PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

44

Transcript of PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

Page 1: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id
Page 2: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

PROYEK PERUBAHAN

PENGUATAN PENDAMPING PEMBANGUNAN

DALAM RANGKA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : DR. VIVI YULASWATI MSC.

NDH : 14

INSTANSI : KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

NASIONAL/BADAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN NASIONAL

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

PROGRAM DIKLATPIM TINGKAT I ANGKATAN XLIV

JAKARTA, JULI 2020

Page 3: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho dan rahmatnya Laporan

Proyek Perubahan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Akhir Proyek

Perubahan berjudul “Penguatan Pendamping Pembangunan Dalam Rangka Meningkatkan

Efektifitas Penanggulangan Kemiskinan” ini disusun sebagai salah satu syarat memenuhi

kewajiban kurikuler dalam mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan

Tingkat I Angkatan XLIV, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI) pada

Bulan Februari sampai dengan Juli 2020.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Bapak Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bapak Sekretaris Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/Sekretaris Utama Bappenas, dan jajaran unit teknis terkait di

Bappenas yang terlibat dan mendukung pelaksanaan proyek perubahan ini. Terima kasih yang

tak terhingga juga diperuntukkan bagi Bapak Dirjen dan Deputi terkait di Kemenko PMK,

Kemensos, Kemenkop dan UKM, Kemendes PDTT, dan Kemenaker yang bersama-sama

terlibat dalam proses penyusunan Kerangka Kualifikasi Kompetensi Pendamping

Pembangunan. Tak lupa kami sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para

pengajar PKN I, khususnya kepada Bapak Dr. PM. Marpaung, MSc. selaku Coach, yang

memberikan berbagai masukan sangat berarti dan konstruktif bagi Proyek Perubahan ini. Tak

lupa kami sampaikan permohonan maaf bila terdapat kekhilafan maupun kekurangan selama

PKN I dan pelaksanaan Proyek Perubahan serta penulisan laporan ini.

Disadari bahwa Proyek Perubahan ini masih belum tuntas dan perlu terus disempurnakan.

Untuk itu, masukan perbaikan sangat diperlukan untuk mengembangkan Sistem Penguatan

Pendamping Pembangunan yang komprehensif. Semoga upaya ini membawa manfaat bagi

percepatan penanggulangan kemiskinan dan peningkatan daya saing SDM Indonesia.

Jakarta, Juli 2020

Vivi Yulaswati

i

Page 4: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

ABSTRAKSI

Berkembangnya program pembangunan yang menggunakan pendekatan

partisipatoris membuka ruang bagi keberadaan profesi pendamping. Untuk itu, suatu standar

kualifikasi dan kompetensi bagi seluruh pendamping pembangunan yang berlaku secara

nasional sangat dibutuhkan. Standar ini diharapkan bisa menjadi acuan kompetensi bagi

semua pendamping dari berbagai program. Dengan adanya standar tersebut, kompetensi

pendamping terjamin baik dan pada gilirannya pelaksanaan program akan mencapai

tujuannya secara maksimal.

Gagasan proyek perubahan mengenai Sistem Penguatan Pendampingan disusun

berdasarkan kondisi di lapangan yang sangat membutuhkan adanya pembenahan. Sebagai

lembaga perancang program-program pembangunan, Kementerian PPN/Bappenas

berkepentingan memastikan bahwa program-program tersebut dapat efektif

diimplementasikan untuk pencapaian sasaran dan tujuan yang ditetapkan.

Proyek Perubahan ini menghasilkan input kebijakan peningkatan daya saing SDM,

khususnya pendamping pembangunan, dan tata kelola kebijakan terkait, mencakup: 1)

tersusunnya Kerangka Kualifikasi Kompetensi Pendamping Pembangunan secara nasional

yang akan menjadi rujukan bagi program-program di berbagai K/L; 2) Penyempurnaan

program-program pendidikan dan pelatihan bagi pendamping berbasis kompetensi, sehingga

kinerjanya dapat terukur; 3) tersusunnya standar sertifikasi; dan 4) terbangunnya sistem

pendukung, yang mencakup regulasi, sistem rekognisi termasuk jenjang karir dan

rekognisinya, dan berkembangan data, informasi, serta pengelolaan pengetahuan

pendampingan berbasis lokal (knowledge management) sebagai rujukan dan pembelajaran

penanganan penurunan kemiskinan di berbagai daerah.

Masukan yang konstruktif masih sangat diperlukan agar proyek prubahan ini betul-betul

dapat diterapkan dan membawa manfaat bagi meningkatnya daya saing SDM Indonesia ke

depan.

ii

Page 5: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………..................... i Abstraksi ………………………………………………………....................................... ii Daftar Isi …………………………………………………………………………………………… iii Daftar Gambar ………………………………………………………………………………….. iv Daftar Lampiran ………………………………………………………………………………… v

BAB I. PENDAHULUAN ………………………….…………………..………………………. 1

1.1. Latar Belakang …………………..…………………………………………. 1 1.2.

1.3. Tujuan Proyek Perubahan …….……………………………………… Analisis Permasalahan ....……….………………………………………

6 6

1.4. Manfaat Proyek Perubahan ..………………………………………… 7 BAB II. GAGASAN PROYEK PERUBAHAN ……………………….……......…………..

9

2.1. 2.2.

Output Kunci Pentahapan Proyek Perubahan …..…………………………………

9 10

2.3. Tata Kelola Proyek Perubahan ………………………………………..

12

BAB III. IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN …….……………………………… 14 3.1. Pelaksanaan Kegiatan ……………………………............................. 14 3.2.

3.3. Peta Sumber Daya ……………………………………………………………. Potensi Pengembangan Sumber Daya ………………………………

24 26

3.4. Strategi Komunikasi …………….……………………..……………………. 27 3.5.

3.6. Risiko, Kendala dan Upaya Mengatasinya …………………..……. Faktor Kunci Keberhasilan ………………………………………………..

28 30

BAB IV. PE N U T U P ………………………………………………………………………….

31 26

4.1. Kesimpulan ……………………………………………....................... 31 4.2

4.3 Rekomendasi ……………………………………………………………….. Lesson learned Kepemimpinan ……………………………………..

32 32

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

iii

Page 6: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ragam Pendamping Antar Program ……………………….………........... 2

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Pendamping Desa dan Pendamping PKH 3

Gambar 3. Perkembangan Anggaran Pendamping Pembangunan …………..…. 3

Gambar 4. Perkembangan Penurunan Kemiskinan, 1998 – 2019 ………………… 4

Gambar 5. Output Kunci Sistem Penguatan Pendamping Pembangunan ……. 10

Gambar 6. Proses Kaji Cepat Pengembangan Sistem Penguatan Pendamping

Pembangunan …………………………………………………………………………….

17

Gambar 7.

Gambar 8.

Gambar 9.

Gambar 10.

Gambar 11.

Gambar 12.

Gambar 13.

Gambar 14.

Persandingan Jenjang Kualifikasi Pendamping Pembangunan .…...

Jenjang dan Peran Pendamping Pembangunan ………………..……..…

Kerangka Kompetensi Pendamping ………….…………………………………

Review Peta Okupasi Bidang Kesejahteraan Sosial ….………………….

Review Peta Remunerasi Pendamping ..………………………………………

Proses Harmonisasi Kualifikasi Pendampingn Pembangunan ....…

Peta Sumber daya dan Perubahannya ..……………..………..…………….

Risiko, Kendala dan Upaya Mengatasinya …………………………….……

19

20

21

22

23

23

26

30

iv

Page 7: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Keputusan Menteri PPN/Kepala Bappenas No. Kep. 54/M.PPN/HK 2020

tentang Tim Koordinasi Strategis Penguatn Pendamping Pembangunan

Dalam Rangka Percepatan Pencapaian Pembangunan.

Lampiran 2: Draft Kerangka Kualifikasi Kompetensi Pendamping Pembangunan

Lampiran 3: Surat undangan dan bahan-bahan pembahasan.

v

Page 8: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

LEMBAR PENGESAHAN PROYEK PERUBAHAN (LPP)

PENGUATAN PENDAMPING PEMBANGUNAN

DALAM RANGKA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : DR. VIVI YULASWATI MSC.

