Lp Bronko Pneumonia

25
BAB I KONSEP TEORI A. Definisi Pneumonia merupakan peradangan perenkim paru- paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi (Price, 1995) Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat (Zul, 2001) Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer, 2001). Perubahan system respirasi yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi: 1. Peningkatan diameter anteroposterior dada. 2. Kolaps osteoporotik vertebrae yang mengakibatkan kifosis (peningkatan kurvatura konveks tulang belakang).

description

lp

Transcript of Lp Bronko Pneumonia

Page 1: Lp Bronko Pneumonia

BAB I

KONSEP TEORI

A. Definisi

Pneumonia merupakan peradangan perenkim paru-paru yang biasanya

berasal dari suatu infeksi (Price, 1995)

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal

dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli,

serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan

pertukaran gas setempat (Zul, 2001)

Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang

mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area

terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di

sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.

(Smeltzer, 2001). Perubahan system respirasi yang berhubungan dengan usia

yang mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi:

1. Peningkatan diameter anteroposterior dada.

2. Kolaps osteoporotik vertebrae yang mengakibatkan kifosis (peningkatan

kurvatura konveks tulang belakang).

3. Kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas kosta.

4. Penurunan efisiensi otot pernapasan.

5. Peningkatan rigiditas paru.

6. Penurunan luas permukaan alveoli.

B. Klasifikasi Pneumonia

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001):

a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas:

Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan

opasitas lobus atau lobularis.

Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat

lambat dengan gambaran infiltrate paru bilateral yang difus.

Page 2: Lp Bronko Pneumonia

b. Berdasarkan faktor lingkungan

Pneumonia komunitas

Pneumonia nosokomial

Pneumonia rekurens

Pneumonia aspirasi

Pneumonia pada gangguan imun

Pneumonia hipostatik.

c. Berdasarkan sindrom klinis

Pneumonia bakterial berupa: pneumonia bakterial tipe tipikal yang

terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia

dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal

yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.

Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan

mycoplasma, clamydia pneumoniae atau legionella.

d. Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001):

Community Acquired Pneumonia dimulai sebagai penyakit pernafasan

umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia

streptococcal merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia

ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.

Hospital Acquired pneumonia dikenal sebagai pneumonia

nosokomial. Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas.

Klebsiella atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum

penyebab Hospital Acquired pneumonia

Lobar dan bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi

anatomi infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut

organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.

Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada

agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk

mengidentifikasikan organisme perusak.

Page 3: Lp Bronko Pneumonia

C. Etiologi

a. Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organsime gram

positif seperti: streptococcus pneumonia, s. aureus dan s. pyogenesis.

Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza, klebsiella

pneumonia dan P.Aeruginosa.

b. Virus

Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.

Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyabab utama

pneumonia virus.

c. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui

penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada

kotoran burung, tanah serta kompos

d. Protozoa

Menimbulkan terjadinya pneumocystis carinii pneumonia (CPC).

Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami imunosupresi. (Reeves,

2001).

D. Patofisiologi

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas

yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau

karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan kemudian

sebagian kuman tersebut masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan

menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi

masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan

ganbaran sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi

pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan

alveoli.

Page 4: Lp Bronko Pneumonia

2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam

saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya

peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus

mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko

terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru

melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke

dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi

peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.

Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar

secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan

ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :

1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)

Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak,

pada perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan

kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang

berdilatasi)

2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)

Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah

merah fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang

berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).

3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)

Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi

konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada

pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.

4. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)

Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan

kembali pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 : 231- 232).

E. Pathways

TERLAMPIR

Page 5: Lp Bronko Pneumonia

F. Manifestasi Klinis

Kesulitan dan sakit pada saat pernapasan.

Nyeri pleuritik, nafas dangkal dan mendengkur, takipnea.

Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi.

Mengecil, kemudian menjadi hilang, krekels, ronki, egofoni.

Gerakan dada tidak simetris

Menggigil dan demam 38,80 C sampai 41,1o C, delirium

Diaforesis

Anoreksia

Malaise

Batuk kental, produktif. Sputum kuning kehijauan kemudian

berubah menjadi kemerahan atau berkarat.

