Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

28
Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional” BAB 1 PENDAHULUAN Gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus disfungsional merupakan keluhan yang sering menyebabkan seorang perempuan datang berobat ke dokter atau tempat pertolongan pertama lainnya. Keluhan gangguan haid bervariasi dari ringan sampai berat dan tidak jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita maupun dokter yang merawatnya.Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita usia remaja, reproduksi dan klimakterik. Haid yang tidak teratur pada masa 3-5 tahun setelah menarche dan pramenopause (3-5 tahun menjelang menopause) merupakan keadaan yang lazim dijumpai. Tetapi pada masa reproduksi (umur 20-40 tahun), haid yang tidak teratur bukan merupakan keadaan yang lazim, karena selalu dihubungkan dengan keadaan abnormal. Perdarahan abnormal dari uterus tanpa disertai kelainan organik, hematologik, melainkan hanya merupakan gangguan fungsional disebut sebagai perdarahan uterus disfungsional. Berdasarkan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RS UMUM DAERAH CIAWI Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 1

description

referat untuk koas obsgyn

Transcript of Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Page 1: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

BAB 1

PENDAHULUAN

Gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus disfungsional merupakan

keluhan yang sering menyebabkan seorang perempuan datang berobat ke dokter atau tempat

pertolongan pertama lainnya. Keluhan gangguan haid bervariasi dari ringan sampai berat dan

tidak jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita maupun dokter yang

merawatnya.Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid selama masa hidupnya.

Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh

wanita usia remaja, reproduksi dan klimakterik. Haid yang tidak teratur pada masa 3-5 tahun

setelah menarche dan pramenopause (3-5 tahun menjelang menopause) merupakan keadaan

yang lazim dijumpai. Tetapi pada masa reproduksi (umur 20-40 tahun), haid yang tidak

teratur bukan merupakan keadaan yang lazim, karena selalu dihubungkan dengan keadaan

abnormal. Perdarahan abnormal dari uterus tanpa disertai kelainan organik, hematologik,

melainkan hanya merupakan gangguan fungsional disebut sebagai perdarahan uterus

disfungsional. Berdasarkan gejala klinis perdarahan uterus disfungsional dibedakan dalam

bentuk akut dan kronis.Sedangkan secara kausal perdarahan uterus disfungsional mempunyai

dasar ovulatorik (10%) dan anovulatorik (70%).

Perdarahan uterus disfungsional akut umumnya dihubungkan dengan keadaan

anovulatorik, tetapi perdarahan uterus disfungsional kronis dapat terjadi pula pada siklus

anovulatorik. Walaupun ada ovulasi tetapi pada perdarahan uterus disfungsional anovulatorik

ditemukan umur korpus luteum yang memendek, memanjang atau insufisiensi. Pada

perdarahan uterus disfungsional anovulatorik, akibat tidak terbentuknya korpus luteum aktif

maka kadar progesteronnya rendah dan ini menjadi dasar bagi terjadinya perdarahan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 1

Page 2: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

Siklus menstruasi normal berlangsung selama 28 ± 7 hari dan berlangsung 4 ± 2 hari,

dan keluar darah rata-rata adalah 40 ± 20 ml. Perdarahan uterus abnormal (PUA)

didefinisikan sebagai perubahan frekuensi menstruasi, durasi aliran atau jumlah darah yang

keluar. Perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah diagnosis pengecualian ketika tidak

ada kelainan patologi pada panggul atau menyebabkan medis lain. PUD biasanya ditandai

dengan aliran menstruasi yang berkepanjangan dengan atau tanpa perdarahan yang berat. Ini

mungkin terjadi dengan atau tanpa ovulasi.