NDH : 14

INSTANSI : KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

NASIONAL/BADAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN NASIONAL

COACH, MENTOR,

Dr. PM. Marpaung, MSc Dr. Himawan Hariyoga, MSc

NIP. 196005301987031001 NIP. 196311181988011001

NARASUMBER,

Dr. Agus Sudrajat, MA. NIP. 196708041990031001

Page 9: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

1

1.1. LATAR BELAKANG

Berpedoman pada Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia

Tahun 2020-2024 untuk mewujudkan Indonesia Maju, salah satu tujuan pembangunan

yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-

2024 adalah meningkatnya kualitas dan daya saing sumber daya manusia (SDM)

Indonesia. Dalam pidato pelantikan Kabinet Indonesia Maju, Presiden juga

mengamanatkan agar semua menteri bekerja berorientasi pada hasil nyata, tidak hanya

sent namun harus delivered. Selain kerja cepat dan produktif, seluruh menteri harus

selalu check masalah di lapangan dan mencari solusinya. Amanat ini tidak mudah

mengingat tantangan dari luasnya Indonesia dan jumlah penduduk yang besar dengan

beragam karakteristik tersebar di seluruh wilayah.

Untuk mengawal pelaksanaan program-program pembangunan dan pencapaian

target-target pembangunan, banyak kementerian merekrut pendamping, fasilitator, atau

penyuluh (Gambar 1). Pendamping terutama diperlukan oleh program yang mensasar

BAB I

PENDAHULUAN

Page 10: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

2

kelompok masyarakat miskin dan rentan. Diperlukan upaya terus menerus dalam

memandu proses dan memfasilitasi atau mendukung penyelesaian masalah-masalah

kemiskinan.

Gambar 1. Ragam Pendamping Antar Program

Beberapa program yang merekrut pendamping cukup besar adalah Dana Desa

yang merupakan transformasi dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri, Program Keluarga Harapan (PKH) yang mengawal peningkatan kualitas

pendidikan dan kesehatan anak-anak keluarga miskin, pendamping kelompok rentan

(lansia dan anak telantar, penyandang disabilitas, dan komunitas adat terpencil), serta

berbagai penyuluhan pertanian, perikanan, industri kecil, hingga penyuluh koperasi dan

pendamping pemberdayaan UMKM untuk peningkatan produktivitas usaha. Dalam 5

tahun terakhir, ragam pendamping dan anggaran program-program dengan

pendampingan terus meningkat.

11

PendampingProfesional Desa

Tenaga Ahli (TA)6Kabupaten

3"6$org/$Kab

PendampingDesa (PD)

2"3$org/$Kec

PendampingLokal Desa (PLD)6

2"4$desa/$PLD

PendampingPKH

Koorkab PKH

1"3$org/$Kab

Pendamping PKH

300"350$KPM/$pendamping

PPL6Pertanian

PendampingKopUMKM

DinasKopUMKM

PendampingKopUMKM

2"3$org/$Kab

Korkeb PPL

1$orang/kab

Korkec PPL

1$orang/$Kec

PenyuluhPertanian

8"10$kel.$tani/$PPL

Page 11: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

3

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Pendamping Desa dan Pendamping PKH

Grafik 3. Perkembangan Anggaran Pendamping Pembangunan

Sumber: RAPBN 2015-2019

Di Indonesia, program pendampingan beragam bentuknya namun sama-sama

bekerja dalam kerangka pembangunan masyarakat (community development).

Pendamping, penyuliuh, fasilitator, atau dengan nama lain, memiliki peran strategis untuk

mempercepat pencapaian target pembangunan, utamanya terkait kemiskinan dan

ketimpangan. Dalam UU No. 6/2015 tentang Desa dan UU No. 11/2009 tentang

Kesejahteraan Sosial diatur mengenai peran pendamping dalam penanggulangan

kemiskinan.

72065

133548.9

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

2015 2016 2017 2018 2019

Anggaran Program Pendampingan (dalam Rp Miliar)

Rpm

iliar

Page 12: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

4

Dalam perkembangannya, kemiskinan di Indonesia terus menurun, namun lajunya

kian melambat (Gambar 4). Tantangan masalah kemiskinan yang tersisa saat ini

merupakan kemiskinan ekstrem, bersifat kronis/latent, dan multidimesi sehingga

membutuhkan penanganan lintas sektor. Namun ksering kali arena bekerja dengan

mekanisme, prosedur, dan jadwal yang berbeda-beda, para pendamping dari berbagai

program yang ada di suatu desa sulit melakukan kolaborasi dan sinergi yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan. Hal ini tidak hanya terjadi pada pendamping

program-program pemerintah, namun juga dari pendamping pemberdayaan masyarakat

program-program daerah dan CSR.

Gambar 4. Perkembangan Penurunan Kemiskinan, 1998 - 2019

Sumber: BPS, data tiap tahun, diolah

Pendamping pembangunan yang baik berfungsi sebagai pemandu proses (process

guide) dan pemberi fasilitasi berbagai alat bantu (tool giver). Oleh sebab itu, pendamping

tidak hanya melakukan pengajaran satu arah namun juga mengupayakan pembelajaran

bersama (collective learning) agar masyarakat berdaya. Groot dan Maarleveld (2000)

membagi tiga tipologi pendampingan, yaitu:

1. Pendampingan Instrumental, yang berorientasi pada kepentingan pencapaian

pelaksanaan program dengan menjadikan seseorang sebagai objek penerima manfaat.

2

SusiloBambangYudhoyono

24,2

23,43

19,14

18,4118,2

17,4216,66

15,97

17,75

16,58

15,4214,15

13,33

12,3611,66 11,47

10,96 11,1310,7

10,129,66

9,22

0

5

10

15

20

25

30

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Sept

201

1

Sept

201

2

Sept

201

3

Sept

201

4

Sept

201

5

Sept

201

6

Sept

201

7

Sept

201

8

Sept

201

9

Ting

kat

Kem

iski

nan

(%)

Krisis Pangan & Energi

• Gempa Lombok (Jul ‘18) • Gempa Palu (Sep ’18)• Banjir Mandailing Natal (Okt ’18)• Tsunami Banten (Des ‘18)

0.77%(1.53 juta)

2,51%(5,05 juta) 0,58%

(0,57 juta)

0.56%(0.82 juta

0.64%(0.96 juta)

0.35%(0.59juta)

Tsunami Aceh (Des’04) Gempa Jogja (Mei’06)

Tin

gkat

Kem

iski

nan

(%

)

Page 13: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

5

2. Pendampingan Strategis, yang berorientasi pada tujuan program dengan

menempatkan penerima manfaat sebagai aktor strategis dalam menentukan action

plans.

3. Pendampingan Komunikatif, yang menegosiasikan pendekatan penentuan tujuan dan

rencana aksi antara pendamping dan penerima manfaat untuk membangun interaksi,

saling mengerti, dan komitmen.

Tipologi di atas menjadi salah satu pijakan untuk mengembangkan sistem

penguatan pendamping pembangunan melalui Proyek Perubahan ini. Keberadaan

pendamping yang kompeten membuat pelaksanaan program pembangunan dapat

dicapai lebih mudah, efisien dan tepat sasaran. Dalam studi SMERU (2019) menunjukkan

bahwa rekrutmen tenaga pendamping yang kompeten dapat meningkatkan efektivitas

pencapaian tujuan (Mawardi et al, 2015). Sayangnya tenaga kerja dengan penguasaan

kompetensi yang sesuai dengan kualifikasi yang disyaratkan pasar kerja sangat sedikit

jumlahnya. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional/Sakernas (BPS, Agustus

2019), tenaga kerja dengan tingkat keahlian tinggi sebesar 9,16 persen dan tenaga kerja

semi-skilled worker sebesar 31,44 persen. Selain itu, tenaga kerja lulusan SMA dan SMK

masing-masing sebanyak 18,33 persen dan 11,73 persen. Tenaga kerja yang mengikuti

pelatihan berbasis kompetensi dan memiliki sertifikat kompetensi pada Februari 2019

hanya berjumlah 13,48 juta orang atau sebesar 10,42 persen dari total pekerja.

Untuk memastikan program-program berjalan efektif sesuai yang direncanakan

dan target-target pembangunan tercapai, Kementerian PPN/Bappenas terus mencari

terobosan strategi dan inovasi kebijakan karena kompleksitas permasalahan, guncangan

dan ketidakpastian saat ini dan masa depan. Berdasarkan Peraturan Menteri PPN/Kepala

Bappenas No. 4/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PPN/Bappenas, Staf

Ahli Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan mempunyai tugas memberikan

rekomendasi terhadap isu-isu strategis di bidang sosial dan penanggulangan kemiskinan.

Menteri PPN/Kepala Bappenas telah memberikan arahan pentingnya profesionalisme

pendamping, mengingat banyaknya K/L yang mempekerjakan pendamping dan beratnya

pencapaian target pembangunan. Untuk itu, salah satu arah kebijakan meningkatkan daya

saing SDM dalam RPJMN 2020-2024 adalah mengembangkan sistem penguatan

pendamping pembangunan.