Gelisah

Sianosis. Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan.

Masalah-masalah psikososial: disorientasi, ansietas, takut mati.

G. Pemeriksaan penunjang

Sinar X: mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan

abses luas/infilrat, empiema (stapilococcus); infiltrate menyebar atau

terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (virus).

Pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin bersih.

GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang

terlibat dan penyakit paru yang ada.

Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: diambil dengan biopsi jarum,

aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberotik atau biopsy pembukaan paru

untuk mengatasi organisme penyebab.

JDL: leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada

infekksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya

pneumonia bakterial.

Pemeriksan serologi; titer virus atau legionella, aglutinin dingin.

LED: meningkat

Page 6: Lp Bronko Pneumonia

Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan

kolaps); tekanan jalan napas mungkin meningkat dan komplain menurun,

hipoksemia, elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.

Bilirubin mungkin meningkat.

Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka menyatakan intranuklear

tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV)

H. Penatalaksanaan

a. Kemoterapi

Pemberian kemoterapi harus berdasarkan petunjuk penemuan kuman

penyebab infeksi (hasik kultur sputum dan tes sensitivitas kuman teradap

antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral,

sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat

penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat

kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis.

b. Pengobatan umum

Terapi oksigen

Hidrasi, bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat dehidrasi dilakukan

secara parenteral.

Fisioterapi, penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu

diubah-ubah untuk menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan

dekubitus.

c. Manajemen Terapi

Pada anak yang sehat, infeksi oleh patogen virus biasanya hanya

membutuhkan perawatan suportif saja. Kebanyakan anak-anak yang

terinfeksi oleh virus tidak membutuhkan antibiotik. Bagaimanapun juga

sangat penting mengingat sebaiknya kita berjaga-jaga untuk memilih

antibiotik dalam penatalaksanaannya untuk mengurangi kematian dan

kesakitan. Terapi untuk patogen bakteri berdasarkan empiris. 5 Pemberian

antibiotik yang direkomendasikan:

B Lactam: Benzylpenicillin, Amoxycillin, Ampicillin, Amoxycillin-

Clavulanate

Page 7: Lp Bronko Pneumonia

Cephalosporins : Cefotaxime, Cefuroxime, Ceftazidime

Carbapenem: Imipenam

Lainnya Aminoglycosides: Gentamicin, Amikacin

Terapi suportif

1. Cairan

Oral intake sebaiknya dihentikan ketika anak dalam distres pernapasan.

Pada bronkopneumonia berat, hormon anti diuretik meningkat yang

mana artinya akan menyebabkan dehidrasi.

2. Oksigen

Oksigen menurunkan kematian pada kasus bronkopneumonia berat.

Sebaiknya diberikan terutama kepada anak yang kelelahan, takipneu

dengan retraksi dada berat, sianosis atau tidak mendapatkan makanan.

Hal ini penting untuk menjaga SaO2 diatas 95%.

3. Obat batuk

Tidak direkomendasikan karena menekan batuk dan dapat mengganggu

bersihnya jalan napas.

4. Obat demam

Rasional penggunaannya hanya untuk mengurangi ketidaknyamanan

dari gejala.

I.Pengkajian

a. Aktivitas/istirahat

Kelemahan, kelelahan, insomnia. Letargi, penurunan toleransi terhadap

aktivitas.

b. Sirkulasi

Riwayat gagal jantung kronis, takikardia, penampilan terlihat pucat.

c. Integritas ego

Banyak stressor, masalah finansial.

d. Makanan/cairan

Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat DM. Distensi abdomen,

hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan

malnutrisi.

Page 8: Lp Bronko Pneumonia

e. Neurosensori

Sakit kepala, perubahan mental.

f. Nyeri/kenyamanan

Sakit kepala , nyeri dada meningkat dan batuk myalgia.

g. Pernafasan

Riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal,

penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal. Sputum berwana merah muda,

berkarat atau purulen.

Perkusi: pekak di atas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural. Bunyi

nafas: menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat atau nafas

bronchial. Fremitus: taktil dan vocal meningkat dengan konsolidasi..

