LP Pneumonia Anak

25
2014 OLEH RIAN PRIMADI S. NIM : 4006130027 LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA Pembimbing Akademik PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG TA.2013/2014

description

asd

Transcript of LP Pneumonia Anak

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUANPNEUMONIA

NAMA MAHASISWA: RIAN PRIMADI SUKOCONIM: 4006130027LOKASI: PUSKESMAS PUTER

I. PENGERTIANPneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkimparu, distal dari bronkiolusterminalis yang mencakup bronkiolusrespiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat pada pemeriksaan histologist terdapat pneumonitis atau reaksi inflamantasi berupa alveolitis dan pengumpalan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka yang bervariasi (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006).Pneumonia disebabkan oleh virus pathogen yang masuk ke dalam tubuh melalui aspirasi, inhlasi/penyebab sirkulasi : pneumonia paling banyak disebabkan oleh bakteri (Smeltzer, 2006).Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya infeksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran. Trakhabrnkialis adalah beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen ketika memasuki saluran pernafasa. ( Ngasriyal, Perawatan Anak Sakit, 2006).Pneumonia adalah peradangan akut parenkim baru yang biasanya berasal dari suatu infeksi (Sylvia A. Price, 2006).

II. ETIOLOGIPada umumnya infeksi pneumonia disebabkan oleh : a. Bakteri Agen penyebab pneumonia dibagi menjadi organisme gram (+) atau gram (-) seperti : streptococcus pneumonia (pneumokokus), streptococcus piogenas, staphylococcus aureus, uepsina pneumonia legionella, hemopylus influenza. Pneumonia umumnya disebabkan oleh bakteri. Di negara berkembang yang tersering sebagai penyebab pneumonia pada anak ialah Streptococcus pneumoniae (S.pneumoniae) dan Haemophilus influenza (H. Influenza). Bakteri patogen yang dapat menyebabkan pneumonia tergantung pada usia pasien dan status imunitas. Pada neonatus penyebab tersering adalah Streptokokus Group B, Batang Gram (-), dan Clamidia. Pada bayi berumur lebih dari 1 bulan penyebab tersering adalah Pneumokokus, H.Influenza. Pada anak yang berumur 4-10 tahun pneumokokus dan H.Influenza merupakan penyebab utama. b. Virus Influenzae virus, para influenzae virus, respiratory, syakyatial adenovirus, chiken-dox (cacar air), rhonvirus, stomegalovirus, virus hervessimpleks, virus sinial pernafasan, hankavirus. Virus yang menyebabkan pneumonia neonatal antara lain virus rubela, virus sitomegalo, dan virus herpes simpleks. RSV, virus parainfluenza, dan adenovirus paling sering ditemukan pada usia 1-6 bulan, virus influenza dan enterovirus lebih jarang dijumpai pada kelompok umur ini. Anak berusia 6 bulan-4 tahun paling sering terinfeksi virus parainfluenza, adenovirus, dan virus Epstein-Barr.c. Fungi Aspergilus, fikomisafer, biastomiases, dermatitidis, histoplasma, kapsulatum (http://medicastore.com/mad/subkatagori-pjk.php, 2007).

Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga disebabkan oleh bahan-bahan lain atau non infeksi : a. Pneumonia lipid : disebabkan karena aspirasi minyak mineral.b. Pneumonia kimiawi: inhalasi bahan-bahan organik dan bahan-bahan anorganik atau kimia seperti beryllium.c. Ekstrinsik allergikalveoris : inhalasi bahan debu yang mengandung allergen seperti sporaaktinomisitastermofilik yang terdapat pada ampas debu di pabrik gula.d. Pneumonia karena obat : nikofurantoinbakufanmatonasat.e. Pneumonia karena radiasi.f. Pneumonia dengan penyebab tak jelas (Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006).

III. KLASIFIKASIMenurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia. 1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis : a. Pneumonia komunitib. Pneumonia nasokomialc. Pneumonia aspirasid. Pneumonia pada penderita immunocompromised2. Berdasarkan penyebab a. Pneumonia bakteri/tipikalDapat terjadi pada semua usia. Pneumonia sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia, para peminum alkohol, pasien yang terbelakang mental, pasien pasca operasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya : Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran nafas ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu), infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru. Beberapa bakteri mempunyai tedensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphylococcus pada penderita pasca infeksi influenza, pneumonia atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia. b. Pneumonia akibat virusPenyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejalanya : Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyero otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.c. Pneumonia JamurSering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah. 3. Berdasarkan predileksi infeksia. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.b. Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka ragam dan bisa terjadi infeksi di seluruh tubuh.

IV. PATOFISIOLOGISPneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terhisap masuk ke paru-paru, penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain misalnya di kulit, jika melalui pernapasan/saluran pernapasan, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawani oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya dengan batuk-batuk atau pertahanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorok, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar, tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran penyebab tersebut (keperawatan medikal bedah Barbara C. Long).Pneumonia bakteri menyerang baik ventilasi maupun difusi, serta reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumotoraks terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan neutrofil juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang cukup karena sekresi, edema mukosa dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsialbronki atau alveoli yang mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpiraudari sisi kanan ke sisi jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial. Sindrom pneumonia atipikal, pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus, klamidia demam dan penyakit legionnaires; pneumocyistcarnill, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal. Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum. Mikoplasma adalah organisme yang kecil di kelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel, organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah kesat dan dewasa muda. Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak individu ke individu, pasien dapat diperiksa terhadap antibodi mikoplasma. Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar, pneumonia ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus, secara umum, pneumonia ini mempunyai ciri bronkopneumonia, sakit telinga dan meningitis bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti yang diuraikan dalam pneumonia bakterial (Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006).

V. MANIFESTASI KLINISPneumonia bacterial (pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5o-40,5o) (101oF-105oF). dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas (25-45x/menit) disertai pernapasan mendengkur, pernapasan cuping hidung dan penurunan otot-otot aksesori pernapasan. Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya tergantung pada organisme penyebab. Banyak pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas (kongesti nasal, sakit tenggorok) dan awitan gejala pneumonia bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tinggi rendah, nyeri pleuritis, miamia, ruam dan faringitis, setelah beberapa hari, sputum mukola atau mukopurulen dikeluarkan. Nadi cepat dan bersambungan (bounding) nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat celcius. Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran pernapasan. Saluran napas atau akut selama beberapa hari selain didapatkan menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40oC, sesaknafas, nyeri dada dan batuk dengan dahakkental terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan dan sakit kepala. Tanda dan gejala berupa : PNEUMONIAPAGE 13

Batuk non produktif. Ingus (nasal discharge) Suara napas lemah Retraksiintercosta Penggunaan otot bantu napas Demam Ronchii Cyanosis Thorak photo menunjukkan infiltrasimelebar Batuk Sakit kepala Kekakuan dan nyeri otot Sesaknafas Menggigil Berkeringat Lelah .

(Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006).

Gejala lain yang mungkin ditemukan : a. Kulit yang lembab.b. Mual dan muntahc. Kekakuan sendid. Tanda pneumonia berupa retraksi (revarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), frekuensi pekak, pneumikus, melemah suara napas melemah dan ronki.e. Tanda pada neonatus dan bayi kecil, tanda pneumonia tidak selalu jelas, efusiplura pada bayi akan menimbulkan pekakperkusi. (Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006).

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKa. Pemeriksaan laboratorium1) Pemeriksaan darahUmumnya pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis, dengan predominan polimorfonuklir. Namun bila terdapat leukopenia menunjukkan prognosis buruk. Kadang-kadang ditemukan anemia ringan atau sedang. Cairan pleura menunjukkan eksudat dengan sel polimorfonuklir berkisar 300-100.000/mm3, protein diatas 2,5 g/dl dan glukosa darah. Pada infeksi sterptokokus didapatkan titer antistreptolisin serum meningkat dan dapat menyokong diagnosis.2) Pemeriksaan sputumUntuk pemeriksaan mikrobiologik spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus, atau sputum, darah, aspirasi trakea, pungsi pleura, aspirasi paru. Diagnosis barn definitif bila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru. Sebagai upaya diagnosis cepat akhir-akhir ini dikembangkan berbagai pemeriksaan imunologik dalam mendeteksi baik antigen maupun antibodi spesifik terhadap kuman penyebab. Spesimen yang dipakai ialah darah atau urine. Teknik pemeriksaan yang dikembangkan antara lain counter immunoelectrophoresis, ELISA, latex agglutination atau coaglutination. Walaupun menjanjikan harapan namun upaya ini belum sepenuhnya memuaskan. 3) Untuk pemeriksaan AGD