Page 14: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

6

1.2. TUJUAN PROYEK PERUBAHAN

Tujuan dari Proyek Perubahan ini adalah membangun sistem penguatan

pendamping pembangunan untuk meningkatkan kompetensi SDM pendamping yang

tersebar di berbagai program pembangunan. Dalam jangka menengah, sistem ini akan

diperkuat oleh sistem pendukung tata kelola pendamping pembangunan. Dengan inovasi

kebijakan ini, program-program yang direncanakan tidak hanya terlaksana efektif dan

menghasilkan output, namun juga berdampak terhadap outcome, khususnya penurunan

kemiskinan dan ketimpangan.

1.3. ANALISIS PERMASALAHAN

Keberagaman program-program pembangunan serta pendamping dan anggaran

yang terus meningkat belum optimal dalam mempercepat pengurangan kemiskinan.

Permasalahan kemiskinan yang tersisa lebih kompleks dan membutuhkan pendekatan

yang lebih sinergis dan kolaboratif, namun terkendala oleh pola kerja silo mengikuti

aturan administrasi dan jadwal masing-masing kegiatan.

Berdasarkan studi Semeru (2019), dinamika permasalahan pendamping di lapangan

terdiri atas 2 isu sebagai berikut:

1. Aspek sumber daya manusia (SDM), mencakup: a) kualitas tenaga pendamping

beragam, b) penerimaan oleh masyarakat yang berbeda-beda; c) sulitnya mengubah

pola pikir dan perilaku masyarakat; d) kesadaran/kapasitas masyarakat yang rendah;

e) sulitnya menjamin keberlanjutan hasil program; f) sebagai sumber informasi; g)

Kemampuan komunikasi dengan beragam pihak; h) tantangan geografis; i) adanya

tugas-tugas tambahan; j) ketidakjelasan pembagian peran; dan k) munculnya

ketergantungan masyarakat pada pendamping.

“Tak ada bangsa yang miskin atau terbelakang; yang ada adalah negara yang kurang

dikelola dengan baik dan pengelolaannya kurang mempunyai jiwa kepemimpinan.

.......Bangsa dan masyarakat sejahtera kalau ada manajemen yang baik.”

(Peter Drucker, dalam buku "No Regret", Tanri Abeng, 2012

Page 15: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

7

2. Aspek tata kelola, mencakup: a) kesulitan rekrutmen memenuhi kuota tertentu

seperti perempuan, wilayah timur, dsb; b) pelatihan sering tidak dilengkapi dengan

modul sesuai standar yang dikembangkan; c) tidak adanya sistem rekognisi seperti

sertifikasi, remunerasi dan jenjang karir yang jelas; d) sarana/prasarana terbatas; e)

beban kerja dan rentang kendali beragam; f) administrasi sering menambah beban

pendamping; dan g) sistem monev untuk mengukur efektivitas biaya program lemah.

1.4. MANFAAT PROYEK PERUBAHAN

Berdasarkan latar belakang, tujuan, dan analisis di atas, area perubahan yang

digagas sebagai bagian dari inovasi kebijakan publik adalah terkait peningkatan daya

saing SDM, khususnya pendamping, dan tata kelola yang lebih baik.

Bagi Kementerian PPN/Bappenas, pendamping yang memiliki kompetensi yang

terstandar akan menjamin efektivitas pelaksanaan pembangunan dan pencapaian target

pembangunan. Terbangunnya sistem penguatan pendamping pembangunan akan

memberikan manfaat yang lebih luas mencakup sebagai berikut:

1. Manfaat bagi K/L pelaksana, adalah tersedianya:

a. Kerangka Kualifikasi Pendampingan Pembangunan sebagai acuan nasional

dalam pengembangan profesi pendamping.

b. Sistem penjaminan mutu program diklat yang sistimatis dan terstruktur, dengan

modul pelatihan sesuai standar.

c. Instrumen evaluasi yang handal untuk penatakelolaan dan memastikan

efektifitas kinerja program.

2. Manfaat bagi pendamping adalah:

a. Berkembangnya kompetensi pendamping dengan keahlian sesuai kebutuhan

masyarakat, mencakup kompetensi inti dan kompetensi teknis.

b. Sertifikat kompetensi oleh lembaga terakreditasi yang menjamin pengakuan

profesi tenaga pendamping secara nasional.

Page 16: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

8

c. Kinerja yang jelas dan terukur untuk menetapkan fungsi dan tugas sesuai beban

kerja yang melekat pada jenjang kualifikasi pendamping pembangunan.

3. Manfaat bagi masyarakat adalah:

a. Pelaksanaan program-program pembangunan, khususnya yang bertujuan

untuk penanggulangan kemiskinan berjalan lebih efektif.

b. Dengan jumlah yang besar, profesi pendamping menjadi “bantalan”

kesempatan lapangan kerja dari sektor non pemerintah.

c. Target pengurangan kemiskinan sesuai target pada akhir RPJMN tahun 2024

dapat dicapai.

Page 17: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

9

BAB II.

GAGASAN

PROYEK

PERUBAHAN

Gagasan Proyek Perubahan yang dijelaskan pada Bab II ini mencakup output kunci

yang ingin dicapai dan cara mencapainya melalui tahapan pelaksanaan kegiatan dan tata

kelola Proyek Perubahan ini.

2.1. OUTPUT KUNCI

Output kunci gambaran keseluruhan hasil Proyek Perubahan sebagaimana pada

Gambar 4. Output akhir yang akan dicapai dalam jangka Panjang adalah terbangunnya

Sistem Penguatan Pendamping Pembangunan (SP3). Sebagai output antara, yang akan

dicapai dalam jangka pendek & menengah, adalah:

1. Sistem Kualifikasi Pendamping Pembangunan, terdiri atas: standar kompetensi,

pengembangan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, dan sertifikasi.

2. Sistem pendukung, terdiri atas: sistem rekognisi (termasuk remunerasi dan jenjang

karir yang terkait UU ASN), pengembangan basis data dan informasi, serta regulasi

pelengkap yang dibutuhkan untuk dilaksanakan oleh berbagai K/L.

Page 18: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

10

Gambar 5. Output Kunci Sistem Penguatan Pendamping Pembangunan

2.2. PENTAHAPAN PROYEK PERUBAHAN

Untuk mewujudkan tujuan, manfaat dan output kunci tersebut di atas, proyek

perubahan ini akan dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu: jangka pendek (periode April – Juni

2020); jangka menengah (periode Juli – Desember 2020); dan jangka Panjang (periode

2021 – 2024), dengan rincian sebagai berikut:

A. Jangka pendek (April – Juni 2020)

NO. KEGIATAN OUTPUT WAKTU

1. Pembentukan Tim Efektif Terbentuknya Tim April

a Melakukan rapat internal Notulensi rapat April

b Menyusun SK Tim Koordinasi SK Menteri April

2. Kaji cepat pendampingan tiap K/L Laporan April-Juni

a Analisis data pendamping di tiap K/L Laporan dan paparan

April

b FGD terbatas dg tiap K/L Notulensi rapat April - April

c Koordinasi lintas K/L atas hasil kaji cepat Notulensi Rakor Juni

OUTPUT KUNCI)SISTEM)PENGUATAN)PENDAMPING)PEMBANGUNAN

Program)Diklat

BerbasisKompe>

tensi

StandarKompe>

tensi

SertifikasiKompetensi

Kualifikasi Pendampingan Pembangunan

Regulasi

Peraturan tentang SP>3)yang)menjadi pengikatsekaligus pendorongberjalan>nya Sitem P>3)lintas lembaga

Fasilitasi

sistem insentif

Data)dan)Informasi

sisteminformasi

rekrutmenpengembanganjenjang karirsistem remunerasi

Rekognisi

SP3$dan komponen pendukung direncanakanmulai diimplementasikan pada tahun 2021

Page 19: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

11

NO. KEGIATAN OUTPUT WAKTU

3. Penyusunan kualifikasi kompetensi Dokumen kualifikasi April - Juni

a Menyusun jenis dan jenjang kualifikasi pendamping

Draft dan paparan April

b Membahas harmonisasi kualifikasi dg K/L Notulensi rapat April - Mei

c Berkonsultasi dengan BNSP Notulensi pertemuan

Juni

d Menyepakati kualifikasi kompetensi nasional pendamping pembangunan

Rancangan Kualifikasi

Kompetensi Nasional

Juni

B. Jangka menengah (Juli – Desember 2020) NO. KEGIATAN OUTPUT WAKTU

1. Pengembangan kerangka regulasi Perpres Juli-Des

a Menyusun rancangan Perpres SP3 Draft Perpres Juli

b Melakukan rapat koordinasi lintas K/L pengampu pendamping pembangunan

Notulensi rapat Jul - Agt

c Melakukan rapat pembahasan sistem rekognisi dengan KemenPANRB dan Kemenkeu

Notulensi rapat Agt - Okt

d Finalisasi Perpres SP3 Rancangan Perpres Nov - Des

2. Review sertifikasi dan perangkat uji kompetensi yang ada di K/L

Modul perangkat uji

Jul- Des

a Analisis data dan informasi Laporan dan paparan

Jul

b FGD terbatas dg tiap K/L Notulensi rapat Agt - Okt

3. Penyusunan strategi komunikasi Strategi komunikasi Agt - Okt

a Rapat pembahasan materi sosialisasi Notulensi rapat Agt

b Sosialisasi & koordinasi dg Pemda terpilih untuk ujicoba

Bahan paparan dan notulensi rapat

Sep - Okt

c Sosialisasi dan koordinasi dg K/L yang memiliki pendamping dg jumlah lebih kecil

