Sedatif Hipnotik
-
Upload
aldilazuardi -
Category
Documents
-
view
206 -
download
3
description
Transcript of Sedatif Hipnotik
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
FARMAKOLOGI OBAT-OBATAN HIPNOTIK-SEDATIF
2.1 DEFINISI HIPNOTIK-SEDATIV
Obat-obatan hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu
mendepresi sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki
aktifitas moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik
adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat
memberikan onset serta mempertahankan tidur.
Secara klinis obat-obatan sedatif-hipnotik digunakan sebagai obat-obatan
yang berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti tatalaksana nyeri akut
dan kronik, tindakan anestesia, penatalaksanaan kejang, serta insomnia.
Obat-obatan sedatif hipnotik diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni:
1. Benzodiazepin
2. Barbiturat
3. Golongan obat nonbarbiturat – nonbenzodiazepin
2.2 KLASIFIKASI HIPNOTIK-SEDATIV
1. BENZODIAZEPIN
Benzodiazepin adalah obat yang memiliki lima efek farmakologi
sekaligus, yaitu anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui
2
medulaspinalis, dan amnesia retrograde. Benzodiazepine banyak digunakan
dalam praktik klinik.
Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya tingkat
toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman
yang lebar, rendahnya toleransi obat dan tidak menginduksi enzim
mikrosom dihati.
Benzodiazepin telah banyak digunakan sebagai pengganti
barbiturate s ebaga i p r emed ikas i dan men imbu lkan s edas i pada
pa s i en da l am mon i to rng anestesi. Dalam masa perioperative, midazolam telah
menggantikan penggunaan diazepam. Selain itu, benzodiazepine memiliki antagonis
khusus yaitu flumazenil.
1. Mekanisme Kerja
Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-
aminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter penghambat diotak.
Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor GABA melainkan meningkat
kan kepekaan reseptor GABA terhadap neurotransmitter penghambat sehingga
kanalklorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan
mendorong post sinaptik membran sel tidak dapat dieksitasi. Hal ini menghasilkan
efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol,
antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal.Efek sedatif timbul dari aktivasi
reseptor GABA.
3
Sub unit alpha-1 yang merupakan 60% dari resptor GABA di otak (korteks
serebral, korteks serebelum,thalamus). Sementara efek ansiolotik timbul dari aktifasi
GABA sub unit aplha-2 (Hipokampus dan amigdala).
Perbedaan onset dan durasi kerja diantara benzodiazepine
menunjukkan perbedaan potensi (affinitas terhadap reseptor), kelarutan
lemak (kemampuan menembus sawar darah otak dan redistribusi jaringan perifer)
dan farmakokinetik (penyerapan, distribusi, metabolisme dan ekskresi).
Hampir semua benzodiazepine larut lemak dan terikat kuat dengan protein
plasma. Sehingga keadaa h ipoa lbumin pada c i r rhos i s hepa t i s dan
ch ron i c r ena l d i s ea se akan meningkatkan efek obat ini. Benzodiazepin
menurunkan degradasi adenosin dengan menghambat tranportasi nuklesida.
Adonosin penting dalam regulasi fungsi jantung (penurunan kebutuhan oksigen
jantung melalui penurunan detak jantung dan meningkatkan oksigenasi
melalui vasodilatasi arteri korener) dan semua fungsi fisiologi proteksi jantung.
2. Efek Samping
Kelelahan dan mengantuk adalah efek samping yang biasa pada
penggunaan lama benzodiazepine. Sedasi akan menggangu aktivitas setidaknya
selama 2 minggu. Penggunaan yang lama benzodiazepine tidak akan mengganggu
tekanan darah, denyut jantung, ritme jantung dan ventilasi. Namun
penggunaannya sebaiknya hati-hati pada pasien dengan penyakit paru kronis.
Penggunaan benzodiazepine akan mengurangi kebutuhan akan obatanestesi
4
inhalasi ataupun injeksi. Walaupun penggunaan midazolam akan
men ingka tkan e f ek dep re s i napas op io id dan mengurang i e f ek
ana lge s iknya . Selain itu, efek antagonis benzodiazepine, juga flumazenil.
3. Contoh Preparat Benzodiazepin
a. Midazolam
Midazo l am merupakan benzod i azep ine yang l a ru t a i r dengan
s t ruk tu r cincin imidazole yang stabil dalam larutan dan metabolisme yang cepat.
