Referat Neurobiologi Gejala Negatif Psikotik
-
Upload
susi-muharni-risma -
Category
Documents
-
view
86 -
download
2
description
Transcript of Referat Neurobiologi Gejala Negatif Psikotik
BAB IPENDAHULUAN
Gangguan psikotik terutama skizofrenia merupakan masalah serius dan
mungkin menjadi fatal yang sering muncul pada periode penting perkembangan
seorang remaja hingga dewasa. 1Skizofrenia merupakan penyakit yang paling sering
ditemukan dari gangguan psikotik berat. 1, 2 Termasuk dalam sepuluh besar penyakit
di dunia yang paling menyusahkan golongan produktif. 3 Skizofrenia adalah psikotik
kronik dengan prevalensi 0,7% dalam setiap kehidupan manusia, pertama sekali
diderita oleh orang dewasa dan mengalami onset yang lebih cepat pada laki-laki usia
dua puluh tahunan. Pada wanita gejala bisa timbul beberapa tahun lebih lambat
walaupun faktor resiko pada laki-laki dan perempuan setara. 4
Skizofrenia adalah gangguan psikotik kronik yang telah menjadi fokus
penyakit global selama bertahun-tahun. 2 Kerusakan kognitif merupakan penyebab
terbesar dalam kematian pada penyakit ini. Dalam dua dekade terakhir ini atau sejak
studi imaging molekuler dikembangkan telah ditemukan berbagai persepsi mengenai
patofisiologi yang mendasari terjadinya gangguan psikosis, gangguan kognitif dan
perkembangan keduanya. Telah ditemukan adanya implikasi presinaptik karena
disfungsi dopaminergic, kapasitas sintesis dopamine, dopamine yang dilepaskan dan
level dopamine paling dasar yang meningkat dalam gangguan ini. Studi berikutnya
menunjukkan bahwa kapasitas sintesis dopamine meningkat pada pasien-pasien yang
mengalami perkembangan psikotik dari tahun ke tahun, tapi tidak terjadi pada
mereka yang mendapatkan penyembuhan segera. 2Kapasistas sintesis dopamine yang
luar biasa ini memberikan efek yang juga buruk berupa keadaan kognitif yang
semakin memburuk dan dan dapat mempengaruhi fungsi kortikal pada gyrus
frontalis.2
Bagaimanapun pengaruh genetik diyakini memiliki peranan yang dominan.
Data hipotesis neurobiologi terbaru menyatakan bahawa skizofrenia ditandai oleh
hipoglutamatergic dan hiperdopaminergik neurotranmisi. Dapat disimpulkan
penyakit ini dan gejalanya mungkin saja ditimbulkan oleh stimulasi berlebihan pada
subcortical tipe 2 dopamine reseptor, hipoaktivitas kortikal tipe 1 dopamin reseptor
dan berkurangnya aktivitas glutamatergik prefrontal.2
1
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Psikotik adalah suatu kondisi yang ditandai dengan ketidak mampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, tidak mampu membedakan antara realita dan fantasi,
misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh5. Sumber lain
menyebutkan bahwa gangguan psikotik adalah gangguan mental yang
ditandai dengan kerusakan menyeluruh dalam uji realitas seperti yang ditandai
dengan delusi, halusinasi, bicarain kohern yang jelas, atau perilaku yang tidak
teratur atau mengacau, biasanya tanpa ada kewaspadaan pasien terhadap
inkomprehensibilitas dalam tingkah lakunya. Ada berbagai macam gangguan
psikotik yang sering dijumpai dalam masyarakat, dan skizofrenia merupakan
diagnosa yang paling sering dijumpai1.
