Sinusitis

8
 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Sinusitis merupakann salah satu penyakit infeksi yang sering dilaporkan dalam praktik kedokteran Oleh karena dibutuhkan biaya yang besar untuk pengobatannya maka sinusitis termasuk  penyakit y ang membebani ek onomi mas yrakat. Pre valensi sinusitis meningkat setiap tah unnya,di Amerika mencapai 14%, sedangkan di Eropa 10% sampai 3%. Tahun 1996 diperkirakan sekitar 16% dari  populasi ora ng dewasa Amerika S erikat menderita s inusitis. Dari jumlah tersebut, pemerinta h Amerika Serikat mengeluarkan uang untuk perawatan kesehatan sebesar 5,8 juta dollar Amerika (Wald, 1990;Maret, 1998;Cauwenberge, 200). Tahun 1995 dilaporkan oleh bagian rhinologi THT RSUPN Cipto mangunkusumo Jakarta, bahwa dari penelitian yang dilakukan selama tiga bulan didapatkan pasien baru sinusitis kronik sebanyak 54 pasien ( 2,8 % dari seluruh kunjungan di poliklinik THT) ( Darmaya nti, 1995). Sinus paranasal adalah rongga di dalam tulang tengkorak, yang merupakan hasil pneumatisasi dari tulang-tulang tengkorak. Terdapat empat sinus pada manusia yang semuanya bermuara ke rongga hidung dan merupakan bagian dari sistem pernafasan. Sinusitis didefenisikan sebagai inflamasi mukosa  pada sinus para nasa l. Sinusit is umumnya disertai atau dipicu oleh rhi nitis sehin gga sering disebut rhinosinusitis. Etiolog i sinusitis adalah infeksi yang berasal dari hidung (sinusitis kausa rhinogen) atau infeksi yang berasal Dario gigi (sinusitis kausa odontogen). Kuman penyebabnya meliputi bakteri, virus, dan jamur. Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia, hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu jari bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk  perubahan cuaca (se juk), penc emaran a lam sek itar, dan ja ngkitan ba kteri. Ge jala yan g mungkin terjadi  pada sinus itis adala h bersin-b ersin terutama di waktu pagi, ram but rontok, m ata sering gatal, k aki pega l-  pegal, ce pat lela h dan as ma. Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat kompleks, hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam  penelitian nya pada 44 penderi ta sinusiti s maksila kronis mendapatkan 8 di anta ranya (18,18 %) memberikan tes kulit positif dan kadar IgE total yang meninggi. Terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%). Angka kejadian sinusitis di Indonesia belum diketahui secara pasti. Tetapi diperkirakan cukup tinggi karena masih tingginya kejadian infeksi saluran napas atas, yang merupakan salah satu penyebab terbesar terjadinya sinusitis Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut yang tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa.

