ikterus lagiii
description
Transcript of ikterus lagiii
REFLEKSI KASUS
“ IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR”
Nama : Dian Simon Liem Yanto, S.Ked
No. Stambuk : G 501 08 0037
Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
2013
1
PENDAHULUAN
Ikterus adalah deskolorasi kuning pada kulit, membran mukosa, dan sklera
akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Pada neonatus penampakan
kuning terjadi bila kadar bilirubin serum > 5 mg/dl (1)
Ikterus yang terdapat pada bayi baru lahir merupakan suatu gejala fisiologis
(terdapat pada 20-25% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus
kurang bulan) atau dapat merupakan hal yang patologis misalnya pada
inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsis, galaktosemia dan sebagainya (2)
Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang terlihat pada kulit atau
selaput lendir oleh karena adanya penimbunan bilirubin di jaringan bawah kulit
atau selaput lendir sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan
konsentrasi bilirubin yang menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau
ensefalopati bilirubin bila tidak terkendali. Penyebab terjadinya ikterus antara lain
adalah produksi yang berlebihan (akibat sepsis, perdarahan tertutup,
inkompatibilitas darah), gangguan pada transportasi, gangguan dalam proses
uptake dan konyugasi di hepar (imaturitas hepar, defisiensi enzim, gangguan
fungsi hepar) dan gangguan dalam eksresi (obstruksi). (1,2,5)
Penanganan pada bayi dengan ikterus yang fisiologis dapat dilakukan rawat
jalan, pemberian ASI/PASI yang lebih ditingkatkan dan pemberian sinar matahari
yang cukup pada bayi.(1,2)
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus mengenai ikterus fisiologis pada
bayi baru lahir di RSUD Undata Palu.
2
REFLEKSI KASUS
IDENTITAS
Nama : By. Ny. H
Tanggal lahir : 13 April 2013
Jenis kelamin : laki- laki
Agama : Islam
Tanggal masuk : 16 April 2013
ANAMNESIS
Bayi laki-laki umur 4 hari,masuk pada tanggal 16 april 2013 pukul 19.20 wita
dirujuk dari RS wirabuana dengan alasan bayi tampak kuning dan demam sejak 2
hari yang lalu dari anamnesis didapatkan bayi tidak kejang , tidak ada gangguan
kesadaran, tidak rewel, dan tidak ada gangguan minum.
Riwayat kelahiran : bayi lahir tanggal 13 april pukul 01:30 Wita secara Sectio
Caesarea atas indikasi pre eklamsia ringan dan ketuban pecah dini, bayi lahir
langsung menangis dengan ketuban berwarnah putih keruh, skor APGAR : 7-9
dengan berat badan lahir 3900.
PEMERIKSAAN FISIK
16 april 2013
Berat Badan : 3800 gram, Panjang Badan : 48 cm
Tanda Tanda Vital
Denyut Jantung : 115 x/menit Suhu : 38 ºC
Pernapasan : 45 x/menit CRT : < 2 detik
3
Lingkar badan : 43 cm
Lingkar kepala : 30 cm
Lingkar dada : 28 cm
Lingkar perut : 30 cm
Lingkar lengan : 10 cm
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+), pernapasan cuping hidung (-), stridor (-) bunyi
napas: bronkovesikuler (+), bunyi tambahan (-).
Skor DOWN:
- Frekuensi napas: 0
- Retraksi: 0
- Sianosis: 0
- Udara masuk: 0
- Merintih: 0
Total skor: 0 (Tidak ada gawat napas)
Sitem Hematologi.
Pucat (-), ikterus (+) kremer III (Sampai badan bawah hingga tungkai)
Sistem Kardiovaskuler.
Bunyi jantung murni reguler (+), murmur (-).
Sistem Saraf.
Aktivitas bayi aktif, tingkat kesadaran compos mentis (bangun), kejang (-).
Sistem Gastrointestinal.
4
Kelainan dinding abdomen (-), muntah (-), diare (-), massa/organomegali (-),
peristaltik (+), umbilikus : keluaran (-), warna kemerahan (-), edema .
Sistem Genitalia.
Hipospadia (-), hidrokel (-), hernia (-), testis sudah turun ke skrotum.
Pemeriksaan Lain.
