agni LD 50 Full edit.docx

download agni LD 50 Full edit.docx

of 26

Transcript of agni LD 50 Full edit.docx

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    1/26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Di zaman sekarang ini banyak sekali penyakit yang diakibatkan oleh beragam

    efek,misalnya banyak penyakit yang diakibatkan oleh obat yang di konsumsi oleh banyak

    konsumen itu sendiri.Keamanan suatu obat dalam bidang kefarmasian sangatlah harus di

    perhatikan agar tercapai efek dan sasaran dari kinerja obat tersebut. Hampir semua obat

    pada dosis yang cukup besar dapat menimbulkan toksik dan pada akhirnya dapat

    menimbulkan kematian. Untuk menilai keamanan dari suatu obat dalam bidang

    farmakologi dilakukan percobaan terhadap bonatang coba. Keamanan dari dosis

    maksimal yang diberikan pun harusnya terakurasi, dengan metode Penentuan LD 50

    merupakan tahap untuk mengetahui keamanan bahan yang akan digunakan manusia

    dengan menentukan besarnya dosis yang menyebabkan kematian 50% pada hewan uji

    setelah pemberian dosis tunggal. LD50 bahan obat mutlak harus ditentukan karena nilai

    ini digunakan dalam penilaian rasio manfaat (khasiat) dan daya racun.

    Suatu sediaan obat selain harus mempunyai potensi juga harus terjamin

    keamanannya. Keamanan suatu sediaan obat dapat dilihat dari nilai index terapeutiknya

    yaitu suatu nilai yang merupakan perbandingan dari nilai LD 50 dengan ED 50. Yaitu

    suatu tingkat dosis yang dapat membunuh (LD 50) atau menimbulkan efek (ED) pada 50%

    hewan percobaan. Semakin lebar jarak nilai antara ED 50 dengan LD 50, semakin aman

    sediaan obat tersebut. Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk menentukan LD 50

    ini tapi yang paling banyak dipakai adalah metode yang dikembangkan oleh Kruskall dan

    Wallis.

    Sedangkan pada keracunan pestisida yang sering menimbulkan keracunan adalah

    kelompok senyawa klor organik, senyawa fosfor organik dan karbanat, serta kelompok

    pestisida alam termasuk didalamnya piretrum dan rotenone. Akan tetapi yang palingbanyak dijumpai dilapangan adalah senyawa fosfor organik dan karbanat.

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    2/26

    1.2 Tujuan Praktikum

    Mempelajari ED dan LD suatu sediaan obat dengan hewan percobaan katak.

    Mempelajari batas keamanan suatu sediaan obat.

    Mempelajari gejala dan penanganan keracunan pestisida

    1.3 Hipotesis

    A. LD 50

    Di harapakan suatu sediaan obat mempunyai potensi, yang terjamin keamananya

    dimana dapat dilihat dari suatu nilai indek terapeutiknya dengan perbandingan

    nilai LD 50 dengan ED 50.

    Pemberian Procain 2% dalam dosis 900 mg/kg BB secara subkutan pada hewan

    coba katak, akan menimbulkan kematian satu atau lebih jumlah semua hewan

    coba dalam waktu kurang lebih 2 jam.

    B. Keracunan Pestisida

    Pemberian insektisida tetraetilpirofosfat dengan mengolesi pada punggung tikus

    yang telah dicukur, akan menimbulkan bintik-bintik merah pada punggung tikus.

    Pemberian injeksi atropin sulfat secara intraperitoneal sebelum mengolesi

    insektisida tetraetilpirofosfat pada punggung tikus, keracunan yang ditimbulkan

    lebih lama dibandingkan pada tikus yang sebelumnya tidak di injeksi atropin

    sulfat.

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    3/26

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Suatu sediaan obat selain harus mempunyai potensi juga harus terjamin

    keamananya. Keamanan suatu sediaan obat dapat dilihat dari index terapeutiknya yaitu

    nilai yang merupakan perbandingan dari nilai LD 50 dengan ED 50, yaitu tingkat dosis

    yang dapat membunuh (LD 50) atau menimbulkan efek (ED 50) pada 50% hewan

    percobaan. Semakin lebar jarak nilai antara ED dengan LD,semakin aman obat terserbut.