2.1 Skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguan mental psikotik yang etiologinya belum
diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam proses pikir, mood, dan
perilaku. Prevalensi seumur hidup sekitar 1%. Prevalensi antara pria dan wanita
sama. Puncak usia dari onset penyakit ini antara 15 dan 35 tahun. Onset sebelum usia
10 tahun atau setelah 45 tahun adalah jarang5,6,7. Skizofrenia secara definisi
merupakan suatu gangguan yang harus terjadi sedikitnya 6 bulan atau lebih,
termasuk sedikitnya selama 1 bulan mengalami waham, halusinasi, pembicaraan
yang kacau, perilaku kacau atau katatonik atau simtom-simtom negatif. Meskipun
tidak dikenali secara formal sebagai bagian darikriteria diagnostik untuk skizofrenia,
sejumlah studi mengsubkategorikan gejala-gejala penyakit ini ke dalam 5 dimensi,
yaitu simptom positif, simptom negatif, simtom kognitif, simptom
agresif/permusuhan, dan simptom depresif/cemas7. Simptom positif tampaknya
merefleksikan suatu ketidaksesuaian dengan fungsi-fungsi yang normal dan secara
tipikal meliputi waham dan halusinasi, ini termasuk bahasa dan komunikasi yang
mengalami distorsi atau berlebih-lebihan (pembicaraan yang kacau) dan juga dalam
memonitor perilaku (perilaku yang kacau atau katatonik atau teragitasi). Simptom
negatif terdiri dari sedikitnya 5 gejala yaitu pendataran afek, alogia, avolisi,
anhedonia, dan hendaya dalam atensi. Simptom kognitif mungkin gambarannya
2
3
dapat bertumpang tindih dengan simptom negatif. Gejala ini secara spesifik termasuk
gangguan pikiran dari skizofrenia dan kadang-kadang penggunaan bahasa yang aneh
termasuk inkoherensia, asosiasi yang longgar, dan neologisme. Hendaya dalam
atensi dan memproses informasi adalah hendaya kognitif spesifik lainnya yang
dihubungkan dengan skizofrenia. Simtom agresif dan permusuhan bisa bertumpang
tindih dengan simtom positif tetapi secara spesifik menekankan pada masalah
mengontrol impuls. Simptom ini meliputi permusuhan yang jelas, seperti perlakuan
yang kasar baik secara verbal atau fisik ataupun sampai melakukan penyerangan.
Beberapa simptom juga termasuk seperti perilaku melukai diri sendiri, bunuh diri,
membakar rumah dengan sengaja atau merusakkan milik orang lain. Tipe lain dari
ketidakmampuan mengontrol impuls seperti sexual acting out, juga termasuk
kedalam kategori simptom agresif dan permusuhan. Simtom depresif dan cemas
sering dihubungkan dengan skizofrenia, tetapi adanya simtom ini bukan berarti
memenuhi kriteria diagnostik untuk komorbid dengan gangguan ansietas atau
gangguan afektif7.
Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) merupakan suatu alat ukur yang
valid untuk menilai beratnya simtom yang dialami pasien skizofrenik dan penilaian
terhadap keluaran terapeutik PANSS mempunyai 30 butir penilaian dengan 3 skala
(skala positif = 7 butir; skala negatif = 7 butir; skala psikopatologi umum= 16 butir).
Masing-masing butir mempunyai rentang nilai dari 1-7 (1= tidak ada; 2 = minimal ;
3 = ringan ; 4 = sedang ; 5 = agak berat ; 6 = berat ; 7 = sangat berat). Total skor
PANSS antara 30-210).6 Selain itu PANSS juga dapat dibagi kedalam 5 komponen,
yaitu:
1. Komponen negatif ( penarikan emosional, penarikan sosial yang pasif /tidak
acuh, kurangnya spontanitas dan arus percakapan, afek tumpul, kemiskinan
rapport, atensi yang buruk, penghindaran sosial secara aktif,retardasi motorik,
gangguan kehendak, mannerisme dan membentuk postur).
2. Komponen positif ( isi pikiran yang tidak biasanya, waham, kebesaran,
kurangnya pertimbangan dan tilikan, perilaku halusinasi).
3. Komponen gaduh gelisah ( gaduh gelisah, pengendalian impuls yang buruk,
ketegangan, permusuhan, ketidakkooperatifan).
