pneumonia anak

28
REFERAT PENATALAKSANAAN PNEUMONIA PADA BAYI DAN ANAK Oleh : Iin Kusumawardana, S. Ked J 500 080 008 Dewi Soraya, S. Ked J 500 080 051 Rizca Agil Maulida, S. Ked J 500 080 087 Pebimbing : dr. Finariawan, M.Kes., Sp A BAGIAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RSUD Dr. HARJONO PONOROGO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 1

description

refrat koass

Transcript of pneumonia anak

Page 1: pneumonia anak

REFERAT

PENATALAKSANAAN PNEUMONIA PADA BAYI DAN

ANAK

Oleh :

Iin Kusumawardana, S. Ked J 500 080 008

Dewi Soraya, S. Ked J 500 080 051

Rizca Agil Maulida, S. Ked J 500 080 087

Pebimbing :

dr. Finariawan, M.Kes., Sp A

BAGIAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RSUD Dr. HARJONO PONOROGO

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

1

Page 2: pneumonia anak

REFERAT

PENATALAKSANAAN PNEUMONIA PADA BAYI DAN

ANAK

Yang Diajukan Oleh :

Iin Kusumawardana, S. Ked J 500 080 008

Dewi Soraya, S. Ked J 500 080 051

Rizca Agil Maulida, S.Ked J 500 080 087

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pada Hari , Tanggal 2012

Pembimbing :

dr. Finariawan Asrining S, M.Kes, Sp.A (……………………………...)

Dipresentasikan dihadapan :

dr. Finariawan Asrining S, M.Kes, Sp.A (……………………………...)

Disahkan KaProdi Profesi FK UMS :

dr. Yuni Prasetyo K, M.MKes (……………………………...)

BAGIAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD Dr. HARJONO PONOROGO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

2

Page 3: pneumonia anak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri,

virus maupun jamur. Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam

“Pneumonia: The Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat

ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai

6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus kematian pada anak yang

menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus.

Pneumonia (radang paru), salah satu penyakit akibat bakteri pneumokokus

yang menyebabkan lebih dari 2 juta anak balita meninggal. Pneumonia menjadi

penyebab 1 dari 5 kematian pada anak balita. Streptococcus pneumoniae

merupakan bakteri yang sering menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia 2

tahun. Sejauh ini, pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak

usia di bawah lima tahun (balita).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari referat ini adalah apakah definisi, etiologi, gejala klinis,

patogenesis, dan penatalaksanaan pneumonia pada bayi dan anak.

C. Tujuan

Tujuan penulisan referat ini adalah dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman dokter muda mengenai penatalaksanaan pneumonia pada bayi dan

anak.

D. Manfaat

Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman dokter muda mengenai penatalaksanaan pneumonia pada bayi dan

anak.

3

Page 4: pneumonia anak

BAB II

PNEUMONIA

A. DEFINISI

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh

gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan

Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun

bronchopneumonia disebut pneumonia.

Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau

napas cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam,

sedangkan napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu

menit. Untuk balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau

lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50

kali atau lebih per menit, dan umur kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali

atau lebih per menit.

B. ETIOLOGI

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh

bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan

protozoa.

1. Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi

sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang

paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di

kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh

sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan

menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas

4

Page 5: pneumonia anak

tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya

meningkat cepat.

Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

Lahir – 20 hari Bakteri Bakteri

E. colli Bakteri anaerob

Streptoccus group B Streptoccous group D

Listeria monocytogenes Haemophilllus influenzae

Streptococcus pneumoniae

Ureaplasma urealyticum

Virus

Virus sitomegalo

Virus Herpes simpleks

3 minggu – 3 bulan Bakteri Bakteri

Chlamydia trachomatis Bordetella pertusis

Streptococcus pneumoniae Haemophilus influenzae tipe B

Virus Moraxella catharalis

Virus Adeno Staphylococcus aureus

Virus Influenza Ureaplasma urealyticum

Virus Parainfluenza 1,2,3 Virus

Respiratory Syncytial Virus Virus sitomegalo

4 bulan – 5 tahun Bakteri Bakteri

Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae tipe B

5

Page 6: pneumonia anak

Mycoplasma pneumoniae Moraxella catharalis

Streptococcus pneumoniae Neisseria meningitidis

Virus Staphylococcus aureus

Virus Adeno Virus

Virus Influenza Virus Varisela-Zoster

Virus Parainfluenza

Virus Rino

Respiratory Syncytial virus

5 tahun – remaja Bakteri Bakteri

Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae

Mycoplasma pneumoniae Legionella sp

Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus

Virus

Virus Adeno

Virus Epstein-Barr

Virus Influenza

Virus Parainfluenza

Virus Rino

Respiratory Syncytial Virus

Virus Varisela-Zoster

2. Virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.

Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory

6

Page 7: pneumonia anak

Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang

saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu

pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini

tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi

terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan

kadang menyebabkan kematian.

3. Mikoplasma

Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan

penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan

sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya.

Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar

luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering

pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah,

bahkan juga pada yang tidak diobati.

4. Protozoa

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia

pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii

Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada

bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam

beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat

dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P.

Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru.