Ektremitas : akral hangat, turgor normal, kelainan kongengital (-), trauma lahir:
(-)
RESUME
Bayi laki-laki umur 4 hari, masuk RS dengan ikterus dan demam sejak 2 hari
yang lalu. bayi tidak kejang , tidak ada gangguan kesadaran, tidak rewel, dan tidak
ada gangguan minum, lahir secara Caesar Sectio atas indikasi Preklamsia ringan
dan ketuban pecah dini dengan berat badan lahir 3900 gram dan panjang lahir 48
cm. Skor APGAR 7-9.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital:
Denyut Jantung : 115 x/menit Suhu : 38 ºC
Pernapasan : 45x/menit CRT : < 2 detik
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan ikterus (+) kremer III (Sampai badan
bawah hingga tungkai )
Untuk kategori sepsis yang terdapat pada bayi ini adalah sebagai berikut :
Kategori A : Hipertermi
Kategori B : Tidak ada
5
Pada kasus hanya terdapat 1 kategori A dan tidak disertai kategori B maka
tidak dapat dikategorikan sebagai sepsis.
DIAGNOSIS :
Bayi Aterm + Ikterus neonatorum
TERAPI :
- IVFD Dekstrosa 5 % 12 tetes/ menit
- Kompres dan tingkatkan pemberian minum
- Air / PASI 8 x 30-40 cc
Anjuran Periksaan :
- GDS
- Darah rutin
- Bilirubin total
FOLLOW UP
17 april (Jam 07.00 WITA)
S: Febris (-), ikterus (+) kramer III ( Sampai badan bawah hingga
tungkai)
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 120x/menit Suhu : 37,5 ºC
Pernapasan : 48x/menit CRT : < 2 detik
Keadaan Umum: Lemah
Sistem Pernapasan.
6
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-),
pergerakan dinding dada simetris (+), Skor DOWN : 0.
Sistem Kardiovaskuler.
Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi.
Pucat (-), ikterus (+) kramer III (Sampai badan bawah hingga tungkai)
Sistem Gastrointestinal.
Kelainan dinding abdomen (-), massa/organomegali (-).
Sistem Saraf.
Aktivitas bayi menangis, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
datar, kejang (-), febris (-)
Hasil Pemeriksaan GDS : 83mg/dL
Darah rutin :
Hb : 13,1 g / dl
PLT : 154000 /mm3
Hct : 48,38 %
WBC : 9800/ mm3
Bilirubin total : 12,3 mg/dl
Bilirubin direk : 1,4 mg/ dl
Bilirubin indirek : 10,9 mg/ dl
7
A: Bayi aterm + Ikterus Neonatorum
Pada kasus ini bayi termasuk Low risk, dan hasil pemeriksaan bilirubin total
12,3 mg/dL sehingga tidak dilakukan fototerapi, karena sesuai kurva pada hari ke
5 untuk bayi dengan low risk indikasi foto terapi dilakukan jika kadar bilirubin
total > 20 mg/dL.
P :
IVFD dextrosa 5 % 15 tetes/ menit
Air / PASI 8 x 40-45 cc
18 april 2013(Jam 07.00 WITA)
S: febris (-) , ikterus (+) kramer II ( Dibagian atas umbilikus)
O:
Tanda Tanda Vital
Denyut Jantung : 142x/menit Suhu : 37 ºC
Pernapasan : 42x/menit CRT : < 2 detik
Keadaan Umum: Lemah
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+), Skor DOWN : 0
Sistem Kardiovaskuler.
Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi.
8
Pucat (-), ikterus (+) kramer II.
Sistem Gastrointestinal.
Kelainan dinding abdomen (-), massa/organomegali (-).
Sistem Saraf.
Aktivitas bayi tenang, compos mentis, fontanela datar, kejang (-), febris (-)
A: Bayi Aterm + Ikterus Neonatorum
P:
IVFD dextrosa 5 % 16 tetes/ menit
Asi /Pasi 8x 45-50 cc
19 april 2013(Jam 07.00 WITA)
S: febris (-) , malas minum (-) , ikterus (-)
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 138x/menit Suhu : 37,2 ºC
Pernapasan : 40x/menit CRT : < 2 detik
Keadaan Umum: Lemah
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+), Skor DOWN : 0
Sistem Kardiovaskuler.
Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi.
9
Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal.
Kelainan dinding abdomen (-), massa/organomegali (-).
Sistem Saraf.
Aktivitas bayi tenang, compos mentis, fontanela datar, kejang (-), febris
(-)
A: Bayi Aterm + Post Ikterus Neonatorum
P:
IVFD dextrosa 5 % 16 tetes/ menit
Asi / Pasi 8 X 45-50 cc
10
DISKUSI
Diagnosa utama pada pasien ini adalah Bayi Aterm dengan Ikterus
Neonatorum. Bayi aterm adalah bayi yang memiliki usia kehamilan antara 37-42
minggu.