Menorrhagia (hypermenorrhoea) didefinisikan sebagai siklus perdarahan menstruasi

yang terjadi selama beberapa siklus berturut-turut selama pada tahun reproduksi. Secara

obyektif menorrhagia didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 80 ml per siklus,

persentil ke-90 di sebuah studi dari 476 wanita Gothenberg diterbitkan oleh Hallberg et al.

pada tahun 1966. Perdarahan bulanan lebih dari 60 ml dapat mengakibatkan anemia dengan

defisiensi zat besi dan dapat mempengaruhi kualitas hidup. Penderita perdarahan uterus

disfungsional akut biasanya datang dengan perdarahan banyak, sehingga cepat ditangani

karena merupakan keadaan gawat darurat dan memerlukan perawatan di rumah sakit.

Sedangkan perdarahan uterus disfungsional kronis dengan perdarahan sedikit-sedikit dan

berlangsung lama bukan merupakan keadaan gawat darurat. Meskipun tidak darurat tetapi

perdarahan uterus disfungsional kronis justru memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh

sehubungan dengan dampak jangka panjang yang ditimbulkannya seperti anemia sekunder,

yang dapat menganggu fungsi reproduksi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 2

Page 3: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

BAB II

PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL

II.1. Pengertian

Perdarahan uterus abnormal dari uterus baik dalam jumlah, frekuensi maupun

lamanya, yang terjadi didalam atau diluar haid sebagai wujud klinis gangguan

fungsional mekanisme kerja poros hipotalamus – hipofisis – ovarium - endometrium

tanpa kelainan organik alat reproduksi.

II.2. Etiologi

a. Perdarahan Ovulatoar

Perdarahan ini terjadi ± 10 % dari perdarahan disfungsional dengan siklus

pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea) dan untuk menegakkan

diagnosis dapatdilakukan kuretase pada masa mendekati siklus haid. Jika karena

perdarahanlama dan siklus haid tidak teratur dan tidak dapat dikenali lagi maka

kurve suhubadan basal dapat menolong.

Etiologi :

1. Korpus Luteum Persisten

Perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan pembesaran ovarium.

Korpus lutheum persisten dapat menyebabkan pelepasan endometrium tidak

teratur (irregular shedding). Irregular shedding dibuat dengan kerokan yang

tepat waktunya menurut Mc lennon pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada

waktu itu dijumpai endometrium dalam tipe skresi disamping tipe non skresi.

2. Insufisiensi Korpus Luteum

Dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia, polimenorea.

Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 3

Page 4: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

LH-releasing factor. Diagnosis dibuat apabila hasil biopsi endometrial dalam

fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya

didapat pada hari siklus yang bersangkutan.

3. Apopleksia Uteri

Pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah uterus

4. Kelainan darah

Anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam mekanisme

pembekuan darah.

b. Perdarahan Anovulatoar

Dengan terjadinya penurunan kadar estrogen dapat timbul perdarahan yang

kadang bersifat siklik, kadang tidak teratur sama sekali.Fluktuasi kadar estrogen

ada sangkut pautnya dengan jumlah folikel. Folikel - folikelini mengeluarkan

estrogen sebelum mengalami atresia dan kemudiandiganti oleh folikel-folikel

baru. Endometrium yang mula-mula proliferatif dapatterjadi perubahan menjadi

hiperplasia kistik.

Etiologi

1. Sentral : psikogenik, neurogenik, hipofisis

2. Perifer : ovarial

3. Konstitusional : kelainan gizi, metabolik, penyakit endokrin

Perdarahan uterus disfungsional dapat berlatar belakang kelainan-kelainan

ovulasi, siklus haid, jumlah perdarahan dan anemia yang ditimbulkannya.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 4

Page 5: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

Berdasarkan kelainan tersebut maka perdarahan uterus disfungsional dapat dibagi

seperti tabel 1.

