Skripsi Pendidikan (132)

123
ix SARI Eris Khamdanah. 2005. Ketrampilan Guru dalam Mengelola Kelas pada Pembelajaran Matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I : Drs. Sutomo, M.Pd. Dosen Pembimbing II : Dra. Nurussa’adah, M.Si. Kata Kunci : Mengelola Kelas, Pembelajaran Matematika Matematika merupakan pelajaran yang menakutkan, karena pada umumnya orang berpendapat bahwa pelajaran matematika itu sulit. Dalam proses belajar dan mengajar matematika terjadi aktivitas pembelajaran dimana peran guru sangat penting. Guru dan siswa berinteraksi dan berpadu dalam menciptakan suasana belajar yang efektif. Guru memotivasi siswa agar belajar dengan baik. Untuk itu kelas harus dikelola secara professional agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana Ketrampilan guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo, (2) Faktor-faktor apa yang menghambat guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo, (3) Bagaimana cara mengatasi hambatan yang dihadapi guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Dengan tujuan penelitian ingin memperoleh informasi tentang ketrampilan guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran matematika, ingin mengetahui faktor-faktor penghambat guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran matematika dan cara mengatasinya di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga sebagai upaya peningkatan pengelolaan kelas yang efektif dan efisien guna mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, dapat dijadikan sumber bahan penting bagi para peneliti di bidang pendidikan, dapat dijadikan tolak ukur dan merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan pembenahan terhadap berbagai kekurangan bagi guru SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskripsi, dengan alasan karena peneliti tidak melakukan pengujian hipotesis. Subyek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan menyimpulkan. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik keikutsertaan di lapangan dalam rentang waktu yang panjang, triangulasi dan pengecekan anggota. viii

Transcript of Skripsi Pendidikan (132)

Page 1: Skripsi Pendidikan (132)

ix

SARI

Eris Khamdanah. 2005. Ketrampilan Guru dalam Mengelola Kelas pada

Pembelajaran Matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I : Drs. Sutomo, M.Pd. Dosen

Pembimbing II : Dra. Nurussa’adah, M.Si.

Kata Kunci : Mengelola Kelas, Pembelajaran Matematika Matematika merupakan pelajaran yang menakutkan, karena pada umumnya

orang berpendapat bahwa pelajaran matematika itu sulit. Dalam proses belajar dan

mengajar matematika terjadi aktivitas pembelajaran dimana peran guru sangat

penting. Guru dan siswa berinteraksi dan berpadu dalam menciptakan suasana belajar

yang efektif. Guru memotivasi siswa agar belajar dengan baik. Untuk itu kelas harus

dikelola secara professional agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana

Ketrampilan guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran matematika di SD

Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo, (2) Faktor-faktor apa yang

menghambat guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran matematika di SD

Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo, (3) Bagaimana cara

mengatasi hambatan yang dihadapi guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran

matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Dengan

tujuan penelitian ingin memperoleh informasi tentang ketrampilan guru dalam

mengelola kelas pada pembelajaran matematika, ingin mengetahui faktor-faktor

penghambat guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran matematika dan cara

mengatasinya di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga sebagai upaya

peningkatan pengelolaan kelas yang efektif dan efisien guna mencapai tujuan

pembelajaran yang optimal, dapat dijadikan sumber bahan penting bagi para peneliti

di bidang pendidikan, dapat dijadikan tolak ukur dan merupakan bahan pertimbangan

untuk melakukan pembenahan terhadap berbagai kekurangan bagi guru SD Negeri I

Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskripsi,

dengan alasan karena peneliti tidak melakukan pengujian hipotesis. Subyek penelitian

ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa. Pengumpulan data menggunakan teknik

observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah

peneliti sendiri. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data

dan menyimpulkan. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik keikutsertaan

di lapangan dalam rentang waktu yang panjang, triangulasi dan pengecekan anggota.

viii

Page 2: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Berdasarkan hasil penelitian ketrampilan guru dalam mengelola kelas di SD

Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo dapat dikatakan baik. Hal

ini terlihat dari usaha guru dalam mengatur kegiatan belajar dan mengajar, sehingga

terwujud suasana yang efektif dan menyenangkan serta memotivasi siswa untuk

belajar dengan baik. Faktor yang menghambat guru dalam mengelola kelas pada

pembelajaran matematika adalah masalah siswa dan fasilitas. Masalah siswa yaitu

kekurangsadaran siswa dalam memenuhi tugas dan haknya di kelas atau di sekolah.

Sedangkan masalah fasilitas yaitu ketersediaan alat peraga yang belum lengkap. Cara

mengatasi masalah tersebut adalah guru memberikan penjelasan dan kesadaran pada

siswa tentang hak kewajiban dan keharusan menghormati orang lain yaitu teman

sekelasnya. Siswa harus sadar bahwa kalau mereka menganggu temannya yang

sedang belajar berarti tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota satu masyarakat

kelas dan tidak menghormati hak siswa lain untuk mendapatkan manfaat dari

kegiatan belajar dan mengajar. Untuk ketersediaan alat peraga yang belum lengkap,

guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat alat-alat sederhana yang dapat

digunakan sebagai peraga dalam pembelajaran matematika. Saran yang diberikan

penulis yaitu guru harus mampu mengenali secara tepat berbagai masalah dalam

pengelolaan kelas baik bersifat perorangan maupun kelompok, memahami

pendekatan mana yang cocok untuk jenis masalah tertentu, guru harus memilih dan

menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah, dan dalam

mempersiapkan serta menyajikan pelajaran hendaknya menyesuaikan perbedaan

karakteristik siswa.

ix

Page 3: Skripsi Pendidikan (132)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….. iii

HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………….. v

KATA PENGANTAR…………………………………………………. vi

SARI…………………………………………………………………… viii

DAFTAR ISI…………………………………………………………… x

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xiii

DAFTAR TABEL……………………………………………………… xiv

DAFTAR BAGAN…………………………………………………….. xv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………... 1

A. Latar Belakang……………………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah………………………………………… 6

C. Fokus Permasalahan………………………………………… 7

D. Tujuan Penelitian…………………………………………… 8

E. Manfaat Penelitian………………………………………….. 8

F. Penegasan Istilah……………………………………………. 9

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………. 11

A. Pembelajaran………………………………………………... 11

a. Pengertian Pembelajaran……………………………….. 11

1. Pembelajaran menurut aliran Behavioristik………… 12

2. Pembelajaran menurut aliran Kognitif……………… 13

3. Pembelajaran menurut aliran Humanistik………….. 20

4. Pembelajaran menurut aliran Kontemporer………… 21

x

Page 4: Skripsi Pendidikan (132)

ix

b. Pembelajaran Matematika di SD……………………….. 21

1. Tujuan dan Proses Belajar Matematika…………….. 21

2. Proses Pembelajaran Matematika………………….. 25

3. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar………….. 32

B. Pengelolaan Kelas………………………………………….. 35

a. Pengertian Pengelolaan Kelas………………………….. 35

b. Tujuan Pengelolaan Kelas……………………………… 36

c. Hambatan Pengelolaan Kelas………………………….. 38

d. Masalah-Masalah Pengelolaan Kelas………………….. 40

e. Prosedur Pengelolaan Kelas…………………………… 42

f. Pendekatan Pengelolan Kelas………………………….. 45

g. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar…………………… 48

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………. 66

A. Pendekatan Penelitian………………………………….. ... 66

B. Lokasi Penelitian…………………………………………. 67

C. Subyek Penelitian………………………………………… 67

D. Teknik Pengumpulan Data……………………………….. 70

E. Instrumen Penelitian……………………………………… 70

F. Teknik Analisis Data……………………………………... 70

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data……………………. 71

H. Penulisan Laporan………………………………………... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………. 78

A. Deskripsi Umum SD Negeri I Kertek

Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo……………… 78

B. Deskripsi tentang Ketrampilan Guru dalam

Mengelola Kelas pada Pembelajaran Matematika di

SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo………………………………… 81

a. Hasil Observasi…………………………………… 82

xi

Page 5: Skripsi Pendidikan (132)

ix

b. Hasil Wawancara…………………………………. 82

C. Reduksi Data…………………………………………. 92

a. Kertampilan Guru dalam Mengelola Kelas pada

Pembelajaran Matematika di SD Negeri I Kertek

Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo………. 92

b. Faktor-faktor yang Menghambat Guru dalam

Mengelola Kelas pada Pembelajaran Matematika

di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo…………………………… 104

c. Cara Mengatasi Hambatan dalam

Mengelola Kelas pada Pembelajaran Matematika

di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo……………………………. 105

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………… 107

A. Simpulan ………………………………………………… 107

B. Saran……………………………………………………... 108

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….. 109

LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………….. 111

xii

Page 6: Skripsi Pendidikan (132)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Design Instrumen……………………………………. 111

Lampiran 2 Panduan Wawancara untuk Guru……………………. 112

Lampiran 3 Panduan Wawancara untuk Kepala Sekolah………… 115

Lampiran 4 Panduan Wawacara untuk Siswa…………………….. 116

Lampiran 5 Lembar Observasi……………………………………. 118

Lampiran 6 Hasil Wawancara…………………………………….. 120

Lampiran 7 Hasil Observasi………………………………………. 149

Lampiran 8 Hasil Dokumentasi…………………………………… 161

Lampiran 9 Surat Penelitian………………………………………. 165

xiii

Page 7: Skripsi Pendidikan (132)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Sarana dan Prasarana SD Negeri I Kertek………………………. 79

Tabel 2 Tenaga Pendukung SD Negeri I Kertek………………………… 79

Tabel 3 Jumlah Siswa SD Negeri I Kertek………………………………. 80

xiv

Page 8: Skripsi Pendidikan (132)

ix

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 4.1. Struktur SD Negeri I Kertek ………………………………. 80

Bagan 4.2. Struktur Organisasi Siswa…………………………………. 100

Page 9: Skripsi Pendidikan (132)

ix

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2005

Eris Khamdanah

NIM. 1102401006

iv

Page 10: Skripsi Pendidikan (132)

ix

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 25 Agustus 2005

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Siswanto, M.M. Dra. Nurussa’adah. M. Si.

NIP. 130515769 NIP. 131469642

Tim Penguji

Penguji I

Drs. Haryanto

NIP. 131404301

Penguji II

Drs. Sutomo, M.Pd.

NIP. 131125641

Penguji III

Drs. Nurussa’adah, M.Si.

NIP. 131469642

iii

Page 11: Skripsi Pendidikan (132)

ix

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Barang siapa menginginkan kebaikan di dunia, hendaknya mencari ilmu dan barang

siapa menginginkan kebaikan di akhirat, hendaknya mencari ilmu dan barang siapa

menginginkan kedua-duanya, hendaknya mencari ilmu.

(Hadis Nabi)

Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah SWT akan

memudahkan bagi orang itu karena ilmu tersebut jalan menuju ke surga.

(H.R. Muslim)

Guru adalah ujung tombak penentu keberhasilan pendidikan di sekolah.

(Zacharie)

PERSEMBAHAN

1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendo’akanku

2. Adikku “Ervin dan Ayu” yang selalu menjadi

semangatku

3. Mas Iwan yang selalu memotivasiku

4. Keluarga besar H. Budi Wicahyo yang telah memberikan

dukungan

5. Rekan-rekan angkatan 2001 Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan

v

Page 12: Skripsi Pendidikan (132)

ix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini

berpengaruh disegala dimensi kehidupan, termasuk bidang pendidikan lebih khusus

lagi pengajaran matematika. Menurut Paling (1982:1) Matematika merupakan salah

satu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu

cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,

menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah

memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan

hubungan-hubungan.

Bidang studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang, yaitu

aritmetika, aljabar dan geometri. Menurut Dali S. Naga (1980:1), aritmatika atau

berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan-

hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan terutama menyangkut

penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Secara singkat aritmetika atau

berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan.

Dalam konteks yang aplikatif, proses belajar - mengajar merupakan inti dari

proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru dan siswa pemegang peranan

penting. Usman menyatakan bahwa proses belajar - mengajar merupakan suatu proses

yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal

Page 13: Skripsi Pendidikan (132)

ix

balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama

bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (2000:4).

Suryosubronto menyatakan bahwa proses belajar-mengajar meliputi kegiatan-

kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai

evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran (1997:19).

Lebih lanjut S. Bloom dalam Hamalik (1995:19) merintis tujuan pembelajaran

mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam hal ini mengarah pada

kognitifnya yang mempunyai enam kegiatan yaitu:

a. Knowledge/pengetahuan, contoh tujuan yang terkait dengan kemampuan

mengingat, menghafal, menyebut ulang dan meniru.

b. Comprehention/pemahaman, contoh tujuan yang berkait dengan tujuan untuk

mengerti, menyatakan kembali bentuk lain dan menginterpretasi.

c. Aplication/penerapan, contoh tujuan yang terkait dengan penerapan teori, prinsip

dan informasi.

d. Analize/analisis, contoh tujuan yang terkait dengan analisis masalah.

e. Synthesa/sintesis, contoh tujuan yang terkait dengan penggabungan bagian-

bagian dalam wadah.

f. Evaluation/evaluasi, contoh tujuan yang terkait dengan menentukan suatu kriteria

tertentu pada suatu kegiatan (Hamalik, 1995:19).

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran bertujuan untuk

melatih manusia agar menjadi lebih bisa dan menjadi lebih baik, sehingga guru harus

Page 14: Skripsi Pendidikan (132)

ix

dapat sedemikian rupa menciptakan situasi belajar yang menyenangkan sehingga

siswa dapat memahami materi pelajaran. Agar guru dapat melaksanakan proses

pembelajaran dengan lebih baik, ia harus mempunyai kesiapan baik mental, personal

dan sosial.

Gejolak kehidupan dan perkembangan masyarakat, bangsa dan negara serta

bahkan kehidupan dunia pada umumnya menjadikan matematika sarat akan materi

sehingga diperlukan keterkaitan dengan komponen dalam proses pembelajaran.

Sugito menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar terdapat komponen-

komponen yang saling terkait yang meliputi tujuan pengajaran, guru dan peserta

didik, bahan pelajaran, metode/strategi belajar mengajar, alat/media, sumber

pelajaran dan evaluasi (1994:3).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa proses belajar-mengajar akan

dapat terselenggara secara efektif manakala peran guru berjalan secara baik, sebagai

pengajar maupun sebagai pendidik. Dalam hal ini berkaitan dengan pengelolaan

kelas, melalui guru yang benar-benar profesional dalam mengelola kelas diharapkan

tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal serta dapat mengkontribusi

keluaran yang berkualitas.

Telah menjadi pendapat umum, bahwa matematika adalah mata pelajaran yang

sulit dipelajari, seperti yang dikemukakan oleh Tiro (1996:78) “Pengajaran tanpa

dikaitkan dengan ilmu lain bisa mengakibatkan siswa merasa dan mengganggap

matematika sebagai pelajaran yang kering, tidak menarik dan membosankan”.

Penanaman konsep matematika perlu diberikan pada anak sedini mungkin dalam

Page 15: Skripsi Pendidikan (132)

ix

pendidikan formal, mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari,

karena hampir semua cabang ilmu pengetahuan pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi menggunakan matematika didalam pelajarannya.

Setiap teori matematika harus memperhitungkan kekuatan matematika, yaitu

aplikasinya kedalam ilmu lain terutama sain (IPA) dan keindahan matematika,

matematika bukanlah untuk keperluan dirinya sendiri, tapi bermanfaat untuk sebagian

besar ilmu lain. Dengan kata lain matematika mempunyai peranan yang sangat

esensial untuk ilmu lain terutama sain dan teknologi (Hudoyo, 1988:74).

Oleh sebab itu salah satu cara untuk mengenalkan matematika adalah dengan

jalan peran serta aktif guru untuk menumbuhkan kesadaran dan membangkitkan

minat serta memiliki sikap kreatif dan inovatif kepada siswa. Guru SD merupakan

guru kelas, bukannya guru mata pelajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut

untuk menguasai seluruh mata pelajaran yang diajarkan di SD. Selain penguasaan

materi dan metode mengajar seorang guru juga memerlukan kesabaran dalam

membimbing dan mengarahkan murid dalam proses belajar-mengajar.

Menurut Supartinah (1990: 9) kesulitan siswa dalam belajar matematika

disebabkan karena banyak guru yang kurang menguasai materi pelajaran matematika

dan tidak kreatif dalam menyajikannya. Seorang guru pada saat memberikan materi

melaksanakan pengorganisasian isi pelajaran dalam urutan yang terencana dan mudah

dipahami siswa sehingga pada saat menjelaskan seorang guru dapat menunjukkan

hubungan antara sebab dan akibat, antara yang diketahui atau antara hukum yang

berlaku umum dengan bukti atau contoh sehari-hari. Penyajian yang menarik dan

Page 16: Skripsi Pendidikan (132)

ix

bervariasi akan menghindarkan tekanan dan ketegangan pada diri anak, sehingga

akan melahirkan sikap suka atau gemar matematika.

Oleh karenanya tidak mengherankan apabila nilai rata-rata pelajaran

matematika pada Ujian Akhir Nasional Tahun Ajaran 2003/2004 di SD Negeri I

Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo menduduki tempat terakhir dari

lima bidang studi yang diujikan. Dengan nilai rata-rata sebagai berikut: PPKn 80,81;

IPS 68,75; Bahasa Indonesia 66,38; IPA 63,64; Matematika 57,14.

Pengelolaan kelas merupakan segala usaha yang diharapkan untuk mewujudkan

suasana belajar-mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi

siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan (Ahmad Djauzah,

1994:1)

Di kelaslah aspek pendidikan dan pengajaran bertemu dan berproses.

Terlaksananya aktifitas pengajaran di kelas peran guru sangatlah strategis (Tim

Pengelola MKDK, 1997:1). Guru dengan segala kemampuan-kemampuannya siswa

dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya, kurikulum dengan segala

komponennya dan materi serta sumber pengajaran dengan segala sumber pokok

bahasan bertemu, berpadu dan berinteraksi di kelas. Oleh sebab itu, sudah selayaknya

kelas dikelola secara baik, professional dan terus menerus (Ahmad Djauzak, 1994:1).

Berdasarkan pada uraian di atas maka seorang guru dituntut mampu dan

terampil secara profesional dalam mengelola kelas atau manajemen kelas, mulai dari

penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar,

mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar-mengajar dan pengaturan waktu,

Page 17: Skripsi Pendidikan (132)

ix

sehingga proses belajar-mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat

tercapai. Karena kenyataannya, seperti yang dikemukakan oleh Tiro (1996:78) dan

Supartinah (1990:9) bahwa siswa beranggapan bahwa matematika merupakan

pelajaran yang sulit dan menakutkan sehingga siswa kurang menyadari kewajibannya

dalam proses pembelajaran, sehingga muncul tindakan-tindakan yang tidak

diinginkan misal anak bicara sendiri, anak melamun dan anak yang menganggu

temannya. Dan guru yang tidak profesional dan berkompeten di bidang matematika

sehingga kurang mempersiapkan dan memperhatikan hal-hal yang dilakukan dalam

pembelajaran matematika. Hal ini mendorong penulis untuk mengadakan penelitian

mengenai ketrampilan guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran matematika di

SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas ternyata memunculkan

aspek-aspek penelitian yang cukup komplek. Oleh karena itu perlu adanya

identifikasi terhadap masalah-masalah secara umum sebelum menetapkan

permasalahan pokok penelitian.

Masalah-masalah yang muncul secara umum yang diperoleh melalui

pengamatan dan analisis sehingga dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

Matematika merupakan pelajaran yang sulit sehingga siswa malas untuk belajar,

bagaimanakah cara guru untuk memberi motivasi agar siswa menjadi gemar

dengan pelajaran matematika?

Page 18: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Bagaimana ketrampilan guru dalam mengelola kelas pada proses pembelajaran

matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo?

Hal-hal apa yang mendukung guru dalam mengelola kelas sehingga tujuan

pembelajaran matematika dapat tercapai?

Metode apakah yang digunakan guru dalam proses pembelajaran matematika?

Faktor- faktor apa yang menghambat guru dalam mengelola kelas pada proses

pembelajaran matematika?

Bagaimana cara mengatasi hambatan yang dihadapi guru dalam mengelola kelas

pada proses pembelajaran matematika?

