makalah IR edit.docx
-
Upload
eni-mayasari -
Category
Documents
-
view
89 -
download
2
Embed Size (px)
Transcript of makalah IR edit.docx

SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR)
(Analisis Jurnal)
I. IDENTITAS JURNAL
Judul : 2,3-Dihydrobenzofuran neolignans from Aristolochia pubescens
Penulis : Isabele R. Nascimento, Lucia M.X. Lopes
Instituto de QuõÂmica, Universidade Estadual Paulista, Unesp, C.P.
355, 14800-900, Araraquara, Sao Paulo, Brazil
II. TINJAUAN PUSTAKA
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya
berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan
oleh materi tersebut. Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari interaksi antara cahaya dan materi.
Metode spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang meliputi
teknik serapan (absorption), teknik emisi (emission), teknik fluoresensi
(fluorescence). Spektroskopi infra merah lebih diperuntukkan untuk menentukan
adanya gugus-gugus fungsional utama dalam sampel yang diperoleh berdasarkan
bilangan gelombang yang dibutuhkan untuk vibrasi.
Spektroskopi infra merah digunakan secara luas untuk analisis secara
kualitatif dan analisis secara kuantitatif. Penggunaan yang paling penting dari
spektroskopi infra merah adalah untuk identifikasi senyawa organic, karena
spektrumnya sangat kompleks yang terdiri dari banyak puncak-puncak serapan.
Spektrum infra merah dari senyawa organic mempunyai sifat-sifat fisik yang
karakteristik, artinya kemungkinan bahwa dua senyawa mempunyai spectrum yang
sama adalah sangat kecil, kecuali senyawa isomer optic.
Sinar infra merah (infra red = IR) mempunyai panjang gelombang yang lebih
panjang dibandigkan dengan UV-Vis, sehingga energinya lebih rendah dengan

bilangan gelombang antara 600-4000 cm-1. Sinar infra merah hanya dapat
menyebabkan vibrasi pada ikatan. Ada dua jenis vibrasi yaitu:
a. Vibrasi ulur (Stretching Vibration), yaitu vibrasi yang mengakibatkan perubahan
panjang ikatan suatu ikatan.
b. Vibrasi tekuk (Bending Vibrations), yaitu vibrasi yang mengakibatkan
perubahan sudut ikatan antara dua ikatan.
Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi tekuk, khususnya
vibrasi rocking (goyangan), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000 –
400 cm-1. Karena di daerah antara 4000 – 2000 cm-1 merupakan daerah yang khusus
yang berguna untuk identifkasi gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan absorbsi
yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Sedangkan daerah antara 2000 – 400 cm -1
seringkali sangat rumit, karena vibrasi regangan maupun bengkokan
mengakibatkan absorbsi pada daerah tersebut. Dalam daerah 2000 – 400 cm-1 tiap
senyawa organik mempunyai absorbsi yang unik, sehingga daerah tersebut sering
juga disebut sebagai daerah sidik jari (fingerprint region). Meskipun pada daerah
4000 – 2000 cm-1 menunjukkan absorbsi yang sama, pada daerah 2000 – 400 cm-1
juga harus menunjukkan pola yang sama sehingga dapat disimpulkan bahwa dua
senyawa adalah sama.
Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang, sinar inframerah dibagi
atas tiga daerah seperti terlihat pada tebel berikut.
Table 1. Daerah panjang gelombang IR
JenisPanjang
gelombangInteraksi
Bilangan
gelombang
Inframerah dekat 0,75 - 2,5 µm Interaksi Ikatan 13.000 - 4.000 cm-1
Inframerah
pertengahan2,5 - 50 µm Interaksi Ikatan 4.000 - 200 cm-1
Inframerah jauh 50 - 1.000 µm Interaksi Ikatan 200 - 10 cm-1

