UJI POTENSIASI EFEK HIPNOTIK NATRIUM TIOPENTAL€¦ · Web viewISOLASI STREPTOMYCES DARI RIZOSFER...
Transcript of UJI POTENSIASI EFEK HIPNOTIK NATRIUM TIOPENTAL€¦ · Web viewISOLASI STREPTOMYCES DARI RIZOSFER...
ISOLASI STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE YANG BERPOTENSI MENGHASILKAN
ANTIJAMUR TERHADAP Candida albicans
Rizki Istya Ariningsih*, Triastuti Rahayu*, Maryati*Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
INTISARI
Streptomyces merupakan genus bakteri dari kelas Actinomycetes yang terbukti mampu menghasilkan senyawa bioaktif diantaranya antijamur. Peluang terbesar untuk mendapatkannya di tanah rizosfer. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi Streptomyces yang berpotensi antijamur dari rizosfer rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach), rumput kembangan (Digitaria microbachne (Presl.) Henr) dan alang-alang (Imperata cylindrica).
Pengambilan sampel tanah rizosfer dengan metode komposit. Sampel tanah rizosfer yang akan diinokulasi dilakukan pre treatment bertahap dan selanjutnya dilakukan pengenceran 10-3 dan 10-4 yang kemudian dilakukan skrining antijamur. Isolat umur 2 minggu dan 3 minggu yang didapatkan dari skrining primer tersebut diujikan terhadap C. albicans sensitif dan multiresisten dengan metode agar block. Zona hambat disekitar isolat diukur kemudian dilihat potensinya berdasarkan tabel potensi antimikrobia Davis Stout dalam Hasim 2003.
Penelitian ini memperoleh 57 isolat Streptomyces dengan 11 isolat berpotensi sebagai antijamur. Pada isolat Streptomyces umur 2 minggu, 10,52% berpotensi ”kuat” (diameter zona hambat 10-20 mm) terhadap C. albicans sensitif antijamur dan terhadap C. albicans multiresisten antijamur sebanyak 3,5% berpotensi ”kuat” (diameter zona hambat 10-20 mm) serta 1,75% berpotensi ”sedang” (diameter zona hambat 5-10 mm). Isolat Streptomyces umur 3 minggu yaitu sebesar 3,5% berpotensi ”sangat kuat” (diameter zona hambat lebih dari 20 mm), 14,03% berpotensi ”kuat” (diameter zona hambat 10-20 mm) dan 1,75% berpotensi ”sedang” (diameter zona hambat 5-10 mm) terhadap C. albicans sensitif antijamur dan terhadap C. albicans multiresisten antijamur 8,77% berpotensi ”kuat” (diameter zona hambat 10-20 mm).
Kata kunci : Antijamur, C. albicans, Rizosfer, Streptomyces
STREPTOMYCES ISOLATION FROM RIZOSFER FAMILIA POACEAE THAT HAVE POTENTION ON PRODUCING
ANTIFUNGAL TO Candida albicans
Rizki Istya Ariningsih*, Triastuti Rahayu, S.Si., M.Si*, Maryati, S.Si., M.Si., Apt. **
*Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
ABSTRACT
Streptomyces are genus bacterial from Actinomycetes classis that have been proved can produce bioactive compound such as antifungal. The most chance to found it are from rizosfer. The aim of this research was to explorate Streptomyces that have potential on producing antifungal from rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach), rumput kembangan (Digitaria microbachne (Presl.) Henr) and alang-alang (Imperata cylindrica).
Taking sample from rizosfer by composit method. Sample from rizosfer that will be innoculated was done by pre-treatment and then was done by suspension containing 10-3 and 10-4 for antifungal screening. Isolates with age 2 weeks and 3 weeks that found from primery screening will be tested to C. albicans sensitive and multiresisten using agar block method. Inhibition zone surrounding isolate was measured then it was comparised based on Davis Stout in Hasim 2003 antimicrobial potention table.