4. Komponen depresi ( ansietas, perasaan bersalah, depresi, kekhawatiran
somatik, preokupasi)
4
5. Komponen kognitif dan lain-lain ( kesulitan berpikir abstrak, disorientasi,
disorganisasi konseptual, pemikiran stereotipik)
Gambar 2.1. Gambaran sindrom skizofrenia
2.2 Neuroanatomi
Otak adalah pusat sistem saraf pada vertebrata dan banyak invertebrata
lainnya. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan
fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan
tubuh dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan,
emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya8.
Otak terbentuk dari dua jenis sel: glia dan neuron. Glia berfungsi untuk
menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam
bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensi aksi. Mereka berkomunikasi
dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam
bahan kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter ini dikirimkan pada
celah yang dikenal sebagai sinapsis.8,9
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar
1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak manusia bertanggung
5
jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu
terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya
dipercayai dapat mempengaruhi kognisi manusia. 5,7
Di dalam sistem saraf pusat terdapat dua substansi yang dikenal sebagai
substansi abu-abu (nigra) dan substansi putih (alba). Substansi abu-abu mengandung
badan sel, sedang substansi putih mengandung terutama akson neuronal yang
bermielin. Tiga daerah substansi abu-abu adalah korteks serebral, nucleus serebral
dan serebral kortikal. Hemisfer serebral kanan dan kiri dihubungkan oleh korpus
calosum 9. Berikut gambar yang menunjukkan bagian-bagian otak secara umum.
6
2.3 Aspek Neurobiologi Gejala Negatif Psikotik
Adanya pendekatakan yang sangat potensial mengenai gejala-gejala yang
muncul dan aspek neurobiologinya melalui mekanisme perspektif manipulasi proses
neurobiologi pada hewan percobaan1,2,3. Sayangnya, walaupun sejumlah ahli
mengatakan bahwa gejala ini bisa diobrservasi pada hewan percobaan non-primata,
tidak ada hewan sesuai yang bisa mendeskripsikan gejala-gejala tertentu seperti
halusinasi auditory, delusi gangguan berpikir formal dan gejala-gejala negatif.
Berbeda dengan penyakit lain yang mungkin diobservasi pada hewan percobaa (e.g
Diabetes), gejala utama skizofrenia hanya bisa didapatkan melalui laporan individu
dan komunikasi yang efektif. Tidak ada gejala utama yang bisa dipelajari dari hewan
percobaan1,4. Keterbatasan fundamental ini membatasi kemampuan kita untuk
memdapatkan bukti ilmiah yang menjelaskan tentang dasar dari neurobiologi gejala-
gejala tertentu. Namun demikian ada beberapa hasil hipotesis yang telah dijadikan
dasar dari penyakit dan gejala yang ditimbulkan..3
Dalam berbagai tinjauan penelitian berbasis imunoneuropatobiologis
menunjukkan bahwa Neurotransmiter berperanan sangat penting dalam gangguan
perilaku dan gangguan psikiatrik. Neurotransmiter yang berpengaruh pada terjadinya
gangguan perilaku dan pskiatrik diantaranya adalah dopamin, norepinefrin,
serotonin, GABA, glutamat dan asetilkolin. Selain itu, penelitian-penelitian juga
menunjukksan adanya kelompok neurotransmiter lain yang berperan penting pada
timbulnya mania, yaitu golongan neuropeptida, termasuk endorfin, somatostatin,
vasopresin dan oksitosin. Diketahui bahwa neurotransmiter-neurotransmiter ini,
dalam beberapa cara, tidak seimbang (unbalanced) pada otak individu mania
dibanding otak individu normal. GABA diketahui menurun kadarnya dalam darah
dan cairan spinal pada pasien mania. Norepinefrin meningkat kadarnya pada celah