Dari pembagian daerah spektrum elektromagnetik tersebut di atas, daerah
panjang gelombang yang digunakan pada alat spektroskopi inframerah adalah pada
daerah inframerah pertengahan, yaitu pada panjang gelombang 2,5 – 50 µm atau
pada bilangan gelombang 4.000 – 200 cm-1 . Daerah tersebut adalah cocok untuk
perubahan energi vibrasi dalam molekul. Daerah inframerah yang jauh (400 – 10
cm-1), berguna untuk molekul yang mengandung atom berat, seperti senyawa
anorganik tetapi lebih memerlukan teknik khusus percobaan.
Metode Spektroskopi inframerah ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
suatu senyawa yang belum diketahui,karena spektrum yang dihasilkan spesifik
untuk senyawa tersebut. Metode ini banyak digunakan karena:
a. Cepat dan relatif murah
b. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional dalam molekul
c. Spektrum inframerah yang dihasilkan oleh suatu senyawa adalah khas dan oleh
karena itu dapat menyajikan sebuah fingerprint (sidik jari) untuk senyawa
tersebut.
Hampir semua gugus fungsi organik memiliki bilangan gelombang serapan
khas di daerah yang tertentu. Jadi daerah ini disebut daerah gugus fungsi dan
absorpsinya disebut absorpsi khas.
Tabel 2. Serapan Khas Beberapa Gugus fungsi
Gugus Jenis Senyawa Daerah Serapan (cm-1)
C-H alkana 2850-2960, 1350-1470
C-H alkena 3020-3080, 675-870
C-H aromatik 3000-3100, 675-870
C-H alkuna 3300
C=C Alkena 1640-1680
C=C aromatik (cincin) 1500-1600
C-O alkohol, eter, asam karboksilat, ester 1080-1300

C=O aldehida, keton, asam karboksilat,
ester
1690-1760
O-H alkohol, fenol(monomer) 3610-3640
O-H alkohol, fenol (ikatan H) 2000-3600 (lebar)
O-H asam karboksilat 3000-3600 (lebar)
N-H amina 3310-3500
C-N Amina 1180-1360
-NO2 Nitro 1515-1560, 1345-1385
Plot antara transmitansi terhadap bilangan gelombang atau frekuensi akan
dihasilkan spectrum infra merah, yang merupakan spectrum berupa puncak-puncak
yang tajam dengan frekuensi tertentu yang dihasilkan dari suatu senyawa organic
dengan gugus fungsi tertentu. Karena pada dasarnya spektroskopi infra merah
digunakan untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa organic.
Instrumentasi Spektroskopi Infra Merah
Komponen-komponen dalam instrumentasi spektroskopi infra merah
meliputi: (1) Sumber radiasi; (2) Tempat sampel; (3) Monokromator; (4) Detektor;
dan (5) Rekorder.
1. Sumber radiasi
Radiasi infra merah dihasilkan dari pemanasan suatu sumber radiasi dengan listrik
sampai suhu antara 1500 dan 2000 K. Sumber radiasi yang biasa digunakan adalah
Nernst Glower, Globar, dan kawat nikrom.
Nernst Glower merupakan campuran oksida dari zirkom (Zr) dan Yitrium (Y)
yaitu berupa senyawa ZrO2 dan Y2O3 atau campuran oksida thorium (Th) dan
Cerium (Ce). Nernst Glower ini berupa silinder dilapisi platina untuk melewatkan
arus listrik. Nernst Glower mempunyai radiasi maksimum pada panjang gelombang
1,4 mm atau bilangan gelombang 7100 cm-1.

Globar merupakan sebatang silicon karbida (SiC) dengan ukuran diameter
sekitar 5 mm dan panjang 50 mm. Radiasi maksimum Globar pada panjang
gelombang 1,8 – 2,0 mm atau pada bilangan gelombang 5500 – 5000 cm-1.
Kawat NIkrom merupakan campuran nikel (Ni) dan khrom (Cr). Kaawat
nikhrom berbentuk spiral dan mempunyai identitas radiasi yang lebih rendah dari
Nernst Glower dan Globar tetapi mempunyai umur yang lebih panjang.
2. Tempat sampel
Tempat sampel atau sel tergantung dari jenis sampel. Untuk sampel berbentuk gas
digunakan sel gas dengaan lebar sel atau panjang berkas radiasi 40 mm. Hal ini
dimungkinkan untuk menaikkan sensitivitas karena adanya cermin yang dapat
memantulkan berkas radiasi berulang kali melalui sampel.
Tempat sampel untuk sampel yang berbentuk cairan umumnya mempunyai
panjang berkas radiasi kurang dari 1 mm biasanya dibuat lapisan tipis (film)
diantara dua keeping senyawa yang transparan terhadap radiasi infra merah.
Senyawa yang biasa digunakan adalah natrium klorida (NaCl), kalsium fluoride
(CaF2), dan kalsium iodide (CaI2). Dapat juga dibuat larutan yang kemudian
dimasukkan ke dalam sel larutan. Wadah sampel untuk larutan disebut sel larutan.
Sampel dilarutkan ke dalam pelarut organic dengan konsentrasi 1 – 5%. Pelarut
organic yang biasa dipakai adalah karbon tetraklorida (CCl4), karbon disulfide (CS2)
dan kloroform (CHCl3).
Wadah sampel untuk sampel padat mempunyai panjang berkas radiasi
kurang dari 1 mm. Pelet KBr dibuat dengan menggerus sampel dan Kristal KBr (0,1
– 2,0 % berdasarkan berat) sehingga merata, kemudian ditekan (sekitar 8 ton)
sampai diperoleh pellet atau pil tipis. Bentuk pasta dibuat dengan mencampur
sampel dan setets bahan pasta sehingga merata kemudian dilapiskan antara dua
keeping NaCl yang transparan terhadap radiasi infra merah. Bahan pasta yang biasa
digunakan adalah paraffin cair. Lapis tipis dibuat dengan meneteskan larutan dalam
pelarut yang mudah menguap pada permukaan kepingan NaCl dan dibiarkan
sampai menguap.