This research found 57 isolates Streptomyces with 11 isolates have potention as antifungal. Isolates Streptomyces with age 2 weeks, 10,52% have high potensial (inhibition zone 10-20 mm) to C. albicans sensitive antifungal and to C. albicans multiresisten antifungal there are 3,5% high potensial (inhibition zone 10-20 mm) and 1,75% medium potensial (inhibition zone 5-10 mm). Isolates Streptomyces with age 3 weeks, 3,5% is the highest potensial (inhibition zone more than 20 mm), 14,03% high potensial (inhibition zone 10-20 mm) and 1,75% medium potensial (inhibition zone 5-10 mm) to C. albicans sensitive antifungal and to C. albicans multiresiten antifungal there are 8,77% high potensial (inhibition zone 10-20 mm).
Key word : Antifungal, C. albicans, Rizosfer, Streptomyces
PENDAHULUANSalah satu jamur yang menginfeksi manusia adalah spesies Candida
albicans. Jamur ini bersifat patogen dan akan menyebabkan penyakit infeksi
jamur yang disebut kandidiasis yaitu penyakit pada selaput lendir, mulut, vagina
dan saluran pencernaan (Pelczar dan Chan, 1986).
Untuk mengobati penyakit infeksi jamur maka digunakan obat antijamur.
Namun obat antijamur yang sudah ada dan beredar di masyarakat sering sangat
toksik dan hanya sedikit yang tersedia tanpa resep (White, 1991 dalam Gould dan
Brooker, 2003). Selain itu obat antijamur sangat mahal sehingga kurang
terjangkau oleh masyarakat dan kualitasnya pun kurang maksimal untuk
menyembuhkan penyakit infeksi jamur. Sebagai contoh yaitu Ketokonazol dijual
seharga Rp. 242.000/ 200 g, dos 10x10 tablet (Anonim, 2007).
Antijamur merupakan bagian antibiotik yang membunuh atau
memperlambat pertumbuhan jamur, sedangkan antibiotik sendiri merupakan suatu
substansi kimia yang diperoleh dari atau dibentuk oleh berbagai spesies
mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat
pertumbuhan mikroorganisme (Jawetz et al., 1994). Maka penelitian ini
daharapkan dapat ditemukan senyawa antijamur dari mikroorganisme dalam tanah
rizosfer.
Mikroorganisme yang menghuni tanah dapat dikelompokkan menjadi
bakteri, Actinomycetes, jamur, alga dan protozoa (Rao, 1994). Actinomycetes
merupakan anggota yang dominan dari populasi mikroba di tanah (Kimball,
1999). Banyak bakteri dari kelas Actinomycetes mempunyai kemampuan dalam
menghasilkan antijamur. Streptomyces misalnya, merupakan genus bakteri dari
kelas ini yang terbukti mampu menghasilkan macam-macam antijamur seperti
Amfoterisin B yang diisolasi dari Streptomyces nodosus, Kandisidin yang
diisolasi dari Streptomyces griseus dan Nistatin yang diisolasi dari Streptomyces
noursei.
Rizosfer merupakan daerah pertemuan antara akar dan tanah (Budiyanto,
2002). Penelitian yang dilakukan Oskay et al. (2004) mendapatkan hasil bahwa
Actinomycetes melimpah di sekitar perakaran tumbuhan tingkat tinggi. Populasi
Actinomycetes pada tanah rizosfer mendekati 40% dari total mikroflora tanah.
Mikroorganisme banyak terdapat di rizosfer karena akar tumbuhan mengeluarkan
eksudat yang mengandung bahan organik. Penelitian yang dilakukan Waksman
(1950) menyebutkan bahwa Actinomycetes melimpah pada tanah berumput
(Hasim, 2003).
Rahayu dan Maryati (2007) telah mengisolasi Streptomyces dari rizosfer
tumbuhan tingkat tinggi yaitu tanaman orok-orok (Crotalaria striata) dan
tumbuhan dari Familia Poaceae yaitu rumput jepang (Zoysia matrella (L.) Merr)
dan jukut domdoman (Chrysopogon aciculatus (Retz.) Trin). Hasilnya diperoleh
isolat Streptomyces yang berpotensi kuat sebagai antimikrobia.
METODE PENELITIANA. Alat dan Bahan1. Alat
Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah autoklaf, Laminar Air
Flow Cabinet, oven, waterbath, inkubator, mikropipet dan tip, alat-alat gelas,
bunsen, spreader glass, mikroskop, ose, tusuk sate steril, objeck glass dan deg
glass, steril cork borer.