Obat ini telah menggantikan diazepam selama operasi dan memiliki potensi 2-3 kali
lebih kua t . Se l a in i t u a f f i n i t a s t e rhadap r e sep to r GABA 2 ka l i l eb ih
kua t d i sband ing diazepam. Efek amnesia pada obat ini lebih kuat dibanding efek
sedasi sehingga pasien dapat terbangun namun tidak akan ingat kejadian dan
pembicaraan yang terjadi selama beberapa jam.Larutan midazolam dibuat
asam dengan pH < 4 agar cincin tidak terbuka dan tetap larut dalam air.
Ketika masuk ke dalam tubuh, akan terjadi perubahan pH seh ingga
c inc in akan menu tup dan oba t akan men j ad i l a ru t da l am
l emak . Larutan midazolam dapat dicampur dengan ringer laktat atau
garam asam dari obat lain.
1) Farmakokinetik
Midazo l am d i s e r ap cepa t da r i s a lu r an ce rna dan dengan
cepa t me l au i sawar darah otak. Namun waktu equilibriumnya lebih lambat
dibanding propofoldan thiopental. Hanya 50% dari obat yang diserap yang
5
akan masuk ke sirkulasi sistemik karena metabolisme porta hepatik yang
tinggi. Sebagian besar midazolam yang masuk plasma akan berikatan dengan
protein. Waktu durasi yang pendek dikarenakan kelarutan lemak yang tinggi
mempercepat distribusi dari otak ke jaringan yang tidak aktif begitu juga dengan
klirens hepar yang cepat. Wak tu pa ruh midazo l am ada l ah an t a r a 1 -4
j am , l eb ih pendek da r i pada waktu paruh diazepam. Waktu paruh ini
dapat meningkat pada pasien tua dan gangguan fungsi hati. Pada pasien dengan
obesitas, klirens midazolam akan lebih lambat karena obat banyak berikatan
dengan sel lemak. Akibat eliminasi yang c e p a t d a r i m i d a z o l a m ,
m a k a e f e k p a d a C N S a k a n l e b i h p e n d e k d i b a n d i n g diazepam.
2) Metabolisme
Midazolam dimetabolisme dengan cepat oleh hepar dan enzim cytochrome P-
450 usus halus menjadi metabolit yang aktif dan tidak aktif. Metabolit
utamayaitu 1-hidroksimidazolam yang memiliki separuh efek obat induk. Metabolit
ini dengan cepat dikonjugasi dengan asam glukoronat menjadi 1-hidroksimida-
zolamglukoronat yang dieskresikan melalui ginjal. Metabolit lainnya yaitu 4-
hidroksimidazolam tidak terdapat dalam plasma pada pemberian IV.Metabolisme
midazolam akan diperlambat oleh obat-obatan penghambat enzim sitokrom
P-450 seperti simetidin, eritromisin, calsium channel blocker, oba t an t i
j amur . Kecepa t an k l i r ens hepa t i c m idazo l am l ima ka l i l eb ih
be sa r daripada lorazepam dan sepuluh kali lebih besar daripada diazepam.
6
3) Efek pada Sistem Organ
Midazo l am menurunkan kebu tuhan me tabo l i k oks igen o t ak
dan a l i r an darah ke otak seperti barbiturat dan propofol. Namun terdapat
batasan besarnya penurunan kebutuhan metabolik oksigen otak dengan
penambahan dosis m idazo l am. Midazo l am juga memi l i k i e f ek yang
kua t s ebaga i an t i konvu l san untuk menangani status epilepticus.a )
Pe rnapasan Penurunan pernapasan dengan midazolam sebesar 0,15
mg/kg IV setara dengan diazepam 0,3 mg/kg IV. Pasien dengan penyakit
paru obstruktif kronis memiliki resiko lebih besar terjadinya depresi
pernapasan walaupun pada orang no rma l dep re s i pe rnapasan t i dak
t e r j ad i s ama seka l i . Pembe r i an dos i s be sa r (>0,15 mg/kg) dalam
waktu cepat akan menyebabkan apneu sementara terutama bila diberikan
bersamaan dengan opioid. Benzodiazepine juga menekan reflex menelan
dan penuruna aktivitas saluran napas bagian atas.
