55,20 7,23 52,27 9 6,95 48,30 7,65 58,52

10 6,98 48,72 7,63 58,22 11 6,40 40,96 3,93 15,44 12 7,53 56,70 5,65 31,92 13 7,25 52,56 7,70 59,29 14 6,93 48,02 5,68 32,26 15 4,50 20,25 7,38 54,46 16 6,83 46,65 5,73 32,83 17 5,03 25,30 5,93 35,16 18 6,48 41,99 6,75 45,56 19 7,05 49,70 6,75 45,56 20 5,95 35,40 6,35 40,32 21 7,63 58,22 7,65 58,52 22 5,55 30,80 7,38 54,46 23 7,30 53,29 5,98 35,76 24 5,65 31,92 6,75 45,56 25 7,40 54,76 7,65 58,52 26 7,68 58,98 7,38 54,46 27 7,38 54,46 7,23 52,27 28 7,23 52,27 6,20 38,44 29 6,08 36,97 3,43 11,76 30 7,28 53,00 6,33 40,07 31 6,40 40,96 7,63 58,22 32 7,35 54,02 7,23 52,27 33 5,65 31,92 3,43 11,76 34 6,00 36,00 5,65 31,92 35 3,83 14,67 6,75 45,56 36 7,23 52,27 6,75 45,56 37 6,08 36,97 6,13 37,58 38 7,33 53,73 4,15 17,22 39 6,05 36,60 4,18 17,47

Lampiran 6

96

40 4,73 22,37 7,23 52,27 Jumlah 260 1727 250 1636 Mean 6,4950 6,2580 Varian 1,0251 1,7835

S2 1,4043

S 1,1850

Dari tabel uji-t kesamaan nilai kemampuan awal fisika didapat :

Hipotesis

Ho = Tidak ada perbedaan nilai keadaan awal siswa antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

H1 = Ada perbedaan nilai keadaan awal siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol.

Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05

Kriteria pengujian

Hipotesis Ho diterima jika –t1-1/2a < thit < t1-1/2a

Harga t1-1/2a untuk dk = 78 adalah 1,99

Hitungan

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

6,49501 =Xr

6,25802 =Xr

1,025121 =S 1,78352

2 =S

( ) ( )2

11

21

221

2112

-+-+-

=nn

SnSnS

( ) ( )

240401,78351401,0251140

-+-+-

=

= 1,4043

S = 1,1850

21

21

11nn

S

XXt

+

-=

rr

401

401

1,1850

6,25806,4950

+

-=

97

= 0,8944

Kesimpulan

Ho diterima, sebab –1,994 < 0,8944 < 1,994 berarti tidak ada perbedaan

kemampuan awal siswa yang signifikan antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol

Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan H0 Daerah penolakan H0

-1,994 1,994 0

Gambar 1. Kurva Normal Untuk Uji-t

98

KISI-KISI SOAL TRY OUT

Satuan Pendidikan : SMP

Mata Pelajaran : Sains Fisika

Kelas / Semester : VII / 2

Jumlah soal : 40 butir

Waktu : 90 menit

Aspek yang diukur Sub Konsep

C1 C2 C3 C4

Jumlah

8.1.1. Besar usaha sama dengan hasil kali gaya dengan komponen perpindahan menurut arah gaya

1, 2, 3, 4,5

6, 7, 8, 9, 11

10, 12 13 13

8.1.2 Pesawat sederhana mempermudah pekerjaan manusia

15, 16, 20

14, 18, 21, 24, 28

17, 19, 22, 23, 27, 26, 29, 30,

31

25 18

8.1.3 Besarnya daya ditentukan oleh usaha dan waktu

32, 34 33,35, 36 37 38, 39,

40 9

10 13 13 5 40 Jumlah presentasi

25% 32,5% 30% 12,5% 100%

Keterangan:

C1 : Pengetahuan

C2 : Pamahaman

C3 : Aplikasi

C4 : Analisa

Lampiran 7

99

KUNCI JAWABAN SOAL TRY OUT

A

A

A

D

B

D

C

B

A

D

B

D

B

B

D

C

A

A

D

B

A

A

B

D

B

A

D

B

B

C

B

A

A

A

A

D

C

C

A

C

Lampiran 9

i

i

ii

ii

DATA NILAI KOGNITIF SISWA

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol NO

Xa Xb 1 7,14 7,43 2 4,86 6,57 3 9,14 7,71 4 8,29 7,71 5 6,57 6,57 6 7,14 6,57 7 4,57 7,43 8 9,14 6,57 9 8,57 7,71