Warna: pucat, atau sianosis pada bibir/kuku.

h. Keamanan

Riwayat gangguan sistem imun, demam. Berkeringat, menggigil berulang,

gemetar, kemerahan mungkin pada kasus rubella/varisela.

i. Penyuluhan

Riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis.

J. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya scret mucus

2. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan

akumulasi eksudat

3. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,

proses inflamasi

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

ketidakmampuan pemasukan b.d faktor biologis.

5. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam,

menurunnya intake dan tachipnea.

Page 9: Lp Bronko Pneumonia

DAFTAR PUSTAKA

Herdman. 2009. Nanda International : Diagnosis Keperawatan 2009-2011.

Jakarta : EGC

McCloskey, Joanne & Gloria M Bulechek, 2000, Nursing Outcome Classificatian

(NOC), Second Ed, New York, Mosby.

McCloskey, Joanne & Gloria M Bulechek 2005, Nursing Intervention

Classificatian (NIC), Second Ed, New York, Mosby.

Price Sylvia Anderson (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Alih bahasa: Peter anugerah. Jakarta. EGC.

Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

Salemba medica.

Smeltzer SC, Bare B.G (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Volume 1. Jakarta:EGC.

Suyono, (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi III. Jakarta: balai penerbit

FKUI.

Page 10: Lp Bronko Pneumonia

K. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1 Bersihan jalan nafas

tidak efektif b/d

banyaknya scret mucus

Setelah dilakukan

askep … jam Status

respirasi: terjadi

kepatenan jalan nafas

dg

KH:

Pasien tidak merasa

tercekik ,tidak sesak

nafas, auskultasi suara

paru bersih,irama nafas

, frekuensi nafas dalam

rentang normal, tanda

vital dbn.

Airway manajemenn

1. Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher ekstensi jika memungkinkan.

2.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3.Identifikasi pasien secara actual atau potensial untuk membebaskan jalan nafas.

4.Pasang ET jika memungkinkan

5.Lakukan fisioterapi dada jika memungkinkan

6.Keluarkan lendir dengan suction

7.Asukultasi suara nafas

8.Lakukan suction melalui ET

9.Atur posisi untuk mengurangi dyspnea

10.Monitor respirasi dan status oksigen jika memungkinkan

11. berikan bronkodilator jika perlu

Airway Suction

   Tentukan kebutuhan suction melalui oral atau tracheal

   Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction

Page 11: Lp Bronko Pneumonia

   Informasikan pada keluarga tentang suction

   Masukan selang jalan afas melalui hidung untuk memudahkan suction

   Bila menggunakan oksigen tinggi (100% O2) gunakan ventilator atau rescution manual.

   Gunakan peralatan steril, sekali pakai untuk melakukan prosedur tracheal suction.

   Monitor status O2 pasien dan status hemodinamik sebelum, selama, san sesudah

suction.

   Suction oropharing setelah dilakukan suction trachea.

   Bersihkan daerah atau area stoma trachea setelah dilakukan suction trachea.

   Hentikan tracheal suction dan berikan O2 jika pasien bradicardia.

   Catat type dan jumlah sekresi dengan segera

Manajemen asam basa

Aktivitas :

1. Pertahankan kepatenan akses IV

2. Pertahankan kepatenan jalan nafas

3. Pantau kadar eletrolit

4. Pantau pola nafas

5. Sediakan terapi oksigen

Terapi Oksigen

Aktivitas :

Page 12: Lp Bronko Pneumonia

2. Gangguan petukaran gas

berhubungan dengan

meningkatnya sekresi

dan akumulasi eksudat

Setelah dilakukan

askep … jam ventilasi

dan pertukaran gas

efektif dengan

KH:

Keseimbangan

elektrolit dan asam

basa, Nadi dalam batas

yang diharapkan, Irama

jantung dalam batas

yang diharapkan

1. Bersihkan secret mulut dan trakea

2. Jaga kepatenan jalan napas

3. Sediakan peralatan oksigen, sistim humadifikasi

4. Pantau aliran oksigen

5. Pantau posisi peralatan yang menyalurkan oksigen pada pasien

6. Monitor aliran oksigen dalam liter

7. Monitor posisi pemasangan alat oksigen

Manajemen Jalan Napas

Aktivitas :

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

2. Identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan napas actual/potensial

3. Lakukan fisioterapi dada, sesuai dengan kebutuhan

4. Bersihkan secret dengan menggunakan penghisapan

5. Dukung untuk bernapas pelan, dalam, berbalik dan batuk

6. Instruksikan bagaimana cara batuk efektif

Bantuan Ventilasi

Aktivitas :

Page 13: Lp Bronko Pneumonia

3

4.