4) Penggunaan Klinik
Midazolam sering digunakan sebagai premedikasi pada pasien
pediatrik sebagai sedasi dan induksi anestesia. Midazolam juga
memiliki efek antikonvulsan sehingga dapat digunakan untuk mengatasi kejang
grand mal.a ) P r emed ikas i sebagai premedikasi midazolam 0,25 mg/kg diberikan
secara oral berupasirup (2 mg/ml) kepada anak-anak untuk memberiksan efek sedasi
dan anxiolisis dengan efek pernapasan yang sangat minimal. Pemberian 0,5 mg/kg IV
7
10 menits ebelum operasi dipercaya akan memberikan keadaan amnesia
retrograd yang cukup.
b. Diazepam
Diazepam adalah benzodiazepine yang sangat larut lemak dan
memiliki du ra s i ke r j a yang l eb ih pan j ang d i sband ing midazo l am.
D iazepam d i l a ru tkan dengan pe l a ru t o rgan ik (p rop i l en g l i ko l ,
sod ium benzoa t e ) ka r ena t i dak l a ru t dalam air. Larutannya pekat
dengan pH 6,6-6,9.Injeksi secara IV atau IM akan menyebabkan nyeri.
1) Farmakokinetik
Diazepam cepat diserap melalui saluran cerna dan mencapai
puncaknya da l am 1 j am (15 -30 men i t pada anak -anak ) . Ke l a ru t an
l emaknya yang t i ngg i menyebabkan Vd diazepam besar dan cepat mencapai
otak dan jaringan terutama lemak. Diazepam juga dapat melewati plasenta dan
terdapat dalam sirkulasi fetus. Ikatan protein benzodiazepine berhubungan
dengan tingginya kelarutanlemak. Diazepam dengan kelarutan lemak yang
tinggi memiliki ikatan denganp ro t e in p l a sma yang kua t . Seh ingga
pada pa s i en dengan konsen t r a s i p ro t e in p l a sma yang r endah ,
s epe r t i pada c i r rhos i s hepa t i s , akan men ingka tkan e f ek samping dari
diazepam.
2) Metabolisme
8
Diazepam mengalami oksidasi N-demethylation oleh enzim mikrosom hati
men j ad i de sme thy ld i azepam dan oxazepam se r t a s ebag i an kec i l
t emazepam. Desme thy ld i azepam memi l i k i po t ens i yang l eb ih
r endah s e r t a d ime t abo l i sme lebih lambat dibanding oxazepam sehingga
menimbulkan keadaan mengantuk pada pa s i en 6 -8 j am se t e l ah
pembe r i an . Me tabo l i t i n i menga l ami r e s i rku l a s i enterohepatik sehingga
memperpanjang sedasi. Desmethyldiazepam diekskresikan melalui urin setelah
dioksidasi dan dikonjugasikan dengan asam glukoronat.
3) Waktu Paruh
Waktu paruh diazepam orang sehat antara 21-37 jam dan akan
semakin pan j ang pada pa s i en t ua , obese dan gangguan fungs i hepa r
s e r t a d igunakan be r sama oba t penghamba t enz im s i t ok rom P -
450 . D iband ingkan l o r azepam, diazepam memiliki waktu paruh yang lebih
panjang namun durasi kerjanya lebih pendek karena ikatan dengan reseptor GABA
lebih cepat terpisah. Wak tu pa ruh de sme thy ld i azepam ada l ah 48 -
96 j am . Pada penggunaan lama diazepam dapat terjadi akumulasi metabolit
di dalam jaringan dan dibutuhkan waktu lebih dari seminggu untuk
mengeliminasi metabolit dariplasma.
4) Efek pada Sistem Organ
Diazepam hampir tidak menimbulkan efek depresi napas. Namun,
pada penggunaan bersama dengan obat penekan CNS lain atau pada pasien
dengan penyakit paru obstruktif akan meningkatkan resiko terjadinya depresi napas.
9
Diazepam pada dos i s 0 ,5 -1 mg /kg IV yang d ibe r i kan s ebaga i
i nduks i anestesi tidak menyebabkan masalah pada tekanan darah,cardiac
output dan resistensi perifer. Begitu juga dengan pemberian anestesi
volatile Ns setelah i nduks i dengan d i azepam t i dak menyebabkan
pe rubahan pada ke r j a j an tung .Namun pembe r i an d i azepam 0 ,125 -
0 ,5 mg /kg IV yang d i i ku t i dengan i n j eks i f en t any l 50 µg /kg IV
akan menyebabkan penu runan r e s i s t ens i va sku l e r dan penurunan
tekanan darah sistemik. Pada o to t ske l e t a l , d i a zepam menurunkan
t onus o to t . E fek i n i d idapa t dengan menurunkan impu l s da r i
s a r a f gamma d i sp ina l . Ke racunan d i azepam didapatkan bila konsentrasi
plasmanya > 1000ng/ml.