Adakah pengaruh antara pengelolaan kelas dengan prestasi belajar matematika di SD

Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo?

C. Fokus Permasalahan

Mengingat keterbatasan waktu dan keterbatasan kemampuan peneliti dalam

melakukan penelitian ini, maka aspek-aspek permasalahan yang diajukan dalam

identifikasi masalah di atas tidak mungkin semuanya diteliti, sehingga perlu dipilih

masalah yang paling sesuai dan tepat untuk diteliti sebagai masalah pokok yang akan

dikaji:

Bagaimana ketrampilan guru dalam mengelola kelas pada proses pembelajaran

matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo?

Page 19: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Faktor- faktor apa yang menghambat guru dalam mengelola kelas pada proses

pembelajaran matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo?

Bagaimana cara mengatasi hambatan yang dihadapi guru dalam mengelola kelas pada

proses pembelajaran matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo?

D. Tujuan Penelitian

Ingin memperoleh informasi tentang ketrampialn guru dalam mengelola kelas pada

proses pembelajaran matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo.

Ingin mengetahui faktor- faktor penghambat guru dalam mengelola kelas pada proses

pembelajaran matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo.

Ingin mengetahui cara mengatasi hambatan yang dihadapi guru dalam mengelola

kelas pada proses pembelajaran matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan

Kertek Kabupaten Wonosobo.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan:

Page 20: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Memberikan masukan yang berharga sebagai upaya peningkatan pengelolaan kelas

yang efektif dan efisien guna mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

Dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi para peneliti di bidang pendidikan.

Dapat dijadikan tolak ukur dan merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan

pembenahan terhadap berbagai kekurangan bagi guru SD Negeri I Kertek

Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo dalam melaksanakan tugas profesinya,

khususnya dalam mengelola kelas.

F. Penegasan Istilah

Untuk mempermudah dalam membaca dan menangkap arti serta mendapatkan

gambaran yang utuh akan isi dan jalannya penelitian, maka perlu dijelaskan beberapa

istilah sebagai berikut:

a. Ketrampilan guru

Ketrampilan adalah Kecekatan; kecakapan atau kemampuan untuk melakukan

sesuatu dengan baik dan cermat (W.J. Purwadarminta, 2003:628). Guru sebagai

tenaga pengajar merupakan tenaga pendidikan yang khusus diangkat dengan tugas

utama mengajar (Tim Pengelola MKDK, 1997:2). Dengan demikian yang dimaksud

dengan ketrampilan guru adalah kecakapan untuk melakukan tugas-tugas dalam

mengajar.

b. Mengelola kelas

Drs. Winarno mengatakan bahwa mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai

dari penyusunan data, merencana, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan

pengawasan dan penilaian (dalam Suharsimi Arikunto,1987:8). Yang dimaksud

Page 21: Skripsi Pendidikan (132)

ix

dengan kelas adalah ruangan belajar atau rombongan belajar (Djauzak

Ahmad,1994:1). Jadi yang dimaksud mengelola kelas adalah suatu usaha untuk

menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal.

c. Proses pembelajaran matematika

Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk

membantu siswa atau anak didik, agar mereka dapat belajar sesuai dengan

kebutuhan dan minatnya. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan

prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai

bilangan (Tim Penyusunan KBBI, 1993: 566). Jadi yang dimaksud dengan proses

pembelajaran matematika adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam mengajarkan

ilmu tentang bilangan.

d. SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo adalah tempat

terjadinya proses belajar-mengajar, dimana penelitian ini akan dilakukan.

Page 22: Skripsi Pendidikan (132)

ix

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Penggunaan istilah pembelajaran sebagai pengganti istilah mengajar yang cukup

lama dipakai didalam dunia pendidikan. Menurut para pakar pendidikan, praktek

mengajar di sekolah-sekolah pada umumnya lebih banyak berpusat pada guru.

Artinya bila guru mengajar ia lebih mempersiapkan dirinya supaya berhasil dalam

menyampaikan materi pelajaran. Ia harus menguasi materi, harus menguasai metode

mengajar, mampu melakukan evaluasi belajar dan lain-lain, tanpa memperhatikan

bahwa siswa-siswanya dapat belajar atau tidak. Jadi siswa hanya sebagai obyek,

padahal siswa adalah subyek pendidikan. Oleh karena itu istilah mengajar yang

dianggap berkonotasi teacher centered diganti dengan istilah pembelajaran,

diharapkan guru selalu ingat bahwa tugasnya adalah membelajarkan siswa dengan

kata lain membuat siswa dapat belajar untuk mencapai hasil yang optimal.

Menggunakan istilah mengajar pada saat ini tentu saja tidak dilarang, asal dalam

pengertian yang terkandung dalam pembelajaran.

Page 23: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Sesuai dengan pengertian belajar secara umum, yaitu bahwa belajar

merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku,

maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

sedemikia rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik.

Secara khusus pembelajaran diartikan sebagai berikut:

Pembelajaran menurut aliran behavioristik

Pembelajaran adalah usaha membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan

menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan lingkungan dengan tingkah laku si

belajar, karena itu juga disebut pembelajaran perilaku.

Dalam pembelajaran perilaku tidak lepas dari prinsip bahwa perilaku berubah

menurut konsekuensi-konsekuensi langsung. Konsekuensi itu bisa menyenangkan

(reinforcement) dan bisa juga tidak menyenangkan (punishment). Pembelajaran yang

menyenangkan akan memperkuat perilaku, sebaliknya pembelajaran yang kurang

menyenangkan akan memperlemah perilaku.

1. Perlu diberikan reinforcement (penguatan) untuk meningkatkan motivasi kegiatan

belajar.

2. Pemberian penguatan itu dapat berupa reinforcer social (senyuman, pujian),

reinforcer aktivitas (pemberian mainan) dan reinforcer simbolik (uang, nilai).

3. Hukuman (punishment) dapat digunakan sebagai alat pembelajaran, tetapi perlu

hati-hati. Hukuman dapat dipikirkan sebagai alat pendidikan terakhir setelah anak

11

Page 24: Skripsi Pendidikan (132)

ix

melakukan kesalahan, kemalasan dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya guru

tidak boleeh sambil marah atau karena dendam.

4. Kesegeraan konsekuensi (immediacy), perilaku belajar yang segera diikuti

konsekuensi akan lebih berpengaruh dari perilaku yang disertai konsekuensi yang

lambat. Maka hendaknya dalam pembelajaran terutama untuk anak Sekolah Dasar

guru segera memberikan pujian atau teguran setelah anak berhasil atau tidak

berhasil melakukan kegiatan belajar.

5. Pembentukan (shaping), dalam upaya mencapai tujuan disamping guru

memberikan pengajaran juga memberikan penguatan agar tujuan dapat tercapai.

Misalnya dalam pembelajaran matematika siswa berlatih mengerjakan soal-soal

tentang bangun ruang, pada saat melakukan latihan guru memberikan penguatan

sehingga TIK dan TIU yang diharapkan dapat terwujud. Guru tersebut dikatakan

telah melakukan pembentukan (shaping).

Menurut Prasetya Irawan (1994) secara umum penerapan prinsip belajar

perilaku, nampak dalam langkah-langkah pembelajaran berikut:

1. Menentukan tujuan instraksional.

2. Menganalisis lingkungan kelas termasuk identifikasi ”entry behaviour” siswa

3. Menentukan materi pelajaran

4. Memecahkan materi pelajaran menjadi bagian -bagian kecil

5. Menyajikan materi pelajaran

6. Memberikan stimulus yang mungkin berupa pertanyaan, latihan dan tugas-tugas

Page 25: Skripsi Pendidikan (132)

ix

7. Mengamati dan mengkaji respon siswa

8. Memberikan penguatan (positif atau negatif)

9. Memberikan stimulus baru

10. Dan seterusnya

Pembelajaran menurut aliran kognitif

Tiga tokoh penting dalam pengembangan pembelajaran menurut aliran kognitif

adalah Piaget, Bruner dan Ausubel.

1. Jean Piaget

Piaget mengemukakan tiga prinsip utama pembelajaran yaitu:

a. Belajar Aktif

Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari

dalam subyek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya

perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri,

misalnya melakukan percobaan, manipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan

dan mencari jawab sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan

temannya.

b. Belajar lewat interaksi sosial

Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya

interaksi di antara subyek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama, baik di

antar sesama, anak-anak maupun dengan orang dewasa akan membantu

perkembangan kognitif mereka. Tanpa interaksi sosial perkembangan kognitif anak

Page 26: Skripsi Pendidikan (132)

ix

akan tetap bersifat egosentris. Sebaliknya lewat interaksi sosial, perkembangan

kognitif anak akan mengarah ke banyak pandangan artinya khasanah kognitif anak

akan diperkaya dengan bermacam-macam sudut pandang dan alternatif tindakan.

c. Belajar lewat pengalaman sendiri

Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila di dasarkan pada

pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan berkomunikasi. Bahasa memang

memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif, namun bila menggunakan

bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tanpa pernah karena pengalaman

sendiri, maka perkembangan anak cenderung mengarah ke verbalisme. Pembelajaran

di sekolah hendaknya dimulai dengan memberikan pengalaman-pengalaman nyata

dari pada dengan pemberitahuan-pemberitahuan, atau pertanyaan-pertanyaan yang

jawabannya harus persis seperti yang dimaui guru. Disamping akan membelenggu

anak dan tidak adanya interaksi sosial, belajar verbal tidak menunjang perkembangan

kognitif anak yang lebih bermakna. Oleh karena itu Piaget sependapat dengan prinsip

pendidikan dari kongrit ke abstrak dari khusus ke umum.

2. Bruner

Bruner menyatakan bahwa dalam belajar ada empat hal pokok penting yang

perlu diperhatikan yaitu peranan pengalaman struktur pengetahuan, kesiapan

mempelajari sesuatu, intuisi dan cara membangkitkan motivasi belajar. Maka dengan

pengajaran di sekolah Bruner mengajukan bahwa dalam pembelajaran hendaknya

mencakup :

a. Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar

Page 27: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Pembelajaran dari segi siswa adalah membantu siswa dalam hal mencari

alternatif pemecahan masalah. Dalam mencari masalah melalui penyelidikan dan

penemuan serta cara pemecahannya dibutuhkan adanya aktivitas, pemeliharaan dan

pengarahan. Artinya bahwa penyelidikan alternatif-alternatif dan cara pemecahannya

membutuhkan pengalaman melakukan sesuatu dan kemudian pengalaman yang

positif perlu dipelihara dan dipertahankan. Untuk itu diperlukan arahan guru agar apa

yang telah dilakukan siswa tidak banyak kesalahan. Maka guru hendaknya memberi

kesempatan sebaik-baiknya agar siswa memperoleh pengalaman optimal dalam

proses belajar dan meningkatkan kemauan belajar.

b. Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal

Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu

pengetahuan yang dipelajari anak-anak. Struktur pengetahuan mempunyai tiga ciri,

yang mempengaruhi kemampuan untuk menguasainya. Ketiga cara itu ialah

penyajian, ekonomi dan kuasa (Ratna Willis Dahar, 1996).

1) Penyajian

Penyajian dilakukan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Cara penyajian

enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Dengan cara enaktif

seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau

kata-kata, jadi berupa penyajian kejadian-kejadian lampau melalui respon-respon

motorik. Penyajian anaktif didasarkan pada belajar tentang respon-respon dan bentuk-

bentuk kebiasaan.

Page 28: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan

oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak

mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga menyatakan konsep

kesegitigaan. Penyajian ikonik terutama dikendalikan oleh prinsip-prinsip organisasi

perseptual dan oleh transformasi-transformasi secara ekonomis dalam organisasi

perseptual.

Cara penyajian simbolik yaitu dengan mendekati masa adolesi, bagi

seseorang sebab bahasa menjadi penting sebagai suatu media berfikir. Maka orang

mencapai suatu transisi dari penggunaan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian

simbolik yang didasarkan pada sistem berfikir abstrak, arbriter dan lebih fleksibel.

Penyajian simbolik dibuktikan oleh kemauan seseorang lebih memperhatikan

proposisi atau pernyataan dari pada obyek- obyek, memberikan struktur hirarkis pada

konsep-konsep dan kemungkinan alternatif dalam suatu cara kombinatorial.

2) Ekonomi

Dalam penyajian suatu pengetahaun akan dihubungkan dengan sejumlah

informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai

pemahaman. Makin banyak jumlah informasi yang harus dipelajari siswa untuk

memahami sesuatu, makin banyak langkah-langkah yang harus ditempuh. Misalnya

merangkum deskripsi hubungan antara panjang dan tinggi persegi panjang dengan

rumus, akan lebih ekonomis dibandingkan dengan penyajian tabel tentang hasil

pengamatan mengenai hubungan panjang dan tinggi persegi panjang.

3) Kuasa kekuatan

Page 29: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Kuasa dari suatu penyajian dapat juga diartikan sebagai kemampuan

penyajian untuk menghubung-hubungkan hal-hal yang kelihatannya sangat terpisah-

pisah.

c. Perincian urutan penyajian materi pelajaran

Pendekatan pembelajaran dilakuakn dengan siswa dibimbing melalui urutan

masalah, sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan

kemampuan dalam menerima, mengubah dan menstranfer apa yang telah dipelajari.

Urutan materi pelajaran dalam suatu ranah pengetahuan mempengaruhi kesulitan

siswa dalam mencapai penguasaan tertentu. Urutan yang optimal dalam penyajian

materi pelajaran dipengaruhi faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak,

sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.

d. Cara pemberian reinforcement

Dalam teorinya Brunner mengemukakan bentuk hadiah atau pujian, dan

hukuman perlu dipikirkan cara penggunaannya dalam proses belajar-mengajar. Sebab

ia mengakui bahwa suatu ketika hadiah ekstrensik, bisa berubah menjadi dorongan

bersifat instrinsik. Dengan demikian juga pujian dari guru dapat menjadi pendorong

yang bersifat instrinsik. Tujuan pembelajaran adalah menjadikan siswa merasa puas.

3. Ausubel

Ausabel mengemukakan teori belajar bermakna (meaningful learning).

Belajar bermakna adalah proses mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep

yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Pembelajaran dapat

menimbulkan belajar bermakna jika memenuhi prasyarat yaitu (1) materi yang akan

Page 30: Skripsi Pendidikan (132)

ix

dipelajari bermakna secara potensial, (2) anak yang belajar bertujuan melaksanakan

kegiatan bermakna. Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung dari

materi itu memiliki kebermaknaan logis dan potensial tergantung dari materi itu

memiliki kebermaknaan logis dan gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat

dalam struktur kognitif siswa. Berdasarkan pandangannya tentang belajar bermakna,

maka Ausebel mengajukan empat prinsip pembelajaran yaitu:

a. Pengaturan awal

Pengaturan awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu

mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya.

Penggunaan pengaturan awal yang tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai

macam materi pelajaran, terutama materi pelajaran yang telah mempunyai struktur

yang teratur. Pada saat mengawali pembelajaran dengan presentasi suatu pokok

bahasan sebaiknya pengaturan awal itu digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih

bermakna.

b. Diferensiasi progresif

Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan kolaborasi konsep-

konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif diperkenalkan dahulu

kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran itu dari umum ke

khusus.

c. Belajar superordinat

Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami

pertumbuhan ke arah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan

Page 31: Skripsi Pendidikan (132)

ix

dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus

berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru belajar superordinat akan

terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya merupakan unsur-unsur

dari suatu konsep yang lebih luas dan inklusif.

1) Penyesuaian integratif

Pada suatu saat siswa kemumgkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua

atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila

nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan

kognitif itu Ausubel maengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integratif.

Caranya, materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat

menggunakan hierarki-hierarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi

disajikan.

3. Pembelajaran menurut aliran humanistik

Pembelajaran humanistik sebenarnya lebih dipengaruhi oleh pandangan filsafat

pendidikan humanisme. Filsafat pendidikan humanistic sangat mementingkan adanya

rasa kemerdekaan dan tanggung jawab. Bila seseorang mampu mengaktualisasikan

dirinya dengan bebas tanpa karena tekanan lingkungan, ia akan mencapai

kesejahteraan. Maka tujuan pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia, agar

manusia mampu mengaktualisasikan diri sebaik-baiknya. Untuk pembelajaran

hendaknya menjadikan si belajar itu dapat memahami lingkungan dan dirinya sendiri.

Prinsip yang tampak dalam kegiatan pembelajaran adalah pembelajaran humanistic

Page 32: Skripsi Pendidikan (132)

ix

cenderung mendorong anak untuk berfikir induktif, karena mementingkan faktor

pengalaman dan keterlibatan aktif dalam proses belajar.

Belajar akan membawa perubahan bila orang yang belajar bebas menentukan

bahan pelajaran dan cara yang dipakai untuk mempelajarinya. Dengan demikian

pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan

pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Tentu

saja kebebasan yang dimaksud tidak keluar dari kerangka belajar. Pembelajaran yang

bersifat humanistik ini mungkin sukar menerapkannya secara penuh, mengingat

kondisi sosial dan budaya yang tidak menunjang.

Setidaknya guru yang humanis atau siapapun guru tersebut dengan konsep

humanistik dapat memberikan layanan belajar tetap berasal dari kurikulum yang

berlaku, hanya gaya-gaya mengajar dengan penuh tekanan dan ancaman dapat

dikurangi bahkan dihilangkan.

4. Pembelajaran berdasarkan teori kontemporer

Pembelajaran teori kontemporer adalah pembelajaran berdasar teori belajar

konstruktivisme. Pembelajaran berfungsi membekali kemampuan siswa mengakses

berbagai informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Sesuai dengan pinsip belajar teori

konstruktivisme maka dalam pembelajarannya nampak ada pergeseran fungsi guru

dan buku sumber sebagai buku informasi. Dalam kaitan perolehan informasi siswa

mempunyai kemampuan mengakses beragam informasi yang dapat digunakan untuk

belajar. Maka guru lebih berfungsi membekali kemamapuan siswa daalm menyeleksi

informasi informasi yang dibutuhkan. Informasi tidak memuat satu-satunya

Page 33: Skripsi Pendidikan (132)

ix

kebenaran, tetapi informasi hanya memiliki makna dala konteks waktu, tempat,

permasalahan dan bidang tertentu.

b. Pembelajaran Matematika di SD

1. Tujuan dan Proses Belajar Matematika

Menurut Hudojo (1988:5) sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-

hubungannya sangatlah memerlukan simbol-simbol. Simbol diperlukan untuk

membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbolisasi

mengenai adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk

suatu konsep dan konsep baru. Konsep baru tersebut karena adanya pemahaman

terhadap konsep sebelumnya, sehingga matematika itu konsep-konsepnya tersusun

secara hirarkis.

Karena matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol maka

konsepnya harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu.

Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu telah didasari pada

apa yang telah dipelajari oleh orang itu. Karena untuk mempelajari suatu materi

matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan

mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut.

Tujuan umum pengajaran matematika di pendidikan dasar adalah:

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam

kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas

dasar pemikiran logis, rasional kritis, cermat, jujur dan efektif.

Page 34: Skripsi Pendidikan (132)

ix

2. Mempersiapkan siswa dapat menggunakan matematika dengan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu

pengetahuan.

Sedangkan tujuan khusus pengajaran matematika di Sekolah Dasar adalah:

1. Menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai alat dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan

matematika.

3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut

di SMP

4. Membentuk sikap jujur, kritis, cermat dan disiplin.

Mengingat matematika merupakan materi yang berupa simbol abstrak, tetapi

harus dikuasai oleh anak manusia sejak kanak-kanak maka kegiatan ini perlu

direncanakan. Maka dalam menggunakan rumus matematika tanpa pengertian yang

mendalam akan menjadi hafalan, namun menghafal dalam pengajaran matematika

harus disadari pengertian terlebih dahulu karena tidak ada konsep atau teori

matematika yang perlu dihafal tanpa pengertian (Hudojo, 1988:95).

Disampig itu pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mengacu pada

beberapa alasan yang berkaitan dengan teknologi, karena matematika merupakan

salah satu bidang studi di SD yang digunakan untuk menumbuh kembangkan

kemampuan dan membentuk pribadi siswa yang bersumber pada perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Adapun alasan-alasan tersebut antara lain: (1) Dengan

Page 35: Skripsi Pendidikan (132)

ix

matematika manusia dapat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti

berhitung, mencari luas volume benda dan sebagainya, (2) Matematika dapat

dimanfaatkan untuk melayani disiplin ilmu lain seperti fisika, kimia, ekonomi dan

sebagainya, (3) Dengan matematika dapat dipakai sebagai alat prediksi seperti dalam

perkiraan cuaca, pertumbuhan penduduk dan sebagainya.