10 6,57 6,57 11 6,00 6,00 12 8,57 6,00 13 8,86 7,71 14 7,43 6,57 15 8,57 6,57 16 5,71 8,28 17 7,43 7,43 18 9,14 7,43 19 6,29 8,00 20 7,14 6,86 21 7,14 5,71 22 7,14 7,43 23 7,14 4,86 24 7,14 7,43 25 7,14 6,00 26 5,71 5,71 27 6,86 4,00 28 6,57 6,28 29 6,00 6,28 30 7,14 6,00 31 4,86 6,28 32 4,57 4,86 33 7,71 4,86 34 6,00 6,00 35 5,43 7,14 36 7,71 6,28 37 7,71 5,71 38 6,57 6,00 39 6,86 5,14 40 5,14 5,43

Jumlah 277,67 259,09 Rerata 6,9418 6,4773

Lampiran 18

iii

iii

UJI NORMALITAS KOGNITIF KELOMPOK EKSPERIMEN

No Xi Xi2 X-Xi Zi F(Zi) S(Zi) S(Zi)-F(Zi)

1 4,57 20,8849 -2,3718 -1,87 0,0307 0,0500 0,0193

2 4,57 20,8849 -2,3718 -1,87 0,0307 0,0500 0,0193

3 4,86 23,6196 -2,0818 -1,64 0,0505 0,1000 0,0495

4 4,86 23,6196 -2,0818 -1,64 0,0505 0,1000 0,0495

5 5,14 26,4196 -1,8018 -1,42 0,0778 0,1250 0,0472

6 5,43 29,4849 -1,5118 -1,19 0,1170 0,1500 0,0330

7 5,71 32,6041 -1,2318 -0,97 0,1660 0,2000 0,0340

8 5,71 32,6041 -1,2318 -0,97 0,1660 0,2000 0,0340

9 6,00 36,0000 -0,9418 -0,74 0,2296 0,2750 0,0454

10 6,00 36,0000 -0,9418 -0,74 0,2296 0,2750 0,0454

11 6,00 36,0000 -0,9418 -0,74 0,2296 0,2750 0,0454

12 6,29 39,5641 -0,6518 -0,51 0,3050 0,3000 0,0050

13 6,57 43,1649 -0,3718 -0,29 0,3859 0,4000 0,0141

14 6,57 43,1649 -0,3718 -0,29 0,3859 0,4000 0,0141

15 6,57 43,1649 -0,3718 -0,29 0,3859 0,4000 0,0141

16 6,57 43,1649 -0,3718 -0,29 0,3859 0,4000 0,0141

17 6,86 47,0596 -0,0818 -0,06 0,4761 0,4500 0,0261

18 6,86 47,0596 -0,0818 -0,06 0,4761 0,4500 0,0261

19 7,14 50,9796 0,1982 0,16 0,5636 0,6750 0,1114

20 7,14 50,9796 0,1982 0,16 0,5636 0,6750 0,1114

21 7,14 50,9796 0,1982 0,16 0,5636 0,6750 0,1114

22 7,14 50,9796 0,1982 0,16 0,5636 0,6750 0,1114

23 7,14 50,9796 0,1982 0,16 0,5636 0,6750 0,1114

24 7,14 50,9796 0,1982 0,16 0,5636 0,6750 0,1114

25 7,14 50,9796 0,1982 0,16 0,5636 0,6750 0,1114

26 7,14 50,9796 0,1982 0,16 0,5636 0,6750 0,1114

27 7,14 50,9796 0,1982 0,16 0,5636 0,6750 0,1114

28 7,43 55,2049 0,4882 0,39 0,6517 0,7250 0,0733

29 7,43 55,2049 0,4882 0,39 0,6517 0,7250 0,0733

30 7,71 59,4441 0,7682 0,61 0,7291 0,8000 0,0709

31 7,71 59,4441 0,7682 0,61 0,7291 0,8000 0,0709

32 7,71 59,4441 0,7682 0,61 0,7291 0,8000 0,0709

33 8,29 68,7241 1,3482 1,06 0,8554 0,8250 0,0304

34 8,57 73,4449 1,6282 1,28 0,8997 0,9000 0,0003

35 8,57 73,4449 1,6282 1,28 0,8997 0,9000 0,0003

36 8,57 73,4449 1,6282 1,28 0,8997 0,9000 0,0003

37 8,86 78,4996 1,9182 1,51 0,9345 0,9250 0,0095

38 9,14 83,5396 2,1982 1,73 0,9582 0,9750 0,0168