2. BahanBahan yang digunakan adalah sampel berupa tanah yang diperoleh
disekitar perakaran tumbuhan (rizosfer) :
a. Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) dari daerah Sukoharjo desa
Gayam dan Blora desa Cepu
b. Alang-alang (Imperata cylindrica) dari daerah Sukoharjo desa Gayam dan
Blora desa Cepu
c. Rumput kembangan (Digitaria microbachne (Presl.) Henr) dari daerah
Sukoharjo desa Gayam dan Salatiga desa Lopait
Larutan Ringer (Widatra Bhakti), medium Raffinose-histidine agar,
medium Benneth agar, medium Sabouroud dextrosa agar, medium Oatmeal agar,
akuades, antifungi sikloheksimid (SIGMA), satu set cat gram, formalin 1%,
alkohol 70 % (Indofarma), C. albicans sensitif antijamur dan multiresisten
terhadap Ketoconazol, Itraconazol dan Terbinafine yang diperoleh dari
laboratorium Mikrobiologi UGM, standart Mc Farland (konsentrasi 108 CFU/ml).
B. Jalannya Penelitian
1. Pemilihan lokasi sampel tanah
Pemilihan lokasi pengambilan sampel tanah pada daerah yang kering dan
panas, tanahnya agak berpasir serta tidak tergenang air dari daerah Sukoharjo,
Blora dan Salatiga.
2. Pengambilan sampel
Sampel tanah rizosfer dari tumbuhan rumput gajah (Pennisetum
purpureum Schumach), alang-alang (Imperata cylindrica) dan rumput kembangan
(Digitaria microbachne (Presl.) Henr), diambil bagian yang menempel pada akar
sebanyak ± 100 g dari 5 tempat yang berbeda dalam 1 lahan yang sebelumnya
tanah bagian atas (±10 cm) dibersihkan dahulu selanjutnya masing-masing sampel
dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berbeda serta tiap sampel diberi label.
3. Pre treatment sampel tanah
Sampel tanah yang telah diambil masing-masing ditimbang sebanyak 10
gram dan diletakkan dalam cawan petri yang berbeda untuk dikeringanginkan
pada suhu ruang selama 7-10 hari kemudian disaring dan dimasukkan dalam
wadah steril sebelum digunakan. Masing-masing sampel tanah dari tempat yang
berbeda diambil sebanyak 1 gram kemudian dicampur. Dari hasil pencampuran
diambil 1 gram untuk dicampur dengan larutan ringer 10 ml (10 -1) kemudian
digojog sampai rata. Selanjutnya larutan tersebut dipanaskan pada suhu 55C
dalam waterbath selama 20 menit untuk mengurangi populasi bakteri Gram
negatif.
4. Isolasi Streptomyces
Pengenceran dari hasil pre treatment dilanjutkan dengan mengambil 1 ml
larutan 10-1 dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan ringer (10-2) dan seterusnya
sampai pengenceran 10-4. Sebanyak 0,1 ml dari pengenceran 10-3 dan 10-4
diinokulasikan dengan cara taburan pada medium Raffinose-histidine agar dengan
penambahan K2HPO4 stock solution dan antifungi sikloheksimid (perbandingan
1:100) untuk mengurangi pertumbuhan fungi dan diinkubasi pada suhu 28C
selama 7-14 hari.
Koloni Streptomyces dengan morfologi yang berbeda diseleksi dan
ditransfer ke media purifikasi yaitu media benneth agar dengan menggunakan
tusuk sate steril. Kultur tersebut diinkubasi pada suhu 28C selama 7 hari
kemudian disimpan pada suhu 4C untuk uji selanjutnya. Koloni Streptomyces
dari benneth agar selanjutnya dipindah ke media pembentukan spora yaitu media
oatmeal agar dengan menggunakan tusuk sate steril. Kultur tersebut diinkubasi
pada suhu 28C selama 7-14 hari.
