PR Dr Susi - Case Kecil Ikterus

download PR Dr Susi - Case Kecil Ikterus

of 6

description

sfdghjkhjy

Transcript of PR Dr Susi - Case Kecil Ikterus

Pekerjaan Rumah

Pembimbing :Dr. Susilorini, Sp.A

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKRUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUSFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAPERIODE 3 AGUSTUS 2015 10 OKTOBER 2015

Pekerjaan Rumah Oleh : Debbie Cinthia Dewi 1120141941. Perbedaan Ikterus fisiologis dan Patologis2. Terapi sinar atau Fototerapi berdasarkan AAP3. Perbedaan Breast Feeding Jaundice dan Breast Milk Jaundice4. Apa yang dimaksud dengan Sepsis awitan dini (SAD) Sepsis awitan lama (SAL)

Pembahasan1. Ikterus FisiologisIkterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):a. Timbul pada hari kedua-ketigab. Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.c. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari d. Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %e. Ikterus hilang pada 10 hari pertamaf. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu

Ikterus PatologisAdalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12,5 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%. Terjadi pada 24 jam pertama. Ikterus masih menetap sesudah 2 minggu (Nelson, 2007).

2. FototerapiFototerapi digunakan untuk mencegah agar kadar bilirubin tidak meningkat sampai tingkat yang memerlukan tindakan transfusi tukar. Selama ini fototerapi telah dikenal sebagai tindakan yang aman dan efektif dan dapat menurunkan perlunya tindakan transfusi tukar.

Rekomendasi yang secara umum telah disepakati untuk memulai fototerapi dapt dilihat di bawah ini, sesuai dengan AAP guidelines :

Tabel 1 : Pilihan tindakan fototerapi berdasarkan usia dan kadar bilirubin

Kadar bilirububin total (dalam mg/dL)

Usia (Jam)PertimbanganFototerapi

fototerapi

< 24--

25 48> 12> 15

49 72> 15> 18

> 72> 17> 20

Tingkat iradiasiFototerapi dapat menurunkan risiko yang dihubungkan dengan unconjugated hyperbilirubinemia dengan cara memproduksi fotoisomer yang siap untuk diekskresi oleh hati dan ginjal. Hal ini dapat dicapai dengan memaparkan kulit bayi baru lahir dengan ikterus pada sinar berspektrum 400-5000 nanometer (nm).Energi radian (irradiance) yang dipancarkan sebesar 400-500 nm dapat diukur dengan fotoradiometer (photometer) yang secara spesifik mencatat energi yang diserap pada panjang gelombang tersebut. Energi yang dipancarkan oleh sinar flouresens dalam panjang gelombang terapetik menurun sesuai dengan bertambahnya usia: sinar fluoresens putih standar - 2000 jam sinar fluoresens biru standar - 359 jam sinar fluoresens biru spesial - 3000 jamLampu halogen juga efektif untuk mengobati ikterus. Jumlah energi yang diterima bergantung pada jarak antara sumber sinar dan kulit bayi baru lahir. Mengubah jarak antara sumber sinar dan bayi sebanyak 1 cm akan mengubah tingkat iradiasi sebesar 3%. Jarak standar sinar fototerapi adalah 35-40 cm dari bayi