39 9,14 83,5396 2,1982 1,73 0,9582 0,9750 0,0168

40 9,14 83,5396 2,1982 1,73 0,9582 1,0000 0,0418

Jumlah 277,67 1990,20 Mean 6,9418

S2 1,6073 S 1,2678

Lampiran 19

iv

iv

( ) ( )ZiSZiFMaxL -=0

= 0,1114

Ltabel dengan taraf signifikansi 5 % pada n = 40 didapat harga

0,140140

886,0886,0===

nL

Karena Lo < Ltabel maka sampel kelompok eksperimen berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

v

v

UJI NORMALITAS KOGNITIF KELOMPOK KONTROL

No Xi Xi2 X-Xi Zi F(Zi) S(Zi) S(Zi)-F(Zi)

1 4,00 16,0000 -2,4773 -2,51 0,0060 0,0250 0,0190 2 4,86 23,6196 -1,6173 -1,64 0,0505 0,1000 0,0495 3 4,86 23,6196 -1,6173 -1,64 0,0505 0,1000 0,0495 4 4,86 23,6196 -1,6173 -1,64 0,0505 0,1000 0,0495 5 5,14 26,4196 -1,3373 -1,36 0,0869 0,1250 0,0381 6 5,43 29,4849 -1,0473 -1,06 0,1446 0,1500 0,0054 7 5,71 32,6041 -0,7673 -0,78 0,2177 0,2250 0,0073 8 5,71 32,6041 -0,7673 -0,78 0,2177 0,2250 0,0073 9 5,71 32,6041 -0,7673 -0,78 0,2177 0,2250 0,0073

10 6,00 36,0000 -0,4773 -0,48 0,3156 0,3750 0,0594 11 6,00 36,0000 -0,4773 -0,48 0,3156 0,3750 0,0594 12 6,00 36,0000 -0,4773 -0,48 0,3156 0,3750 0,0594 13 6,00 36,0000 -0,4773 -0,48 0,3156 0,3750 0,0594 14 6,00 36,0000 -0,4773 -0,48 0,3156 0,3750 0,0594 15 6,00 36,0000 -0,4773 -0,48 0,3156 0,3750 0,0594 16 6,28 39,4384 -0,1973 -0,20 0,4207 0,4750 0,0543 17 6,28 39,4384 -0,1973 -0,20 0,4207 0,4750 0,0543 18 6,28 39,4384 -0,1973 -0,20 0,4207 0,4750 0,0543 19 6,28 39,4384 -0,1973 -0,20 0,4207 0,4750 0,0543 20 6,57 43,1649 0,0927 0,09 0,5359 0,6500 0,1141 21 6,57 43,1649 0,0927 0,09 0,5359 0,6500 0,1141 22 6,57 43,1649 0,0927 0,09 0,5359 0,6500 0,1141 23 6,57 43,1649 0,0927 0,09 0,5359 0,6500 0,1141 24 6,57 43,1649 0,0927 0,09 0,5359 0,6500 0,1141 25 6,57 43,1649 0,0927 0,09 0,5359 0,6500 0,1141 26 6,57 43,1649 0,0927 0,09 0,5359 0,6500 0,1141 27 6,86 47,0596 0,3827 0,39 0,6517 0,6750 0,0233 28 7,14 50,9796 0,6627 0,67 0,7486 0,7000 0,0486 29 7,43 55,2049 0,9527 0,97 0,8340 0,8500 0,0160 30 7,43 55,2049 0,9527 0,97 0,8340 0,8500 0,0160 31 7,43 55,2049 0,9527 0,97 0,8340 0,8500 0,0160 32 7,43 55,2049 0,9527 0,97 0,8340 0,8500 0,0160 33 7,43 55,2049 0,9527 0,97 0,8340 0,8500 0,0160 34 7,43 55,2049 0,9527 0,97 0,8340 0,8500 0,0160 35 7,71 59,4441 1,2327 1,25 0,8944 0,9500 0,0556 36 7,71 59,4441 1,2327 1,25 0,8944 0,9500 0,0556 37 7,71 59,4441 1,2327 1,25 0,8944 0,9500 0,0556 38 7,71 59,4441 1,2327 1,25 0,8944 0,9500 0,0556 39 8,00 64,0000 1,5227 1,54 0,9382 0,9750 0,0368 40 8,28 68,5584 1,8027 1,83 0,9664 1,0000 0,0336