C. KLASIFIKASI

1. Berdasarkan umur

a. Kelompok usia < 2 bulan

1) Pneumonia Berat

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut

pneumonia pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah

Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia

pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur.

7

Page 8: pneumonia anak

Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu

sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam

hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P.

Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari

paru.

2) Bukan Pneumonia

Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per

menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.

b. Kelompok usia 2 bulan sampai < 5 tahun

1) Pneumonia sangat berat

Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis

sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada,

anak kejang dan sulit dibangunkan.

2) Pneumonia berat

Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada,

tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.

3) Pneumonia

Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa

penarikan dinding dada.

4) Bukan pneumonia

Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau

penarikan dinding dada.

5) Pneumonia persisten

Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun

telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang

kuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan

dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam

ringan.

8

Page 9: pneumonia anak

2. Berdasarkan klinis dan epidemiologis

a. Pneumonia Komuniti (community-acquired pneumonia)

b. Pneumonia Nosokomial (hospital-acquired pneumonia/

Nosocomial pneumonia).

c. Pneumonia Aspirasi.

d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.

3. Berdasarkan agen penyebab

a. Pneumonia Bakterial / tipikal. Klebsiella pada penderita

alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.

b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan

Chlamydia

c. Pneumonia virus

d. Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi

terutama pada penderita daya tahan tubuh lemah

D. PATOFISIOLOGI

Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi

inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan

menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon

dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam

alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak

mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme,

menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan

tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui

area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami

oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung.

Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya

mengakibatkan hipoksemia arterial.

Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan

mikoplasma, fungus, klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires’. Pneumocystis

carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal.

9

Page 10: pneumonia anak

Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang

paling umum. Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi oleh membran

berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus

tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada anak-

anak yang sudah besar dan dewasa muda.

Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang

terinfeksi, melalui kontak dari individu ke individu. Pasien dapat diperiksa

terhadap antibodi mikoplasma.

Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia

ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum,

pneumonia ini mempunyai ciri-ciri bronkopneumonia. Sakit telinga dan miringitis

bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan

masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti yang

diuraikan dalam pneumonia bakterial.

E. FAKTOR RESIKO

Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada

balita, diantaranya :

1. Faktor Intrinsik

Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan

berat ringannya penyakit adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan

tubuh tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :

a) Status gizi

Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya

pneumonia. Tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan

imunologik seseorang sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi

dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan meningkatkan

kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit seperti pneumonia.

b) Status imunisasi

Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat

dijumpai pada balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini

10

Page 11: pneumonia anak

balita terhindar dari penyakit. Dikarenakan kekebalan bawaan

hanya bersifat sementara, maka diperlukan imunisasi untuk tetap

mempertahankan kekebalan yang ada pada balita. Salah satu

strategi pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan kematian

akibat pneumonia adalah dengan pemberian imunisasi. Melalui

imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan

kematian penyakit yang dapapat dicegah dengan imunisasi.

c) Pemberian ASI (Air Susu Ibu)

Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai

bahan makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari

penyakit dan infeksi, karena dapat mencegah pneumonia oleh

bakteri dan virus. Riwayat pemberian ASI yang buruk menjadi

salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian

pneumonia pada balita.

d) Umur Anak

Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian

pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak

umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini

dikarenakan status kerentanan anak di bawah 2 tahun belum

sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit.

2. Faktor Ekstrinsik

Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada

peningkatan resiko terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan

sempit, kotor dan tidak mempunyai sarana air bersih menyebabkan

balita sering berhubungan dengan berbagai kuman penyakit menular

dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang berasal dari tempat yang

kotor tersebut, yang berpengaruh diantaranya :

a) Ventilasi

Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan

pengeluaran udara kotor dari ruangan yang tertutup. Termasuk

11

Page 12: pneumonia anak

ventilasi adalah jendela dan penghawaan dengan persyaratan

minimal 10% dari luas lantai. Kurangnya ventilasi akan

menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang

tinggi merupakan media untuk berkembangnya bakteri terutama

bakteri patogen

b) Polusi Udara

Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya

disebabkan oleh polusi di dalam dapur. Asap dari bahan bakar

kayu merupakan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia pada

balita. Polusi udara di dalam rumah juga dapat disebabkan oleh

karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga

akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor.

F. MANIFESTASI KLINIS

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara

ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil

yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga

memerlukan perawatan di RS.

Gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise,

penurunan napsu makan, dan keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah,

atau diare. Gejala gangguan respiratori seperti batuk, sesak napas, retraksi

dada,takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, sianosis

Pneumonia pada neonatus dan bayi kecil

Sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan

proses persalinan

Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu,

misalnya melalui aspirasi mekonium, cairan amnion, atau dari serviks ibu.