5) Penggunaan Klinis
Penggunaan diazepam sebagai sedasi pada anestesi telah digantikan
oleh midazolam. Sehingga diazepam lebih banyak digunakan untuk mengatasi
kejang.Efek anti kejang didapatkan dengan menghambat neuritransmitter
GABA.Dibanding barbiturat yang mencegah kejang dengan depresi non
selektif CNS, d i azepam seca ra s e l ek t i f menghamba t ak t i v i t a s
d i sy s t em l imb ik , t e ru t ama d i hippokampus.
c. Lorazepam
Lorazepam memiliki struktur yang sama dengan oxazepam, hanya berbeda
pada adanya klorida ekstra pada posisi orto 5-phenyl moiety. Lorazepam
10
lebih kuat dalam sedasi dan amnesia dibanding midazolam dan diazepam
sedangkan efek sampingnya sama.
1 ) Fa rmakok ine t i k
Lorazepam dikonjugasikan dengan asam glukoronat di hati menjadi
bentuk inaktif yang diekskresikan di ginjal. Waktu paruhnya lebih lama yaitu 10-20
jam dengan ekskresi urin > 80% dari dosis yang diberikan. Karena
metabolismenya t i dak d ipenga ruh i o l eh enz im mik rosom d i ha t i ,
maka me tabo l i smenya t i dak dipengaruhi oleh umur, fungsi hepar dan
obat penghambat enzim P-450 seperti simetidin. Namun onset kerja
lorazepam lebih lambat dibanding midazolam dandiazepam karena kelarutan
lemaknya lebih rendah.
2) Penggunaan Klinik
Lorazepam diserap baik bila diberikan secara oral dan IM dan
mencapai konsentrasi puncak dalam 2-4 jam dan terus bertahan efeknya selama 24-
48 jam. Sebaga i p r emed ikas i , d i gunakan dos i s o r a l 50µg /kg
(maks 4 mg) yang akan menimbulkan sedasi yang cukup dan amnesia selama ±
6 jam. Penambahan dosis akan meningkatkan sedasi tanpa penambahan efek
amnesia. Lorazepam tidak bermanfaat pada operasi singkat karena durasi kerja
yang lama. Onse t ke r j a l amba t l o r azepam merupakan keku rangan
l o r azepam b i l a digunakan sebagai induksi anestesi, sedasi selama
regional anestesi dan sebagai an t i ke j ang . Lo razepam akan
be rmanfaa t b i l a d igunakan s ebaga i s edas i pada pasien yang diintubasi.
11
d.Oxazepam
Oxazepam merupakan metabolit aktif dari diazepam. Durasi kerjanya lebih
pendek dibanding diazepam karena di sirkulasi akan dikonjugasi dengan
asam g luko rona t men j ad i me t abo l i t i nak t i f . Wak tu pa ruhnya 5 -
15 j am dan t i dak dipengaruhi oleh fungsi hepar atau pemberian simetidin.
Absorbsi oral oxazepam sanga t l amba t s eh ingga t i dak be rmanfaa t pada
pengoba t an i n somnia dengan kesulitan tidur. Namun bermanfaat pada
insomnia memiliki periode tidur yang pendek atau sering terbangun di malam
hari.
e. Alprazolam
Alprazolam memiliki efek mengurangi kecemasan pada pasien
dengan kecemasan atau serangan panik. Alprazolam merupakan alternatif untuk
premedikasi pengganti midazolam.
2 . BARBITURAT
Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif
sebagai hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa
penggunaan yang spesifik, barbiturat telah banyak digantikan dengan
benzodiazepine yang lebih aman, pengecualian fenobarbital, yang memiliki anti
konvulsi yang masih banyak digunakan.
12
Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat.
Asambarbiturat (2,4,4-trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi
kondensasi antara ureum dengan asam malonat.