    Menurut Environmental Protection Agency (EPA 2002), LD50 digunakan untuk

    mengetahui kematian 50% hewan percobaan dalam 24-96 jam. Pengaruh LD50 secara

    umum diukur menggunakan dosis bertingkat. Dosis bertingkat terdiri dari kelompok

    kontrol dan beberapa tingkat dosis yang berbeda. Toksisitas akut dilakukan untuk

    mengetahui respon hewan percobaan terhadap dosis yang diberikan. Penghitungan LD50

    didasarkan pada jumlah kematian hewan percobaan. Pengamatan hewan percobaan

    dilakukan selama 24 jam. Pada kasus tertentu sampai 7-24 hari (Donatus 1998).

    Gejala yang timbul setelah pemberian obat merupakan hasil interaksi antara obat

    dengan reseptor. Untuk mencapai reseptor dari tempat pemberiannya obat harus

    mencapai reseptor, dari tempat pemberian obat yang diabsorbsi untuk kemudian

    mencapai reseptor memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap onset obat.

    Kisaran tingkat dosis yang digunakan yaitu dosis terendah yang hampir tidak

    mematikan seluruh hewan percobaan dan dosis tertinggi yang dapat menyebabkan

    kematian seluruh atau hampir seluruh hewan percobaan. Setiap hewan percobaan akan

    memberikan reaksi yang berbeda pada dosis tertentu. Perbedaan reaksi akibat pemberian

    suatu zat diakibatkan oleh perbedaan tingkat kepekaan setiap hewan (Guyton dan Hall

    2002).

    Banyak obat yang mencapai dan menduduki reseptor menentukan intensitas kerja

    obat sedangkan lamanya obat berada di reseptor menentukan durasi atau lamanya kerja

    obat. Selain mengalami absorbsi dan distribusi sebagian obat mengalami metabolisme

    kemudian dieksresikan ke luar tubuh. Kecepatan metabolisme dan ekskresi dapat

    menentukan cara kerja obat dan durasinya.

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    4/26

    Setiap manupulasi yang berakibat pada perubahan kecepatan da jumlah obat yang

    diabsorbsi, distribusi, mencapai reseptor, dimetabolisme, dan diekskresikan akan

    mempengaruhi obat yang timbul. Dimana proses absorpsi juga berpebgaruh mengalami

    perubahan sehingga memberikan absorpsi efek..

    Mekanisme obat Aborpsi obat adalah proses penyerapan obat dari tempat mulai

    dicerna sampai obat bekerja dan kadarnya tidak secara umum.

    Metode Thomson dan Weil mulai digunakan pada tahun 1952. Metode Thomson

    dan Weil memiliki kelebihan dari pada metode-metode sebelumnya. Metode Thomson

    dan Weil mempunyai tingkat kepercayaan yang cukup tinggi (Anonimous 2006). Metode

    ini merupakan metode yang sering digunakan karena tidak memerlukan hewan percobaan

    yang cukup banyak. Perhitungan LD50 tidak menggunakan kertas probit logaritma. Uji

    heterogenitas data tidak dilakukan dalam metode Thomson dan Weil (Anonimous 2006).

    Metode ini menggunakan daftar perhitungan LD50 sehingga hasil lebih akurat. Bentuk

    rumus dari metode Thomson dan Weil adalah sebagai berikut :

    Perhitungan LD 50 dilakukan dengan rumus berikut :

    Log LD 50 = Log D a + d (f + 1)

    Untuk mengetahui kisaran LD 50 digunakan rumus :

    Log LD 50 2 .df

    Dimana : D = dosis terkecil yang digunakan

    d = logaritma kelipatan

    f = suatu factor pada tabel (di cari n=4, k=3 adalah jumlah katak per

    kelompok)

    k = jumlah kelompok mencit -1

    df = dicari pada tabel ( n=4, K= 3)

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    5/26

    Toksisitas banyak ditimbulkan karena efek dari obat yang diberikan pemeriksaan

    obat dan zat kimia menjadi sangat rumit dan semuanya dilakukan untuk mencegah

    kejadian yang dapat berefek pada hewan coba atau konsumen yang menkonsumsi suatu

    obat tersebut.

