Sepsis Jurnal PD.doc
Transcript of Sepsis Jurnal PD.doc
Sepsis berat dan Syok Septik
Derek C. Angus, M.D., M.P.H., and Tom van der Poll, M.D., Ph.D.
Sepsis adalah salah satu yang tertua dan paling sulit dipahami dalam
sindrom kedokteran. Hippocrates menyatakan bahwa sepsis adalah proses
penguraian jaringan dengan hasil akhir penyakit, bau yang tidak sedap dan luka
yang bernanah.1 Galen kemudian menganggap sepsis adalah kejadian terpuji,
diperlukan untuk penyembuhan luka.2 Dengan konfirmasi teori kuman oleh
Semmelweis, Pasteur, dan lain-lain, sepsis didefinisikan sebagai infeksi sistemik,
sering digambarkan sebagai "keracuan darah" dan dianggap hasil dari invasi host
oleh organisme patogen yang kemudian menyebar dalam aliran darah. Namun,
dengan munculnya antibiotik modern, teori kuman tidak sepenuhnya menjelaskan
patogenesis sepsis : banyak pasien dengan sepsis meninggal meskipun
keberhasilan pemberantasan patogen. Dengan demikian, para peneliti
menyarankan bahwa adalah host, bukan kuman, yang mendorong patogenesis
sepsis.3
Pada tahun 1992, sebuah panel konsensus internasional mendefinisikan
sepsis sebagai respon inflamasi sistemik terhadap infeksi, catatan “sepsis bisa
muncul pada multiple infeksi dan septikemia bukanlah kondisi yang diperlukan
atau istilah yang bermanfaat”.4 Sebaliknya panel mengusulkan istilah "sepsis
berat" untuk menggambarkan kasus di mana sepsis diperberat oleh disfungsi
organ akut, dan kondisi ini disebut "syok septik" yaitu sepsis diperberat oleh
hipotensi yang refrakter terhadap resusitasi cairan atau hiperlaktatemia. Pada
tahun 2003, sebuah panel konsensus kedua didukung sebagian besar konsep-
konsep, dengan peringatan bahwa tanda-tanda respon inflamasi sistemik, seperti
takikardia atau peningkatan jumlah sel darah putih, terjadi dalam berbagai
penyakit infeksi dan non-infeksi oleh karena itu tidak membantu dalam
membedakan sepsis dari kondisi yang lain.5 Demikian "sepsis berat" dan " sepsis "
kadang-kadang digunakan secara bergantian untuk menggambarkan sindrom
infeksi yang diperberat oleh disfungsi organ akut.
1
INSIDEN DAN PENYEBAB
Insiden sepsis berat tergantung pada bagaimana disfungsi organ akut
didefinisikan dan apakah disfungsi yang terjadi terkait dengan infeksi yang
mendasarinya. Disfungsi organ sering ditegaskan dengan pemberian terapi
suportif (misalnya, ventilasi mekanik), dan studi epidemiologi sehingga
menghitung " diperlakukan kejadian " dari pada kejadian sebenarnya. Di Amerika
Serikat, sepsis berat tercatat pada 2% pasien yang dirawat di rumah sakit. Dari
jumlah pasien ini, separuhnya dirawat di ruang unit perawatan intensif ( ICU ),
yang mewakili 10 % dari jumlah total pasien yang dirawat di ICU.6,7 Jumlah kasus
di Amerika Serikat melebihi 750.000 per tahun7 dan baru-baru ini dilaporkan akan
mengalami peningkatan.8 Namun, beberapa faktor - Klasifikasi Internasional
Penyakit baru, 9th Revisi ( ICD - 9 ) aturan pengkodean, kebingungan untuk
membedakan antara septikemia dan sepsis berat, peningkatan kapasitas untuk
memberikan perawatan intensif, dan meningkatkan kewaspadaan dan
pengawasan-membaurkan interpretasi kecenderungan sementara.
Studi dari negara-negara berpenghasilan tinggi lainnya menunjukkan
tingkat yang sama sepsis dalam ICU.9 Insiden sepsis berat di luar ICU yang
modern, terutama di belahan dunia di mana perawatan ICU langka, sebagian besar
tidak diketahui. Ekstrapolasi dari tingkat insiden dirawat di Amerika Serikat,
Adhikari et al. Diperkirakan mencapai 19 juta kasus di seluruh dunia per tahun.10
Insiden yang sebenarnya adalah mungkin jauh lebih tinggi.