Tujuan intern pendidikan matematika di SD menurut Wirasto yang dikutip oleh

Ramelan (1985:80) adalah:

1. Penanaman pengertian pada peserta didik harus mengetahui dengan jelas, arti

setiap kata yang dipakai.

2. Penyusunan logis, setiap dalil harus diketahui bagaimana cara mendapatnya.

3. Kecakapan menggunakan matematika, para siswa diusahakan menghadapi soal-

soal yang berarti sehingga anak merasa bahwa kemampuan mereka bertambah.

Lebih lanjut Hudojo menyatakan bahwa ditinjau dari ranah kognitif sebenarnya

tujuan utama pengajaran matematika itu adalah pencapaian transfer belajar. Segala

usaha dikerahkan, agar peserta didik berhasil menguasai ketrampilan dalam

pengetahuan matematika untuk dapat memecahkan masalah-masalah, baik dalam

matematika itu sendiri maupun di dalam ilmu lain (1989:102).

Proses belajar matematika sangatlah mementingkan penanaman konsep,

sehingga memudahkan siswa untuk mengerjakan soal- soal yang diberikan. Hal ini

dapat dilakukan dengan menanamkan pengertian- pengertian melalui pengalaman

anak dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam permainan, baik di sekolah

maupun di rumah yang dapat dijadikan unsur dalam pengajaran matematika kegiatan

Page 36: Skripsi Pendidikan (132)

ix

tersebut dilakukan karena matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep abstrak,

yang disusun secara hirarkis dan penelaahannya deduktif. Hal ini tentu saja membawa

akibat pada bagaimana terjadinya proses belajar matematika itu.

Berdasarkan pengalaman kegiatan belajar-mengajar yang sangat rinci tersebut,

mengakibatkan pemahaman dan penguasaan konsep-konsep matematika menjadi

sangat dangkal karena mementingkan hasil belajar yang terisolasi dengan

mengabaikan proses belajarnya (Hudojo, 1988:92). Lebih lanjut Hudojo mengatakan,

karena kehirarkisan matematika itu belajar matematika yang terputus-putus akan

memgganggu terjadinya proses belajar mengajar. Berarti proses belajar matematika

akan terjadi dengan lancar bila belajar matematika dilakukan secara kontinu. Karena

dalam proses belajar matematika terjadi juga proses berfikir, sebab orang dikatakan

berfikir bila seseorang itu melakukan kegiatan mental. Di dalam berfikir, orang itu

menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah direkam

dalam pikirannya sebagai pengertian-pengertian. Dari pengertian tersebut

terbentuklah pendapat yang pada akhirnya ditarik kesimpulan. Tentunya kemampuan

berfikir seseorang tersebut dipengaruhi oleh intelegensinya dengan demikian terlihat

adanya kaitan antara intelegensi dengan proses belajar matematika.

2. Proses Pembelajaran Matematika

Muhibbin Syah (1995:111) proses adalah suatu perubahan yang menyangkut

tingkah laku atau kejiwaan. Sedangkan proses belajar adalah suatu tahapan perubahan

perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan

tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada

Page 37: Skripsi Pendidikan (132)

ix

keadaan sebelumnya. Hal ini berarti dikatakan terjadi proses belajar bila seseorang

menunjukkan tingkah laku yang tidak sama. Perubahan-perubahan yang terjadi ini

bertahap dan timbul melalui fase-fase antara yang satu dengan yang lainnya bertalian

secara berurutan dan fungsional.

Syah (1995:112) mengemukakan bahwa setiap proses belajar selalu

berlangsung dalam tiga tahapan sebagai berikut:

1) Acquation (tahap perolehan atau penerimaan informasi)

Pada tingkatan ini seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus

dan melakukan respon terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan aktivitas

baru.

2) Strorege (tahap menyimpan informasi )

Pada tingkatan ini seorang siswa akan mengaktifkan fungsi-fungsi memorinya,

misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval

pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan

mereduksi kembali apa yang tersimpan dalam materi.

3) Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)

Pada tingkatan ini seseorang siswa akan mengaktifkan fungsi-fungsi

memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah.

Pross retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam

mengungkapkan dan memproduksi kembali apa yang tersimpan dalam memori.

Dalam peroses pembelajaran matematika selain memerlukan tiga tahap proses

belajar juga untuk mencapai hasil belajar yang optimal harus didukung oleh teori-

teori belajar matematika yang dapat mengenai sasaran pembelajran matematika

Page 38: Skripsi Pendidikan (132)

ix

tersebut (Dienes, 1988:115). Sistem pengajaran dibuat dalam usaha peningkatan

pengajaran matematika agar lebih mudah dipelajari dan lebih menarik. Menurut

pengamatan dan pengalaman, anak-anak menyenangi pelajaran matematika pada

permulaan berkenalan dengan matematika yang sederhana, tetapi apabila anak sudah

mulai menghadapi materi yang lebih sukar minat makin berkurang. Kesulitan yang

mereka hadapi dikarenakan kekeliruan dalam menghadapi konsep mengenai

pendekatan dalam pembelajaran matematika. Dienes berpandangan bahwa

pendekatan itu semestinya harus dilakukan: (1) Terdapat proses wajar yang pasti

harus dialami agar ia dapat memahami konsep matematika yaitu: tahap bermain

dengan benda-benda kongkrit, tahap mengurutkan pengalaman sehingga menjadi

kebulatan yang bermakna, tahap pemahaman konsep dan tahap mengaplikasikannya,

(2) Matematika adalah ilmu kreatif karena itu harus dipelajari dan diajarkan sebagai

ilmu seni, (3) Konsep yang harus diajarkan berhubungan dengan konsep yang sudah

dipahami, dan (4) Agar siswa memperoleh sesuatu dari pelajaran matematika maka

siswa harus mampu merubah suasana kongkrit dalam perumusan abstrak dengan

menggunakan simbol-simbol.

Belajar menurut Piaget, seorang ilmuwan yang mempelajari cara berfikir anak.

Ruang lingkup teori Piaget antara lain mencakup perkembangan anak intelekual,

faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan intelektual dan konstruksi

pengetahuan. Menurut Piaget setiap individu mengalami tingkatan perkembangan

intelektual. Semua anak melalui setiap tingkatan, tetapi dengan kecepatan yang

berbeda.. Urutan perkembangan intelektual sama untuk semua anak. Tingkatan

Page 39: Skripsi Pendidikan (132)

ix

tersebut adalah: (1) Sensori motor (0-2 tahun), (2) Pra-operasional (2-7 tahun), (3)

Operasional Kongkrit (7-11 tahun), (4) Operasional Normal (11- keatas).

Pemanfaatan teori Piaget dalam pembelajaran dapat dilihat pada pernyataan di

bawah ini:

1. Memusatkan pada proses berfikir atau proses mental dan bukan sekedar pada

hasilnya. Di samping kebenaran siswa, guru harus memahami proses yang

digunakan anak sehingga sampai pada jawaban itu.

2. Mengutamakan pearn siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas, penyajian pengetahuan jadi tidak

mendapat tekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu

melalui interaksi spontan dengan lingkungannya.

3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh

melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung

pada kecepatan berbeda.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran itu

memusatkan kepada berpikir atau proses mental anak yang tidak sekedar kepada

hasilnya, mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran dan memaklumi

perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangannya.

Bagi guru matematika, teori Piaget jelas sangat relevan karena dengan

menggunakan teori itu guru akan bias mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan

tertentu pada kemampuan berfikir anak-anak di kelas atau di sekolahnya. Dengan

Page 40: Skripsi Pendidikan (132)

ix

demikian guru bias memberikan perlakuan yang tepat bagi para siswanya, missal

dalam memilih cara penyampaian materi bagi siswa, penyediaan alat-alat peraga dan

sebagainya sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan berfikir yang dimiliki

oleh masing-masing siswa.

Belajar menurut Ausabel, mengandung pengertian: (1) Belajar merupakan cara

informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau

penemuan (2) Belajar merupakan cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi

itu pada struktur kognitif yang ada.

Bentuk belajar matematika dapat berupa terapan belajar bermakna dimana

siswa pada tingkat belajar pertama, berusaha menemukan sendiri sebagian atau

seluruh materi yang diajarkan. Pada tingkat belajar kedua, siswa sudah berusaha

menghubungkan atau mengaitkan informasi.

Bruner mengungkapkan bahwa belajar suatu proses aktif yang memungkinkan

manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada

dirinya. Sebagai contoh, seseorang siswa yang mempelajari bilangan prima akan bias

menemukan berbagai hal penting dan menarik tentang bilangan prima, sekalipun pada

awal guru hanya memberikan sedikit informasi tentang bilangan prima kepada siswa

tersebut. Teori Bruner tentang kegiatan belajar manusia tidak terkait dengan umur

atau tahap perkembangan.

Menurut Bruner, proses belajar akan berlangsung secara optimal jika proses

pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, kemudian jika tahap belajar yang pertama

Page 41: Skripsi Pendidikan (132)

ix

ini dirasa cukup, siswa beralih ke kegiatan belajar yang kedua, yaitu tahap belajra

dengan menggunakan modus representasi ikonik. Selanjutnya tahap belajar itu

diteruskan dengan kegiatan belajar tahap ketiga, yaitu tahap belajar dengan

menggunakan modus representasi simbolik. Sebagai contoh, dalam mempelajari

penjumlahan bilangan cacah, pembelajaran akan terjadi secara optimal jika mula-

mula siswa mempelajari hal itu dengan menggunakan benda-benda konkret (misalnya

menggabungkan 3 kelereng dengan 2 kelereng dan kemudian menghitung banyaknya

kelereng semuanya). Kemudian, kegiatan belajar dilanjutkan dengan menggunakan

gambar atau diagram tersebut). Pada tahap yang kedua siswa bias menggunakan

penjumlahan itu dengan menggunakan pembayangan visual dari kelereng tersebut.

Pada tahap berikutnya, siswa melakukan penjumlahan kedua bilangan itu dengan

menggunakan lambang-lambang bilangan, yaitu; 3 + 2 = 5.

Pembelajaran menurut Bruner adalah siswa belajar melalui keterlibatan aktif

dengan lonsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah dan guru

berfungsi sebagai motivator bagi siswqa dalam mendapatkan pengalaman yang

memungkinkan mereka menemukan dan memecahkan masalah.

Belajar menurut Robert M. Gagne, yaitu kemampuan-kemampuan atau

(capabilies) adalah sebagai hasil-hasil belajar. Hasil belajar matematika dapat berupa

ketrampilan intelektual dan mampu melakukan strategi kognitif. Belajar oleh Gagne

dikelompokkan ke dalam tipe yaitu:

Page 42: Skripsi Pendidikan (132)

ix

• Isyarat adalah kegiatan yang terjadi secara tidak disadari. Sebagai akibat dari

adanya suatu stimulus tertentu. Sebagai contoh, jika seseorang mendapatkan

komentar bernada positif dari guru matematika. Sebaliknya, jika seseorang siswa

mendapat sesuatu komentar yang bernada negatif dari seorang guru, secara tidak

sadar siswa akan cenderung tidak menyukai pelajaran yang dipegang oleh guru

tersebut.

• Stimulus respon adalah kegiatan belajar yang terjadi secara disadari yang berupa

dilakukannya sesuatu kegiatan fisik sebagai suatau reaksi atas adanya suatu

stimulus tertentu. Sebagai contoh, pada waktu para siswa diberi tugas dari guru

yang hasilnya harus dikumpulkan, seseorang siswa mungkin secara sadar

berusaha untuk menuliskan hasil pelaksanaan tugas itu dengan rapi, sebab

menurut pengalaman yang ia miliki di mas lalu, suatu pekerjaan yang ditulis secar

rapi cenderung mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pekerjaan yang tidak ditulis dengan rapi sekalipun isi kedua pekerjaan itu sama.

• Rangkaian gerak merupakan kegiatan yang terdiri atas dua gerakan fisik atau

lebih yang dirangkai menjadi satu secara berurutan dalam upaya untuk mencapai

sesuatu tujuan tertentu. Sebagai contoh, kegiatan melukis garis bagi pada suatu

sudut merupakan suatu kegiatan yang terdiri atas beberapa gerakan fisik yang

dilakukan secara berurutan, sejak dari pembuatan suatu busur lingkaran yang

terpusat di titik tersebut sampai pembuatan suatu busur lingkaran yang terpusat di

titik tersebut sampai pembuatan garis bagi yang dimaksud.

Page 43: Skripsi Pendidikan (132)

ix

• Rangkian verbal merupakan kegiatan merangkai kata-kata atau kalimat-kalimat

secara bermakna, termasuk menghubungkan kata-kata atau kalimat-kalimat

dengan objek-objek tertentu. Misalnya, kegiatan mendeskripsikan sifat-sifat suatu

bangun geometri (persegi panjang, belah ketupat dan lain-lain) kegiatan

menyebutkan nama benda-benda tertentu dan sebagainya.

• Membedakan merupakankegiatan mengamati perbedaan antara sesuatu objek

yang satu dengan sesuatu objek yang lain, misalnya membedakan lambing 2

dengan lambing 5, membedakan bilangan built dengan bilangan cacah,

mencermati perbedaan antara prosedur mencari FPB dengan prosedur mencari

KPK dan sebagainya.

• Pembentukan aturan adalah pernyataan yang memberikan petunjuk kepada

individu bagaimana harus bertindak dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.

Belajar atauran adalah kegiatan memehami pernyataan-pernyataan dan sekaligus

menggunakannya pada situasi-situasi yang sesuai. Contohnya untuk sebaran dua

real a dan b berlaku: ax b = b x a.

• Pemecahan masalah merupakan kegiatan belajar yang paling kompleks. Suatu

soal dikatakan merupakan masalah bagi seseorang apabila orang itu memahami

soal tersebut, dalam arti mengetahui apa yang diketahui dan apa yang diminta

dalam soal itu dan belum mendapatkan suatu cara untuk memecahkan soal itu.

Berdasarkan teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:

Page 44: Skripsi Pendidikan (132)

ix

1. Belajar matematika pada siswa SD berada pada tahapan operasional konkrit

dimana siswa belajar dengan berpikir rasional dan mampu menetatpkan operasi-

operasi logis pada masalah kongkrit yang terikat pengalaman, karena anak

belum mampu berpikir secara abstrak. Keunggulan pada tahap ini anak

mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu untuk memecahkan masalah-masah

yang sebelumnya tidak dapat dipecahkan secara benar.

2. Teori-teori tersebut sama menekankan pada proses belajar penemuan. Piaget

menyebutnya sebagai tahapan serasi, yaitu siswa belajar matematika maka siswa

harus menemukan sendiri seluruh atau sebagian materi yaitu mengaitkannya

dengan materi pelajaran matematika yang lain untuk membentuk materi

pelajaran baru.

3. Belajar matematika dengan cara mencoba-coba dan hafalan informasi baru

tanpa mengaitkan informasi atau konsep yang ada ke dalam struktur kognitifnya

kurang berhasil manfaatnya.

4. Belajar matematika akan menarik dan diperhatikan jika penanaman konsep pada

siswa tidak mengalami kekeliruan. Pada langkah-langkah permulaan belajar

konsep pengertian akan lebih melekat apabila kegiatan yang menunjukkan

representrasi konsep itu dilakukan siswa sendiri untuk menghindri distorsi.

Misalnya apabila guru atau siswa ingin menunjukkan arti 2, siswa sendiri supaya

menyajikan sebuah himpunan dengan dua anggota.

3. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar

Page 45: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Menurut Harry Sukarman (1996:4) dalam pembelajaran matemtika adalah

sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, guru hendaknya memilih dan

menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara

mental, fisik maupun sosial.

2. Pengajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan kekhasan pokok/sub

pokok bahasan dan perkembangan berfikir siswa. Dengan demikian diharapkan

akan terdapat kesesuaian antara pengajaran yang menekankan pemahaman konsep

dan pengajaran, yang menekankan pada ketrampilan menyelesaikan soal dan

memecahkan masalah pengajaran dimulai dari hal yang konktit ke abstrak dan

dari yang mudah ke hal yang sulit.

3. Pengajaran matematika di kelas-kelas rendah SD diarahkan agar siswa memiliki

ketampilan dalam berhitung, melalui kegiatan praktis yang dilakukan sendiri oleh

siswa, namun pemahaman tentang konsep tertentu juga diperlukan dan

diharapkan terpupuk melalui kegiatan tersebut.

4. Untuk membantu pemahaman siswa dalam mata pelajaran matematika guru

hendaknya memilih sarana yang sesuai dengan bahan pengajaran dengan

menggunakan bahan yang sederhana atau yang mudah didapat disekitar siswa.

Mengajar matematika di SD akan berhasil jika proses pembelajaran diarahkan

kepada konsep atau struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan

disamping hubungan yang terkait antara konsep-knsep dan struktur. Sedangkan

menurut Ahmad Arifin yang dikutip oleh Durrori (1994:6) pengajar matematika di

Page 46: Skripsi Pendidikan (132)

ix

SD pada hakikatnya berkaitan langsung dengan usaha menumbuhkan dan melatih

kemampuan dasar seorang anak yaitu kemampuan perkembangan menjelang dewasa

maupun sesudahnya, Untuk anak pada tingkat Sekolah Dasar ini penanaman konsep

tersebut akan berhasil apabila pengajaran disesuaikan dengan tingkat kemampuan

berfikir. Disini peranan guru dalam pembelajaran sangat menentukan, karena dia

harus menguasai materi yang akan diajarkan, agar tidak terjadi kesalahan konsep

ataupun kesalahan teori, yang nantinya dapat menyebabkan pemahaman yang salah

dan tentu saja akan dapat menyebabkan kesalahan yang berarti bagi siswa karena sifat

matematika yang merupakan suatu struktur, sehingga kesalahan pada satu bagian

akan menyebabkan kesalahan pada bagian lain.

Pembelajaran matematika mengenal berbagai materi mengajar dan berbagai

teknik mengajar bagi setiap pokok bahasan, sehingga guru harus mengajar dengan

metode dan teknik mengajar yang tepat bagi setiap penyampaiannya merupakan

syarat yang tidak dapat ditawar lagi bagi pengajar matematika. Seorang pengajar

matematika yang tidak menguasai matematika yang diajarkan tidak mungkin ia dapat

mengajar matematika dengan baik.

Kemampuan pengajar dalam menyampaikan materi matematika sekaligus

penguasaan materi yang akan diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses

belajar. Kepribadian pengalaman dan motivasi pengajar dalam mengajar matematika

juga berpengaruh tehadap efektifitas proses belajar (Hudojo, 1988:70).

Demikian pula seorang pengajar yang tidak menguasai berbagai cara

penyampaian ia hanya mengejar terselesainya bahan bahan yang diajarkan tanpa

memperhatikan kemampuan dan kesiapan peserta didik. Hal ini menurut Hudojo akan

Page 47: Skripsi Pendidikan (132)

ix

mengakibatkan rendahnya mutu pengajaran matematika, yang kedua dapat

menimbulkan keengganan untuk belajar matematika, bahkan mungkin menjadi

frustasi.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar dan mengajar

matematika akan berhasil secara maksimal jika guru berperan dengan aktif. Proses

belajar dan mengajar itu berkaitan dengan pengelolaan kelas. Melalui guru yang

professional dalam mengelola kelas diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pengelolaan Kelas

a. Pengertian Pengelolaan kelas

Menurut Drs. Winarno Hamiseno (dalam Suharsimi Arikunto, 1987:8)

pengelolaan adalah substantif dari mengelola. Sedangkan mengelola berarti suatu

tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencana, mengorganisir,

melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian. Dijelaskan selanjutnya

bahwa pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu dapat merupakan sumber

penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan selanjutnya.

Istilah pengelolaan sama pengertiannya dengan istilah manajemen.

Sebagaimana disebutkan Siagian (dalam Soekarto Indrafachrudi, 1989: 52) istilah

manajemen kemudian tergeser oleh istilah pengelolaan. Pengelolaan merupakan daya

upaya dalam usaha mencapai tujuan. Selanjutnya pengertian pengelolaan terbatas

pada kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian

tujuan melalui kegiatan orang lain.