    Penilaian keamanan suatu obat atau zat kimia merupakan bagian dari toksikologi,

    karena pergunaan harus diuji. Bila ada zat tambahan makanan atau yang terkontaminasi

    tanpa sengaja atau yang lainnya maka haru memmperhatikan tahap tahap yang berlaku.

    Suatu faktor keamanan kemudian diperhitungkannya untuk uji toksikologi. Jadi harus

    diperhatikannya.

    Hasil LD 50 zat kimia atau obat sering diambil sebagai patokan pada manusi jika

    tidak yang menyarankan pada efek lain. Efek yang terjadi biasanya keracunan.

    Lethal Dose 50 adalah suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna

    menyatakan dosis tunggal sesuatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan atau

    menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan coba setelah perlakuan. LD 50

    merupakan tolak ukur kuantitatif yang sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis

    letal. Ada beberapa pendapat yang menyatakan tidak setuju, bahwa LD 50 masih dapat

    digunakan untuk uji toksisitas akut. Namun ada juga beberapa kalangan yang masih

    setuju, dengan pertimbangan: pemberian, suhu lingkungan, kelembaban, sirkulasi udara.

    Dalam mencari harga LD 50 diperlukan ketepatan atau jika dilihat dari taraf

    kepercayaan tertentu, harga tersebut hanya sedikit sekali bergeser dari harga sebenarnya,

    atau berada pada rentang atau interval yang sempit.

    Untuk mencapai tujuan itu, Weil memanfaatkan tabel yang dibuat oleh Thompson

    dan Weil (1952). Pada penggunaan tabel itu, percobaan harus memenuhi beberapa syarat

    berikut:

    1) Jumlah hewan uji tiap kelompok peringkat dosis sama.

    2) Interval merupakan kelipatan (d) atau faktor geometrik (R) tetap.

    3) Jumlah kelompok paling tidak 4 peringkat dosis. Jika umumnya digunakan K=3 maka

    jumlah kelompok harus paling tidak (K+1) peringkat dosis.

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    6/26

    Da adalah dosis terendah, f adalah faktor yang diperoleh dari tabel Thompson dan

    Weil, dan d adalah logaritma kelipatan dosis (Ngatidjan, 1997).

    Menurut Farmakope Indonesia III penelitian toksisitas akut harus memenuhi syarat

    sebagai berikut:

    1) Menggunakan seri dosis dengan pengenceran berkelipatan harus tetap.

    2) Jumlah hewan percobaan atau biakan jaringan tiap kelompok harus sama.

    3) Dosis diatur sedemikikan rupa, sehingga memberikan efek dari 0% sampai 100%.

    Striknin

    Striknin bekerja dengan cara mengadakan antagonisme kompetitif terhadap

    transmiter penghambatan yaitu glisin di daerah penghambatan pascasinaps, dimana glisin

    juga bertindak sebagai transmiter penghambat pascasinaps yang terletak pada pusat

    yanng lebih tinggi di SSP. (Louisa dan Dewoto, 2007)

    Striknin menyebabkan perangsangan pada semua bagian SSP. Obat ini merupakan

    obat konvulsan kuat dengan sifat kejang yang khas. Pada hewan coba konvulsi ini berupa

    ekstensif tonik dari badan dan semua anggota gerak. Gambaran konvulsi oleh striknin ini

    berbeda dengan konvulsi oleh obat yang merangsang langsung neuron pusat.

    Sifat khas lainnya dari kejang striknin ialah kontraksi ekstensor yang simetris yang

    diperkuat oleh rangsangan sensorik yaitu pendengaran, penglihatan dan perabaan.

    Konvulsi seperti ini juga terjadi pada hewan yang hanya mempunyai medula spinalis.