3. Pemberian ASIHubungan antara pemberian ASI dan peningkatan kadar bilirubin telah terbukti selama ini. Namun penyebabnya belum dapat diketahui dengan pasti.Breast Feeding Jaundice - BFJBreastfeeding Jaundice disebabkan ketika Bilirubin yang telah larut dalam air (Bilirubin direk) masuk ke dalam usus untuk dibuang melalui BAB (sterkobilin), ternyata ada sebagian yang akan terserap kembali oleh tubuh, oleh dinding usus diubah lagi komposisinya menjadi larut dalam lemak (Bilirubin indirek). Semakin banyak BAB yang berhasil mengeluarkan Bilirubin, maka akan semakin sedikit yang terserap kembali oleh tubuh bayi. Oleh karena itu, penting sekali bagi BBL untuk minum ASI dalam bentuk kolostrum yang banyak mengandung zat laksatif sehingga Bilirubin dapat dikeluarkan secara maksimal sehingga sedikit sekali yang akan terserap kembali ke dalam tubuhnya. Bayi yang tidak sering minum asi dapat mengalami gejala ini, maka penting sekali untuk sering-sering menyusui BBL (minimal 8-12x dalam 24 jam), dan memastikan bahwa bayi minum ASI dan tidak hanya ngempeng pada puting/payudara ibu. Dikenal dengan istilah Breast Feeding Jaundice, karena umumnya disebabkan oleh kurang minum ASI. Biasanya timbul pada hari ke-2 atau ke-3 pada waktu ASI belum banyak. Breast Feeding Jaundice tidak memerlukan pengobatan dan tidak perlu diberikan air putih atau air gula. Bayi sehat cukup bulan mempunyai cadangan cairan dan energi yang dapat mempertahankan metabolismenya selama 72 jam. Pemberian ASI yang cukup dapat mengatasi BFJ. Ibu harus memberikan kesempatan lebih pada bayinya untuk menyusu. Kolostrum akan cepat keluar dengan hisapan bayi yang terus menerus. ASI akan lebih cepat keluar dengan inisiasi menyusu dini dan rawat gabung.The American Academy of Pediatrics (AAP) telah membuat parameter praktis untuk tata laksana hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan yang sehat dan pedoman terapi sinar pada bayi usia gestasi 35 minggu. Pedoman tersebut juga berlaku pada bayi cukup bulan yang sehat dengan BFJ. AAP tidak menganjurkan penghentian ASI dan telah merekomendasikan pemberian ASI terus menerus (minimal 8-10 kali dalam 24 jam). Penggantian ASI dengan pemberian air putih, air gula atau susu formula tidak akan menurunkan kadar bilirubin pada BFJ yang terjadi pada bayi cukup bulan sehat.

Bayi dengan BFJ tetap mendapatkan ASI selama dalam proses terapi. Tata laksana yang dilakukan pada BFJ meliputi :(1) pemantauan jumlah ASI yang diberikan apakah sudah mencukupi atau belum(2) pemberian ASI sejak lahir dan secara teratur minimal 8 kali sehari(3) pemberian air putih, air gula dan formula pengganti tidak diperlukan(4) pemantauan kenaikan berat badan serta frekuensi BAB dan BAK(5) jika kadar bilirubin mencapai 15 mg/dL, perlu melakukan penambahan volume cairan dan stimulasi produksi ASI dengan melakukan pemerasan payudara (6) jika kadar bilirubin mencapai kadar 20 mg/dL, perlu melakukan terapi sinar jika terapi lain tidak berhasil(7) pemeriksaan komponen ASI dilakukan jika hiperbilirubinemia menetap lebih dari 6 hari, kadar bilirubin meningkat melebihi 20 mg/dL, atau riwayat terjadi BFJ pada anak sebelumnya.

Breast milk jaundiceKondisi ini biasanya timbul setelah bayi berusia sekitar 1 minggu dan memuncak pada hari ke-10 sampai ke-21, namun dapat berlangsung selama 2-3 bulan. Selama kurun waktu tersebut, walaupun bayi banyak minum ASI, pertambahan BB-nya bagus, BAB sering, BAK berwarna bening, bayi sehat, aktif, lincah dan responsif, namun Bilirubinnya tetap tinggi dan bayi tetap kelihatan kuning. Belum diketahui secara pasti apa yang menyebaban kondisi ini, Nampak pada usia lebih dari 7 hari, bisa berlangsung sampai 2 minggu atau bahkan lebih dari 1 bulan. Hormon pregnandiol di dalam ASI dapat langsung mempengaruhi konjugasi bilirubin. Peningkatan aktivitas lipoprotein lipase di dalam ASI menyebabkan peningkatan kadar asam lemak bebas yang dapat menghambat glukoronidasi. Faktor yang tidak diketahui di dalam ASI dapat meningkatkan sirkulasi bilirubin enterehepatik.

4. Sepsis awitan dini (SAD) : Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode postnatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran.Sepsis awitan lama (SAL) : Terjadi lebih dari 72 jam biasa nya berasal dari lingkungan sekitar dan yang paling sering disebabkan infeksi nosokomial yang didapatkan pada saat bayi dirawat inap di rumah sakit.