Page 48: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Dalam bahasa Indonesia istilah manajemen sering diterjemahkan dengan

kepemimpinan, ketatalaksanaan, pembinan, penguasaan dan pengurusan (The Liang

Gie, dalam Soekarto Indrafachrudi, 1989:53).

Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang direncanakan untuk

menjamin kerjasama, partisipasi, intervensi dan keterlibatan orang lain dalam

mencapai sasaran tertentu yang telah ditetapkan dengan efektif (Iwa Sukiswa,

1986:1).

Yang dimaksud dengan kelas adalah ruangan belajar dan atau rombongan

belajar (Djauzak Ahmad, 1984: 68). Kelas artinya pangkat, tingkat atau rombongan

belajar antara pasang surut (W.J.S.Poerwadarminta, 1984:465).

Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diharapkan untuk mewujudkan

suasana belajar-mengajar seperti yang diharapkan (Suharsimi Arikunto, 1987:68).

Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diharapkan untuk mewujudkan suasana

belajar-mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk

belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan (Djauzah Ahmad,1994:1).

Dengan demikian pengelolaan kelas adalah usaha sadar untuk mengatur

kegiatan belajar-mengajar. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan

belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan

situasi/kondisi proses belajar-mengajar dan pengaturan waktu, sehingga proses

belajar-mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

b. Tujuan Pengelolaan kelas

Page 49: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Tujuan pengelolaan kelas agar setiap anak di kelas itu dapat bekerja dengan

tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif (Suharsimi Arikunto,

198:68).

Menurut Ahmad Djauzak (1994:2) tujuan pengelolaan kelas adalah:

a. Merupakan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun

sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk

mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

b. Mehilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi

belajar-mengajar.

c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan

memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkunagn sosial, emosional, dan

intelektual siswa dalam kelas.

d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,

budaya serta sifat-sifat individunya.

Tujuan pengelolaan kelas menurut Ahmad Rohani (1991:117) pengelolaan

kelas menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan

kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut diatas bahwa tujuan pengelolaan

kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Mewujudkan situasi dan kondisi kelas sebagai lingkungan belajar yang tertib,

dapat mengembangkan kemampuan yang maksimal, menghilangkan berbagai

Page 50: Skripsi Pendidikan (132)

ix

hambatan, membina siswa dan menciptakan serta mempertahankan kondisi yang

optimal sehingga segera terdapat tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

c. Hambatan Pengelolaan Kelas

Rudolf Draikurs dan Pearl Cassel (dalam Ahmad Rohani, 197:120)

mengemukakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas individual yang

didasarkan asumsi bahwa semua tingkah laku individual merupakan upaya

pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan

untuk mencapai harga diri:

a. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain (attention getting

behaviors)

b. Tingkah laku yang ingin menujukkan kekuatan (power seeking behavior)

c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors)

d. Peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali menolak untuk

mencoba melakukan apapun karena yakin bahwa hanya kegagalanlah yang

menjadi bagiannya.

Lois V. Johnson dan Mary Bany (dalam Ahmad Rohani, 197:120)

mengemukakan enam kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas:

a. Kelas kurang kohesif.

b. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.

c. Membesarkan hati anggota yang justru melanggar norma kelompok.

Page 51: Skripsi Pendidikan (132)

ix

d. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah

digarap

e. Semangat kerja rendah

f. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.

Menurut Suharsimi Arikunto (1987:70-71) sebab musabab sumber kesulitan

yang timbul dari keributan ada enam hal yaitu:

a. Siswa tidak tau apa yang harus mereka perbuat

b. Siswa sudah diberitahu oleh guru tentang tugas-tugas yang harus mereka lakukan

serta mereka sudah tahu, akan tetapi setelah beberapa lama kemudian menjadi

lupa akan tugasnya.

c. Siswa sudah mengetahui apa yang harus mereka perbuat dan mereka ini tidak

lupa akan tetapi tidak tahu bagaimana cara melakukan.

d. Ada beberapa atau sebagian besar siswa yang sudah selesai melaksanakan tugas

sebelum waktunya habis sehingga siswa tersebut membuat keributan.

e. Ada diantara siswa di kelas itu merupakan anak yang malas, tidak bergairah atau

mengganggu, sehingga walaupun mereka melakukan tugas tetapi tidak dengan

kesungguhan hati. Kadang-kadang mereka berhenti bekerja lalu bermain atau

mengganggu kawan lainnya.

f. Adanya anak yang tidak tahu bagaimana menghargai waktu. Anak-anak ini tahu

bagaimana melaksanakan tugas, serta mereka tidak malas akan tetapi cara yang

diambilnya kurang efisien, sehingga karena ia risau atau takut tidak selesai

pekerjaannya, lalu menjadi gugup dan gaduh.

Page 52: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Dari pendapat beberapa ahli tersebut tentang hambatan dalam pengelolaan

kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Adanya tingkah laku untuk mendapatkan perhatian, ingin menunjukkan

kekuatan, menyakiti orang lain. Perasaan tidak mampu dan menolak untuk mencoba

karena yakin kegagalan yang diterimanya. Kelas kurang kohesif, bereaksi negatif,

membanggakan anggota dengan melanggar norma dan tidak mampu menyesuaikan

diri. Siswa menyelesaikan tugas tidak sesuai waktu, tidak tahu apa yang harus

diperbuat atau tahu yang diperbuat tetapi tidak dapat melakukannya. Malas tidak

bergairah dalam mengerjakan tugas.

d. Masalah-masalah Pengelolaan Kelas

Pada dasarnya kegiatan guru di kelas mencakup dua aspek utama yaitu

masalah pembelajaran dan masalah pengelolaan kelas. Kedua jenis masalah tersebut

tidak untuk dibedakan, tapi guru harus secara jeli dan sistematis bias

mengidentifikasinya secara tepat. Dengan demikian tidak akan terjadi malpractice,

yaitu munculnya masalah pembelajaran, namun melakukan terapi dengan cara terapi

pengelolaan kelas dan sebaliknya.

Berdasarkan definisi di atas maka seorang guru akan berhadapan dengan

masalah individu dan kelompok. Untuk dapat menyelesaikan masalah pengelolaan

kelas secara efektif, maka guru harus mengidentifikasi masalah yang bersifat individu

dan kelompok, memahami pendekatan untuk menyelesaikan masalah dan memilih

pendekatan yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.

- Masalah Individu

Page 53: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Asumsi yang mendasari masalah individu adalah bahwa tingkah laku

manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki

kebutuhan dasar untuk memiliki atau merasa dirinya berguna dan dibutuhkan. Jika

individu gagal mendapatkannya maka ia akan bertingkah laku secara berurutan dari

yang paling ringan sampai yang paling berat, yaitu tingkah laku menarik perhatian

orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas dan memperlihatkan

ketidakmampuan.

Seseorang yang gagal menemukan posisinya secara wajar dalam hubungan

social yang saling menerima, bisanya bertingkah laku mencari perhatian orang lain

secara destruktif, misal pamer, melawak, memperolok, membikin onar, terus menerus

bertanya atau minta bantuan terus menerus. Tingkah laku mencari kekuasaan sama

dengan mencari perhatian destruktif tapi lebih mendalam, misalnya berbohong,

menunjukkan sikap pertentangan pendapat, tidak melakuakan perintah guru,

menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Bila secara pasif biasanya ia

menonjolkan kemalasan dan ketidak patuhan secara pasif. Gejala menuntut balas

dapat dilihat bila seseorang merasa frustasi dalam mendapatkan kedudukan sosialnya

dan mereka merasa sakit dikalahkan. Seseorang yang memperlihatkan

ketidakmampuannya pada dasarnya merasa tidak mampu mendapatkan apa yang

dikehendaki dan merasa selalu gagal.

- Masalah Kelompok

Terdapat tujuh masalah kelompok yang berkaitan dengan pengelolaan kelas,

yaitu :

• Hubungan tidak harmonis ( Kekurangkompakan)

Page 54: Skripsi Pendidikan (132)

ix

• Kekurangmampuan mengikuti kesepakatan (peraturan) kelompok

• Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok

• Penerimaan kelompok atas tingkah laku yang menyimpang

• Penyimpangan anggota kelompok dari ketentuan yang ditetapkan atau mengikuti

atauran kelompok lain

• Tidak memiliki teman, tidak mau bekerja, bertingakh laku agresif dan protes

• Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan

Kekurangkompakan kelompok ditandai dengan konflik di antara para anggota

kelompok suatu kelas. Kelas yang tidak kompak akan diwarnai ketegangan dan

kekerasan. Seorang siswa kadang-kadang tidak mematuhi aturan-aturan yang

ditetapkan kelompok, misalnya gaduh, bersuara keras, menganggu temannya pada

waktu pelajaran berlangsung. Masalah penerimaan kelompok atas tingkah laku yang

menyimpang terjadi bila kelompok telah mendorong timbulnya tingkah laku yang

menyimpang, misalnya memperolok guru. Masalah kelompok timbul bila anggota

kelompok kelompok mulai menunjukkan reaksi yang berlebihan terhadap hal yang

sederhana saja, misalnya para siswa menolak untuk melakukan sesuatu karena

menganggap guru tidak adil. Masalah kelompok yang paling rumit adalah bila

kelompok tersebut melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan baik secara

terbuka maupun secara terselubung. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap

lingkungan terjadi bila kelompok melakukan reaksi secara tidak wajar terhadap

peraturan baru, misalnya perubahn jadwal pelajaran dan sebaginya.

Page 55: Skripsi Pendidikan (132)

ix

e. Prosedur Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas adalah suatu aspek dari pengelolaan hasil belajar dan

mengajar yang paling rumit. Rumit karena memerlukan berbagai kriteria ketrampilan,

pengalaman dan bahkan kepribadian dan sikap dan nili yang berpengaruh terhadap

hasil pengelolaan kelas. Tindakan pengelolaan kelas yang dilakukan dapat berupa

tindakan preventif atau tindakan kuratif.

1. Tindakan Preventif

a) Peningkatan kesadaran diri

Langkah peningkatan diri dari guru adalah sangat strategis dan mendasar,

karena dengan ini mak meningkat rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang

merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.

b) Peningkatan kesadaran siswa

Banyak sekali tindakan siswa yang dilakukan tanpa kesadaran diri. Kurangnya

kesadaran ini akan menyebabkan siswa lekas marah, mudah tersinggung yang

akhirnya akan melakukan tindakan yang menyimpang. Untuk meningkatkan

kesadaran ini, guru hendaknya memberikan penjelasan tentang hak dan kewajiban

siswa sebagai anggota kelas.

c) Inisialisasi sikap tulus dari guru

Guru hendaknya bersikap tulus kepada siswanya dengan tanpa berpura-pura.

Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi kondisi lingkungan

Page 56: Skripsi Pendidikan (132)

ix

belajar, karena tingkah laku, tindakan dan cara guru menyikapi sesuatu merupakan

stimulus yang akan mendapat respons atau reaksi dari siswa.

d) Mengenal dan menemukan alternatif

Guru mengidentifikasi jenis tingkah laku siswa yang disengaja, apakah hanya

untuk menarik perhatian ataukah merupakan respons negatif terhadap keseluruhan

siswa dalam mereaksi tingkah laku seseorang. Guru dituntut mengenal berbagai cara

pendekatan pengelolaan kelas agar dapat mengelola kelas dengan baik. Di samping

itu juga bisa mempelajari pengalaman orang laindalam mengelola kelas.

2. Tindakan Kuratif

1. Pengidentifikasian

Guru mengidentifikasi para siswa yang melakukan pelanggaran atau para

siswa yang memperoleh kesulitan akibat pelanggaran yang dilakukan siswa yang lain.

2. Membuat rencana

Data yang diperoleh dari langkah butir (a) di atas, merupakan dasar untuk

melakukan perencanaan tindakan selanjutnya. Dengan demikian, rencana yang dibuat

berdasarkan data yang akurat, sehingga langkah tindakan berikutnya akan sesuai

dengan sasaran dan tidak menimbulkan gejolak baru atau bahkan menambah masalah

yang lebih kompleks.

3. Menetapkan waktu pertemuan

Penentuan waktu pertemuan harus disetujuai bersama oleh guru dan siswa

yang bersangkutan. Kesadaran akan pentingnya pertemuan itu oleh siswa yang

Page 57: Skripsi Pendidikan (132)

ix

bersangkutan merupakan suatu permulaan yang baik untuk berhasilnya langkah

kuratif ini.

4. Menjelaskan waktu pertemuan

Bila tiba saatnya waktu pertemuan, mak jelaskan maksud pertemuan itu dan

jelaskan kepada siswa agar siswa menyadari bahwa pertemuan itu diusahakan dengan

penuh ketulusan semata-mata untuk perbaikan.

5. Menunjukkan bahwa gurupun bisa berbuat salah

Tunjukkan bahwa guru bukan orang sempurna dan tidak bebas dari

kelemahan. Akan tetapi, yang paling penting antara guru dan siswa harus ada

kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki diri, saling mengingatkan

untuk kepentingan bersama.

6. Guru berusaha membawa siswa kepada masalahnya

Seseorang memiliki rasa harga diri, oleh karena itu akan sukar bagi siswa

untuk secar langsung mengatakan kesalahannya. Hanya dengan sikap yang sabar

siswa akan secara perlahan-lahan muncul kesadaran untuk melihat kesalahannya,

sehingga secar total dia akan menghadapi masalahnya. Guru harus bertindak

bijaksana, sehingga sikap dan tindakannya akan mendorong siswa ke arah kesadaran

akan kesalahannya dan akhirnya memberi motivasi ke arah perbaikan.

7. Bila pada pertemuan yang diadakan ternyata siswa tidak responsive, guru dapat

mengajak siswa untuk berdiskusi. Langkah ini lebih memberikan kesempatan

untuk berdialog langsung, tanpa tekanan sehingga masing-masing dapat

Page 58: Skripsi Pendidikan (132)

ix

memberikan argumentasi. Pada akhirnya akan dapat disimpulkan kesepakatan

bersama yang harus ditaati oleh guru maupun siswa.

8. Melakukan tindak lanjut

Setelah pemecahan masalah sudah tercapai, mak harus diikuti dengan

pemantauan terhadap masalah yang sudah terpecahkan tadi. Hal ini berguna agar jika

terjadi penyimpangan-penyimpangan dapat segera ditanggulangi.

f. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Menurut Ahmad Rohani (1997:143-148) pendekatan dalam pengelolaan kelas

meliputi :

Behavior-Modification Approach

Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavioral yang mengemukakan

asumsi bahwa (1) semua tingkah laku yang baik maupun yang kurang baik

merupakan hasil proses belajar dan (2) ada sejumlah kecil proses psikologis yang

fundamental yang dapat digunakan untuk dapat menjelaskan terjadinya proses belajar

yang dimaksud. Adapun proses psiologi yang dimaksud adalah penguatan positif,

hukuman, penghapusan dan penguatan negatif.

Untuk membina tingkah laku yang dikehendaki guru harus memberi

penguatan positif (memberi stimulus positif sebagai ganjaran) atau penguatan negatif

(menghilangkan hukuman, suatu stimulus negatif). Sedangkan untuk mengurangi

tingkah laku yang tidak dikehendaki, guru menggunakan hukuman (memberi

stimulus negatif), penghapusan (pembatalan pemberian ganjaran yang sebenarnya

diharapkan murid) atau time out (membatalkan kesempatan murid untuk

Page 59: Skripsi Pendidikan (132)

ix

mendapatkan ganjaran, baik yang berupa barang maupun berupa kegiatan yang

disenangi).

Penguatan ini sendiri ada dua macam, yaitu penguatan primer (primary or

unconditioned reinforcers) yang menjadi penguatan sebagai hasil proses belajar) dan

penguatan sekunder (secondary or conditioned reinforcers) yang menjadi penguatan

sebagai hasil dari proes belajar. Penguatan sekunder ini ada yang mengatakan

penguatan sosial (perhatian, pujian dan sebagainya) dan ada pula yang menamakan

penguatan simbelik (nilai, biji atau tanda-tanda lainnya) di samping itu ada pula yang

dinamakan penguatan dalam bentuk kegiatan (permainan atau kegiatan lain yang

disenangi murid).

Socio-Emotional-Climate Approach

Dengan berlandaskan Psikologi Klinis dan Konseling, pendekatan

pengelolaan kelas ini mengasumsikan bahwa (1) proses belajar yang efektif

mensyaratkan iklim sosio-personal yang baik dalam arti terdapat hubungan inter-

pesrsonal yang baik antara guru dan murid dan (2) guru menduduki posisi terpenting

bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik.

Carl A. Rogers menekankan pentingnya guru bersikap tulus yang dihadapi

siswa; menerima dan menghadapi murid sebagi manusia; dan mengerti murid dari

sudut pandang murid itu sendiri. Selanjutnya C. Ginott menganggap sangat penting

kemampuan guru melakukan komunikasi yang efektif dengan murid dalam

mengusahakan pemecahan masalah, guru membicarakan situasi dan bukan pribadi

pelaku pelanggaran, mendiskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan dan apa yang

Page 60: Skripsi Pendidikan (132)

ix

perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian. Dengan perkataan lain, William

Glasser memusatkan perhatiannya pada pentingnya guru membina rasa tanggung

jawab sosial dan harga diri murid dengan cara seringkali mengarahkan murid untuk

mndiskripsikan masalah yang dihadapi.

Group-Procesess Approach

Pendekatan ini didasarkan pada Psikologo Sosial dan Dinamika Kelompok.

Oleh karena itu maka asumsi pokoknya adalah (1) pengalaman belajar sekolah

berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan (2) tugas guru yang utama dalam

pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan

kohesif.

Menurut Richard A. Schmuck dan Patricia A. Schmuck unsur-unsur

pengelolaan kelas dalam rangka pendekatan group process adalah (1) harapan timbal

balik tingkah laku guru-murid dan antara murid sendiri. Kelas yang baik ditandai oleh

dimilikinya harapan yang realistik dan jelas bagi semua pihak (2) kepemimpinan baik

dari guru maupun dari murid yang mengarahkan kegiatan kelompok ke arah

pencapaian tujuan –tujuan yang telah ditetapkan (3) pola persahabatan antara anggota

kelas semakin baik ikatan persahabatan yang dimaksud semakin besar peluang

kelompok menjadi produktif (4) norma, dalam arti dimiliki serta dipertahankan norma

kelompok yang produktif serta dirubah serta digantinya norma yang kurang produktif

(5) terjadinya komunikasi yang efektif dalam arti si penerima pesan

menginterpretasikan secara benar pesan yang akan disampaikan oleh si pengirim

pesan dengan dipakainya ketrampilan komunikasi interpersonal (6) cohesivenness,

Page 61: Skripsi Pendidikan (132)

ix

yaitu perasaan keterikatan masing-masing anggota terhadap kelompok secara

keseluruhan derajat perasaan keterikatan semakin tinggi anggota memperoleh

kepuasaan sebagai hasil dari anggotanya dalam kelompok yang bersangkutan.

Eelectic Approach

Guru menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas yang potensial,

dalam hal ini pendekatan tingkah laku penciptaan iklim sosio-emosional dan proses

kelompok dan guru dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur

yang sesuai dengan baik dalam masalah pengelolaan kelas.

g. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar

Siapapun guru yang mengajar di kelas, ketrampilan mengelola kelas

hendaknya dikuasai sebelum seorang guru mengajar, menurut Michael Marland

(1991:15) ada lima persiapan utama yaitu:

a. Mengenali stuktur dan prosedur sekolah, bidang ajar serta silabusnya

b. Mengenali murid-murid yang akan diajar

c. Menyiapkan ruang kelas

d. Mempersiapkan catatan-catatan

e. Mempersiapkan buku-buku beserta perlengkapan mengajar

Pengelolaan kelas pada Sekolah Dasar yang ideal menurut Ahmad Djauzah

dan kawan-kawan sebagai berikut:

Peran Guru

Dalam kaitannya dangan tugas pengelolaan kelas ada beberapa peran guru

yang harus dilakukan sebagai berikut:

Page 62: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Peran sebagai Pengajar (Instructional)

a. Menyusun program pengajaran selama kurun waktu tertentu secara

berkelanjutan

b. Membuat persiapan mengajar dan rencana kegiatan belajar mengajar untuk

setiap bahan yang akan diajarkan berkaitan dengan menggunakan metode

tertentu

c. Menyiapkan alat peraga yang dapat membantu terlaksananya kegiatan belajar-

mengajar yang efektif

d. Merencanakan dan menyiapkan alat evaluasi belajar

e. Menyiapkan hal-hal lain yang berkaitan dengan pelajaran yang merupakan

program sekolah

Peran sebagai Pendidik (Education)

Tugas guru bukan saja mengajar, tetapi lebih dari itu mengantar siswa menjadi

manusia yang dewasa yang cakap dan berbudi luhur.