description

ners

Transcript of Sinusitis

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar BelakangSinusitis merupakann salah satu penyakit infeksi yang sering dilaporkan dalam praktik kedokteran Oleh karena dibutuhkan biaya yang besar untuk pengobatannya maka sinusitis termasuk penyakit yang membebani ekonomi masyrakat. Prevalensi sinusitis meningkat setiap tahunnya,di Amerika mencapai 14%, sedangkan di Eropa 10% sampai 3%. Tahun 1996 diperkirakan sekitar 16% dari populasi orang dewasa Amerika Serikat menderita sinusitis. Dari jumlah tersebut, pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan uang untuk perawatan kesehatan sebesar 5,8 juta dollar Amerika (Wald, 1990;Maret, 1998;Cauwenberge, 200). Tahun 1995 dilaporkan oleh bagian rhinologi THT RSUPN Cipto mangunkusumo Jakarta, bahwa dari penelitian yang dilakukan selama tiga bulan didapatkan pasien baru sinusitis kronik sebanyak 54 pasien (2,8 % dari seluruh kunjungan di poliklinik THT) (Darmayanti, 1995). Sinus paranasal adalah rongga di dalam tulang tengkorak, yang merupakan hasil pneumatisasi dari tulang-tulang tengkorak. Terdapat empat sinus pada manusia yang semuanya bermuara ke rongga hidung dan merupakan bagian dari sistem pernafasan. Sinusitis didefenisikan sebagai inflamasi mukosa pada sinus para nasal. Sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut rhinosinusitis. Etiologi sinusitis adalah infeksi yang berasal dari hidung (sinusitis kausa rhinogen) atau infeksi yang berasal Dario gigi (sinusitis kausa odontogen). Kuman penyebabnya meliputi bakteri, virus, dan jamur. Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia, hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu jari bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin-bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-pegal, cepat lelah dan asma. Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat kompleks, hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44 penderita sinusitis maksila kronis mendapatkan 8 di antaranya (18,18%) memberikan tes kulit positif dan kadar IgE total yang meninggi. Terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%).Angka kejadian sinusitis di Indonesia belum diketahui secara pasti. Tetapi diperkirakan cukup tinggi karena masih tingginya kejadian infeksi saluran napas atas, yang merupakan salah satu penyebab terbesar terjadinya sinusitisSebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut yang tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa.Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya sinusitis, salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit (Prick test, tes tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman dan jarang menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat ditentukanDi wilayah kerja Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi, jumlah penderita sinusitis memang bukanlah yang paling tertinggi , namun berdasarkan observasi awal peneliti pada tangal 20 sampai 22 Maret tahun 2013 bahwa setiap harinya ditemukan pasien sinusitis baru. Dan yang sering ialah penderita yang telah menderita sinusitis yang kronis. Dan setelah di lakukan wawancara secara dangkal di lakukan pada dua orang penderita sinusitis , seseorang mengatakan bahwa sudah sering mengalami kejadian berulang. Dan responden pertama mengatakan bahwa penyakitnya ini sering kambuh pada cuaca yang dingin. Sedangkan responden kedua mengatakan penyakitnya ini kambuh saat melakukan perjalanan jauh dengan menggendarai motor tampa menggunakan masker (penutup mulut dan hidung).Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengangkat permasalhan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan sinusitis pada pasien sinusitis di Poli THT RumahSakit Ahmad Mochtar Bukittinggi tahun 2013.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi terjadinya kekambuhan sinusitis pada pasien sinusitis di poli THT RumahSakit Ahmad Mochtar Bukittinggi tahun 2013.1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan umumUntuk mengetahuin faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan sinusitis pada pasien sinusitis di Poli THT RumahSakit Ahmad Mochtar Bukittinggi tahun 2013.1.3.2 Tujuan khususa. Diketahuinya distribusi frekuensi faktor yang mempengaruhi kekambuhan sinusitis di Poli THT RumahSakit Ahmad Mochtar Bukittinggi tahun 2013.b. Diketahuinya distribusi frekuensi pasien sinusitis di Poli THT RumahSakit Ahmad Mochtar Bukittinggi tahun 2013.c. Untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan sinusitis pada pasien sinusitis di Poli THT RumahSakit Ahmad Mochtar Bukittinggi tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi penelitiProposal penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan sebagai bakal ilmu bagi peneliti untuk memberikan pengetahuan kepada pasien sinusitis terkait dengan masalah-masalah yang tentunya berhubungan dengan keadaan pasien sinusitis serta melakukan penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan sinusitis pada penderita sinusitis.1.4.2 Bagi institusiDapat djadikan sebagai acuan bagi institusi pendidikan dalam mengkhususkan pembelajaran atau praktek lapangan terkait dengan masalah yang peneliti angkat sebagai tinjauan teori dan sumber informasi untuk tahun berikutnya atau dijadikan sebagai sumber pedoman untuk penelitian selanjutnya.1.4.3 Bagi lahan penelitianDapat dijadikan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan untuk merancang dan menjalankan program untuk pasien THT dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan sinusitis pada pasien sinusitis, sehingga pasien mampu mencegah terjadinya kekambuhan sinusitis , sehingga sinusitis pada pasien sinusitis dapat diminimalkan.1.5 Ruang LingkupPenelitian yang akan dilakukan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan sinusitis pada pasien sinusitis, mencakup beberapa hal yang akan di teliti yaitu sebagai variable independent adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan sinusitis dan variable dependent adalah kejadian sinusitis pada pasien sinusitis. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di wilayah kerja Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2013. Peneliti mengangkat judul ini karena masih banyaknya ditemukan pasien sinusitis dan yang paling banyak ditemui pasien dengan kejadian berualang. Peneliti ingin mengkaji faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kekambuhan sinusitis. Dalam penelitian kali ini penelitian mengunakan instrument penelitian berupa wawancara dan kuesioner.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Tinjauan Pustaka2.1.1 Sinusitis1) Pengertian Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang terkena , dapat dibagi menjadi sinuitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid.Bila mengenai beberapasinus disebut multisinusitis , sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis.Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dansinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang. Pada anak hanya sinus maksila dan sinus etmoid yang berkembang, sedangkan suinus frontal dan sinus sphenoid belum.Sinus maksila disebut juga antrum high-more, merupakan sinus yang sering terinfeksi, oleh karena (1) merupakan sinus paranasal yang terbesar, (2) letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret (dreanase) dari sinus maksila hanya tergantung daringerakan silia, (3) dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, (4) ostium sinus maksila terletak di meatus medius, di sekitar hiatus semilunaris yang sempit, sehingga mudah tersumbat.2) Patofisiologi Bila terjadi edema di kompleks ostiomeatal, mukosa yang letaknya berhadapan akan salig bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan lender tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drenase dan ventilasi di dalam sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif dan lender yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri pathogen. Bila sumbatan berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lender, sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob. Selanjutnya terjadi prubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista3) Faktor predisposisiObstruksi mekanik , seperti deviasi septum hipertrofi konka media, benda asing di hidung, polip serta tumor di dalam rongga hidung merupakan faktor predisposisi terjadinya sinusistis. Selain itu rhinitis kronis serta rhinitis alergi juga menyebabkan obstruksi ostium sinus serta menghasilkan lendir yang banyak, yang merupakan media untuk tumbuhnya bakteri.