Jumlah 259,09 1716,09 Mean 6,4773

S2 0,9717

S 0,9857

Lampiran 20

vi

vi

( ) ( )ZiSZiFMaxL -=0

= 0,1141

Ltabel dengan taraf signifikansi 5 % pada n = 40 didapat harga

0,140140

886,0886,0===

nL

Karena Lo < Ltabel maka sampel kelompok kontrol berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

vii

vii

UJI HOMOGENITAS NILAI KOGNITIF SISWA

KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL

No Xa Xa

2 Xb Xb2

1 7,14 50,98 7,43 55,20 2 4,86 23,62 6,57 43,16 3 9,14 83,54 7,71 59,44 4 8,29 68,72 7,71 59,44 5 6,57 43,16 6,57 43,16 6 7,14 50,98 6,57 43,16 7 4,57 20,88 7,43 55,20 8 9,14 83,54 6,57 43,16 9 8,57 73,44 7,71 59,44

10 6,57 43,16 6,57 43,16 11 6,00 36,00 6,00 36,00 12 8,57 73,44 6,00 36,00 13 8,86 78,50 7,71 59,44 14 7,43 55,20 6,57 43,16 15 8,57 73,44 6,57 43,16 16 5,71 32,60 8,28 68,56 17 7,43 55,20 7,43 55,20 18 9,14 83,54 7,43 55,20 19 6,29 39,56 8,00 64,00 20 7,14 50,98 6,86 47,06 21 7,14 50,98 5,71 32,60 22 7,14 50,98 7,43 55,20 23 7,14 50,98 4,86 23,62 24 7,14 50,98 7,43 55,20 25 7,14 50,98 6,00 36,00 26 5,71 32,60 5,71 32,60 27 6,86 47,06 4,00 16,00 28 6,57 43,16 6,28 39,44 29 6,00 36,00 6,28 39,44 30 7,14 50,98 6,00 36,00 31 4,86 23,62 6,28 39,44 32 4,57 20,88 4,86 23,62 33 7,71 59,44 4,86 23,62 34 6,00 36,00 6,00 36,00 35 5,43 29,48 7,14 50,98 36 7,71 59,44 6,28 39,44 37 7,71 59,44 5,71 32,60 38 6,57 43,16 6,00 36,00 39 6,86 47,06 5,14 26,42 40 5,14 26,42 5,43 29,48

Jumlah 277,67 1990,20 259,09 1716,09 Rerata 6,9418 6,4773

Dari tabel uji homogenitas nilai keaktifan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapat :

Lampiran 21

viii

viii

Hipotesis

H0 = 21s = 2

2s (kedua sampel homogen)

H1 = 21s ¹ 2

2s (kedua sampel tidak homogen)

a = 0,05

Statistik uji

c2 = })log{log(303,2 2

jerr SfjRKGfC å-

Komputasi

Setelah dihitung diperoleh

f1 = 39 f2 = 39 ; f = {fj = 39+39=78}

SS1 =40

)277,67(1990,20

2

-

= 62,6846

SS2 =40

)259,09(1716,09

2

-

= 37,8962

Tabel kerja untuk menghitung c2hitung

No Sampel fj SSj Sj2 fjlogSj

2 1 I(klp eksperimen) 39 62,6846 1,6073 8,0377 2 II(klp Kontrol) 39 37,8962 0,9717 -0,4863

Jumlah 78 100,5808 2,5790 7,5515

RKG= 2895,178

100,5808==

SS

fjSSj

f log RKG = 78 log 1,2895 = 8,6128

C = 1 + ÷÷ø

öççè

æ-

- å ffk j

11)1(3

1

= 1 + ÷øö

çèæ -+å 78

1391

391

)1(31

= 1,0128

Sehingga

ix

ix

c2 = 7,5515) -8,6128(1,0128

303,2

= 2,4133

Daerah kritik

c20,95;1 = 3,84

dk : {c2 | c2 < 3,84} ; 4133,22 =hitungc

Keputusan uji

Dari perhitungan diperoleh 4133,22 =hitungc , dan 81,32 =tabc untuk dk =1.