Sepsis berat terjadi sebagai akibat dari kedua komunitas yang terkena dan
perawatan kesehatan yang dihubungkan dengan infeksi. Pneumonia adalah
penyebab paling umum, diperhitungkan sekitar setengah dari semua kasus, diikuti
oleh intraabdominal dan infeksi saluran kemih.7,8,11,12 Kultur darah biasanya positif
pada hanya sepertiga dari kasus, dan lebih dari sepertiga dari kasus, kultur
negative.7,11,13,14 Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae adalah
bakteri gram – positif paling umum yang terisolasi, sedangkan Escherichia coli,
spesies Klebsiella, dan Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negative
yang paling umum terisolasi.11,14 Sebuah studi epidemiologi sepsis menunjukkan
bahwa selama periode 1979-2000, infeksi gram positif menyusul infeksi gram
negative.15 Namun, dalam studi yang lebih baru yang melibatkan 14.000 pasien
2
ICU di 75 negara, bakteri gram negatif yang diisolasi terdapat pada 62 % pasien
dengan sepsis berat memiliki kultur positif, bakteri gram positif 47 %, dan jamur
19 %.12
Faktor risiko untuk sepsis berat berhubungan baik dengan kecenderungan
pasien untuk infeksi dan kemungkinan disfungsi organ akut jika infeksi
berkembang. Ada banyak faktor risiko untuk infeksi yang umumnya paling sering
memicu sepsis berat dan syok septik, termasuk penyakit kronis (misalnya,
acquired immunodeficiency syndrom, penyakit paru obstruktif kronik, dan
kanker) dan penggunaan agen imunosupresif.7 Pada pasien dengan infeksi
tersebut, namun faktor risiko untuk disfungsi organ yang kurang dipelajari tapi
mungkin, yaitu termasuk organisme penyebab dan komposisi genetik pasien,
status kesehatan, dan fungsi organ yang sudah ada sebelumnya, bersama
dengan ketepatan waktu intervensi terapi.16 Usia, jenis kelamin, dan ras atau
kelompok etnis semua berpengaruh pada kejadian sepsis berat, dimana sepsis
berat lebih tinggi pada bayi dan orang tua daripada kelompok usia lainnya, lebih
tinggi pada laki-laki daripada perempuan , dan lebih tinggi pada orang kulit hitam
dibandingkan kulit putih.17
Hal yang menarik yaitu kontribusi karakteristik genetik host terhadap
kejadian dan hasil dari sepsis, karena bukti kuat resiko faktor keturunan.18 Banyak
penelitian telah difokuskan pada polimorfisme pada gen yang mengkode protein
yang terlibat dalam patogenesis sepsis, termasuk sitokin dan mediator lain yang
terlibat dalam kekebalan bawaan, koagulasi, dan fibrinolisis. Namun, temuan
sering tidak konsisten, karena setidaknya sebagian dari heterogenitas populasi
pasien dipelajari.19,20 Meskipun asosiasi studi genomewide21 respon obat baru
dieksplorasi dalam sepsis, belum ada penelitian skala besar seperti kerentanan
terhadap atau hasil pengobatan dari sepsis telah dilakukan.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis sepsis sangat bervariasi, tergantung pada lokasi awal
terjadinya infeksi, organisme penyebab, pola disfungsi organ akut, status
kesehatan yang mendasari pasien, dan interval sebelum memulai pengobatan.
Tanda-tanda dari kedua infeksi dan disfungsi organ mungkin tidak menonjol, dan
3
dengan demikian pedoman konsensus internasional terbaru memberikan daftar
panjang tanda-tanda peringatan terjadinya sepsis (Tabel.1).5 Disfungsi organ akut
paling sering mempengaruhi sistem pernapasan dan kardiovaskular. Kompensasi
sistem pernapasan dimanifestasikan sebagai sindrom gangguan pernapasan akut
(ARDS), yang didefinisikan sebagai hipoksemia dengan infiltrat bilateral asal
noncardiac.22 Kompensasi kardiovaskular dimanifestasikan terutama sebagai
hipotensi atau peningkatan laktat serum. Setelah ekspansi volume yang memadai,
hipotensi sering berlanjut, yang membutuhkan penggunaan vasopresor, dan
disfungsi miokard mungkin terjadi.23
Otak dan ginjal juga sering terkena. Disfungsi sistem saraf pusat biasanya
dinyatakan sebagai obtundation atau delirium. Studi pencitraan umumnya tidak
menunjukkan lesi fokal, dan temuan electroencephalography biasanya konsisten
dengan ensefalopati nonfocal. Penyakit kritis polineuropati dan miopati adalah
umum, terutama pada pasien yang lama di ICU.24 Cedera ginjal akut
berkepanjangan dimanifestasikan sebagai penurunan produksi urin dan kadang
kreatinin serum meningkat dan sering memerlukan pengobatan dengan terapi
pengganti ginjal. Ileus paralitik, peningkatan kadar aminotransferase, perubahan
kontrol glikemik, trombositopenia dan koagulasi intravaskular diseminata,
disfungsi adrenal, dan sindrom eutiroid semua umum terjadi pada pasien dengan
sepsis berat.5
Tabel 1. Kriteria Diagnosis Sepsis, Sepsis Berat dan Syok Septik
Sepsis ( Terdokumentasi atau dicurigai adanya infeksi plus ≥ 1 dari gejala)
Variabel Umum
Demam (Temperatur tubuh > 38,3 °C)
Hipotermi (Temperatur tubuh < 36,6 °C)
Nadi meningkat (> 90 kali per menit atau > 2 SD di bawah batasan normal sesuai
umur)
Takipneu