Susunan Sa ra f Pusa t e f ek u t ama ba rb i t u r a t i a l ah dep re s i
SSP . Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis,
koma sampai dengan kematian. Efek antianseitas barbiturat berhubungan
dengan tingkat sedasi yang d iha s i l kan . E fek h ipno t i k ba rb i t u r a t e
dapa t d i capa i da l am wak tu 20 -60 men i t dengan dosis hipnotik. Tidurnya
menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu. Efek anastesi
umumnya diperlihatkan oleh golongan tiobarbital dan beberapa oksibarbital
untuk anastesi umum. Untuk efek antikonvulsi umumnya diberikan oleh berbiturat
yang mengandung substitusi 5-fenil misalnya fenobarbital.
1. Farmakokinetik
Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung
dan usus halus kedalam darah. Secara IV barbiturat digunakan untuk mengatasi
status epilepsi dan menginduksi serta mempertahankan anastesi umum. Barbiturat
didistribusi secara luas dan dapat melewati plasenta, ikatan dengan protein plasma
sesuai dengan kelarutan dalam lemak; tiopental yang terbesar.Barbiturat yang
mudah larut dalam lemak, misalnya tiopental dan metoheksital, setelah
pemberian secara IV, akan ditimbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini
akan menyebabkan kadarnya dalam plasma dan otak turun dengancepat.
Barbiturat yang kurang lipofilik, misalnya aprobarbital dan fenobarbital,
13
dimetabolisme hampir sempurna didalam hati sebelum diekskresi di ginjal. Pada
kebanyakan kasus, perubahan pada fungsi ginjal tidak mempengaruhi
eliminasi obat. Fenobarbital diekskresi ke dalam urine dalam bentuk tidak berubah
sampaijumlah tertentu (20-30 %) pada manusia.Faktor yang mempengaruhi
biodisposisi hipnotik dan sedatif dapat dipengaruhi oleh berbagai hal terutama
perubahan pada fungsi hati sebagai akibat dari penyakit, usia tua yang
mengakibatkan penurunan kecepatan pembersihan obat yang dimetabolisme
yang terjadi hampir pada semua obat golongan barbiturat.
2. Indikasi
Penggunaan barbiturat sebagai hipnotik sedatif telah menurun secara nyata
ka r ena e f ek t e rhadap SSP ku rang spe s i f i k yang t e l ah banyak
d igan t i kan o l eh golongan benzodiazepine. Penggunaan pada anastesi masih
banyak obat golongan barbiturat yang digunakan, umumnya tiopental dan
fenobarbital.
1. Tiopental
• Di gunakan untuk induksi pada anestesi umum.
• Operasi yang singkat (reposisi fraktur, insisi, jahit luka).
• Sedasi pada analgesik regional
• Mengatasi kejang-kejang pada eklamsia, epilepsi, dan tetanus
2 . F e n o b a r b i t a l
• Untuk menghilangkan ansietas
14
• Sebagai antikonvulsi (pada epilepsi)
• Untuk sedatif dan hipnotik
3. Kontra Indikasi
Barbiturat tidak boleh diberikan pada penderita alergi barbiturat, penyakit hati
atau ginjal, hipoksia, penyakit Parkinson. Barbiturat juga tidak boleh diberikan
pada penderita psikoneurotik tertentu, karena dapat menambah kebingungan di
malam hari yang terjadi pada penderita usia lanjut.
4. Efek Samping
1) Hangover, Gejala ini merupakan residu depresi SSP setelah efek
hipnotik berakhir. Dapat terjadi beberapa hari setelah pemberian obat dihentikan.
Efek r e s idu mungk in be rupa ve r t i go , mua l , a t au d i a r e . Kadang
kadang t imbu l kelainan emosional dan fobia dapat bertambah berat.
2) Eksitasi paradoksal,
Pada bebe rapa i nd iv idu , pemaka i an u l ang ba rb i t u r a t (terutama
fenoberbital dan N-desmetil barbiturat) lebih menimbulkan eksitasidari pada
depresi. idiosinkrasi ini relative umum terjadi diantara penderita usia lanjut
dan lemah.
3) Rasa nyeri,
Barbiturat sesekali menimbulkan mialgia, neuralgia, artalgia,
terutama pada penderita psikoneurotik yang menderita insomnia. Bila diberikan
15
dalam keadaan nyeri, dapat menyebabkan gelisah, eksitasi, dan bahkan
delirium.
4) Alergi,
Reaksi alergi terutama terjadi pada individu alergik. Segala bentuk
hipersensitivitas dapat timbul, terutama dermatosis. Jarang terjadi dermatosiseks-
foliativa yang berakhir fatal pada penggunaan fenobarbital, kadang-kadang
disertai demam, delirium dan kerusakan degeneratif hati.
