Referat Hidrokel v hernia.doc

23
REFERAT PERBEDAAN HERNIA SKROTALIS DAN HIDROKEL SERTA PENANGANANNYA Penyusun: Reza Suryapandu N 030.07.216 Pembimbing: dr. H. Bambang H. Sigit, Sp. A KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA PERIODE 18 JUNI 2012 – 25 AGUSTUS 2012 JAKARTA 1

Transcript of Referat Hidrokel v hernia.doc

REFERAT

PERBEDAAN HERNIA SKROTALIS DAN HIDROKEL

SERTA PENANGANANNYA

Penyusun:

Reza Suryapandu N 030.07.216

Pembimbing:

dr. H. Bambang H. Sigit, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA

PERIODE 18 JUNI 2012 – 25 AGUSTUS 2012

JAKARTA

2012

1

PENDAHULUAN

Pada masa perkembangan embrional, testis awalnya berlokasi di dalam rongga

peritoneum. Saat testis turun melalui kanalis inguinalis untuk masuk ke dalam scrotum,

terdapat pula perpanjangan dari peritoneum yang berbentuk seperti kantung yang disebut

prosesus vaginalis. Setelah testis turun ke dalam skrotum, prosesus vaginalis akan mengalami

obliterasi dan menjadi semacam suatu tali fibrosa tanpa lumen. Ujung distal dari prosesus

vaginalis tetap bertahan menjadi suatu membran yang mengelilingi testis yang disebut tunika

vaginalis. Jika terdapat prosesus vaginalis yang tetap terbuka (prosesus vaginalis paten) maka

akan terdapat hubungan antara rongga peritoneum dengan regio inguinal dan skrotum. Jika

ukuran prosesus vaginalis paten kecil, maka hanya cairan saja yang dapat melewatinya,

sehingga terbentuk hidrokel. Jika ukurannya cukup besar, maka usus, omentum, dan isi

rongga peritoneum lain dapat masuk, sehingga terbentuk hernia.

Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut sehubungan dengan penanganan yang

dilakukan untuk kemudian mengurangi komplikasi yang dapat terjadi.

2

PERBEDAAN HERNIA SKROTALIS DAN HIDROKEL SERTA

PENANGANANNYA

A. HERNIA SKROTALIS

DEFINISI

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia terdiri atas: 1. Kantong

hernia; pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. 2. Isi hernia; organ atau

jaringan yang keluar melalui kantong hernia. 3. Locus Minoris Resistance 4. Cincin

hernia; merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.

5.Leher hernia; bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.

Pembagian hernia berdasarkan proses terjadinya yaitu hernia kongenital atau bawaan

dan hernia yang didapat atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya

diafragma, inguinal, umbilikal, femoral, dan sebagainya. Menurut sifatnya, hernia

dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernia keluar jika

berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada

keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantung hernia tidak dapat

dikembalikan ke dalam rongga disebut hernia irreponibel.

Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui

sebuah defek pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis

adalah saluran yang berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis

dari perut kedalam skrotum sesaat sebelum bayi dilahirkan. Sedangkan hernia

skrotalis adalah lanjutan dari hernia inguinalis, yaitu penonjolan isi perut hingga

masuk ke dalam skrotum.

Kanalis inguinalis merupakan daerah yang dibatasi oleh anulus inguinalis

internus, yang merupakan bagian terbuka dari fasia tranversalis dan aponeurosis

m.transversus abdominis, di bagian kraniolateral. Di medial bawah, diatas tuberkulum

pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari

aponurosis m.oblikus abdominis eksternus. Atapnya adalah aponeurosis m. oblikus

abdominis eksternus, dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali

sperma pada pria, dan ligamentum rotundum pada wanita.

ETIOLOGI

Hernia skrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab

yang didapat (akuisita). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia, lebih banyak pada

3

pria ketimbang pada wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan

pintu masuk hernia pada anulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat

dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan pula faktor yang dapat

mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.