sinaptik, tapi dengan serotonin normal. Dopamin juga meningkat kadarnya pada
celah sinaptik, menimbulkan hiperaktivitas dan asgresivitas mania, seperti juga pada
skizofrenia. Antidepresan trisiklik dan MAO inhibitor yang meningkatkan epinefrin
bisa merangsang timbulnya mania, dan antipsikotik yang mem-blok reseptor
dopamin yang menurunkan kadar dopamin bisa memperbaiki mania, seperti juga
pada skizofrenia.5
Otak menggunakan sejumlah senyawa neurokimiawi sebagai pembawa pesan
untuk komunikasi berbagai beagian di otak dan sistem syaraf. Senyawa
7
neurokimiawi ini, dikenal sebagai neurotransmiter, sangat esensial bagi semua fungsi
otak. Sebagai pembawa pesan, mereka datang dari satu tempat dan pergi ke tempat
lain untuk menyampaikan pesan-pesannya. Bila satu sel syaraf (neuron) berakhir, di
dekatnya ada neuron lainnya. Satu neuron mengirimkan pesan dengan mengeluarkan
neurotrasmiter menuju ke dendrit neuron di dekatnya melalui celah sinaptik,
ditangkap reseptor-reseptor pada celah sinaptik tersebut.8,9
Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di
antara neuron. Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan
bertepatan dengan datangnya potensial aksi. Neurotransmitter dalam bentuk zat
kimia bekerja sebagai penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan
pengendalian fungsi tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan neurotransmiter
merupakan bahasa yang digunakan neuron di otak dalam berkomunikasi.
Neurotransmiter muncul ketika ada pesan yang harus di sampaikan ke bagian-bagian
lain.Seluruh aktivitas kehidupan manusia yang berkenaan dengan otak di atur
melalui tiga cara, yaitu sinyal listrik pada neuron, zat kimiawi yang di sebut
neurotransmitter dan hormon yang dilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh
aktivitas di otak memanfaatkan neurotransmitter.9
Beberapa neurotransmiter utama, antara lain:
Asam amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GABA, glisina
Monoamina: dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin,
melatonin
Bentuk lain: asetilkolina, adenosina, anandamida, dll.
Puluhan jenis neurotransmiter yang telah teridentifikasi dibentuk melalui
asupan yang berbeda. Bahan dasar pembentuk neurotransmiter adalah asam amino.
Asam amino merupakan salah satu nutrisi otak terpenting, yang berfungsi
meningkatkan kewaspadaan, mengurangi kesalahan, dan memacu kegesitan
pikiran.5,7
Banyak teori yang mengemukakan tentang berbagai etiologi skizofrenia.
Namun, penyakit ini tidak hanya disebabkan oleh satu etiologi melainkan gabungan
antara berbagai faktor yang dapat mendorong munculnya gejala mulai dari
faktor biologis maupun psikososial. Satu faktor mungkin muncul sebagai faktor
predisposisi dan mungkin juga onset belum bermula. Namun, dengan adanya faktor
8
lain sebagai presipitasi, gejala dapat muncul sebagai manifestasi dari penyakit
tersebut, dan dapat juga semakin berat dengan dukungan dari faktor yang lain.
Tidak ada jalur etiologi tunggal yang telah diketahui menjadi penyebab
skizofrenia. Penyakit ini mungkin mewakili sekelompok heterogen gangguan
yang mempunyai gejala-gejala serupa. Secara genetik, sekurang-kurangnya
beberapa individu penderita skizofrenia mempunyai kerentanan genetik herediter.
Penelitian Computed Tomography (CT) otak dan penelitian post mortem
mengungkapkan perbedaan-perbedaan otak penderita skizofrenia dari otak normal
walau pun belum ditemukan pola yang konsisten. Penelitian aliran darah,
glukografi, dan Brain Electrical Activity Mapping (BEAM) mengungkapkan
turunnya aktivitas lobus frontal pada beberapa individu penderita skizofrenia.
