REFLEKSI KASUS SEROTINUS

17
REFLEKSI KASUS SEROTINUS Disusun Untuk Memenuhi sebagian Syarat dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi Bagian Obstetri dan Ginekologi Di Ajukan Kepada : Dr. Sapar Setyoko Sp.OG Disusun Oleh : Lilik Eko Pranantyo (20080310020) SMF/BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

description

REFLEKSI KASUS SEROTINUS

Transcript of REFLEKSI KASUS SEROTINUS

REFLEKSI KASUS

SEROTINUS

Disusun Untuk Memenuhi sebagian Syarat dalam Mengikuti

Program Pendidikan Profesi Bagian Obstetri dan Ginekologi

Di Ajukan Kepada :

Dr. Sapar Setyoko Sp.OG

Disusun Oleh :

Lilik Eko Pranantyo (20080310020)

SMF/BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUD TIDAR KOTA MAGELANG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2013

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan laporan kasus dengan judul

SEROTINUS

Disusun Oleh:

Lilik Eko Pranantyo (20080310020)

Telah disahkan pada

November 2013

Dosen Pembimbing

Dr. Sapar Setyoko, Sp. OG

REFLEKSI KASUS

PENGALAMAN

Pada tanggal 11 November 2013, pasien datang ke Poli RSB Budi Rahayu

membawa rujukan puskesmas dengan G2P1A0 usia 26 tahun, Hamil 42 minggu 6 hari

dengan diagnosa serotinus . Pasien belum merasakan kenceng-kenceng, tidak adanya

lendir darah, dan air ketuban tidak keluar namun pasien masih merasakan gerak janin.

MASALAH YANG DIKAJI

1 Bagaimana cara mendiagnosis Serotinus?

2 Apa saja komplikasi yang bisa terjadi pada Serotinus?

3 Bagaimana penatalaksanaan pada Serotinus?

ANALISA MASALAH

I. SEROTINUS

A. Definisi

Kehamilan serotinus atau kehamilan post term adalah kehamilan yang

berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid

terahir menurut rumus neagle dan siklus haid rata 28 hari (Prof. Dr. dr. Sarwono

Prawirohardjo ). Kehamilan post term memiliki pengaruh terhadap janinnya, walau

masih dalam perdebatan tetapi kehamilan post term memiliki hubungan terhadap

perkembangan hingga kematian janin. Ada janin yang lebih dari 42 minggu berat

badannya terus bertambah, dan ada yang tidak bertambah dan lahir dengan berat badan

kurang dari semestinya, atau meninggal di dalam rahim karena kekuangan oksigen dan

makanan.

B. Diagnosis

Dalam menegakan diagnosis pada kehamilan post term sebenarnya cukup sulit,

karena pada diagnosis kasus ini harus ditegakan berdasarkan umur kehamilan, bukan

terhadap kondisi kehamilan, maka menentukan umur kehamilan harus dapat dipastikan

karena dalam beberapa kasus, kesalahan dalam mendiagnosis kehamilan post term

adalah karena kesalahan dalam perhitungan kehamilan. Untuk mendiagnosis kehamilan

post term dapat dilakukan dengan beberapa cara :

a. Riwayat haid

Harus ditentukan dengan pasti riwayat HPHT nya, lalu siklus haid yang teratur, dan

tidak minum pil KB dalam 3 bulan terakhir ini.

b. Riwayat pemeriksaan antenatal

Dilihat dari tes kehamilannya,

Gerak janin biasanya dirasakan dalam 18-20 minggu. Pada primigravida biasanya

dirasakan pada 18 minggu, sedangkan pada multigravida dirasakan pada umur

kehamilan 16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan umur kehamilan adalah

pada primigavida mulai gerak janin ditambah 22 minggu, sedangkan pada

multigravida ditambahan 24 minggu dari awal garak janin.

Pemeriksaan DJJ : DJJ dapat di dengar dengan stetoskop leanec pada kehanmilan

18-20 minggu, sedangkan dengan dopler dapat didengarkan 10-12 minggu.

c. Pemeriksaan TFU

Jika umur kehamilan lebih dari 20 minggu umur kehamilan dapat diperkirakan

secara kasar.

d. Pemeriksaan USG

Dengan USG dapat diperkirakan umur kehamilan dengan mengukur diameter

biparietal dan panjang femur.

Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan

keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan.

Penentuan keadaan janin dapat dilakukan:

1. Tes tanpa tekanan (non stress test).

Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes tekanan oksitosin.

Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukkan

kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang positif,

meskipun sensitifitas relatif rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan

keadaan postmatur.