Status mental baik
4
Adanya edema atau keseimbangan cairan yang positif (> 20 ml/kgbb dalam 24 jam)
Hiperglikemi (Plasma glukosa > 120 mg/dl [ 6,7 mmol/liter] pada DM
Variabel Inflamasi
Leukositosis (WBC > 12.000/mm3)
Leukopenia (WBC < 4.000/ mm3)
Perhitungan normal sel darah putih > 10 % dalam bentuk imatur
Peningkatan plasma C-reaktif protein ( > 2 SDdi atas bawah batasan normal)
Peningkatan plasma procalcitonin ( > 2 SDdi atas bawah batasan normal)
Variabel Hemodinamik
Hipotensi arteri (sistolik < 90 mm Hg, mean arterial pressure, < 70 mm Hg, atau
peningkatan tekanan sistolik > 40 mm Hg pada dewasa atau > SD di bawah batasan
normal usia)
Meningkatnya campuran saturasi oksigen di vena (> 70 %)
Peningkatan indeks jantung (> 3,5 Liter/menit/m2 dari permukaan area tubuh)
Variabel Disfungsi Organ
Hipoksia arteri (rasio dari tekanan oksigen di arteri dan praksi dari oksigen inspirasi >
300)
Akut oligouria (urin out put < 0,5 ml/kg/jam atau 45 ml/jam untuk sekurangnya 2 jam)
Peningkatan level creatinin > 0,5 mg/dl (< 44 mol/liter)
Abnormalitas koagulasi (Rasio Normal Internasional, > 1,2; atau aktivasi tromboplastin
time > 60 detik
Ileus paralitik ( tidak ada bising usus)
Trombositopenia ( hitung platelet < 100.000/mm3
Hiperbilirubinemia (plasma total, >4mg/dl)
Variabel Perfusi Jaringan
Hiperlaktatemia (laktat, >1mmol/liter)
Sepsis ringan (sepsis ditambah kegagalan fungsi organ)
Shock sepsis (sepsis ditambah hipotensi maupun hiperlaktatemia)
- Data diambil dari Levy dkk
5
- Pada anak-anak kriteria diagnosis untuk sepsis adalah tanda dan gejala dari
informasi ditambah infeksi ditambah hipertemia atau hipotermia (temperatur
rektal > 38,5 C atau < 35 C, takikardi (biasa saja tidak ada pada hipotermia)
dan paling kurang 1 dari indikasi di atas atau gangguan fungsi organ:
gangguan status mental, hipoksemia, meningkatnya level serum laktat atau
bounding pulse.
- Level saturasi campuran oksigen di vena lebih dari 70 % normal di temukan
pada bayi dan anak-anak (batas pediatric 70 – 80 %)
- Batas indeks jantung dari 3,5 – 5,5 liter permenit/m2 normal pada anak-anak.
- Hipotensi refraktori biasa ditemukan pada hipotensi persisten atau dibutuhkan
untuk vasopressor setelah dilakukan bolus cairan IV
HASIL
Sebelum pengenalan perawatan intensif modern dengan kemampuan untuk
memberikan dukungan kepada organ vital, sepsis berat dan syok septik yang
biasanya mematikan. Bahkan dengan perawatan intensif, tingkat kematian di
rumah sakit karena syok septik sering berada lebih dari 80 % selama 30 tahun
terakhir.25 Namun, dengan kemajuan dalam pelatihan, pengawasan dan
pemantauan yang lebih baik, dan inisiasi terapi yang cepat untuk mengobati
infeksi dasar dan dukungan kepada kegagalan organ, kematian saat ini mendekati
20 sampai 30 %.7,26 Dengan penurunan tingkat kematian, perhatian telah
difokuskan pada lintasan pemulihan pasien. Sejumlah penelitian telah
menunjukkan bahwa pasien yang bertahan untuk dikeluarkan dari rumah sakit
setelah sepsis tetap pada peningkatan risiko kematian pada bulan-bulan dan tahun-
tahun berikutnya. Mereka yang bertahan hidup sering memiliki gangguan fungsi
fisik atau neurokognitif, gangguan mood, dan rendahnya kualitas hidup.27 Dalam
kebanyakan studi, menentukan peran kausal sepsis pada gangguan berikutnya
adalah sulit. Namun, analisis terbaru dari Studi Kesehatan, yang melibatkan
penelitian besar, kohort longitudinal pada orang tua di Amerika, menyarankan
bahwa sepsis berat secara signifikan meningkatkan respon fisik dan menurunkan
respon neurokognitif.28
PATOFISIOLOGI
6
Respon Host
Sejak konsep tentang sepsis pada host dikemukakan, maka itu adalah
pertama kali nya sepsis diasumsikan hasil dari proses inflamasi yang berat.
Kemudian, Bone et al.29 mengajukan gagasan bahwa respon awal inflamasi akan
berlanjut menjadi "Sindrom respon kompensasi antiinflamasi”. Namun, telah
menjadi jelas bahwa infeksi memicu respon host yang jauh lebih kompleks,
beragam, dan berkepanjangan, di mana kedua mekanisme proinflamasi dan
antiinflamasi dapat berkontribusi untuk pemberantasan infeksi dan pemulihan
jaringan di satu sisi dan cedera organ dan infeksi sekunder di sisi yang lain.30
Tanggapan spesifik dalam setiap pasien tergantung pada patogen penyebab (beban
dan virulensi ) dan host (karakteristik genetik dan penyakit terdahulu yang muncul
bersamaan), dengan respon yang berbeda pada tingkat lokal, regional, dan
sistemik (Gambar.1 ). Komposisi dan arah respon host mungkin berubah seiring
waktu secara paralel dengan perjalanan klinis. Secara umum, reaksi proinflamasi
(diarahkan untuk menghilangkan patogen) dianggap bertanggung jawab atas
kerusakan jaringan pada sepsis berat, sedangkan respon antiinflamasi (penting
untuk membatasi cedera jaringan lokal dan sistemik) terlibat dalam peningkatan
kerentanan terhadap infeksi sekunder.