3. Monokhromator
Pada pemilihan panjang gelombang infra merah dapat digunakan filter,
prisma atau grating. Seperti alat spektroskopi pada gambar di atas, berkas radiasi
terbagi dua, sebagian melewati sampel dan sebagian melewati blanko (referece).
Setelah itu kedua berkas sinar tersebut bergabung kembali dan keemudian
dilewatkan ke dalam monokhromator.
Filter biasa dgunakan untuk tujuan analisis kuantitatif, sebagai contoh
dengan panjang gelombang 9,0 mm untuk penentuan asetaldehida. Filter dengan
panjang gelombang 13,4 mm untuk penentuan 0-diklorobenzena, dan filter dengan
panjang gelombang 4,5 mm untuk penentuan dinitrogen oksida. Ada juga filter yang
mempunyai panjang gelombang pada kisaran antara 2,5 sampai dengan 4,5 mm; 4,5
sampai dengan 8,0 mm, dan 8,0 sampai dengan 14,5 mm.
Prisma yang terbuat dari kuasa digunakan untuk daerah infra merah dekat
(0,8 sampai dengan 3,0 mm). Prisma yang paling umum digunakan adalah terbuat
dari Kristal natrium klorida dengan daerah frekuensi 2000 sampai 670 cm-1 (atau 5
– 15 mm). Contoh prisma lainnya adalah Kristal kalium bromide dan cesium
bromide yang sesuai untuk daerah spectrum infra merah jauh yaitu pada kisaran 15
– 40 mm. Kristal LiF juga dapat digunakan untuk daerah spectrum infra merah
dekat yaitu pada panjang gelombang antara 1 – 5 mm. Grating umumnya
memberikan hasil yang lebih baik daripada prisma. Biasanya grating dibuat dari
gelas atau plastic yang dilapisi dengan aluminium.
4. Detektor
Setelah radiasi infra merah melewati monokhromator, kemudian berkas
radiasi ini dipantulkan oleh cermin dan akhirnya ditangkap oleh detector. Detektor
pada spectrometer infra merah merupakan alat ayang bisa mengukur atau
mendeteksi energy radiasi akibat pengaruh panas. Berbeda dengan jenis detector
lainnya (misalnya phototube), pengukuran radiasi infra merah lebih sulit karena
intensitas radiasi rendah dan energy foton infra merah juga rendah. Akibatnya
signal dari detector infra merah keecil sehingga dalam pengukurannya harus
diperkuat. Terdapat dua macam detector yaitu thermocouple dan bolometer.

Detektor yang paling banyak digunakan dalam spektrofotometer infra merah
adalah thermocouple. Detektor thermocouple merupakan alat yang mempunyai
impedans tinggi.Detektor thermocouple terdiri dari dua kawat halus yang terbuat
dari logam seperti platina (Pt) dan perak (Ag) atau antimony (Sb) dan bismuth (Bi).
Energi radiasi infra merah akan menyebabkan terjadinya pemanasan pada salah
satu kawat dan panasnya ini sebanding dengan perbedaan gaya gerak listrik yang
dihasilkan dari kedua kawat.
Bolometer merupakan semacam thermometer resistans yang terbuat dari
kawat platina atau nikel. Dalam hal ini akibat pemanasan akan terjadi perubahan
tahanan pada bolometer sehingga signal menjadi tidak seimbang. Signal yang tidak
seimbang ini kemudian diperkuat sehingga dapat dicatat atau direkam.
5. Rekorder
Signal yang dihasilkan dari detector kemudian direkam sebagai spectrum
infra merah yang berbentuk puncak-puncak serapan. Spektrum infra merah ini
menunjukkan hubungan antara absorban dan frekuensi atau bilangan gelombang
atau panjang gelombang. Sebagai absis adalah frekuensi (cm-1) atau panjang
gelombang (mm) atau bilangan gelombang (cm-1), dan sebagai ordinat adalah
transmitan (%) atau absorban.
Cara Penanganan Cuplikan
Penanganan cuplikan untuk analisis menggunakan spekroskopi infra merah
tergantung pada wujud cuplikan gas, cair atau padatan.
a. Gas
Dimasukkan dalam sel gas, yang menghadap langsung ke sumber sinar IR. Wadah
(sel gas) tidak menyerap sinar pada gelombang IR.
b. Cairan
Cairan diteteskan pada pelat NaCl berupa film tipis, dan bila larutannya berair harus
cepat-cepat dikeringkan agar pelat NaCl tidak rusak. Namun untuk larutan berair