Status hiperdopaminergik yang khas untuk traktus mesolimbik (area tegmentalis
ventralis di otak tengah ke berbagai struktur limbic) menjadi penjelasan
patofisiologis yang paling luas diterima untuk skizofrenia. Faktor predisposisi
meliputi biologis, psikologis, dan sosiokutural dan lingkungan. Faktor biologis
dari skizofrenia meliputi berbagai gangguan dalam fungsi dan anatomi otak,
neurotransmitter, maupun faktor genetik. Perkembangan teknologi berbagai
pencitraan otak telah mengungkap gangguan pada anatomi otak penderita
skizofrenia. Dari pencitraan Computed Tomograph (CT) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI) ditemukan adanya pengecilan volume otak pada
pasien skizofrenia dan atrofi lobus frontal, cerebelum, dan limbik. Sedangkan
pencitraan melalui Positron Emission Tomography (PET) menunjukkan
penurunan aliran darah ke lobus frontal yang menyebabkan gangguan pada
perhatian, perencanaan, dan pembuatan keputusan. Selain itu, gangguan pada sistem
limbik yang secara normal berfungsi untuk mengendalikan emosi, dan juga
gangguan pada ganglia basalis mengakibatkan gangguan atau keanehan pada
pergerakan termasuk gaya berjalan, ekspresi wajah facial grimacing, termasuk
gangguan gerakan diskinesia tardive yang merupakan efek samping
pengobatan.Ketidakseimbangan yang terjadi pada neurotransmiter juga
diidentifikasi sebagai penyebab skizofrenia5. Ketidakseimbangan terjadi antara lain
pada dopamin yang mengalami peningkatan dalam aktivitasnya. Selain itu, terjadi
juga penurunan pada serotonin, norepinefrin, dan asam amio gamma-
aminobutyric acid (GABA) yang pada akhirnya juga mengakibatkan
peningkatkan dopaminergik. Terdapat empat fungsi dopamin dalam otak:
9
a. Mesokortikal: menginervasi lobus frontal dan berfungsi pada insight,
penilaian, kesadaran sosial, menahan diri, dan aktifitas kognisi tingkat tinggi.
Gangguan pada fugsi ini mengakibatkan gejala negatif;
b. Mesolimbik: menginervasi sistem limbik dan fungsinya berhubungan
dengan memori, indera pembau, efek viseral automatis, dan perilaku emosional.
Gangguan pada fungsi ini mengakibatkan gejala positif;
c. Tuberoinfundibular: organisasi dalam hipotalamus dan memproyeksikan pada
pituitari. Fungsi dopamin disini mengambil andil dalam fungsi endokrin,
menimbulkan rasa lapar, haus, fungsi metabolisme, kontrol temperatur,
pencernaan, gairah seksual, dan ritme sirkardian. Obat- obat antipsikotik
mempunyai efek samping pada fungsi ini dimana terdapat gangguan
endokrin.
d. Nigrostriatal: berfungsi menginervasi sistem motorik dan ekstrapiramidal. Obat-
obatan antipsikotik juga mempengaruhi fungsi ini yaitu gangguan pada
pergerakan.5
10
2.4 Lobus Frontalis dan Gejala Negatif
Korteks frontalis, khususnya area prafrontalis, membesar secara khusus pada
manusia dibandingkan dengan spesies lain. Karena kekhususan inilah lobus frontalis
mendapatkan perhatian khusus dari para peneliti gangguan otak manusia, seperti
pada skizofrenia dan gangguan mood.