Bahan sosialisasi Okt

Page 20: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

12

C. Jangka Panjang (2021 – 2022)

NO. KEGIATAN OUTPUT WAKTU

1. Persiapan perencanaan dan penganggaran RKP, APBN Jan - April

a Melakukan rapat internal Notulensi rapat Jan - Feb

b Menyelenggarakan rapat lintas K/L Notulensi rapat Feb - Apr

c Memastikan K/L mengalokasikan anggaran sertifikasi pendamping pembangunan

RKP, Renja dan RKA

Jun - Agt

2. Penyiapan kerangka kelembagaan sertifikasi

Laporan 2021

a. Menyiapkan konsep kelembagaan sertifikasi pendamping pembangunan

Laporan 2021

b. Rapat pembahasan dengan institusi potensial (perguruan tinggi lokal, K/L sektor tertentu)

Notulensi rapat 2021

3. Penyusunan Knowledge Management Web-base 2022

a. Mengembangkan database pendamping pembangunan

Database 2022

b. Mengembangkan knowledge hub Website 2022

2.3. TATA KELOLA PROYEK PERUBAHAN

Tata kelola proyek perubahan ini tergabung dalam struktur organisasi Tim Efektif

dan melibatkan para pemangku kepentingan dari kementerian/Lembaga (K/L) terkait. Tim

efektif mencakup staf dan tenaga ahli di lingkup kantor Staf Ahli Bidang Sosial dan

Penanggulangan Kemiskinan, serta kedeputian dan direktorat terkait di lingkup Bappenas.

Pemangku kepentingan proyek perubahan ini terdiri atas K/L pengampu program-

program yang memiliki pendamping, dan K/L pendukung. K/L yang merekrut pendamping

dalam jumlahnya cukup besar, terdiri atas:

1. Kementerian Sosial:

a. Sekretaris Jenderal, Kepala Biro Kepegawaian

b. Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial,

c. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial,

Page 21: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

13

d. Kepala Badan Pendidikan, Penelitian, dan Penyuluhan Sosial.

2. Kementerian Koperasi dan UKM:

a. Sekretaris Kementerian,

b. Deputi Bidang Pengembangan SDM,

3. Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal:

a. Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat,

b. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan dan

Informasi,

Adapun K/L pendukung terdiri atas:

1. Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kawasan,

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;

2. Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas, Kementerian

Ketenagakerjaan;

3. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan;

4. Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Aparatur, Kementerian Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;

5. Deputi Bidang Pembangunan Manusia & Kebudayaan, Kementerian Sekretaris

Negara;

6. Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi.

Setelah Sistem Penguatan Pendamping Pembangunan terbangun, dilakukan

advokasi kepada beberapa K/L lain yang juga merekrut pendamping namun jumlahnya

lebih kecil. K/L kelompok ini antara lain adalah:

1. Kementerian Pertanian: Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM.

2. Kementerian Kelautan dan Perikanan

3. Kementerian Perindustrian

4. Kementerian Pariwisata.

Tata kelola proyek perubahan ini dibimbing oleh Coach dan Mentor sebagai berikut:

1. Dr. PM. Marpaung, M.Sc, Widyaisawara Ahli Utama LAN, yang bertindak sebagai

coach.

2. Dr. Ir. Himawan Hariyoga, MSc. Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama

Bappenas, yang bertindak sebagai Mentor.

Page 22: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

14

BAB III.

IMPLEMENTASI

PROYEK

PERUBAHAN

Pada bab III ini, penjelasan mengenai Proyek Perubahan difokuskan pada

perkembangan pelaksanaan tahap jangka pendek. Kelancaran pelaksanaan kegiatan pada

jangka pendek ini menjadi titik tolak dan modal penting kelancaran pelaksanaan tahap

selanjutnya. Pelaksanaan kegiatan jangka pendek mencakup: 1) Pembentukan Tim

Efektif; 2) Kaji Cepat pendampingan tiap K/L; dan 3) Penyusunan Kualfikasi Kompetensi.

3.1. PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1.1. PEMBENTUKAN TIM EFEKTIF

Setiap tujuan akan sulit terwujud apabila tidak ditunjang oleh sebuah tim yang

memiliki visi yang sama dan bekerja secara efektif. Dalam dunia birokrasi, hampir

tidak mungkin suatu pekerjaan dilakukan secara single fighter. Semua merupakan

hasil kerja tim, dan semua anggota harus saling membantu dan mendukung demi

tercapainya tujuan yang ditetapkan. Pembentukan Tim Efektif, merupakan langkah

awal yang perlu dilakukan dalam membangun Sistem Penguatan Pendamping

Pembangunan.

Page 23: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

15

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 18/2020 tentang RPJMN 2020-2024, telah

diadakan pertemuan lintas Eselon 1 mengenai penguatan pendamping

pembangunan sebagai upaya meningkatkan daya saing SDM. Berdasarkan masukan

dari para Eselon 1 yang hadir, diperlukan adanya Tim Koordinasi lintas K/L. Untuk

itu langkah pertama adalah menyusun Keputusan Menteri PPN/Kepala Bappenas

No. Kep. 54/M.PPN/HK/2020 tentang Tim Koordinasi Strategis Penguatn

Pendamping Pembangunan Dalam Rangka Percepatan Pencapaian Pembangunan

yang telah ditetapkan pada tanggal 30 April 2020 (Lampiran 1). Tim Koordinasi

Strategis ini diketuai oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas, melibatkan 20 orang

pejabat Eselon 1 dan 18 pejabat eselon 2 lintas K/L. Rincian 20 eselon 1 lintas K/L

ini adalah sebagai berikut:

1. Sekretaris Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah;

2. Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial;

3. Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian

Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi;

4. Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial;

5. Direktur Jenderal Rehabilitaso Sosial Kementerian Sosial;

6. Deputi Bidang Kependudukan dan Kelenagakegaan, Kementerian

PPN/Bappenas;

7. Deputi Bidang Pengembangan Regional, Kementerian PPN/Bappenas;

8. Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan,

Kementerian PPN/Bappenas;

9. Inspektur Utama,Bappenas;

10. Staf Ahli Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, Kementerian

PPN/Bappenas;

11. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan, Pelatihan, dan

Informasi, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi;

12. Deputi Bidang Pengembangan SDM, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah;

Page 24: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

16

13. Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarukat Desa dan Kawasan,

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;

14. Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas, Kementerian

Ketenagakerjaan;

15. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan;

16. Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Aparatur, Kementerian Pendayagunazn

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;

17. Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian

Sekretaris Kabinet;

18. Ketua Badan Naional Sertifikasi Profesi;

19. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,

Kementerian Pertanian;

20. Kepala Badan Pendidikan, Penelitian, dan Penyuluhan Sosial, Kementerian

Sosial.

3.1.2. KAJI CEPAT PENDAMPINGAN

Kaji cepat atau rapid assessment merupakan cara penelitian dengan triangulasi

beberapa sumber kajian, data dan informasi terdahulu. Salah satunya dengan desk

research untuk menganalisis dokumen-dokumen terkait profesi pendamping

pembangunan, baik dari aspek peraturan, maupun acuan dari beberapa negara lain

yang sudah berjalan baik. Beberapa peraturan terkait pendampingan antara lain

adalah:

• UU 14/2019 tentang Pekerja Sosial.

• Perpres No. 8/2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

• PermenSos 12/2017 tentang Standar Kompetensi Pekerja Sosial

• PermenSos 1/2018 tentang PKH

• PermenKopUKM No. 04/ 2018 tentang Kualifikasi Nasional Indonesia

Bidang Pendamping UKM

• KepmenNaker No 181/ 2017, tentang Penetapan SKKNI Bidang

Pendamping UMKM.