biasanya digunakan pelat CsI dan CaF2. Pelarut organic yang umumnya digunakan
adalah yang tidak mengandung gugus fungsi utama agar jangan mengganggu analisa
seperti toluene, heksana, kloroform, dll.
c. Padatan
Ada tiga cara untuk menangani cuplikan padatan
· Pelet Kbr
Menumbuk cuplikan (0,1 – 2,0 %) dengan KBr kemudian ditekan dalam setakan
hingga membentuk pellet KBr.
· Mull atau Pasta
Mencampur cuplikan dengan minyak pasta kemudian dilapiskan pada dua keeping
NaCl.
· Lapisan tipis
Padatan dilarutkan dalam pelarut yang “volatile” kemudian diteteskan pada peleet
NaCl. Bila pelarut sudah menguap maka akan diperoleh lapisan tipis pada pelat.
Langkah-langkah dalam Mengidentifikasi Spektrum Infra Merah
Untuk memudahkan dalam menginterpretasi dari spectra infra merah,
langkah-langkah yang digunakan sebagai pedoman adalah sebagai berikut:
Tahap 1
Lihat puncak absorban dari gugus karbonil (C = O) pada kisaran 1600 – 1800
cm-1.
Tahap 2
Bila ada gugus karbonil, maka lanjutkan periksa:
1. Asam karboksilat (OH) pada 1500 – 3000 cm-1 (sedang)
2. Amida (NH) pada frekuensi 3100 – 3500 cm-1 (sedang)
3. Ester (C – O) pada frekuensi 1000 – 1300 cm-1 (tajam)

4. Aldehida (CH) pada frekuensi 2700 – 2800 cm-1 (lemah) dan 2800 – 2900 cm-
1 (lemah)
5. Anhidrida (C = O) pada frekuensi 1760 cm-1 (tajam) dan 1810 cm-1 (tajam)
6. Keton
Keton alifatik mempunyai frekuensi pada 1715 cm-1, dan metal keton
memberikan serapan kuat pada frekuensi dekat 1400 cm-1.
Tahap 3
Bila tidak ada gugus karbonil, maka periksa gugus alcohol (OH) pada frekuensi
3300 – 3600 cm-1 (sedang), gugus amida (NH) pada frekuensi 3500 cm-1, dan
gugus ester (C – O) pada frekuensi 1000 – 1300 cm-1 (tajam)
Tahap 4
Ikatan rangkap dua, mula-mula periksa gugus alkena (C = C) pada frekuensi
1600 – 1680 cm-1 (sedang), kemudian gugus aromatic (C = C) pada frekuensi
2100 – 2250 cm-1 (sedang).
Tahap 5
Ikatan rangkap tiga, pertama periksa nitril (C º N) pada frekuensi 2240 – 2260
cm-1 (sedang-tajam), dan gugus alkuna (C º C) pada frekuensi 2100 – 2250 cm-1
(lemah-tajam)
Tahap 6
Periksa adanya gugus nitro (R – NO2) yang mempunyai dua puncak serapan
tajam yaitu pada frekuensi 1500 – 1600 cm-1 dan 1300 – 1390 cm-1.
Tahap 7
Bila tidak ada semua gugus fungsional tersebut di atas, periksa adanya
hidrokarbon dengan puncak serapan pada frekuensi sekitar 3000 cm-1.