7
Gambar 1. Respon tubuh terhadap sepsis
Tubuh merespon adanya sepsis dengan mengeluarkan respon proinflamasi (bagian
atas, warna merah) dan respon antiinflamasi imunosupresan (bagian atas, warna
biru). Arah, perpanjangan dan durasi dari reaksi tersebut dipengaruhi oleh kedua
faktor tubuh (karakteristik genetik, umum, penyakit sekarang, dan pengobatan)
dan faktor patogen (masuknya bakresi dan virulensi). Respon inflamasi terinisiasi
dengan interaksi antara molekular patogen terkait yang diekspresikan oleh
patogen dan reseptor pengenal pola yang diekspresikan oleh sel tubuh pada
permukaan (toll-like reseptor (TLRs) dan reseptor lectin type C (CLRs), pada
endosome (TLRs), atau di sitoplasma (asam retinoid gen indusif 1 dan NLRs).
Konsekuensi dari penyebaran inflamasi adalah kerusakan jaringan kolateral, dan
kematian sel nekrosis, yang menyebabkan pelepasan pola kerusakan, yang disebut
molekular berbahaya yang yang emamancing inflamasi dengan berperan sebagai
reseptor dengan pola yang sama yang disebabkan oleh patogen.
8
Gambar 1. Respon Host pada Sepsis Berat
Imunitas Bawaan
Pengetahuan pengenalan patogen telah meningkat pesat dalam dekade
terakhir. Patogen mengaktifkan sel-sel kekebalan tubuh melalui interaksi dengan
reseptor pola pengenalan, telah di identifikasi terdapat empat kelas utama-reseptor
yaitu, reseptor lektin tipe C, reseptor- asam retinoat diinduksi gen reseptor 1, dan
reseptor-nukleotida yang berikatan utama dengan oligomerisasi, dimana
kelompok terakhir sebagian bertindak dalam kompleks protein yang disebut
inflammasomes (Gambar.1).31 Reseptor ini mengenali struktur yang kekal diantara
spesies mikroba, disebut patogen yang dihubungankan dengan pola molekuler,
dihasilkan pada up- regulasi transkripsi gen inflamasi dan inisiasi imunitas
bawaan. Reseptor yang sama juga mengenali molekul endogen dilepaskan dari sel
yang terluka, yang disebut kerusakan yang dihubungan dengan pola molekular,
atau alarmins , seperti - mobilitas tinggi kelompok protein B1, S100 protein, dan
RNA ekstraseluler, DNA, dan histon.32 Alarmins juga dilepaskan selama cedera
steril seperti trauma, sehingga menimbulkan konsep bahwa patogenesis gagal
organ ganda pada sepsis pada dasarnya tidak berbeda dari yang terjadi pada
penyakit kritis tidak menular.32
Kelainan Koagulasi
Sepsis berat hampir selalu dikaitkan dengan perubahan koagulasi, sering
menyebabkan disseminated intravascular coagulation.33 Kelebihan Deposit fibrin
disebabkan oleh koagulasi melalui aksi faktor jaringan, glikoprotein
transmembran yang diekspresikan oleh berbagai jenis sel, dengan mekanisme
gangguan antikoagulasi, termasuk sistem protein C dan antitrombin, dan oleh
penghapusan fibrin karena depresi dari sistem fibrinolitik (Gambar.2 ).33 Reseptor
Protease -diaktifkan ( PARs ) membentuk hubungan molekular antara koagulasi
dan peradangan. Di antara empat subtipe yang telah diidentifikasi, PAR1
khususnya yang terlibat dalam sepsis.33 PAR1 memberikan efek sitoprotektif jika
dirangsang oleh pengaktivan protein C atau trombin dosis rendah tetapi
memberikan efek mengganggu fungsi sel endotel sebagai barrier ketika diaktifkan
oleh trombin dosis tinggi.34 Efek pelindung protein C yang aktif pada hewan yang
9
terkena sepsis tergantung pada kapasitasnya untuk mengaktifkan PAR1 dan bukan
pada faktor antikoagulannya.34
Mekanisme Anti-inflamasi dan Imunosupresi
Mekanisme sistem kekebalan humoral, seluler, dan saraf yang
melemahkan efek berbahaya dari respon proinflamasi (Gambar.1).30 Fagosit dapat
beralih ke fenotipe antiinflamasi yang mempromosikan perbaikan jaringan, dan
sel T regulator dan mieloid yang berasal dari sel penekan selanjutnya akan
mengurangi peradangan. Selain itu, mekanisme saraf dapat menghambat
inflamasi.35 Dalam apa yang disebut refleks neuroinflammatori, input sensorik
disampaikan melalui nervus vagus aferen ke batang otak, yang mana nervus vagus
eferen mengaktifkan nervus splenicus dalam pleksus celiac, sehingga norepinefrin
dilepaskan dari limpa dan sekresi asetilkolin oleh bagian dari CD4+ sel T.
Asetilkolin melepaskan target reseptor kolinergik α7 pada makrofag, menekan
pelepasan proinflamasi sitokin.36 Dalam model hewan yang terkena sepsis,35
gangguan sistem saraf ini dengan vagotomi meningkatkan kerentanan terhadap
syok endotoksin, sedangkan stimulasi saraf vagus eferen atau α7 kolinergik
reseptor melemahkan inflamasi sistemik.
