referat polip ethmoid

18
BAB I PENDAHULUAN Polip adalah kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong seperti anggur, multipel, bilateral, tidak nyeri, berwarna putih keabuan dengan permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Kata polip berasal dari bahasa Yunani yaitu polypous yang kemudian dilatinkan menjadi polyposis yang berarti berkaki banyak. 1,2 Polip bukan merupakan penyakit tersendiri, tapi merupakan manifestasi klinik dari berbagai macam penyakit dan sering dihubungkan dengan sinusitis, rhinitis alergi, fibrosis kistik dan asma. Polip dapat berasal dari epitel dimeatus medius, ethmoid atau sinus maksila. Polip ethmoid merupakan massa yang lunak, halus, berwarna putih kekuningan atau merah muda. Pada pemeriksaan histologi terlihat gambaran edema submukosa yang disertai infiltrasi eosinofil dan round cells. 1-3 Polip ethmoid sering timbul pada orang dewasa. Insiden tertinggi polip ethmoid unilateral terlihat selama dekade kedua kehidupan, yaitu sebesar 43%.

description

referat polip ethmoid

Transcript of referat polip ethmoid

Page 1: referat polip ethmoid

BAB I

PENDAHULUAN

Polip adalah kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang bertangkai,

berbentuk bulat atau lonjong seperti anggur, multipel, bilateral, tidak nyeri,

berwarna putih keabuan dengan permukaan licin dan agak bening karena

mengandung banyak cairan. Kata polip berasal dari bahasa Yunani yaitu

polypous yang kemudian dilatinkan menjadi polyposis yang berarti berkaki

banyak.1,2

Polip bukan merupakan penyakit tersendiri, tapi merupakan manifestasi

klinik dari berbagai macam penyakit dan sering dihubungkan dengan

sinusitis, rhinitis alergi, fibrosis kistik dan asma. Polip dapat berasal dari

epitel dimeatus medius, ethmoid atau sinus maksila. Polip ethmoid

merupakan massa yang lunak, halus, berwarna putih kekuningan atau merah

muda. Pada pemeriksaan histologi terlihat gambaran edema submukosa yang

disertai infiltrasi eosinofil dan round cells.1-3

Polip ethmoid sering timbul pada orang dewasa. Insiden tertinggi polip

ethmoid unilateral terlihat selama dekade kedua kehidupan, yaitu sebesar

43%. Rekurensi dari polip ethmoid cukup besar, pada beberapa penelitian

yang berbeda menunjukkan bahwa lebih dari 40% polip ethmoid terjadi untuk

pertama kali dan 5% terjadi setelah 5 kali atau lebih polipektomi.1,3

BAB II

PEMBAHASAN

Page 2: referat polip ethmoid

2

2.1 Definisi

Polip ethmoid adalah kelainan mukosa hidung berupa massa lunak

yang bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong seperti anggur, multipel,

bilateral, tidak nyeri, berwarna putih keabuan dengan permukaan licin dan

agak bening, mengandung banyak cairan yang berasal dari sinus ethmoid.

Polip bukan merupakan penyakit tersendiri, tapi merupakan manifestasi

klinik dari berbagai macam penyakit dan sering dihubungkan dengan

sinusitis, rhinitis alergi, fibrosis kistik dan asma.1,2

2.2 Anatomi Sinus Ethmoid

Sinus paranasal adalah rongga-rongga yang terdapat di dalam os

maksila, os frontal, os sfenoid, dan os ethmoid. Dari semua sinus

paranasal, sinus ethmoid paling bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap

paling penting karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus

lainnya. Sinus ethmoid berbentuk piramid dengan dasarnya dibagian

posterior terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon yang terdapat

dibagian lateral os ethmoid. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi antara empat

sampai tujuh belas sel (rata-rata sembilan sel). Berdasarkan letaknya sinus

ethmoid anterior dibagi yang bermuara di meatus media dan sinus ethmoid

posterior yang bermuara di meatus superior.4,5

Dibagian terdepan sinus ethmoid anterior ada bagian yang sempit

disebut recessus frontal yang berhubungan dengan sinus frontal. Di

daearah ethmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut

infundibulum, tempat muara ostium sinus maksillaris. Peradangan di

daearah ini dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di

infudibulum yang dapat menyebabkan sinusitis maksilla.

Atap sinus ethmoid yang disebut fovea ethmoidalis berbatasan

dengan lamina kribrosa. Dinding lateral sinus berbatasan dengan lamina

Page 3: referat polip ethmoid

3

papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus ethmoid dari rongga

orbita. Di bagian belakang sinus ethmoidalis posterior berbatasan dengan

sinus sphenoid. 4,5

Gambar 1. Anatomi sinus potongan koronal

Keterangan gambar: F –Sinus frontalis, E - Sinus Ethmoidalis, M - Sinus

Maxillaris, O - Maxillary sinus ostium, SS - Sphenoid sinus ST- Superior

turbinate, T - Middle turbinate, IT- Inferior turbinate, SM- Superior meatus,

MM- Middle meatus, SR - Sphenoethmoidal recess, S- Septum, ET - Eustachian

tube orifice, A – Adenoids

Page 4: referat polip ethmoid

4

Gambar 2. Anatomi sinus potongan sagital

2.3 Epidemiologi

Polip ethmoid sering timbul pada orang dewasa. Insidensi polip

ethmoid hampir sama baik pada laki-laki maupun perempuan, namun pada

penelitian lain ada kecenderungan polip lebih banyak terjadi pada laki-laki

daripada perempuan dengan perbandingan 2:1 sampai 4:1. Di Amerika,

insiden pada orang dewasa adalah 1-4%, sedangkan pada anak hanya

sekitar 0,1%, namun insiden penyakit ini meningkat pada anak-anak

dengan fibrosis kistik, yaitu 6-48%.3, …………….

Pada penelitian di Pakistan, dari 200 pasien, polip ethmoid

ditemukan pada usia 5 sampai 60 tahun. Kejadian polip ethmoid unilateral

adalah 35% dan polip ethmoid bilateral adalah 65%. Laki-laki dengan

polip ethmoid unilateral sebesar 57% dan pada perempuan sebesar 43%.

Insiden tertinggi polip ethmoid unilateral terlihat selama dekade kedua

Page 5: referat polip ethmoid

5

kehidupan, yaitu sebesar 43%. Insiden polip ethmoid unilateral dan polip

ethmoid bilateral masing-masing adalah 1,6 dan 3 kasus per bulan.

2.4 Etiologi

Perkembangan polip pada daerah sinus merupakan akibat dari

reaksi hipersensitifitas tipe IgE dan mungkin juga melibatkan proses

imunologis dan inflamasi sehingga terbentuk polip. Etiologi sebenarnya

dari pembentukan polip belum diketahui secara pasti. Sumber lain

menyebutkan ada tiga faktor penting pada terjadinya polip, antara lain

peradangan mukosa kronik dan berulang pada mukosa hidung dan sinus,

adanya gangguan keseimbangan vasomotor dan adanya peningkatan cairan

intestitial dan edema mukosa hidung. Penyebab lain yang diduga

berhubungan dengan terbentuknya polip ethmoid antara lain gravitasi,

keturunan, usia, jenis kelamin, dan hidung yang sempit.3,6

2.5 Patogenesis

Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik,

disfungsi saraf otonom serta predisposisi genetik. Menurut teori Bernstein,

terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau aliran udara yang

berturbulensi, terutama di daerah sempit di kompleks ostio-meatal. Terjadi

prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan pembentukan

kelenjar baru, juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh

permukaan sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.6,7

Teori lain mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor

terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular

yang mengakibatkan dilepasnya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan

menyebabkan edema dan lama-kelamaan menjadi polip. Bila proses terus

berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar menjadi polip dan

kemudian akan turun ke rongga hidung menjadi tangkai.6,7

Page 6: referat polip ethmoid

6

Selain itu, teori lain yang berhubungan dengan patogenesis polip

ethmoid yaitu perubahan substansi polisakarida, infeksi dan alergi.

Perubahan substansi polisakarida sebagai pembentuk polip dikemukakan

oleh Jackson dan Arihood (1971). Pada infeksi, terutama infeksi oleh

bakteri, dapat terjadi sinusitis yang bersifat purulen. Infeksi ini dapat

meluas ke dalam sinus ethmoid dan mengakibatkan mukosa sinus menjadi

poliploid. Teori alergi sebagai penyebab terbentuknya polip didukung oleh

3 faktor, yaitu 90% dari gambaran histologi polip nasal mengandung

eosinofil, adanya hubungan polip dengan asma, dan gejala-gejala nasal

pada polip mirip dengan gejala nasal pada alergi. 3,7,8

2.6 Diagnosis

Polip ditemukan hampir pada semua sinus walaupun lebih sering

terdapat pada antrum dan ethmoid. Lokasi polip yang tersembunyi pada

ethmoid menyebabkan penegakkan diagnosa polip di daerah ini sulit.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis didapatkan adanya keluhan utama biasanya hidung

tersumbat, sumbatan menetap, tidak hilang timbul dan semakin lama

semakin berat. Pasien mengeluhkan terasa ada massa di dalam hidung dan

sukar membuang ingus. Gejala lain berupa gangguan penciuman (anosmia

atau hiposmia). Gejala sekunder dapat terjadi bila disertai kelainan organ

didekatnya seperti adanya post nasal drip, sakit kepala, nyeri pada daerah

muka, suara nasal atau bindeng. 1,3

Dari pemeriksaan fisik rinoskopi anterior dan posterior didapatkan

gambaran polip berupa gambaran massa seperti anggur berwarna pucat,

putih keabuan dengan permukaan licin, bertangkai dan tidak nyeri pada

palpasi. Kavum nasi disertai dengan cairan yang purulen dihubungkan

dengan sinusitis.1,3

Page 7: referat polip ethmoid

7

Gambar 3. Polip di cavum nasi sinistra

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan antara lain melalui

rontgen posisi water dan CT-Scan sinus paranasal untuk melihat adanya

sinusitis dan polip, serta endoskopi untuk melihat stadium pembesaran.

Pemeriksaan biopsi dilakukan apabila pada pemeriksaan rontgen

didapatkan adanya gambaran erosi tulang.1,3

Page 8: referat polip ethmoid

8

Gambar 4. CT-Scan sinus ethmoid yang menunjukkan polip

Keterangan: M-sinus maksilaris, E-ethmoid sinus, P-polip, O-ostium sinus

maksilla, *- meatus media. *Sumber: www.sinuses.com

Endoskopi dan CT-Scan dapat dipakai untuk menentukan

klasifikasi polip. Terdapat 4 stadium polip ethmoid berdasarkan

gambaran endoskopi.2

Stadium 0 = Mukosa normal

Stadium 1 = Edema mukosa pada meatus media

Stadium 2 = Polip tidak terlihat pada meatus media

Stadium 3 = Polip meluas sampai konka media

Stadium 4 = Polip meluas memenuhi seluruh rongga hidung.

Page 9: referat polip ethmoid

9

Gambar 5. Stadium Polip

2.7 Penatalaksanaan

Polip pertama kali diketahui di India. Pada 1000 tahun Sebelum

Masehi, Curettes yang pertama kali melakukan pengangatan polip.

Pahor menyebutkan polip nasal sudah dikenali sejak jaman Mesir kuno

dan biasanya polip dibuang dengan menggunakan pengait. Hippocrates

(60-370 SM) mengangkat polip nasal dan kemungkinan sel-sel ethmoid

sekitar dengan menggunakan tali senar yang dimasukkan dari hidung ke

nasofaring. Sebelumnya sebuah busa disematkan di ujung nasofaring

dan kemudian polip didorong ke arah nares anterior.9

Saat ini, penatalaksanaan polip ethmoid terbagi menjadi dua,

yaitu medikamentosa dan pembedahan.

Page 10: referat polip ethmoid

10

1. Medikamentosa

Medikamentosa meliputi antihistamin lokal dan sistemik dan

steroid lokal. Pengobatan konservatif medikamentosa ini diberikan

pada polip yang masih kecil dan tanpa gejala (belum memenuhi

rongga hidung). Pada kortikosteroid lokal, respon antiinflamasi non-

spesifiknya secara teoritis mengurangi ukuran polip dan mencegah

tumbuhnya polip kembali jika digunakan berkelanjutan. Tersedia

semprot hidung steroid yang efektif dan relatif aman untuk

pemakaian jangka panjang dan jangka pendek seperti fluticason,

mometason, budesonid dan beclomethason dipropionate nasal spray

200 g dua kali sehari selama 1-3 bulan. Sedangkan untuk

kortikosteroid oral dapat digunakan prednisolon selama 6 hari

dengan dosis total 215 mg. Agen anti inflamasi nonspesifik ini

secara signifikan mengurangi ukuran peradangan polip dan

memperbaiki gejala lain secara cepat. Sayangnya, masa kerja

sebentar dan polip sering tumbuh kembali dan munculnya gejala

yang sama dalam waktu mingguan hingga bulanan. Kontraindikasi

penggunaan kortikosteroid antara lain hipertensi, ulkus peptikum,

diabetes, hamil dan TBC.2, 3, 9

2. Pembedahan

Indikasi dilakukannya pembedahan pada polip ethmoid antara

lain:

a. Terapi konservatif dengan menggunakan obat-obatan tidak

berhasil

b. Pembesaran polip yang menyebabkan obstruksi jalan nafas.

