Review Barakamon

3
Barakamon, bukan anime biasa. Oleh: kirana anjani Barakamon adalah salah satu anime yang paling banyak diperbincangkan sejak dirilis pada Juli 2014 lalu. Anime yang disutradarai oleh Masaki Tachibana ini tidak hanya dinilai menghibur tapi juga menyuguhkan berbagai macam pelajaran hidup dengan gaya yang menarik. Anime yang diadaptasi dari manga berjudul serupa gubahan Satsuki Yoshino ini sukses menarik hati para pecinta anime dengan tema yang ringan namun menarik. Anime ini bercerita tentang Seishū Handa, seorang kaligrafer profesional yang masih berusia muda. Saat seorang kurator yang berusia lebih tua daripada dia mengkritik kaligrafinya pada suatu perlombaan, dan menyebut kaligrafinya sangat tidak orisinil, maka marahlah Handa, dan iapun memukul kurator tersebut. Atas saran ayahnya, diapun pergi menyingkir dan menenangkan diri ke kepulauan Gotou (tepatnya pulau Fukue), lepas pantai barat pulau Kyushu. Di tempat itulah dirinya belajar beradaptasi, menemukan hal-hal baru, dan berinteraksi dengan penduduk desa setempat, sekaligus mencari inspirasi untuk karya barunya. Barakamon dinilai jauh lebih unggul dibandingkan dengan anime lain dalam hal konten cerita. Komedinya top, dramanya natural, pelajaran hidup pun juga disajikan oleh anime ini dengan pembawaan yang sama sekali tidak kaku, bahkan kadang membuat kita terharu dan kembali bercermin, hanya untuk kemudian kembali dikocok perutnya di episode berikutnya. Sepanjang perjalanan Handa sebanyak 12 episode kita diajak mengarungi karakter seorang Handa Seishuu, yang bisa digeneralisasikan sebagai seorang remaja yang mencari jati diri selagi berusaha bertahan untuk melakukan apa yang disukainya, atau seorang dewasa yang berada ditengah dilema kehidupan. Banyak orang dapat mengambil banyak inspirasi tentang menjalani kehidupan lewat anime yang satu ini. Menonton anime ini dari awal hingga habis terasa sangat memuaskan. Apalagi melihat di akhir acara saat Handa akhirnya tumbuh dan menjadi semakin matang. Kita yang menontonnya seakan juga dapat merasakan sebuah “pencapaian”, seakan kita juga tumbuh menjadi dewasa bersama Handa.

description

review anime barakamin

Transcript of Review Barakamon

Page 1: Review Barakamon

Barakamon, bukan anime biasa.

Oleh: kirana anjani

Barakamon adalah salah satu anime yang paling banyak diperbincangkan sejak dirilis pada Juli 2014 lalu. Anime yang disutradarai oleh Masaki Tachibana ini tidak hanya dinilai menghibur tapi juga menyuguhkan berbagai macam pelajaran hidup dengan gaya yang menarik. Anime yang diadaptasi dari manga berjudul serupa gubahan Satsuki Yoshino ini sukses menarik hati para pecinta anime dengan tema yang ringan namun menarik.

Anime ini bercerita tentang Seishū Handa, seorang kaligrafer profesional yang masih berusia muda. Saat seorang kurator yang berusia lebih tua daripada dia mengkritik kaligrafinya pada suatu perlombaan, dan menyebut kaligrafinya sangat tidak orisinil, maka marahlah Handa, dan iapun memukul kurator tersebut. Atas saran ayahnya, diapun pergi menyingkir dan menenangkan diri ke kepulauan Gotou (tepatnya pulau Fukue), lepas pantai barat pulau Kyushu. Di tempat itulah dirinya belajar beradaptasi, menemukan hal-hal baru, dan berinteraksi dengan penduduk desa setempat, sekaligus mencari inspirasi untuk karya barunya.