Perdarahan uterus disfungsional biasanya berhubungan dengan satu dari

tiga keadaan ketidak seimbangan hormonal, berupa: estrogen breakthrough

bleeding, estrogen withdrawal bleeding dan progesterone breakthrough

bleeding.Pada perdarahan uterus disfungsional ovulatorik perdarahan abnormal

terjadi pada siklus ovulatorik dimana dasarnya adalah ketidakseimbangan

hormonal akibat umur korpus luteum yang memendek atau memanjang,

insufisiensi atau persistensi korpus luteum.Perdarahan uterus disfungsional pada

wanita dengan siklus anovulatorik muncul sebagai perdarahan reguler dan

siklik.Sedang pada perdarahan uterus disfungsional anovulatorik perdarahan

abnormal terjadi pada siklus anovulatorik dimana dasarnya adalah defisiensi

progesterone dan kelebihan progesterone akibat tidak terbentuknya korpus luteum

aktif, karena tidak terjadinya ovulasi. Dengan demikian khasiat estrogen terhadap

endometrium tak ber lawan.Hampir 80% siklus mens anovulatorik pada tahun

pertama menars dan akan menjadi ovulatorik mendekati 18-20 bulan setelah

menars.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 5

Page 6: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

II.3. Klasifikasi

Perdarahan uterus disfungsional dikatakan akut jika jumlah per darahan pada

satu saat lebih dari 80 ml,terjadi satu kali atau berulang dan memerlukan tindakan

penghentian perdarahan segera. Sedangkan perdarahan uterus disfungsional kronis

jika perdarahan pada satu saat kurang dari 30 ml terjadi terus menerus atau tidak tidak

hilang dalam 2 siklus berurutan atau dalam 3 siklus tak berurutan, hari perdarahan

setiap siklusnya lebih dari 8 hari, tidak memerlukan tindakan penghentian perdarahan

segera, dan dapat terjadi sebagai kelanjutan perdarahan uterus disfungsional akut.

II.4. Diagnosis

Anamnesa yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan :

a. Bagaimana mulanya perdarahan

b. Apakah didahului siklus yang pendek-pendek atau oligomenorea / amenorea

c. Sifat perdarahan

d. Lama perdarahan.

Pada pemeriksaan umum perlu diperlihatkan tanda-tanda yang menunjukan ke arah

kemungkinan :

a. Penyakit metabolik

b. Penyakit endokrin

Pada pemeriksaan ginekologik dilihat ada tidaknya faktor kelainan organik yang

menyebabkan perdarahan abnormal. Pada wanita dalam masa pubertas tidak perlu

dilakukan kerokan. Pada wanita berumur 20 sampai 40 tahun dilakukan kerokan,

kemungkinan besar penyebabnya adalah kehamilan terganggu, polip, mioma

submukosum dan sebagainya. Pada wanita pramenopause dilakukan kerokan untuk

memastikan ada tidaknya tumor ganas.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 6

Page 7: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

Pemeriksaan menyeluruh pada perut dan panggul sangat penting. Sitologi serviks

harus diperoleh jika diindikasikan. Hitung darah lengkap (CBC ± feritin) diperlukan

untuk menentukan derajat anemia.pemeriksaan lain yang harus dipertimbangkan

meliputi: thyrotropin stimulating hormone, ketika gejala lain muncul dari disfungsi

tiroid , prolaktin, pada hari 21 hingga 23 progesteron diperiksa untuk verifikasi status

ovulasi, folikel stimulating hormone dan luteinizing hormon untuk memverifikasi

status menopause atau untuk mendukung diagnosis penyakit ovarium polikistik, dan

profil koagulasi saat menorrhagia hadir pada masa pubertas atau jika ada klinis

kecurigaan untuk koagulopati.

II.5. Pemeriksaan penunjang

a. Penilaian atas endometrium

Penilaian endometrium dilakukan untuk mendiagnosis keganasan atau kondisi

pra-keganasan dan untuk mengevaluasi pengaruh hormonal endometrium. Spencer

dkk memperlajari 142 kasus untuk menentukan nilai dari metode evaluasi

endometrium di wanita dengan AUB. Data ini tidak mendukun untuk

mengevaluasi endometrium. Pemeriksaan endometrium harus dipertimbangkan

pada semua wanita di atas 40 tahun dengan perdarahan abnormal atau wanita yang

beresiko tinggi terkena kanker endometrium,termasuk: nulliparity dengan riwayat

infertilitas, perdarahan yang tidak teratur, obesitas (≥ 90 kg); ovarium polikistik;