2. Gerakan janin.

Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/ 20 menit)

atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/ 20 menit), dapat

juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatif

dengan USG (normal >1 cm/ bidang) memberikan gambaran banyaknya air

ketuban, bila ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan

lewat waktu.

3. Amnioskopi.

Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih

baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami

resiko 33% asfiksia.

4. Kematian janin

Disebabkan oleh makrosomnia yang dapat menyebabkan distosia, insufisiensi

placenta yang berakibat pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, hiposia

dan kelarnya muconium dan terjadi aspirasi.

Pengaruh pada ibu

Morbiditas ibu karena makrosomnia bayi yang dilahirkan sehingga terjadi distosia

persalian, partus lama, meningkatkan tindakan obstetric yang traumatis.

C. Komplikasi

Kematian janin terhadap kehamilan post teram adalah 30%sebelum persalinan, 55%

dalam persalinan, dan 15% setelah persalinan. Menurut Mochtar (1998), komplikasi

yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu:

(1)  Komplikasi pada Ibu

Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama, inersia uteri,

atonia uteri dan perdarahan postpartum.

(2)  Komplikasi pada Janin

Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin bertambah besar,

tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam kandungan.

D. Penatalaksanaan

1. Pengelolaan aktif dengan persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan

dengan metode :

a. Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)

Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin, sintosinon 5 unit dalam 500

cc glukosa 5%, banyal digunakan. Teknik induksi dengan infus glukosa lebih

sederhanan dan mulai dengan 8 tetes dengan maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan

tetesan 4 setiap 30 menit sampai kontraksi optimal. Bila dengan 30 tetes kontraksi

maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi

persalinan.

b. Memecahkan ketuban

Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat

persalinan. setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan

harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belaum berlangsung

kontraksi otot rahim dapa diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa yang

mengandung 5 unit oksitosin.

c. Persalinan anjuran yang menggunakan protaglandin

Prostaglandin berfungsi untuk merangsang kontraksi otot rahim. pemakaian

prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena dan

pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria).

2. Pengelolaan pasif untuk menghindari persalianan tindakan yang berlebihan sehingga

persalinan ditunggu dan diobservasi hingga persalinan berlangsung dengan sendiri

atau adanya indikasi untuk mengakiri persalinan.

Melakukan persalinan anjuran pada umur kehamilan 41 atau 42

mingguuntuk memperkecil resiko persalinan. Setelah usia kehamilan lebih dari 40 –

42 minggu adalah monitoring janin sebaik – baiknya. Apabila tidak ada tanda –

tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan

ketat. Apabila ada insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang,

pembukaan belum lengkap, persalinan lama, ada tanda-tanda gawat janin, kematian

janin dalam kandungan, pre-eklamsi, hipertensi menahun dan pada primi tua maka

dapat dilakukan operasi seksio sesarea. Keadaan yang mendukung bahwa janin

masih dalam keadaan baik, memungkinkan untuk menunda 1 minggu dengan

menilai gerakan janin (Mochtar,1998).

II. SECTIO CAESAREA

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan dinding uterus atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari

dalam rahim.

Tindakan sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginam mungkin akan

menimbulkan bahaya yang serius bagi ibu, janin atau keduanya karena proses persalinan

normal lama atau kegagalan proses persalinan normal.

Sectio caesarea tidak boleh dilakukan pada janin mati, keadaan ibu shock atau

anemia kecuali keadaan tersebut telah diatasi. Indikasi untuk dilakukan sectio caesarea

adalah :

1. Fetal distress

2. His lemah atau melemah

3. Kelemahan umum, partus tidak maju atau partus lama

4. Induksi tak respon/gagal

5. Janin dalam posisi sungsang atau melintang

6. Bayi besar (BBL > 4200gr)

7. Kehamilan serotinous (hamil > 42 minggu)

8. Plasenta previa

9. Disporposi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan panggul)

10. Ancaman rupture uteri

11. Hydrocephalus

12. Mengurangi trauma janin (misal presentasi bokong premature kecil) dan infeksi

janin (misal resiko tertular HIV)

13. Mengurangi resiko pada ibu dengan gangguan jantung

14. Terdapat tumor yang menghalangi jalan lahir

15. Ibu dengan pre-eklampsia dan hipertensi

16. Keadaan dimana usaha untuk melahirkan janin pervaginam gagal

DOKUMENTASI

I. IDENTITAS PASIEN

a. Nama : Ny. Suripah

b. Umur : 26 tahun

c. Pendidikan : SD

d. Agama : Islam

e. Suami : Tn. Lanjar Cahyanto

f. Umur : 31 tahun

g. Pendidikan : SMP

h. Alamat : Karangwaru RT 1 / RW 1 Tampingan, Tegalrejo

Magelang

i. Tanggal masuk : 11 November 2013

II. ANAMNESIS (Tanggal 11 November 2013 jam 10.30 WIB)

1. Keluhan Utama

Belum kenceng kenceng

2. Riwayat Penyakit Sekarang.

Pasien datang membawa rujukan dari puskesmas dengan serotinus. Pasien belum

merasakan kenceng-kenceng, tidak adanya lendir darah, dan air ketuban tidak

keluar namun pasien masih merasakan gerak janin.