5. Uji Streptomyces yang berpotensi menghasilkan antijamur
a. Penyiapan suspensi Candida albicans
Biakan jamur C. albicans diambil satu ose kemudian digoreskan ke
medium sabouroud dextrose agar diinkubasi 28C selama 24 jam, diambil
satu ose disuspensikan ke dalam 2 ml larutan ringer, dikocok homogen dan
dibandingkan dengan Standart Mc Farland (konsentrasi 108 CFU/ml),
kemudian diambil 100 µl dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
akuades steril 10 ml sehingga didapatkan suspensi jamur 106 CFU/ml.
b. Penentuan aktivitas antijamur dengan metode agar block
Untuk metode agar block, isolat dari media oatmeal agar dibuat block
menggunakan steril cork borer diameter 6 mm kemudian diletakkan pada
medium sabouroud dextrose agar yang sudah diinokulasi organisme uji (C.
albicans) selanjutnya diinkubasi pada suhu 28C selama 24 - 48 jam.
C. Cara Analisis
Bakteri Streptomyces yang berpotensi antijamur diisolasi dari rizosfer
tumbuhan rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach), alang-alang
(Imperata cylindrica) dan rumput kembangan (Digitaria microbachne (Presl.)
Henr) diukur diameter zona hambatnya terhadap jamur C. albicans sehingga dapat
diketahui isolat Streptomyces tersebut berpotensi kuat atau lemah sebagai
antijamur berdasarkan tabel potensi antimikrobia berdasarkan Davis Stout
(Hasim, 2003).
Tabel 1. Potensi Antimikrobia Sebagai Antijamur
Potensi antimikrobia Diameter hambatanSangat kuat 20 mm atau lebih
Kuat 10 – 20 mm
Sedang 5 – 10 mm
Lemah kurang dari 5 mm
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel tanah rizosfer yang akan diisolasi dilakukan pre treatment
bertahap untuk mengurangi populasi bakteri Gram negatif (Streptomyces
merupakan bakteri gram positif). Sampel tanah rizosfer yang diinokulasi adalah
pada pengenceran 10-3 dan 10-4. Penelitian Rahayu dan Maryati (2007) diperoleh
bahwa pada pengenceran yang rendah (10-2) menyebabkan pertumbuhan koloni
yang rapat sehingga tidak bisa diperoleh kultur murni Streptomyces. Sebaliknya
apabila yang diinokulasi adalah pada pengenceran yang tinggi (10-6) maka
kemungkinan mendapatkan koloni Streptomyces semakin kecil.
Isolasi Streptomyces menggunakan medium selektif Raffinose-Histidine
Agar yang dapat menghambat S. albidoflavus yang mendominasi pertumbuhan
bakteri yang diisolasi dari tanah dengan penambahan antifungi sikloheksimid.
Koloni Streptomyces sangat mudah dibedakan dengan bakteri lainnya karena
karakteristik miselium dan pigmentasinya (Gambar 1). Koloni Streptomyces dari
media Raffinose-Histidine Agar dengan ciri yang berbeda masing-masing
dipindah pada media purifikasi yaitu media Benneth Agar (Gambar 2).
Isolat dari benneth agar selanjutnya dipindah ke media pembentukan
spora yaitu media oatmeal agar. Dari hasil isolasi diperoleh 57 isolat dan diamati
berdasarkan warna spora aerial, miselium vegetatif dan pigmen difusnya (Tabel
1). Spora aerial merupakan spora dari Streptomyces yang berada pada bagian atas
media dan langsung berhubungan dengan udara. Miselium vegetatif adalah
kumpulan hifa yang berada pada bagian bawah Streptomyces yang melekat pada
media. Pigmen difus adalah substansi yang dihasilkan isolat Streptomyces yang
dapat menyebar atau larut dalam air. Spora aerial, miselium vegetatif dan
terbentuknya pigmen difus dapat digunakan untuk identifikasi isolat Streptomyces.