Spektroskopi inframerah biasanya digunakan untuk penelitian dan
digunakan dalam industri yang sederhana dengan teknik yang sederhana dan untuk
mengontrol kualitas. Alat spektroskopi inframerah cukup kecil dan mudah dibawa
kemana-mana dan kapanpun dapat digunakan. Dengan meningkatnya teknologi
komputer memberikan hasil yang lebih baik. Spektroskopi inframerah mempunyai
ketepatan yang tinggi pada aplikasi kimia organik dan anorganik. Spektroskopi
inframerah juga sukses kegunaannya dalam semikonduktor mikroelektronik[1]:
untuk contoh, spektroskopi inframerah dapat digunakan untu semikonduktor
seperti silikon, gallium arsenida, gallium nitrida, zinc selenida, silikon amorp, silikon
nitrida, dan sebagainya.
III. PERSIAPAN SAMPEL
Pada penelitian yang dilakukan dalam jurnal ini sampel yang digunakan
adalah tanaman yang diambil di Ituiutaba, negara bagian Minas Gerais, Brazil.
Tanaman ini didentifikasi sebagai A. pubescens Willd, oleh Dr Condorcet Aranha,
dan spesimen ini dimasukkan ke herbarium dari Instituto Agronoà Mico de
Campinas, Campinas, SP, Brasil. Bahan-bahan tadi dipisahkan dengan bagian
tanaman, kering (~40°) dan tanah.
Langkah-langkah isolasi senyawa yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :
1. Akar dan batang tanaman A. pubescens diekstraksi menggunakan Heksana,
Me2CO dan Etanol.
2. Ekstrak kasar Heksana kemudian difraksinasi dengan kromatografi kolom
menggunakan silica gel dan pelarut Heksan : EtOAc dengan gradient tertentu
sehingga menghasilkan 12 fraksi.
3. Setelah preparasi, dilakukan KLT dengan menggunakan eluen Heksana : EtOAc
dengan perbandingan 95:5.
a. Dari fraksi 2 didapatkan (8R, 9R-oksida- -caryophyllene),β

b. Dari fraksi 4 didapatkan kobusone sebagai minyak presipitasi dari methanol,
c. Dari fraksi 5 didapatkan sitosterol setelah direkristalisasi dari methanol,
d. Fraksi 6, setelah di KLT dengan menggunakan Heksana dan EtOAc (7:3)
menghasilkan senyawa 1 dan sesamin,
e. Dari Fraksi 8 dengan persiapan KLT menggunakan eluen
CHCl3:CH3OH:NH4OH (95:5:0,5) didapatkan vanili,
f. Dari fraksi 9 dengan persiapan KLT menggunakan eluen CHCL3:CH3OH (97:3)
menghasilkan cubebin dan senyawa 2,
g. Dari fraksi 10 dengan kromatografi kolom menggunakan silica gel dan
pelarut CHCl3:CH3OH+0,5% NH4OH menghasilkan eudesmin dan ent-kauran-
16- , 17-diol setelah dikristalisasi dari CClα 4,
h. Dari fraksi 11 dengan preparasi KLT menggunakan CHCl3:CH3OH:NH4OH
(93:7:0,5) menghasilkan senyawa 4 dan subfraksi. Selain itu, juga dilakukan
preparasi dengan KLT terhadap fraksi 11 ini dengan menggunakan
CHCl3:CH3OH:NH4OH (60:40:0,5) menghasilkan asam vanilat da senyawa 3.
Dari isolasi yang dilakukan terhadap batang dan akar tanaman A. pubescens
ini didapat beberapa senyawa yaitu Licarin A (1), bisnor-neolignan aldehida (2), (2R,
3R) -2,3-dihidro-2- (4 - hydroxy - 3 - metoksifenil) – 7 – metoksi – 3 - methyl
benzofuran-5-asam karboksilat atau asam bisnor-neolignan (3), (2S, 3S, 1'S, 2'R) -
dan (2S, 3S, 1'R, 2'R) -2,3 - dihidro-5-(1 ', 2'-dihydroxypropyl) -2 - (4-hydroxy-3-
metoksifenil)-7-metoksi-3-methylbenzofuran atau Licarinediol A+B (4), (2S, 3S, 1'S,
2'R) - dan (2S, 3S, 1'R, 2'R) -2,3 - dihidro-5-(1 ', 2'-dihydroxypropyl) -2 - (3,4 -
dimethoxyphenyl)-7-metoksi-3-methylbenzofuran atau O- metil-licarinediol A + O-
metil- licarinediol B (5), (2S, 3S) -2,3-dihidro-2-(3,4-dimethoxyphenyl) -7 -metoksi-
3-methyl-5-(2-oxopropyl) benzofuran atau Licarinone (5a), (~)-Kadsurenin M (5b),
dan (R)-(–)- -α dan (S)-(+)- -metoksi- -(α α trifluoromethyl) phenylace-tyl klorida
(MTPA-Cl) derivatif.