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum
dapat dibagi:
1. Peningkatan produksi bilirubin
Penyebab tersering jaundice dini adalah inkompatibilitas golongan darah fetus-
ibu dengan akibat isoimunisasi. Isoimunisasi ibu terjadi jika eritrosit bocor dari
fetus ke sirkulasi maternal. Eritrosit fetus membawa antigen yang berbeda yang
dikenal sebagai benda asing oleh sistem imun ibu yang membentuk antibodi untuk
melawannya. Antibodi ini (IgG) melewati barier plasenta ke dalam sirkulasi fetal
dan terikat ke eritrosit fetal.1,2,3
Pada inkompatibilitas Rh, sekuestrasi dan penghancuran eritrosit yang berlapis
antibodi mengambil tempat dalam sistem retikuloendotelial fetus. Inkompatibilitas
Rh biasanya baru muncul pada kehamilan kedua. Bayi yang baru lahir dengan
inkompatibilitas Rh, tampak pucat, hepatosplenomegali, dan menjadi cepat
jaundice dalam umur beberapa jam. Hasil pemeriksaan laboratoriumnya adalah
11
retikulositosis, anemia, Coombs’s test (+), dan peningkatan kadar bilirubin serum
yang cepat.1,8
Pada inkompatibilitas ABO, hemolisis terjadi intravaskular. Inkompatibilitas
ABO biasanya timbul pada kehamilan pertama. ABO hemolytic disease terbatas
pada bayi dengan golongan darah A atau B dan ibu golongan darah O. Jaundice
yang timbul pada umur 3 hari dengan kadar bilirubin serum > 12 mg/dl adalah
tipikal. Hasil pemeriksaan laboratorium adalah retikulositosis (>10%) dan
Coombs’s test yang (+) lemah, kadang-kadang (-). Antibodi anti A dan B dapat
tampak pada serum sang bayi jika diperiksa pada umur beberapa hari sebelum
antibodi ini menghilang dengan cepat, sferositosis merupakan gambaran tersering
pada sediaan apusan darah tepi 1,3,8
Darah ektravaskular di dalam tubuh dapat dimetabolisme dengan cepat menjadi
bilirubin oleh makrofag jaringan. Contoh peningkatan produksi bilirubin termasuk
sefalhematom, ekimosis, petekie, dan hemoragis. Perdarahan intrakranial,
intestinal maupun pulmonal juga dapat menyebabkan hiperbilirubinemia.1,7
Induksi partus dengan oksitosin tampak berhubungan dengan neonatal
jaundice. Efek vasopressin like-action dan oksitosin memacu transport elektrolit
dan air seperti pembengkakan eritrosit dan peningkatan fragilitas osmotik dan
dapat menyebabkan hierbilirubinemia.(1)
Pada kasus ini, Ikterus pada pasien tampak saat berumur 2 hari, sedangkan
tipikal jaundice pada inkompatibilitas ABO timbul pada umur 3 hari dengan kadar
bilirubin serum > 12 mg/dl. Pada refleksi kasus ini, pemeriksaan laboratorium
12
yang diilakukan berupa pemeriksaan gula darah sewaktu pemeriksaan darah rutin
dan pemeriksaan bilirubin total, direk dan indirek. Tidak dilakukan pemeriksaan
laboratorium yang dapat mengetahui ada tidaknya inkompatibilitas Rh maupun
inkompatibilitas ABO. Pemeriksaan tersebut berupa pemeriksaan kadar bilirubin
serum, retikulosit, Coombs’s test. Pada pemeriksaan fisik, tidak terdapat
perdarahan berupa ekimosis, petekie, dan tidak terdapat pula trauma lahir (sefal
hematom). Pada kasus ini, tidak dilakukan induksi partus karena pasien lahir
secara Sectio Caesarea atas indikasi preklamsia dan ketuban pecah dini.
2. Penurunan eksresi bilirubin
Prematuritas berhubungan dengan hiperbilirubinemia tak terkonjugasi pada
masa neonatus. Aktivitas uridine difosfat glukoronil transferase hepatik menurun
pada bayi prematur atau naik sejak usia 30 minggu sampai kadar mencapai
dewasa pada 14 minggu setalah lahir. Selain itu, hipoperfusi hati dapat
menyebabkan neonatal jaundice. Perfusi hati yang inadekuat dapat mengganggu
uptake dan metabolisme bilirubin hepatosit. Penyebabnya dapat berupa duktus
venosus paten (dengan sindroma distres pernapasan), gagal jantung kongestif,
serta penyakit-penyakit hati spesifik juga dapat menyebabkan neonatal
jaundice.1,3,9
Pada kasus ini, pasien tidak mengalami gangguan pada sistem kardiologi
(gagal jantung kongestif), dan tidak terdapat pula gangguan napas yang dapat
mengindikasikan adanya duktus venosus paten. Melalui Skor Ballard diketahui
pasien merupakan bayi cukup bulan. Sehingga ikterus yang terjadi pada pasien
13
kemungkinan disebabkan oleh aktivitas uridine difosfat glukoronil transferase
yang belum sempurna dimana hal ini bersifat fisiologis pada bayi.