Gambar 1. Koloni Streptomyces pada Medium Raffinose-Histidine Agar
a. Rumput gajah pengenceran 10-3
b. Rumput gajah pengenceran 10-4
c. Rumput kembangan pengenceran 10-3
d. Rumput kembangan pengenceran 10-4
e. Alang-alang pengenceran 10-3
f. Alang-alang pengenceran 10-4
Gambar 2. Isolat Streptomyces pada Media Benneth Agara. Rumput kembangan (spora aerial)b. Rumput kembangan (miselium vegetatif)c. Alang-alang (spora aerial)d. Alang-alang (miselium vegetatif)e. Rumput gajah (spora aerial)
a b c
d e f
a b c
d e f
GJSK 4 GJSK 5 GJSK 7GJSK 4 GJSK 5 GJSK 7
ALSK 5 ALSK 6 ALSK 7
ALSK 5 ALSK 6 ALSK7
KBSK 11KBSK 15 KBSK 16 KBSK 11 KBSK 15 KBSK 16
f
f. Rumput gajah (miselium vegetatif)
Tabel 1. Isolat Streptomyces dari Media Oatmeal Agar
Kode strain Warna Spora Aerial Warna Miselium Vegetatif Pigmen Difus
GJSK2GJSK3
GJSK4GJSK5
GJSK7GJSK8GJSK10GJSK11GJSK12 10-4
GJSK13 10-4
GJSK15 10-4
GJSK16 10-4
GJSK17 10-4
GJSK18
GJSK19GJB21GJB24GJB25GJB26GJB32 10-4
GJB33 10-4
PutihPutih di tengah, abu-abu di pinggirPutih keabu-abuanPutih di tengah, abu-abu di pinggirAbu-abuAbu-abu bergaris putihPutih seperti berlendirPutih kremAbu-abu dengan titik putih di atasnyaAbu-abu yang bergaris titik-titik putihPutih
Merah keabuan yang bertitik-titik putihPutihAbu-abu, putih dipinggir bergarisAbu-abuPutih dengan titik hitamMerah titik putihCoklatCoklat kekuninganAbu-abu kecoklatanHitam
CoklatPutih
Putih keabu-abuanPutih di tengah, kuning di pinggir sebagianKuning kecoklatanKuningPutihKuningAbu-abu, orange di pinggirHitam
Putih transparan, merah di pinggirMerah
PutihAbu-abu, putih di pinggir bergarisCoklat, putih dipinggirKuningMerahKuningCoklat kekuninganCoklat kekuninganHitam titik putih
Coklat----
CoklatKuning--Kuning tua
-
-
-
--
--Coklat---Orange
ALSK1ALSK2
ALSK3ALSK5ALSK6ALSK7ALSK10
ALSK11ALSK13ALSK15ALSK16ALSK18
Abu-abuAbu-abu ada putihnya
KremAbu-abuPutihAbu-abu putihCoklat bergaris titik-titik putihPutih seperti lendirPutih titik-titik abu-abuPutihPutih abu-abuPutih
Abu-abu kehitamanAbu-abu, putih kekuninganCoklat susuPutihPutihAbu-abu bergaris putihPutih
CoklatPutihPutih kremPutih kuningPutih krem
--
Coklat----
-Kuning muda--Coklat
Lanjutan tabel 2
Kode Strain Warna Spora Aerial Warna Miselium Vegetatif Pigmen Difus
ALSK19
ALSK20ALSK21ALSK27 10-4
ALB28ALB31ALB33ALB34ALB35ALB39 10-4
ALB40 10-4
Abu-abu tepi putih
Putih titik abu-abuAbu-abuPutih titik-titik hitamPutihPutihPutih keabu-abuanAbu-abuKuningPutihHitam dengan titik putih
Abu-abu coklat
PutihAbu-abu gelapPutih kremKuningMerahKuningAbu-abu kehitamanKuningPutih kekuninganHitam
Coklat kehitamanCoklat muda -------Kuning muda-
KBSK2KBSK4KBSK5KBSK9 10-4
KBSK11KBSK13KBSK15KBSK16KBSL20KBSL21KBSL23KBSL24KBSL26
PutihAbu-abuPutih tepi abu-abuPutih abu-abuPutih abu-abuPutihAbu-abuCoklat abu-abuPutihPutihPutihCoklatPutih
MerahHijau abu-abuPutih tepi abu-abuPutih kekuninganKremKuningAbu-abu kekuninganAbu-abuMerahKremKuningCoklatCoklat
Kuning-Coklat---Coklat tua--Coklat--Coklat
Hasil dari pengecatan Gram sel-sel terlihat berwarna ungu (Gram positif),
bentuk sel batang (Gambar 3). Uji antijamur pada penelitian ini dengan menggunakan
metode agar block yaitu dengan cara membuat block pada isolat Streptomyces
kemudian diletakkan pada media yang telah diinokulasi dengan C. albicans (Gambar
4). Uji isolat Streptomyces dilakukan pada isolat yang berumur 2 minggu dan 3
minggu (Tabel 2, 3, 4 dan tabel 5). Potensi penghambatan isolat Streptomyces
berbeda antara umur 2 minggu dan 3 minggu (Gambar 5 dan 6).