Peran sebagai Pemimpin (Managerial)

Peran ini bukan saja terbatas pada kelas namun juga diluar kelas, bukan saja

pada saat pelajaran berlangsung tapi juga sebelum dan seudah pelajaran berlangsung.

Seorang guru setidaknya harus memiliki kemampuan dan sikap sebagai berikut

:

1. Menguasai Kurikulum

Page 63: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Kurikulum sebagai program pendidikan secara utuh, mempunyai kedudukan

yang sangat penting dalam keseluruhan program pendidikan dan pengajaran.

2. Menguasai materi setiap pelajaran

Guru SD adalah guru kelas artinya guru harus dapat mengajarkan berbagai

materi pelajaran.

3. Menguasai metode dan evaluasi belajar

Salah satu kelemahan mendasar yang biasanya terjadi dalam kegiatan belajar-

mengajar terletak pada inti aktivitas pendidikan itu, yaitu pelaksanaannya melibatkan

guru dan siswa serta interaksinya satu sama lain.

4. Setia terhadap tugas

Guru- guru yang berhasi pada dasarnya adalah guru-guru yang mencintai

tugasnya dan guru-guru yang setia terhadap tugasnya.

5. Disiplin

Pendidikan adalah suatu proses, dimana anak tumbuh dan berkembang dalam

belajar. Di kelas guru yang menjadi tauladan dan panutan, oleh karena itu disiplin

merupakan bagian yang terpenting dari pendidikan.

Guru dan Disiplin Kelas

Pengertian disiplin kelas

Disiplin kelas adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang didalamnya

tergabung guru dan siswa taat kepada peraturan yang berlaku.

Cara/ teknik membina disiplin kelas

a. Pendekatan yang digunakan

Page 64: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Pemberian bimbingan

Dalam hubungan ini siswa perlu diberi bimbingan dan penyuluhan untuk

memahami dan mengenali diri sendiri.

Evaluasi pada diri pribadi

Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi

diri terutama tingkah lakunya berdasarkan peraturan tata tertib yang telah ditetapkan.

Teknik yang digunakan

1. Teknik keteladanan guru

Guru hendaknya memberikan contoh teladan sikap dan perilaku yang baik

kepada siswanya.

2. Teknik bimbingan guru

Guru hendaknya senantiasa memberikan bimbingan dan penyuluhan untuk

meningkatkan kedisiplinan para siswa.

3. Teknik pengawasan bersama

Dalam mewujudkan tujuan bersama beberapa upaya yang dapat dilakukan

dalam pembinaan disipilin di kelas adalah:

Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa

Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa

Membina organisasi kelas secara demokratis

Membiasakan siswa untuk berpartisipasi sesuai dengan kemampannya

Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan

ketrampilan

Page 65: Skripsi Pendidikan (132)

ix

4. Tahap-tahap pengelolaan kelas

Pada dasarnya tahap-tahap pengelolaan kelas yang merupakan satu proses

dapat ditempuh dalam empat tahap :

Memberi kondisi kelas yang dikehendaki

Mengamati kondisi kelas yang ada atau nyata

Menentukan cara pengelolaan kelas yang tepat

Menilai dan memilih hasil pelaksanaan pengelolaan kelas

Aspek-aspek Pengelolaan Kelas

Kegiatan yang dilakukan dalam pemgelolan kelas antara lain:

Mengecek kehadiran siswa

Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan

tersebut

Pendistribusiaan bahan dan alat

Mengumpulkan hasil informasi dari siswa

Mencatat data

Pemeliharaan arsip

Menyampaikan materi pelajaran

Memberikan tugas/PR

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru, khususnya guru baru dalam

pertemuan pertama dengan siswa di kelas adalah:

1) Ketika bertemu dengan siswa, guru harus:

a. Bersikap tenang dan percaya pada diri sendiri

Page 66: Skripsi Pendidikan (132)

ix

b. Tidak menunjukkan rasa cemas

c. Memberikan salam lalu memperkenalkan diri

d. Memberikan format isian tentang data pribadi siswa atau guru menyuruh siswa

menulis riwayat hidupnya secara singkat

2) Guru memberikan tugas kepada siswa dengan tertib dan lancar

3) Mengatur tempat duduk siswa secara tertib dan teratur

4) Menentukan tata cara berbicara dan tanya jawab

5) Membuat denah kelas (Tempat duduk siswa)

6) Bertindak disiplin baik terhadap siswa maupun terhadap diri sendiri

Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Pendekatan Komando Perintah

Pendekatan ini dilakukan dengan:

a. Menetapkan dan menegakkan peraturan kelas

b. Bersikap tegas dan bijaksana/ yang terkendali

c. Menggunakan perintah dan larangan

Pendekatan Pemberian Sanksi (Intimidasi)

Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan komando. Namun tindakan

guru dalam pendekatan intimidasi adalah keras dan menyinggung perasaan.

Pendekatan demokratif (Permisif)

Pendekatan ini menekankan pada pemberian kebebasan siswa secara

maksimal.

Pendekatan Akal Sehat

Page 67: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Pendekatan ini guru berpedoman pada suatu ketentuan hal-hal dalam

menghadapi berbagai jenis masalah dalam pengelolaan kelas.

Pendekatan Instruksional

Pendekatan ini memandang bahwa pengajaran yang dirancang dan

dilaksanakan dengan cermat untuk mencegah timbulnya masalah-masalah yang tidak

dapat dicegah dengan pendekatan lain.

Pendekatan Motivasi

Peranan guru dalam pendekatan ini adalah mendorong tingkah laku siswa

yang positif dan mencegah/mengurangi tingkah laku negatif.

Pendekatan Sosio-Emosional

Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan

antar pribadi yang baik akan berkembang di dalam kelas.

Pendekatan Kerja Kelompok

Pendekatan ini peranan guru adalah mendorong perkembangan dan kerjasama

kelompok.

Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan

Kelas merupakan taman belajar bagi siswa dan menjadi tempat mereka

tumbuh dan berkembang baik secara fisik, intelektual dan emosional.

Adapun syarat-syarat kelas yang baik adalah:

Rapi, bersih, sehat dan tidak lembab

Cukup cahaya yang meneranginya

Page 68: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Sirkulasi udara cukup

Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata rapi

Jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang

1. Tata Ruang Kelas

Pengaturan tempat perabot kelas dapat dipindahkan sesuai dengan

keadaan/kondisi setempat

2. Menata Perabot Kelas

Perabot kelas adalah segala sesuatu perlengkapan yang harus ada dan

diperlukan di kelas.

a. Papan tulis

Papan tulis harus ditempatkan didepan dan cukup cahaya. Penempatannya tidak

terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.

b. Meja kursi guru

Meja kursi guru ditempatkan didepan sebelah kanan atau kiri, supaya tidak

menghalangi pandangan ke papan tulis.

c. Almari kelas

Almari kelas dapat ditempatkan disamping papan tulis atau sebelah dinding,

samping depan sebelah meja guru.

d. Meja kursi siswa

Page 69: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Meja kursi siswa dengan dua orang siswa. Kursi siswa harus cukup sesuai

dengan jumlah siswa.

Gambar Presiden, Wakil Presiden dan Lambang Garuda Pancasila,

ditempatkandidepan kelas diatas papan tulis. Posisi penempatannya disesuaikan

dengan ketentuan yang berlaku.

e. Papan absensi

Papan absensi ditempatkan didepan sebelah papan tulis atau didinding

samping kelas.

f. Daftar jaga

Daftar jaga/piket siswa ditempatkan disamping papan absensi.

g. Jadwal Pelajaran

Jadwal pelajaran ditempatkan di tempat yang mudah dilihat.

h. Kalender Pendidikan

Kalender pendidikan ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat.

i. Tempat cuci tangan dan lap tangan

Tempat cuci tangan dan lap diletakkan di depan dekat pintu masuk.

j. Tempat sampah

Tempat sampah diletakkan di sudut kelas. Besar kecilnya tempat sampah

disesuaikan dengan kebutuhan.

k. Sapu dan alat pembersih yang lain

Sapu dan alat pembersih lain juga harus tersedia untuk menjaga kebersihan

kelas, seperti lap meja, sapu dan lain- lain dan diletakkan pada tempat tersembunyi.

Page 70: Skripsi Pendidikan (132)

ix

l. Gambar- gambar alat peraga

Penempatan dan pemasangannya disesuaikan dengan kebutuhan pelajaran

yang sedang diajarkan.

Pengorganisasaian Kelas/Siswa

Tempat Duduk Siswa

Pada dasarnya penempatan siswa di kelas harus memperhatikan beberapa

prinsip yaitu:

a. Siswa tidak terus-menerus menempati tempat duduk yang sama sepanjang tahun,

harus ada perubahn. Pengeseran setidaknya setiap semester, demikian pula

pasangan tempat duduknya.

b. Diusahakan tidak ada siswa yang duduk sendirian tidak ada pasangannya, kalau

terpaksa ia harus di depan bukan di belakang dan tidak terus menerus sendiri

dalam arti yang sendiri bergantian.

c. Siswa lebih pendek, mempunyai kekurangan pandangan dan kurang

pendengarannya harus diutamkan duduk di depan.

d. Siswa yang sering membuat kegaduhan, suka menganggu temannya dijauhkan

dengan anak yang sejenis itu dan jangan ditempatkan terlalu jauh dari guru.

e. Siswa suka merenung, melamun, kurang memperhatikan penjelasan guru jangan

ditempatkan di belakang.

Mengenal Sifat dan Tingkah Laku Siswa Di Kelas

Guru harus mengenal sikap, sifat dan tingkah laku siswa dikelas supaya dapat

memberikan bimbingan dan penanggulangan masalah jika diperlukan.

Page 71: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Belajar Secara Klasikal dan Individual

Pada waktu guru memberikan tugas-tugas secara klasikal guru dapat berkeliling

kelas dan menandatangani siswa untuk memberikan bimbingan dan arahan secara

individual.

Belajar Kelompok

Belajar kelompok ini bertujuan untuk melatih siswa dalam bekerjasama,

berdiskusi, keberanian menyampaikan pendapat, menghargai pendapat orang lain dan

memecahkan masalah secara bersama-sama.

Administrasi kelas

Administrasi dilaksanakan dalam rangka menunjang pelaksanaan kurikulum

yang berlaku. Agar pelaksanana proses belajar- mengajar berhasil dengan baik maka

administrasi kelas perlu dikelola dengan baik. Administrasi kelas yang diperlukan

antara lain:

Buku Supervisi

Daftar Kelas

Dafar Hadir

Grafik Absen

Papan Absen Harian

Buku Penilaian

Buku Mutasi Siswa

Buku Keuangan

Page 72: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Buku Tamu

Buku Bimbingan dan Penyuluhan

Buku Penerimaan dan Pengembalian raport

Daftar Inventaris Kelas Program Pengajaran Semesteran

Persiapan Mengajar

Jadwal Pelajaran

Kalender Pendidikan

Denah Kelas

Buku Notulen Rapat Buku Perkembangan

Peranan Siswa dalam Pengelolaan Kelas

Kelas dalam arti luas meliputi beberapa unsur seperti guru, siswa, sarana serta

aturan-aturan yang telah disepakati, masing-masing mendukung serta saling

memerlukan. Dengan kata lain siapa saja yang ada menjadi anggota kelas terhimpun

dalam satu keluarga kelas, yang masing-masing mempunyai peranan berbeda. Untuk

itu perlu dibentuk suatu organisasi kelas.

Kelompok Siswa

Siswa seyogyanya dibagi dalam beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri

dari 4 – 5 orang atau sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang diketuai oleh seorang

ketua kelompok. Kelompok ini dibentuk untuk keperluan kebersihan kelas dan belajar

bersama. Tujuan dari kelompok ini adalah untuk melatih bekerjasama dengan orang

lain, berlatih disiplin dan adanya persaingan yang sehat dalam memajukan kelompok.

Program Kegiatan Kelas

Page 73: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Untuk dapat mengembangkan kreativitas serta ide dan gagasan baru dari

siswa, tiap kelas harus memiliki program kegiatan tahunan. Program kelas tersebut

direncanakan sendiri oleh siswa setiap tahun ajaran, terutama bagi siswa kelas IV, V

dan VI. Sebagai anggota kelas, siswa harus diberi kesempatan dan diarahkan untuk

memberikan perannya dalam rangka pengelolaan kelas.

Tata Tertib Kelas

Disiplin merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada siswa di sekolah

sedini mungkin. Sekolah adalah tempat utama untuk melatih dan memahami

pentingnya disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Tata tertib kelas dilaksanakan

sebagai berikut:

Pada waktu masuk sekolah

a. Siswa harus datang 10 menit sebelum pelajaran dimulai

b. Menaruh tas di laci meja masing masing kemudian keluar kelas

c. Siswa yang mendapat tugas piket harus datang lebih awal

d. Siswa yang terlambat diberi teguran

e. Siswa yang tidak masuk harus memberi izin

f. Guru datang di kelas tepat waktu

Pada waktu masuk kelas

a. Siswa segera berbaris di depan kelas ketika bel berbunyi

b. Ketua kelas menyiapkan barisan siswa masuk kelas satu persatu dengan tertib dan

duduk ditempatnya masing-masing

Page 74: Skripsi Pendidikan (132)

ix

c. Guru memeriksa kerapian, kebersihan dan kesehatan siswa persatu: kuku, rambut,

kerapian dan kebersihan baju dan sebagainya.

Pada waktu di dalam kelas

a. Berdo’a bersama dipimpin ketua kelas

b. Memberi salam kepada guru

c. Guru mengabsen siswa

d. Pada saat pelajaran berlangsung siswa harus tetap tertib

e. Siswa tidak boleh meninggalkan kelas tanpa alasan tertentu

Pada waktu istirahat

a. Pada saat bel istirahat berbunyi siswa keluar kelas dengan tertib

b. Guru keluar kelas setelah semua siswa keluar

c. Siswa tidak boleh berada di kelas ketika istirahat Selama istirahat siswa tidak

diperkenankan meninggalkan sekolah tanpa ijin

d. Pada saat bel masuk berbunyi siswa masuk kelas dengan tertib dan duduk dengan

tertib siap menerima pelajaran

e. Sebaiknya guru sudah berada di kelas dahulu menjelang bel masuk berbunyi

Pada waktu pulang sekolah

a. Ketika bel pulang berbunyi, pelajaran berakhir ditutup dengan do’a dan salam

kepada guru

b. Guru memberikan nasehat, mengingatkan tentang tugas/ PR dan lain-lain

c. Siswa keluar kelas dengan tertib

Prosedur Pengelolaan Kelas

Page 75: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Pengelolaan kelas adalah salah satu aspek dari pengelolaan proses belajar dan

mengajar yang paling rumit, tapi menarik. Rumit karena memerlukan berbagai

criteria ketrampilan, pengalaman dan bahkan kepribadian, sikap dan nilai sangat

berpengaruh terhadap hasil pengelolaan kelas. Dua guru yang sama-sama pandai dan

berpengalaman tapi berbeda kepribadian dan sikap, termasuk cara menyikapi siswa

akan menghasilkan iklim belajar yang berbeda. Tindakan pengelolaan kelas yang

dilakukan dapat berupa tindakan preventif atau tindakan kuratif.

a) Tindakan Preventif

- Peningkatan kesadaran diri

Langkah peningkatan diri dari guru adalah sangat strategis dan mendasar,

karena dengan ini mak akan meningkat rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang

merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.

- Peningkatan kesadaran siswa

Banyak sekali tindakan siswa yang dilakukan tanpa kesadaran diri. Kurang

kesadaran ini akan menyebabkan siswa lekas marah, mudah tersinggung yang

akhirnya akan melakukan tindakan yang menyimpang. Untuk melaksanakan

kesadaran ini, guru hendaknya memberikan penjelasan tentang hak dan kewajiban

siswa sebagai anggota kelompok kelas.

- Inisialisasi sikap tulus dari guru

Guru hendaknya bersikap tulus kepada siswanya dengan tanpa berpura-pura.

Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi kondisi lingkungan

Page 76: Skripsi Pendidikan (132)

ix

belajar, karena tingkah laku, tindakan dan cara guru menyikapi sesuatu merupakan

stimulus yang akan mendapat respons atau reaksi dari siswa.

- Mengenal dan menemukan alternatif

Guru mengidentifikasi jenis tingkah laku siswa yang disengaja, apakah hanya

untuk menarik perhatian ataukah merupakan respons negatif terhadap keseluruhan

siswa dalam mereaksi tingkah laku seseorang. Guru dituntut mengenal berbagai cara

pendekatan pengelolaan kelas agar dapat mengelola kelas dengan baik. Disamping itu

juga biasa mempelajari pengalaman orang lain dalam mengelola kelas.

b) Tindakan Kuratif

- Pengidentifikasian

Guru mengidentifikasi para siswa yang melakukan pelanggaran atau para

siswa yang memperoleh kesulitan akibat pelanggaran yang dilakukan siswa, sehingga

guru dapat melakukan penyembuhan secara tepat.

- Membuat rencana

Data yang diperoleh dari langkah di atas merupakan dasar untuk melakukan

perencanaan tindakan selanjutnya. Dengan demikian, rencana yang dibuat

berdasarkan data yang akurat sehingga langkah tindakan berikutnya akan sesuai

dengan sasaran dan tidak menimbulkan gejolak baru atau bahkan menambah masalah

yang lebih kompleks.

- Menetapkan waktu pertemuan

Page 77: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Perencanaan waktu pertemuan harus disetujui bersama-sama oleh guru dan

siswa yang bersangkutan merupakan suatu permulaan yang baik untuk berhasilnya

langkah kuratif ini.

- Menetapkan maksud pertemuan

Penentuan waktu pertemuan haeus disetujui bersama oleh guru dan siswa

yang bersangkutan merupakan suatu permulaan yang baik untuk berhasilnya langkah

kuratif ini.

- Menjelaskan maksud pertemuan

Bila tiba saatnya waktu prtemuan, mak jelaskan maksud pertemuan itu dan

jelaskan kepada siswa agar siswa menyadari bahwa pertemuan itu diusahakan dengan

penuh ketulusan semata-mata untuk perbaikan. Di samping itu perlu diperhatikan cara

guru menyikapi siswa waktu pertemuan berlangsung.

- Menunjukakkan bahwa gurupun bisa berbuat salah

Tunjukkan bahwa guru pun bukan orang yang sempurna dan tidak bebas dari

kelemahan. Akan tetapi yang penting antara guru dan siswa haeus ada kesadaran

untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki diri, saling mengingatkan untuk

kepentingan bersama. Seseorang yang kurang mengenali diri akan menyebabkan dia

salah menilai dirinya.

- Guru berusaha membawa siswa kepada masalahnya

Seseorang memiliki rasa harga diri, oleh karena itu kan sukar bagi siswa

untuk langsung mengatakan atau mengakui kesalahannya. Hanya dengan sikap yang

Page 78: Skripsi Pendidikan (132)

ix

sabar siswa akan secara perlahan-lahan muncul kesadaran untuk melihat

kesalahannya, sehingga sikap dan tindakannya akan mendorong siswa ke arah

kesadaran akan kesalahannya dan akhirnya memberi motivasi ke arah perbaikan.

- Bila pada pertemuan yang diadakan ternyata siswa tidak responsive.

Guru dapat mengajak siswa untuk berdiskusi. Langkah ini bersifat persuasive,

yang secara formal lebih memberikan kesempatan untuk berdialog langsung tanpa

ada tekanan, sehingga masing-masing dapat memberi argumentasi. Pada akhirnya,

akan disimpulkan kesepakatan bersama yang harus ditaati oleh guru maupun siswa.

Tentu saja guru mempunyai jurus-jurus dan misi diplomasi untuk mencapai tujuan.