Pada masa perkembangan embrional, testis awalnya berlokasi di dalam rongga

peritoneum. Saat testis turun melalui kanalis inguinalis untuk masuk ke dalam

scrotum, terdapat pula perpanjangan dari peritoneum yang berbentuk seperti kantung

yang disebut prosesus vaginalis. Setelah testis turun ke dalam skrotum, prosesus

vaginalis akan mengalami obliterasi dan menjadi semacam suatu tali fibrosa tanpa

lumen. Ujung distal dari prosesus vaginalis tetap bertahan menjadi suatu membran

yang mengelilingi testis yang disebut tunika vaginalis. Jika terdapat prosesus

vaginalis yang tetap terbuka (prosesus vaginalis paten) maka akan terdapat hubungan

antara rongga peritoneum dengan regio inguinal dan skrotum. Jika ukuran prosesus

vaginalis paten kecil, maka hanya cairan saja yang dapat melewatinya, sehingga

terbentuk hidrokel komunikantes. Jika ukurannya cukup besar, maka usus, omentum,

dan isi rongga peritoneum lain dapat masuk, sehingga terbentuk hernia.

Pada orang sehat, terdapat tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya

hernia skrotalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.

Oblikus abdominis internus yang menutup anulus inguinalis internus ketika

berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutup trigonum

Hesselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini

dapat menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah

adanya prosessus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan didalam rongga perut,

dan kelemahan otot dinding perut karena usia.

Pada neonatus kurang lebih 90% prosessus vaginalis tetap terbuka sedangkan

pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosessus vaginalis belum tertutup. Tetapi

kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. Tidak sampai 10% anak dengan

prosessus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak,

dapat dijumpai prosessus veginalis paten kontralateral, tetapi insiden hernia tidak

melebihi 20%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa adanya prosessus vaginalis

yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tapi diperlukan

faktor lain seperti anulus inguinalis yang cukup besar.

Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,

konstipasi dan asites sering disertai hernia skrotalis. Insiden hernia meningkat dengan

4

bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan

tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam

keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut

kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis

berjalan lebih vertikal, sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis

inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat

mencegah masuknya usus kedalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut

antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioskrotalis dan n.iliofemoralis setelah

apendektomi.

DIAGNOSIS

Diagnosis hernia ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik. Gejala

dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Sebagian besar

hernia adalah asimtomatik, dan kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin

dengan palpasi benjolan pada annulus inguinalis superfisialis. Pada hernia reponibel

keluhan satu-satunya adalah benjolan di lipatan paha yang muncul pada waktu berdiri,

batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Dengan berlalunya

waktu, sejumlah hernia turun ke dalam skrotum sehingga skrotum membesar.

Omentum yang terperangkap di dalam kantung hernia dapat menyebabkan gejala

nyeri abdomen yang kronis. Nyeri hebat yang disertai mual atau muntah baru timbul

kalau sudah terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau

gangren.

Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi

saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai

penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas kemedial bawah.

Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai

gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaaan

sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar

ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya, pada palpasi

mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk

atau jari kelingking pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan

menonjolkan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan

apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada

waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau

5

hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari

yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan transiluminasi dapat digunakan untuk membedakan hidrokel

dengan hernia. Bising usus pada auskultasi skrotum akan semakin mengarah pada

hernia.

TATALAKSANA

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah

direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada

pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi

hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya k earah cincin

hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak

inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih

sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan

dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis

dibandingkan dengan orang dewasa. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak

dengan pemberian sedatif dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini

berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak

berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah

direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup.

Cara ini tidak dianjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit

dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap

mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan

pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis.

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis

yang rasional, untuk mencegah inkarserasi kemudian, obstruksi usus dan infark usus.

Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Pada tahun 1889, Bassini

pertama melaporkan hasil yang terus-menerus berhasil dengan perbaikan bedah pada

hernia inguinalis. Bassini menggunakan prosedur cermat dengan ligasi tinggi kantong

hernia dan pendekatan anatomi cermat bagi conjoined fascia dari muskulus oblikus

internus dan transverses abdominis ke ligamentum inguinal (poupart). Halsted, yang

tidak menyadari penemuan Bassini sejak dipublikasi dalam jurnal Italia yang tak

6

terkenal, secara bebas menggambarkan tindakan serupa pada tahun 1889. Tindakan

Halsted juga terdiri dari penjahitan fasia oblikus internus dan transverses abdominis

ke ligamentum inguinale. Dalam tidakan pertamanya, halsted mentransplantasi

funikulus spermatikus diatas penutupan fasia oblikus eksternus (Halsted I). Kemudian

Halsted melakukan tindakan yang sama, tetapi memungkinkan funikulus spermatikus

tetap dalam posisi normalnya dibawah fasia oblikus eksternus (Halsted II). Tindakan

Bassini dan Halsted menampilkan kemajuan besar dan zaman penatalaksanaan bedah

yang luas dari hernia inguinalis dimulai.