5) Interaksi Obat
Reaksi obat, Kombinasi barbiturat dengan depresan SSP lain misal etanol
akan meningkatkan efek depresinya; Antihistamin, isoniasid, metilfenidat,
dan penghambat MAO juga dapat menaikkan efek depresi barbiturat.
Interaksi obat yang paling sering melibatkan hipnotik-sedatif
adalah interaksi dengan obat depresan susunan saraf pusat lain, yang menyebabkan
efek ad i t i f . E fek ad i t i f yang j e l a s dapa t d i r ama lkan dengan
penggunaan minuman beralkohol, analgesik narkotik, antikonvulsi,
fenotiazin dan obat-obat antidepresan golongan trisiklik.
3. Nonbarbiturat – Nonbenzodiazepin
A. Propofol
Propofol adalah zat subsitusi isopropylphenol (2,6 diisopropylphe-
nol) yang digunakan secara intravena sebagai 1% larutan pada zat aktif
16
yang terlarut,serta mengandung 10% minyak kedele, 2,25% gliserol, dan
1,2% purified egg phosphatide.
1 . M e k a n i s m e K e r j a
Propofol relatif bersifat selektif dalam mengatur reseptor gammaami -
nobu ty r i c a c id (GABA) dan t ampaknya t i dak menga tu r ligand-
gate ionchannel lainnya. Propofol dianggap memiliki efek sedatif hipnotik
melaluiinteraksinya dengan reseptor GABA. GABA adalah salah satu
neurotransmiter penghambat di SSP. Ketika reseptor GABA diaktivasi,
penghantar kloridatrans membrane meningkat dan menimbulkan
hiperpolarisasi di membran sel postsinaps dan menghambat fungsi neuron
post sinaps. Interaksi propofol (termasuk barbiturat dan etomidate) dengan
reseptor komponen spesifik reseptor GABA menurunkan neurotransmitter
penghambat. Ikatan GABA meningkatkan durasi
pembukaan GABA yang t e r ak t i f a s i me l au i chloride channel sehingga
terjadi hiperpolarisasi dari membran sel.
2 . F a r m a k o k i n e t i k
Propofol didegradasi di hati melalui metabolisme oksidatif hepatik
oleh cytochrome P-450. Namun, metabolisme tidak hanya dipengaruhi
hepatic tetapi juga ekstrahepatik. Metabolisme hepatik lebih cepat dan lebih
banyak menimbulkan inaktivasi obat dan terlarut air sementara metabolisme
asamglukoronat diekskresikan melalui ginjal. Propofol membentuk 4-
hydroxypropofololeh sitokrom P450. Propofol yang berkonjugasi dengan
17
sulfat dan glukoronide m e n j a d i t i d a k a k t i f d a n b e n t u k
4 h y d r o x y p r o p o f o l y a n g m e m i l i k i 1 / 3 e f e k hipnotik. Kurang
dari 0,3% dosis obat diekskresikan melalui urin. Waktu paruhpropofol
adalah 0,5 – 1,5 jam tapi yang lebih penting sensitive half time dari propofol
yang digunakan melalui infus selama 8 jam adalah kurang dari 40 menit.Maksud dari
sensitive half time adalah pengaruh minimal dari durasi infus karena metabolisme
propofol yang cepat ketika infus dihentikan sehingga obat kembali dari
tempat simpanan jaringan ke sirkulasi.
3. Penggunaan Klinis
P ropo fo l men j ad i p i l i han oba t i nduks i t e ru t ama ka rena cepa t
dan e f ek mengembalikan kesadaran yang komplit. Infus intravena
propofol dengan atautanpa obat anestesia lain menjadi metode yang sering
digunakan sebagai sedasiatau sebagai bagian penyeimbang atau anestesi
total iv. Penggunaan propofolmelalui infus secara terus menerus sering
digunakan di ruang ICU.