b. Pemeriksaan radiologicGambaran radiologik pneumonia pneumokokus bervariasi dari infiltrat ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua lapang paru atau konsolidasi pada satu. lobus (pneumonia lobaris). Perubahan radiologi tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis. Kadang-kadang konsolidasi sudah ditemukan pada radiologi sebelum timbul gejala klinik. Pada bayi dan anak kecil gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan. Efusi pleura dengan adanya cairan sering ditemukan terutama pada permulaan penyakit dan pada pasien yang belum dapat terapi namun belum merupakan empiema.Resolusi infiltrat sering memerlukan waktu lebih lama setelah gejala klinik menghilang. Menetapnya gambaran infiltrat menunjukkan adanya proses yang mendasarinya seperti adanya benda asing atau defisiensi imun.Pada pneumonia streptokokus gambaran radiologik menunjukkan bronkopneumonia difus atau infitrat interstitial, sering disertai efusi pleura yang berat. Kadang-kadang terdapat adenopati hilus.Pneumonia stafilokokus mempunyai gambaran radiologik tidak khas pada permulaan penyakit. Infiltrat mula-mula berupa bercak-bercak dan kemudian memadat dan mengenai keseluruhan lobus atau hemitoraks. Perpadatan hemitoraks umumnya mengenai paru kanan (65%), hanya kurang 20% yang mengenai kedua paru (bilateral). Efusi pleura atau empiema sering terjadi, seperempatnya berupa piopneumotorak. Sering pula ditemukan abses-abses kecil dan pneumatokel dengan berbagai ukuran.Walaupun tidak khas namun bila terjadi progresifitas yang sangat cepat yaitu terjadinya efusi pleura atau piopneumatorak dalam beberapa jam dengan atau tanpa pneumatokel dapat merupakan indikasi kuat adanya pneumonia stafilokokus. Foto dada dibuat dengan frekuensi yang lebih sering terjadi jika tersangka pneumonia stafilokokus. Perbaikan klinik biasanya mendahului perbaikan radiologik dengan beberapa hari sampai beberapa minggu dan pneumatokel mungkin menetap secara asimptomatik sampai berbulan-bulan.

V. PENATALAKSANAANKondisi atau area yang menebal dalam paru yang akan nampak pada rontgen dada mencakup area bercak atau keseluruhan lobus (pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik temuan akan beragam tergantung pada keparahan pneumonia. Temuan tersebut dapat mencakup bunyi nafas brokovesikular atau bronkial, krekles, peningkatan fremitus, egofoni positif, dan pekak pada perkusi.Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Prnisilin G merupakan antibiotik pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae. Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin, sefalosporin generasi ke dua dan ke tiga, penisilin lainya, dan trimetopimsulfametoksazol (bactrim).Pada prinsipnya terapi pada infeksi pneumonia diberikan secara empiris. Pemberian terapi secara empiris dengan pengarahan algoritma diagnosis dan terapi pneumonia. Terapi didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut : Terapi empiris digunakan tanpa menunggu konfirmasi pemeriksaan bakteriologis. Pemilihan antibiotik sejauh mungkin diusahakan berdasarkan panca tepat: diagnosa tepat, pemilihan antibiotik tepat, dosis tepat, cara pemberian tepat dan jangka waktu tepat. Pemilihan terapi awal antibiotik didasarkan pada perkiraan empiris obat yang paling ampuh dan cocok untuk pasien. Diberikan secara parenteral atau peroral tergantung tingkat berat penyakit sesuai skor klasifikasi, tingkat berat penyakit yang didapat dan kemasan obat yang tersedia. Kelanjutan terapi ditentukan oleh respons terapi keadaan pasien dan hasil bakteriologis.Terapi suportif diperlukan untuk penderita yang mengalami kegagalan pernafasan dan hipotensi. Obat terpilih adalah eritromisin. Dosis yang digunakan adalah 2-4 gr/hari selama 3 minggu.Obat anti virus yang saat ini dapat di gunakan adalah amantadin, adonisin arabinosid dan acyclopvir, Eritromisin dan tetrasiklin efektif dalam mengobati pneumonia mikoplasma. Kultur terjadi negatif selama pengobatan dan klinis membaik, kecuali bentuk yang biasanya menetap. Pengobatan diteruskan sampai 2-3 minggu. Tetrasiklin dan eritromisin biasanya diberikan 2 gr sehari untuk orang dewasa

VI. KOMPLIKASIKomplikasi yang sering terjadi pada penderita pneumonia yaitu: a. Hipotensi, syok dan gagal pernafasan Pasien biasanya memberikan respons terhadap pengobatan dalam 24-48 jam setelah terapi antibiotik diberikan. Komplikasi ini biasanya ditemukan terutama pada pasien yang tidak mendapat pengobatan spesifik, mendapat pengobatan yang tidak mencukupi atau menunda pengobatan atau terapi anti mikroba dimana organisme menginfeksinya resisters.b. Atelektasis dan Efusi Pleural Akteletasis akibat obstruksi bronkus oleh penumpukan sekresi dapat terjadi pada sembarang fase dari pneumonia akut. Sedangkan ifusi pleura terjadinya penumpukan cairan dalam rongga pleura.c. Delirium Adalah kemungkinan komplikasi lain dan dianggap sebagai kedaruratan medisketika hal ini terjadi. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh hipoksia, meningitis, atau Sindrom putus zat alkohol.d. Superinfeksi Dapat terjadi dengan pemberian dosis antibiotik yang cukup besar seperti penisilin atau penggunaan kombinasi antibiotik.e. Komplikasi lain meliputi asidosis metabolisms, penyakit multilobar dan dehidrasi.

