PAPER PUBLIK FX SUDAH DI EDIT.docx

download PAPER PUBLIK FX SUDAH DI EDIT.docx

of 29

Transcript of PAPER PUBLIK FX SUDAH DI EDIT.docx

DAMPAK FREE RIDER PAJAK TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR PUBLIK

MakalahDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Ekonomi Publik yang dibina oleh Bapak Moh. Khusaini, SE., M.Si., MA., Dr Oleh :TiaMahendraDanang FaisLaventine

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANGFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISILMU EKONOMI2014PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini (PERAN PEMERINTAH TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA SURABAYA ) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Malang,19 September 2014

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR iDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN11.1. Latar Belakang1.2. Rumusan Masalah1.3. Tujuan dan Manfaat kegiatan1.3.1 Tujuan kegiatan1.3.2 Manfaat kegiatan1.4. Metode studi lapangBAB II PEMBAHASAN2.1. Landasan Teori 2.1.1. Identifikasi sektor publik2.1.2. Free Rider Problem2.1.3. Fungsi Pemerintah dalam Perekonomian2.1.4. Fungsi Perpajakan dalam Perekonomian2.1.5. Penelitian Terdahulu2.2. Pemerintah dalam Mengelola Sektor Publik2.3. Peran Pemerintah dalam Mengelola Pajak2.4. Faktor Penyebab adanya Free Rider2.5. Cara Mengatasi Kasus Free RiderBAB III PENUTUP..................................................................................................Kesimpulan...........................................................................................................Saran......................................................................................................................DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

ii

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangBarang publik merupakan barang yang pemakaiannya dapat dikonsumsi oleh lebih dari satu orang. Hal ini berbeda dengan karakteristik barang privat yang dalam proses pengonsumsiannya ada unsur rivalitas karena barang privat dapat dimiliki secara pribadi. Karena barang publik ini dimiliki bersama maka untuk pengadaannya juga membutuhkan konsensus untuk pembiayaannya. Jika barang publik yang dimaksud masih dalam skala kecil seperti toilet umum, pos kamling dan sebagainya maka biaya yang dibutuhkan relativ kecil. Lalu bagaimana jika barang publik yang dibutuhkan berskala luas seperti pertahanan dan keamanan siapa yang akan membayar untuk itu. Disinilah peran pemeirntah sebagai penyelenggara negara yang bertugas untuk menyediakan barang publik yang dibutuhkan oleh orang banyak. Pemeirntah berkewajiban untuk mewujudakn tersedianya barang publik karena ekonomi pasar yang dulu diperkenalkan Adam Smith dianggap gagal untuk menyediakannya. Pemerintah mendapatkan sumber pembiayaan untuk mendanai pengadaan barang publik tersebut melalui beberapa sumber seperti pajak, pendapatan negara bukan Pajak (PNBP), hibah seta dengan melakukan pinjaman baik dari dalam maupun luar negeri. Jika dulu PNBP dari sektor migas menjadi andalan penerimaan negara maka sekarang ini pajak yang menjadi andalan sumber penerimaan negara karena prosentase dari seluruh penerimaan negara hampir 70%.Para ekonom menggunakan istilah barang publik untuk merujuk pada sejumlah karakteristik yang berbeda yang dapat menyebabkan kesalahan alokasi sumber daya. Sebagian besar umumnya, istilah barang-barang publik hanya digunakan untuk menggambarkan barang yang diproduksi di sektor publik. Dengan demikian, sebagai contoh jalan raya dan pertahanan nasional adalah barang publik karena pemerintah yang memproduksi mereka. Jika istilah ini digunakan secara umum, maka akan timbul pertanyaan mengapa beberapa barang seperti contoh tersebut (jalan raya, pertahanan nasional, dll) cenderung diproduksi oleh pemerintah sementara barang yang lain cenderung diproduksi di pasar swasta.Barang publik adalah unik dan menarik karena hampir tidak mungkinuntuk mengalokasikan barang publik murni melalui mekanisme pasar. AdamSmith, pendiri ekonomi klasik yang pertama kali mengembangkan argumen yang mendukung pasar bebas, berpendapat untuk penyediaan barang publik dilakukan oleh pemerintah bukan dari pasar. Smith juga menyatakan bahwa fungsi utama pemerintah adalah untuk menyediakan dua macam barang publik yakni pertahanan nasional dan sistem hukum, dan Ia juga menyarankan bahwa keduanya harus dibayar dari perbendaharaan publik, (Smith, (1776) 1991, hal. 471)

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan penting yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu:1. Bagaimana peran pemerintah dalam mengelola sektor publik ?1. Bagaimana peran pemerintah dalam mengelola pajak menjadi anggaran untuk menyediakan barang-barang publik?1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi adanya free rider di bidang perpajakan?1. Bagaimana peran pemerintah dalam menangani kasus free rider perpajakan di Indonesia?

1.3. Tujuan Kegiatan Dari latar belakang di atas maka tulisan ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis peran pemerintah dalam menentukan kebijakan sektor publik2. Menganalisis peran pajak dalam pembangunan dan dampaknya bagi perekonomian3. menganalisis dampak dari adanya free rider dalam perpajakan4. menganalisis peran pemerintah dalam menangani kasus free rider

1.4. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:1. Manfaat Bagi Praktisi Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menunjukkan bagaimana peran pemerintah dalam menentukan kebijakan sektor publik, dimana hasil dari kebijakan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan sektor publik selanjutnya.2. Manfaat Bagi AkademisiMelalui penelitian ini, diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan dan sebagai tambahan informasi, serta bahan acuan untuk perbandingan penelitian yang serupa.