riwayat keluarga dengan kanker endometrium dan kolon, dan menggunakan terapi

tamoxifen. Hal ini juga penting untuk mengevaluasi histopatologi endometrium

pada wanita yang tidak memiliki perbaikan dalam pendarahannya. Pada SOGC

pedoman “Diagnosis Kanker Endometrium pada Wanita Dengan Perdarahan

vagina abnormal (2000)” meninjau dengan membuktikan pengambilan sampel

endometrium yang berisi algoritma yang menunjukkan kursus manajemen dalam

penilaian endometrium.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 7

Page 8: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

b. Teknik sampling untuk endometrium

Kantor biopsi endometrium menghasilkan sampel yang memadai untuk 87- 97

persen dan mendeteksi 67-96 persen kanker endometrium. Meskipun pilihan

sampling dapat dipengaruhi oleh keakurasiannya dan tidak ada metode sampel

untuk memeriksa seluruh endometrium. Sampel histeroskopik digunakan untuk

mendeteksi persentase yang lebih tinggi pada kelainan bila dibandingkan dengan

dilatasi dan kuretase (D & C) sebagai diagnostik procedure. Bahkan jika rongga

rahim tampak normal pada histeroskopi, endometrium tetap harus diperiksa

karena histeroskopi saja tidak cukup untuk mendeteksi neoplasia endometrium

dan carcinoma.(II A)

c. Dilatasi dan kuret

Dalam 10 - 25 persen wanita dengan D & C saja tidak dapat mengungkap

patologi yang terjadi pada endometrium. D & C dihubungkan dengan perforasi

uterus di 0,6-1,3 persen dari kasus dan perdarahan pada 0,4 persen kasus.D & C

adalah prosedur buta dengan kesalahan signifikan pada pengambilan sampel dan

juga memerlukan anestesi yang dapat membawa risiko komplikasi. Ini harus

disediakan untuk situasi-situasi dimana kantor biopsi atau biopsi langsung pada

histereroskopi tidak tersedia.

d. Ultrasonografi

Transvaginal sonografi (TVS) untuk menilai ketebalan endometrium dan

mendeteksi polip dan myomata dengan sensitivitas 80 % dan spesifisitas 69 %.

Meskipun ada bukti bahwa ketebalan endometrium mungkin menjadi indikasi

patologi pada wanita pascamenopause, seperti untuk wanita di tahun-tahun

reproduksinya. Meta-analisis dari 35 penelitian menunjukkan bahwa pada

menopause wanita, ketebalan endometrium 5 mm pada USG dan memiliki

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 8

Page 9: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

sensitivitas 92 persen untuk mendeteksi penyakit endometrium serta 96 persen

untuk mendeteksi cancer. Hal ini tidak membantu ketika ketebalan antara 5 dan 12

mm.

II.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan perdarahan uterus disfungsional secara umum perlu

memperhatikan faktor-faktor berikut:

a. Umur, status pernikahan, fertilitas.

Hal ini dihubungkan dengan perbedaan penanganan pada tingkatan

perimenars, reproduksi dan perimenopause. Penanganan juga seringkali berbeda

antara penderita yang telah dan belum menikah atau yang tidak dan yang ingin

anak.

b. Berat, jenis dan lama perdarahan.

Keadaan ini akan mempengaruhi keputusan pengambilan tindakan mendesak

atau tidak.

c. Kelainan dasar dan prognosisnya

Pengobatan kausal dan tindakan yang lebih radikal sejak awal telah dipikirkan

jika dasar kelainan dan prognosis telah diketahui sejak dini.

Pada dasarnya tujuan penatalaksanaan perdarahan uterus disfungsional adalah:

1. Memperbaiki keadaan umum

2. Menghentikan perdarahan

3. Mengembalikan fungsi hormon reproduksi.Yang meliputi: pengembalian

siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus anovulatorik menjadi

ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi persyaratan untuk

pemicuan ovulasi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 9

Page 10: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

4. Menghilangkan ancaman keganasan

Pada perdarahan uterus disfungsional langkah pertama yang harus dikerjakan

adalah memperbaiki keadaan umum, termasuk pengatasan anemia. Langkah kedua

adalah menghentikan perdarahan, baik secara hormonal maupun operatif. Setelah

keadaan akut teratasi, sebagai langkah ketiga, dilakukan upaya pengembalian fungsi

normal siklus haid dengan cara mengembalikan keseimbangan fungsi hormon

reproduksi.

Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat

banyak dalam hal ini penderita diistirahatkan dan diberi transfusi dan dilakukan

pemeriksaan untuk meyakinkan tidak adanya abortus inkompletus dan perdarahan

diyakini berasal dari uterus, maka dapat diberikan terapi hormonal.

1. PUD Ovulatoar :

- Perdarahan tengah siklus

Esterogen 0,625 – 1,25 mg hari ke 10 – 15 siklus

- Perdarahan bercak pra haid

Progesteron 5 – 10 mg hari ke 17 – 26 siklus

- Perdarahan pasca haid Esterogen 0,625 – 1,25 mg hari ke 2 – 7 siklus

- PolimenoreProgesteron 10 mg, hari ke 18 – 25 siklus

2. PUD anovulatoar

Hentikan perdarahan segera

- Kuret medisinalis

Esterogen 20 hari diikuti progesteron 5 hari

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 10

Page 11: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

- Pil KB kombinasi

2 x 1 tablet 2 –3 hari diteruskan 1 x 1 tablet 21 hari

- Progesteron

10 – 20 mg selama 7 – 10 hari

Setelah darah berhenti atur siklus haid

- Dengan esterogen progesteron selama 3 siklus

- Pengobatan sesuai kelainan

¨ Anovulasi ® Stimulasi Klomifen

¨ Hiperrolaktin ® Bromokriptin

¨ Polikistik ovarii ® Kortikosteroid ® lanjutkan stimulasi Klomifen.

Dibagi dalam 2 pengobatan :

1. Manajemen medis

Usia, keinginan untuk mempertahankan kesuburan, hidup bersama kondisi

medis, dan keinginan pasien adalah pertimbangan penting. Untuk masing-masing

metode yang disarankan, pasien harus menyadari risiko dan kontraindikasi untuk

memungkinkan pilihan informasi. Derajat kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh

keberhasilan, harapan, biaya, ketidaknyamanan, dan efek samping.

a. Non-steroid anti-inflammatory

Prostaglandin pada endometrium meningkat pada wanita dengan

perdarahan menstruasi yang hebat. Non-steroid anti-inflammatory drugs

(NSAID) menghambat cyclo-oxygenase dan mengurangi level prostaglandin

pada endometrium. Dalam percobaan, NSAID dapat menurunkan kehilangan

darah pada menstruasi pada 20 - 50 percent. NSAID juga meningkatkan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 11

Page 12: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

dismenore lebih dari 70 persen dari pasien. Terapi harus mulai pada hari

pertama menstruasi dan dilanjutkan selama lima hari atau sampai berhentinya

menstruasi. (I A)

b. Agen antifibrinolytic

Asam traneksamat (cyclokapron), dapat menurunan sintetis dari Asam

amino lisin, menyebabkan efek antifibrinolytic melalui reversible blokade

pada plasminogen. Obat ini tidak memiliki efek pada pembekuan darah atau

dysmenorrhea. Sepertiga perempuan mengalami efek samping, antara lain

mual dan kram kaki. Traneksamat Asam 1 g setiap enam jam untuk empat hari

pertama dari siklus menstruasi dapat mengurangi kehilangan darah menstruasi

hingga 40 persen.

c. Danazol

Danazol adalah steroid sintetik dengan sifat androgenik ringan,

menghambat steroidogenesis di ovarium dan memiliki efek pada jaringan

endometrium serta mengurangi kehilangan darah menstruasi hingga 80 persen.