Infeksi pneumonia mikoplasma biasanya jarang fatal. Komplikasi pneumonia mikoplasma tidak sering terdapat yang amat serius. Komplikasi lain meliputi: Psikosis Hemolisis Intra vaskuler ftilminan Gagal ginjal DIC Purpura trombositopenik Trombobfletis dengan emboli paru Arthritis Perikarditis Miokarditis Sindrom guillain barne Sindrom Steven Johnson

VII. ASUHAN KEPERAWATANa. DATA DASAR PENGKAJIAN1. Identitas KlienBiodata meliputi dari nama, umur, suku bangsa, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan tanggal pengkajian.

2. Biodata Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya pasien mengeluh dengan keluhan demam beserta batuk dan flu, sakit kepala, klien tanpak gelisah, sesaknafas dan nyeri dada, tidak nafsu makan.b. Riwayat kesehatan dahuluApakah pasien sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama dan sebelumnya juga pernah dirawat.c. Riwayat Kesehatan Apakah ada anggota keluarga lainnya menderita penyakit yang sama ataupun mempunyai penyakit keturunan/penyakit menular lainnya.

3. Data Dasar Pengkajian PasienAktivitas dan IstirahatGejala :Kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda:LetargiPenurunan toleransi terhadap aktivitasSirkulasiGejala:Riwayat adanya / GJKkronisTanda:TakikardiaPenampilan kemerahan atau pucatIntegritas EgoGejala:Banyaknya stressor, masalah finansialMakanan dan cairanGejala:Kehilangan nafsu makan, mual/muntahRiwayat Diabetes MellitusTanda:Distensi abdomenHiperaktif bunyi ususKulit kering dengan turgor burukPenampilan kakeksia (malnutrisi)NeurosensoriGejala :Sakit kepala daerah frontus (influenza)Tanda:Perubahan meneal (bingung, somnolen)

Nyeri / KenyamananGejala :Sakit kepalaNyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dadaSubsternal (influenza) malgiaarialgiaTanda:Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidak pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)PernapasanGejala:Riwayat adanya / ISKkronik, PPOM, merokok sigarettakipneadispnea, progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.Tanda:Sputum:Merah muda, berkarat atau purulenPerkusi:Pekakdiatas area yang konsolidasiFremitus :Taktis dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi gesekan fraksi pleural. Bunyi napas : menurun atau tidak ada diatas area yang terlibat, atau nafas bronchial.Warna pucat atau sianosis bibir/kaku.KeamananGejala:Riwayat gangguan sistem imun, misal : SLE AIDS penggunaan steroid atau kemoterapiinstitusionalisasi, ketidakmampuan umum.Demam (misal 38,5-39,6oC)Tanda:BerkeringatMenggigil berulang, gemetaranKemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.Penyuluhan / Pembelajaran Gejala:Riwayat mengalami pembedahan : penggunaan alkohol kronisPertimbangan : DRG : menunjukkan rerata lama di rawat 6,8 hariRencana pemulangan : bantuan dan perawatan diri, tugas pemelihraan rumah oksigen mungkin diperlukan bila adokasi pencetus. Pemeriksaan DiagnostikSinar X mengidentifikasi distribusi struktural (misal lobar, brokial) dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empisema (stapilococcus). Infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial) atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus) pada pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin basah. GDR / nadi oksimetri tidak normal mungkin terjadi tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada pemeriksaan gram/katur sputum dan darah. Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifibroptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari tipe organisme ada : bakteri yang umumnya meliputi Diplococcuspneumoniae, Stapilococcus aureus, A. hemolitiksteptrococcus, haemophilus influenza, (MU catatan kultus sputum dapatlah mengidentifikasi semua organisme yang ada, kultur darah dapat menunjukkan bakteremia sementara. JDL/ lekositosis biasanya ada meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial (misalnya pemeriksaan serologi misal intervirus atau legionella, alkutiumdingin : membantu dalam membedakan diagnosis).

b. DIAGNOSA KEPERAWATAN1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat dalam alveoli.2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler.3) Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.4) Risiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia yang berhubungan dengan bau dan rasa sputum.5) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah)