REFLEKSI KASUS SEROTINUS
-
Upload
siti-alfiah -
Category
Documents
-
view
225 -
download
7
description
Transcript of REFLEKSI KASUS SEROTINUS
REFLEKSI KASUS
SEROTINUS
Disusun Untuk Memenuhi sebagian Syarat dalam Mengikuti
Program Pendidikan Profesi Bagian Obstetri dan Ginekologi
Di Ajukan Kepada :
Dr. Sapar Setyoko Sp.OG
Disusun Oleh :
Lilik Eko Pranantyo (20080310020)
SMF/BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD TIDAR KOTA MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipresentasikan laporan kasus dengan judul
SEROTINUS
Disusun Oleh:
Lilik Eko Pranantyo (20080310020)
Telah disahkan pada
November 2013
Dosen Pembimbing
Dr. Sapar Setyoko, Sp. OG
REFLEKSI KASUS
PENGALAMAN
Pada tanggal 11 November 2013, pasien datang ke Poli RSB Budi Rahayu
membawa rujukan puskesmas dengan G2P1A0 usia 26 tahun, Hamil 42 minggu 6 hari
dengan diagnosa serotinus . Pasien belum merasakan kenceng-kenceng, tidak adanya
lendir darah, dan air ketuban tidak keluar namun pasien masih merasakan gerak janin.
MASALAH YANG DIKAJI
1 Bagaimana cara mendiagnosis Serotinus?
2 Apa saja komplikasi yang bisa terjadi pada Serotinus?
3 Bagaimana penatalaksanaan pada Serotinus?
ANALISA MASALAH
I. SEROTINUS
A. Definisi
Kehamilan serotinus atau kehamilan post term adalah kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid
terahir menurut rumus neagle dan siklus haid rata 28 hari (Prof. Dr. dr. Sarwono
Prawirohardjo ). Kehamilan post term memiliki pengaruh terhadap janinnya, walau
masih dalam perdebatan tetapi kehamilan post term memiliki hubungan terhadap
perkembangan hingga kematian janin. Ada janin yang lebih dari 42 minggu berat
badannya terus bertambah, dan ada yang tidak bertambah dan lahir dengan berat badan
kurang dari semestinya, atau meninggal di dalam rahim karena kekuangan oksigen dan
makanan.
B. Diagnosis
Dalam menegakan diagnosis pada kehamilan post term sebenarnya cukup sulit,
karena pada diagnosis kasus ini harus ditegakan berdasarkan umur kehamilan, bukan
terhadap kondisi kehamilan, maka menentukan umur kehamilan harus dapat dipastikan
karena dalam beberapa kasus, kesalahan dalam mendiagnosis kehamilan post term
adalah karena kesalahan dalam perhitungan kehamilan. Untuk mendiagnosis kehamilan
post term dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a. Riwayat haid
Harus ditentukan dengan pasti riwayat HPHT nya, lalu siklus haid yang teratur, dan
tidak minum pil KB dalam 3 bulan terakhir ini.
b. Riwayat pemeriksaan antenatal
Dilihat dari tes kehamilannya,
Gerak janin biasanya dirasakan dalam 18-20 minggu. Pada primigravida biasanya
dirasakan pada 18 minggu, sedangkan pada multigravida dirasakan pada umur
kehamilan 16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan umur kehamilan adalah
pada primigavida mulai gerak janin ditambah 22 minggu, sedangkan pada
multigravida ditambahan 24 minggu dari awal garak janin.
Pemeriksaan DJJ : DJJ dapat di dengar dengan stetoskop leanec pada kehanmilan
18-20 minggu, sedangkan dengan dopler dapat didengarkan 10-12 minggu.
c. Pemeriksaan TFU
Jika umur kehamilan lebih dari 20 minggu umur kehamilan dapat diperkirakan
secara kasar.
d. Pemeriksaan USG
Dengan USG dapat diperkirakan umur kehamilan dengan mengukur diameter
biparietal dan panjang femur.
Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan
keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan.
Penentuan keadaan janin dapat dilakukan:
1. Tes tanpa tekanan (non stress test).
Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes tekanan oksitosin.
Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukkan
kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang positif,
meskipun sensitifitas relatif rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan
keadaan postmatur.
2. Gerakan janin.
Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/ 20 menit)
atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/ 20 menit), dapat
juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatif
dengan USG (normal >1 cm/ bidang) memberikan gambaran banyaknya air
ketuban, bila ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan
lewat waktu.
3. Amnioskopi.
Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih
baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami
resiko 33% asfiksia.
4. Kematian janin
Disebabkan oleh makrosomnia yang dapat menyebabkan distosia, insufisiensi
placenta yang berakibat pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, hiposia
dan kelarnya muconium dan terjadi aspirasi.
Pengaruh pada ibu
Morbiditas ibu karena makrosomnia bayi yang dilahirkan sehingga terjadi distosia
persalian, partus lama, meningkatkan tindakan obstetric yang traumatis.
C. Komplikasi
Kematian janin terhadap kehamilan post teram adalah 30%sebelum persalinan, 55%
dalam persalinan, dan 15% setelah persalinan. Menurut Mochtar (1998), komplikasi
yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu:
(1) Komplikasi pada Ibu
Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama, inersia uteri,
atonia uteri dan perdarahan postpartum.
(2) Komplikasi pada Janin
Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin bertambah besar,
tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam kandungan.
D. Penatalaksanaan
1. Pengelolaan aktif dengan persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan
dengan metode :
a. Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)
Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin, sintosinon 5 unit dalam 500
cc glukosa 5%, banyal digunakan. Teknik induksi dengan infus glukosa lebih
sederhanan dan mulai dengan 8 tetes dengan maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan
tetesan 4 setiap 30 menit sampai kontraksi optimal. Bila dengan 30 tetes kontraksi
maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi
persalinan.
b. Memecahkan ketuban
Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat
persalinan. setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan
harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belaum berlangsung
kontraksi otot rahim dapa diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa yang
mengandung 5 unit oksitosin.
c. Persalinan anjuran yang menggunakan protaglandin
Prostaglandin berfungsi untuk merangsang kontraksi otot rahim. pemakaian
prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena dan
pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria).
2. Pengelolaan pasif untuk menghindari persalianan tindakan yang berlebihan sehingga
persalinan ditunggu dan diobservasi hingga persalinan berlangsung dengan sendiri
atau adanya indikasi untuk mengakiri persalinan.
Melakukan persalinan anjuran pada umur kehamilan 41 atau 42
mingguuntuk memperkecil resiko persalinan. Setelah usia kehamilan lebih dari 40 –
42 minggu adalah monitoring janin sebaik – baiknya. Apabila tidak ada tanda –
tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan
ketat. Apabila ada insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang,
pembukaan belum lengkap, persalinan lama, ada tanda-tanda gawat janin, kematian
janin dalam kandungan, pre-eklamsi, hipertensi menahun dan pada primi tua maka
dapat dilakukan operasi seksio sesarea. Keadaan yang mendukung bahwa janin
masih dalam keadaan baik, memungkinkan untuk menunda 1 minggu dengan
menilai gerakan janin (Mochtar,1998).
II. SECTIO CAESAREA
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari
dalam rahim.
Tindakan sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginam mungkin akan
menimbulkan bahaya yang serius bagi ibu, janin atau keduanya karena proses persalinan
normal lama atau kegagalan proses persalinan normal.
Sectio caesarea tidak boleh dilakukan pada janin mati, keadaan ibu shock atau
anemia kecuali keadaan tersebut telah diatasi. Indikasi untuk dilakukan sectio caesarea
adalah :
1. Fetal distress
2. His lemah atau melemah
3. Kelemahan umum, partus tidak maju atau partus lama
4. Induksi tak respon/gagal
5. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
6. Bayi besar (BBL > 4200gr)
7. Kehamilan serotinous (hamil > 42 minggu)
8. Plasenta previa
9. Disporposi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan panggul)
10. Ancaman rupture uteri
11. Hydrocephalus
12. Mengurangi trauma janin (misal presentasi bokong premature kecil) dan infeksi
janin (misal resiko tertular HIV)
13. Mengurangi resiko pada ibu dengan gangguan jantung
14. Terdapat tumor yang menghalangi jalan lahir
15. Ibu dengan pre-eklampsia dan hipertensi
16. Keadaan dimana usaha untuk melahirkan janin pervaginam gagal
DOKUMENTASI
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. Suripah
b. Umur : 26 tahun
c. Pendidikan : SD
d. Agama : Islam
e. Suami : Tn. Lanjar Cahyanto
f. Umur : 31 tahun
g. Pendidikan : SMP
h. Alamat : Karangwaru RT 1 / RW 1 Tampingan, Tegalrejo
Magelang
i. Tanggal masuk : 11 November 2013
II. ANAMNESIS (Tanggal 11 November 2013 jam 10.30 WIB)
1. Keluhan Utama
Belum kenceng kenceng
2. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pasien datang membawa rujukan dari puskesmas dengan serotinus. Pasien belum
merasakan kenceng-kenceng, tidak adanya lendir darah, dan air ketuban tidak
keluar namun pasien masih merasakan gerak janin.
3. Riwayat Penyakit Dahulu.
Riwayat penyakit infeksi kelamin, asma, hipertensi, diabetes mellitus, TBC,
hepatitis disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga.
Riwayat hamil kembar, asma, hipertensi, DM, TBC, gangguan jiwa disangkal
5. Riwayat menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Jumlah : 2-3 pembalut/hari
Sakit waktu menstruasi : tidak ada
HPHT : 15 Januari 2013
6. Riwayat kehamilan Sekarang
Taksiran tanggal persalinan : 22 Oktober 2013
ANC (+) di bidan, sebanyak 7 kali. Pasien mendapatkan vitamin yang diminum
1 kali dalam sehari, dan nasihat untuk mengatur pola makan yang baik bagi ibu
hamil.
7. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, dengan suami sekarang selama 5 tahun. Kawin pertama pada
umur 21 tahun.
8. Riwayat Obsetri
NoKehamilan,persalinan,ke
guguran dan nifasUmur
sekarang/tanggalKeadaan
anak
Tempat perawatan
dan no daftar
1.Hamil Aterm, Partus spontan, langsung menangis keras Perempuan, 3300 gram, nifas normal
4,5 tahun Sehat Bidan
2 Hamil ini
9. Riwayat Operasi dan penyakit yang pernah dijalani.
Disangkal
10. Riwayat Keluarga Berencana.
Ya, dengan cara suntik 3 bulan, lamanya 4 tahun di puskesmas.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign : Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,8 0 C
RR :20 x/menit
Tinggi Badan :157 cm
Berat Badan :47 kg
Kepala : Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-)
Leher : JVP tidak meningkat, limfonodi tidak teraba.
Thorax : Pulmo : dalam batas normal
Jantung : dalam batas normal
Abdomen : Supel, hepar/lien tak teraba, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Edema (-/-)
Akral hangat, nadi kuat, palmar pucat (-)
2. Pemeriksaan Obsetri
Inspeksi: tampak perut membuncit membujur.
Palpasi:
Leopold 1 : 2 jari dibawah procesus xypoideus
Teraba 1 bagian besar, bulat, lunak
Leopold 2 : Kiri : terasa bagian kecil-kecil
Kanan : teraba bagian memanjang, seperti papan
Leopold 3 : Terasa 1 bagian besar bulat keras
Masih dapat digerakan
Leopold 4 : Divergen
DJJ: 154 x/menit
HIS (-)
TFU : 29 cm TBJ : (29-12)x155= 2635 gram
Pemeriksaan Dalam Vagina :
Portio posterior, konsistensi keras, Ø belum ada, bagian bawah kepala masih tinggi,
lendir darah (-)
Bishop’s Score
Score 0 1 2 3 ∑DILATATION 0 1-2 3-4 5-6 0EFFICEMENT 0-30% 40-50% 60-70% 80% 0CONSISTENCY Firm Medium Soft 0POSITION Posterior Medial Anterior 0STATION -3 -2 -1,0 +1,+2 0
Score pada pasien 0
Bishop’s score <5
IV. DIAGNOSIS
G2P1 A0, 26 tahun ,hamil 42 minggu 6 hari
Janin I hidup intrauterine
Letkep puka
Belum inpartu
Serotinus
V. SIKAP
- Cek laboratorium darah rutin
- Induksi Persalinan dengan Priming misoprostol 1/8 tab pervaginam
observasi dan evaluasi dalam 6 jam
- Pengawasan 10
DAFTAR PUSTAKA
1. Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta:
BP-SP, 2008.
2. Cunningham FG et al : Postterm pregnancy“ Williams Obstetrics” , 22nd ed,
McGraw-Hill, 2005
3. Mochtar Rustam. SINOPSIS OBSTETRI jilid I. Edisi kedua. EGC. Jakarta 1998
4. Michael Y, et al, Fetal and neonatal mortality in postterm pregnancy: The impact
of gestational age and fetal growth restriction, Am J Obstet Gynecol
1998;178:726-31
5. Dr. H. M. A. Ashari SpOG (K). Sectio Caesarea. 2011.