Sejak karya peloporan ini, sejumlah variasi tehnik telah diperkenalkan

bersama dengan konsep baru, dalam usaha menurunkan angka kekambuhan yang

telah rendah. McVay mempopularisasikan tehnik perapatan conjoint tendonmuskulus

oblikus internus dan rektus abdominis ke ligamentum cooper, suatu operasi yang pada

mulanya digambarkan oleh Lotheissen pada tahun 1889. Shouldice mengenalkan

konsep membuka lantai inguinalis dan mengimbrikasi fasia transversalis dengan

tehnik jahitan kontinyu. Saat ini operasi yang diuraikan oleh pelopor ini terutama

digunakan dalam mengoreksi hernia.

Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada

herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong

dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong

hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus

dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting

artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal

berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus dangan

jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan

pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang

dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut

metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus

internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Metode McVay

dapat digunakan pada kasus hernia inguinalis indirek yang besar. Untuk hernia

inguinalis direk, khususnya yang berukuran besar dan berulang, metode McVay

umumnya lebih disukai.

Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian

bahan sintesis nonabsorbable sepertimersilene, prolene mesh atau marleks untuk

7

menutup defek. Tubuh akan membentuk jaringan granulasi di sekitar mesh yang

dianggap tubuh sebagai benda asing, kemudian membentuk jaringan parut dan

menciptakan barier tanpa tegangan (tension-free barrier) yang solid sehingga

mencegah hernia kambuh kembali.

KOMPLIKASI

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi

hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel. Ini dapat terjadi

kalau hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ektraperitoneal (hernia

geser) atau hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.

Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia

strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat

terjadi total atau parsial seperti pada hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang

elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih

sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen

usus terperangkap didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam

rongga peritoneum seperti hurup W.

Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada

permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam

hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan

pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringa

terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa

cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang

akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan

dengan rongga perut.

Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan

gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam

basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi maka dapat terjadi

gangguan toksik akibat gangren, dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat

serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia, nyeri akan menetap

karena rangsangan peritoneum. Pada pemeriksaan lokal yang ditemukan benjolan

yang tidak dapat dimasukkan lagi, disertai nyeri tekan dan tergantung keadaaan isi

hernia dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata dapat

8

menyebabkan perforasi, peritonitis, sepsis hingga kematian, sehingga merupakan

keadaan gawat darurat dan perlu mendapat pertolongan segera.

Komplikasi operasi hernia antara lain infertilitas akibat cedera pada vas

deferens, atrofi testis akibat cedera pada pembuluh darah testis saat operasi,

kriptorchidis sekunder akibat pembentukan jaringan parut berlebihan paska operasi,

dan rekurensi hernia.

B. HIDROKEL

DEFINISI

Hidrokel adalah kumpulan cairan serosa yang berkembang di antara lapisan

visera dan parietalis tunika vaginalis. . Dalam keadaan normal, cairan yang berada di

dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan

reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.

KLASIFIKASI

Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya

yaitu:

1. Hidrokel primer

Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis.

Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang

melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini

tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan

cairan dalam tunika akan diabsorpsi.

2. Hidrokel sekunder

Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu

masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat

disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang

atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis

menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang

keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.

Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis :

1. Hidrokel testis

Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat

diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang

hari.

9

2. Hidrokel Funikulus

Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak disebelah cranial dari

testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada diluar kantong

hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.

3. Hidrokel Komunikan

Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum

sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis

kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak

menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat

dimasukkan kedalam rongga abdomen

ETIOLOGI

Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena :

1. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan

peritoneum ke prosesus vaginalis atau

2. Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan

reabsorbsi cairan hidrokel.

10

3. Pada bayi laki-laki hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia

kehamilan 28 minggu ,testis turun dari rongga perut bayi kedalam skrotum,

dimana setiap testis ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang

mengelilingi testis tersebut.

PATOFISIOLOGI

Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun

ketidaksempurnaan dari prosessus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya

rongga peritoneumm dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga

antara tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya

cairan yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Cairan yanng seharusnya

seimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi

pada penyakit ini, telah terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan

terjadilah penimbunan di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-

menerus, mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus

spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh

darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut.

Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus, juga

dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada undensensus

testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun pertama, umumnya

tidak memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak disertai hernia inguinalis.

Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling

berhubungan sepanjang processus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih

besar dan kencang pada sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam kantong

sewaktu anak dalam posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya

setelah anak tidur semalaman.

MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang

tertimbun. Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan-akan sedikit

membesar dan teraba lunak. Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar

dan agak tegang. Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak

nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan

konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya

transiluminasi.

11

Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa

macam hidrokel, yaitu

1. Hidrokel testis

Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga

testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah

sepanjang hari.

2. Hidrokel funikulus

Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di

sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar

kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang

hari.

3. Hidrokel komunikan.

Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan

rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum.

Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah

besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis

dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen. Pembagian ini penting karena

berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan

koreksi hidrokel

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Transilumisasi Scrotum

Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat translusen, terlihat

benjolan terang dengan masa gelap oval dari bayangan testis.

2. USG

Pemeriksan USG dapat dipertimbangkan apabila hasil pemeriksaan

transiluminasi tidak jelas yang disebabkan oleh tebalnya kulit skrotum pasien.

Dengan hasil USG berwarna keabu-abuan.

TATALAKSANA

Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru dilakukan

jika penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman atau jika

hidrokelnya sedemikian besar sehingga mengancam aliran darah ke testis.

Pengobatannya bisa berupa aspirasi (pengisapan cairan) dengan bantuan sebuah jarum

atau pembedahan. Tetapi jika dilakukan aspirasi, kemungkinan besar hidrokel akan

berulang dan bisa terjadi infeksi. Setelah dilakukan aspirasi, bisa disuntikkan zat

12

sklerotik tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau urea) untuk menyumbat/menutup

lubang di kantung skrotum sehingga cairan tidak akan tertimbun kembali. Hidrokel

yang berhubungan dengan hernia inguinalis harus diatasi dengan pembedahan

sesegera mungkin. Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia

1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh

sendiri, tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan

untuk dilakukan koreksi.

Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah :

1. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah,

2. Indikasi kosmetik

3. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam

melakukan aktivitasnya sehari-hari.

Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa

dilakukan anestesi umum ataupun regional (spinal).

KOMPLIKASI

1. Hematom pada jaringan skrotum yang kendor

2. Kalau tidak ditangani segera, penumpukan cairan ini bisa mengganggu

kesuburan dan fungsi seksualnya.

3. Infeksi testis.

13

KESIMPULAN

Hidrokel dan hernia skrotalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan pada

daerah testis dengan perbedaan utama berupa benjolan pada hernia teraba sebagai

massa dan lebih sering nyeri. Dengan melakukan tes transiluminasi, hidrokel

memberikan hasil tes yang positif sedangkan pada hernia inguinalis hasil tes negatif.

Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut sehubungan dengan penanganan yang

dilakukan untuk kemudian mengurangi komplikasi yang dapat terjadi.

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. & de Jong, Wim, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta,

Penerbit Buku Kedokteran EGC

2. Kortz, Warren J. & Sabiston, David C., 1994. Sabiston Buku Ajar Bedah. Jakarta,

Penerbit Buku Kedokteran EGC

3. Bax, Tim et al, 1999. Surgical Options in the Management of Groin Hernias.

Retrieved from :http://www.aafp.org/afp/990101ap/143.html. Accessed

on : July 16th, 2012.

4. Desarda, Mohan P., 2003. Surgical Physiology of Inguinal Hernia Repair.

Retrieved from :http://www.biomedcentral.com/1471-2482/3/2. Accessed

on : July 16th, 2012.

5. Nicks, Bret A. & Askew, Kim, 2009. Hernias. Retrieved

from : http://emedicine.medscape.com/article/775630-followup. Accessed

on : July 17th, 2012.

6. Ortenberg, Joseph, 2009. Hydrocele and Hernia in Children. Retrieved

from :http://emedicine.medscape.com/article/1015147-followup. Accessed

on : July 17th, 2012.

7. Anonym. Inguinal hernia. http://en.wikipedia.org. Accessed on : July 17th, 2012.

8. Anonym. Inguinal hernia. http;//www.mayoclinic.com Accessed on : July 17th,

2012.

9. Anonym. What is an inguinal hernia. http;//health.yahoo.com. Accessed

on : July 17th, 2012.

10. Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih Bahasa: Lukmanto P, Maulany R.F,

Tambajong J. Jakarta: EGC, 1995. Pp. 276-8

15