- Melakukan tindak lanjut

Setelah pemecahan masalah sudah tercapai, mak harus diikuti dengan

pemantauan terhadp masalah yang sudah dipecahkan tadi. Hal ini berguna agar jika

terjadi penyimpangan-penyimpangan dapat segera ditanggulangi.

Page 79: Skripsi Pendidikan (132)

ix

BAB III

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitataif

dengan metode deskripsi, yaitu dengan menggambarkan keadaan dan memecahkan

masalah yang sedang berlangsung. Dengan pendekatan ini diharapkan peneliti dapat

menghasilkan data yang deskriptif yang nantinya dapat dituangkan dalam bentuk

laporan dan uraian, jadi tidak diutamakan angka-angka statistik.

Istilah penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975:25) yang

dikutip oleh Moleong (2000:3) metodologi kualitatif sebagai prosedur pemilihan

Page 80: Skripsi Pendidikan (132)

ix

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati.

Alasan digunakannya pendekatan ini karena peneliti tidak melakukan

pengetesan atau pengujian hipotesis, melainkan berusaha menelusuri, memahami,

menjelaskan gejala, kaitan hubungan antara segala sesuatu yang diteliti, dalam hal ini

mendeskripsikan ketrampilan guru dalam mengelola kelas pada proses pembelajaran

matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo.

Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SD Negeri I Kertek

Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo, yang beralamat di jalan Raya Parakan No.

285 A Kertek. Alasan dipilihnya lokasi tersebut didasarkan atas keingintahuan

peneliti tentang ketrampilan guru dalam mengelola kelas pada proses pembelajaran

matematika dari kelas I sampai kelas VI, serta lokasi penelitian dekat dengan tempat

tinggal peneliti sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya. Dengan demikian,

hambatan-hambatan yang ditimbulkan dari faktor ini dapat dikendalikan.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah kepala sekolah, wali kelas sebagai guru kelas dan

siswa.

66

Page 81: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Dari kepala sekolah selaku penanggung jawab pelaksanaan kegiatan pembelajaran di

sekolah dapat dimintai keterangan tentang pelaksanaan pengelolaan kelas di

sekolahnya serta berbagai macam sarana dan prasarana yang digunakan sebagai

penunjang pelaksanaan pengelolaan kelas yang efektif.

Wali kelas sebagai pelaksana proses pembelajaran, pengelola kelas sekaligus juga

mengampu semua mata pelajaran. Diperoleh informasi tentang pengelolaan kelas

pada pembelajaran matematika.

Siswa sebagai anak didik dapat memberikan informasi tentang perannya dalam

pengelolaan kelas, khususnya dalam pembelajaran matematika.

Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah langkah-langkah yang ditempuh oleh

peneliti untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Peneliti

menggunakan teknik:

1. Observasi

Menurut Marzuki (2001:58) dengan metode observasi orang melakukan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang

diselidiki. Metode ini memiliki kebaikan sebagai berikut :

Pencatatan dapat dilakukan pada waktu terjadinya peristiwa atau terlihatnya gejala

tertentu.

Tidak tergantung pada jawaban responden, maka lebih objektif dan lebih teliti.

Page 82: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Observasi yang dilakukan yaitu melalui cara pengamatan yang tidak berperan

serta. Artinya peneliti hanya mengadakan pengamatan saja tanpa menjadi anggota

kelompok yang diamatinya. Pengamatannyapun dilakukan secara terbuka dengan

diketahui oleh subyek, sedangkan sebaliknya para subyek dengan suka rela

memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi.

Dan mereka juga menyadari ada orang yang sedang mengamati hal-hal yang

dilakukan mereka.

Alat yang digunakan dalam metode observasi ini adalah catatan lapangan

karena pengamat dalam situasi pengamatan tidak berperan serta. Pengamatan dalam

hal ini relatif bebas membuat catatan apa saja yang dikehendaki. Catatan yang dibuat

dalam pengamatan berupa laporan langkah-langkah peristiwa dan catatan tentang

gambaran umum yang singkat.

Metode observasi digunakan untuk memperoleh data tentang ketrampilan

guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran matematika di SD Negeri I Kertek

Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh

dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

yang memberikan jawaban (Moleong, 2001:63).

Dalam wawancara ini penulis menggunkan jenis wawancara bebas terpimpin

atau wawancara terkontrol, artinya wawancara berjalan dengan bebas tapi masih

terpenuhi komparabilitas dan reliabilitas terhadap persoalan penelitian.

Page 83: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Melalui wawancara ini diharapkan data yang diungkap lebih mendalam.

Wawancara dilakukan secara terbuka, artinya para subyek tahu bahwa mereka sedang

diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara tersebut.

Selama wawancara pencatatan data adalah hal penting yang harus dilakukan

peneliti. Pencatatan data tersebut merupakan dasar yang akan dianalisis dari hasil

wawancara. Pencatatan data dilakukan melalui tape recorde dan melalui pencatatan

pewawancara sendiri.

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang bagaimana

ketrampilan guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran matematika.

3. Dokumentasi

Mengenai teknik dokumentasi Lincon dan Guba (dalam Moehadjir, 1989:105)

menyatakan bahwa dokumentasi adalah setiap bahan tertulis maupun film yang tidak

dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik, yang digunakan sebagai

sumber data, karena dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk

meramalkan.

Dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto proses belajar-mengajar

matematika pada kelas I sampai kelas VI SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo. Dari foto tersebut peneliti dapat memperoleh data yang

diperlukan. Selain itu, peneliti juga memperoleh data berupa daftar murid kelas I

sampai kelas VI, kurikulum dan satpel matematika.

Page 84: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain

merupakan alat pengumpul data utama (Moleong, 2000:4). Peneliti berperan serta

dalam kegiatan kemasyarakat, arinya dalam pengumpulan data ini peneliti melakukan

kegiatan pengamatan berperan serta.

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai

instrumen terjun langsung dalam pengambilan data dengan alat bantu berupa lembar

observasi, pedoman wawancara dan catatan-catatan dokumen yang ada di sekolah.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti akan mendapatkan data beranekaragam

yang berasal dari berbagai macam sumber, yaitu: observasi, wawancara ataupun

dokumen. Agar hasil penelitian sesuai yang diharapkan dan cocok dengan pendekatan

kualitatif, maka teknik analisis data yang digunakan adalah pendekatan induktif

artinya pemecahan masalah didasarkan atas berfikir empiris melalui data dan fakta

yang diperoleh di lapangan.

Secara rinci analisis data akan dilakukan sebagai berikut :

Reduksi data

Page 85: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Data mentah yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi

kemudian diproses dan disusun dalam bentuk uraian yang kemudian direduksi,

dirangkum, diseleksi atau dipilih yang penting, kemudian dicari polanya.

Reduksi data dilakukan dengan menyingkat, mereduksi, menyusun data mentah

secara sistematis agar dapat dikendalikan dan memberikan gambaran secara jelas.

Penyajian data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dituangkan dalam bentuk uraian

deskriptif sehingga data tersebut dapat menjadi laporan yang mempunyai hubungan

secara menyeluruh.

Menyimpulkan

Penarikan kesimpulan ini dilakukan setelah didapatkan laporan secara

menyeluruh pada tahap penyajian data. Penarikan kesimpulan dengan melihat dan

mempertimbangkan seluruh data yang ada secara induktif untuk mendapatkan

kesimpulan tentang ketrampilan guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran

matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo.

Teknik Pemeriksaaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini pemeriksaan keabsahan data menggunkan teknik :

Keikutsertaan di lapangandalam rentang waktu yang panjang

Page 86: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Dalam penelitian ini untuk menguji kepercayaan terhadap data yang telah

dikumpulkan dari informan, mak perlu mengadakan keikutsertaan dalam rentang

waktu yang panjang.

Kehadiran peneliti ke lokasi penelitian sangatlah mudah karena lokasi sekolah

dekat dengan rumah peneliti, sehingga sewaktu-waktu peneliti dapat dating untuk

mengadakan pengujian dari hasil wawancar yng telah dilakukan peneliti dengan

informan.

Sebagai langkah untuk mendukung kebenaran data secar akurat maka peneliti

juga mengadakan pemrotetan terhadap lokasi sekolah, proses belajar dan mengajar

matematika. Selain itu peneliti juga mengadakan pengamatan terhadap sarana dan

prasarana yang mendukung terciptanya pengelolaan kelas serta proses pembelajran

matematika.

Foto-foto terhadap objek ketrampilan guru dalam mengelola kelas dan observasi

terhadap data-data ini dimaksudkan untuk mendukung kebenarannya antara hasil

wawancar dengan kenyataan yang sebenarnya di lapangan.

Triangulasi

Teknik triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding data. Teknik triangulasi yang akan dilakukan yaitu pemeriksaan

melalui sumber lainnya.

Page 87: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Menurut Patton dan Moleong (2000:178) triangulasi dengan sumber lain berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat

dicapai dengan jalan (1) membandingkan data dan hasil pengamatan dengan data

hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan

orang-arang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu,

(4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang seperti rakyat biasa, orang pendidikan, orang berada dan orang

pemerintahan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

terkait.

Pengecekan anggota

Peneliti mengadakan pengecekan anggota dengan tujuan untuk menguji

terhadap derajat kepercayaan tentang data-data yang diperoleh dari informan.

Pelaksanaan pengecekan anggota dengan tujuan untukmenguji terhadap derajat

kepercayaan tentang data-data yang diperoleh dari informan, karena anggota yang

dimaksud adalah kepala sekolah, guru-guru maupunsiswa SD Negeri I Kertek,

sebagai latar dalam penelitian ini.

Dari kegiatan pengecekan anggota ini, peneliti telah memperoleh kelengkapan

data dan akurasi data tentang ketrampilan guru dalam mengelola kelas pada

Page 88: Skripsi Pendidikan (132)

ix

pembelajran matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo.

Penulisan Laporan

Teknik Penulisan

Dalam penulisan laporan penelitian ini mencakup 3 hal yaitu penulisan, gaya

penulisan dan petunjuk umum penulisan. Menurut Bogdan dan Biklen (1982:172-

175) yang dikutip Moleong (2000:228) menyebutkan :

a. Cara penulisan laporan penelitian biasanya diarahkan oleh siatu fokus yang

berarti bahwa penulis memutuskan untuk memberitahu keinginannya kepada para

pembaca.

b. Gaya penulisan adalah menyajikan laporan penemuan pandangan didaktis, yaitu

menyatakan isinya akan berargumentasi, menyajikan aspek-aspek kunci

perspektifnya dan menyajikan contoh - contoh data. Data ditemukan secara

induktif dan penyajiannya dilakukan secara deduktif.

c. Petunjuk penulisan laporan dimanfaatkan oleh peneliti sewaktu akan memulai

penulisan laporan.

Tahapan Penulisan Laporan (Moleong, 200:227-228)

Menyusun materi data sehingga bahan - bahan itu dapat secepatnya tersedia apabila

diperlukan.

Page 89: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Penyusunan kerangka laporan

Mengadakan uji silang antara indeks bahan data dengan kerangka yang baru disusun

Tahap penulisan sebenarnya

Tahap penulisan ini perlu disertai penjajagan audit. Hal ini memungkinkan

penulis untuk melaporkan fakta yang benar-benar fakta untuk membuat pertanyaan

yang senantiasa didukung oleh data.

Tahapan-tahapan Penelitian

Tahap Pra Lapangan

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian / usul penelitian berisi: (1) Latar belakang masalah dan

alasan pelaksanaan penelitian; (2) Kajian kepustakaan; (3) Pemilihan lapangan

penelitian; (4) Penentuan jadwal penelitian; (5) Pemilihan alat penelitian; (6)

Rancangan pengumpulan data; (7) Rancangan prosedur analisis data; (8) Rancangan

perlengkapan; (9) Rancangan pengecekan keabsahan data.

2) Memilih Lapangan Penelitian

Dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan

teori substantif; pergilah dan jajagilah lapangan untuk melihat apakah terdapat

kesesuaian dengan kenyataan yang berada di lapangan. Keterbatasan geografis dan

praktis seperti waktu, biaya, tenaga perlu pula dijadikan pertimbangan dalam

penentuan lokasi penelitian (Moleong, 2000:86).

3) Mengurus Perizinan

Page 90: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Pada langkah ini mencakup: (1) Mengetahui siapa saja yang berkuasa dan

berwenang memberi izin bagi pelaksanaan penelitian; (2) Mengetahui persyaratan

yang diperlukan; (3) Mengetahui tentang apa yang harus dikemukakan kepada

pemberi izin, yaitu mencari sikap, perilaku, kegemaran dan latar belakang

pendidikannya kepada pemberi izin; (4) Setelah izin diberikan, jangan lupa senantiasa

menjaga hubungan baik dengan yang memberi izin.

4) Menjajagi dan Menilai Keadaan Lapangan

Tahap ini merupakan orientasi lapangan, namun dalam hal-hal tertentu telah

menilai keadaan lapangan. Maksud dan tujuan penjajagan lapangan adalah berusaha;

(1) Mengenal segala unsur lingkngan sosial, baik fisik dan keadaan alam; (2) Untuk

membuat persiapan dan perlengkapan yang diperlukan; (3) Menilai keadaan, situasi,

latar dan konteksnya.

5) Memilih dan Memanfaatkan Informan

Memilih informan yang dapat memberikan informasi-informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian. Agar peneliti memperoleh informasi yang benar

dan memenuhi syarat, seyogyanya peneliti menyelidiki motivasinya dan

kejujurannya.

6) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian, meliputi: (1) Perizinan; (2) alat tulis; (3)

Alat perekam yang dibutuhkan; (4) Jadwal kegiatan dan rancangan biaya.

Page 91: Skripsi Pendidikan (132)

ix

7) Persoalan Etika Penelitian, mencakup: (1) memahami peraturan, norma, nilai

sosial masyarakat; (2) menjelaskan maksud dan tujuan penelitian; (3) menghargai,

menghormati dan memetuhi, peraturan, norma, nili masyarakat, kepercayaan,

kebudayaan; (4) memegang keberhasilan sesuatu yang dikehendaki; (5) menulis

segala kejadian, peristiwa, cerita dan lain- lain secara jujur dan benar.

Tahap Pekerjaan Lapangan

Memahami Latar Penelitian dan Persiapan diri: (1) Pembatasan latar dan peneliti; (2)

Penampilan (mengadaptasi diri dengan lingkungan); (3) Pengenalan hubungan

peneliti di lapangan; (4) Jumlah waktu studi.

Memasuki Lapangan: (1) Keakraban hubungan; (2) Mempelajari bahasa; (3) Peranan

peneliti; besarnya peranan, dipaksa berperan, jadilah anggota komunitas, jangan

menduga.

Berperan serta sambil mengumpulkan data: (1) Pengarahan batas studi; (2) Mencatat

data; (3) Cara mengingat data; (4) Analisis di lapangan.

Tahap Analisis Data

Penulisan laporan hasil penelitian

Page 92: Skripsi Pendidikan (132)

ix

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo

SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo terletak di jalan

Raya Parakan No. 285 A Kertek, dengan NSS 101030708001. SD ini didirikan pada

tahun 1973. Dulu berada di kampung Betengsari. Namun karena berada di tengah-

tengah dusun dan letaknya kurang strategis kemudian pada tahun 1994 pindah di

jalan raya Parakan.

Letaknya sangat strategis dan mudah dijangkau karena dilewati oleh angkutan

yang menuju ke kota Parakan. Luasnya 2000 m2. Berada di tepi jalan raya, namun

suasananya masih nyaman karena kendaraan yang lalu lalang tidak banyak. Dengan

demikian proses belajar dan mengajar tidak terganggu.

Batas-batas wilayah SD Negeri I Kertek yaitu :

Sebelah Utara : Dusun Campursari

Sebelah Selatan : Dusun Campursari

Sebelah Timur : Jalan Raya Parakan

Sebelah Barat : Dusun Jambusari

Kondisi fisik SD Negeri I Kertek lebih baik jika dibandingkan dengan sekolah

dasar lain di kecamatan Kertek. Sarana dan prasarana di SD ini cukup memadai

Page 93: Skripsi Pendidikan (132)

ix

untuk mendukung penyelenggaraan proses pembelajaran. Sarana dan prasarana tersaji

dalam tabel berikut:

Tabel 1. Sarana dan Prasarana SD Negeri I Kertek

No. Sarana dan

Prasarana

Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Kelas

Kantor Sekolah

Perpustakaan

Kantin

Gudang

WC Guru

WC Siswa

6 ruangan

1 ruangan

1 ruangan

1 ruangan

1 ruangan

2 ruangan

2 ruangan

( Sumber : SD Negeri I Kertek, 2005)

Jumlah guru yang ada di SD Negeri I Kertek berjumlah 13 orang. Setiap kelas

dipegang oleh wali kelas. Untuk rinciannya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2. Tenaga Pendukung SD Negeri I Kertek

No. Tenaga Pendukung Keterangan

1.

2.

3.

4.

Kepala Sekolah

Guru Kelas

Guru Agama

Guru Olahraga

1 orang

6 orang

2 orang

1 orang

Page 94: Skripsi Pendidikan (132)

ix

5.

6.

Guru Bahasa Inggris

Penjaga / Pesuruh

1 orang

2 orang

( Sumber : SD Negeri I Kertek, 2005)

SD Negeri I Kertek terdiri atas 6 kelas. Jumlah siswa cukup banyak yaitu 252,

dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.

No. Kelas Jumlah Siswa

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kelas I

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Kelas V

Kelas VI

24 siswa

47 siswa

38 siswa

43 siswa

36 siswa

34 siswa

( Data Jumlah Siswa SD N I Kertek, 18 juni 2005)

Struktur Organisasi SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo

Bagan 4.1

Kepala Desa

( Arifi A.R.)

Kepala Sekolah

( Wariman A.W.)

Ketua BP3

( Tohir Wijaya)

Guru Kelas I

( Suhartati)

Guru Kelas

II ( Sundari)

Guru Kelas

III ( Asrarti)

Guru Kelas IV

( Sumaryono)

Guru Kelas

V ( Sutikno)

Guru Kelas

IV ( Indri )

Page 95: Skripsi Pendidikan (132)

ix

B. Deskripsi tentang Ketrampilan Guru dalam Mengelola Kelas di SD Negeri I

Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo

a. Hasil Observasi

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan, kegiatan belajar dan mengajar di SD Negeri I Kertek dapat

dikatakan baik. Ini dapat dilihat dari cara belajar siswa saat menerima pelajaran dan guru saat memberi pelajaran.

Sebelum memberikan pelajaran matematika guru selalu menyusun program pengajaran, membuat persiapan mengajar,

menyiapkan alat peraga dan alat evaluasi belajar. Metode yang digunakan bervariasi yaitu ceramah dan tanya jawab.

Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit. Namun demikian rata-rata setengah dari siswa di SD Negeri I

Kertek menyukai pelajaran ini. Dalam mengikuti pelajaran siswa aktif mendengarkan materi dan bertanya. Setelah materi selesai

diberikan, maka sebagai umpan baliknya siswa mengerjakan soal. Guru berkeliling kelas memantau kerja siswa dan memeriksa

tugas siswa. Untuk melatih siswa dan memperdalam materi guru selalu memberikan PR dan tugas kelompok.

Di dalam kelas guru bersikap demokratis, mendorong tingkah laku siswa yang positif dan mengurangi tingkah laku

siswa yang negatif. Untuk kedisiplinan maka mereka menegakkan peraturan kelas dengan cara pemberian sanksi bila siswa

bersalah. Menurut pengamatan, tata tertib kelas sudah dilaksanakan sesuai dengan peraturan.

Keadaan kelas dan perabot kelas dapat dikatakan cukup baik dan tertata rapi. Pengaturan tempat duduk siswa

diperhatikan, karena tempat duduk mempengaruhi siswa dalam belajar. Hal ini didasarkan atas prestasi siswa.

b. Hasil Wawancara

1. Guru Kelas I (Ibu Hartati)

Menurut informasi guru kelas I bahwa kaitannya dengan pengelolaan kelas, peran yang harus dilakukan guru utamanya

adalah pengenalan. Siswa mengenal guru dan guru mengenal siswa. Hal tersebut dilakukan karena pengenalan akan terjadi

komunikasi, sehingga nantinya akan menunjang guru dalam proses belajar dan mengajar.

