Introduction Review

23
Adelina Haratua 1306462172 Fajar Wardani 1306460551 Galih Lutfi Maulana 1306462153 Marcha Fairuz Izdihar 1306462121 Introduction The Theory and Practice of Sustainable Development in EU Perspective Bab pengenalan ini menjelaskan mengenai pentingnya untuk fokus kepada pembangunan yang berkelanjutan di daerah utara terutama dalam konteks industri. Penulis percaya bahwa komponen kunci dari masalah ini lebih banyak muncul dari pandangan terhadap dimensi global, dan khususnya kesenjangan dalam penggunaan sumber daya dan harapan hidup yang terjadi di antara daerah utara dan selatan. Terlebih lagi masalah lingkungan di daerah selatan sudah mulai dikembangkan sementara itu di daerah utara masih belom dikembangkan. Penulis berusaha untuk mengisi jarak dalam ilmu sains politik antara daerah selatan dan utara dengan cara fokus kepada promosi mengenai pambangunan berkelanjutan di daerah utara terutama dalam konteks industri dan juga benua eropa mengenai teori, kebijakan, dan praktiknya. Dalam bab Pengenalan, akan dibagi menjadi 5 bagian yaitu :

description

review introduction

Transcript of Introduction Review

Page 1: Introduction Review

Adelina Haratua 1306462172

Fajar Wardani 1306460551

Galih Lutfi Maulana 1306462153

Marcha Fairuz Izdihar 1306462121

Introduction

The Theory and Practice of Sustainable Development in EU Perspective

Bab pengenalan ini menjelaskan mengenai pentingnya untuk fokus kepada

pembangunan yang berkelanjutan di daerah utara terutama dalam konteks industri.

Penulis percaya bahwa komponen kunci dari masalah ini lebih banyak muncul

dari pandangan terhadap dimensi global, dan khususnya kesenjangan dalam

penggunaan sumber daya dan harapan hidup yang terjadi di antara daerah utara

dan selatan. Terlebih lagi masalah lingkungan di daerah selatan sudah mulai

dikembangkan sementara itu di daerah utara masih belom dikembangkan. Penulis

berusaha untuk mengisi jarak dalam ilmu sains politik antara daerah selatan dan

utara dengan cara fokus kepada promosi mengenai pambangunan berkelanjutan di

daerah utara terutama dalam konteks industri dan juga benua eropa mengenai

teori, kebijakan, dan praktiknya.

Dalam bab Pengenalan, akan dibagi menjadi 5 bagian yaitu :

1. Membahas mengenai perdebatan dalam masalah penmbangunan

berkelanjutan dan argumen tentang konsep pengembangan berkelanjutan

2. Membela pernyataan bahwa pembangunan berkelanjutan butuh di

mengerti sebagai masalah politik dan sosial sehingga studi tentang

operasionalisasi pembangunan berkelanjutan melalui implementasi

kebijakan dapat menyuguhkan fokus untuk penelitian

3. Mengembangkan tingkat pembangunan berkelanjutan sebagai alat untuk

mengelompokkan dan mengkondisikan kebijakan yang berhubungan

dengan kampanye dan implementasi kebijakan pembangunan

berkelanjutan

Page 2: Introduction Review

4. Melihat peran pemerintah baik di tingkat nasional maupun daerah dalam

proses implementasi

5. Implementasi kebijakan pembangunan berkelanjutan di benua eropa

The Concept of Sustainable Development: Theoretical Debates

Dalam bagian ini dijelaskan mengenai perdebatan teori dan perkembangan

tentang pembangunan berkelanjutan. Pada tahun 1960 sampai dengan 1970an

perdebatan lebih mengarah pada masalah polusi. Hal ini terkait dengan

dipercayanya bahwa polusi diakibatkan karena ada hubungan antara manusia,

sumber daya alam, dan lingkungan sosial dan fisik. Dari sini muncul argumen

bahwa sebenarnya bisa dilakukan perlindungan terhadap lingkungan sekaligus

fokus kepada pertumbuhan ekonomi tanpa menimbulkan konflik satu sama lain.