Pasien yang bertahan hidup pada tahap awal sepsis tetapi tetap bergantung
pada perawatan intensif menunjukkan bukti memiliki imunosupresi, sebagian
tercermin oleh berkurangnya ekspresi HLA-DR mieloid cells.37 Pasien-pasien ini
sering memiliki fokus infeksi yang sedang berlangsung, meskipun dengan terapi
antimikroba, atau reaktivasi infeksi virus laten.38,39 Beberapa studi telah
mendokumentasikan penurunan respon leukosit darah ke patogen pada pasien
dengan sepsis,30 temuan yang baru-baru ini diperkuat oleh penelitian postmortem
mengungkapkan gangguan fungsional kuat splenosit diperoleh dari pasien yang
meninggal karena sepsis dalam ICU.37 Selain pada limpa, paru-paru juga
menunjukkan bukti adanya imunosupresi, kedua organ telah ditingkatkan ekspresi
ligan untuk reseptor penghambatan sel T pada sel parenkim.37 Peningkatan
apoptosis, terutama sel B, sel CD4 + T, dan sel dendritik folikular, telah terlibat
dalam sepsis-terkait dengan imunosupresi dan kematian.40,41 Regulasi epigenetik
10
pada ekspresi gen juga dapat menyebabkan sepsis terkait immunosupresi.42
Disfungsi Organ
Meskipun mekanisme yang mendasari kegagalan organ pada sepsis telah
sebagian dijelaskan, gangguan oksigenasi jaringan memainkan peran kunci
(Gambar.2). Beberapa faktor - termasuk hipotensi, mengurangi deformabilitas sel
darah merah, dan trombosis mikrovaskular - berkontribusi pada berkurangnya
transfer oksigen pada syok septik. Peradangan dapat menyebabkan disfungsi
endotel pembuluh darah, disertai dengan kematian sel dan hilangnya integritas
barrier “sel pembatas”, sehingga menimbulkan edema pada jaringan subkutaneus
dan roangga tubuh.43 Selain itu, kerusakan mitokondria yang disebabkan oleh stres
oksidatif dan mekanisme lain merusak penggunaan oksigen seluler.44 Selain itu,
cedera pada mitokondria rilis alarmins ke lingkungan ekstraselular, termasuk
DNA mitokondria dan peptida formil, yang dapat mengaktifkan neutrofil dan
menyebabkan kerusakan lanjut pada jaringan.45
11
Gambar 2. Kegagalan Organ pada Sepsis Berat dan Disfungsi dari Endotel Vascular dan
Mitokondria
PENGOBATAN
Kampanye Penyelamatan Sepsis, sebuah konsorsium internasional
masyarakat profesional yang terlibat dalam perawatan kritis, pengobatan penyakit
menular, dan kedokteran kegawadaruratan, baru-baru ini mengeluarkan iterasi
ketiga pedoman klinis untuk pengelolaan sepsis berat dan syok septik ( Tabel.2).23
elemen yang paling penting dari pedoman tersebut akan disusun dalam dua "
bundel " perawatan : bundel manajemen awal harus diselesaikan dalam waktu 6
jam setelah presentasi pasien dan bundel manajemen untuk diselesaikan dalam
ICU.23 Pelaksanaan bundel dikaitkan dengan peningkatan outcome.46,47
Prinsip-prinsip bundel manajemen awal adalah memberikan resusitasi
kardiorespirasi dan mengurangi ancaman langsung infeksi yang tidak terkendali.
Resusitasi memerlukan penggunaan cairan intravena dan vasopressor, dengan
12
terapi oksigen dan ventilasi mekanik yang disediakan sesuai kebutuhan.
Komponen yang tepat yang diperlukan untuk mengoptimalkan resusitasi, seperti
pilihan dan jumlah cairan, jenis dan intensitas pemantauan hemodinamik yang
tepat, dan peran agen vasoaktif ajuvan, semua subyek tetap dalam perdebatan dan
uji klinis, banyak permasalahan akan dibahas di seri ini.23 Meskipun demikian,
beberapa bentuk resusitasi dianggap penting, dan pendekatan standar telah
dianjurkan untuk memastikan managemen yang cepat dan efektif.23 Manajemen
awal infeksi adalah menentukan kemungkinan diagnosis, memperoleh kultur, dan
memulai terapi antimikroba empiris yang sesuai dan tepat waktu dan sumber
kontrol (yaitu, drainase pus, jika diperlukan)
Pemilihan terapi empiris tergantung pada sumber infeksi yang dicurigai,
tempat di mana infeksi berkembang ( yaitu, rumah, panti jompo , atau rumah
sakit), riwayat medis, dan pola kerentanan mikroba lokal. Pengobatan antibiotik
yang tidak sesuai atau tertunda dikaitkan dengan peningkatan mortalititas.48,49
dengan demikian, terapi antibiotik intravena harus dimulai sedini mungkin dan
harus mencakup semua kemungkinan patogen. Ini belum ditentukan apakah terapi
antimikroba kombinasi menghasilkan hasil yang lebih baik daripada dosis tunggal
pada sepsis berat.50-53 Guidline saat ini menyarankan terapi antimikroba kombinasi
hanya untuk sepsis neutropenia dan sepsis yang disebabkan oleh pseudomonas.
