proposal muklas edit.docx
-
Author
muklas-young-scientists -
Category
Documents
-
view
219 -
download
4
Embed Size (px)
Transcript of proposal muklas edit.docx
15
I. JUDULPENENTUAN PROFIL KROMATOGRAM EKSTRAK ETANOL LEMPUYANG EMPRIT (Zingiber amaricans Bl.) DAN PENETAPAN KADAR ZERUMBON-NYA DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGIII. LATAR BELAKANG MASALAHObat herbal telah digunakan sejak zaman kuno untuk pengobatan berbagai penyakit. Meskipun telah terjadi kemajuan dalam dunia kedokteran modern dalam beberapa dekade terakhir ini, obat herbal masih memiliki peran penting dalam dunia kesehatan saat ini (Clixto, 2000). Penggunaan obat herbal berkembang dengan cepat diseluruh dunia. Namun, laporan tentang efek samping obat herbal cenderung dibesar-besarkan sehingga memberikan kesan yang negative terhadap penggunaan produk herbal. Oleh karena itu keamanan dan kemanjuran obat-obat herbal menjadi perhatian utama bagi otoritas kesehatan nasional dan masyarakat umum (WHO, 2004).Kontrol kualitas merupakan tahap yang penting dalam suatu produksi untuk menghasilka produk herbal yang berkualitas tinggi. Jika terjadi lemahnya kontrol kualitas dapat menghasilkan produk inferior yang dapat menyebabkan masalah kesehatan pada konsumen (Groot dan Roest, 2006). Kontrol kualitas obat herbal bertujuan untuk memastikan konsistensi, keamanan dan kemanjuran dari produk herbal tersebut. Pemilihan senyawa kimia penanda (chemical marker) sangat penting untuk kontrol kualitas obat herbal, termasuk otentikasi spesies asli, waktu panen bahan baku yang berkualitas tinggi, penanganan pasca panen, penilaian intermediet dan produk jadi serta deteksi bahan berbahaya dan beracun. Untuk kontrol kualitas bias dilakukan dengan mengidentifikasi senyawa penanda pada produk herbal. Senyawa kimia penanda yang ideal harus menjadi komponen terapi dari produk herbal tersebut. Namun kebanyakan obat herbal komponen terapinya belum sepenuhnya dijelaskan atau mudah dipantau (Li, et al, 2008). Zingiber amaricans Bl (Zingiberaceae) di daerah Jawa Tengah dikenal sebagai Lempuyang emprit, tanaman ini tersebar luas di Indonesia dan digunakan secara tradisional sebagai jamu yang dikenal dengan cabepuyang (Riyanto, 2007). Tanaman ini oleh masyarakat digunakan sebagai penambah nafsu makan, mengatasi menceret, sakit perut, badan penat, asam, dan mencegah kehamilan. Selain itu ekstrak etanol dari lempuyang emprit mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri E.coli (Karima, 2007). Penelitian tentang kandungan dari ekstrak etanol lempuyang emprit telah dilakukan oleh Riyanto (2007) dan Sukari et al (2008) menggunakan GC-MS dan hasilnya adalah kandungn utama dari lempuyang emprit adalah zerumbone. Zerumbone adalah sesquiterpen monosiklik, yang mempunyai potensi sebagai anti-inflamasi yang efeknya mirip dengan piroksikam yang merupakan obat golongan NSAID (somchit et al, 2012). Zerumbon juga dilaporkan memiliki kemampuan mencegah UVB yang memicu pembentukan katarak (Chen et al, 2011), berpotensi sebagai agen kemotrapi yang dapat mengobati kanker serviks dan ovarium hal ini dikarenakan zerumbon dapat menghambat pertumbuhan sel kanker tersebut (Abdelwahab et al, 2012). Selain itu zerumbon dapat juga digunakan sebagai agen imunomodulator (Keong et al, 2010), dan dapat digunakan juga untuk mengobati leukimia (Huang et al, 2005) serta dapat menghambat virus HIV(Dai et al,1997). Metode yang sudah digunakan untuk menganalisis zerumbon diantaranya adalah HPTLC, hasilnya bahwa metode ini linier dengan nilai r = 0,9997 dan akurat dengan persen perolehan kembalinya adalah 97,85-100,12% (Rout, 2009). Selain itu penelitian Elamin. M et al (2010), yang memvalidasi metode kromatografi cair kinerja tinggi untuk analisis zerumbon dalam plasma hasilnya adalah metode ini valid untuk penetapan zerumboneBerdasarkan latar belakang tesebut, belum adanya penelitian tentang gambaran metabolit lempuyang emprit menggunakan KCKT. Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan deteksi dioda array (PDA), menawarkan profil kualitatif alternatif dan banyak digunakan untuk otentikasi dari simplisia atau ekstrak tanaman obat (Springfield et al., 2004). Selain itu kromatografi cair kinerja tinggi merupakan metode yang populer untuk analisis obat herbal karena metode ini mudah dipelajari dan tidak terbatas oleh volatilisasi atau stabilitas senyawa dari sampel. Secara umum kromatografi cair kinerja tinggi digunkan untuk menganalisis hampir semua senyawa dalam obat-obat herbal (Liang et al, 2004). Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran (profil kromatogram) mengenai metabolit lempuyang emprit (Zingiber amaricans Bl) yang diperoleh dari beberapa tempat berhubungan dengan kualitas metabolit sekunder dari ekstraks etanol lempuyang emprit yang dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi, serta penetapan kadar zerumbone yang menjadi metabolit berkhasiat secara biologis dalam ekstraks etanol lempuyang emprit menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Hasil penelitian ini dalam jangka panjang diharapkan dapat menjadi landasan ilmiah dan kajian pemanfaatan bahan ekstrak Zingiber amaricans Bl untuk obat herbal atau fitofarmaka yang berguna..
III. PERUMUSAN MASALAH Dengan dasar dan pertimbangan di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :1. Bagaimanakah profil kromatografi dari ekstrak etanol Lempuyang Emprit (Zingiber amaricans Bl.) ?2. Berapakah kadar Zerumbone yang terkandung dalam Lempuyang Emprit (Zingiber amaricans Bl.)?
IV. TUJUAN Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menentukan profil kromatografi dan menetapankan kadar zerumbone ekstrak etanol lempuyang emprit (Zingiber amaricans Bl.) menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi.
V. TINJAUAN PUSTAKA1. Tanaman Lempuyang Emprit ( Zingiber amaricans Bl ) a. Sistematika tanaman lempuyang emprit (Zingiber amaricans Bl ) Kingdom: Plantae (tumbuh-tumbuhan)Divisi: MagnoliophytaKelas : LiliopsidaBangsa: ZingiberalesSuku: ZingiberaceaeMarga: ZingiberJenis: Zingiber amaricans Bl. (Backer dan Van den Brink, 1965)b. Morfologi TumbuhanTanaman Zingiber amaricans Bl mempunyai ciri ciri sebagai berikut: tanaman berumur panjang, rimpang dalam tanah, tunasnya dapat mencapai tinggi 1,5 m dan rimpangnya kecil menyerupai Z. officinale (Gembong, 1999), rimpang berbentuk ellipsoidal, pajangnya 1,7-2 kali dari lebarnya, pucuk bulat, terdapat daun kecil disekeliling pucuk, tumbuh liar dan dibudidayakan (De Guzman, C. C and Siemonsma, 1999). c. Nama di IndonesiaZingiber amaricans Bl mempunyai nama yang berbeda-beda disetiap daerah di indonesia diantaranya lempuyang pahit di Jawa Barat, dan lempuyang emprit didaerah Jawa (De Guzman, C. C and Siemonsma, 1999).
d. KhasiatRimpang tanaman ini digunakan sebagai penyedap rasa, di Indonesia rimpang lempuyang emprit dimakan sebagai lalab untuk depurative dan untuk mengobati sariawan. Jus dari rimpang lempuyang emprit segar digunakan untuk meningkatkan nafsu makan. Di Malaysia rimpang lempuyang emprit digunakan untuk mengobati sakit perut, infeksi setelah melahirkan (nifas) dan sebagai tonikum, selain itu rimpang tanaman ini digunakan untuk mengatasi damam dan mati rasa pada kaki (De Guzman, C. C and Siemonsma, 1999).