Serangan apnea

Sianosis

Merintih

Napas cuping hidung

12

Page 13: pneumonia anak

Takipnea

Letargi, muntah

Tidak mau minum

Takikardi atau bradikardi

Retraksi subkosta

Demam

Sepsis pada pneumonia neontus dan bayi kecil sering ditemukan sebelum

48 jam pertama

Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju, yaitu dilaporkan 20-50%

Angka kematian di Indonesia dan di negara berkembang lainnya diduga

lebih tinggi

Pneumonia pada balita dan anak yang lebih besar

Takipnea

Retraksi subkosta (chest indrawing)

Napas cuping hidung

Ronki

Sianosis

Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveolar

Retraksi dan takipnea merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna

Kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia lobus

kanan bawah yang menimbulkan infiltrasi diafragma

Nyeri abdomen dapat menyebar ke kuadran kanan bawah dan menyerupai

apendisitis.

G. DIAGNOSA

Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Untuk Pelayanan Kesehatan Primer

Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun

Pneumonia berat

o Bila ada sesak napas

o Harus dirawat dan diberikan antibiotik

Pneumonia

13

Page 14: pneumonia anak

o Bila tidak ada sesak napas

o Ada napas cepat

o Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral.

Bukan pneumonia

o Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas.

o Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan

pengobatan simptomatis seperti penurun panas.

Bayi berusia dibawah 2 bulan

Pneumonia

o Bila ada napas cepat atau sesak napas

o Harus dirawat dan diberikan antibiotik

Bukan pneumonia

o Tidak ada napas cepat atau sesak napas

o Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Radiologis

Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air

bronchogram (airspace disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae;

bronkopneumonia (segmental disease) oleh antara lain staphylococcus, virus

atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial (interstitial disease) oleh virus

dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau

inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yang

tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrat di lobus atas sering

ditimbulkan Klebsiella, tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah

dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus atau bakteriemia.

14

Page 15: pneumonia anak

2. Pemeriksaan Laboratorium

Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit

normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada

infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosit, orang tua atau

lemah. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia

pada infeksi kuman Gram negatif atau S. aureus pada pasien dengan

keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.

3. Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi

jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan

terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test

dan Z. Nielsen.

4. Pemeriksaan Khusus

Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik

bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan

untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.

15

Page 16: pneumonia anak

I. TATALAKSANA

Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu diraawat inap. Indikasi

perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis,

distres pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang

lain, komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan

bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.

Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan

antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi

pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan

keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri dan demam

dapat diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti

efektif. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi

yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.

1. Pneumonia rawat jalan

Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara oral

misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Dosis amoksisilin yang

diberikan adalah 25 mg/KgBB. Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB

TMP – 20 mg/kgBB sulfametoksazol). Makrolid, baik eritromisin maupun

makrolid baru, dapat digunakan sebagai terapi alternatif beta-laktam untuk

pengobatan inisial pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas

ganda terhadap S. Pneumoniae dan bakteri atipik.

2. Pneumonia rawat inap

Pilihan antibiotika lini pertama dapat menggunakan beta-laktam atau

kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap obat diatas,

dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau

sefalosporin. Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien

dengan pneumonia tanpa komplikasi .

Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus

dimulai sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau

meningitis. Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum

16

Page 17: pneumonia anak

luas seperti kombinasi beta-laktam/klavunalat dengan aminoglikosid, atau

sefalosporin generasi ketiga. Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat

diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari.

Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang

direkomendasikan adalah antibiotik beta-laktam dengan/ aatau tanpa

klavulanat. Pada kasus yang lebih berat diberikan beta-laktam/klavulanat

dikombinasikan dengan makrolid baru intravena, sefalosporin generasi

ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau keadaan sudah stabil,

antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan berobat jalan.

J. PENCEGAHAN

Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau

keluarga terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh

kebersihan di dalam dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk

menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya

untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia :

1. Perawatan Selama Masa Kehamilan

Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu

gizi ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi

yang cukup bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam

kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang memungkinkan

terkenanya infeksi selama kehamilan.

2. Perbaikan Gizi Balita

Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan

karena malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada

bayi neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin

kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung faktor-faktor

antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan

terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang

mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita

yang tidak mendapatkannya.

17

Page 18: pneumonia anak

3. Memberikan Imunisasi Lengkap pada Anak

Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian

imunisasi yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak

umur 9 bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3

kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.

4. Memeriksa Anak Sedini Mungkin Apabila Batuk

Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang

sesuai untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi

batuk yang disertai dengan napas cepat/sesak napas.

5. Mengurangi Polusi didalam dan diluar Rumah

Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap

diturunkan dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak

membawa balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang

cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas,

cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor

yang memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.

6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.

Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada

saluran pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang

terserang penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin-

bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena bentuk

penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar

dengan mudah. Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya

penyakit saluran napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali

akan menderita salesma (radang selaput lendir pada hidung), tetapi

sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.

18

Page 19: pneumonia anak

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2005. Pelayanan Kesehatan anak di Rumah Sakit.Jakarta. WHO2. Dahlan, Z. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pulmonologi. Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

3. Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2: Penerbit EGC. Jakarta.

4. Rahajoe, NN, Bambang s, Darmawan, BS. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta. IDAI.

5. Soedarsono. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR. Surabaya

6. Behrman RE, Vaughan VC, 1992, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi 12, Penerbit EGC, Jakarta, hal: 617-628.

7. Isselbacher, et al, Harrison, 1995, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Vol. 2, Penerbit EGC, Jakarta, hal. 906-909.

19