BAB IIPEMBAHASAN2.1. Landasan Teori2.1.1. Identifikasi sektor publik Kata Publik berasal dari bahasa Latin publicus yang artinya dewasa, dalam konteks ekonomi adalah penyampaian gagasan yang berkaitan dengan masyarakat (Webster, 1942, halaman 2005). Dalam bahasa Inggris publik berarti milik warga, bangsa, atau masyarakat luas yang dipertahankan atau digunakan oleh orang atau masyarakat secara keseluruhan. (Webster, 1995, halaman 895). Jadi yang dimaksud dengan sektor publik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibiayai dengan pajak atau pendapatan negara yang lain yang diatur melalui hukum. Dalam mengklasifikasi barang publik, kita dapat menggunakan gambar dengan sumbu horizontal berupa tingkat excludability dan sumbu verikal berupa tingkat rivalry, sebagai berikut.

Secara umum, suatu barang publik mempunyai sifat-sifat berikut: 1. Konsumsi atas barang publik oleh seseorang tidak mempengaruhi penawaran barang publik tersebut untuk dikonsumsi oleh orang lain, atau suatu barang dapat dikonsumsi oleh beberapa orang secara bersama- sama. Sifat barang publik seperti ini disebut non rival consumption.

2. Walaupun penyedia barang menginginkan, setiap anggota masyarakat tidak dapat dibatasi/dilarang untuk mengkonsumsi barang publik atau kegiatan pembatasan tersebut sangat sulit untuk dilakukan. Sifat barang publik seperti ini disebut non exclusion. 3. Walaupun setiap orang mengkonsumsi jumlah yang sama atas barang publik, tidak ada persyaratan bahwa konsumsi ini dinilai atau dihargai oleh semua orang. Karakteristik barang publik seperti diatas tidaklah absolut, tetapi tergantung pada kondisi pasar dan teknologi. Suatu komoditas dapat saja memenuhi satu kriteria dari barang publik, tapi mungkin tidak memenuhi kriteria yang lain. Beberapa barang tertentu yang secara konvensional tidak dipandang sebagai komoditas pribadi dapat saja mempunyai karakteristik sebagai barang publik. Sifat lain dari barang publik yang lain adalah bahwa barang publik tidak disediakan secara eksklusif oleh pihak swasta. Penyediaan barang publik yang dilakukan oleh pemerintah tidak berarti bahwa produksinya harus dilakukan oleh sektor publik, tapi mungkin disediakan oleh swasta kemudian pemerintah melakukan pembelian atas barang tersebut.

2.1.2. Free Rider Problem Seorang Free Rider, di bidang ekonomi, mengacu pada seseorang yang menikmati manfaat dari sumber daya, barang, atau jasa tanpa membayar untuk biaya manfaat. Istilah "Free Rider" pertama kali digunakan dalam teori ekonomi barang publik, tetapi konsep serupa telah diterapkan untuk konteks lain, termasuk perundingan bersama, hukum antitrust, psikologi dan ilmu politik. Free Rider dapat dianggap sebagai masalah pengendara bebas ketika itu mengarah ke bawah penyediaan barang atau jasa, atau ketika itu mengarah terlalu sering menggunakan atau degradasi sumber daya milik umum.(Baumol,1952) Meskipun istilah berasal dari teori ekonomi, konsep serupa telah dikutip dalam ilmu politik, psikologi sosial, dan disiplin ilmu lainnya. Beberapa individu dalam tim atau komunitas dapat mengurangi kontribusi atau kinerja mereka jika mereka percaya bahwa satu atau lebih anggota kelompok dapat bebas naik.Sebuah sistem yang mensyaratkan kontribusi secara sukarela untuk penyediaan dan pembiayaan barang publik dapat berjalan apabila komunitas publik terdiri hanya beberapa individu. Dalam kelompok kecil, masing-masing orang kenal satu sama lain dan apabila mempunyai gagasan penyediaan suatu barang akan mudah mencapai kompromi, karena setiap anggota kelompok dengan mudah dapat mengidentifikasi manfaat barang tersebut. Sebagai contoh, sekelompok orang yang menghuni sebuah apartemen yang mewah mempunyai kepentingan yang sama dalam memperbaiki jalan akses atau mengadakan proteksi keamanan, akan secara mudah mencapai kompromi untuk menyediakan barang publik tersebut dengan mendanai secara bersama-sama. Selain proses mencapai kesepakatannya tidak rumit, ada keterikatan moral antar mereka. Tetapi, jika jumlah orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan bertambah dan informasi tentang selera dan kemampuan ekonomi kurang, sepertinya akan sulit menggambarkan preferensi kelompok tersebut, karena tidak seorang pun dalam kelompok besar tersebut secara akurat memperoleh informasi tentang manfaat nyata pengadaan barang publik. Di satu pihak, seseorang akan secara sukarela memberikan kontribusi untuk penyediaan barang publik tersebut, namun di lain pihak, akan terdapat orang-orang yang enggan memberikan kontribusi biaya. Mereka mengetahui secara persis bahwa barang publik yang akan dibeli atau diadakan tidak mungkin hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang membayar saja. Apabila kondisi itu terjadi, akan ada orang-orang yang mengambil manfaat barang publik tanpa memberikan kontribusi apa pun terhadap biaya penyediaan barang tersebut. Orang ini disebut free rider. Problem muncul jika free rider berjumlah banyak dan akhirnya penyediaan barang publik, misalnya perbaikan jalan akses ke apartemen, tidak jadi dilakukan. Semua anggota kelompok tersebut, pada akhirnya, tidak dapat menikmati kenyamanan menggunakan jalan.

2.1.3. Fungsi Pemerintah dalam Perekonomian Semakin kompleksnya kegiatan ekonomi dan semakin tingginya keterkaitan dengan aspek-aspek kehidupan lainnya, sangat sulit bagi suatu sistem ekonomitermasuk yang paling liberal sekalipun untuk menolak kehadiran peran negara atau pemerintah dalam perekonomian.Walaupun mekanisme pasar merupakan cara yang dikehendaki dalam memproduksi dan mengalokasikan barang, akan tetapi, mekanisme pasar sering gagal berfungsi. Kegagalan pasar akan mengurangi hasil ekonomi. Untuk memperbaiki kegagalan tersebut, seringkali menuntut campur tangan pemerintah untuk menjamin adanya efisiensi, pemerataan, dan stabilitas ekonomi.Mengenai peran pemerintah, akan dibahas mengenai perannya baik di negara maju maupun negara berkembang. Telah diketahui sebelumnya bahwa kegagalan pasar menyebabkan dibutuhkannya intervensi pemerintah yang rasional. Pendekatan kegagalan pasar ini menekankan pada teori tentang efisiensi ekonomi. Menurut sudut pandang neo-klasikal, peran pemerintah adalah memastikan mekanisme harga berjalan dengan baik dan mengalokasikan sumber-sumber daya secara efisien. Para ahli ekonomi yang membahas tentang ekonomi industri adalah Adam Smith dan Nozick. Adam Smith memiliki teori lain yang bertentangan dengan intervensi pemerintah dalam mengatur pasar. Tetapi dalam hal lain, Smith mengakui bahwa tidak semua barang dapat disediakan oleh sektor swasta. Lain lagi halnya dengan Nozick, yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak individual dan mereka juga menyadari bahwa manusia lain pun memiliki hak yang sama. Setiap manusia harus menghormati hak dari manusia lain jika ingin haknya dihormati. Namun, ada saja manusia yang kurang bisa menghargai hak individual tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah agensi (negara) untuk menyediakan layanan terhadap perlindungan hak tersebut.Berdasarkan pernyataan Musgrave (1985:3), Pengoperasian pada sektor publik sebagaimana yang telah dikembangkan oleh ahli ekonomi klasik, terlihat pada konteks tatanan alam yang bergantung ada dan tidaknya campur tangan pada pasar tersebut. Pada jangkauan tiga fungsi Musgrave yang merupakan respon dari kegagalan pasar, yang pada mulanya dirancang untuk menjamin efisiensi ekonomi, maka dapat didefinisikan pendekatan ini sebagai peran neo-klasikal dari pemerintah. Dalam bukunya, Musgrave (1959) telah mengidentifikasi 3 (tiga) jenis fungsi dari pemerintah :1. Fungsi Alokasi. Yaitu fungsi penyediaan barang publik atau proses alokasi sumber daya untuk digunakan sebagai barang pribadi atau barang publik dan bagaimana komposisi barang publik ditetapkan. Dilihat dari fungsi alokasi, suatu barang publik yang berbeda sifatnya dengan barang pribadi tidak dapat disediakan melalui sistem pasar yang melalui transaksi antara konsumen dan produsen secara individu. Sering, mekanisme pasar berfungsi, namun tidak efisien. Alasan-alasan adalah seperti diuraikan dibawah ini : Akibat kegagalan mekanisme pasar, hubungan antara produsen dan konsumen yang terjadi dalam mekanisme pasar tidak ada dan pemerintah lah yang harus bersedia memproduksi barang publik. Pemerintah harus mengambil tindakan apabila mekanisme pasar tidak berjalan. Akibat kegagalan mekanisme pasar yang lain adalah bahwa proses politik akan menggantikan mekanisme pasar. Pemerintah harus menjamin bahwa proses politik dalam pengambilan keputusan penyediaan barang publik dapat terjadi secara efisien. Barang pribadi dapat diproduksi dan dijual kepada pembeli swasta baik oleh swasta maupun oleh perusahaan pemerintah. Sedangkan, barang publik dengan cara yang sama dapat diproduksi oleh perusahaan swasta dan dijual kepada pemerintah atau dapat juga diproduksi secara langsung oleh pemerintah, seperti misalnya pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Masalah-masalah yang timbul dalam fungsi alokasi adalah berapa banyak barang publik yang harus disediakan oleh pemerintah dan jenis maupun kualitas barang yang perlu disediakan oleh pemerintah.2. Fungsi Distribusi. Yaitu fungsi penyesuaian atas distribusi pendapatan dan kekayaan untuk menjamin pemerataan dan keadilan. Setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, meskipun tidak secara langsung, tetap mempunyai dampak distribusional. Misalnya, kebijakan mengenai anti trust atau anti monopoli sebenarnya dirancang untuk mengefisienkan pasar, namun secara tidak langsung akan mempengaruhi pendapatan modal dan tenaga kerja pada industri yang terkait dengan kebijakan tersebut. Selain itu, pendapatan riil dari konsumen yang menggunakan produk tersebut juga akan ikut terpengaruh. Contoh lain adalah kebijakan program investasi pemerintah seperti pembangunan jalan yang tujuannya untuk menyediakan barang publik kepada masyarakat akan mempengaruhi kesejahteraan berbagai kelompok masyarakat dari segi ekonomi dan tentunya pola distribusi.perancangan kebijakan publik seharusnya juga mempertimbangkan masalah distribusi dengan kriteria yang adil dan wajar. Hal ini bisa dicapai melalui kebijakan redistribusi yang ditetapkan melalui proses anggaran. Selanjutnya, hasil dari kebijakan ini dapat dilihat melalui respon dari setiap pihak yang dirugikan atau diuntungkan dari proses tersebut. Pada gilirannya, hal ini bisa mempengaruhi bagian dari pendapatan nasional yang tersedia untuk redistribusi dan juga bisa menimbulkan biaya yang tentunya harus dipikul.3. Fungsi stabilisasi. Yaitu fungsi yang menggunakan kebijakan anggaran sebagai alat untuk mempertahankan tingkat kesempatan kerja, stabilitas ekonomi dan laju pertumbuhan ekonomi, dengan memperhitungkan akibat kebijakan pada perdagangan dan neraca pembayaran. Salah satu fungsi stabilisasi dapat dilakukan melalui kebijakan fiskal, kebijakan ini mempengaruhi secara langsung tingkat permintaan barang dan jasa. Kebijakan menurunkan pajak dapat dilakukan dalam upaya pemerintah untuk memperbesar total belanja pemerintah, karena para wajib pajak akan mempunyai disposible income yang lebih besar sehingga diharapkan akan membelanjakan jumlah pendapatan yang lebih besar pula. Sejalan dengan itu, suatu kebijakan menambah pengeluaran publik jelas merupakan jenis kebijakan yang bersifat ekspansi, karena akan meningkatkan total permintaan agregat. Kebijakan ini, pada awalnya, akan menaikkan tingkat permintaan sektor pemerintah dan kemudian akan diikuti oleh sektor swasta.Kebijakan fiskal pemerintah suatu negara secara ringkas tercermin dalam Anggarannya (APBN). Istilah APBN yang dipakai di Indonesia secara formal mengacu pada anggaran pendapatan dan belanja pemerintah pusat, tidak termasuk anggaran pendapatan dan pelanja pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan milik negara. Penyusunan anggaran negara merupakan rangkaian aktifitas yang melibatkan banyak pihak, termasuk lembaga legislatif.Rancangan ini memuat asumsi umum yang mendasari penyusunan anggaran seperti perkiraan penerimaan, pengeluaran, transfer, defisit/surplus, dan pembiayaan defisit, dan kebijaksanaan pemerintah. Selain itu juga dimuat perkiraan terperinci pengeluaran dan penerimaan departemen/lembaga, dan proyek, data aktual dan proyeksi perekonomian, dan informasi terkait lainnya.