e. Kandungan KimiaRiyanto (2007) melakukan identifikasi dan isolasi kandungan dari Zingiber amaricans Bl yang berasal dari berasal dari pasar Bringharjo, Yogyakarta menggunakan GC-MS. Hasilnya kandungan utama dari rimpang Zingiber amaricans Bl adalah zerumbon. Sedangkan kandungan yang lain adalah campuran dari pohytosterol yaitu Cholesterol (1,12%), Campesterol (12,38%), Stigmasterrol (30,16%), - Sitosterol (56,28%). Sukari et al (2008) mengidentifikasi kandungan kimia dari rimpang Zingiber amaricans menggunakan GC-MS hasilnya adalah sesquiterpen teroksigenasi yang komponen utamanya adalah zerumbone (40,7%), kandungan lainnya adalah ester aromatik, benzil heptanoat (23,5%), monoterpen (8,2%), monoterpen teroksigenasi (10,6%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan utama dari lempuyang emprit adalah zerumbone.2. ZerumboneZerumbone adalah sesquiterpen yang mempunyai struktur yang unik mempunyai gugus keton dinomer 11 pada cicinnya serta mempunyai aktivitas biologis yang menarik (Sakinah et al, 2007).
Struktur zerumbon (Murakami et al., 2002)Zerumbone dapat dijadikan senyawa penuntun kerena senyawa penuntun yang ideal adalah harus menjadi komponen terapi dari produk herbal tersebut (Li, et al, 2008). Sebagai kandungan utama dari lempuyang emprit Zerumbon dilaporkan memiliki berbagai aktivitas biologis diantaranya adalah dapat menghambat proliferasi sel kanker kolon dan kulit (Murakami et al., 2002), untuk kemoterapi hepatoma (Sakinah et al., 2007), dan antiinflamasi (Murakami et al., 2002). Selain itu zerumbone juga digunakan untuk mengobati pankreatitis akut (Zang et al , 2012) serta menghambat virus HIV (Dai et al, 1997).
Profil kromatogram zerumbone dalam palsma yang dianalisis menggunkan HPLCmenggunkan (Elamin, et al ,2010)3. Kontrol Kualitas Produk HerbalKontrol kualitas merupakan hal yang sangat penting dalam produksi produk herbal yang berkulitas tinggi, jika control kualitas lemah dapat menghasilkan produk inferior yang dapat menyebabkan masalah kesehatan pada konsumen (Groot dan Roest, 2006). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya penetapan standart mutu dan keamanan ekstrak tanaman obat. Salah satu tujuan dari standarisasi adalah menjaga konsistensi dan keseragaman khasiat dari produk herbal. Standarisasi melibatkan pemastian kadar senyawa aktif farmakologis melalaui analisis kuantitatif metabolit sekunder yang akan menjamin keseragaman khasiat (Saifudin, 2011).Diperkirkan bahwa sekitar 25% dari semua obat-obatan modern secara tidak langsung atau langsung berasal dari tanaman, bahkan utuk beberapa obat seperti antitumor dan antibakteri sekitar 60% dari obat-obatan tersebut berasal dari obat alami (Clixto, J. B. , 2000). Produk herbal berasal dari dua sumber yaitu dari tanaman liar dan tanaman yang dibudidaya. Tanaman yang dibudidayakan memberikan jaminan yang lebih baik karena tanaman yang digunakan untuk obat adalah benar, sedangkan untuk tanaman liar memungkinkan terjadinya kesalahan tanaman yang dipakai untuk produk herbal. Oleh karena itu diperlukan tehnik analisa untuk konfirmasi kebenaran dari tanaman yang digunakan untuk produk herbal tersebut (Groot dan Roest, 2006). Secara umum, metode utuk kontrol kualitas produk herbal meliputi pemeriksaan sensorik (makroskopik dan mikroskopik) dan pemeriksaan analitis dengan menggunkan instrument seperti kromatografi lapis tipis, HPLC, GC-MS, LC-MS, NIR, dan lain-lain. Salah satu metode yang populer untuk analisis obat herbal adalah HPLC karena metode ini mudah dipelajari dan tidak terbatas oleh volatilisasi atau stabilita senyawa dari sampel. Secara umum kromatografi cair kinerja tinggi digunkan untuk menganalisis hampir semua senyawa dalam obat-obat herbal (Liang et al, 2004).