Pola nafas tak efektif

berhubungan dengan

penurunan ekspansi

paru, proses inflamasi

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b/d

ketidak  mampuan

pemasukan b.d faktor

Setelah dilakukan

askep … jam jam pola

napas efektif dengan

criteria hasil :

Kepatenan jalan napas,

demam tidak ada, sesak

tidak ada, frekuensi

napas dalam batas

normal, irama napas

teratur, keluaran

sputum dari jalan

napas, tidak adanya

suara napas tamabahan

Setelah dilakukan

askep … jam terjadi

peningkatan status

nutrisi dg KH:

Mengkonsumsi nutrisi

1. Jaga kepatenan jalan napas

2. Berikan posisi yang mengurangi dyspnea

3. Bantu perubahan posisi dengan sering

4. Pantau kelemahan oto pernapasan

5. Mulai dan jaga oksigen tambahan

6. Bersihkan mulut,hidung dan sekret trakea

7.   Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

Managemen nutrisi

1. Kaji pola makan klien

2. Kaji kebiasaan makan klien dan makanan kesukaannya

3. Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan

4. kelaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang

dibutuhkan

5. tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c

Page 14: Lp Bronko Pneumonia

5

biologis.

Risiko kekurangan

volume cairan

berhubungan dengan

demam, menurunnya

intake dan tachipnea.

yang adekuat.

Identifikasi kebutuhan

nutrisi.

Setelah dilakukan

askep … jam tidak

terjadi kekurangan

volume cairan dengan

criteria hasil :

Hidrasi, Membran

mucus yang basah,

Nafas pendek tidak

6. monitor intake nutrisi dan kalori

7. Monitor pemberian masukan cairan lewat parenteral.

Nutritional terapi

1. kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT

2. berikan makanan melalui NGT k/p

3. berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk mendukung makan

4. monitor penurunan dan peningkatan BB

5. monitor intake kalori dan gizi

Manajemen cairan

Aktivitas :

1. Timbang BB tiap hari

2. Hitung haluaran

3. Pertahankan intake yang adekuat

4. Monitor status hidrasi

5. Monitor TTV

6. Berikan terapi IV

Terapi Intra vena

Aktifitas :

Page 15: Lp Bronko Pneumonia

ditemukan, Mata

cekung tidak

ditemukan, Bunyi

napas tambahan tidak

ditemukan

1. Atur pemberian IV sesuai resp dan pantau hasilnya

2. Pantau jumlah tetes dan tempat infuse IV

3. Periksa IV secara teratur

4. Pantau TTV

5. Catat intake dan output

6. Pantau tanda dan gejala yang berhungan dengan infusion flebitis

Page 16: Lp Bronko Pneumonia

Pathways

Jamur, bakteri, protozoa Resti terhadap

penyebaran infeksi

Masuk alveoli

Peningkatan suhu tubuh

Kongestif (4-12 jam) eksudat Nyeri pleuritik

dan serous masuk alveoli

Hepatisasi merah (48jam)

paru-paru tampak merah dan bergranula Penumpukan cairan

karena SDM dan leukosit dalam alveoli

DMN mengisi alveoli

Hepatisasi kelabu (3-8hari)

paru-paru tampak kelabu karena Resolusi 7-11 hr

leukosit dan fibrin mengalami

konsolidasi di dalam alveoli

PMN Konsolidasi jaringan paru Ggn.pertukaran g

Berkeringat Metabolisme Compliance paru menurun

Resti nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh Suplai O2 Menurun

Mual,muntah Sputum kental

Pola nafas tidak efektif

Intoleransi aktivitas

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Gangguan pertukaran gas

Resiko Infeksi

Hipertermi

Resiko deficit volume cairan Bersihan jalan nafas

tidak efektif