IV. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, untuk pengidentifikasian struktur senyawa yang berhasil
diisolasi digunakan spektrofotometer UV-Vis, 1H NMR 1-D dan 2-D, 13C NMR dan
spektrum DEPT, 1H–13C COSY, Spektrometer massa (EIMS), dan juga sprektrometer
infra merah. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan keakuratan dalam penyaranan
struktur senyawa yang ditemuakan dari hasil isolasi.
Untuk penafsiran spektrum inframerah tidak ada aturan kaku, namun syarat-
syarat tertentu yang harus dipenuhi sebagai upaya untuk menafsirkan suatu
spektrum adalah
Spektrum harus terselesaikan dan intensitas cukup memadai
Spektrum diperoleh dari senyawa murni
Spektrofotometer harus dikalibrasi sehingga pita yang teramati sesuai dengan
frekuensi atau panjang gelombangnya. Kalibrasi dapat dilakukan dengan
menggunakan standar yang dapat diandalkan, seperti polistirena film.
Metode persiapan sampel harus ditentukan. Jika dalam bentuk larutan, maka
konsentrasi larutan dan ketebalan sel harus ditunjukkan.
Setiap ikatan mempunyai bilangan gelombang (v) yang spesifik sehingga
spectra IR dapat digunakan untuk melacak gugus fungsional suatu molekul. Dengan
demikian setiap molekul mempunyai spectra IR yang spesifik atau sidik jari
(fingerprint) tertentu. Namun demikian, spectra IR lebih banyak digunakan untuk
melacak gugus fungsi yang spesifik seperti alkena (C = C), alkuna (C ≡ C), karbonil (C
= O), hidroksi (-OH), nitril (C ≡ N), amina dan amida (N – H), dan lain-lain yang
berada pada sekitar 4000-1500 cm-1. Untuk serapan C – C tunggal dan C – H (Sp3-s)
tidak perlu terlalu dalam ditelaah karena hampir semua senyawa organic
mempunyai serapan pada daerah tersebut.
Serapan pada sekitar 1200-500 cm-1 adalah merupakan seidik jari dari
molekul dan serapannya sangat kompleks biasanya digunakan untuk
mengkonformasi apakah gugus fungsi utamanya ada. Menganalisis spectra IR

dimulai dari kiri ke kanan atau dari bilangan gelombang yang besar ke kecil.
Serapan suatu gugus fungsional tidaklah disajikan eksak (tunggal), tapi dapat
berupa interval bilangan gelombang.
Disini akan dibahas tentang hasil spektroskopi IR dari senyawa-senyawa
yang berhasil diisolasi dari akar dan batang tanaman Aristolochia pubescens yang
terdapat dalam dalam jurnal yang diterbitkan oleh Instituto de QuõÂmica,
universida de Estadual Paulista. Namun tidak semua senyawa yang berhasil diisolasi
diinformasikan data spectra IR-nya pada jurnal ini, hanya 4 senyawa saja yang
memiliki data spectra IR pada pengidentifikasiannya. Adapun data tersebut adalah
sebagai berikut.
1. (2R, 3R) - 2, 3- dihydro - 2 - (4 - hydroxy - 3 - methoxyphenyl) - 7- methoxy-3
methyl benzofuran-5-carboxylic acid atau asam bisnor-neolignan (3)
Data spectrum IR VKBrMax cm-1 : 3338, 2929, 2859, 1688, 1604, 1513, 1457, 1277,
1200.
Terjemahan bilangan Gelombang IR :
Senyawa (2R,3R )-2,3-dihydro-2-(4-hydroxy-3-methoxyphenyl)-7-methoxy-3
methyl benzofuran-5-carboxylic acid memunculkan pita serapan IR pada bilangan
gelombang dari 3338-1200 cm-1. Pada bilangan gelombang 3338 cm-1 yang
merupakan gugus fungsi -OH (yang memunculkan serapan pada interval v berkisar
3500-3300 cm-1). Namun selain adanya gugus –OH, dari data spectra IR tersebut
juga tampak adanya pita serapan pada 1688 cm-1 dan 1604 cm-1 yang merupakan
gugus fungsi karbonil (C=O, yang memunculkan serapan pada interval v antara
1820-1600 cm-1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam senyawa
tersebut terdapat gugus asam karboksilat.
Untuk serapan pada 2929 cm-1 dan 2859 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi C-
H baik stretching maupun regangan dari C-H alifatik dari gugus metil (CH3) dan CH2.
Bilangan gelombang 1513 cm-1 dan 1457 cm-1 menunjukkan adanya absorbsi dari
metil dan metilena dimana bilangan gelombang tersebut menunjukkan adanya