4. Kromatografi cair Kinerja Tinggi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT) merupakan salah satu jenis kromatografi yang paling banyak digunakan. Analit yang dibawa fase gerak akan melalui celah-celah fase diam sehingga berinteraksi sacar adsorbsi dipermukaan. Perbedaan tipe kekuatan adsorbi tergantung pada model kromatografi yang digunakan diantaranya adalah interaksi hidrofobik (tidak spesifik) ini terutama terjadi jika model kromatografinya fase terbalik, interaksi dipol-dipol (polar) dominan dalam model kromatografi fase normal, interaksi ion terutama trejadi pada kromatografi penukar ion (ion exchange). Analit akan berkompetsi dengan fase gerak untuk menduduki permukaan fase diam, jika interaksi analit dengan fase diam lebih kuat dibandingkan interaksi dengan fase gerak maka analit lebih lama tertahan difase diam (Anonim, 2012).Mekanisme pemisahan dalam kromatografi fase terbalik tergantung pada interaksi hidrofobik antara analit dengan fase gerak dan fase diam. Kromatografi fase terbalik pada umumnya menggunkan elusi gradien bukan elusi isokratik. Dalam kromatografi fase terbalik ini fase diam terdiri dari ligan hidrofobik pada umumnya mengandung silika atau sintesis polimer organik seperti polisterin. struktur yang khas dari silika pada kromatografi:
struktur khas dari silika pada kromatografi (anonim, 2012)
Detektor photodiode array (PDA) memiliki nomer element dari 128 1024 bahkan hingga 4096 sehingga detektor ini merupakan dedektor yang ideal untuk spektrum spektrofotometer dispertif UV-VIS. Keuntungan dari PDA adalah:1. Dapat diukur pada panjang gelombang yang berbeda secara simultan2. Dapat mendeteksi secara cepat 3. Memiliki perbandingan Signal to Noise yang tinggi4. Wavelength Precisio5. Minimal Stray Light effect6. Memiliki roggudnes yang baik (Choi, 2012).
VI. KETERANGAN EMPIRISHasil penelitian yang didapat adalah mengetahui profil kromatogram ekstrak etanol lempuyang emprit (Zingiber amaricans Bl.) dan mengetahui kadar zerumbon yang terdapat dalam ekstrak tersebut
VII. METODE PENELITIANA. Kategori PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif (non eksperimental) merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan yang obyektif. B. Alat dan Bahan 1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :a. Peralatan dalam pembuatan serbuk : blender, alat saring, alat gelas.b. Peralatan untuk ekstraksi : alat gelas, neraca analitik, evaporator.c. Peralatan untuk analisis kuntitatif : mikropipet ( gilson ), HPLC, alat timbang, labu takar, beker glass.2. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :Rimpang lempuyang emprit Zingiber amarican Bl (yang diperoleh dari Tawangmangu Karanganyar, Pasar Gede Surakarta, Merapai Farma Yogyakarta), etanol.C. Jalannya Penelitian1. Pengumpulan BahanSampel tanaman didapat dari beberapa daerah, yaitu dari Karanganyar (Balai Penelitian Tanaman Obat), Jogjakarta (PT. Merapi Farma), dan simplisia dari Pasar Gede Surakarta 2. Determinasi TanamanTahap pertama penelitian adalah melakukan determinasi tanaman Zingiber amarican Bl. Determinasi bertujuan untuk menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan ciri-ciri morfologi secara makroskopis tanaman Zingiber amarican Bl terhadap kepustakaan. Lempuyang emprit yang diperoleh dari Tawangmangu Karanganyar, Pasar Gede Surakarta, Merapi Farma Yogyakarta dideterminasikan di laboratorium Biologi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Persiapan BahanSetiap simplisia sebelum digunakan hendaklah dilakukan sortasi untuk membebaskan dari bahan asing dan kotoran lain. Simplisia sebelum digunakan hendaklah dicuci lebih dahulu dengan air bersih atau dibersihkan dengan cara yang tepat sehingga diperoleh simplisia yang bersih, dan terbebas dari mikroba patogen, kapang, khamir serta pencemar lainnya.Kemudian, simplisia yang telah dicuci hendaklah dikeringkan lebih dahulu dengan cara yang tepat sehingga tidak terjadi perubahan mutu dan mencapai kadar air yang dipersyaratkan (Anonim, 2005). Selanjutnya simplisia siap untuk diekstraksi4. Pembuatan EkstrakAkar rimpang yang telah dikeringkan dan dihaluskan ditimbang sebanyak 100 gram, dihomogenkan kemudian diekstraksi dengan metode maserasi (perendaman) dengan etanol absolut 250 ml semalam pada suhu kamar. Dipisahkan antara maserat dan ampas dengan cara disaring vakum. Ekstraksi diulangi sebanyak tiga kali.Selanjutnya, ekstrak etanol diuapkan sampai kering pada 35 C dengan vacuum rotary evaporator (Kirana et al., 2003).5. Pembuatan Larutan Stok dan Seri Kadar KonsentrasiDibuat larutan stok zerumbon dengan kadar 100 g/ml pelarut yang digunakan adalah acetonitril. Dan dibuat seri kadar konsentrasi sebagai berikut 2, 4, 6, 8, 10 dan 15 g/ml.