Tampak bahwa 4133,22 =hitungc < 81,32 =tabc

Maka hipotesis H0 : 21s = 2

2s diterima, sehingga kedua sampel berasal dari

populasi yang homogen.

DATA INDUK PENELITIAN

Lampiran 22

x

x

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol No

K. awal Kategori Kognitif No

K. awal Kategori Kognitif

1 6,34 Kelompok 7,14 1 4,00 Kelompok 7,43

2 7,80 Kelompok 4,86 2 3,60 Kelompok 6,57

3 7,33 Kelompok 9,14 3 6,75 Kelompok 7,71

4 4,03 Kelompok 8,29 4 5,70 Kelompok 7,71

5 6,28 Kelompok 6,57 5 7,65 Kelompok 6,57

6 6,55 Kelompok 7,14 6 7,70 Kelompok 6,57

7 6,33 Kelompok 4,57 7 5,45 Kelompok 7,43

8 7,43 Kelompok 9,14 8 7,23 Kelompok 6,57

9 6,95 Kelompok 8,57 9 7,65 Kelompok 7,71

10 6,98 Kelompok 6,57 10 7,63 Kelompok 6,57

11 6,40 Kelompok 6,00 11 3,93 Kelompok 6,00

12 7,53 Kelompok 8,57 12 5,65 Kelompok 6,00

13 7,25 Kelompok 8,86 13 7,70 Kelompok 7,71

14 6,93 Kelompok 7,43 14 5,68 Kelompok 6,57

15 4,50 Kelompok 8,57 15 7,38 Kelompok 6,57

16 6,83 Kelompok 5,71 16 5,73 Kelompok 8,28

17 5,03 Kelompok 7,43 17 5,93 Kelompok 7,43

18 6,48 Kelompok 9,14 18 6,75 Kelompok 7,43

19 7,05 Kelompok 6,29 19 6,75 Kelompok 8,00

20 5,95 Kelompok 7,14 20 6,35 Kelompok 6,86

21 7,63 Individu 7,14 21 7,65 Individu 5,71

22 5,55 Individu 7,14 22 7,38 Individu 7,43

23 7,30 Individu 7,14 23 5,98 Individu 4,86

24 5,65 Individu 7,14 24 6,75 Individu 7,43

25 7,40 Individu 7,14 25 7,65 Individu 6,00

26 7,68 Individu 5,71 26 7,38 Individu 5,71

27 7,38 Individu 6,86 27 7,23 Individu 4,00

28 7,23 Individu 6,57 28 6,20 Individu 6,28

29 6,08 Individu 6,00 29 3,43 Individu 6,28

30 7,28 Individu 7,14 30 6,33 Individu 6,00

31 6,40 Individu 4,86 31 7,63 Individu 6,28

32 7,35 Individu 4,57 32 7,23 Individu 4,86

33 5,65 Individu 7,71 33 3,43 Individu 4,86

34 6,00 Individu 6,00 34 5,65 Individu 6,00

35 3,83 Individu 5,43 35 6,75 Individu 7,14

36 7,23 Individu 7,71 36 6,75 Individu 6,28

37 6,08 Individu 7,71 37 6,13 Individu 5,71

38 7,33 Individu 6,57 38 4,15 Individu 6,00

39 6,05 Individu 6,86 39 4,18 Individu 5,14

40 4,73 Individu 5,14 40 7,23 Individu 5,43

Jml 260 277,67 Jml 250 259,09

Mean 6,4950 6,9418 Mean 6,2580 6,4773

S 1,0125 1,2678 S 1,3355 0,9857

UJI ANALISIS VARIANSI DUA JALAN

Lampiran 23

xi

xi

DENGAN FREKUENSI SEL SAMA

Tabel 1. Persiapan Uji Anava

Pemberian Tugas B

A Kelompok Individu

7,14 6,00 7,14 4,86

4,86 8,57 7,14 4,57

9,14 8,86 7,14 7,71

8,29 7,43 7,14 6,00

6,57 8,57 7,14 5,43

7,14 5,71 5,71 7,71

4,57 7,43 6,86 7,71

9,14 9,14 6,57 6,57

8,57 6,29 6,00 6,86

Metode

Eksperimen(A1)