Dari hal tersebut, dikemukakan bahwa perlindungan lingkungan dan pertumbuhan

ekonomi bisa menjadi simbiosis mutualisme yang kemudian dikenal sebagai

pembangunan berkelanjutan.

Tahun 1980an, Union for The Conservation of Nature and Natural

Resources berusaha mencapai pembangunan berkelanjutan melalui konservasi

sumber daya alam. Tetapi hasil yang didapat tidak maksimal karena fokus utama

mereka adalah hanya pada masalah ekologi saja, seharusny pembangunan

berkelanjutan juga mencakup masalah sosial dan ekonomi. Pengertian tentang

pembangunan berkelanjutan kemudian digunakan oleh United Nations

Environment Programme dalam sebuah laporan nya yang dikenal dengan Laporan

Bruntland yang mengatakan bahwa Pembangunan Berkelanjutan adalah

pembangunan yang mencapai tujuan tanpa mengganggu kebutuhan generasi di

masa depan untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut laporan ini terdapat dua

kunci utama dalam melakukan pembangunan berkelanjutan, yaitu: 1)

Pembangunan berkelanjutan mengharuskan perubahan pola konsumsi dan; 2)

Pembatasan penggunaan atau eksploitasi lingkungan agar di masa depan

lingkungan juga bisa digunakan. Pembatasan tersebut bisa dilakukan dengan

bantuan teknologi dan organisasi sosial. Lebih lanjut lagi, laporan bruntland

mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan memperhatikan pada keadilan

penggunaan sumber daya di antara dua generasi yaitu generasi sekarang dan

Page 3: Introduction Review

generasi masa depan. Bagi generasi sekarang yang diperhatikan adalah bagaimana

caranya bisa memenuhi kebutuhan masa kini tetapi tidak mengganggu gugat

sumber daya untuk generasi masa depan. Sementara itu bagi generasi masa depan

yang diperhatikan adalah bagaimana cara memastikan kebutuhan generasi masa

depan dengan menggunakan kebijakan pemerintah.

Yang terpenting dari laporan bruntland adalah tidak ada rancangan kerja

atau blueprint dari pembangunan berkelanjutan karena masalah lingkungan terkait

sosial dan ekonomi di tiap negara berbeda-beda sehingga tiap negara harus bisa

membuat kebijakan nya sendiri-sendiri.

Sustainable Development As a Political and Social Process

Dalam bagian ini dibahas mengenai pembangunan berkelanjutan yang

harus dilihat sebagai cara bagaimana untuk menggunakan dan mengelola sumber

daya seperti hutan dan perikanan tanpa merusak persediaan nya untuk generasi di

masa depan. Hal ini dengan cara memelihara kondisi ekologi untuk mendukung

ketersediaan kehidupan manusia sampai generasi masa depan sehingga tugas

utama nya adalah untuk melakukan pembangunan yang tidak berujung pada

kerusakan. Inti nya, pembangunan berkelanjutan adalah pemeliharaan lingkungan.

Seperti yang dikatakan oleh Lafferty, Jacobs, dan O’ Riordan bahwa

Pembangunan berkelanjutan itu mirip dengan demokrasi, kebebasan, dan keadilan

sosial (Lafferty 1995; Jacobs 1995b; O’Riordan 1985:52). Jadi, dapat disimpulkan

bahwa melalui proses implementasi kebijakan, dapat dilakukan perlindungan

lingkungan dan juga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu juga

melalui sudut pandang politik yang berfokus kepada bagaimana caranya

pembangunan berkelanjutan di interpretasikan kedalam kebijakan dan program

lalu di implementasikan.

Pembangunan berkelanjutan di buku ini dibahas sebagai konsep politik,

yaitu bagaimana caranya pembangunan berkelanjutan mencakup roses sosial,

ekonomi, dan politik di dalam masyarakat. Hal ini dengan cara bagaimana

pembangunan berkelanjutan di interpretasikan menjadi kebijakan dan program-

program lalu di implementasikan.