    Striknin ternyata juga merangsang medula spinalis secara langsung. Atas dasar ini efek

    striknin dianggap berdasarkan kerjanya pada medula spinalis dan konvulsinya disebut

    konvulsi spinal. (Louisa dan Dewoto, 2007)

    Pestisida merupakan senyawa kimia pembunuh hama yang banyak digunakan di

    berbagai bidang dengan tujuan untuk mengurangi gangguan organisme pengganggu. Pestisida

    adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama

    dalam arti luas (jasad pengganggu). Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan

    cida yang berarti pembunuh. Pestisida artinya pembunuh hama (jasad pengganggu) yang

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    7/26

    bertujuan meracuni hama, tetapi kurang cocok atau tidak meracuni tanaman atau hewan

    (Triharso 1994).

    Pestisida meliputi insektisida, fungisida, herbisida, nematisida dan rodentisida

    (Prasojo 1984). Insektisida adalah pestisida yang paling sering menimbulkan keracunan

    selain herbisida, dibandingkan pestisida lainnya. Hal ini disebabkan oleh penggunaannya di

    masyarakat yang semakin meningkat terutama berkaitan dengan serangga kesehatan.

    Insektisida yang telah dikenal sebagai pemberantas hama tanaman yaitu insektisida

    organis dan insektisida sintetis. Insektisida sintetis mengandung racun yang lebih berbahaya

    terhadap manusia dan ternak dibandingkan dengan insektisida organis (Soetodjo 1989). Saat

    ini penggunaan insektisida sintetis semakin banyak karena daya bunuhnya terhadap serangga

    lebih hebat.

    Pestisida dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam. Menurut Prasojo (1984), ditinjau

    dari jenis binatang maupun tanaman yang akan dilawan, pestisida terdiri dari bakterisida

    (mematikan bakteri), fungisida (mematikan cendawan/jamur), herbisida (mematikan tumbuhan

    pengganggu), nematisida (mematikan bangsa nematoda), insektisida (mematikan serangga), dan

    rodentisida (mematikan rodentia). Ditinjau dari wujudnya, pestisida dibedakan atas bentuk padat

    (dust dan butiran/granule), bentuk cairan (wettable powder, soluble powder dan emulsfiiable

    concentrate), dan bentuk gas/asap. Berdasarkan cara kerja, pestisida dibedakan atas racun perut

    (stomach poison), racun kontak (contact poison), racun sistemik (systemic poison), fumigant,

    attracttant dan repellent.

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    8/26

    BAB III

    METODE KERJA

    3.1Alat dan Bahan penentuan LD 50

    Larutan prokain atau strignin

    Katak

    Timbangan hewan

    Alat suntik

    3.2 Cara Kerja

    a. penetuan LD 50

    Suntikan prokain atau strignin secara subkutan pada 4 katak yg telah di hitungmasing-masing dosisnya.

    Kelompok I: 400 mg/kg bb

    Kelompok II :600 mg/kg bb

    Kelompok III :900mg/kg bb

    Kelompok IV :1350mg/kg bb

    b. Keracunan Pestisida

    Alat yang digunakan :

    Timbangan hewan

    Spuit

    Alat pencukur

    Pengukur waktu (stopwatch)

    Kapas

    Bahan yang digunakan :

    Hewan coba mencit

    Larutan atropin sulfat 0,1%

    Sediaan insektisida yang mengandung tetraetilpirophosphate/TEPP (baygon)

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    9/26

    Cara Kerja

    1. Prosedur A

    Diamati kondisi biologis hewan coba.

    Dicukur bulu tikus didaerah punggung.

    Dioleskan TEPP pada punggung tikus yang telah dicukur dengan kapas secara

    hati-hati.

    Diamati waktu mulai timbulnya gejala keracunan.

    Diamati gejala keracunan.

    Dicatat waktu kematian tikus bila ada.

    Bila pada pengolesan pertama gejala belum terlihat dilakukan pengulangan

    pengulasan setiap 10 menit sampai gejala muncul.