Page 25: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

17

Gambar 6. Proses Kaji Cepat Pengembangan Sistem Penguatan Pendamping

Pembangunan

Pada intinya, dalam setiap unit kompetensi terdapat kompetensi kunci yang terkait

dengan kecakapan umum. Kompetensi kunci inilah yang menjamin pembuktian

seorang pendamping dapat dianggap profesonal di lapangan atau masyarakat.

Semua standar kompetensi yang diperlukan perlu dipetakan untuk mendapatkan

Kompetensi Kunci. Berdasarkan berbagai referensi yang ada, terdapat 7

Kompetensi Kunci sebagai berikut: 1) Mengumpulkan dan menganalisis data,

informasi, dan ide; 2) Merencanakan dan mengorganisasi kegiatan; Bekerjasama

dengan orang lain dan dalam tim; Dapat menggunakan kerangka logis matematis

dan teknis; Mampu memecahkan masalah; dan Mampu menggunakan teknologi.

Berdasarkan hal ini, dapat disusun kecakapan bekerja dari pendamping dan

deskripsi kesesuaian kebutuhan masyarakat dampingannya sebagai berikut:

1. Komunikasi: mampu berkomunikasi dengan masyarakat dampingan dan

memperhatikan nilai-nilai budaya yang berlaku, berkomunikasi dengan tokoh

masyarakat dan perangkat desa serta atasannya dalam menyampaikan

program-program dan permasalahan pelaksanaan pembangunan desa.

Desk Research Konsultasi Teknis Adopsi FGD

Menyusun informasi

hasil desk research dan

konsultasi teknis untuk

formulasi kerangka

kualifikasi pendamping

melalui metode adopsi

matriks ekivalensi dari

KKNI dan Training

Pakage on Community

Development

(Australia Qualification

Framework)

Menggali

informasi dari

level teknis di tiap

K/L terkait,

praktisi, dan

peneliti tentang

kondisi rill di

lapangan dan

efketivitasnya

Desk research

dilakukan untuk

mencari dan

menganalisis

dokumen2

terkait profesi

pendamping

pembangunan,

baik

Review regulasi

Mengadakan

forum

diskusiinternal

membahas

draft kualifikasi

FGD dengan

pemanguku

kepentingan

Page 26: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

18

2. Kerjasama dalam tim: mampu bekerja dalam tim baik dengan tenaga

pendamping teknis, tenaga ahli pemberdayaan masayarakat; kader

pemberdayaan desa maupun pihak ketiga.

3. Penyelesai masalah: mampu menyelesaikan masalah dengan berpikir kritis

mencari jalan keluar baik secara individu maupun dengan tim.

4. Perencanaan dan pengorganisasian: kemampuan dalam pengorganisasian

masyarakat desa dan kelurahan.

5. Manajemen diri: Mampu mengelola jadwal dan prioritas untuk penyelesaian

pekerjaan dan pengembangan diri.

6. Teknologi: menguasai teknologi untuk membantu proses pendampingan dan

akses teknologi, akses mendifusikan hasil inovasi serta memasarkan hasil

kegiatan masyarakat.

7. Belajar: memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pemberdayaan

masyarakat; memiliki kepekaan terhadap kebiasaan, adat istiadat dan nilai-nilai

budaya masyarakat.

8. Insiatif dan Kewirausahaan: mampu melakukan pendampingan usaha ekonomi

masyarakat desa.

Berdasarkan deskripsi kompetensi di atas, disusun kerangka kualifikasi kompetensi

pendamping pembangunan. Indonesia telah memiliki kerangka kualifikasi nasional

yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), yang mengatur jumlah dan deskripsi

penjenjangan yang harus diterapkan pada setiap profesi. Terdapat 9 jenjang,

dengan indikator yang jelas dan lengkap. Profesi pendamping pembangunan dapat

menerapkan sistem jenjang kualifikasi dan pola karir sesuai dengan tujuan dari KKNI:

“menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang

pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka

pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di

berbagai sektor.”

Salah satu referensi utama dalam menyusun Rancangan awal Kerangka Kualifikasi

Pendamping Pembangunan adalah menggunakan Australia Qualification

Page 27: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

19

Framework (AQF) dan adopsi dari Training Packages on Community Development.

Salah satu pertimbangan mengadopsi paket training tersebut adalah karena

ditemukan banyak kemiripan unit-unit kompetensi di dalamnya dengan kebutuhan

di Indonesia dan karena paket tersebut sudah teruji dan lama dikembangkan di

Australia. Persandingan KKNI dan Australia Qualification Framework (AQF) menjadi

basis penyusunan jenjang kualifikasi pendamping pembangunan (Gambar 6).

Gambar 7. Persandingan Jenjang Kualifikasi Pendamping Pembangunan

Jenjang kualifikasi Nama Kualifikasi Hasil Review KKNI AQF Community

Development Services Pendamping

Pembangunan

IX IX Pendamping Pembangunan Ahli

Utama

Penjenjangan dalam AQF dan ASEAN hanya sampai kualifikasi VIII

VIII VIII CHC82015

Graduate Certificate in Client Assessment and

Case Management

Pendamping Pembangunan Ahli

Madya

Sesuai

VII - - Pendamping Pembangunan Ahli Muda

Sesuai

VI VI CHC62015

Advanced Diploma of Community Sector

Management

Pendamping Pembangunan Utama

Sesuai

V V CHC52115

Diploma in Community Development

Pendamping Pembangunan Madya

Sesuai

IV IV CHC42115

Certificate IV in Community

Development

Pendamping Pembangunan Muda/

Tenaga Pendamping Desa

Sesuai

III III CHC3205

Certificate III in Community Services

Asisten Pendamping Pembangunan

Sesuai

Menggunakan persandingan di atas dan berdasarkan kesepakatan, penjenjangan

kualifikasi untuk pendamping pembangunan disepakati berada pada jenjang 3

sampai dengan 6 (Gambar 7). Namun ke depannya, sangat dimungkinkan

penjenjangan VII, VIII, dan IX dikembangkan sebagai jenjang karir pendamping di

masa depan. Hal ini sejalan dengan UU No. 5/2017 tentang Aparatur Sipil Negara,

khususnya terkait kebijakan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).

Page 28: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

20

Penjejangan di atas lebih lanjut dilengkapi dengan deskripsi kualifikasi profesi

pendamping pembangunan nasional, yang mencakup antara lain : judul dan kode

kualifikasi, ruang lingkup pekerjaan, persyaratan kompetensi, dan kecakapan

bekerja.

Sebagai tahap akhir adalah menyusun aturan pemaketan kualifikasi, yang fungsinya

mengintegrasikan, menyandingkan dan menyetarakan profesi pendampingan agar

mudah diterapkan jika diberlakukan secara nasional. Untuk pemaketan kualifikasi

profesi pendamping pembangunan, terdapat dua kategori sebagai berikut:

• Kompetensi Inti: kompetensi yang membentuk kualifikasi profesi.

Kompetensi ini berfungsi mengintegrasikan profesi tertentu secara nasional.

Tanpa kompetensi ini, profesi tidak akan berjalan dengan baik.

• Kompetensi Pilihan: untuk menunjang fungsi yang ada di kompetensi inti.

Kompetensi ini terdari dari dua jenis atau lebih. Misalnya Kompetensi Pilihan

A yang disediakan oleh instansi Pembina, sedangkan Kompetensi B yang

disediakan oleh kementerian teknis.

Gambar 8. Jenjang dan Peran Pendamping Pembangunan

Pembangunan

Page 29: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

21

Pengujian atas unit-unit kompetensi dilakukan dengan melakukan uji petik terhadap

beberapa pendamping dengan difasilitasi K/L. Tujuannya agar ketika standar ini

kelak diberlakukan, isinya benar-benar mencerminkan dan sesuai dengan kondisi

yang dihadapi dan dibutuhkan oleh para pendamping di lapangan. Pihak-pihak yang

yang dikonsultasikan selain berbagai lapisan di K/L juga beberapa praktisi

pemberdayaan masyarakat, baik terkait koperasi, UMKM, maupun pembangunan

desa.

3.1.3. PENYUSUNAN KERANGKA KUALIFIKASI KOMPETENSI

Penyusunan kerangka kualifikasi kompetensi dimaksud untuk mengharmoniskan

semua kualifikasi pendamping pembangunan (fasilitator, konsultan, penyuluh, dll)

di berbagai K/L agar memiliki pola penjenjangan kualifikasi terstandar secara

nasional. Dengan menerapkan kerangka kualifikasi, seluruh profesi pendamping

memiliki nomenklatur, jumlah jenjang, kompetensi, pola karir, pola pembinaan

serta pola renumerasi yang sama secara nasional. Ke depannya, kompetensi dan

profesi pendamping dapat terus dikembangkan, antara lain pengembangan jenjang

karir dan remunerasi yang lebih jelas. Dengan Kerangka Kualifikasi Nasional,

pengelolaan program-program pembangunan di lapangan akan berjalan efektif dan

efisien karena didampingi oleh para pendamping yang kompeten dan profesional.