Gambar 3. Hasil Pewarnaan Gram pada Isolat-isolat Streptomyces
Gambar 4. Uji Potensi Isolat Streptomyces terhadap C. albicansa. Isolat umur 2 minggu terhadap C. albicans sensitif antijamurb. Isolat umur 2 minggu terhadap C. albicans multiresisten antijamurc. Isolat umur 3 minggu terhadap C. albicans sensitif antijamurd. Isolat umur 3 minggu terhadap C. albicans multiresisten antijamur
Tabel 2. Potensi Isolat Streptomyces Umur 2 Minggu terhadap C. albicans Sensitif Antijamur
Potensi antimikrobia Isolat Streptomyces (Strain) Persentase isolat yang
berpotensi antijamurSangat kuat - 0%Kuat ALSK 1, ALSK 13, ALSK 16, ALSK
27 10-4, GJSK 4, GJB 2510,52%
Sedang - 0%Tidak berpotensi 51 isolat 89,48%
ALSK 27.10-4
ALSK 13
ALSK 20
ALSK 20
a b
c d
ALSK 16
GJSK 19
ALSK 19
GJSK 18
ALSK 21
KBSK 16
ALSK 19
GJSK 19
ALSK 21
GJSK 18
KBSK 16
ALSK 20ALSK 21
ALSK 2
KBSK 4
ALSK 19
ALSK 10
ALSK 18
ALSK 11
ALSK 15
Tabel 3. Potensi Isolat Streptomyces Umur 3 Minggu terhadap C. albicans Sensitif Antijamur
Potensi antimikrobia Isolat Streptomyces (Strain) Persentase isolat yang
berpotensi antijamurSangat kuat ALSK 20, GJB 25 3,50%Kuat ALSK 1, ALSK 5, ALSK 6, ALSK 13,
ALSK 16, ALSK 27 10-4, KBSK 11, GJSK 4
14,03%
Sedang ALSK 7 1,75%Tidak berpotensi 46 isolat 80,70%
P ers entas e P otens i P eng hambatan Is olat Umu r 2 Ming g u
10,52%
89,48%
P otens i K uat
Tidak B erpotens i
Gambar 5. Potensi Antijamur Isolat Streptomyces terhadap C. albicans Sensitif
Antijamura. Potensi isolat Streptomyces umur 2 minggub. Potensi isolat Streptomyces umur 3 minggu
Tabel 4. Potensi Isolat Streptomyces Umur 2 Minggu terhadap C. albicans Multiresisten Antijamur
Potensi antimikrobia Isolat Streptomyces (Strain) Persentase isolat yang
berpotensi antijamurSangat kuat - 0%Kuat GJSK 18, ALSK 27 10-4 3,50%Sedang ALSK 7 1,75%Tidak berpotensi 54 isolat 94,73%
Tabel 5. Potensi Isolat Streptomyces Umur 3 Minggu terhadap C. albicans Multiresisten Antijamur
Potensi antimikrobia Isolat Streptomyces (Strain) Persentase isolat yang
berpotensi antijamurSangat kuat - 0%Kuat ALSK 6, ALSK 13, ALSK 16, ALSK 20,
GJSK 48,77%
Sedang - 0%Tidak berpotensi 52 isolat 91,23%
a b
P ers entas e P otens i P eng hambatan Is olat Umur 3 Ming g u
8,77%
91,23%
P otens i K uat
Tidak B erpotens i
Gambar 6. Potensi Antijamur Isolat Streptomyces terhadap C. albicans Multiresisten Antijamur
a. Potensi isolat Streptomyces umur 2 minggub. Potensi isolat Streptomyces umur 3 minggu
Isolat-isolat Streptomyces yang berpotensi menghambat C. albicans sensitif
antijamur juga berpotensi menghambat C. albicans multiresisten antijamur. Potensi
penghambatan isolat Streptomyces terhadap C. albicans sensitif antijamur berbeda
dengan penghambatan terhadap C. albicans multiresisten antijamur. Diameter zona
hambat pada C. albicans sensitif antijamur lebih besar dibandingkan dengan diameter
zona hambat pada C. albicans multiresisten antijamur. Hal ini dikarenakan C.