2.1.4. Fungsi Perpajakan dalam Perekonomian Pajak merupakan suatu pungutan yang dipaksakan oleh pemerintah untuk berbagai tujuan, misalnya untuk membiayai penyediaan barang dan jasa publik, untuk mengatur perekonomian, dapat juga mengatur konsumsi masyarakat. Karena sifatnya yang dipaksakan tersebut maka pajak akan mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat atau seseorang. Sedangkan menurut Deutsche RAO, 1919 Pajak merupakan bantuan uang secara insidental atau secara periodik (tanpa kontra prestasi ) yang dipungut oleh badan yang bersifat umum (negara) untuk memperoleh pendapatan ketika terjadi suatutatbestand(sasaran pemajakan) karena undang undang telah menimbulkan utang pajak.Pajak adalah iuran wajib kepada negara berdasarkan undang-undang untuk membiayai belanja negara, dan sebagai alat untuk mengatur kesejahteraan serta perekonomian. Pajak dipungut berdasarkan normanorma hukum. Dalam ekonomi pajak dapat diartikan sebagai beralihnya sumber daya dari sektor swasta kepada sektor publik (Soeparman,1964) . Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri. Besar-kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun anggaran rutin. Pajak sebagai instrumen fiskal yang merupakan penerimaan negara kemudian menjadi suatu investasi pemerintah dan digunakan untuk memenuhi kemakmuran rakyat.Kebijakan perpajakan yang baik ikut menentukan jalannya perekomian di suatu negara. Dijelaskan bahwa tarif pajak yang tinggi akan menurunkan investasi yang otomatis menekan pertumbuhan ekonomi dan berdampak mengecilnya penerimaan pajak. Tarif pajak yang relatif kecil akan berdampak sebaliknya, investasi melaju, pertumbuhan ekonomi membaik, dan penerimaan negara membesar. Jadi, jelas setiap kebijakan perpajakan memiliki dampak ekonomi makro dan aspek sosial lainnya.Kajian perpajakan yang lebih mendalam dan terperinci meliputi tidak saja pemahaman aturan perundang-undangan, tetapi juga membuat landasan teori ekonomi perpajakan. Pentingnya alokasi pembiayaan pengeluaran pemerintah yang efisien dan distribusi yang adil merata menjadi kajian menarik yang dapat ditemukan dalam buku ini.Demikian juga mengenai pentingnya peranan pajak dalam ilmu ekonomi aspek ekonomi makro. Lebih jauh lagi, dalam era desentralisasi fiskal, posisi pajak sebagai transfer dana perimbangan memegang peranan sentral dalam pembangunan dan kesejahteraan daerah. Berdasarkan jenisnya pajak dapat bagi dari segi perusahaan, diantaranya : Pajak Penghasilan Perusahaan Masalah yang pelik akan timbul dalam pengenaan pajak penghasilan perusahaan, entah itu berupa pajak laba perseroan atau pajak persekutuan dan perusahaan perseorangan yang dikenakan menurut pajak penghasilan perorangan. Bila akuntansi perusahaan belum begitu maju sehingga belum bisa mengukur laba dengan cukup akurat, metode lain harus digunakan. Banyak negara menggunakan taksiran dan bukan pendekatan langsung guna menentukan laba. Caranya adalah dengan menaksir marjin laba atas penjualan di mana terdapat marjin yang beragam untuk berbagai industri. Metode ini, yang digunakan secara luas di negara-negara Asia, yang mana akan mengubah bentuk pajak laba menjadi semacam pajak penjualan. Hal ini terjadi karena kewajiban pajak menjadi fungsi dari penjualan dan marjin tersebut merupakan taksiran dan bukan aktual. Pajak tanahSatu pertanyaan mendasar dalam pajak atas tanah adalah apakah pajak tersebut harus dikenakan atas nilai tanah, atas pendapatan aktual, atau atas pendapatan potensial yang bisa dihasilkan tanah tersebut jika dimanfaatkan secara penuh. Dalam sistem persaingan sempurna, ketiga dasar tersebut akan bisa saling dipertukarkan karena nilai tanah akan sama dengan nilai pendapatannya yang dikapitalisasi, dan pendapatan aktual akan sama dengan pendapatan potensial. Dalam kenyataan, tidak demikian halnya. Tanah sering kali tidak dimanfatkan secara penuh dan ditahan untuk tujuan spekulatif atau ditahan sesuai dengan adat setempat. Pasar atas tanah mungkin tidak tersedia dan nilai jualnya saat ini tidak bisa diperoleh. Dengan demikian, ketiga dasar tersebut akan memberikan nilai yang sangat berbeda. Pajak penghasilan jarang diterapkan secara efektif ke sektor pertanian sehingga pendapatan dari tanah sering kali merupakan gabungan dari pajak penghasilan dan pajak atas tanah, yang meliputi tidak hanya penyewaan atas tanah tersebut tetapi juga peningkatan nilai atas tanah. Pajak Kekayaan Disamping penerimaan dari tanah, penarikan pajak atas real estate dan pertokoan juga menjadi dasar pengenaan pajak yang penting, khususnya selama berlangsungnya urbanisasi. Ada baiknya jika hal tersebut di atas dikenakan pajak progresif atas tempat hunian, yang mengabungkan pajak atas sejumlah rumah dalam satu dasar pengenaan pajak guna melengkapi sistem penarikan pajak komoditas atas konsumsi barang-barang mewah di samping terhadap perumahan. Di luar semua ini, pajak kekayaan atas harta benda bersih jarang ditemukan dalam struktur perpajakan di Negara sedang berkembang. Meskipun pajak semacam ini pada akhirnya akan lebih kecil dari pada pajak bumi dan bangunan, karena banyaknya harta tak berwujud yang tidak termasuk dalam dasar pengenaan pajak, namun jenis pajak ini penting guna melengkapi pajak penghasilan. Pajak dan Bea atas Komoditas Pengenaan pajak komoditas harus ditentukan berdasarkan kelayakan administratif sehingga tergantung pada struktur perekonomian negara tertentu. Dengan pajak yang dikenakan secara berjenjang seperti halnya pajak pertambahan nilai, penerimaan pemerintah yang hilang tidak akan besar meskipun tingkat pengecer tidak terjangkau. Jadi bukan merupakan kehilangan total seperti pada pajak penjualan eceran. Penggunaan metode faktur mungkin akan membuat para wajib pajak lebih taat. Di pihak lain, pengenaan pajak produk dengan tarif yang berbedabeda cenderung lebih sukar jika diterapkan dengan pendekatan nilai tambah. Jika suatu produk dengan nilai kena pajak yang sangat besar dihasilkan pada perusahaan yang relatif besar, maka pengenaan cukai atas produsen akan merupakan pendekatan yang paling sederhana dan gamblang. Kombinasi dari berbagai metode bisa diterapkan, tergantung mana yang paling jitu dalam keadaan tertentu.