Page 4: Introduction Review

Buku ini membahas tujuan tradisional dari pembangunan dan

mengidentifikasi bagaimana pembangunan di kembangkan mengacu kepada

tujuan dari pembangunan berkelanjutan (bab 1,2,3,7,8, dan 10). Hal ini termasuk

isu lain, seperti bagaimana kesuksesan isu tentang ecological sustainability di

integrasikan kedalam tujuan pembangunan di Europe Union (bab 4 dan 5). Lalu

membahas juga mengenai bagian mana yang belum ter integrasi dengan

pembangunan ataupun yang sudah terintegrasi (bab 3,6,7,8, dan 9). Pada bab 6-10

dibahas mengenai perbedaan kepentingan terutama di tingkat regional dan lokal

dalam rangka mencapai ke efektifan pembangunan berkelanjutan. Pada bab 10

dan 11 dibahas mengenai bagaimana proses ini telah mengundang partisipasi lokal

(masyarakat) dalam konstruksi dan manajemen perubahan social (social change).

The Ladder of Sustainable Development

Perbedaan dari pilihan kebijakan berkaitan dengan perbedaan pengertian

terhadap pembangunan berkelanjutan dapat dilihat melalui tingkatan. Tiap kolom

fokus kepada aspek yang berbeda di dalam pembangunan berkelanjutan.

Memahami tingkatan tersebut dapat memungkinkan kita untuk mengidentifikasi

skenario politik dan implementasi kebijakan yang berkaitan dengan tingkatan itu

sendiri.

Ada dua tokoh utama dalam kedua pandangan ini. Pandangan ecocentric

oleh Seymour dan pandangan anthropocentric oleh O’Riordan. Pandangan

ecocentric melihat bahwa kebijakan pembangunan berkelanjutan merupakan

dampak dari hubungan timbal-balik antara manusia dengan lingkungan.

Pandangan Anthropocentric: melihat bahwa lingkungan memang memiliki

kegunaan untuk memberikan manfaat bagi manusia sehingga manusia berhak

mengintervensi lingkungan. Pandangan Ecocentric menganut sebuah teknologi

yang bisa dipraktikkan oleh semua orang dengan menggunakan kearifan lokal.

Sedangkan pandangan anthropocentric mengatakan bahwa pengembangan

industri, ekonomi, dan teknologi merupakan keuntungan bagi generasi berikutnya.

Page 5: Introduction Review

Pendekatan “Treadmill”

Tokoh pendekatan ini adalah Simon dan Kahn (1984). Pendekatan ini

merupakan perpanjangan dari kapitalisme Barat kepada daerah-daerah yang

belum merasakan manfaat dari pembangunan. Caranya dengan memberikan

kebebasan berinovasi dan kecerdikan manusia untuk menyelesaikan masalah

lingkungan. Manusia dapat memanipulasi sistem lingkungan yang ada. Bahkan

pendekatan ini tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap lingkungan

(Cazalet, 1985: 88).

Pembangunan Berkelanjutan yang Lemah

Menurut David Pearce (1989), pendekatan ini, pembangunan

berkelanjutan adalah pertumbuhan ekonomi yang dicapai dengan efisiensi

ekonomi dalam sebuah sistem, tunduk pada modal alam yang stok aset

lingkungannya tetap konstan, sementara kegiatan perekonomian apapun

diperbolehkan untuk tujuan sosial yang dianggap tepat.

Ada dua dimensi fundamental dari keberlanjutan:

1. Pembangunan berkelanjutan, yang berarti pertumbuhan yang

berkelanjutan dari pendapatan per kapita riil yang sama

denganpertumbuhan ekonomi tradisional.

2. Pemanfaatan sumber daya dan lingkungan.

Pembangunan berkelanjutan yang lemah memiliki pengaruh yang tumbuh

di lembaga internasional, termasuk Bank Dunia, PBB, dan, menurut Redclift dan

Goodman, telah menjadi hampir identik dengan manajemen lingkungan (Redclift

dan Goodman 1991: 5). Hal ini terkait erat dengan pandangan anthropocentric dan

technocentric, dimana alam dipandang sebagai sesuatu yang menyediakan materi

dan kekayaan lingkungan tetapi kedua bentuk kekayaan hanya memiliki tujuan

sosial: alam dipandang sebagai potensi dalam pelayanan umat manusia.