6,57 7,14 7,14 5,14

7,43 6,00 5,71 6,28

6,57 6,00 7,43 4,86

7,71 7,71 4,86 4,86

7,71 6,57 7,43 6,00

6,57 6,57 6,00 7,14

6,57 8,28 5,71 6,28

7,43 7,43 4,00 5,71

6,57 7,43 6,28 6,00

7,71 8,00 6,28 5,14

Metode

DemonstrasiA2)

6,57 6,86 6,00 5,43

Keterangan

A = Metode mengajar dengan Pendekatan Keterampilan Proses

A1= Metode eksperimen

A2= Metode Demonstrasi

B = Pemberian Tugas

B1= Pemberian Tugas Kelompok

B2= Pemberian Tugas Individu

xii

xii

Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Frekuensi Sel Sama

Hipotesis :

0:01 =iH a ; untuk semua harga i Þ

Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan

keterampilan proses melalui metode eksperimen dan metode metode

demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa.

0:11 ¹iH a ; untuk paling sedikit satu harga i Þ

Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan

proses melalui metode eksperimen dan metode metode demonstrasi

terhadap kemampuan kognitif siswa.

0:02 =jH b ; untuk semua harga j Þ

Tidak ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan

pemberian tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa.

0:12 ¹jH b ; untuk paling sedikit satu harga j Þ

Ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian

tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa.

0:03 =ijH ab ; untuk semua harga ij Þ

Tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses

melalui metode mengajar dengan pemberien tugas terhadap kemampuan

kognitif siswa.

0:13 ¹ijH ab ; untuk paling sedikit satu harga ij Þ

Ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui

metode mengajar dengan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif

siswa.

xiii

xiii

Komputasis

Tabel 2.1 Jumlah Sel AB

BA

B1 B2 TOTAL

A1 147,1300 130,5400 277,6700

A2 141,6900 117,4000 259,0900

TOTAL 288,8200 247,9400 536,7600

Komponen jumlah kuadrat

( ) 3601,391212

==npqG

(2) 3706,28722 =åijK

ijKX

( ) 3605,706432

== åi

i

nq

A

( ) 3622,280942

== åj

j

np

B

( ) 3627,33725 2 == åij

ij nAB

Jumlah kuadrat (Sum square)

JKa = )1()3( - = )1()3( -

JKb = )1()4( - = 20,8897

JKab = )1()3()4()5( +-- = 0,7411

JKg = )2()5( +- = 78,9500

JKt = )1()2( - = 104,8960

Derajat kebebasan (free of degree)

dba = p-1 = 1

dbb = q-1 = 1

dbab = (p-1) (q-1) = 1

dbg = N-pq = 76

dft = N – 1 = 79

+

+

xiv

xiv

Rerata kuadrat (Mean Square)

RKa = JKa / dba = 4,3152

RKb = JKb / dbb = 20,8897

RKab = JKab / dbab = 0,7411

RKg = JKg / dbg = 1,0388

Statistik uji

Fa = MSa / MSerr = 4,1540

Fb = MSb / MSerr = 20,1091

Fab = MSab / MSerr = 0,7134

Daerah kritik

DKa : pqNpFFa --³ ,1;a

3.96876;1;05,0 =³ FFa

DKb : pqNqFFb --³ ,1;a

3.96876;1;05,0 =³ FFb

DKab : pqNqpFFab ---³ ),1)(1(;a

3.96876;1;05,0 =³ FFab

Keputusan uji

H01 dan H02 ditolak tetapi H03 diterima sebab

3.9684,1540 76;1;05,0 =>= FFa

3.96820,1091 76;1;05,0 =>= FFb

3.9680,7134 76;1;05,0 =<= FFab

Hal ini berarti bahwa terdapat efek utama baris dan terdapat efek utama

kolom yang signifikan berpengaruh terhadap hasil pengukuran tetapi

tidak terjadi interaksi (kombinasi efek baris dan kolom) yang

signifikan terhadap hasil pengukuran tersebut.