2.1.5. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai free rider dalam perpajakan. Penelitian-penelitiannya terangkum dalam tabel 2.1, adalah sebagai berikut:Tabel 2.1 Penelitian TerdahuluNoJudul dan PenulisMetode Penelitian dan Alat AnalisisHasil Penelitian

1.Analisis Intervensi Pemerintah dalam Penyediaan Public Goods dan Pengaturan Private Goods.Bhisma Murti (2003)Penelitian ini menggunakan studi literature atau merujuk pada penelitian terdahulu yang sudah ada.Yang mana pada literature memuat mengenai teori penyediaan barang publik, sifat barang privat serta interventi pemerintah terhadap pengadaan barang publik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek kebijakan penyediaan barang publik yang di rumuskan oleh pemerintah telah mengarah pada efisiensi penyediaan barang publik tersebut.

2.Maksimasi, FREE RIDER, dan kegagalan implementasi kebijakan Mubasysyir Hasanbasri (2012)Penelitian ini menggunakan studi literature atau merujuk pada penelitian terdahulu yang sudah ada, kemudian pada penelitian ini juga mengacu pada buku-buku para penulis mengenai kebijakan publik.Yang mana pada literature memuat mengenai teori penyediaan barang publik, sifat barang privat serta interventi pemerintah terhadap pengadaan barang publik.

Hasil penelitian didapatkan bahwa kita dapat mengetahui faktor faktor yang dapat mempengaruhi munculnya free rider dalam pengadaan barang publik.Selain itu, ketika para free rider jumlah nya bertambah banyak maka beban atas penggunaan penyediaan barang publik tersebut akan ditanggung oleh wajib pajak lain.Yang mana hal ini sangat merugikan bagi wajib pajak, namun di sisi lain hal ini juga dapat membantu rakyat miskin.Hal seperti ini dapat disebut sebagai excess burden

3Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Sebagai Strategi Penghematan Pembayaran Pajak.Priska Febriani (2013)Penelitian ini menggunakan studi literature atau merujuk pada penelitian terdahulu yang sudah ada, kemudian pada penelitian ini juga mengacu pada buku-buku para penulis mengenai kebijakan publik dan bagaimana penerapan pajak penghasilan menurut pasal 21 Pajak penghasilan dalam bentuk tunjungan tidak bisa dibandingkan karena take home pay yang diteriam karyawan berbeda. Untuk perusahaan perlu melakukan perencanaan pajak penghasilan yang ditujukan untuk kesejahteraan karyawannya.

2.2. Pemerintah dalam Mengelola Sektor Publik

Peran pemerintah terhadap sektor publik sangat berkaitan dengan struktur belanja publik yang dilakukan pemerintah guna mencukupi kebutuhan masyarakatnya. Proporsi antara barang pribadi dan barang publik selalu berubah sesuai dengan kenaikan pendapatan per kapita, dan porsi barang publik selalu menunjukkan peningkatan. Implikasinya adalah bahwa kebijakan anggaran yang efisien menghendaki adanya peningkatan rasio pembelian pemerintah terhadap pendapatan nasional. Jadi Ketika jumlah pendapatan per kapita meningkat maka permintaan akan barang publik juga ikut meningkat. Sama seperti Ernest Engel, Musgrave mengatakan bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pengeluaran untuk barang-barang tertentu. Selama pendapatan rata-rata meningkat, maka pola konsumsi bagi perekonomian diharapkan akan meningkat pula.Pemerintah dalam mengelola sektor publik harus dapat melakukan pengamatan pada belanjaan publiknya. Misal : belanja publik dalam penyediaan barang modal. Pada tahap awal, pembangunan ekonomi menimbulkan kebutuhan khusus terhadap barang modal, seperti jalan, pelabuhan dan instalasi listrik. Barang modal tersebut mempunyai manfaat yang bersifat eksternal, dimana belanja modal diperlukan dalam jumlah yang besar yang memerlukan pengembalian jangka panjang, sehingga tidak mudah dilakukan oleh pihak swasta. Kebutuhan akan barang modal ini harus lebih besar pada awal pembangunan ekonomi, dan peran pemerintah akan semakin menurun dalam pengadaan barang modal, apabila sektor swasta telah terbuka kesempatannya menanamkan modal dalam pengembangan industri.Klasifikasi belanja publik dapat dikategorikan berdasar berbagai macam kriteria. Salah satu kriteria yang sering digunakan untuk mengklasifikasikan belanja pemerintah adalah seperti diuraikan dalam Government Finance Statistics Manual. Klasifikasi belanja menurut fungsi pemerintah adalah sebagai berikut: Belanja jasa publik umum. Belanja-belanja yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah belanja operasi untuk organisasi eksekutif dan legislatif, belanja untuk jasa-jasa umum, belanja riset dasar, belanja transaksi hutang, dan belanja administrasi transfer antar unit pemerintah. Belanja Pertahanan. Belanja-belanja dalam kategori ini antara lain adalah belanja pertahanan militer dan sipil, bantuan militer untuk asing, riset pertahanan dan sebagainya. Belanja perlindungan umum. Belanja dalam kategori ini dibedakan dengan belanja pertahanan, dan diantara contohnya adalah belanja jasa kepolisian, jasa pemadam kebakaran, jasa pengadilan, jasa rumah tahanan dan penjara, dan juga riset untuk perlindungan publik. Belanja urusan ekonomi Belanja yang termasuk dalam kategori ini diantaranya belanja urusan ketenagakerjaan, belanja komersial dan ekonomi, belanja kehutanan dan pertanian, belanja energi dan bahan bakar, pertambangan, transportasi, komunikasi dan belanja untuk perindustrian lainnya, termasuk risetnya. Belanja perlindungan lingkungan. Belanja yang termasuk disini diantaranya adalah belanja pengelolaan limbah dan polusi, proteksi keragaman hewani maupun tata kota. Belanja perumahan dan public utilities. Belanja dalam kategori ini diantaranya adalah pengembangan perumahan dan pemukiman, sistem penyediaan air bersih, belanja penerangan jalan, dan pekerjaan-pekerjaan umum lainnya. Belanja kesehatan. Belanja kesehatan meliputi perlengkapan dan peralatan kesehatan, jasa kepada pasien, jasa rumah sakit umum, dan risetnya. Belanja rekreasi, budaya dan agama. Diantara belanja yang termasuk dalam kategori ini adalah belanja jasa olahraga dan rekreasi, belanja jasa kebudayaan, jasa penyiaran, jasa urusan keagamaan dan komunitas, dan lain-lain. Belanja Pendidikan. Pendidikan mencakup belanja pendidikan dasar, pendidikan menengah,dan pendidikan tinggi, termasuk belanja pendukung pendidikan lainnya. Belanja perlindungan sosial. Belanja-belanja yang termasuk dalam kategori ini diantaranya belanja perlindungan terhadap manusia lanjut usia (manula), belanja perlindungan anak dan keluarga, belanja untuk mengatasi pengangguran, dan belanja sosial lainnya

2.3. Peran Pemerintah dalam Mengelola Pajak

Ketika pemerintah melakukan fungsi penyediaan barang publik,trade off dari penyediaan barang publik oleh pemerintah dengan penyediaan barang pribadi melalui mekanisme pasar dapat digambarkan dengan kurva kemungkinan produksi. Gambar 5.5 menunjukkan alternatif kombinasi antara barang publik dan barang pribadi, dengan asumsi seluruh sumber daya yang ada digunakanPada gambar 5.5 diatas, Titik A menunjukkan bahwa M.X1 unit adalah jumlah barang pribadi yang dikorbankan oleh masyarakat sehingga pemerintah dapat menyediakan barang publik sejumlah OG1. Pengorbanan masyarakat merupakan harga sumber daya yang seharusnya digunakan untuk memproduksi barang pribadi digunakan oleh pemerintah untuk dapat menyediakan barang publik. Sumber daya yang dikorbankan tersebut adalah harga yang harus dibayar oleh masyarakat atau pajak yang diminta oleh pemerintah agar barang publik dapat tersedia. Peningkatan jumlah barang publik yang tersedia di pasar dalam satu tahun dari OG1 ke OG2 (titik B) akan meminta penurunan dari jumlah barang pribadi di pasar dari OX1 ke OX2, atau dengan kata lain meminta pengorbanan lebih besar dari MX1 ke MX2, jika diumpamakan peningkatan jumlah barang publik per tahun merupakan respon pemerintah atas peningkatan permintaan masyarakat terhadap keamanan nasional. Jika untuk memenuhi kebutuhan keamanan nasional tersebut pemerintah harus meningkatkan pajak penghasilan, maka kualitas keamanan yang disediakan pemerintah akan meningkat dan masyarakat akan merasa lebih aman. Namun di sisi lain, pengorbanan dari pihak masyarakat terjadi dengan menurunnya kemampuan konsumsi atas barang-barang pribadi.Penyediaan barang publik perlu adanya campur tangan pemerintah. Masalah yang timbul kemudian adalah bahwa setiap individu seharusnya mau membayar atas setiap manfaat yang dia terima, namun karena manfaat yang diterima dari barang publik dirasakan oleh banyak orang, maka orang tidak bersedia untuk membayar manfaat barang. Akan timbul masalah tentang jenis dan kualitas barang seperti apa yang harus disediakan oleh pemerintah. Masalah lain yang timbul, ketika pemerintah akan menetapkan jumlah uang yang harus disumbangkan untuk memperoleh barang publik.Oleh karena itu, diperlukan proses politik untuk mengungkapkan preferensi masyarakat kepada pemerintah tentang barang publik apa yang perlu disediakan dan melengkapinya dengan sumber-sumber pembiayaan yang dibutuhkan untuk membayar barang-barang publik tersebut. Untuk ini, dilakukan proses pemungutan suara guna menetapkan keputusan perpajakan dan pengeluaran publik. Pengungkapan preferensi masyarakat kepada pemerintah dilakukan melalui suatu proses pemungutan suara. Proses ini dimulai dengan pemahaman dari anggota masyarakat tentang pentingnya memberikan suara mereka, karena setiap keputusan pemerintah diambil mengikuti keputusan suara terbanyak. Namun dalam prakteknya, sering anggota masyarakat merasa bahwa biaya yang mereka keluarkan untuk menyatakan tuntutan mereka seringkali lebih besar dari manfaatnya. Akibatnya, tidak cukup informasi yang disampaikan oleh masyarakat kepada pemerintah.