KompetensiPendamping

Dasar (Community Development)

Kompetensi Inti

Kompetensi Pilihan

Teknis (Sektoral/Bidang)

Gambar 9. Kerangka Kompetensi Pendamping

Page 30: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

22

Untuk menyusun Kerangka Kualifikasi Kompetensi Pendamping Pembangunan

dilakukan harmonisasi kualifikasi kompetensi pendamping yang ada di tiap K/L.

Harmonisasi diperlukan karena di sebagian K/L telah ada kualifikasi dan sertifikasi

yang sifatnya teknis dan sangat beragam. Pada tahap jangka pendek ini, koordinasi

bilateral difokuskan pada K/L pengampu dengan pendamping cukup besar, yaitu

Kementerian Sosial (Kemensos), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi (KemendesPDTT), dan Kementerian Koperasi dan UKM

(KemenkopUKM). Langkah-langkah harmonisasi adalah sebagai berikut:

1. Review terhadap berbagai Jenis pendamping yang ada di suatu K/L. Gambar 10

dan 11 menunjukkan permasalahan peta okupasi yang terjadi di sebagian besar

program-program di tiap kementerian, termasuk persoalan remunerasi.

Gambar 10. Review Peta Okupasi Bidang Kesejahteraan Sosial

Banyak duplikasi nama kualifikasi(misal di level VI ada 20 jenisokupasi pekerja sosial karena

teknisnya dimasukkan. Harusnyacukup dengan 1 nama saja, yaitu

pekerja sosial muda)

Penjenjangan kurang konsisten(Peksos Utama level IX, sedangkan

Peksos Ahli di level VII, namaPertama dan Muda ada dalam satu

jenjang kualifikasi)

Terjadi lompatan kualifikasi

(level 3 ke 5) dan kolom jenjangkualifikasi banyak tidak terisi

Deskripsi antar jenjang kualifikasiduplikasi, sulit menentukanoutput, outcome, sehingga

menyulitkan penetapan SatuanBiaya (SBML)

Aturan pemaketan tidak berdasarKompetensi Inti dan Kompetensi

Pilihan (hanya teknis), tidak sesuaiaturan SKKNI atau standarkompetensi internasonal

Persyaratan jabatan/okupasibelum sesuai dengan skema

sertifikasi, program pelatihan, ataupersyaratan lainnya di K/L masing-

masing.

Page 31: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

23

2. Menyepakati harmonisasi kerangka kualifikasi, utamanya kompetensi inti, untuk

diselaraskan lebih lanjut dengan K/L lainnya. Sedangkan pembahasan

kompetensi pilihan akan dilanjutkan untuk harmonisasi kompetensi lintas UKE 1

dan UKE 2 di masing-masing K/L. Mengingat jabatan dalam pendampingan PKH

paling lengkap, maka kerangka kualifikasi PKH yang telah terstandar menjadi

acuan bagi pendamping lainnya.

3. Harmonisasi kerangka kualifikasi kompetensi meliputi 1) harmonisasi nama dan

jenjang; harmonisasi deskripsi kualifikasi; 3) harmonisasi pemaketan kualifikasi;

dan 4) harmonisasi unit kompetensi.

Gambar 12. Proses Harmonisasi Kualifikasi Pendamping Pembangunan

1. Harmonisasi Nama dan

Jenjang

Gambar 11. Review Peta Remunerasi Pendamping Bidang Kesejahteraan Sosial

2. Harmonisasi

deskripsi

kualifikasi/jabat

an

3. Harmonisasi

pemaketan

kualifikasi

(Kompetensi Inti

dan Kompetensi

Pilihan)

4. Harmonisasi unit

kompetensi (akan

dibahas jika

harmonisasi 1-3

disepakati)

Page 32: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

24

4. Fokus harmonisasi dari kerangka kualifikasi kompetensi pendamping

pembangunan adalah pada jenjang 3 – 6. Ke depan, sangat dimungkinkan untuk

mengembangkan ke jenjang 7 – 9.

Hasil harmonisasi ini akan dibahas dan direview lebih lanjut bersama BNSP melalui

suatu konvensi dan adopsi sebagai Kerangka Kualifikasi Kompetensi Pendamping

Nasional yang berstandar internasional. Keseluruhan proses penyusunan Kerangka

Kualifikasi Pendamping Pembangunan terdokumentasi pada Lampiran 2.

3.2. PETA SUMBER DAYA

Sumberdaya utama proyek perubahan ini adalah mitra K/L yang memiliki tenaga

pendamping. Untuk tahap jangka pendek, fokus kolaborasi adalah pada K/L dengan

jumlah pendamping besar. Berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya, para

pihak proyek perubahan ini dapat dibedakan atas 4 kelompok, yaitu:

I. Latent, adalah pihak yang tidak memiliki kepentingan khusus, tetapi memiliki otoritas

atau pengaruh besar untuk mempengaruhi eksistensi program. Termasuk dalam

kelompok ini adalah:

a. Bappenas, yang bertanggung jawab pada koordinasi perencanaan, antara lain

untuk pengembangan kebijakan penguatan pendamping di tiap K/L terkait;

b. Kementerian Keuangan, bertanggung jawab untuk penganggaran program dan

membahas standar biaya remunerasi pendamping dan insentif lainnya seperti

jaminan sosial kesehatan dan ketenagakerjaan.

c. Kemenpan RB, yang menjadi lembaga kunci untuk pengembangan status

pendamping sesuai UU No. 5/2017 tentang ASN dan PP No. 49/2018 tentang

Manajemen Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

d. BNSP, yang akan memfasilitasi dan menverifikasi pembentukan Skema

Sertifikasi.

Page 33: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

25

II. Promoters, adalah pihak yang memiliki kepentingan besar terhadap program dan juga

kekuatan untuk membantu keberhasilan program. Termasuk di dalam kelompok

adalah K/L yang merekrut pendamping cukup besar yaitu KemenSos, KemenDesPDTT,

dan KemenKop UKM. Dalam berbagai pertemuan selama ini, semua pihak sangat

antusias dengan inisiatif penguatan pendamping pembangunan karena merupakan

kebutuhan yang telah lama ditunggu. Di Kemensos yang jenis pendampingnya sangat

beragam membuat Pusat Pengembangan Profesi Pekerja Sosial (Pusbangprof) akan

menggunakan kerangka kualifikasi ini lebih lanjut untuk menyesuaikan kompetensi

teknis yang beragam bagi pendamping program-program di Kemensos. Di

KemenkopUKM, perhatian besar ditunjukkan oleh beberapa deputi pengampu

program yang memiliki pendamping. Deputi Kemenko Pembangunan Manusia dan

Kebudayaan Bidang Pemberdayaan Masyarakat juga sangat mendukung karena

dengan jumlah pendamping yang cukup besar akan menambah potensi peningkatan

kompetensi SDM. Oleh sebab itu, terjadi pergeseran dari semula kelompok

Apathetics menjadi Promoters.

III. Defenders, adalah pihak yang memiliki kepentingan, tetapi kekuatannya kecil untuk

mempengaruhi program. Kementerian lain dengan jumlah pendamping yang lebih

kecil dan akan mendapatkan manfaat untuk mengharmonisasi berbagai jenis

pendamping di masing-masing K/L menggunakan Kerangka Kualifikasi Kompetensi

Pendamping yang tersedia. BPSDM Kementan yang semula masuk dalam kelompok

promoter pindah ke dalam kelompok ini karena belum dilakukan koordinasi bilateral

secara intensif.

IV. Apathetics, adalah yang kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan terhadap

program. Termasuk dalam kelompok ini adalah:

a. Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja

Kemenaker, yang bertanggung jawab ata kebijakan dan program peningkatan

kompetensi serta menetapkan Standar Kerangka Kualifikasi Kompetensi

Penamping Pembangunan Nasional; dan

b. Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kemensetneg yang akan

terlibat untuk penyusunan rancangan peraturan presiden.

Page 34: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

26

Pergeseran peta sumberdaya dukungan para pihak dapat dilihat pada gambar 13 di bawah

ini (ditulis dalam font merah).

Gambar 13. Peta Sumber daya dan Perubahannya

3.3. POTENSI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

Dari analisis pemetaan para pihak yang terlibat, dapat diidentifikasi potensi sumber

daya yang dapat dikembangkan, yaitu terdiri atas:

1. Sumberdaya manusia: pendamping merupakan SDM yang sebagian besar memiliki

semangat dan daya juang tinggi. Dengan ‘militansi’ para pendamping ini, dukungan

banyak pihak di K/L termasuk Menteri sangat besar. Di beberapa daerah dukungan

juga ditunjukkan oleh kepala daerah yang memberikan insentif atau sarana

prasarana bagi para pendamping yang berprestasi.