6. Analisis Data Menggunkan Kromatografi Cair Kinerja TinggiAnalisis data menggunakan HPLC dari Alliance e2695 Separation Module dilengkapi detektor PDA Waters 2998. Analisis menggunakan kromatografi sistem terbalik menggunakan kolom C18 yang bersifat non polar, dengan fase gerak bergradien asam asetat 0,25% dan asetonitril 100% dengan laju alir 0,77 ml / menit pada 48 C (Kirana et al., 2003). Sampel di deteksi pada panjang gelombang 254 nm dengan detektor PDA (Photodiode array) (Elamin M et al., 2010).7. Analisis DataHasil kromatogram yang didapat dibandingkan dengan semua sampel kemudian dipilih kromatogram yang terbaik. Kadar zerumbon sampel dihitung menggunakan kurva baku yang diperoleh dari standart zerumbone.
d. Tempat penelitianLaboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
H. JADWAL WAKTU PENELITIAN Tahapan PenelitianUraian KegiatanBulan ke-
123456
PersiapanStudi Pustaka
Persiapan bahan dan Optimasi Alat
PelaksanaanPengumpulan Data
PenyelesaianAnalisis Data
Penyusunan Laporan
VIII. Daftar Acuan PustakaAbdelwahab, S. I. , Abdul A. B, Zain, Z. N. and Abdul, A. H, 2012, Zerumbone inhibits interleukin-6 and induces apoptosis and cell cycle arrest in ovarian and cervical cancer cells, International Immunopharmacology. 12 (4) : 594-602 .Anonim, 2005, Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2012, High Performance Liquid Chromatograph, (online), (http://www.standardbase.com/tech/HPLC.pdf, diakses tanggal 14 april 2012).Anonim, 2012, Reversed Phase Chromatography, (online), (http://wolfson.huji.ac.il/purification/PDF/ReversePhase/AmershamRPCManual.pdf, diakses tanggal 14 april 2012).Backer, C. A. And Van Den Brink, R. C. B., 1965, Flora of Java: Spermatophytes only Volume 3, N. V. P. Noordhoff-Groningen-The Netherlands, 45.
Clixto, J.B., 2000, Efficacy, safety, quality control, marketing and regulatory guidelines for herbal medicines (phytotherapeutic agents). Braz J Med Bio Res, 33: 179-189Choi, H., Advantages of Photodiode Array, (online), http://www.hwe.oita- u.ac.jp/kiki/ronnbunn/paper_choi.pdf , diakses tanggal 14 april 2012).Dai, J. R. , Cardellina, J. H. , Mc Mahon, J. B. And Boyd, M. R, 1997, Zerumbone, an HIV-Inhibitory and Cytotoxic Sesquiterpene of Zingiber aromaticum and Z. zerumbet, Nat. Prod. Lett. 10 : 115-118. De Guzman, C. C. and Seimonsma, 1999, the Plant Resaources of South-Asia no . 13. Spices. Backhuys publishers, Leiden, the Netherlands.Elamin M, E. , Abdul, A. B., Al-Zubairi. A. S., Aspollah, M. , Sukari and Abdullah, R., 2010, validated High Performance Liquid Chromatographic (HPLC) Method for Analysis of Zerumbone in Plasma, African Journal of Biotechnology. 9 (8); 1260-1265) .Groot, M. J. And Roest, D. , 2006, Quality Control in the Production Chain of Herbal Products, Medicinal an Aromaticum Plants. 253-260 Huang, G. C. , Chien, T. Y. Chen, L. G. And Wang, C. C. , 2005, Antitumor effects of zerumbone from Zingiber zerumbet in P-388D1 cells in vitro and in vivo, Plant Med. 71(3), 219-224.Karima, N. , 2007, Profil Kromatogram dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Rimpang Lempuyang Emprit (Zingiber amaricans Bl) Terhadap Bakteri Escherichia coli In VItro , Karya Tulis Ilmiah, Universitas Diponegoro, SemarangKeong YS, 2010, Alitheen, N. B. ,Mustafa, S. , Abdul Aziz, S., Adul Rahman, M. , And Ali, A. M, Immunomodulatory Effects of Zerumbone Isolated from Roots of Zingiber zerumbet, Pak J Pharm Sci. 23(1) : 75-82.Kirana, C., Mclntosh, G. H., Record, I. and Jones, G. P., 2003, Antitumor Activity of Extract of Zingiber aromaticum and Its Bioactive Sesquiterpenoid Zerumbone, Nutrition and Cancer, 45(2), 218-225.