Kritik dari Pendekatan ini yang disampaikan oleh Redclift dan Goodman

(1991) adalah bahwa pendekatan ini terlalu bersifat etnosentris dan sangat

mendukung proses pembangunan yang dianut oleh negara di bumi bagian utara

Page 6: Introduction Review

(negara maju), serta tidak menghargai lingkungan. Oleh karena itu dapat

menimbulkan maslaah lingkungan. Lalu dari gagasan ini muncullah istilah

konservasi lingkungan yang menjadi kunci kebijakan dari lingkungan.

Pembangunan Berkelanjutan yang Kuat

O'Riordan (1981), Weale (1992), dan Pearce (1985, 1995) menegaskan

bahwa pembangunan ekonomi merupakan prasyarat perlindungan lingkungan.

Pendukung pembangunan berkelanjutan yang kuat menegaskan bahwa

perlindungan lingkungan merupakan prasyarat pembangunan ekonomi.

Pembangunan Berkelanjutan yang Kuat membutuhkan:

1. Kebijakan politik dan ekonomi yang diarahkan untuk mempertahankan

kapasitas produktif lingkungan dan melindungi, menjaga atau menciptakan

aset lingkungan serta pelestarian yang baik.

2. Peraturan pasar dan intervensi negara menggunakan berbagai alat dan

mekanisme

3. Keterlibatan masyarakat lokal ketika membahas perubahan pada ekonomi

lokal dan pemanfaatan berkelanjutan dari lingkungan setempat.

Dilihat dari kedua pendekatan antara yang lemah dan yang kuat,

penggunaan instrumen kebijakan sangat penting untuk pendekatan yang kuat.

Misalnya, hukum, instrumen ekonomi dan fiskal yang menganjurkan untuk

mempengaruhi atau memaksa melakukan perubahan perilaku. Di bidang

lingkungan hidupmisalnya peraturan hukum dan perencanaan penggunaan lahan,

insentif keuangan dan instrumen ekonomi seperti green tax dan cukai atas polusi,

sumber daya yang dapat diperdagangkan dan izin polusi, subsidi dan skema

deposito-refund.

The Ideal Model

Arne Naess (1989), Edward Echlin (1993, 1996) dan Edward Goldsmith

(1992) berpendapat bahwa Model Ideal bertujuan untuk perubahan struktural

dalam masyarakat, ekonomi, dan sistem politik, yang didasarkan pada perubahan

radikal dalam sikap manusia terhadap alam. Posisi ini disebut pendekatan 'ekologi'

(Achterberg 1993: 84). Perlindungan lingkungan tidak hanya diperlukan tetapi

Page 7: Introduction Review

juga memerlukan pembatasan pada konsumsi sumber daya bumi dan kegiatan

ekonomi yang terkait umat manusia. Dalam ekologi, misalnya, berpendapat

bahwa perlindungan lingkungan membutuhkan paksaan pada kegiatan ekonomi.

Sustainable Development, The Role of Government and Bottom-Up

Participation

Negara memiliki peran didalam pembangunan berkelanjutan, peran ini

dapat menjadi tekanan bagi negara itu sendiri karena kadang terjadinya kegagalan

pasar di dalam suatu negara untuk menjaga lingkungan seperti adanya

pencemaran udara melalui polusi yang pada akhirnya akan merusak keadaan

lingkungan negara itu sendiri. Pemerintah memiliki peran regulasi untuk

mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh negara. Pemerintah dapat

menggunakan pajak untuk menangani permasalahan ini, pemerintah juga dapat

membuat kebijakan yang mengatur standar-standar yang berfokus pada

lingkungan baik dalam pengunaan sumber daya alam yang sudah ada atau

peraturan menjaga lingkungan disekitar perusahaan.