Jalur dari dan ke lobus frontalis adalah banyak dan kompleks, tetapi satu
kelompok jalur yang menghubungkan area prafrontalis dan nucleus mediodorsal dari
thalamus mempunyai kaitan dengan gangguan psikiatrik. Daerah magnoselular dari
nucleus talamik menonjol ke luar ke aspek orbital dan medial dari area prafrontalis;
daerah parviselular menonjol ke luar ke area dorsolateral. Lesi yang mengenai jalur
magnoselular menyebabkan hiperkinesis, euphoria dan perilaku yang tidak sesuai,
kadang-kadang disebut sebagai sindroma psedopsikopatik. Lesi yang mengenai jalur
parviselular menyebabkan hipokinesis, apati dan gangguan kognisi, kadang-kadang
11
disebut sindroma peusudodepresi. Gejala tambahan dapat berupa dandanan yang
buruk, retardasi psikomotor, penurunan perhatian, kekerasan motorik, kesulitan
perubahan mental, dan kemampuan abstrak yang buruk. Banyak dari gejala tersebut
mirip dengan yang terlihat dalam gejala negatif skizofrenia.5
Tabel 2.1
Efek Gangguan Lobus Frontalis5
Perubahan aktivitas motorik
Tidak adanya spontanitas
Penurunan kecepatan dan jumlah aktivitas mental dan fisik
Mutisme Akinetik
Gangguan intelektual
Konsentrasi yang buruk
Ketidakmampuan melakukan rencana
Defisit daya perhatian
Gangguan mengurutkan tugas
Perlambatan proses mental
Perubahan kepribadian
Flasiditas
Tidak adanya perhatian terhadap akibat tindakan
Ketidakacuhan social, khususnya mandi, berpakaian, control usus dan kandung
kemih
Kegembiraan kekanak-kanakan (moria)
Gurauan, kata-kata yang tidak sesuai (witzelsucht)
Emosi yang tidak stabil dan superficial
Disfungsi bahasa
Afasia Broca
Mutisme
Lobus frontalis juga merupakan area yang dilalui oleh jaras mesokortikal
yang merupakan jaras dopaminergik penyebab gejala negatif yang paling
banyak.
BAB IIIKESIMPULAN
Gejala-gejala psikotik baik gejala positif maupun negatif diyakini memimiliki
hubungan erat dengan genetic, struktur otak dan neurotransmitter yang terjadi di
dalamnya. Penelitian berbasis imunoneuropatobiologis menunjukkan bahwa
Neurotransmiter berperanan sangat penting dalam gangguan perilaku dan gangguan
psikiatrik. Neurotransmiter yang berpengaruh pada terjadinya gangguan perilaku dan
pskiatrik diantaranya adalah dopamin, norepinefrin, serotonin, GABA, glutamat dan
asetilkolin
Gejala negatif diantaranya penarikan emosional, penarikan sosial yang pasif
tidak acuh, kurangnya spontanitas dan arus percakapan, afek tumpul, kemiskinan
rapport, atensi yang buruk, penghindaran sosial secara aktif,retardasi motorik,
gangguan kehendak, mannerisme dan membentuk postur.
Faktor yang paling dominan dalam kemunculan gejala negatif adalah jalur
Mesokortikal yaitu yang menginervasi lobus frontal dan berfungsi pada insight,
penilaian, kesadaran sosial, menahan diri, dan aktifitas kognisi tingkat tinggi.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Howes, Fusar P, Bloomfield, S Selvaraj, Mguire. From the prodorm to chronic schizophrenia: The neurobiology underlying psychotic symptoms and cognitive impairment . Europe PMC Funders Group, UK. 2012 18(4): 459–465.
2. Peter Pregelj. Psychosis and depression. A neurological view. Medicinka Nakladu, Zagreb, Croatia. 2009. Vol 21:102-105
3. Stephen JW, Murat Y, Christos P, Michael B. Neurobiology of Schizophrenia spectrum disorders. May 2009. Vol 38:5
4. MJ Keshavan, Gregor B, Robert B, Stephen J, Christos P. Neurobiology of early psychosis. British Journal of Psychiatry. 2005. 187 (suppl. 4 8), s8^ s18
5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi ke-2.Cetakan 2010. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010
6. Maramis, W.E. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Erlangga University Press. Surabaya. 2005.
7. Saddock BJ, Saddock VA. Schizophrenia In:Kaplan & Saddock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. New York: Lippicontt Williams & Wilkins. 2007.
8. Hendelman, W. Atlas of Functional Neuroanatomy. Second Edition. Taylor Francis Group. 2006.
9. Kiernan, JA. Basic Functional Neuroanatomy. Unversity of Western Ontario, Canada. 2009
10. Steiger H, Bruce KR, Groleau P. Neural circuits, neurotransmitters, and behavior: serotonin and temperament in bulimic syndromes. Curr Top Behav Neurosci. 2011;6:125-38.
13