c. Polip multipel atau rekuren yang menyebabkan obstruksi

d. Gangguan penciuman

Page 11: referat polip ethmoid

11

Pada prosedur pembedahan, metode yang dapat digunakan

tergantung dari luas dan rekurensi polip. Prosedur tersebut dapat

berupa polipektomi nasal, polipektomi nasal dengan ethmoidektomi

intranasal, ethmoidektomi transantral, ethmoidektomi eksternal, dan

BESF (Bedah Endoskopi Sinus Fungsional). Komplikasi yang dapat

terjadi akibat pembedahan meliputi perdarahan, infeksi, komplikasi

intraorbital atau intracranial. 3,8,9

Apapun teknik pembedahan yang digunakan untuk mengangkat

polip, terdapat angka kekambuhan yang cukup besar, sehingga

dianjurkan untuk menggunakan kortikosteroid nasal spray setelah

operasi. Angka kekambuhan meningkat pada pasien dengan asma,

eczema, dan hipersensitif terhadap aspirin.3,9

Page 12: referat polip ethmoid

12

BAB III

KESIMPULAN

Polip ethmoid adalah kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang

bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong seperti anggur, multipel, bilateral, tidak

nyeri, berwarna putih keabuan dengan permukaan licin dan agak bening,

mengandung banyak cairan yang berasal dari sinus ethmoid. Polip ethmoid sering

timbul pada orang dewasa dan bilateral. Insidensi polip ethmoid hampir sama baik

pada laki-laki maupun perempuan, namun pada penelitian lain ada kecenderungan

polip lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan

perbandingan 2:1 sampai 4:1. Insiden tertinggi polip ethmoid unilateral terlihat

selama dekade kedua kehidupan.

Terdapat beberapa faktor penting pada terjadinya polip, antara lain

peradangan mukosa kronik dan berulang pada mukosa hidung dan sinus, adanya

gangguan keseimbangan vasomotor, adanya perubahan substansi polisakarida,

infeksi dan alergi. Diagnosis polip ethmoid ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan adanya

keluhan hidung tersumbat, sumbatan menetap, tidak hilang timbul dan semakin

lama semakin berat, terasa ada massa di dalam hidung dan sukar membuang

ingus. Gejala lain berupa gangguan penciuman (anosmia atau hiposmia), post

nasal drip, sakit kepala, nyeri pada daerah muka, suara nasal atau bindeng. Pada

pemeriksaan fisik rinoskopi anterior dan posterior didapatkan gambaran polip

berupa gambaran massa seperti anggur berwarna pucat, putih keabuan dengan

permukaan licin, bertangkai dan tidak nyeri pada palpasi. Kadang diperlukan

pemeriksaan penunjang berupa CT scan nasal dan sinus paranasal, endoskopi, dan

biopsi. Tatalaksana dari polip ethmoid meliputi tatalaksana konservatif, dengan

menggunakan obat-obatan seperti antihistamin, kortikosteroid lokal, atau

kortikosteroid sistemik dan pembedahan.

Page 13: referat polip ethmoid

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Nizar WN dan Endang M. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT: Polip

Hidung. Ed 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.

2. Budiman JB, Ade Asyari. Diagnosis dan Penatalaksanaan Rinosinusitis

dengan Polip Nasi. Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala

Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. 2009.

3. Saeed, M. Unilateral Ethmoidal Polyps. Professional Med J Dec 2010; 17

(4): 603-607. (http:// www.theprofesional.com/article/.../PROF-1680.pdf. ).

Diunduh tanggal 18 Mei 2013.

4. Snell Richard. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed. 6.

Jakarta: EGC. 2006.

5. Soetjipto D dan Endang M. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT: Sinus

Paranasal. Ed 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.

6. Elise K, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, Ed 6. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI; 2007.

7. Drake, A.B., Lee. Chapter 9: Nasal Polyps. page 1-13. (http://www.

famona.sezampro.rs/medifiles/.../scott409.pdf). Diunduh tanggal 18 Mei

2013).

8. Becker S. Surgical Management of Polyps in the Treatment of Nasal

Airway Obstruction. Otolaryngol Clin N Am 42 (2009) 377–385.

9. Rohail Ahmed , Mohd Faheem. Malik, Aamer  Ayub Awan. Comparison

of Conservative Versus Surgical Treatment of Ethmoidal Nasal Polyps.

Department of ENT, Allama Iqbal Medical College/ Jinnah Hospital,

Lahore. 2009.