ikatan C=C alkena aromatis (yang memunculkan serapan pada interval v antara
1500-1600 cm-1). Namun interval serapan ikatan C=C pada senyawa ini lebih lemah
yaitu pada bilangan gelombang 1513 cm-1 dan 1457 cm-1 , yang disebabkan karena
adanya delokalisasi electron atau yang dikenal dengan resonansi. Untuk diketahui
bahwa karena terdapat ikatan alkena (C=C) yang terkonjugasi, maka gugus C=O
yang normal biasanya memunculkan pita serapan berkisar 1715 cm-1 akibat
terkonyugasi dengan alkena sebagai ketene (enon) maka bilangan gelombangnya
turun menjadi 1688 cm-1 dan 1604 cm-1 seperti yang dijelaskan sebelumnya yaitu
akibat adanya resonansi. Dengan adanya resonansi lebih lanjut maka electron pada
ikatan πakan tersebar (terdelokalisasi) sekitar ikatan, sehingga kekuatan ikatan
dibawah ikatan rangkap, namun di atas ikatan tunggal atau seolah-olah ikatan satu
setengah. Selanjutnya pada bilangan gelombang 1277 cm-1 dan 1200 cm-1 adalah
ester yang akan memunculkan serapan C-O yang tajam dan kuat (memunculkan
serapan pada interval v antara 1300-1000 cm-1).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa senyawa (3) ini memiliki gugus
hidroksi, karbonil, C – H alifatik dari gugus metil (CH3) dan CH2, ikatan C=C alkena
aromatis, ester, dan asam karboksilat. Gugus fungsi ini dapat dilihat pada struktur
dari senyawa (3) pada gambar 1.
2. (2S,3S,1'S,2'R)- and (2S,3S,1'R,2'R)-2,3-dihydro-5-(1',2 dihydroxypropyl)-2-(4-
hydroxy-3-methoxyphenyl)-7-methoxy-3 methylbenzofuran atau licarinediol
A+B (4)
Data spectrum IR VKBrmax cm-1 : 3444, 2925, 1603,1515, 1458, 1381, 1271, 1125,
1033.
Terjemahan bilangan gelombang IR :
Senyawa diatas yaitu (2S, 3S, 1'S ,2'R) - and (2S, 3S ,1'R ,2'R)- 2,3-dihydro-5 -
(1',2 dihydroxypropyl) - 2 - (4 - hydroxy - 3 - methoxyphenyl) – 7 – methoxy - 3
methylbenzofuran (licarinediol A+B) memunculkan pita serapan IR pada bilangan

gelombang 3444 -1033 cm-1. Pada bilangan gelombang 3444 cm-1 yang merupakan
gugus fungsi -OH (yang memunculkan serapan pada interval v berkisar 3500-3300
cm-1) yang mana diperkuat dengan pita serapan 1125 cm-1, 1271 cm-1, 1033 cm-1
yang merupakan eter dikonformasi dengan alcohol dan ester atau dapat disinyalir
adanya vibrasi C-O dari C-OH primer. Kemudian, karena terdapat bilangan
gelombang 1603 cm-1, dapat diketahui bahwa terdapat gugus karbonil (C=O),
sehingga dari hal tersebut dapat diketahui adanya asam karboksilat dapat diketahui
adanya bilangan gelombang 3444 cm-1 yang merupakan daerah serapan -OH dari
asam karboksilat suatu senyawa karbonil. Petunjuk ini diketahui bahwa analisa
awal yaitu apabila terdapat gugus C=O yang terdapat pada daerah 1820-1600 cm-1,
maka langkah selanjutnya bila terdapat bilangan gelombang 3500 - 3300 cm-1 dapat
diidentifikasi ada Asam karboksilat yang akan memunculkan serapan –OH seperti
pada hasil ini yaitu pada 3444 cm-1.
Untuk serapan pada 2925 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi C-H baik
stretching maupun regangan dari C-H alifatik (sp2-s) dari gugus metil (CH3) dan CH2.
Bilangan gelombang 1515 cm-1, 1458 cm-1 (menunjukkan adanya absorbs dari metal
dan metilena) menunjukkan adanya ikatan C=C alkena aromatis dan lebih lemah
karena adanya delokalisasi electron atau yang dikenal dengan resonansi. Seperti
pembahasan sebelumnya bilangan gelombang karbonil (C=O) normal adalah 1715
cm-1 namun karena terdapat bilangan gelombang alkena maka terjadi konjugasi
dengan alkena membentuk sebagai ketene (enon) maka bilangan gelombangnya
akan turun menjadi 1603 cm-1 yang dijelaskan sebelumnya adalah resonansi,
dengan adanya resonansi lebih lanjut maka electron pada ikatan πakan tersebar
(terdelokalisasi) sekitar ikatan, sehingga kekuatan ikatan dibawah ikatan rangkap,
namun di atas ikatan tunggal atau seolah-olah ikatan satu setengah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa senyawa (4) ini memiliki gugus
hidroksi, eter, C – H alifatik dari gugus metil (CH3) dan CH2, serta ikatan C=C alkena
aromatis. Gugus fungsi ini dapat dilihat pada struktur dari senyawa (4) pada gambar
1.