Guru tidak hanya mengajar, di kelas I yaitu guru mendidik anak dan mengarahkan anak jangan sampai anak keliru di

masa depannya. Selain itu menurut informasi guru dapat berperan di luar kelas yaitu sebagai pengelola pramuka siaga putri dan

memegang keuangan sekolah.

Selama ini ia berperan dalam pengelolaan kelas telah berhasil menghantarkan anak didiknya sebagai siswa teladan di

tingkat kecamatan, kabupaten dan propinsi.

Disiplin kelas menurutnya sangat penting. Cara membina disiplin kelas sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah

itu. Guru berusaha disiplin semaksimal mungkin dan memberi contoh karena menurut dia kalau gurunya disiplin maka anak

didiknya disiplin. Untuk kelas I penanaman kedisiplinan berjalan sedini mungkin mulai dari hal yang paling kecil sampai yang

besar.

Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan dalam mengelola kelas pada pembelajaran matematika adalah dengan

menggunakan alat peraga. Karena alat peraga dapat membuat siswa menjadi lebih bermotivasi dalam pelajaran. Untuk anak

Page 96: Skripsi Pendidikan (132)

ix

yang ramai dalam pembelajaran matematika ia menggunakan teknik pendekatan secara pribadi, artinya anak didekati dan diajak

berbicara. Hambatan-hambatan dalam pengelolaan kelas khususnya dalam pembelajaran matematika adalah adanya anak yang

lamban dalam menerima pelajaran. Cara mengatasi hal tersebut adalah anak setelah pulang sekolah tinggal dulu di kelas untuk

diberi pengulangan pelajaran yang tadi.

Syarat-syarat kelas yang baik menurut informasinya adalah kelas harus tertib dalam masuk, di dalam kelas maupun

pulang sekolah, disiplin dalam berpakaian dan menerima pelajaran. Selain itu kelas juga harus dilengkapi dengan perabot kelas.

Perabot kelas tersebut diatur sesuai dengan keadaan kelas, ditata rapi sedemikian rupa agar menarik. Penempatan duduk

siswapun diatur yaitu dengan cara posisi anak diganti setiap 2 bulan sekali.

Guna mendukung pengelolaan kelas perlu adanya administrasi kelas yang lengkap. Administrasi yang dimiliki kelas I

adalah PMH, Promes, Prota, Buku BK, Laporan Ujian Semester, Laporan Prestasi dan Target Pembelajaran, Buku Tamu, Buku

Inventaris, Buku Mutasi, Buku Kenaikan Kelas, Buku Penerimaan Raport, Daftar Nilai, Daftar Kelas, Buku Keuangan Kelas.

Peran siswa kelas I cukup aktif dalam pengelolaan kelas pada pembelajaran matematika. Rata-rata siswa menyukai

pelajaran matematika dengan bukti hasil nilai menunjukkan rata-rata 7. Hal yang biasa dilakukan siswa yaitu mendengarkan

materi yang diberikan dan menjawab soal. Kalau ada anak yang tidak mendengarkan pelajaran caranya ditegur.

Matematika merupakan pelajaran yang sulit, cara dalam mengelola kelas agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu dengan menarik siswa dengan nyanyian dan

alat peraga. Selain itu di bentuk kelompok belajar, agar siswa yang lambat dapat

berlatih mengerjakan soal-soal dengan cara bertanya pada siswa yang pandai.

Di kelas I program kegiatan yang ada adalah piket harian, piket mingguan dan

pariwisata. Untuk tata tertib telah dilaksanakan dengan baik, mulai dari masuk

sekolah sampai dengan pulang sekolah. Bila ada yang melanggar tata tertib, maka

diberi sanksi yang mendidik.

2. Guru Kelas II (Ibu Sundari)

Menurut informasi guru kelas II peran yang harus dilakukan guru adalah

mengajar, membina budi pekerti dan kedisiplinan anak baik dirumah maupun di

sekolah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru sebagai pengajar adalah memberikan

Page 97: Skripsi Pendidikan (132)

ix

materi, mendidik anak supaya tidak hanya mendapatkan ilmu saja tapi bermoral baik,

menjaga kedisiplinan di sekolah maupun di rumah. Guru merupakan orang tua di

sekolah jadi sebaiknya memperlakukan anak seperti anaknya sendiri.

Kedisiplinan merupakan hal yang paling penting, cara informan ini dalam

membina disiplin kelas adalah dengan memberikan contoh yang baik kepada anak,

sehingga anak-anak akan ikut sesuai dengan perilaku yang ia lakukan. Untuk

menciptakan disiplin kelas antara guru dan siswa harus bekerja sama. Biasanya ia

menggunakan peringatan apabila ada anak yang tidak disiplin. Di kelas II disiplin

kelas sudah diterapkan dan sudah dijalankan walaupun ada satu dua anak yang masih

melanggar.

Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan dalam pengelolan kelas pada

pembelajaran matematika yaitu memberikan materi pelajaran sesuai dengan

kurikulum yang berlaku dengan menggunakan alat peraga agar anak tidak verbalisme.

Karena matematika merupakan pelajaran yang sulit, maka dia memberikan latihan-

latihan dari taraf soal yang mudah ke soal yang sukar. Hambatan dalam pengelolaan

kelas, yaitu anak yang lamban sulit dalam menerima pelajaran. Cara mengatasi hal

tersebut dengan cara di beri PR lain yang tidak sama dengan temannya.

Syarat-syarat kelas yang baik menurut informan adalah KBM berjalan dengan

lancar, guru memperlakukan anak seperti anaknyan sendiri, keadaan kelas selalu

bersih dan penataan ruangan rapi, dilengkapi dengan perabot kelas. Cara mengatur

ruang kelas agar menarik dan tidak membosankan dan menembah minat belajar siswa

dengan cara menjaga kebersihan, penempatan siswa diperhatikan, kelas diatur

sedemikian rupa agar dipandang rapi. Untuk penempatan siswa setiap 3 bulan sekali

Page 98: Skripsi Pendidikan (132)

ix

di pindah, yaitu untuk yang duduk di belakang pindah ke depan dan sebaliknya, tapi

untuk anak yang bodoh dan banyak bicara duduknya tetap permanen di depan.

Guna mendukung pengelolaan kelas, maka kelas harus mempunyai administrasi

kelas yang lengkap, missal daftar nilai, daftar kelas, PMH, BK, buku tamu, buku

mutasi, buku evaluasi dan lain-lain.

Peran siswa dalam pengelolaan kelas pada pembelajaran matematika, mereka

kebanyakan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dalam hal ini memberikan

materi pelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu guna

menunjang motivasi siswa dalam pelajaran matematika, maka kelas dibentuk

kelompok belajar dan memberikan PR setelah pelajaran selesai.

3. Guru Kelas III (Ibu Asrarti)

Di dalam pengelolaan kelas menurut informan ini adalah bahwa guru harus

mengajar dan mendidik. Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan guru adalah

menguasai materi, menggunakan alat peraga dan membuat anak bisa mengerjakan

soal. Mendidik anak diartikan memberikan arahan kepada siswa untuk berperilaku

yang baik.

Disiplin kelas merupakan hal yang paling penting diberikan pada anak. Cara

membina disiplin kelas menurut guru kelas III ini adalah memberikan contoh dan

memperhatikan gerak-gerik siswa daalm setiap kegiatan. Dalam disiplin kelas

digunakan pendekatan secara pribadi, social dan kelompok. Teknik dalm disiplin

kelas pertama anak anak dipantau kedisiplinan dalam berpakaian, di dalam kelas dan

pantauan murid dari guru lainnya.

Page 99: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Kegiatan yang dilakuakn guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran

matematika biasanya mengabsen siswa, mempersiapkan alat peraga, memulai

pelajaran, memberikan soal latihan dan membahasnya. Karena pelajaran matematika

itu sulit maka ia menyuruh siswa mendengarkan pelajaran dan tidak boleh ada yang

ramai serta ia banyak memberikan soal-soal latihan. Hambatan-hambatan dalam

pengelolan kelas pada kelas III yaitu adanya anak yang bicara sendiri. Cara mengatasi

hal tersebut dengan cara pendekatan secara pribadi maupun pendekatan dengan orang

tua.

Syarat-syarat kelas yang baik, menurut informan adalah dijaga kebersihannya,

penataan ruang dibuat sedemikian rupa, misalnya kelas diberi tanaman untuk

mengurangi rasa jenuh di kelas. Perabot di kelas III sudah ada tapi masih kurang

lengkap. Pengaturan perabot kelas diatur setiap 1 minggu sekali yaitu hari jum’at.

Selain itu pengaturan tempat duduk siswa diperhatikan, tiap 2 bulan sekali bergantian

dengan tujuan agar anak tidak terlalu mengarah pada satu arah dan dilihat dari segi

sosial agar anak yang minder menjadi tidak minder.

Untuk mendukung pengelolaan kelas, maka perlu administrasi kelas, yaitu

daftar kelas, daftar nilai, kelompok belajar, BK, buku pengayaan dan lain-lain.

Peran siswa dalam pengelolaan kelas cukup aktif, guru sebagai fasilitator

sehingga anak bisa mandiri. Rata-rata anak kelas III menyukai pelajaran matematika.

Hal-hal yang biasa dilakukan siswa dikelas dalam pelajaran matematika yaitu

mendengarkan dan memperhatikan guru dalam memberikan materi serta mengerjakan

soal. Pendukung pelajaran tersebut adalah dengan menggunakan media, misal

Page 100: Skripsi Pendidikan (132)

ix

gambar. Apabila siswa tidak mendengarkan materi pelajaran, maka guru akan

memberikan soal atau pertanyaan dan sanksi yang mendidik.

4. Guru Kelas IV ( Bapak Sumaryono )

Menurut guru kelas IV ini adalah bahwa peran guru adalah mengajar dan

mendidik. Guru sebagai fasilitator bagi anak untuk kemajuannya. Guru juga sebagai

suri tauladan bagi anak untuk mengajarkan dan mengarahkan anak berperilaku baik.

Untuk keberhasilan dalam kegiatan belajar dan mengajar guru harus mempersiapkan

alat peraga agar anak didik tidak verbalisme.

Untuk pelajaran matematika yang paling penting menurut informan ini adalah

penguasaan konsep dan dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dalam hal ini

aktif terutama dalam mendengarkan materi yang diberikan, mengerjakan soal dan

latihan.

Cara membina disilin kelas antara lain kelas dipasang tata tertib kelas

kemudian guru memberikan contoh yang baik. Bila ada anak yang melanggar maka

anak tersebut diberi sanksi yang sifatnya mendidik. Selama ini untuk kelas IV cukup

baik dalam menjalankan tata tertib.

5. Guru Kelas V (Bapak Sutikno)

Selain mengajar, menurut informan ini juga membimbing anak untuk bersikap

baik. Dalam KBM ia selalu mempersiapkan segala sesuatu terutama persiapan

mengajar dan apersepsi. Mengajar merupakan tugas guru tapi tugas terpenting

menurut informan adalah mendidik anak agar menjadi generasi penerus bangsa yang

Page 101: Skripsi Pendidikan (132)

ix

berbudi pekerti baik. Guru juga membimbing konseling yaitu penanganan masalah

anak.

Kedisiplinan untuk kelas 5 berjalan dengan cukup baik. Cara membina disiplin

kelas dimulai dari anak masuk kelas sampai pulang sekolah. Menurut informan

bahwa ketua kelas memegang peranan untuk mengatur kawannya.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru dalam mengelola kelas pada kelas pada

pembelajaran matematika yaitu guru menyuruh anak tetap berkonsentrasi dan tidak

bicara sendiri waktu pelajaran, memberikan materi dengan alat peraga serta banyak

memberikan soal untuk latihan. Hambatan-hambatan dalam hal ini terutama untuk

anak yang lamban dalam menerima pelajaran, mereka sulit menyesuaikan dengan

lainnya. Untuk mengatasinya anak dibuat kelompok belajar agar anak yang kurang

mampu dapat belajar dengan anak yang pandai.

Menurut informasi, bahwa untuk siswa kelas 5 aktif dalam pelajaran

matematika, karena guru selalu menanamkan cara agar anak menganggap matematika

itu mudah.

6. Guru Kelas VI (Ibu Indri S.)

Peran guru di dalam pengelolaan kelas selain mengajar, ia juga mendidik dan

membina siswa dalam hal budi pekerti. Ia berusaha menjadikan siswa untuk

berperilaku sesuai dengan norma-norma. Mendidik anak tidak cukup hanya dengan

bicara saja tapi dengan memberi contoh tingkah laku yang baik.

Dalam pelajaran matematika guru menerangkan materi, memberikan latihan dan

berkeliling kelas memantau siswa. Guru berusaha menanamkan motivasi siswa untuk

Page 102: Skripsi Pendidikan (132)

ix

belajar yaitu dengan menggunakan latihan-latihan dan memberikan PR. Untuk anak

yang lambat atau sulit menyesuaikan dengan teman-temannya, hal ini merupakan

hambatan guru dalam mengelola kelas. Untuk mengatasinya siswa tersebut disuruh

duduk dibarisan paling depan dan memberikan soal untuk dikerjakan di papan tulis,

sehingga siswa akan merasa malu maka ia akan berusaha belajar sehingga tidak

ketinggalan dengan teman-temannya.

Menurut informan, syarat-syarat kelas yang baik yaitu penataan ruang kelas

harus diperhatikan, jumlah siswa tidak terlalu banyak, tidak terlalu banyak gambar-

gambar yang ditempel di dinding kelas. Kelas sudah dilengkapi dengan perabot kelas,

guru berusaha untuk berinovasi mengaturnya. Untuk pengaturan tempat duduk dibagi

menurut tingkat pandai, lamban, bodohnya siswa. Siswa yang pandai duduk dengan

yang bodoh dan sebaliknya. Hal ini untuk memacu persaingan yang sehat antar siswa.

7. Kepala Sekolah (Bapak Wariman A.W.)

Menurut kepala sekolah bahwa pengelolaan kelas itu wajib dilakukan guru,

mereka mempunyai otonomi untuk mengatur kelas sesuai dengan yang diinginkan.

Dalam pengelolaan kelas peran guru adalah membina, mengatur, membimbing,

menata kelas sehingga kelas berhasil dalam pelajaran dan di luar pelajaran. Khusus

pelajaran matematika guru harus mempunyai strategi khusus dalam memberikan

materi. Karena selama ini matematika menjadi momok bagi siswa. Guru membuat

anak senang dalam menerima pelajaran matematika dan menganggap matematika itu

mudah. Hambatan-hambatan dalam mengelola kelas khususnya pada pelajaran

Page 103: Skripsi Pendidikan (132)

ix

matematika bahwa guru kadang-kadang kurang dalam memberikan penjelasan

dengan alat peraga. Untuk mengatasi hal ini maka sebagai kepala sekolah selalu

menghimbau untuk penggunaan alat peraga.

Sebagai kepala sekolah untuk membina disiplin kelas yaitu mengarahkan pada

guru kelas untuk disiplin waktu dan berpakaian. Karena mereka sebagai contoh bagi

murid-muridnya.

Guna mendukung pengelolaan kelas maka kelas harus memiliki syarat-syarat

yang baik, yaitu penataan tata ruang dan tempat duduk siswa, ventilasi cukup, cahaya

terang, administrasi kelas lengkap, kelas bersih dan proses belajar mengajar berjalan

dengan lancar. Penataan atau penempatan duduk siswa bahwa satu bangku dua kursi,

anak yang dianggap istimewa misal.

Bodoh dan nakal diberi tempat duduk yang nantinya menjadi perhatian guru,

sehingga diharapkan tidak mengganggu lain.

Peran siswa dalam pengelolaan kelas pada pembelajaran matematika, bahwa

siswa diharapkan aktif terutama dalam kelompok kerja di dalam latihan matematika.

Selain itu di dalam kelompok belajar mereka bisa membuat alat peraga sendiri.

8. Siswa

Menurut siswa-siswa di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo bahwa mereka rata-rata suka dengan pelajaran matematika karena mereka

menganggap pelajaran itu tidak sulit. Mereka sering bertanya bila belum dapat

Page 104: Skripsi Pendidikan (132)

ix

menguasai materi. Setiap pelajaran matematika guru dalam memberikan materi jelas.

Untuk latihan di rumah maka setiap pelajaran selesai pasti diberikan PR.

Kelas juga dibentuk kelompok belajar sesuai dengan jauh dekatnya rumah dan

satu minggu sekali mereka berkumpul.

Setiap hari ada anak yang terjadwal untuk piket membersihkan kelas dengan

tugas menyapu, membersihkan papan tulis, menyiapkan kapur dan lain-lain. Setiap

hari sabtu diadakan piket bersama-sama membersihkan kelas dan menganti posisi

perabot kelas agar anak tidak bosan.

Sebelum pelajaran dimulai anak-anak berbaris di depan kelas kemudian masuk

secara bergantian. Bersama-sama berdo’a dipimpin ketua kelas kemudian guru

mempresensi hadir tidaknya siswa lalu pelajaran dimulai. Untuk waktu istirahat anak-

anak tidak boleh berada di dalam kelas.

C. Reduksi Data

a. Ketrampilan Guru dalam Mengelola Kelas pada Pembelajaran Matematika

di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo

1. Peran guru dalam mengelola kelas

Page 105: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut

guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang

professional yang harus betul-betul menguasai pembelajaran.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik

berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti

meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan

melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Menurut hasil penelitian, peran yang dilakukan guru adalah sebagai pengajar,

pendidik dan pemimpin. Sebagai pengajar berkaitan dengan kegiatan belajar dan

mengajar yaitu bertugas menyampaikan materi. Sebagai pendidik berkaitan dengan

mengarahkan siswa dalam berperilaku yang baik, mengantarkan siswa menjadi

manusia dewasa yang cerdas dan berbudi luhur. Dalam hal ini peranan guru dalam

pembentukan sikap, tingkah laku, ketertiban dan kedisiplinannya. Di samping itu

guru harus memperhatikan kebiasaan-kebiasaan, kelainan-kelainan, kekhususan,

kelebihan dan kekurangan masing-masing siswa.

Tugas dan tanggung jawab guru dalam mengajar cukup kompleks sehingga di

dalamnya dibutuhkan motif bekerja yang kuat bagi guru agar pekerjaan yang

dilakukan tersebut mencapai sasaran atau tujuan. Mengajar merupakan suatu

perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya

pendidikan pada siswa sangat tergantung pada pertanggung jawaban guru dalam

melaksanakan tugasnya.

Page 106: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Peran guru dalam pengelolaan kelas sangat besar, karena guru sebagai

penanggungjawab kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Guru merupakan sentral

serta sumber kegiatan belajar dan mengajar. Guru harus penuh inisiatif dan kreatif

dalam mengelola kelas, karena gurulah yang mengetahui secara pasti situasi dan

kondisi kelas terutama keadaan siswa dengan segala latar belakangnya.

2. Aspek-aspek Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas adalah suatu upaya memperdayagunakan potensi kelas yang

seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan

pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika, kegiatan-kegiatan yang dilakukan

guru di SD Negeri I Kertek dalam pengelolaan kelas adalah:

1. Mengecek kehadiran siswa

2. Mengumpulkan hasil pekerjaan, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut

3. Mencatat data

4. Menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan alat peraga

5. Memberikan tugas/ PR

6. Menyusun program pengajaran

7. Membuat persiapan mengajar

8. Melaksanakan program perbaikan/pengayaan

9. Mengatur ruang kelas atau tempat duduk siswa

10. Memperhatikan sikap siswa

11. Memperhatikan kebiasaan siswa

Page 107: Skripsi Pendidikan (132)

ix

12. Hafal nama-nama siswa

13. Trampil membuka dan menutup pelajaran

14. Trampil mengadakan interaksi

15. Trampil bertanya kepada siswa sebagai umpan balik

16. Memberi motivasi kepada siswa

17. Memilih dan menggunakan metode yang tepat

18. Menangani masalah siswa

3. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan kelas, menurut hasil penelitian

ada 3, yaitu:

a. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku, untuk siswa yang mampu menguasai

tingkah laku tertentu sejalan dengan usaha belajar, maka siswa tersebut harus

diberi ganjaran. Pemberian ganjaran disebut dengan penguatan. Pemberian

penguatan terhadap tingkah laku yang telah dikuasai siswa disebut penguatan

positif. Sebaliknya penguatan negatif akan diberikan bagi siswa yang belum

menguasai tingkah laku yang diharapkan. Penguatan negatif dapat berupa

penghukuman atau penghilangan. Pemberian hukuman diberikan untuk siswa

yang bertingkah laku menyimpang. Penghilangan adalah penghentian pemberian

ganjaran.