    2. Prosedur B

    Disuntikkan atropin sulfat 0,1% dosis 1mg/kg bb ip

    Dilakukan pengolesan 15 menit setelah pemberian atropin sulfat

    Pengamatan dilakukan seperti pada tikus yang pertama

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    10/26

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Data Pengamatan dan Perhitungan

    Katak kelompok 1Sebelum

    disuntikSesudah disuntik Waktu onset

    Katak 1

    Katak 2

    Katak 3

    Katak 4

    Lemas

    Lincah

    Lincah

    Lincah

    Menit pertama kejangtetonik

    Menit pertama kejang

    tetonik

    Menit pertama kejang

    tetonik

    Menit pertama kejang

    tetonik

    5 menit 20 detik

    6 menit 32 detik

    8 menit 30 detik

    8 menit 32 detik

    Katak kelompok 2Sebelum

    disuntikSesudah disuntik Waktu onset

    Katak 1

    Katak 2

    Katak 3

    Katak 4

    Lemas

    Lincah

    Lincah

    Lincah

    Menit pertama kejang

    tetonik

    Menit pertama kejangtetonik

    Menit pertama kejang

    tetonik

    Menit pertama kejang

    5 menit 20 detik

    6 menit 32 detik

    8 menit 30 detik

    8 menit 32 detik

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    11/26

    tetonik

    Katak kelompok 3Sebelum

    disuntikSesudah disuntik Waktu onset

    Katak 1

    Katak 2

    Katak 3

    Katak 4

    Lemas

    Lincah

    Lincah

    Lincah

    Menit pertama kejang

    tetonik

    Menit pertama kejang

    tetonik

    Menit pertama kejang

    tetonik

    Menit pertama kejang

    tetonik

    5 menit 20 detik

    6 menit 32 detik

    8 menit 30 detik

    8 menit 32 detik

    Katak kelompok 4Sebelum

    disuntikSesudah disuntik Waktu onset

    Katak 1

    Katak 2

    Katak 3

    Katak 4

    Lemas

    Lincah

    Lincah

    Lincah

    Menit pertama kejang

    tetonik

    Menit pertama kejang

    tetonik

    Menit pertama kejang

    tetonik

    Menit pertama kejang

    tetonik

    5 menit 20 detik

    6 menit 32 detik

    8 menit 30 detik

    8 menit 32 detik

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    12/26

    Perhitungan dosis

    Katak kelompok 1

    Katak 1

    400 mg

    kg/BB 1000

    400 mg

    33,5 g 1000

    =

    = 13,4 mg

    konsentari yang di suntikkan :