Terapi empiris antijamur harus digunakan hanya pada pasien dengan risiko tinggi
untuk candidiasis yang invasif.50
Pasien juga harus dipindahkan ke tempat yang sesuai, seperti ICU, untuk perawatan berkelanjutan. Setelah 6 jam pertama,
perhatian berfokus pada pemantauan dan dukungan dari fungsi organ, menghindari komplikasi, dan de - eskalasi perawatan bila
memungkinkan. De eskalasi awal terapi dengan spektrum luas dapat mencegah munculnya resisitensi organisme, meminimalkan risiko
toksisitas obat, dan mengurangi biaya, dan bukti dari studi observasional menunjukkan bahwa pendekatan semacam ini adalah aman.54 Satu-
satunya terapi imunomodulator yang saat ini dianjurkan adalah terapi singkat hidrokortison ( 200 sampai 300 mg per hari selama 7 hari atau
sampai dukungan vasopresor tidak lagi diperlukan) untuk pasien dengan refraktori septik syok.23 Rekomendasi ini didukung oleh meta-
analisis,55 tetapi dua studi terbesar memiliki hasil yang bertentangan,56,57 dan pengujian klinis sedang berlangsung.58,59
Tabel 2. Guidline Terapi pada Sepsis Berat dan Syok Septik oleh “ Surviving Sepsis
Campaign”
Element care
Resusitasi
13
- Dimulai resusitasi selama 6 jam pertama setelah ditemukan
- Mulai resusitasi cairan dengan kristaloid dan pertimbangkan penambahan
albumin
- Dipertimbangkan penambahan albumin jika kristaloid yang diberikan di
butuhkan untuk maintain tekanan arteri yang adekuat
- Hindari formulasi hetastarch
- Mulai diberikan cairan pada pasien dengan hipoperfusi jaringan dan dicurigai
hipovolemi, untuk mencapai > 30 ml kristaloid/kgbb
- Lanjutkan cairan selama ada perkembangan hemodinamik
- Menggunakan norefenefrin sebagai pilihan pertama vasopressor untuk
menstabilkan mean arterial pressure > 65 mm Hg
- Menggunakan epineprin ketika membutuhkan MAP yang ade kuat
- Tambahkan vasopressin ( dosis 0,03 unit/menit) dengan penggunaan
norepinefrin, jika di toleransi
- Hindari penggunaan dopamine kecuali pada pasien yang di pilih secara hati-
hati (pasien dengan resiko rendah terjadinya aritmia dan adanya penanda
disfungsi sistolik pada ventrikel kiri atau heart rate rendah)
- Infus dobutamin atau tambahkan dengan terapi vasopressor pada disfungsi
miokard (meningkatnya tekanan pengisian jantung atau low cardiac out put)
atau hipoperfusi terus menerus meskipun dengan volume intravaskuler yang
adeakuat dan MAP
- Hindari penggunaan hidrocortison IV jika cairan resusitasi yang diberikan
adekuat dan terapi vasopressor hemodinamik yang stabil; jika hidrocortison di
gunakan tambahkan sedikit dengan dosis 200 mg/hari
- Target level hemoglobin 7 – 9 g/dl pada pasien tanpa hipoperfusi, penyakit
arteri coroner yang akut atau iskemik miokard atau perdarahan akut
Kontrol Infeksi
- Lakukan kultur darah sebelum dilakukan terapi antibiotik
- Lakukan pembelajaran untuk mengkonfirmasi sumber infeksi
- Tambahkan terapi antibiotik spektrum luas dalam 1 jam setelah diagnosis atau
terjadinya sepsis maupun syok sepsis
14
- Berikan terapi antibiotik perhari jika di butuhkan
- Lakukan kontrol sumber infeksi dengan mempertimbangkan resiko dan
keuntungan dari metode yang di pilih dalam 12 jam setelah diagnose
Respiratory Support
- Menggunakan volume tidal yang rendah dan membatasi tekanan inspirasi-
plateau untuk ARDS
- Gunakan jumlah minimal dari tekana positive end-respiratory pada ARDS
- Gunakan tekanan positive end-respiratory yang lumayan tinggi pada pasien
dengan induksi sepsis ARDS
- Gunakan manuver penerimaan rekruitmen pada pasien dengan hopoksemia
respirasi yang ringan dikarenakan ARDS
- Gunakan posisi tegak untuk pasien dengan sepsis yang menginduksi ARDS
dan rasio dari setengah tekanan oksigen di arteri (mmHg) kepada fraksi
oksigen yang dihirup <100, pada fasilitas yang sudah pernah melakukan hal
tersebut.