3. Riwayat Penyakit Dahulu.

Riwayat penyakit infeksi kelamin, asma, hipertensi, diabetes mellitus, TBC,

hepatitis disangkal.

4. Riwayat Penyakit Keluarga.

Riwayat hamil kembar, asma, hipertensi, DM, TBC, gangguan jiwa disangkal

5. Riwayat menstruasi

Menarche : 14 tahun

Siklus : 28 hari

Lama : 7 hari

Jumlah : 2-3 pembalut/hari

Sakit waktu menstruasi : tidak ada

HPHT : 15 Januari 2013

6. Riwayat kehamilan Sekarang

Taksiran tanggal persalinan : 22 Oktober 2013

ANC (+) di bidan, sebanyak 7 kali. Pasien mendapatkan vitamin yang diminum

1 kali dalam sehari, dan nasihat untuk mengatur pola makan yang baik bagi ibu

hamil.

7. Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali, dengan suami sekarang selama 5 tahun. Kawin pertama pada

umur 21 tahun.

8. Riwayat Obsetri

NoKehamilan,persalinan,ke

guguran dan nifasUmur

sekarang/tanggalKeadaan

anak

Tempat perawatan

dan no daftar

1.Hamil Aterm, Partus spontan, langsung menangis keras Perempuan, 3300 gram, nifas normal

4,5 tahun Sehat Bidan

2 Hamil ini

9. Riwayat Operasi dan penyakit yang pernah dijalani.

Disangkal

10. Riwayat Keluarga Berencana.

Ya, dengan cara suntik 3 bulan, lamanya 4 tahun di puskesmas.

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign : Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Suhu : 36,8 0 C

RR :20 x/menit

Tinggi Badan :157 cm

Berat Badan :47 kg

Kepala : Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-)

Leher : JVP tidak meningkat, limfonodi tidak teraba.

Thorax : Pulmo : dalam batas normal

Jantung : dalam batas normal

Abdomen : Supel, hepar/lien tak teraba, bising usus (+) normal

Ekstremitas : Edema (-/-)

Akral hangat, nadi kuat, palmar pucat (-)

2. Pemeriksaan Obsetri

Inspeksi: tampak perut membuncit membujur.

Palpasi:

Leopold 1 : 2 jari dibawah procesus xypoideus

Teraba 1 bagian besar, bulat, lunak

Leopold 2 : Kiri : terasa bagian kecil-kecil

Kanan : teraba bagian memanjang, seperti papan

Leopold 3 : Terasa 1 bagian besar bulat keras

Masih dapat digerakan

Leopold 4 : Divergen

DJJ: 154 x/menit

HIS (-)

TFU : 29 cm TBJ : (29-12)x155= 2635 gram

Pemeriksaan Dalam Vagina :

Portio posterior, konsistensi keras, Ø belum ada, bagian bawah kepala masih tinggi,

lendir darah (-)

Bishop’s Score

Score 0 1 2 3 ∑DILATATION 0 1-2 3-4 5-6 0EFFICEMENT 0-30% 40-50% 60-70% 80% 0CONSISTENCY Firm Medium Soft 0POSITION Posterior Medial Anterior 0STATION -3 -2 -1,0 +1,+2 0

Score pada pasien 0

Bishop’s score <5

IV. DIAGNOSIS

G2P1 A0, 26 tahun ,hamil 42 minggu 6 hari

Janin I hidup intrauterine

Letkep puka

Belum inpartu

Serotinus

V. SIKAP

- Cek laboratorium darah rutin

- Induksi Persalinan dengan Priming misoprostol 1/8 tab pervaginam

observasi dan evaluasi dalam 6 jam

- Pengawasan 10

DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta:

BP-SP, 2008.

2. Cunningham FG et al : Postterm pregnancy“ Williams Obstetrics” , 22nd ed,

McGraw-Hill, 2005

3. Mochtar Rustam. SINOPSIS OBSTETRI jilid I. Edisi kedua. EGC. Jakarta 1998

4. Michael Y, et al, Fetal and neonatal mortality in postterm pregnancy: The impact

of gestational age and fetal growth restriction, Am J Obstet Gynecol

1998;178:726-31

5. Dr. H. M. A. Ashari SpOG (K). Sectio Caesarea. 2011.