Terdapat beberapa opini yang berbeda mengenai peran pasar di dalam

pembangunan berkelanjutan. Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa

pembangunan berkelanjutan membutuhkan perencanaan yang terpusat dimana

dengan perencanaan terpusat yang memungkinkan tingginya intervensi dari

negara atas permintaan yang ada. Pembangunan berkelanjutan merupakan

salahsatu model perencanaan yang memiliki strategi untuk melibatkan manajemen

lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini melibatkan aktivitas ekonomi

karena terbatasnya sumber daya yang ada, hal ini mengharuskan adanya

perencanaan ekonomi dimana pemerintah pusat memiliki fungsi pengawasan di

dalamnya. Pendapat lainnya menyatakan bahwa, pembangunan berkelanjutan

dapat dilakukan dengan instrumen ekonomi. Cara yang dapat dilakukan adalah

dengan mendesentralisasikan pengambilan keputusan. Perencanaan yang terpusat

dinilai tidak dapat mewakili seluruh kepentingan individu yang ada, sedangkan

setiap individu memiliki haknya masing-masing untuk mencapai kesejahteraan

bagi generasi selanjutnya. Peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat

Page 8: Introduction Review

penting di dalam kebijakan pembangunan berkelanjutan karena keduanya saling

melengkapi di dalam menjalankan fungsi regulasi dan pengawasan.

Using The Ladder Of Sustainable Development: Local Government And The

Imperatives Of Sustainable Development

Adanya peran pemerintah lokal berarti pula adanya pemanfaatan

lingkungan daerah tersebut untuk dilakukannya pengembangan baik untuk

digunakan ataupun didistribusikan. Pemerintah daerah memiliki peran yang

krusial di dalam mempromosikan pembangunan berkelanjutan, keefektivitasan di

dalam mengimplementasikan kebijakan yang ada sayangnya dibatasi oleh

instrumen-instrumen yang dibutuhkan. Indikator pembangunan berkelanjutan

yang ada dapat melihat dan menilai apakah instrumen yang ada sesuai dengan

sumber daya yang tersedia. Pembangunan berkelanjutan juga memiliki fungsi

komunikatif untuk memberikan informasi bagi komunitas lainnya mengenai trend

yang berkembang dilingkungan dan hal ini menjadi salah satu cara untuk

masyarakat berpartisipasi.

Kesuksesan dalam pengimplementasian kebijakan pembangunan

berkelanjutan juga membutuhkan inovasi dan reformasi dari institusi yang ada.

Pemerintah daerah dapat dikatakan lebih dekat dengan masyarakat yang ada

apabila dibandingkan dengan pemerintah pusat, mengeratkan hubungan antara

pemerintah dengan masyarakat adalah salah satu komponen penting dalam

kebijakan pembangunan berkelanjutan. Komunikasi yang ada sekarang juga

bukanlah komunikasi satu arah atau top-down akan tetapi adanya pendekatan

bottom-up dimana adanya komunikasi dua arah antara masyarakat dengan

pemerintah.

The Importance Of ‘Bottom-Up’ Involvement

Kegagalan dalam negara cukup menjadi sebab dari permasalahan

kesejahteraan publik seperti kerusakan pada alam, mengancam keamanan sosial

dan adanya oposisi di level masyarakat. Dalam tiga dekade terakhir adanya

pendekatan bottom up telah menjadi perhatian oleh masyarakat karena pada masa

Page 9: Introduction Review

lampau adanya perbedaan atau jarak antar kelas yang sangat terlihat antara

masyarakat dengan pemimpin. Adanya perdebatan di dalam masyarakat

menyebabkan keputusan untuk memberhentikan kegiatan penggunaan lahan yang

tidak disetujui oleh masyarakat daerah tersebut atau tidak diterima oleh organisasi

mengenai lingkungan yang lebih besar karena pengunaan lahan yang ada

berdampak langsung kedalam kehidupan masyarakat daerah itu sendiri sehingga

masyarakat lokal wajib dilibatkan di dalam proses pengambilan keputusan.

Dengan adanya keterlibatan pendekatan bottom up dapat membantu

tercapainya keberhasilan dari pembangunan berkelanjutan itu sendiri karena

dengan adanya pendekatan bottom up masyarakat lokal ikut dilibatkan dalanm

proses pengambilan keputusan karena masyarakat lokal lebih mengetahui keadaan

di lingkungan sekitarnya apabila dibandingkan dengan pemerintah pusat. Apabila

pengimplementasian dari kebijan mengenai struktur ekonomi, transportasi,

produksi makanan, dan lainnya mengalami perubahan hal ini membutuhkan

dukungan dari publik dimana perubahan struktur ini diharapkan dapat

menyelesaikan krisis di lingkungan yang ada. Akan tetapi pada kenyataannya

untuk meningkatkan partisipasi bottom up sulit untuk diterapkan.