    2000 13,4 mg

    100 yy =

    y = 0,67 ml

    Katak 2

    400 mg

    88,4 g 1000

    =

    = 35,36 mg

    2000 35,36 mg

    100 y

    y =

    y = 1.70 ml

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    13/26

    Katak 3

    400 mg

    44,3 g 1000

    =

    = 17,72 mg

    2000 17,72 mg

    100 y

    y =

    y = 0,886 ml

    Katak 4

    400 mg78,4 g 1000

    =

    = 31,36 mg

    2000 31,36 mg

    100 y

    y =

    y = 1.568 ml

    Katak kelompok 2

    Katak 1

    600 mg

    46,7 g 1000

    =

    = 28,02 mg

    2000 28,02 mg

    100 y

    y =

    y = 1,401 ml

    Katak 2

    600 mg

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    14/26

    93,7 g 1000

    =

    = 56,22 mg

    2000 56,22 mg

    100 y

    y =

    y = 2,811 ml

    Katak 3

    600 mg

    49,6 g 1000

    =

    = 29,76 mg

    2000 29,76 mg

    100 y

    y =

    y = 1,488 ml

    Katak 4

    600 mg47,5 g 1000

    =

    = 28,5 mg

    2000 28,5 mg

    100 y

    y =

    y = 1,425 ml

    Katak kelompok 3

    Katak 1

    900 mg

    52,8 g 1000

    =

    = 47,52 mg

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    15/26

    2000 47,52 mg

    100 y

    y =

    y = 2,375 ml

    Katak 2

    900 mg

    86,9 g 1000

    =

    = 78,21 mg

    2000 78,21 mg

    100 y

    y =

    y = 3,91 ml

    Katak 3

    900 mg

    46,0 g 1000

    =

    = 41,4 mg

    2000 41,4 mg100 y

    y =

    y = 2,0 ml

    Katak 4

    900 mg

    95,2 g 1000

    =

    = 85,68 mg

    2000 85,68mg

    100 y

    y =

    y = 4,3 ml

    Katak kelompok 4

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    16/26

    Katak 1

    1350 mg

    89,0 g 1000

    =

    = 120,15 mg

    2000 120,15 mg

    100 y

    y =

    y = 6,0 ml

    Katak 2

    1350 mg

    58,5 g 1000

    = = 78,975 mg

    2000 78,975 mg

    100 y

    y =

    y = 3,94 ml

    Katak 3

    1350 mg89,3 g 1000

    =

    = 120,555mg

    2000 120,55 mg

    100 y

    y =

    y = 6,02 ml

    Katak 4

    1350 mg

    49,5 g 1000

    =

    = 66,825 mg

    2000 66,825 mg

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    17/26

    100 y

    y =

    y = 3,34 ml

    Waktu onset

    Katak Kelompok

    1

    Katak Kelompok

    2

    Katak Kelompok

    3

    Katak Kelompok

    4

    Katak 1

    Katak 2

    Katak 3

    Katak 4

    49 menit 39 detik

    34 menit 38 detik

    50 menit 48 detik

    -

    17 menit 19detik

    8 menit 12 detik

    9 menit 22 detik

    8 menit 42 detik

    9 menit 39 detik

    5 menit 48 detik

    8 menit 15 detik

    8 menit 35 detik

    5 menit 30 detik

    10 menit

    3 menit 48 detik

    13 menit 55 detik

    Data kodok yang hidup dan yang mati

    Kelompok Hidup Mati

    katak kelompok 1 1 3

    katak kelompok 2 - 4

    Katak kelompok 3 - 4

    Katak kelompok 4-

    4

    Perhitungan LD 50

    Log LD 50 = log D + d ( f + 1 )

    d = log 600/400 =log 900/600=log 1350/200= log 1 = 0,176

    f = 0,000

    df = 0,28868

    Log LD50 = log 400 + log 1 1/2 (f +1 )

    = 2,602 + 0,303

    = 2,91

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    18/26

    LD 50 = 812,83 mg/kg

    Kisaran dari LD 50

    Log Ld50 2d. f

    2,91 2 log 1 x 0,28868

    2,91 2 x 0,176 x 0,28868

    2,91 0,1016

    2,8084.....3,0116

    Anti log dari harga 2,8084 dan 3,0116, maka kisaran LD 50 adalah : mg/kg sampai mg/kg

    b. kelompok 2

    Log LD 50 = log D + d ( f + 1 )

    d = log 600/400 =log 900/600=log 1350/200= log 1 = 0,176

    f = 0,000

    df = 0,28868

    Log LD50 = log 600 + log 1 1/2 (f +1 )

    = 2,778 + 0,303

    = 3,081

    LD 50 = 0,4885 mg/kg

    Kisaran dari LD 50

    Log Ld50 2d. f

    0,4885 2 log 1 x 0,28868

    0,4885 2 x 0,176 x 0,28868

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    19/26

    0,4885 0,1016

    0,3869.....0,5901

    Anti log dari harga 0,3869dan 0,5901, maka kisaran LD 50 adalah : mg/kg sampai mg/kg

    c. kelompok 3

    Log LD 50 = log D + d ( f + 1 )

    d = log 600/400 =log 900/600=log 1350/200= log 1 = 0,176

    f = 0,000

    df = 0,28868

    Log LD50 = log 900 + log 1 1/2 (f +1 )

    = 2,954 + 0,303

    = 3,257

    LD 50 = 3,257 mg/kgKisaran dari LD 50

    Log Ld50 2d. f

    3,257 2 log 1 x 0,28868

    3,257 2 x 0,176 x 0,28868

    3,257 0,1016

    3,1554.....3.3586

    Anti log dari harga 3,1554 dan 3.3586, maka kisaran LD 50 adalah : mg/kg sampai mg/kg

    d. kelompok 4

    Log LD 50 = log D + d ( f + 1 )

    d = log 600/400 =log 900/600=log 1350/200= log 1 = 0,176

    f = 0,000

    df = 0,28868

    Log LD50 = log 1350 + log 1 1/2 (f +1 )

