Pneumonia Pada Anak

22
PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA ANAK-BALITA DI PUSKESMAS UNIT I SUMBAWA BESAR Oleh: dr. Latief Huzein Pendamping: dr. Lita Feradila Rosa KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PPSDM KESEHATAN

description

pencegahan pneumonia pada anak

Transcript of Pneumonia Pada Anak

PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA ANAK-BALITADI PUSKESMAS UNIT I SUMBAWA BESAR

Oleh:dr. Latief HuzeinPendamping:dr. Lita Feradila Rosa

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIABADAN PPSDM KESEHATAN2015

BAB IPENDAHULUAN

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008). Salah satu penyakit ISPA yang sering menyerang pada Balita adalah pneumonia. Dimana pneumonia menjadi pembunuh utama Balita di dunia, lebih banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta Balita meninggal karena Pneumonia (1 Balita/20 detik) dari 9 juta total kematian Balita. Bahkan karena besarnya kematian pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai pandemi yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Namun, tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga pneumonia disebut juga pembunuh Balita yang terlupakan atau the forgotten killer of children(Unicef/WHO 2006).Hasil Riskesdas 2007 proporsi kematian Balita karena pneumonia menempati urutan kedua (15,5%) setelah diare. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%). (Kemenkes, 2012). Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) selalu mempunyai cakupan penemuan kasus yang tertinggi dari seluruh provinsi sebesar 2007 (85,74%), 2008 (96%), 2009 (71,45%) (Ditjen PP-PL, Depkes RI,2009). Sedangkan di Puskesmas Unit I Sumbawa Besar berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2014, pneumonia menempati urutan 7 dari 10 penyakit terbanyak. Sehingga perlu mendapatkan perhatian karena angka morbiditas dan mortalitas di Dunia yang disebabkan oleh penyakit ini sangat tinggi (Unicef/WHO 2006). Salah satu upaya yang bisa dilakukan tenaga medis di layanan primer adalah tindakan pencegahan terhadap penyakit ini melalui imunisasi, penyuluhan dan edukasi langsung seperti yang sudah dilakukan di Puskesmas Unit I Sumbawa Besar.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Pneumonia1. Etiologi PneumoniaPneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit. Dari studi mikrobiologik ditemukan penyebab utama bakteriologik pneumonia anak-balita adalah Streptococcus pneumoniae/pneumococcus (30-50 % kasus) dan Hemophilus influenzae type b/Hib (10-30% kasus), diikuti Staphylococcus aureus dan Klebsiela pneumoniae pada kasus berat. Bakteri lain seperti Mycoplasma pneumonia, Chlamydia spp, Pseudomonas spp, Escherichia coli (E coli) juga menyebabkan pneumonia. Pneumonia pada neonatus banyak disebabkan oleh bakteri Gram negatif seperti Klebsiella spp, E coli di samping bakteri Gram positif seperti S pneumoniae, grup b streptokokus dan S aureus (Kemenkes, 2010).Penyebab utama virus adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV) yang mencakup 15-40% kasus diikuti virus influenza A dan B, parainfluenza, human metapneumovirus dan adenovirus. Nair, et al 2010 melaporkan estimasi insidens global pneumonia RSV anak-balita adalah 33.8 juta episode baru di seluruh dunia dengan 3.4 juta episode pneumonia berat yang perlu rawat-inap. Diperkirakan tahun 2005 terjadi kematian 66.000 -199.000 anak balita karena pneumonia RSV, 99% di antaranya terjadi di negara berkembang. Data di atas mempertegas kembali peran RSV sebagai etiologi potensial dan signifikan pada pneumonia anak-balita baik sebagai penyebab tunggal maupun bersama dengan penyebab bakteri lain (Kemenkes, 2010).Pada dekade terakhir ini epidemi infeksi Human Immuno deficiency Virus (HIV) berkontribusi meningkatkan insidens dan kematian pneumonia. Penyebab utama kematian pneumonia anak dengan infeksi HIV adalah karena infeksi bakteri namun sering ditemukan patogen tambahan seperti Pneumocystis jirovici (dulu Pneumocystis carinii). Di samping itu M tuberculosis tetap merupakan penyebab penting pneumonia pada anak terinfeksi HIV (Kemenkes, 2010).Salah satu penyebab pneumonia yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Kemenkes, 2012). 2. Faktor Resiko PneumoniaBeberapa wilayah di Indonesia mempunyai potensi kebakaran hutan dan telah mengalami beberapa kali kebakaran hutan terutama pada musim kemarau. Asap dari kebakaran hutan dapat menimbulkan penyakit ISPA dan memperberat kondisi seseorang yang sudah menderita pneumonia khususnya Balita. Disamping itu asap rumah tangga yang masih menggunakan kayu bakar juga menjadi salah satu faktor risiko pneumonia. Hal ini dapat diperburuk apabila ventilasi rumah kurang baik dan dapur menyatu dengan ruang keluarga atau kamar (Kemenkes, 2012)Penyakit campak merupakan salah satu penyakit yang sangat infeksius dan 90% mengenai Balita. Dikhawatirkan apabila anak Balita menderita penyakit campak dengan komplikasi pneumonia dapat menyebabkan kematian (Kemenkes, 2012).Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi, demikian juga sebaliknya. Balita merupakan kelompok rentan terhadap berbagai masalah kesehatan sehingga apabila kekurangan gizi maka akan sangat mudah terserang infeksi salah satunya pneumonia. (Kemenkes, 2012).Berdasarkan bukti bahwa faktor risiko pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution), BBLR, kepadatan penduduk dan kurangnya imunisasi campak. Kematian Balita karena Pneumonia mencakup 19% dari seluruh kematian Balita dimana sekitar 70% terjadi di Sub Sahara Afrika dan Asia Tenggara. Walaupun data yang tersedia terbatas, studi terkini masih menunjukkan Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza dan Respiratory Syncytial Virus sebagai penyebab utama pneumonia pada anak (Rudan et al Bulletin WHO 2008).

3. Gambaran Klinis PneumoniaSebagian besar Gambaran klinis pneumonia anak-balita berkisar antara ringan sampai sedang hingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil berupa penyakit berat mengancam kehidupan dan perlu rawat-inap. Secara umum Gambaran klinis pneumonia diklasifikasi menjadi 2 kelompok. Pertama, gejala umum misalnya demam, sakit kepala, maleise, nafsu makan kurang, gejala gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare. Kedua, gejala respiratorik seperti batuk, napas cepat (tachypnoe/ fast breathing), napas sesak (retraksi dada/chest indrawing), napas cuping hidung, air hunger dan sianosis. Hipoksia merupakan tanda klinis pneumonia berat. Anak pneumonia dengan hipoksemia 5 kali lebih sering meninggal dibandingkan dengan pneumonia tanpa hipoksemia (Kemenkes, 2010).Bagan 1. Klasifikasi Balita Batuk dan atau Kesukaran bernafas (Kemenkes, 2012)Kelompok UmurKlasifikasiTanda Penyerta Selain Batuk dan atau Sukar Bernaafas

2 Bulan-