2.4. Faktor Penyebab adanya Free Rider Seorang Free Rider, di bidang ekonomi, mengacu pada seseorang yang menikmati manfaat dari sumber daya, barang, atau jasa tanpa membayar untuk biaya manfaat. Istilah "Free Rider" pertama kali digunakan dalam teori ekonomi barang publik, tetapi konsep serupa telah diterapkan untuk konteks lain, termasuk perundingan bersama, hukum antitrust, psikologi dan ilmu politik. Free Rider dapat dianggap sebagai masalah pengendara bebas ketika itu mengarah ke bawah penyediaan barang atau jasa, atau ketika itu mengarah terlalu sering menggunakan atau degradasi sumber daya milik umum. Dalam hal ini sebenarmya yang menjadi penyebab adanya Free Rider Problem adalah sifat dari barang publik itu sendiri yang mana kita ketahui bahwa sifat dari barang publik adalah non Rivalry dan non Excludable. Sehingga Free Rider adalah mereka yang ikut menikmati barang publik tanpa mengeluarkan kontribusi tertentu sementara sebenarnya ada pihak lain yabg berkontribusi untuk mengadakan barang publik tersebut.Jadi, dalam hal ini dengan sifat barang publik yang tidak ada persaingan dan tidak ada pengecualian dalam mendapatkan atau penggunaan barang publik inilah, yang membuat sebagian orang yang disebut Free Rider akan bertindak secara bebas dalam menggunakan barang atau fasilitas publik. Dengan penggunaan yang secara bebas ini pula, para free rider ini juga tidak perduli akan biaya untuk pengadaan barang publik ini.Selain itu, adanya free rider ini disebabkan karena kesalahan dari pasar yang sulit untuk mengkalkulasi cost dan benefit barang publik yang di produksi. Dengan kata lain tidak ada intensif untuk memproduksi barang publik secara sukarela. Dalam ilmu ekonomi, free rider inilah yang kemudian akan menyebabkan terjadinya inefisiensi pasar

2.5. Cara Mengatasi Kasus Free Rider

Kasus free rider yang ada di Indonesia dapat disebabkan karena adanya tingkat kepatuhan dalam membayar pajak yang masih rendah, hal ini bisa dilihat dari tax gap. Tax gap yaitu Tax gap adalah selisih antara jumlah potensi pajak yang dapat dipungut dengan jumlah realisasi penerimaan pajak. Tax gap menunjukkan potensi penerimaan yang belum berhasil direalisasikan oleh otoritas pajak suatu negara. Mengingat begitu besarnya tanggung jawab pajak sebagai sumber utama penerimaan negara banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak. Untuk mewujudkan tujuan tersebut salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah melakukan reformasi perpajakan yakni dengan dilakukannya sistem self assessment, sistem ini sudah berlaku sejak tahun 1984. Sistem self assessment merupakan sistem yang memberikan kepercayaan penuh terhadap wajib pajak (WP) untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakan kepada fiskus. Dengan begitu wajib pajak akan mengetahui apakah ia telah membayar seluruh pajak yang menjadi kewajibannya atau belum.Menurut Darmayanti (2004) dalam Mustikasari (2007) penerapan sistem self assessment akan efektif apabila kondisi kepatuhan sukarela (voluntary compliance) pada masyarakat telah terbentuk.