Terapi danazol (100-200 mg per hari), 20 persen pasien melaporkan amenore

dan 70 persen melaporkan oligomenore. Sekitar 50 persen dari pasien

melaporkan tidak ada efek samping dengan danazol sedangkan 20 persen lagi

melaporkan efek sampingnya sedikit. keluhan yang paling umum adalah berat

badan naik 2-6 kilogram dalam 60 persen pasien. Yang direkomendasikan

pengobatan adalah 100 hingga 200 mg sehari selama 3 bulan.

d. Progestin

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 12

Page 13: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

Percobaan terkontrol menunjukkan bahwa progestin siklik menjadi

kurang efektif dalam mengontrol perdarahan berat pada menstruasi yang

teratur bila dibandingkan dengan NSAID dan asam traneksamat. Progestin

berguna untuk wanita dengan siklus yang tidak teratur dan dengan siklus

anovulasi bila diberikan selama 12 sampai 14 hari setiap bulan .

Medroxyprogesterone asetat diberikan untuk kontrasepsi untuk menginduksi

amenore dalam tahun pertama pada 80 persen wanita,dan sebanyak 50 persen

dengan perdarahan yang tidak teratur.

e. Kombinasi pil kontrasepsi oral

Penurunan perdarahan menstruasi dengan penggabungan pil komninasi

kontrasepsi oral (OC) adalah hasil dari induksi atrofi endometrium. Sebuah uji

coba terkontrol secara acak pada wanita yang menggunakan OC yang

mengandung 30 mg etinil estradiol menunjukkan terjadi pengurangan 43

persen pada kehilangan darah pada menstruasi. Dua studi kasus kontrol telah

menemukan bahwa pengguna OC jarang mengalami perdarahan menstruasi

yang banyak dan anemia. keuntungan tambahan pada OC adalah sebagai

kontrasepsi oral dan dapat pengurangan dismenore.

f. Sistem progestin intrauterin

Perangkat Progesteron intrauterine (IUD) dilaporkan dapat mengurangi

perdarahan yang hebat pada masa menstruasi . Yang terbaru sistem intrauterin

levonorgestrel (LNG-IUS) yang berbentuk T-shaped IUD yang melepaskan

sejumlah levonorgestrel (20 mg / 24 jam) dari reservoir steroid sekitar batang

vertikalnya. Hal ini sedang menjalani pemeriksaan klinis di Kanada.

g. GnRH agonis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 13

Page 14: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

Agonis GnRH menginduksi kondisi hypoestrogenic reversibel dengan

mengurangi total volume uterus 40 - 60 percent. Myomas dan pembesaran

volume rahim memperluas ke tingkat pretreatment dalam beberapa bulan

penghentian dari therapy. Agonis GnRH efektif dalam mengurangi kehilangan

darah menstruasi pada wanita perimenopause, tetapi dibatasi oleh efeknya

yaitu hot flashes dan pengurangan densitas tulang.

2. Manajemen Bedah

a. Dilatasi dan kuret

Tidak ada laporan dari percobaan terkontrol acak yang

membandingkan D & C dan pengobatan potensial lainnya untuk sembuh dari

menorrhagia. Penelitian hanya dilakukan untuk mengukur kehilangan darah

sebelum dan setelah D & C dimana ditemukan pengurangan sementara darah

menstruasi segera setelah prosedur, namun, kerugiannya dapat kembali ke

tingkat sebelumnya atau dapat lebih banyak keluar darah pada menstruasi

berikutnya setelah pengobatan. D&C mungkin memiliki peran diagnostik

ketika biopsi endometrium tidak meyakinkan dan gejalanya menetap.

b. Penghancuran endometrium

Penghancuran endometrium dapat dilakukan dengan beberapa teknik

bedah. Ablasi endometrium histeroskopi dengan photocoagulation, Rollerball,

elektrokoagulasi atau loop resection dengan hasil jangka panjang.

endometrium ablasi telah dievaluasi secara klinis selama 20 tahun terakhir.