2. Anggaran pendamping, baik mulai perekrutan, pelatihan, dan mobilisasinya telah

tersedia di masing-masing K/L. Sebagian K/L juga ada yang telah menyediakan

anggaran untuk sertifikasi, namun anggaranya selalu lebih rendah dari kebutuhan

yang ada.

3. Metode: di beberapa K/L telah mengembangkan standar sertifikasi dan modul

pelatihan, yang memerlukan harmonisasi dengan standar nasional dan global.

INFLUENCE

I N T E R E S T

PEMETAAN PARA PIHAK

• TIM EFEKTIF BAPPENAS

• DIRJEN ANGGARAN, KEMENKEU,

• DEPUTI BIDANG SDM APARATUR, KEMENPAN-RB;

• KETUA BNSP

I. Latent II. Promoters

III. DefendersIV. Apathetics

• KEMENSOS: SEKJEN, DIRJEN LINJAMSOS, DIRJEN REHSOS, KABADIKLIT

• KEMENKOPUKM: SESMEN, DEPUTI PENGEMBANGAN SDM

• KEMENDESPDTT: DIRJEN PPMD, KA BALILATFO

• KEMENTAN: KA BPPSDM

• DEPUTI KEMENKO PMK BIDANG PMDK;

• DIRJEN BINALATAS, KEMENAKER;

• DEPUTI BIDANG PMK, KEMENSETNEG;

K/L dengan jumlah pendamping lebih kecil:

• KEMENKKP

• KEMENPERIN

• KEMENPAR

• KEMENPUPR

• TIM EFEKTIF BAPPENAS

• DIRJEN ANGGARAN, KEMENKEU,

• DEPUTI BIDANG SDM APARATUR, KEMENPAN-RB;

• KETUA BNSP

I. Latent II. Prom oters

III. DefendersIV. Apathetics

• KEMENSOS: SEKJEN, DIRJEN LINJAMSOS, DIRJEN REHSOS, KAPUSBANGPROF

• KEMENKOPUKM: SESMEN, DEPUTI PENGEMBANGAN SDM

• KEMENDESPDTT: DIRJEN PPMD, KA BALILATFO

• KEMENKO PMK: DEPUTI BIDANG PMDK

• DIRJEN BINALATAS, KEMENAKER;

• DEPUTI BIDANG PMK, KEMENSETNEG;

K/L dengan jumlah pendamping lebih kecil:

• KEMENKKP

• KEMENPERIN

• KEMENPAR

• KEMENPUPR

• KEMENTAN

Page 35: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

27

4. Aset: balai-balai pelatihan yang dimiliki K/L dan tersebar di beberapa wilayah

menjadi asset bagi pelaksanaan pelatihan dan sertifikasi yang berstandar kualifikasi

pendamping nasional.

5. Knowledge: Berbagai teori, konsep, dna metodologi mengenai kerangka kualifikasi

kompetensi pendamping pembangunan telah berkembang dan sebagian digunakan

sebagai mengacu standar global, seperti misalnya Australia. Dengan dibangunnya

standar kompetensi pendamping pembangunan nasional, ke depannya dapat

dikembangkan knowledge hub atau portal kearifan lokal pendampingan di berbagai

wilayah dengan beragam tantangan yang ada, sebagai bahan pembelajaran lainnya.

Dari pelaksanaan Proyek Perubahan ini, penulis belajar bahwa prosesnya tidak

hanya mengenai inovasi kebijakan publik (policy innovation), tetapi juga perlu ada inovasi

dalam proses penyusunan kebijakannya (innovation on the policy making process) dan

upaya untuk mengembangkan inovasi tersebut (policy to foster the innovation). Untuk itu,

diperlukan Kepemimpinan Kolaboratif yang diperlukan untuk membangun komitmen

seluruh pemangku kepentingan, membina keterikatan/kohesivitas agar mendapatkan buy

in dan membangun ownership, serta partisipasi dan kontribusi seluruh pemangku

kepentingan di setiap K/L.

3.4. STRATEGI KOMUNIKASI

Untuk membangun sistem penguatan pendamping pembangunan ini, melihat cukup

luasnya para pihak yang terlibat, diperlukan strategi komunikasi yang komprehensif.

Strategi ini tidak hanya untuk pengembangan sistem, namun juga untuk memperluas

penerapan kerangka kualifikasi kompetensi pendamping pembangunan di berbagai K/L

dan implikasinya pada penyempurnaan program diklat dan sertifikasi. Untuk para

pemangku kepentingan dalam kelompok latent misalnya, perlu ada konsultasi intensif dan

pelibatan secara aktif.

Sebagai pembelajaran, beberapa isu terkait komunikasi selama 3 bulan pelaksanaan

jangka pendek ini antara lain adalah: 1) adanya pejabat atau staf yang memiliki visi dan

cara pandang yang berbeda terhadap tingkat kepentingan kerangka kualifikasi

kompetensi pendamping; 2) sulit dikoordinasikan bila tidak sepengetahuan pimpinannya;

Page 36: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

28

3) adanya staf yang enggan beradaptasi dengan sistem baru; 4) adanya pejabat yang

kurang terbuka dengan kondisi yg ada; dan 5) ada sebagian staf yang sulit dihubungi atau

melakukan penundaan karena pekerjaan terkait penanganan Covid-19.

Beberapa langkah yang dilakukan antara lain adalah:

1. Membangun pesan kunci terkait SINERGIS – KOLABORATIF, agar saling mengenal,

memahami dan mendukung tujuan yang sama, yaitu pengembangan Sistem

Penguatan Pendamping Pembangunan.

2. Membangun komunikasi melalui berbagai pertemuan untuk:

• Memahami tugas dan fungsi K/L secara lebih detail, terbuka terhadap

perbedaan yang ada di setiap K/L dan mengupayakan agar semua yang terlibat

membuang ego sektoral.

• Membangun kerjasama hingga ke tingkat teknis dan mengupayakan sistem

pelaporan berjenjang sehingga semua pihak di tiap tingkatan memahami tugas

dan kontribusi yang diperlukan.

• Memungkinkan terjadinya tukar menukar informasi dan pengetahuan antar

anggota tim dengan memberikan kontribusi yang berbeda-beda untuk saling

melengkapi.

• Menyusun time line Bersama agar pekerjaan selesai dengan efektif dan tepat

waktu.

3. Senantiasa melakukan pemutakhiran dengan pejabat setingkat Eselon 1, untuk

mengkomunikasikan ke Sekjen dan juga kepada pejabat di bawahnya, yaitu direktur,

kasubdit, hingga staf ke bawah.

4. Mengingat adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang cukup

lama, maka sarana dan prasarana komunikasi Proyek Perubahan ini sebagian besar

dilakukan melalui pertemuan-pertemuan virtual maupun bentuk digital lainnya

seperti whatsapp dan email.

3.5. RISIKO, KENDALA DAN STRATEGI MENGATASINYA

Hambatan terbesar dalam pelaksanaan jangka pendek Proyek Perubahan ini adalah

terjadinya pandemi Covid 19 yang melanda 216 negara, termasuk Indonesia. Adanya

Page 37: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

29

penetapan PSBB melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2020 , dalam kurun

waktu 3 bulan terakhir sebagian besar aktivitas dilakukan dari rumah. Sebagai tindak

lanjutnya, telah terdapat Surat Edaran Menteri PAN-RB, yaitu No. 19, No. 54, dan No. 58

Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja ASN dalam Upaya Pencegahan Penyebaran

Covid 19 di Lingkungan Instansi Pemerintah dan juga untuk tatanan kenormalan baru.

Dalam situasi ini, rapat-rapat harus dilakukan secara virtual. Terdapat risiko hambatan

komunikasi karena kualitas jaringan yang tidak selalu baik dan waktu yang terbatas.

Perubahan pola interaksi human-to-human yang berbasis machine-to-machine

membutuhkan pembudayaan baru di masyarakat, yang bagi sebagian orang memerlukan

waktu untuk beradaptasi.

Selain itu, untuk penanganan pandemi Covid-19 ini, anggaran Pemerintah juga

mengalami pemotongan hingga 50% karena kebutuhan yang sangat besar untuk

mengatasi wabah ini. Pemotongan anggaran juga berdampak pada tidak dapat

terselenggaranya beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka menengah,

yaitu mulai bulan Juli hingga Desember di tahun 2020 ini. Untuk mengatasinya, dukungan

dari masing-masing K/L akan sangat membantu melalui penyediaan anggaran yang masih

tersisa di K/L tersebut.