3. (2S,3S,1'S,2'R)- and (2S,3S,1'R,2'R)-2,3-dihydro-5-(1',2 '-dihydroxypropyl)-2-
(3,4-dimethoxyphenyl)-7-methoxy-3-methylbenzofuran atau O-methyl-
licarinediol A+O-methyl-licarinediol B (5)
Data spectrum IR vKBrmax cm-1: 3444, 2923, 1599,1514, 1459, 1264, 1136, 1025.
Terjemahan bilangan Gelombang IR :
Dari struktur diatas yaitu (2S,3S,1'S,2'R)-and(2S,3S,1'R,2'R)-2,3-dihydro-5-
(1',2'-dihydroxypropyl)-2-(3,4-dimethoxyphenyl)-7-methoxy-3-methylbenzofuran (O-
methyl licarinediol A+O –methyl -licarinediol B) memunculkan pita serapan IR pada
bilangan gelombang dari 3444-1025 cm-1. Pada bilangan gelombang 3444 cm-1 yang
merupakan gugus fungsi OH yang mana diperkuat dengan adanya serapan pada
1264 cm-1, 1136 cm-1, 1025 cm-1 yang merupakan eter dikonformasi dengan alcohol
dan ester atau adanya vibrasi C-O dari C-OH primer.
Untuk serapan pada 2923 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi C-H baik
stretching maupun regangan dari C-H alifatik (sp2-s) dari gugus metil (CH3) dan CH2.
Bilangan gelombang 1599 cm-1, 1514 cm-1, 1459 cm-1 (menunjukkan adanya absorbs
dari metal dan metilena) menunjukkan adanya ikatan C=C alkena aromatis dan lebih
lemah karena adanya delokalisasi electron atau yang dikenal dengan resonansi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa senyawa (5) ini memiliki gugus
hidroksi, eter, C – H alifatik dari gugus metil (CH3) dan CH2, serta ikatan C=C alkena
aromatis. Gugus fungsi ini dapat dilihat pada struktur dari senyawa (5) pada gambar
1.
4. (2S, 3S) -2,3-dihidro-2-(3,4-dimethoxyphenyl) -7 -metoksi-3-methyl-5-(2-
oxopropyl) benzofuran atau Licarinone (5a)
Data spectrum IR vKBrmax cm-1: 2930, 2849, 1720, 1604, 1508, 1264, 1154.

Terjemahan bilangan Gelombang IR :
Senyawa di atas yaitu (2S, 3S) -2,3-dihidro-2-(3,4-dimethoxyphenyl) -7 -
metoksi-3-methyl-5-(2-oxopropyl) benzofuran memunculkan pita serapan IR pada
bilangan gelombang dari 2930-1154 cm-1. Pada bilangan gelombang 2930 - 2849
cm-1 menunjukkan adanya vibrasi C-H baik stretching maupun regangan dari C-H
alifatik (sp2-s) dari gugus metil (CH3) dan CH2. Sedangkan bilangan gelombang 1720
– 1640 cm-1 menunjukkan adanya gugus karbonil C = O (yang memunculkan serapan
pada interval v antara 1820-1600 cm-1).
Untuk serapan pada bilangan gelombang 1508, 1264, 1154 cm-1
menunjukkan adanya ikatan C=C alkena aromatis dan lebih lemah karena adanya
delokalisasi electron atau yang dikenal dengan resonansi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa senyawa (5a) ini memiliki C – H
alifatik dari gugus metil (CH3) dan CH2, serta ikatan C=C alkena aromatis. Gugus
fungsi ini dapat dilihat pada struktur dari senyawa (5a) pada gambar 1.
Gambar 1. Struktur senyawa yang diisolasi dari akar dan batang tanaman
Aristolochia pubescens
Informasi yang diberikan spectra Infra merah tidak lah sekaya spektra NMR.
Namun, spektroskopi IR tetap tetap merupakan satu dari teknik yang paling sering
digunakan untuk mendapatkan informasi struktur berbagai tipe senyawa.

Keuntungan spektroskopi IR dibanding NMR adalah pengukurannya mudah dan
sederhana, dan spektra IR tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Sitorus, M. 2009. Spektroskopi Eludasi Struktur Molekul Organik. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Suharta. 2009. Kimia Instrumentasi. Fakultas MIPA. Universitas Negeri Medan.
http://dartintarigan.blogspot.com/2010/04/spektroskopi-infra-merah.html
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/struktur-material/metoda-
spektroskopik/
http://hanifkimia.blog.uns.ac.id/2010/05/11/spektroskopi-inframerah-ir/
http://www.chem-is-ry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/spektrum_infra_
merah1/memahami arti_sebuah_spektrum_infra_merah/
http://www.dokterkimia.com/2010/06/spektroskopi-ir.html