xv

xv

Kesimpulan

d. Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan

proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap

kemampuan kognitif siswa, sebab 3.9684,1540 76;1;05,0 =>= FFa

e. Ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian

tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa, sebab

3.96820,1091 76;1;05,0 =>= FFb

f. Tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses

melalui metode mengajar dengan keadaan awal nilai raport fisika siswa

terhadap kemampuan kognitif siswa, sebab

3.9680,7134 76;1;05,0 =<= FFab

Tabel 3. Rangkuman analisis

Sumber Variansi JK db RK F P

Efek Utama

A (Baris) 4,3152 1 4,3152 4,1540 <0,05

B (Kolom) 20,8897 1 20,8897 20,1091 <0,05

Interaksi (AB) 0,7411 1 0,7411 0,7134 >0,05

Ralat 78,9500 76 1,0388 - -

Total 104,8960 79 - -

xvi

xvi

UJI PASCA ANAVA DENGAN UJI KOMPARASI GANDA

METODE SCHEFFE

Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi dua jalan adalah dengan

menggunakan metode Scheffe untuk menguji H01 dan H02 mana yang lebih

baik. Rumus metode Scheffe adalah :

F =

÷÷ø

öççè

æ+

- ··

21

221

11

)(

nnMS

XX

er

Tabel data sel ( Untuk Alat Bantu ):

B

A B1 B2 TOTAL

11n =20 12n =20 =·1n 20

=11Xr

7,3565 =12Xr

6,5270 =·1Xr

6,9418 A1

å =211X 1120,5283 å =2

12X 869,6720 åå =21JX 1990,2003

=21n 20 =22n 20 =·2n 20

=21Xr

7,0845 =22Xr

5,8700 =·2Xr

6,4773 A2

å =221X 1012,3683 å =2

22X 703,7186 åå =22JX 1716,0869

=·1n 20 =·2n 20 N = 20

=·1Xr

7,2205 =·2Xr

6,1985 =Xr

6,7095 TOTAL

åå 2

1iX =2132,8966 åå 22iX =1573,3906 2

ijlX =3706,2872

Komparasi Ganda :

Komparasi antar baris

·-· 21F =

÷øö

çèæ +

-

401

401

1,0388

)6,47736,9418( 2

= 4,1540

Komparasi antar kolom

21 ·-·F . =

÷øö

çèæ +

-

401

401

1,0388

6,1985)7,2205( 2

= 20,1091

Lampiran 24

xvii

xvii

Taraf signifikasi :

Signifikansi 1%

6,98)12(HK 76;1;01,02121 =-³= ···· FF

6,98)12(HK 76;1;01,02121 =-³= ···· FF

Signifikansi 5%

3.968)12(HK 72;1;05,02121 =-³= ···· FF

3.968)12(HK 72;1;05,02121 =-³= ···· FF

Rangkuman Komparasi Rerata Pasca Anava

Rerata Statistik Uji Harga Kritik Komparasi Ganda 1 2 (F) 0,01 0,05

P Kesimpulan

·· 21 mm vs 6,9418 6,4773 4,1540 6,98 3.968 < 0,05 ·· > 21 mm (Signifikan)

21 ·· mm vs 7,2205 6,1985 20,1091 6,98 3.968 < 0,05 21 ·· > mm (Signifikan) Kesimpulan :

Pada komparasi rerata antar baris, diperoleh bahwa perbedaan rerata perlakuan

I dan II yaitu : ·1X = 6,9418 dan ·2X = 6,4773. Karena ·1X > ·2X , maka ditinjau

dari keefektifan perlakuan, perlakuan I lebih efektif daripada perlakuan II.

Pada komparasi rerata antar kolom, diperoleh bahwa perbedaan rerata

perlakuan I dan II yaitu : 1·X = 7,2205 dan 2·X = 6,1985. Karena 1·X > 2·X ,

maka ditinjau dari keefektifan perlakuan, perlakuan I lebih efektif daripada

perlakuan II.