Risiko lainnya berupa kendala dari internal maupun eksternal, yang semuanya perlu

diantisipasi. Salah satu kendala internal adalah keterbatasan staf. Untuk mengatasinya,

dilakukan tambahan tenaga ahli (outsource) untuk membantu kegiatan kesekretariatan

dari Tim Koordinasi Sistem Penguatan Pendamaping Pembangunan ini. Adapun kendala

eksternal yang perlu diantisipasi adalah dengan tatanan Kenormalan Baru, membangun

pemahaman yang belum sama dengan K/L lainnya memerlukan waktu yang lebih panjang.

Salah satu upaya mengatasinya adalah dengan meminta kehadiran Person in Charge yang

tidak berganti –ganti selama proses pembahasan rancangan Perpres maupun dokumen

lainnya. Kondisi keuangan negara yang sangat terbatas juga dapat menjadi kendala

penerapan kerangka kualifikasi kompetensi di beberapa K/L lainnya. Untuk mengatasinya,

perluasan kepada K/L lainnya dilakukan secara bertahap, dengan mencermati

perkembangan kondisi keuangan negara yang ada. Risiko beserta strategi mengatasinya

dijelaskan pada Gambar 14.

Page 38: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

30

Gambar 14. Risiko, Kendala dan Strategi Mengatasinya

3.6. FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN

Selain faktor risiko di atas, terdapat beberapa faktor sebagai kunci keberhasilan dari

proyek perubahan ini. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Adanya komitmen yang tinggi dari para pengampu program-program yang

memiliki pendampingan untuk memperbaiki sistem pengelolaan pendamping

pembangunan yang lebih komprehensif.

2. Adanya sense of urgency yang sama untuk membenahi berbagai kebijakan terkait

pendamping pembangunan yagn telah berjalan cukup lama.

3. Terbangun spirit kolaboratif dari berbagai lini di setiap K/L, tidak saja di tingkat

teknis (eselon 2 dan 3), namun juga pada pengambil keputusan dan pembuat

kebijakan di tingkat eselon 1 bahkan Menteri.

4. Adanya optimalisasi kerja Tim Efektif dan Tim Teknis di masing-masing K/L,

meskipun kondisi darurat Covid 19 yang waktu berakhirnya sulit untuk diprediksi.

RISIKO/KENDALA STRATEGI MENGATASINYA

INTERNAL

Pemotongan anggaran Kolaborasi stakeholder (anggaran dan aset di masing-masing K/L) untuk biaya komunikasi, pembahasan, dan pencetakan dokumen

Keterbatasan staf Outsource tenaga ahli/teknis

EKSTERNAL

Dampak Work from Home : pemahaman kurang, waktu tidak menentu

• Virtual meeting secara intensif• Membentuk WA Group• Meminta perwakilan K/L tidak berganti-ganti

• Tidak bergantung pada 1 orang.Resistensi K/L untuk mengharmoni-sasi kompetensi pendamping

perbedaan kepentingan Koordinasi intensif di semua lini (tingkat teknis/Eselon II, pengambil kebijakan/Eselon I)

Page 39: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

31

BAB IV.

PENUTUP

Beberapa kesimpulan, rekomendasi dan lesson learnt kepemimpinan yang dapat

diambil dari pelaksanaan jangka pendek Proyek Perubahan Sistem Penguatan

Pendamping Pembangunan ini dijelaskan sebagaimana di bawah ini.

4.1. Kesimpulan

a. Secara umum tujuan dan milestones jangka pendek dari Proyek Perubahan tercapai,

meskipun terdapat beberapa penyesuaian karena adanya implikasi dari pandemi

Covid-19.

b. Mengingat jumlah pendamping cukup besar dan banyak ketidakjelasan dari tata

kelola termasuk pengembangan kompetensinya, maka Sistem Penguatan

Pendamping Pembangunan diyakini dan didukung oleh banyak pihak merupakan

langkah yang tepat bagi upaya meningkatkan kapasitas SDM, khususnya

pendamping pembangunan, dan memperbaiki tata kelolanya agar meningkatkan

efektivitas pelaksanaan program-program pembangunan beserta target-targetnya.

Page 40: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

32

c. Proyek Perubahan ini menghasilkan input kebijakan peningkatan daya saing SDM

dan tata kelola kebijakan, terutama terkait:

1) Kerangka Kualifikasi Kompetensi Pendamping Pembangunan secara nasional

yang akan menjadi rujukan bagi program-program di berbagai K/L.

2) Kerangka Kualifikasi ini akan menjadi acuan penyempurnaan program-

program pendidikan dan pelatihan serta sertifikasi bagi pendamping berbasis

kompetensi, sehingga kinerjanya dapat terukur.

3) Pengembangan sistem pendukung, seperti adanya Peraturan Presiden, akan

menjadi dasar pengembangan profesi pendamping, termasuk pengembangan

sistem rekognisinya termasuk remunerasi pendamping linta K/L.

4.2. Rekomendasi

a. Meskipun secara umum seluruh milestone jangka pendek pengembangan sistem

penguatan pendamping pembangunan tercapai, namun sistem belum sepenuhnya

terbangun. Kerangka Kualifikasi Komptensi Pendamping Pembangunan perlu

diadopsi melalui suatu konvensi lintas K/L agar menjadi acuan pengembangan

kompetensi pendamping ke depan.

b. Diperlukan kolaborasi dan komunikasi yang berkelanjutan hingga sistem penguatan

pendamping pembangunan ini betul-betul diadopsi dan dilaksanakan oleh K/L

pelaksana. Oleh sebab itu, jangka panjang Proyek Perubahan ini dapat dilaksanakan

sampai dengan akhir periode RPJMN 2020-2024.

4.3. Lesson Learned kepemimpinan

a. Dari pelaksanaan Proyek Perubahan ini, penulis belajar bahwa prosesnya tidak

hanya mengenai inovasi kebijakan publik (policy innovation), tetapi juga perlu ada

inovasi dalam proses penyusunan kebijakannya (innovation on the policy making

process) dan upaya untuk mengembangkan inovasi tersebut (policy to foster the

innovation).

Page 41: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

33

b. Untuk itu, kepemimpinan kolaboratif menjadi kunci kesuksesan Proyek Perubahan

ini. Kepemimpinan kolaboratif harus dilakukan dengan membangun komitmen,

membina kohesivitas dan partisipasi dari seluruh jenjang pemangku kepentingan di

setiap K/L.

Page 42: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

34

Daftar Pustaka

1. Australia Government. “Qualifications Recognition in Australia.”

2. Australia Government. “Australian Qualifications Framework,” 2013 (second

edition).

3. Bachtiar, Palmire P., et al. Laporan Penelitian Semeru Institute, 2018. “Studi

Implementasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.”

4. UNESCAP, 2018. “Guideline on Developing and Strengthening Qualifications

Frameworks in Asia and the Pasific.”

5. Kazimierz, Gozdz. System Thinker, 2018. “Building A Core Competence in

Community.”

6. Kurniawan Asep, et. al. Laporan Penelitian Smeru Institute, 2019. “Mengoptimalkan

Pendampingan untuk Pemberdayaan Masyarakat Desa”.

7. Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2016 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional.

8. Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah

dengan Perjanjian Kontrak (P3K).

9. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia (KKNI).

10. Peraturan Presiden No. No. 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Kangka

Menengah Nasional 2020 – 2024.

11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 2 Tahun 2016 tentang SIstem Standarisasi

Kompetensi Kerja Nasional.

12. Peraturan Menteri Sosial No. 16 Tahun 2017 tentang Standar Nasional SDM

Penyelenggaraan KEsejahteraan Sosial.

13. Peraturan Menteri SOsial NO. 12 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Pekerja

Sosial.

14. Smeru Institute, 2018. “Pembangunan Berbasis Masyarakat.”

15. Suryahadi, Asep, Laporan Penelitian Smeru, 2019. “Kebutuhan Pendampingan

Pembangunan.”

16. Tuck, Ron. 2007. ILO. “An Introductory Guid to National Qualifications Framework:

Conceptual and Practical Issues for Policy Makers.”

17. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

18. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

19. Undang-Undang No. 9 Tahun 2011 tentang Kesejahteraan Sosial.

20. Undang-Undang No. 14 tahun 2019 tentang Pekerja Sosial.

Page 43: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

35

LAMPIRAN

1. Lampiran 1: SK Tim Koordinasi

2. Lampiran 2: Kerangka Kualifikasi Kompetensi Pendamping

Pembangunan

3. Lampiran 3: Undangan rapat dan bahan-bahan

pembahasan.

Page 44: PROYEK PERUBAHAN - pustakamaya.lan.go.id

36