Li, S., Han, Q., Qiao, C., Song, J., Cheng, C. L. and Xu, H., 2008, Chemical markers for the quality control of herbal medicines (review), Licensee BioMed Central Ltd, Vol. 3 Chapt. 7.Liang, Yi-Zeng., Xie,P and Chan, K., 2004, Review : Quality control of herbal medicines, J. of Chromatography Bi, 812: 53-70 Murakami, A., Takhasih, D., Kinoshita, T., Koshimiza, K., Kim, HW., Yoshihiro, A., Nakamura, Y., Jiwajinja, S., Terao, J. And Ohigashi, H. , 2002, Zerumbone, a Southeast Asian ginger sesquiterpene, markedly suppresses free radical generation, proinflammatory protein production and cancer cell proliferation accompanied by apoptosis: the ,-unsaturated carbonyl group is a prerequisite, Carcinogenesis. 23(5): 795-802.
Riyanto, S. , 2007, Identification Of Isolated Compounds From Zingiber amaricans BL. Rhizome, Indo. J. Chem., 7 (1) : 93 96.
Rout, K. K. , Mishar, S. K. and Sherma, J. , 2009, Development and validtion of an HPTLC Method for Anlysis of Zerumbo, the Anticancer Marker from Zingiber zerumbet, Acta Chromatographica, 21 (3); 443-452.Saifudin, A., Viesa, R. dan Teruna, H Y., 2011, Standarisasi Obat Alam, Graha ilmu,Yogyakarta.Sakinah, S., Handayani, TS., and Hawariah, L. P. , 2007, Zerumbone Induced Apoptosis in Liver Cancer Cells via Modulation of Bax/Bcl-2 ratio, Cancer Cell International: 7-4.Somchit, M. N. , Zerumbone Isolated from Zingiber zerumbet Inhibits Inflamation an Pain in Rats, Juornal of Medicinal Plants Research, 6 (2): 117-180.Springfield, E.P., Eagles, P. K. F and. Scott, G., 2004, Quality assessment of South African herbalmedicines by means of HPLC fingerprinting. Journal of Ethnopharmacology. Volume 101, Issues 13Sukari, M.A. , Mohd Sharif, A. L. C. , Yap, S. W., Tang, B. K. , Noeh, M. , Rahman, G. C. L. , Ee, Y. H. , Taufiq, Yap and Yusuf, U. K. , 2008, Chemical Constituents Variatiosns of Essential Oils from Rhizomes of Four Zingiberaceae Specie, The Malaysian Journal of Analytical Sciences, 12 (3): 638-644.Tjitrosoepomo, Gembong, 1989, Taksonomi Tumbuhan: (Spermatophyta), UGM Press, Yogyakarta Zhang, S. , Liu, Q. , Liu, Y. And Qiao, H. , 2012, Zerumbone a Southeast Asian Ginger Sisquiterpene Induced Apoptosis of Pancreatic Carcinoma Cells through P53 Signaling Pathway, Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2012 ; 1-8WHO, 2004. WHO guidelines for safety monitoring of herbal medicines in pharmacovigilance. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data