� Penguatan positif

Page 108: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Adi siswa kelas VI mengumpulkan pekerjaan rumah tentang FPB dan KPK.

Pada waktu menyerahkan tugas, guru kelas VI (Bu Indri) memuji pekerjaan Adi dan

memberikan komentar bahwa proses perhitungan KPK dan FPB akan lebih mudah

jika menggunakan pohon akar. Untuk tugas selanjutnya Adi menggunakan pohon

akar dalam menyelesaikan perhitungan tersebut. Dalam hal ini berarti frekuensi

tingkah laku akan meningkat.

� Penghukuman

Bagus adalah siswa kelas V SD Negeri I Kertek. Pada pertemuan hari senin Pak

Tikno memberikan PR matematika yaitu tentang persegi panjang. Esok harinya PR

tersebut dikumpulkan , tapi Bagus tidak lengkap dalam mengerjakan karena persegi

panjang belum digambar. Untuk itu guru menyuruh Bagus keluar kelas untuk

mengerjakannya kembali dengan lengkapi gambar persegi panjang. Untuk

selanjutnya Bagus lebih memperhatikan PR yang diberikan guru.

� Penghilangan

Hal ini adalah menahan atau tidak memberikan ganjaran. Penghilangan

munculnya tingkah laku yang semula mendapat penguatan. Di dalam penelitian

ditemukan masalah : Maya siswa kelas V menyerahkan pekerjaan rumah tentang segi

tiga, lalu guru mengembalikan tanpa komentar. Padahal sebelumnya pada setiap

pekerjaan rumah yang dikumpulkan, Maya selalu memperoleh pujian dari Pak Tikno.

Hal ini menyebabkan frekuensi yang dikuatkan pada waktu-waktu sebelumnya

menjadi menurun.

Page 109: Skripsi Pendidikan (132)

ix

� Penguatan negatif

Penguatan negatif merupakan peniadaan hukuman setelah ditampilkan tingkah

laku yang mengakibatkan menurunnya frekuensi tingkah laku tersebut. Contoh

menurut informasi dan observasi bahwa Aan kelas IV selalu mendapat teguran

bahkan guru seringkali marah karena pekerjaan rumah yang dikumpulkan selalu

dikerjakan tidak lengkap dan tidak rapi. Ketika Aan mengumpulkan pekerjaan rumah

tentang pecahan desimal, Pak Mar tidak menegur dan tidak marah lagi, karena

pekerjaan Aan kali ini dibuat rapi, lengkap dan benar.

� Kapan penguatan diberikan

Menurut hasil pengamatan, setiap ada tingkah laku siswa yang dianggap baik

dan perlu diteruskan, maka guru memberikan penguatan segera mungkin setelah

tingkah laku itu ditampilkan. Tingkah laku yang tidak segera diberi ganjaran (misal

pujian) akan cenderung melemah dan tingkah laku menyimpang yang tidak segera

diberi hukuman akan cenderung berkembang. Dengan demikian, semakin cepat

memberikan penguatan akan semakin baik.

Beberapa keuntungan bila guru menggunakan hukuman, antara lain :

� Hukuman akan segera menghentikan tingkah laku siswa yang menyimpang dan

dapat mencegah berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

� Hukuman dapat membantu siswa untuk segera dapat mengetahui tingkah laku

yang dapat diterima.

Page 110: Skripsi Pendidikan (132)

ix

� Penerapan hukuman juga berfungsi sebagai aspek pembelajaran disiplin pada

aturan bagi siswa lain.

Kerugian bila guru menggunakan hukuman, antara lain :

� Hukuman dapat menyebabkan siswa menarik diri sama sekali

� Hukuman dapat menyebabkan siswa agresif

� Hukuman dapat menimbulkan reaksi negatif dari teman-teman siswa yang

bersangkuat

b. Pendekatan Iklim Sosio Emosional, didasarkan pada suatu keyakinan bahwa

pengelolan kelas yang efektif merupakan fungsi dari hubungan yang positif antara

guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, dengan guru sebagi penentu

utama hubungan interpersonal dan iklim kelas.

Agar siswa mencapai keberhasilan di sekolah, maka siswa harus mampu

mengembangkan tanggung jawab sosial dan perasaan bahwa dirinya memiliki makna

bagi teman-temannya.

Untuk membantu siswa dalam mengubah tingkah lakunya yang dilakukan guru

di SD Negeri I Kertek :

� Guru terlibat dalam kegiatan bersama siswa.

� Guru membantu kesulitan yang dialami siswa.

� Guru membimbing siswa dalam setiap tindakannya.

� Guru mendorong timbulnya tanggungjawab pribadi

Page 111: Skripsi Pendidikan (132)

ix

c. Pendekatan Proses kelompok, hal ini terlihat dalam :

� Adanya kegiatan di sekolah yang berlangsung dalam suasana kelompok

� Guru mengembangkan dan mempertahankan suasana kelompok yang efektif dan

produktif

� Adanya komunikasi sebagai interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas.

4. Ruang Kelas

Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan perlu memperhatikan

penataan ruang kelas. Penyusunan ruang kelas memungkinkan siswa duduk dan guru

bergerak secara leluasa.

Dari hasil penelitian, syarat-syarat kelas yang baik adalah :

1. Suasana kelas tenang, bersih dan nyaman.

2. Siswa mematuhi tata tertib kelas.

3. Penataan ruangan harus diperhatikan.

4. Jumlah siswa tidak terlalu banyak.

5. Tidak terlalu banyak gambar-gambar di dinding.

6. Tempat duduk siswa diperhatikan.

7. Administrasi kelas lengkap.

8. Proses belajar dan mengajar berjalan dengan lancar.

Dalam belajar siswa memerlukan tempat duduk. Tempat duduk mempengaruhi

siswa dalam belajar. Bila tempat duduk bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu

besar, tidak berat, persegi empat panjang dan sesuai dengan bentuk postur siswa

dapat belajat dengan baik dan tenang.

Page 112: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Bentuk dan ukuran tempat duduk yang digunakan di SD Negeri I Kertek yaitu

satu tempat duduk diduduki oleh dua orang. Untuk formasinya dapat diubah-ubah

sesuai dengan keinginan dan sesuai dengan kebutuhan. Apabila akan berdiskusi,

maka formasi tempat duduk berbentuk melingkar. Jika pembelajaran akan ditempuh

dengan metode ceramah, tempat duduk berderet memanjang ke belakang.

Ruang kelas yang bersih dan segar akan menjadikan siswa bergairah belajar.

Untuk menciptakan suasana tersebut setiap hari diadakan piket secara bergilir sesuai

dengan jadwal. Tugas dari piket adalah menyapu dan membersihkan papan tulis,

menyediakan air untuk cuci tangan guru setelah mengajar, menyiram tanaman yang

ada di dalam kelas. Selain piket harian juga ada piket mingguan yang dilaksanakan

pada hari Sabtu. Piket mingguan ini dilaksanakan bersama-sama setelah pelajaran

terakhir selesai. Kegiatan yang dilakukan dalam piket mingguan adalah mengepel

kelas, membersihkan perabot-perabot kelas dan mengubah posisi perabot tersebut.

5. Pengorganisasian Kelas

Penempatan siswa di kelas diperhatikan dengan cara adanya perubahan tempat

duduk setiap 3 bulan sekali. Pergeseran tersebut dilakukan pula dengan merubah

pasangan tempat duduk. Diusahakan agar menambah motivasi belajar siswa dalam

persaingan yang sehat antar siswa.

Dalam upaya melayani kegiatan belajar siswa yang optimal, pengelompokan

siswa mempunyai arti penting. Pembentukan kelompok pada dasarnya diatur oleh

guru sendiri. Dasar pembentukan yang dipakai antara lain taraf prestasi siswa, tempat

tinggal siswa dan jenis kelamin.

Page 113: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Guru merencanakan pembentukan kelompok-kelompok belajar memperhatikan

tentang kelompok-kelompok yang akan dibentuk, topik atau tugas yang akan

diberikan, media pembelajaran yang dipakai, berapa lama kerja kelompok, bentuk

laporan kelompok, pengaturan diskusi kelompok, penyelenggaraan diskusi kelas dan

sebagainya demi pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dirumuskan.

Untuk melatih dan menciptakan ketertiban kelas dibentuk arganisasi siswa di

kelas. Pembentukan organisasi kelas merupakan langkah awal melatih dan membina

siswa dalam berorganisasi. Mereka dilatih untuk belajar bertanggung jawab tas tugas

yang dipercayakan. Organisasi siswa dapat membantu guru dalam menyediakan

sarana pembelajaran, seperti menyediakan kapur, alat peraga, piket dan sebagainya.

Adapun bagannya adalah sebagai berikut :

6. Administrasi Kelas

Wakil Ketua Kelas

Siswa

Ketua Kelas

Bendahara Sekretaris

Seksi Seksi Seksi Seksi

Page 114: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Administrasi kelas perlu dikelola dengan baik, agar pelaksanaan proses belajar

dan mengajar dapat berhasil. Dari hasil penelitian, administrasi di kelas sudah

lengkap, misal : daftar kelas, daftar hadir, papan absen harian, buku penilaian, buku

mutasi siswa, buku keuangan, buku tamu, buku bimbingan konseling, buku

penerimaan dan pengembalian raport, daftar inventaris kelas, persiapan mengajar,

jadwal pelajaran, kalender pendidikan.

7. Disiplin Kelas dan Tata Tertib

Disiplin adalah ketertiban atau keselarasan tingkah laku menurut peraturan yang

sudah ditetapkan. Disiplin merupakan bagian yang terpenting dari proses belajar dan

mengajar, karena di kelas guru menjadi tauladan. Dari hasil penelitian cara guru di

SD Negeri I Kertek dalam membina disiplin kelas adalah:

1. Siswa diberi bimbingan dan penyuluhan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa.

2. Guru memberikan contoh perilaku yang baik kepada siswanya.

3. Mengembangkan kepimpinan dan tanggung jawab kepada siswa.

4. Membina organisasi kelas secara demokratis.

5. Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan

ketrampilan.

Sebagaimana layaknya lembaga pendidikan yang lain SD Negeri I Kertek untuk

menanamkan disiplin di sekolah baik bagi guru dan karyawan serta siswa-siswanya

menerapkan peraturan dan tata tertib yang harus ditaati.

Page 115: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Untuk pakaian seragam sekolah, ada seragam untuk guru dan siswa. Seragam

untuk guru menyesuaikan dengan peraturan pemerintah kabupaten Wonosobo, di

samping memiliki serabam guru sendiri. Hari senin dan selasa menggunakan PSH

abu-abu, rabu dan kamis PSH coklat, hari jum’at dan sabtu seragam batik. Pakaian

Korpri digunakan jika ada upacara hari-hari besar dan setiap tanggal 17. Sedangkan

seragam untuk siswa hari senin sampai sabtu menggunakan pakaian putih merah

kecuali jum’at menggunakan seragam pramuka. Setiap ada pelajaran olahraga, siswa

menggunakan seragam olahraga.

Setiap hari senin diadakan upacara bendera dan jum’at pagi senam kesegaran

jasmani. Selain itu upacara bendera dilakukan pada hari-hari besar nasional sesuai

dengan peraturan pemerintah yang berlaku.

Untuk mendukung kelancaran kegiatan di sekolah diberlakukan tata tertib

sebagai berikut:

a. Guru hadir 15 menit sebelum pelajaran dimulai.

b. Pelajaran dimulai pukul 07.00.

c. Piket sekolah datang lebih awal, yaitu pukul 6.30.

d. Menandatangani daftar hadir datang atau pulang.

e. Memakai pakaian seragam lengkap: PSH, PSR atau seragam sekolah.

f. Mengisi daftar hadir siswa.

g. Memimpin do’a sebelum pelajaran dimulai.

h. Tidak merokok pada waktu mengajar.

i. Meminta ijin apabila berhalangan hadir.

Page 116: Skripsi Pendidikan (132)

ix

j. Mengikuti upacara-upacara yang diselenggarakan sekolah atau Dinas Pendidikan.

k. Bersama-sama pulang setelah pelajaran selesai.

l. Bersama-sama menjaga kode etik guru.

m. Bersama-sama menjaga dan melaksanakan 3 K.

n. Saling menjaga kehormatan guru di sekolah dan di masyarakat.

Sedangkan tata tertib untuk siswa sebagai berikut:

a. Siswa masuk kelas pukul 07.00.

b. Hadir 15 menit sebelum pelajaran dimulai.

c. Mengikuti senam pagi bersama pada hari jum’at.

d. Khusus petugas piket hadir di sekolah 30 menit sebelum pelajaran dimulai.

e. Berpakaian seragam sekolah yang bersih dan rapi.

f. Berbaris dengan tertib sebelum masuk kelas.

g. Berdo’a sebelum pelajaran pertama dimulai dan setelah pelajaran terakhir selesai.

h. Meminta ijin kepada guru apabila akan meninggalkan kelas.

i. Menyampaikan alasan yang dapat diterima, apabila tidak masuk sekolah.

j. Mengikuti upacara bendera pada hari senin dan hari upacara lainnya.

k. Menjaga kebersihan, ketertiban dan keamanan sekolah.

l. Menjaga nama baik diri sendiri, orang tua, keluarga dan sekolah.

m. Menghormati kepala sekolah, guru, penjaga sekolah dan sesama teman.

8. Peranan Siswa dalam Pengelolaan Kelas

Peranan siswa dalam hal ini terlihat dengan adanya:

a. Kelompok Siswa

Page 117: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Di setiap kelas dibentuk kelompok belajar dan kelompok piket. Tujuan dengan

pembentukan kelompok tersebut adalah melatih kerjasama dengan orang lain dan

memacu persaingan dan motivasi siswa.

b. Program Kegiatan Kelas

Untuk program kegiatan kelas siswa membuat majalah dinding yang ditempel

di depan sekolahan. Majalah dinding ini berisi ide dan kreatifitas siswa. Selain setelah

akhir semester genap siswa kelas I, II, III mengadakan rekreasi walaupun tempatnya

dekat hanya di sekitar Wonosobo. Untuk kelas IV, V mengadakan rekreasi di luar

kota. Hal ini dikoordinir oleh guru dan tidak wajib diikuti oleh siswa.

b. Faktor-Faktor yang Menghambat Guru dalam Mengelola Kelas pada

Pembelajaran Matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo

Faktor-faktor penghambat guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran

matematika datang dari:

a. Faktor siswa

Siswa dalam kelas dapat dianggap sebagai individu dalam masyarakat kecil

yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagi bagian dari satu

kesatuan masyarakat disamping mereka juga harus tahu kewajibannya dan

keharusannya menghormati hak-hak orang lain yaitu teman-teman sekelasnya. Siswa

harus sadar bahwa kalau mereka menganggu temannya yang sedang belajar berarti

tidak melaksanakan kewajiban sebagai suatu anggota masyarakat kelas dan tidak

Page 118: Skripsi Pendidikan (132)

ix

menghormati hak siswa lain untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari

kegiatan belajar dan mengajar.

b. Faktor Fasilitas

Jumlah alat peraga yang tidak sesuai dengan jumlah siswa yang

membutuhkannya akan menimbulkan masalah pengelolaan kelas. Hal ini disebabkan

karena apabila alat peraga yang cukup dengan jumlah anak maka siswa akan

berkonsentrasi dengan pelajaran yang diberikan oleh guru. Bila hal ini terjadi maka

anak akan bertingkah laku menyimpang, misalnya berbicar sendiri, menganggu

teman-temannya dan lain-lain.

c. Cara Mengatasi Hambatan dalam Mengelola Kelas pada Pembelajaran

Matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek Kabupaten

Wonosobo

Dari hambatan-hambatan tersebut harus diantisipasi sehingga kemungkinan

dapat diupayakan pencegahannya. Dalam upaya pencegahan, peran guru sangat besar,

sebab guru sebagai penanggungjawab utama di kelas. Guru merupakan sumber

kegiatan belajar dan mengajar. Karena itu, guru harus penuh inisiatif dan kreatif

dalam mengelola kelasnya.

Adapun upaya pencegahannya di SD Negeri I Kertek adalah:

a. Mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan format belajar

b. Membina siswa dalam bertingkah laku

c. Memberi pujian secara tepat

d. Menegur siswa yang menganggu temannya

Page 119: Skripsi Pendidikan (132)

ix

e. Mendamaikan siswa yang bertengkar saat pelajaran berlangsung

f. Menginformasikan pelanggaran tata tertib oleh siswa yang sudah diberi teguran

g. Mengingatkan siswa dalam berpakaian seragam

Untuk pencegahan masalah pengelolaan kelas peran orang tua juga sangat

diperlukan. Keterlibatan dan kerjasama dimaksudkan agar masalah-masalah yang

benar-benar berada di luar jangkauan guru dapat diupayakan pencegahannya secara

bersama-sama. Upaya tersebut seperti membina ketertiban melalui pembiasaan yang

baik di rumah dan pengawasan orang tua.

Untuk faktor fasilitas yaitu kurangnya alat peraga, hal yang dilakukan guru

terutama yaitu memberi tugas kepada siswa untuk membuat alat peraga dari bahan-

bahan yang sederhana. Misalnya untuk kelas III dalam pelajaran matematika pokok

bahasan kubus dan balok, guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat kubus

dan balok dengan ukuran tertentu dari kertas karton.

Page 120: Skripsi Pendidikan (132)

ix

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Ketrampilan guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran matematika di SD Negeri I Kertek Kecamatan Kertek

Kabupaten Wonosobo dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat dari usaha guru dalam mengatur kegiatan belajar dan mengajar,

sehingga terwujud suasana yang efektif dan menyenangkan serta memotivasi siswa untuk belajar dengan baik.

2. Faktor yang menghambat guru dalam pengelolaan kelas pada pembelajaran matematika adalah masalah siswa dan fasilitas.

Masalah siswa yaitu kekurangsadaran siswa dalam memenuhi tugas dan haknya di kelas atau sekolah. Sedangkan masalah

fasilitas yaitu ketersediaan alat peraga yang belum lengkap.

3. Cara mengatasi masalah tersebut adalah guru memberikan penjelasan dan kesadaran pada siswa tentang hak, kewajiban

dan keharusan menghormati orang lain yaitu teman sekelasnya. Siswa harus sadar bahwa kalau mereka menganggu

temannya yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota satu masyarakat kelas dan tidak

menghormati hak siswa lain untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan belajar dan mengajar. Untuk ketersediaan alat

peraga yang belum lengkap, guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat alat-alat sederhana yang dapat digunakan

sebagai peraga dalam pembelajaran matematika.

107

Page 121: Skripsi Pendidikan (132)

ix

B. Saran 1. Guru harus mampu mengenali secara tepat berbagai masalah dalam pengelolaan kelas baik yang bersifat perorangan

maupun kelompok.

2. Guru harus memahami pendekatan mana yang cocok untuk jenis masalah tertentu.

3. Guru harus memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk

memecahkan masalah.

4. Guru dalam mempersiapkan dan menyajikan pelajaran hendaknya menyesuaikan

perbedaan karakteristik siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Page 122: Skripsi Pendidikan (132)

ix

Arikunto, Suharsimi.1987. Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan

Evaluatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

________________. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.

Djauzak, Ahmad. 1993/1994. Pengelolaan Kelas di SD. Depdikbud. Direktorat

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Hardojo, Herman. 1987. Mengajar Bahan Matematika. Jakarta : Depdikbud

Dirjendikti.

Lisnawati Simanjutak,dkk. 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta : Rineka

Cipta.

Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidkan. Jakarta : Rineka Cipta.

Marland, Michael.1991. Seni Mengelola Kelas Tugas dan Penampilan Seorang

Pendidik. Bandung: Dahara Prize.

Moleong, Lexy, J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Nasution, S. 2000. Didaktis Asas-Asas Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Poerwadarminta,WJS. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka.

Sugandi, Ahmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang : Unnes Press.

Sujana, Nana.1989.Teknologi Pengajaran.Bandung: Sinar Baru.

Tim Pengelola MKDK.1997. Profesi Kependidikan. Semarang : IKIP Semarang

Press.

Page 123: Skripsi Pendidikan (132)

ix