4) KlasifikasiSecara klinis sinusitis dapat dikategorikan sebagai sinusitis akut bila gejala berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu ; sinusitis subakut bila berlangsung dari 4 minggu sampai 3 bulan dan sinusitis kronis bila berlangsung lebih dari 3 bulan.Tetapi apabila dilihat dari gejalanya, maka sinusitis dianggap sebagai sinusitis akut bila terdapat tanda-tanda radang akut. Dikatakan sinusitis subakut bila tanda akut sudah reda dan perubahan histologik mukosa sinus masih reversible dan disebut sinusitis kronik, bila perubahan histologik sinus sudah irreversible, misalnya sudah berubah menjadi jaringan granulasi atau polipoid. Sebenarnya klasifikasi yang tepat ialalah berdasarkan pemeriksaan histopatolgik, akan tetapi pemerkiksaan ini tidak rutin dikerjakan.2.1.2 Sinusitis akutPenyakit ini dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks ostiomeatal oleh infeksi , obstruksi mekanis atau alergi. Selain itu juga dapat merupakan penyebaran dari infeksi gigi.1) Etiologi Penyebab sinusitis akut ialah (1) rhinitis akut, (2) infeksi faring atau faringitis, adenoiditis, tonsillitis akut, (3) infeksi gigi rahang atas, (4) berenang dan menyelam (5) trauma, dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal (6) barotraumas dapat menyebabkan nekrosis mukosa.2) Gejala subyektifGejala subyektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala local. Gejala sistemik ialah demam dan rasa lesu. Local pada hidung terdapat ingus kental yang kadang-kadang dan dirasakan mengalr ke nosofaring. Diraskan hidung tersumbat, rasa nyeri di daerah inus yang terkena , serta kadang-kadang dirasakan juga ditempat lain karena nyeri alih. Pada sinusitis maksila nyeri dibawah kelopak mata dan kadang-kadang menyebar ke alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih di rasakan di dahi dan di depan telingga.Rasa nyeri pada sinusitis etmoid di pangkal hidung dan kantng medius. Kadang-kadang di rasakan nyeri di bola mata atau belakangnya, dan nyeri akan bertambah bila bola mata di gerakkan. Nyeri alih dirasakan di pelipis (parietal).Pada sinusitis frontal rasa nyeri terlokalisasi di dahi atau dirasakan nyeri di seluruh kepala.Rasa nyeri pada sinusitis sfhenoid di vertex, oksipital, di belakang bla mata dan di daerah mastoid.3) Gejala obyektifPada pemeriksaan sinusitis akut akan tampak pembengkakan di daerah muka. Pembengkakan pada sinusitis maksila terilhat di pipi dan kelopak mata bawa, pada sinusitis frontal di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis etmoid jarang timbul pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis etmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis etmoid posterior dan sinusits sphenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nosofaring post nasal drip).4) Pemeriksaan penunjangPada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau gela. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan dengan sisi yang normal.Pemeriksaan radiologik yang di buat ialah posisi Waters, PA dan lateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan-udara (air fluid level) pada sinus yang sakit.5) Pemeriksaan mikrobiologikSebaiknya untuk pemeriksaan mikrobiologik diambil secret dari meatus mdius atau meatus superior. Mungkin ditemukan bermacam-macam bakteri yang merupakan flora normal hidung atau kuman patogen, seperti pneumococus, streptococcus , staphylococcus dan haemophilus influenza. Selain itu mungkin ditemukan juga virus atau jamur.6) TerapiDiberikan terapi medikamentosa berupa antibiotika selama 10-14 hari, meskipun gejala klinik telah hilang. Antibiotika yang di berikan ialah golongan penisilin. Diberikan juga obat dekongestan local berupa tetes hidung, untuk memperlancar drenase sinus. Boleh diberikan analgetika untuk menghilangkan rasa nyeri.Terapi pembedahan pada sinus akut jarang diberikan, kecuali telah terjadi komplikasike orbita atau intracranial; atau bila ada nyeri yang hebat karena ada secret tertahan oleh sumbatan.2.1.3 Sinusitis KronikSinusitis kronis berbeda dari sinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya sukar disembuhkan dengan pengobatan medikamentosa saja. Harus dicari faktor penyebab dan faktor predisposisinya.Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan muosa hdung. Perubahan mukosa hidung dapat juga disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik. Perubahan mukosa hidung akan mempermudah terjadinya infeksi dan infeksi menjadi kronis apabila pengobatan pada sinusitis akut tidak sempurna. Adanya infeksi akan menyebabkan edema konka, sehinga drenase secret akan terganggu. Drenase secret yang terganggu dapat menyebabkan silia rusak dan seterusnya.1) Gejala subyektifGejala subyektif sangat bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari : Gejala hidung dan nosofaring, berupa secret di hidung dan secret pasca nasal (post nasal drip). Gejala faring, yaitu rasa tidak nyaman dan gatal pada tenggorok. Gejala telinga, berupa pendengaran terganggu karena tersumbatnya tuba Eustachius. Adanya nyeri/sakit kepala. Gejala mata, oleh karena penjalaran infeksi melalui duktus naso-lakrimalis. Gejala saluran nafas berupa batuk dan kadang-kadang berupa komplikasi paru, berupa bronchitis atau bronkiektasis atau asma bronchial, sehingga terjadi penyakit sinobronkitis. Gejala di saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis, sering terjadi pada anak.Kadang-kadang gejala sangat ringan hanya terdapat secret di nosofaring yang mengganggu pasien. Secret pasca nasal yang terus menerus mengakibatkan batuk kronik.Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya terasa pada pagi hari, dan berkurang atau hilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi munkin karena pada malam hari terjadi penimbunan ingus dalam rongga hidung dan sinus serta adanya statis vena.2) Gejala obyektifPada sinusitis kronmis, temuan klinis tidak seberat sinusitis akut dan tidak terdapat pembengkakan pada wajah. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan secret kental purulen dari meatus medius atau meatus superior. Pada rinoskopi posterior tampak secret purulen di nosofaring atau turun ke tenggorok.3) Pemeriksaan mikrobiologikBiasanya merupakan infeksi campuran oleh beberapa mikroba. Seperti kuman aerob S.viridans, S.aureus, H.influenzae dan fusobakterium.4) Diagnosis sinusitis kronisDibuat berdasarka anamnesis yang cermat, pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior serta pemeriksaan penunjang berupa transimulasi untuk sinus maksila dan sinus frontal , pemeriksaan radiologic, pungsi sinus maksila, sinoskopi sinus maksila , pemeriksaan histopatologik dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan sinoskopi, pemeriksaab meatus medius dan meatus superior dengan menggunakan naso endoskopi dan pemeriksaan CT Scan.5) TerapiPada sinusistis kronis perlu diberikan antibioyika untuk mengatasi infeksinya dan obat-obatan simtomatis lainnya. Antibiotika di berikan selama sekurang-kurangnya 2 minggu. Selain itu dapat juga dibantu dengan diatermi gelombang pendek selama 10 hari di daerah sinus yang sakit.Tidakan lain yang dapat dilakukan ialah tindakan untuk membantu memperbaiki drenase dan pembersihan secret dari sinus yang sakit. Untuk sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus, sedangkan untuk sinusitis etmoid, frontal atau sphenoid dilakukan tindakan pencucian proetz. Irigasi dan pencucian sinus ini dilakukan 2 kali dalam seminggu, bila setelah 5 atau kali tidak ada perubahan dan klinis masih tetap banyak secret purulen, berarti mukosa sinus sudah tidak dapat kembali normal, maka perlu dilakukan operasi radikal.Untuk mengetahui perubahan mukosa masih reversible atau tidak, dapat juga dilakukan denagn pemeriksaan sinoskopi, yaitu melihat antrum (sinus maksila) secara langsung dengan menggunakan endoskop.

6) KomplikasiKomplikasi sinusitis telah menurun seacara nyata sejak ditemukannya antibiotika. Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau sinusitis kronis dengan eksaserbasi akut. Komplikasi yang dapat terjadi ialah :Osteomielitis dan abses subperiostal. Paling sering timbulakibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral.Kelainan orbita, disebabkan oleh sinus para nasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yang paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perikontuinitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, seluitis orbita, abses subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus.Kelainan intracranial, dapat berupa meningitis abses ekstradural atau subtradural, abses otak dan thrombosis sinus kavernosus.Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronchitis. Selain itu dapat juga timbul asma bronchial.