Partisipasi sangat penting di dalam kegiatan pembangunan berkelanjutan

karena dengan adanya partisipasi maka pemerintah pusat dapat memahami lebih

jauh lagi mengenai sumber daya daerah yang ada dan partisipasi dapat membantu

untuk memilih kebijakan yang sesuai untuk diimplementasikan ke dalam

masyarakat. Hal ini tidak menyimpulkan bahwa adanya pendekatan top-down

tidak diperlukan, pemerintah tetap memiliki tanggung jawab untuk membuat

kebijakan yang akan diterapkan kepada masyarakat karena kebijakan ini

berpengaruh langsung ke dalam kehidupan masyarakat.tetapi akan lebih baik

apabila pemerintah membuat kebijakan dengan cara melibatkan masyarakat itu

sendiri karena masyarakat lebih mengetahui keadaan di lingkungannya apabila

dibandingkan dengan pemerintah pusat. Pada akhirnya kebijakan pembangunan

berkelanjutan membutuhkan keseimbangan diantara top down dan bottom up itu

sendiri.

Sustainable Development Policy Within The EU

Page 10: Introduction Review

The promotion of sustainable development

Perkembangan modal multinasional, transnasional dan intensifnya pasar bebas

menjadi tekanan bagi Negara untuk memajukan liberalisasi pasar dan

pertumbuhan ekonomi dengan inflasi yang rendah. Memajukan pembanguna

berkelanjutan menjadikan masyarakat tidak leluasa karena pertama, adanya

perjanjian yang menjaga ekonomi domestik. Kedua, menyulitkan proyek yang

berbasis memajukan pembangunan berkelanjutan untuk bertahan dengan adanya

kompetisi pasar Eropa. Ketiga, program investasi modal secara rutin bertujuan

menggantikan pekerjaan dengan otomatif, yang jauh dari tujuan pembangunan

berkelanjutan.

Tekanan juga mengisi permintaan untuk pertumbuhan ekonomi. Ekonomi global

mengorientasikan kembali aktivitas ekonomi yang lebih berkelanjutan. Tekanan

globalisasi dan pembentukan perjanjian internasional memang membatasi

member-state, tetapi hal tersebut hanya dilebih-lebihkan karena mereka berpotensi

untuk mengorientasikan dan focus kembali terhadap pembangunan berkelanjutan

yang obyektif.

A Northern focus

Pembangunan berkelanjutan merupakan alat yang kuat untuk consensus

politik karena memiliki dampak yang signifikan dengan sifatnya yang fleksibel.

Awal 1980an ekosentris dan pendekatan pembangunan berkelanjutan yang kuat

fokus pada hubungan structural antara wilayah berkembang dan kurang

berkembang, seperti bagian utara dan selatan Eropa. European Union (EU)

berperan sebagai pemimpin dan mengatur prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan yang berbasis sikap, moral, dan hal-hal sesuai aturan yang berlaku.

European Union juga membentuk pola produksi dan konsumsi di masa depan

untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di tingkat global.

The EU’s approach

Page 11: Introduction Review

Dalam the Fifth Environmental Action Programme (1992-1997), European Union

dalam kebijakan pembangunan berkelanjutan berkomitmen untuk merekonsiliasi

komitmen terdahulu mengenai perkembangan ekonomi dengan fokus baru untuk

melindungi lingkungan. Kunci pentingnya adalah apakah komitmen ini pada

praktiknya dapat membantu rekonsiliasi kepentingan ekonomi dan lingkungan

melalui Union. Terdapat ketidak jelasan batasan arah ekonomi oleh European

Union. Terdapat pula kekurangan kejelasan dalam hubungan seberapa kuat peran

European Union untuk bermain dalam memberikan efek transisi untuk

pembangunan berkelanjutan, bagaimana peran European Union dapat

direkonsiliasi dengan kepentingan member-state serta aktornya, dan komitmen

baru European Union untuk prinsip aktivitas tambahan.

The formal commitment

Pola pertama yang krusial untuk the Programme adalah menghubungkan

pembangunan berkelanjutan dengan perlindungan lingkungan. Penggabungan

konsep pembangunan berkelanjutan dalam topik utama Fifth Programme sangat

penting. Pertama, sebagai simbol penting. Union telah mengatur target lingkungan

kea rah di mana semua kebijakan harus menuju ke sana. Kedua, walupun

kebijakan jauh dari tujuan yang telah ditentukan, pengaturan pembangunan

berkelanjutan sebagai target kebijakan telah menyediakan standar pelanggaran

lingkungan, di mana kebijakan EU dapat dinilai di masa yang akan datang.

Muncul pertanyaan apakah konsep akan memperbolehkan Union untuk bergerak

melampaui pendekatan kebijakan yang didominasi evolusi kerangka kebijakan

yang ketat ke arah pendekatan yang lebih positif, di mana perlindungan

lingkungan dilihat sebagai bagian yang melengkapi aktivitas ekonomi. Sikap

terhadap kebijakan baru ini erubah dari waktu ke waktu di antara elit Eropa.

Salah satu warisan formulasi Brundtland (dasar komitmen EU) memiliki konsep

yang ‘tidak terhitung’. Secara analitis, operasionalisasi konsep telah diserahkan

kepada masing-masing institusi/pemerintah. Muncul pertanyaan kepada EU

bagaimana menyediakan layanan yang lebih baik untuk bertemu kebutuhan dasar

hidup dan aspirasi untuk kemajuan generasi sekarang dan masa depan, saat terus

Page 12: Introduction Review

menerus mengurangi kerusakan lingkungan dan risiko keseharan manusia.

Penekanan ini akan mendorong kecenderungan untuk membatasi tujuan

kebihakan dengan anak tangga yang lemah dari tangga pembangunan

berkelanjutan. Dalam pembangunan berkelanjutan produksi dan konsumsi

berfokus pada dibatasinya perubahan pencapaian dalam pola produksi dan

konsumsi yang bertentangan dengan tingkat produksi dan konsumsi itu sendiri.

The integration of environmental consideration into sectoral policy

Kebijakan pembangunan berkelanjutan tidak hanya diimplementasikan pada area

kebijakan lingkungan, tetapi diintegrasikan ke semua area kebijakan. Di bawah

the Fifth Environmental Action Programme, integrasi dilakukan di sector turis,

industri, energi, transportasi, dan pertanian. Secara keseluruhan, oleh karena itu

terdapat institusi yang hebat yang sama baiknya dengan rintangan ekonomi untuk

penggabungan lingkungan ke area kebijakan yang lainnya.

Promosi kebijakan pembangunan berkelanjutan juga sulit diberikan kepada

prioritas EU saat ini untuk melengkapi pasar internal. Implementasi kebijakan

pembangunan berkelanjutan di batas luar dapat terganggu dengan kurangnya dasar

infrastruktur fisik dan kapasitas kebutuhan administrasi untuk

mengimplementasikan kebijakan. Hal ini menyebabkan dibutuhkannya untuk

menganalisa kebijakan dengan promosi pembangunan berkelanjutan di area

urban/desa.

The imperatives for successful implementation of sustainable development

Konsep pembangunan berkelanjutan menawarkan harapan di mana beberapa

pengasahan umum dapat berhasil dan dapat dipraktikkan secara politik antara ide,

nilai, dan kebijakan yang dapa berkembang di antara pembuat kebijakan dan

kelompok lingkungan. Bagaimanapun penelitian lebih lanjut dibutuhkan dalam

sikap kelompok lingkungan kepada fokus baru EU tentang pembangunan

berkelanjutan dan bagaimana mereka memandang perannya dalam hubungan

Page 13: Introduction Review

untuk berpartisipasi pembangunan berkelanjutan di Eropa. Partisipasi erat

kaitannya dengan demokratisasi EU.