- Naikkan kepala pasien di ranjang pada pasien dengan gangguan ventilasi,
kecuali ada kontraindikasi
- Gunakan strategi cairan untuk menstabilkan perlukaan akut pada paru-paru
atau ARDS tanpa adanya bukti hipoperfusi jaringan
Dukungan system saraf pusat
- Gunakan protokal sedasi, targetkan dosis yang spesifik
- Hindari neuromuscular bloker jika memungkinkan pada pasien tanpa ARDS
- Berikan neuromuscular bloker (<48jam) pada pasien pada tahap awal dan
lanjut ARDS’
Penatalaksanaan Umum
- Gunakan protocol spesifik untuk memanegement glukosa, dengan pemberian
insulin setelah level hasil pengukuran glukosa darah sebanyak 2x >180mg/dl,
dan targetkan level glukosa <180 mg/dl
- Gunakan perbandingan dari hemofiltrasivevovenous atau hemodialysis terus-
menerus sebanyak yang dibutuhkan untuk gagal ginjal atau kelebihan vairan
15
- Gunakan profilaksis untuk deep-vein thrombosis
- Gunakan profilaksis stress-ulcer untuk mencegah perdarahan gastrointestinal
atas
- Gunakan makanan oral atau enteral, jika ditoleransi, dibandingkan puasa total
ataupun hanya diberikan glukosa IV selama 48jam pertama setelah
ditegakkan diagnosis dari sepsis berat maupun shock septik
- Lakukan perencanaan pengobatan dan pengobatan akhir hidup jika diperlukan
- Data diadaptasi dari Dellinger dkk. ARDS merupakan akut respiratori
distress sindrom, dan perawatan di ICU.
- Untuk semua tingkatan, angka mengindikasikan kekuatan dari
rekomendasi yang akan dilakukan (1, direkomendasikan; 2, disarankan),
dan hurug untuk mengindikasikan level dari suatu bukti, dari tinggi (A)
ke rendah (D), dengan indikasi UG. Rekomendasi yang spesifik pada
sepsis berat pediatric termasuk terapi dengan oksigen menggunakan
masker, oksigen aliran tinggi melalui nasal canula jika terjadi distress
respiratori dan hipoksemia (2C); penggunaan terapi dari pemeriksaan
fisik, seperti capillary refill (2C); tambahkan kristaloid 20ml melalui
bolus(atau perbandingan dengan albumin)per kilograma berat badan
selama periode 5-10 menit untuk hipovolemi (2C); tingkatkan
penggunaan inotropic dan vasodilator pada shock septik dengan cardiac
output yang rendah yang berhubungan dengan resistensi vaskuler yang
sistemik (2C); dan penggunaan hanya hidrokortison pada anak yang
dicurigai atau telah dibuktikan dengan isufisiensi adrenal yang pasti
(2C).
- Guideline merekomendasikan penyelesaian resusitasi cairan selama 3
jam (UG)
MENCARI TERAPI BARU
Kegagalan Terbaru
Salah satu kekecewaan besar selama 30 tahun terakhir telah menjadi
kegagalan untuk mengkonversi kemajuan dalam pemahaman kita tentang fitur
16
biologis yang mendasari sepsis menjadi terapi yang efektif.60 Baru-baru ini
peneliti telah menguji kedua agen sangat spesifik dan agen yang mengarahkan
efek yang lebih pleiotropik. Para agen tertentu dapat dibagi menjadi yang
dirancang untuk mengganggu sitokin kaskade awal (misalnya,
antilipopolysaccharide atau strategi sitokin anti proinflamasi anti) dan yang
dirancang untuk mengganggu koagulasi disregulasi ( misalnya, antitrombin atau
activated protein c).61 Satu-satunya agen baru yang mendapatkan persetujuan
peraturan adalah activated protein c.62 Namun, kekhawatiran tentang keamanan
dan kemanjuran activated protein c mendorong studi ulang, yang tidak
menunjukkan manfaat dan memimpin produsen, Eli Lilly , untuk menarik obat
dari market.11 Semua strategi lain sejauh ini belum menunjukkan keberhasilan.
Dengan keputusan yang baru untuk menghentikan pengembangan klinis lanjut
CytoFab, sebuah anti-tumor necrosis faktor antibodi poliklonal (clinicalTrials.gov
nomor, NCT01145560 ), tidak ada uji coba skala besar saat ini untuk strategi
antisitokin dalam pengobatan sepsis.
Di antara agen dengan efek imunomodulator yang lebih luas,
glukokortikoid menerima perhatian yang lebih. Immune globulin intravenous juga
dikaitkan dengan potensi manfaat, tapi 63 pertanyaan penting, dan penggunaannya
bukan bagian dari rutinitas praktik.23 Meskipun sejumlah besar studi observasional
menunjukkan bahwa penggunaan statin mengurangi angka kejadian atau
meningkatkan hasil pengobatan sepsis dan infeksi yang berat,64 temuan tersebut
belum dikonfirmasi secara acak, belum di uji coba, sehingga penggunaan statin
bukan bagian dari tatalaksana rutin sepsis rutin care.23
Masalah Dengan Pengembangan Terapi
Dihadapkan dengan hasil yang mengecewakan, banyak pengamat
mempertanyakan pendekatan saat ini untuk pengembangan obat untuk sepsis.
Studi praklinis umumnya menguji obat pada anak, tikus sehat atau tikus yang
terkena tantangan septik (misalnya, bakteri atau racun bakteri) dengan pengobatan
tambahan terbatas atau tidak ada. Sebaliknya, pasien dengan sepsis seringkali
orang tua atau memiliki penyakit kronik lain yang serius, yang dapat
mempengaruhi respon host dan meningkatkan risiko disfungsi organ akut.