B. Ketamin
Ketamin adalah derivat phencyclidine yang menyebabkan “disosiati
veanesthesia” yang ditandai dengan disosiasi EEG pada talamokortikal
dan sistemlimbik. Disosiative anesthesia ini menyerupai kedaan kataleptik
dimana mata pasien terbuka dan diikuti nistagmus yang lambat. Berbagai
18
derajat hnipertonus dan perpindahan otot yang tanpa tujuan sering terjadi
pada proses pembedahan
C. Dextromethorphan
Dextromethorphan (d-isomer dari levophanol) adalah NMDA
antagonis dengan afinitas ringan yang sering digunakan sebagai penghambat respon
batuk disentral. Obat ini memiliki efek yang seimbang dengan kodein
sebagai antitusif tetapi tidak memiliki efek analgesik Tidak seperti kodein,
obat ini tidak menimbulkan efek sedasi atau gangguan sistem
gastrointestinal. DMP memiliki e f ek eu fo r i a s eh ingga s e r i ng d i s a l ah
gunakan . Tanda dan gen j a l a penggunaan berlebihan DMP adalah
hipertensi sistemik, takikardia, somnolen, agitasi, ataxia,diaporesis, kaku otot,
kejang, koma, penurunan suhu tubuh. Hepatotoksisitas meningkat pada
pasien yang mendapat DMP dan asetamenofen.
19
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu
mendepresisistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas
Moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi
yang dapatmemberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta
mempertahankan tidur.
Obat-Obatan hipnotik sedatif terbagi menjadi tiga jenis yakni
golongan benzodiazepin, barbiturat, dan bukan keduanya.Obat golongan
benzodiazepine berkerja pada reseptor gamma-aminobutyric acid.
Efek farmakologi benzodiazepin merupakan akibat aksi gamma-
aminobutyric acid sebagai neurotransmitter penghambat di otak.
Benzodiazepine meningkatkan kepekaan reseptor gamma-aminobutyric acid
terhadap neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi
hiperpolarisasi post sinaptik membrane s e l dan mendorong pos t s i nap t i k
membran s e l t i dak dapa t d i eks i t a s i . Con toh preparat benzodiazepin
antara lain midazolam, alprazolam, diazepam, clobazam.
Obat-obatan barbiturat bekerja pada neurotansmiter penghambat (gamma -
aminobutyric acid) pada sistem saraf pusat. Aktifasi reseptor ini
20
meningkatkan konduktase klorida transmembran, sehingga terjadi
hiperpolarisasi membran selpos t s i naps . Con toh oba t -oba t an go longan
ba rb i t u r a t an t a r a l a i n t i open t a l dan phenobarbital.
Beberapa obat lain yang bukan jenis barbiturat dan banzodiazepin
yangsering digunakan sebagai obat sedasi dan hipnotik antara lain: propofol,
ketamin,dextromethorphan.
SARAN
Untuk Pembaca
Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu
mendepresisistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas
Moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi
yang dapatmemberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta
mempertahankan tidur.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca untuk mendalami dan memahami tentang penejelasan mengenai Hipnotik-
Sedativ. Akan tetapi banyak sekali kesalahan yang mungkin terdapat dalam makalah
ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semata. Oleh karena itu, kritik
dan saran kami terima untuk membenahi dan memperbaiki isi makalah ini. Terima
kasih.
21
Untuk Peneliti berikutnya
Untuk peneliti berikutnya di sarankan agar dalam pembuatan makalah dengan
judul yang sama semacam ini di haruskan lebih jelas dan lebih terperinci di
bandingkan dengan makalah ini, karena penulis sadar jika makalah yang di buat jauh
dari kesempurnaan.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Stoelting RK, Hillier SC. Opioid Agonists and Antagonists. In :
Pharmacology & Physiology in Anestetic Practice 4th Edition.
Philadelphia :Lipincott William & Wilkins; 2006, 87-126
2. Nelson., M.H, 2006. Sedative Hipnotic Drugs. (Dikutip dari :http://pharmacy
.wingate.edu/faculty/mnelson/PDF/Sedative_Hypnotics.pdf tanggal 16 Agustus
2010)
3. Stoelting RK, Hillier SC. Benzodiazepines. In : Pharmacology &Physiology
in Anestetic Practice 4th Edition. Philadelphia : Lipincott William& Wilkins; 2006,
140-1534 . T j ay TH, Raha rd j a K . Seda t i va dan H ipno t i ka . I n :
Oba t -oba t Pen t i ng Edisi Ke-5. Jakarta : Gramedia; 2002, 364-372
4. Stoelting RK, Hillier SC. Nonbarbiturate Intravenous Anesthetic Drugs. In:
Pharmacology & Physiology in Anestetic Practice 4th Edition. Philadelphia :Lipincott
William & Wilkins; 2006, 153-178
5. http://nursidiqkr3nyahoocom.blogspot.com/2010/05/sedativa-dan-hipnotika-
penenang.html