Barakamon dinilai jauh lebih unggul dibandingkan dengan anime lain dalam hal konten cerita. Komedinya top, dramanya natural, pelajaran hidup pun juga disajikan oleh anime ini dengan pembawaan yang sama sekali tidak kaku, bahkan kadang membuat kita terharu dan kembali bercermin, hanya untuk kemudian kembali dikocok perutnya di episode berikutnya. Sepanjang perjalanan Handa sebanyak 12 episode kita diajak mengarungi karakter seorang Handa Seishuu, yang bisa digeneralisasikan sebagai seorang remaja yang mencari jati diri selagi berusaha bertahan untuk melakukan apa yang disukainya, atau seorang dewasa yang berada ditengah dilema kehidupan. Banyak orang dapat mengambil banyak inspirasi tentang menjalani kehidupan lewat anime yang satu ini. Menonton anime ini dari awal hingga habis terasa sangat memuaskan. Apalagi melihat di akhir acara saat Handa akhirnya tumbuh dan menjadi semakin matang. Kita yang menontonnya seakan juga dapat merasakan sebuah “pencapaian”, seakan kita juga tumbuh menjadi dewasa bersama Handa.

Selain menampilkan problem – problem si tokoh utama, kita juga bisa melihat kehidupan dan tradisi – tradisi di desa jepang yang masih kental. Seperti tetangga – tetangga yang datang membantu ketika Handa baru pindah, saling mengantar makanan pada tetangga, perayaan perebutan kue mochi yang dilempar dari atas kapal, perayaan obon dengan ramai – ramai berziarah ke kuburan leluhur atau sanak keluarga kemudian berdoa serta menunggui sampai api di lampion padam, dialek desa yang unik dan lainnya. Suasana desanya benar – benar terasa, dan kemungkinan besar suasana seperti itu tidak akan bisa ditemukan di kota besar.

Selain itu, anime ini juga berhasil menjadi salah satu dari sedikit anime yang menyajikan komedi berkualitas tinggi yang bersifat natural dan tidak terkesan dibuat-buat. Tidak ada satupun episode yang lepas dari lawakan segar ala pedesaan, kualitas lawakannya juga meningkat di setiap episode. Anime ini juga minim unsur parodi yang justru bisa berubah menjadi samasekali tidak lucu jika penonton tidak mengerti parodi yang disajikan. Lawakan di tiap episode anime ini juga beragam dan tidak terkesan repetitif.

Page 2: Review Barakamon

Selain itu, anime ini juga salah satu dari sedikit anime yang dapat dikatakan ‘bersih’. Ketika anime-anime lain mengikuti tren lawakan yang bersifat agak mesum atau mengandalkan adegan laga untuk menarik hati penonton, barakamon justru berani tampil beda dengan tidak mengikuti tren tersebut. Tidak ada adegan mesum ataupun sadisme di anime ini. bahkan di episode berlatar pantai pun, tidak ada satupun karakter yang memakai bikini. Barakamon cocok ditonton segala kalangan karena adanya faktor ini.

Adanya perkembangan karakter juga merupakan satu hal yang dinilai penting dalam suatu anime. Tidak seperti anime-anime lain yang memaksakan suatu drama sehingga terkesan lebay demi perkembangan karakter, karakter di barakamon justru berkembang dengan interaksi-interaksi sederhana dan terkadang melalui hal-hal yang spontan tidak terduga di kampung tersebut. Segalanya terasa begitu natural, sehingga siapapun bisa ikut merasakan perkembangan yang terjadi di anime ini secara santai.

Tak hanya sekedar lucu, Barakamon sukses menjadi anime yang bukan sekedar nol. Interaksi dan perkembangan yang disuguhkan selalu membawakan pesan-pesan moral. Tidak hanya pada karakternya, tapi juga kepada penontonnya. Bahkan tidak hanya satu dua hal, tetapi cukup banyak yang bisa dipetik dan selalu sukses dibawakan dengan cara yang tidak membosankan. Setelah otak dilegakan, sesuatu yang berbobot pun bisa didapat tanpa harus berpikir hingga penat.

Meskipun begitu, Anime ini juga memiliki kekurangan, yaitu lawakan yang tiba-tiba dihajar adegan mengharukan dan kadang dihantam lawakan lagi. Memang bukan kesalahan yang fatal, hanya saja sedikit terkesan aneh bagi beberapa penonton.

Singkat cerita, anime ini sangat direkomendasikan bagi para pecinta anime yang membutuhkan dosis komedi segar. Anime ini juga bisa dinikmati oleh seluruh usia karena terbebas dari unsur menyimpang dan membawa pesan yang sangat bermakna bagi penonton.