Pelibatan semua tahap dalam proses pembuatan kebijakan merupakan kunci

pembangunan berkelanjutan. Bagaimanapun bukan merupakan hubungan yang

sederhana antara lingkungan dengan demokrasi. Hal ini karena integrasi dan

koordinasi pembangunan berkelanjutan dalam proses pembuatan kebijakan

terkadang dibutuhkan sentralisasi dan negara yang kuat untuk kondisi secara

ekologis seperti pembangunan. Pembangunan berkelanjutan yang disetujui secara

politik oleh member-state juga penting karena dipandang sebagai pencapaian

tujuan kebijakan. Kesuksesan implementasi pembangunan berkelanjuta

bergantung pada rekomendasi kebijakan yang terjangkau, terakses, dan menarik.

The range of policy tools

The Fifth Environmental Action Pragramme menekankan kebutuhan untuk

memperluas jajaran alat kebijakan untuk mengimplementasikan pembangunan

berkelanjutan terkait instrumen legislatif, instrumen berbasis pasar, instrumen

pendukung horizontal, dan instrumen pendukung keuangan. Bagaimanapun

dibutuhkan untuk memastikan lebih detail alat manakah yang paling dapat

digunakan dalam perbedaan pengaturan sosial, politik, dan budaya dan yang

paling berguna dalam lima sektor yang ditargetkan the Fifth Environmental

Action Pragramme untuk integrasi.

Conclusion

Pembangunan berkelanjutan akan tetap menjadi konsep yang dapat dibantah

seperti konsep politik dan sosial yang melekat pada masyarakat demokratis

liberal. Hal ini akan menimbulkan berbagai interpretasi bagaimana hal itu dapat

dioperasionalisasikan dan dicapai. Namun, arti dari fleksibilitas tersebut adalah

akar dari penerimaan skala luas atas pembangunan berkelanjutan sebagai tujuan

kebijakan. Bagaimanapun perspektif individu terhadap hal tersebut, perlindungan

lingkungan pada praktiknya merupakan pembebanan kegiatan ekonomi.

Page 14: Introduction Review

Pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan merupakan hal yang sulit

untuk berjalan berdampingan (Jacobs, 1991:61).

Page 15: Introduction Review

SUMBER PUSTAKA

Achterberg, W. (1993) ‘Can liberal democracy survive the environmental crisis?

Sustainability, liberal neutrality and overlapping consensus’, in

A.Dobson and P.Lucardie (eds) The Politics of Nature: Explorations in

Green Political Theory, London: Routledge, pp. 62–81

Cazalet, P.G. (1985) ‘But we do also have to run a business: the implications for

industry of environmental regulation—conflict or partnership?’, in The

UK Centre for Economic and Environmental Development (CEED)

Sustainable Development in an Industrial Economy, Proceeding of a

Conference held at Queen’s College, Cambridge, 23–25 June,

Cambridge: UK Centre for Economic and Environmental Development.

Echlin, E.P. (1993) ‘Theology and “sustainable development” after Rio’, The

Newman 30:2–7.

___. (1996) ‘From development to sufficiency’, The Aisling 18:32–34.

Goldsmith, E. (1992) The Way, London: Rider

Naess, A. (1989) Ecology, Community and Lifestyle, Cambridge: Cambridge

University Press.

O’Riordan, T. (1981) Environmentalism, 2nd edn, London: Pion Press.

Pearce, D. (1985) ‘Sustainable futures: the economic issues: the compatibility of

industrial development and care of the environment’, Sustainable

Development in an Industrial Economy, Proceeding of a Conference held

at Queen’s College, Cambridge, 23–25 June, Cambridge: UK Centre for

Economic and Environmental Development.

___. (1995) Blueprint 4: Capturing Global Environmental Value, London:

Earthscan/ CSERGE.

Pearce, D. W., Markandya, A. and Barber, E.B. (1989) Blueprint for a Green

Economy: A Report for the UK Department for the Environment,

London: Earthscan

Page 16: Introduction Review

Redclift, M. and Goodman, D. (1991) ‘Introduction’, in D.Goodman and M.

Redclift Environment and Development in Latin America: The Politics of

Sustainability, Manchester: Manchester University Press

Simon, J.L. and Kahn, H. (1984) The Resourceful Earth: A Response to Global

2000, Oxford: Blackwell.

Weale, A. (1992) The New Politics of Pollution, Manchester: Manchester

University Press.