2.6. Study Empiris (PT ASIAN AGRI)Pada 21 januari 2007, Majalah Tempo menelurkan sebuah judul, Kisah Pembobol. Judul ini merupakan berita tentang usaha penggelapan pajak dengan cara memalsukan dokumen, data dan pengakuan saksi, yang dilakukan oleh PT Asian Agri. Upaya ini berpotensi menimbulkan kerugian Negara sebesar 1,3 triliun. Dugaan kasus ini merupakan kasus berat karena melibatkan 15 perusahaan milik Sukanto Tanoto. Sukanto Tanoto adalah bos besar dari PT Raja Garuda Mas, sebuah holding yang menangani sejumlah perusahaan yang salah satunya Adalah Asian Agri. Sedangkan kasus penggelapan pajak Asian Agri sendiri merupakan kasus yang melibatkan 3 macam modus operandi. Pertama, menggelembungkan biaya perusahaan hingga Rp 1,5 triliun. Kedua, mendongkrak kerugian transaksi ekspor Rp 232 miliar. Ketiga, mengecilkan hasil penjualan Rp 889 miliar. Lewat ketiga modus ini, Asian Agri diduga telah menggelapkan pajak penghasilan untuk badan usaha senilai total Rp 2,6 triliun. Perhitungan SPT Asian Agri yang digelapkan berasal dari SPT periode 2002-2005. hingga hitungan terakhir menyebutkan kerugian keuangan Negara sebesar 1,3 triliun.Pada tanggal 26 januari 2007, Direktorat Jenderal Pajak sudah membentuk tim khusus yang bertugas mengusut dugaan manipulasi pajak Asian Agri. Tim khusus itu bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Pengusutan itu berdasarkan pengaduan mantan Group Financial Controller Asian Agri Vincentius Amin Sutanto kepada KPK. Penyidikan aparat pajak telah menyimpulkan bahwa sepak terjang kelompok usaha milik Taipan Sukanto Tanoto itu berpotensi merugikan negara dalam skala yang luar biasa. Nilai sementara ditaksir mencapai Rp 1,3 triliun dapat diperkirakan melebihi taksiran. Jika kelak terbukti, kasus ini akan dicatat sebagai salah satu manipulasi pajak terbesar dalam sejarah Republik Indonesia. Dalam kasus ini terlihat adanya dua kepentingan yang berbeda antar pihak, dinama pemerintah menjadikan pajak sebagai salah satu sumber pendapatan terbesar dan pihak perusahaan (private sector) berusaha mendapatkan profit lebih banyak dengan efisiensi biaya produksi salah satunya dengan menekan pajak. Padahal sejatinya pajak ang keluarkan oleh sektor privat digunakan kembali untuk berbagai macam kepentingan publik yang juga ikut menunjang kegiatan disektor privat. Misalnya dengan perbaikan infrastuktur yang membuat biaya transaksi menjadi lebih rendah.Kerugian yang disebabkan oleh kasus penyelundupan pajak diatas terbilang cukup besar. Hal ini bisa ilihat dai APBN 2013 dimana perkembangan sektor pariwisata hanya menghabiskan 0.7 trilliun rupiah. Jika pajak yang hilang adalah 1.3 trilliun dari APBN maka jumlah tersebut mampu mengembangkan sektor pariwisata lebih baik karena anggaran yang lebih besar. Atau meningkatkan pembinaan kempemudaan dan olahragayang alokasinya tidak lebih dari 1.2 trilliunrupiah. Jumlah tersebut juga dapat meningkatkan progrqm perlindungqn dqn pelqyqnqn sosial anak-anak dan keluarga serta meningkatkan program pemberdayaan perempuan yang total kedua alokasi anggaran tersebut hanya 0.7 trilliun rupiah.Jumlah kerugian dari penyelundupan tersebut juga dapat meningkatkan infrastruktur perairan yang hanya mendapatkan alokasi anggaran sebesar 0.8 trilliun rupiah. Padahal PT Asian Agri Group merupaka perusahaan berbasis pangan yang jelas memerlukan infrastruktur perairan yang baik tapi enggan mematuhi pajak yang salah satu fungsi meperbaiki infrastruktur. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa private sector dan pemerintah memiliki perbedaan orientasi. Oleh karena itu, kepatuhan wajib pajak menjadi pondasi bagi pembangunan ekonomi dan peran pemerinah dalam memperketat regulasi sangat penting untuk mengawasi dan menindak para mafia pajak yang merugikan negara. Pendapatan negara dari pajak sejatinya adalah anggaran pemerintah untuk peningkatan kualitas pendidikan, peningkatan kualtas kesehatan masyarakat maupun pembangunan infrastruktur yang dalam jangka panjang menjadi roda penggerak pembangunan ekonomi kearah yang lebih baik.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari sisi teori, Penerimaan pajak harus dirumuskan secara tepat, sehingga bisa merefleksikan kemampuan membayar dari seluruh wajib pajak yang ada dan pajak tersebut dapat bernilai tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Jika jumlah yang ditetapkan terlalu besar, dikhawatirkan wajib pajak enggan untuk melaksanakan tugasnya serta dapat menimbulkan peran yang tidak diharapkan dalam pelayanan barang publik yaitu free rider. Jika peran ini terus berkembang maka akan sulit untuk pemerintah menyediakan barang publik yang dibutuhkan oleh masyarakat. Karena barang publik tersebut memerlukan anggaran ketika akan memperbaiki, merenovasi ataupun membangun baru barang publik lainnya. Sehingga hal ini juga akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dalam sektor publik yang tidak tercapai. Sebaliknya jika free rider dapat diatasi dengan regulasi serta kebijakan pemerintah maka dengan mudah tugas pemerintah dalam menyediakaan barang publik akan tercapai sesuai dengan tujuan.Dari sisi Empiris, Kasus PT Asian Agri ini merupakan contoh perusahaan yang melakukan penggelapan pajak atau bisa dikatakan free rider, karena dalam hal ini mereka tidak sepenuhnya melaksanakan kewajiban dalam membayar harga atas barang publik yang telah mereka rasakan (pajak) dimana penggelapan pajak ini berupa penggelapan pajak penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai(PPN). Untuk mencegah perusahaan lain melakukan hal yang sama, pemerintah dengan segala kebijakan dan peraturannya harus menangani masalah tsb secara tuntas, sehingga tujuan pemerintah untuk mendongkrak penerimaan pajak bisa tercapai.selain itu semua pihak yang berperan sebagai penegak hukum serta badan yang ikut mengawasi juga harus di maksimalkan dalam menjalankan tugasnya.

PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

SEMINAR EKONOMI PUBLIK25

DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan_indonesia http://ichafr7.blogspot.com/2013/06/peran-dan-fungsi-pemerintah-di-bidang.html http://www.hupelita.com/baca.php?id=81975 http://www.galeripustaka.com/2013/03/masyarakat-sebagai-pelaku-ekonomi.html http://scientistofsocial.blogspot.com/2011/09/peran-pihak-swasta-bums-dalam.html Hyman, N David. Economics. Musgrave, R. A. 1959. The Theory of Public Finance. New York: McGraw-Hill. Hindriks, Jean and Myles, D Gareth. 2004. Intermediate Public Economics.