3. Peningkatan produksi dan penurunan sekresi bilirubin
Pada penyakit-penyakit neonatus dengan jaundice akibat peningkatan produksi
dan penurunan ekskresi bilirubin, baik bilirubin terkonjugasi maupun bilirubin tak
terkonjugasi dapat meningkat. Sepsis bakterialis meningkatkan produksi bilirubin
dengan menyebabkan hemolisis eritrosit akibat hemolisis yang dihasilkan oleh
kuman.1
Gejala klinis ikterus dapat mengambarkan kadar bilirubin darah. Pasien ini
menunjukkan gejala ikterus Kramer IV. Menurut perkiraan dari Kramer: (3,4,5,11)
Derajat
IkterusDaerah Ikterus
Perkiraan
kadar bilirubin
I Daerah Kepala dan leher 5,0 mg %
II Sampai badan atas 9,0 mg%
III Sampai badan bawah hingga tungkai 11,4 mg%
IV Sampai daerah lengan, kaki bawah, lutut 12, 4 mg %
V Sampai daerah telapak tangan dan kaki 16,0 mg%
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah
lengkap, dan, bilirubin total/indirek.
Pemeriksaan bilirubin total/direk diperlukan untuk menentukan jenis ikterus
neonatorum, dan dan penanganannya. Ikterus neonatorum terbagi atas ikterus
14
patologis dan fisiologis. Pada kasus ini didapatkan kadar bilirubin total 12,3
mg/dl, dan kadar bilirubin direk 1,4 mg/dl dan bilirubin indirek 10,9 mg/dl.
Sehingga dikategorikan dalam ikterus fisiologis.
Untuk managemen Ikterus fisiologis biasanya hanya dilakukan rawat jalan
pemberian ASI dini dan ekslusif dan sering serta Bayi dapat cukup sinar matahari
pagi. pada kasus ini untuk ikterusnya hanya diberikan ASI dan dan disinari
matahari pagi, pada kasus managemen yang diberikan sudah sesuai dengan tata
laksana pada bayi dengan ikterus fisiologis, hanya saja pada kasus ini pasien
dirawat inap sambil dilakukan pemeriksaan bilirubin total dan pemantauan
ikterusnya,.untuk demam yang dialami pada hari pertama ditangani dengan
kompres dan memperbanyak pemberian minum, tidak dilakukan pemberian
antibiotik, sebab pada bayi tidak menunjukan tanda- tanda dugaan maupun
kecurigaan sepsis dimana untuk digolongkan kedalam sepsis harus memenuhi
kriteria berikut :
Kecurigaan sepsis : 2 atau lebih A ; 3 atau lebih B , kecurigaan sepsis 1
A dan 1/ 2 B
kategori A kategori B
- Persalinan di lingkungan kurang
higienis.
- Gangguan nafas: apnea, napas >
60 kali/ menit, retraksi dinding
dada, merintih, sianosis sentral)
- Gangguan kesadaran,
- Kejang.
- Tremor,
- Letargi/ lunglai,
- ritabel/ rewel
- Kurang aktif
- Gangguan minum, muntah,
- Kembung.
- Tanda-tanda mulai muncul
15
- Hipo/hipertermi.
- Kondisi memburuk secara cepat
dan dramatis
sesudah hari ke empat
Pada bayi hanya terdapat 1 kategori A yaitu hipertermi tetapi tanpa adanya
kategori B sehingga tidak dapat di diagnosa sebagai sepsis.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam, karena penatalaksanaan
yang diberikan memberikan hasil yang cukup baik. Pemberian ASI dan PASI
yang lebih ditingkatkan serta bayi mendapat sinar matahari cukup dapat mengatasi
ikterus yang terjadi pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA
16
1. IDAI. 2010. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Badan Penerbit
IDAI. Jakarta.
2. IDAI. 2008. Buku Ajar Neonatalogi; Edisi pertama. IDAI. Badan Penerbit
IDAI.
3. Tim Paket Pelatihan Klinik PONED. Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta. 2008
4. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1998. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan
Anak. Infomedika .Jakarta.
5. Nelson, et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson; Volume II. EGC.
Jakarta.
6. Marshall, et al.———. Penatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi. EGC.
Jakarta.
7. DEPKES RI. 2007. Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar. DEPKES RI. Jakarta.
8. Markum A. H. & Ismail S. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak; Jilid 1.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
9. Robbins et al. 2007. Buku Ajar Patologi; Edisi 7 Volume 2. EGC. Jakarta.
10. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology,
management, procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5.
New York : Lange Books/Mc Graw-Hill, 2004.
17
18