albicans multiresisten antijamur tahan atau tidak peka terhadap beberapa jenis
antijamur sehingga diameter penghambatan isolat Streptomyces pun lebih kecil.
Umur isolat juga berpengaruh terhadap kemampuan untuk menghasilkan
metabolit sekunder yaitu antijamur. Potensi antijamur yang dihasilkan oleh isolat
Streptomyces lebih baik pada isolat yang berumur 3 minggu dan jumlah isolat
Streptomyces yang berpotensi terhadap C. albicans juga lebih banyak pada isolat
yang berumur 3 minggu. Hal ini bisa dikarenakan semakin tua umur isolat maka
metabolit yang dihasilkan semakin banyak. Secara umum pertumbuhan bakteri
maksimal terjadi pada fase stasioner sehingga produksi metabolit sekunder dari
bakteri juga maksimal.
KESIMPULAN
Diperoleh 57 isolat Streptomyces dengan 11 isolat berpotensi sebagai
antijamur dari rizosfer rumput gajah, rumput kembangan dan alang-alang yang
a b
dilakukan uji potensi antijamur terhadap C. albicans sensitif antijamur dan C.
albicans multiresisten antijamur pada isolat yang berumur 2 minggu dan 3 minggu.
SARAN
Perlu dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa antijamur yang dihasilkan oleh isolat
Streptomyces yang terpilih.
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Ibu Triastuti Rahayu, S.Si., M.Si selaku Pembimbing I yang telah dengan penuh
keikhlasan dan kesabaran meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
pengarahan dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.
2. Ibu Maryati, S.Si., M.Si., Apt. selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan masukkan dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Aghighi, S., Bonjar, G. H. S., Rawashdeh, R., Batayneh, S., Saadom, I., 2004, First Report of Antifungal Spectra of Activity of Iranian Actinomycetes Strains Against Alternaria solani, Alternaria alternate, Fusarium solani, Phytopthora megasperma, Verticillium dahliae and Saccharomyces cerevisiae, Asian Journal of Plant Sciences, Vol 3 (4), 463-471.
Anonim, 2007, ISO Indonesia , Vol 42, 389, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta.
Budiyanto, M., A., K., 2002, Mikrobiologi Terapan, 197, UMM Press,Malang.
Gould, D., dan Brooker C., 2003, Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat, diterjemahkan oleh Pendit, B., U., 24, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hasim, 2003, Menanam Rumput Memanen Antibiotik, (online), (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0311/03/inspirasi/663220.htm, diakses 26 Februari 2008)
Jawetz, E., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A., 1994, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi, 47, Binarupa Aksara, Jakarta.
Kimball, J. W., 1999, Biologi, Edisi Kelima, 842, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Oskay, M., Tamer, A. U., Azeri, C., 2004, Antibacterial Activity of some Actinomycetes Isolated from Farming Soils of Turkey, African Journal of Bacteriology, Vol 3(9), 441-446.
Pelczar, Michael J., dan Chan, E. C. S., 1986, Dasar – Dasar Mikrobiologi, Jilid I, 190, 198, 202-205, UI Press, Jakarta.
Rahayu, T., dan Maryati, 2007, Isolasi dan Karakterisasi Streptomyces yang Berpotensi Antimikrobia dari Rizosfer Tumbuhan Tingkat Tinggi, Laporan Penelitian Hibah Pekerti, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Rao, N. S. S., 1994, Mikrobiologi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman, diterjemahkan oleh Herawati Susilo, 22, 38-39, UI Press, Jakarta.