Beberapa penelitian selama 6,5 tahun telah menunjukkan tingkat kepuasan

sekitar 85 percent. Pada studi, sekitar 10 persen wanita akan memilih untuk

histerektomi dan 10 persen akan memerlukan pengulangan ablasi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 14

Page 15: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

endometrium untuk pengobatan awal yang gagal. Hysteroscopic adalah

pengobatan yang efektif untuk pengelolaan menorrhagia kronis yang tidak

responsif terhadap terapi medis. Ablasi endometrial baik dibandingkan dengan

histerektomi dalam uji acak bila dibandingkan dengan efektivitas dan biaya

meskipun analisis jangka panjang harus mencakup biaya banyak.

c. Histerektomi

Risiko utama operasi harus ditimbang. Histerektomi adalah solusi

permanen untuk pengobatan menorrhagia dan perdarahan uterus abnormal dan

berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien. Bagi wanita yang telah

melahirkan anak dapat memilih tindakan ini dan telah mencoba konservatif

Terapi tanpa hasil yang dapat diterima, histerektomi seringkali pilihan terbaik.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 15

Page 16: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

BAB IV

KESIMPULAN

Gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus disfungsional

merupakan keluhan yang sering menyebabkan seorang perempuan datang berobat ke

dokter atau tempat pertolongan pertama lainnya. Keluhan gangguan haid bervariasi

dari ringan sampai berat dan tidak jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi

penderita maupun dokter yang merawatnya. Hampir semua wanita pernah mengalami

gangguan haid selama masa hidupnya. Perdarahan uterus abnormal dari uterus baik

dalam jumlah, frekuensi maupun lamanya, yang terjadi didalam atau diluar haid

sebagai wujud klinis gangguan fungsional mekanisme kerja poros hipotalamus –

hipofisis – ovarium - endometrium tanpa kelainan organik alat reproduksi.

Perdarahan uterus disfungsional akut umumnya dihubungkan dengan keadaan

anovulatorik, tetapi perdarahan uterus disfungsional kronis dapat terjadi pula pada

siklus anovulatorik. Walaupun ada ovulasi tetapi pada perdarahan uterus

disfungsional anovulatorik ditemukan umur korpus luteum yang memendek,

memanjang atau insufisiensi. Pada perdarahan uterus disfungsional anovulatorik,

akibat tidak terbentuknya korpus luteum aktif maka kadar progesteronnya rendah dan

ini menjadi dasar bagi terjadinya perdarahan.

Pada perdarahan uterus disfungsional langkah pertama yang harus dikerjakan

adalah memperbaiki keadaan umum, termasuk pengatasan anemia. Langkah kedua

adalah menghentikan perdarahan, baik secara hormonal maupun operatif. Setelah

keadaan akut teratasi, sebagai langkah ketiga, dilakukan upaya pengembalian fungsi

normal siklus haid dengan cara mengembalikan keseimbangan fungsi hormon

reproduksi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 16

Page 17: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat

banyak dalam hal ini penderita diistirahatkan dan diberi transfusi dan dilakukan

pemeriksaan untuk meyakinkan tidak adanya abortus inkompletus dan perdarahan

diyakini berasal dari uterus, maka dapat diberikan terapi hormonal.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 17

Page 18: Referat Perdarahan Uterus Disfungsional

Referat “Perdarahan Uterus Disfungsional”

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan, Edisi 3, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, 2011 :

161-173.

2. Ginekologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UNPAD Bandung, Elstar Offset

Bandung.

3. Cunningham F.G. et al, “Abnormal Uterine Bleeding” at Williams Obstetric, 21st

edition. McGrawHill: London, 2001.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

RS UMUM DAERAH CIAWI

Periode 17 Juni – 24 Agustus 2013 18