    = 3,13 + 0,303

    = 3,433

    LD 50 = 3,433mg/kg

    Kisaran dari LD 50

    Log Ld50 2d. f3,433 2 log 1 x 0,28868

    3,433 2 x 0,176 x 0,28868

    3,433 0,1016

    3,3314.....3,5346

    Anti log dari harga 3,3314dan 3,5346, maka kisaran LD 50 adalah : mg/kg sampai mg/kg

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    20/26

    a. Keracunan Pestisida

    Berat badan tikus = 97,6 gram

    Konsentrasi = 0,1% = 0,1 g/100 ml = 10mg/100ml

    Atropin sulfat yang disuntikkan :

    a. Tabel keadaan normal tikus yang di oleskan baygon tanpa penyuntikan atropin

    sulfat

    Pengamatan

    Berat badan

    Frekuensi

    jantung

    Laju nafas

    Refleks

    Tonus otot

    Kesadaran

    Rasa nyeri

    Gejala lain :

    Urinasi

    Salivasi

    96,0 gram

    108 /menit

    112 /menit

    +++

    +++

    +++

    +++

    -

    +++

    +++

    +++

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    21/26

    Defekasi +++

    b. Tabel keadaan normal tikus dengan penyuntikan atropin sulfat

    Pengamatan Sebelum perlakuan

    Berat badan

    Frekuensi jantung

    Laju nafas

    Refleks

    Tonus otot

    Kesadaran

    Rasa nyeri

    Gejala lain :

    Urinasi

    Salivasi

    Defekasi

    97,6 gram

    140/menit

    120/menit

    +++

    +++

    +++

    +++

    +++

    +++

    +++

    Tabel hasil pengamatan

    Perlakuan

    terhadap

    hewan coba

    Waktu Pengamatan

    I (10menit) II (10 menit) III (10 menit )

    Tikus yang

    hanya di oleskan

    baygon

    Pada menit ke 5

    timbul sedikit

    bintik-bintik

    merah.

    Pada menit ke 15,

    bintik bintik

    merah agak

    banyak.

    Aktivitas tikus

    menurun

    Timbul iritasi

    pada kulit dan

    bintik bintik

    merah semakin

    banyak.

    Tikus menjadi

    diam

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    22/26

    Tikus yang

    disuntikan

    atropin sulfat dan

    di oleskan

    baygon

    Kondisi tikus

    tetap stabil

    Pada menit ke 15

    di oleskan baigon

    Tidak

    menunjukan

    adanya iritasi n

    bintik merah

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    23/26

    4.2 Pembahasan

    Penentuan LD 50 dengan metode Thommson dan Weil

    Dosis efektif 50% adalah dosis suatu obat yang dapat berpengaruh terhadap 50%

    dari jumlah hewan yang diuji, sedangkan, dosis lethal 50% adalah, dosis suatu obat atau

    bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian sampai 50% dari jumlah hewan yang

    diuji.

    Bahan racun adalah semua bahan kimia yang dapat menyebabkan

    kerusakan/kesakitan pada makhluk hidup. Sebagai akibat dari kerusakan tersebut ialah

    adanya gangguan pada struktur anatomi dan fisiologik dari jaringan yang menderita,

    bahkan dapat menimbulkan kematian. Semua bahan kimia mungkin akan beracun bila

    diberikan berlebihan atau rute pemberian yang tidak lazim.Pada praktikum kali ini, bahan yang digunakan adalah striknin, praktikum ini

    bertujuan agar mahasiswa mampu menentukan nilai ED dan LD50 suatu sediaan , dan

    agar mengetahui batas keamanannya dalam teraupetik. Striknin sendiri tidak dipakai

    untuk kepentingan teraupetik, tetapi hanya untuk percobaan dalam membantu

    perkembangan didalam ilmu pengetahuan.

    Dalam literatur efek samping serius dari pemberian prokain adalah hipersensitasi,

    yang kadang-kadang pada dosis rendah sudah dapat mengakibatkan kolaps dan kematian

    serta reaksi alergi terhadap kombinasi prokain penisilin.

    Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, jumlah kematian katak

    kelompok 1 adalah 3 selama 2 jam dengan prokain konsentrasi 2% dan dosis

    400mg/kgBB yang hidup hanya 1 pada kelompok 1, kelompok 2 adalah 4 selama 2 jam

    dengan prokain konsentrasi 2% dan dosis 600mg/kgBB, kelompok 3 adalah 4 selama 2

    jam dengan prokain konsentrasi 2% dan dosis 900mg/kgBB, kelompok 4 adalah 4 selama

    2 jam dengan prokain konsentrasi 2% dan dosis 1350mg/kgBB. Hasil nilai LD 50 yaitu

    didapatkan nilai sebesar 2,8084mg/kg dan 3,0116mg/kg maka kisaran dari LD 50 ini

    didapat sampai 1.044,9608 mg/kg bb. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai

    letal dosis suatu zat, maka tingkat kematian hewan percobaan semakin tinggi. Semakin

    kecil nilai LD50 menunjukkan sediaan tersebut semakin beracun.

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    24/26

    Keracunan Pestisida

    Pada percobaan ini pestisida yang digunakan adalah sediaan insektisida komersial

    yaitu baygon yang mengandung racun tetraethilpirophosphate. Hewan coba yang

    digunakan adalah 2 ekor tikus. Punggung tikus dicukur untuk tempat masuknya pestisida

    kedalam tubuh tikus, kemudian akan menimbulkan efek keracunan. Cara masuk racun

    pestisida pada hewan yaitu bisa melalui kulit. Gejala yang ditimbulkan dari keracunan

    pestisida ini yaitu tikus mengalami keracunan ditandai dengan iritasi kulit yaitu terdapat

    bintik-bintik merah, dan aktivitas tikus menjadi lebih menurun yang tadinya agresif

    kemudian setalah diberi TEPP menjadi sangat diam. Penanganan keracunan pestisida

    dengan memberikan atropin sulfat, tikus yang disuntikkan atropin sulfat secara

    intraperitoneal tikus tetap dalam keadaan stabil kemudian di menit ke 15 di oleskan

    baygon tidak menimbulkan adanya iritasi dan bintik merah. Hal ini dapat terjadi karena

    atropin sulfat merupakan senyawa antimuskarinik yang bekerja sebagai antagonis

    kompetitif asetilkoline pada reseptor muskarinik dan juga merupakan parasimpatolitik

    yang menghambat pelepasan asetil kolin di ganglion parasimpatik sehingga menghambat

    respon stimulasi divisi parasimpatik sehingga racun sejenis pestisida dapat dihambat.

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    25/26

    KESIMPULAN

    Dosis efektif 50% adalah dosis suatu obat yang dapat berpengaruh terhadap 50% dari

    jumlah hewan yang diuji, sedangkan, dosis lethal 50% adalah, dosis suatu obat atau

    bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian sampai 50% dari jumlah hewan yang

    diuji.

    Semakin tinggi nilai LD50 suatu zat, maka tingkat kematian hewan percobaan semakin

    tinggi. Semakin kecil nilai LD50 menunjukkan sediaan tersebut semakin be racun atau

    semakin rendah keamanannya, maka sediaan tersebut perlu perhatian dalam

    penggunaannya .

    Tikus yang diberikan atropin sulfat menunjukkan gejala keracuanan lebih lambat dari

    pada tikus yang tidak diberikan atropine sulfat.

  • 8/10/2019 agni LD 50 Full edit.docx

    26/26

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonimous. 2006. Buku Penuntun Praktikum Toksikologi. FKH IPB.

    Connel DW dan Miller GJ. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Yanti K, Penerjemah.Penerbit University Indonesia. Jakarta. Terjemahan dari Chemistry and Toxicology ofPollution.

    Donatus. 1998. Toksikologi Dasar. Yogyakarta. UGM Press.

    EPA. 1998. Health effect Test Guidlines. OPPTS 870.1100. Acute Toxicity Testing- Acute

    Oral Toxicity. EPA 712-C-98-190.

    Guyton AC dan Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Setiawan I, TengadiKA, Santoso A, Penerjemah: Setiawan I, Editor. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

    EGC. Terjemahan dari : Textbook of Medical Physiology.

    Katzung, BG 1997.Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 6.EGC : Jakarta

    Mien R & E. Mulyati.2013. Penuntun Praktikum Farmakologi Toksikologi. FMIPA : UNPAK

    Bogor.