17
Selanjutnya, kematian dalam pengaturan klinis sering terjadi meskipun
penggunaan antibiotik, resusitasi ,dan dukungan kehidupan yang intensif, dan
mekanisme penyakit dalam kasus tersebut mungkin sangat berbeda dari yang
mendasari kerusakan awal yang biasanya terjadi pada hewan model tanpa adanya
dukungan perawatan. Besar perbedaan antara spesies - genetik dalam respon
inflamasi pada host.65 Dalam studi klinis, kriteria pendaftaran biasanya sangat luas
, agen diberikan atas dasar formula standar untuk hanya waktu singkat, ada sedikit
informasi tentang bagaimana agen perubahan respon host dan interaksi inang-
patogen, dan titik akhir primer adalah kematian dari setiap penyebab. Strategi
penelitian seperti ini mungkin terlalu sederhana dalam hal itu tidak memilih
pasien yang paling mungkin untuk manfaat, tidak dapat menyesuaikan terapi
berdasarkan respon host berkembang dan perjalanan klinis , dan tidak menangkap
efek berpotensi penting pada hasil fatal.
Strategi Baru
Akibatnya, harapan yang disematkan pada apa yang disebut strategi baru
presisi -obat dengan model praklinis baik, pengembangan obat lebih bertarget, dan
uji klinis yang menggabungkan pilihan pasien yang lebih baik pasien, pemberian
obat, dan hasil pengukuran. Misalnya, pilihan untuk memperkaya portofolio
praklinis mencakup studi hewan yang lebih beragam secara genetik, lebih tua ,
atau telah ada sebelumnya penyakit. Eksperimen berikutnya dengan perawatan
suportif yang lebih canggih akan memungkinkan mimikri yang lebih baik dari
tahap selanjutnya dari sepsis dan kegagalan multiorgan, yang memungkinkan
pengujian narkoba dalam lingkungan yang lebih realistis dan mungkin
memfasilitasi pengukuran hasil seperti fungsi kognitif dan fisik. Selain itu, studi
praklinis dapat digunakan sebagai biomarker potensi respon terapi yang ada pada
homolog manusia.
Activated protein mutan C yang tidak memiliki sifat antikoagulan adalah
contoh pengembangan obat lebih bertarget dan ditunjukkan untuk memberikan
perlindungan dari sepsis yang meninduksi kematian pada hewan, tanpa
peningkatan risiko pendarahan.66 Biomarker seperti pola ekspresi seluruh genom
dalam leukosit darah perifer dapat membantu dalam stratifikasi pasien menjadi
18
subkelompok yang lebih homogen atau dalam mengembangkan intervensi terapi
yang lebih bertarget.67 Wawasan tentang sepsis berat dapat menyebabkan
imunosupresi meningkatkan kemungkinan menggunakan terapi stimulasi
kekebalan (misalnya, interleukin-7, faktor colon stimulating granulosit-
makrofag,68 atau interferon - γ 69), tetapi idealnya, terapi tersebut akan digunakan
hanya pada pasien yang imunosupresinya diidentifikasi atau diprediksi. Dengan
demikian, terapi tersebut dapat digunakan atas dasar tindakan laboratorium,
seperti monosit ekspresi HLA DR. Selain itu, kekhawatiran tentang percepatan
penurunan neurokognitif pada penderita sepsis membuka jalan untuk
mengeksplorasi agen saat ini yang sedang diuji pada pasien dengan demensia dan
kondisi terkait.
Desain penelitian dapat dimodifikasi untuk lebih memudahkan
penggabungan ide. Misalnya, ketidakpastian pada awal percobaan berkaitan
dengan pilihan yang tepat dari pasien dan strategi obat - administrasi dan
kemungkinan interaksi pengobatan mungkin lebih baik ditangani dengan
menggunakan desain Bayesian. Sebuah penelitian bisa dimulai dengan beberapa
kelompok belajar yang mencerminkan berbagai ketidakpastian yang akan diuji
tetapi kemudian pemilihian kelompok yang terbaik berdasarkan standar - respon
pengaturan acak adaptif. Desain seperti bisa sangat membantu ketika menguji
terapi kombinasi atau menggabungkan biomarker yang potensial terhadap respon
pengobatan.
KESIMPULAN
Sepsis berat dan syok septik merupakan salah satu yang tertua dan
masalah paling mendesak dalam kedokteran. Dengan kemajuan dalam perawatan
intensif, peningkatan kesadaran, dan penyebaran pedoman berbasis bukti, dokter
telah mengambil langkah besar dalam mengurangi risiko kematian yang dekat
hubungannya dengan sepsis. Namun, karena lebih banyak pasien sepsis yang
bertahan, kekhawatiran atas gunung sequelae apa yang sebelumnya sepsis
peristiwa mematikan. Strategi juga dibutuhkan untuk mencapai jutaan pasien
dengan sepsis yang jauh dari perawatan intensif modern. Pada saat yang sama,
kemajuan dalam biologi molekuler telah memberikan wawasan yang tajam
19
kompleksitas patogen dan adanya pengenalan alarm pada host (manusia) dan
petunjuk penting pada respon host yang telah terganggu. Namun, memanfaatkan
informasi tersebut untuk menyediakan terapi baru yang efektif telah terbukti sulit
Untuk lebih meningkatkan hasil/ pengeluaran pada pasien dengan sepsis dapat
melalui pengembangan agen terapi baru, terbaru, desain penelitian yang cerdas,
pelaksanaan adalah hal sangat penting.
20