Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

31
LAPORAN PENDAHULUAN Broncho pnemoni A. Definisi Bronchopnemoni adalah peradangan yang terjadi pada bronchus dan parenchyma paru yang disebabkan oleh berbagai macam (FKUI, 1982) B. Etiologi Bakteri Virus Jamur Benda asing Penyebab terbanyak adalah golongan pnemococcus C. Patofisiologi Daya tahan tubuh Penyakit menahun Faktor atrogenik (trauma paru, anastesi, aspirasi) Bakteri, virus, Jmaur dan benda asing Infeksi bronkus dan parenkim Batuk panas mendadak kapiler paru melebar Mual muntah (39-40 C) Bronko pnemoni Gangguan istirahat

description

asyikk

Transcript of Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

Page 1: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

LAPORAN PENDAHULUAN

Broncho pnemoni

A. Definisi

Bronchopnemoni adalah peradangan yang terjadi pada bronchus dan

parenchyma paru yang disebabkan oleh berbagai macam (FKUI, 1982)

B. Etiologi

Bakteri

Virus

Jamur

Benda asing

Penyebab terbanyak adalah golongan pnemococcus

C. Patofisiologi

Daya tahan tubuh

Penyakit menahun

Faktor atrogenik (trauma paru, anastesi, aspirasi)

Bakteri, virus, Jmaur dan benda asing

Infeksi bronkus dan parenkim

Batuk panas mendadak kapiler paru melebar Mual muntah

(39-40 C)

Sputum >> Gelisah Dysnea Tachipnea

Bronko pnemoni

Ganguan

nutrisi

Resiko

Tinggi

infeksi

cemas

Ganggu

an rasa

nyaman

Gangguan

aktivitas Gangguan

keseimbangan

cairan +

elektrolitGangguan istirahat

tidur

Page 2: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

Pnemococcus masuk melalui saluran nafas dengan cara droplet dan dapat

mencapai alveoli. Untuk mencapai alveolus pnemococcus menyerang bronkus

mencapai 4 stadium yaitu:

1. Stadium kengesti

Kpiler paru melebar (kongesti)

Bakteri dalam jumlah banyak

Terjadi 4-12 jam pertama

Gangguan awal badan menggigil, suhu tubuh naik dengan cepat

(39-40C)

Batuk, kadang disertai pilek dengan sputum

Pernafasan tachipnea

2. Stadium hepatitis merah

Terjadi 48 jam

Ganguan seperti pada stadium kengesi, disamping itu suara nafas

lemah, terdengar ronchi

3. Stadium hepatisasi kelabu

Terjadi 3 – 8 hari

Suara ronchi menghilang

Hamper selalu terjadi hiksemia dalam tingkat tertentu

4. Stadium resolusi

Terjadi 7 – 11 hari

Ronchi terdengar lebih jelas pada inspeksi dan palpasi

Pergeseran thorax yang terkena pnemococus berkurang

Stadium resolusi dapat sembuh tanpa pengobatan dengan waktu 5 –9 hari,

tetapi jika diberikan anti biotic yang tepat akan sembuh dalam waktu kurang

lebih 3 hari.

D. Manifestasi klinis

Terjadi pada usia < 4 tahun dan akan menurun resiko terkena dengan

bertambahnya usia

Faktor pencetus : lingkngan rumah, lebih bersih, terlalu sesak/sempit

Page 3: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

Gx : - suhu 39 – 40 C kadang klien kejang oleh karena demam yang tinggi

- batuk mula-mula kering –produktif

- gelisah,dyspnea, tachipnea

- kadang disertai muntah/diare

penurunan daya tahan tubuh

faktor atrogenik (trauma paru, anastesi,aspirasi)

E. Pemeriksaan penunjang

Leukositosis : 15.000 – 40.000/mm3

LED meningkat (2 – 20)

Cek sputum, darah

Photo thorax

Culture cairan pleura

Cek BGA (blood gas analysis)

Dengan adanya nbronchopneumoni pada anak, tumbuh berkembang pada anak

menjadi terganggu missal : bahasa turun, adaptasi social kurang, motorik dan

semsorik kurang, dengan demikian anak terganggu pada orang tua.

F. Penatalaksanaan medis

pemberian oksigen

pemberian cairan per IV tergantung usia

antibiotic : ampicilin 50 – 100 mg/kg/BB, kloraphenical 50 – 75 mg/kgBB

diet TKTP

pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas 4 – 5 hari

G. Diagnosa keperawatan

1. Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan inflamasi secret pada

saluran nafas.

Tujuan : mengevektifkan jalan nafas, pernafasan menjadi lancar

Intervensi :

a. atur posisi klien

b. berikan terapi oksigen

Page 4: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

c. lakuakn nebulezer jika slym kental

d. lakukan fisio terapi dada

e. lakukan suctioning

f. monitor tanda vital : S<N<R

g. observasi tanda kesulitan nafas dan kegagalan nafas

h. kolaborasi

cek BGA

pemberian antibitika

expektoran

i. monitor efek dari tindakan keperawatan dan pengobatan

j. atur lingkungan

2. Infeksi resikotinggi terhadap (penyabaran) sehubungan dengan ketidak

adekutnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, perlengketan secret

pernafasan)

Tujuan mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko

tinggi

Intervensi :

pantau TTV dengan ketat, khususnya selama awal terapi

anjurkan orang tua untuk memperhatikan pengeluaran secret dan

laporkan perubahan warna, jumlah dan bau secret

tunjukkan/ dorong teknik mencuci tangan yang baik

ubah posisi dengan sering

lakukan isolasi pencegahan

Selidiki perubahan tiba-tiba/menyimpang, seperti penigkatan nyeri

dada, bunyi jantung ekstra, gangguan sensori, berulangnya demam,

perubahan karakteristik sputum.

3. Potensial nutrisi kurang sehubungan dengan anoreksia, intek nutrisi yang

tidak adekuat

Tujuan: meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimum

Intervensi:

a. Timbang berat badan tiap hari

b. Monitor intake dan out put (pemasukan dan pengeluaran)

Page 5: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

c. Setelah dehidrasi berikan minimum oral dengan sering/makanan yang

sesuai dengan diet dan usia atau BB anak

d. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan

e. Bagi bayi ASI tetap diberikan

4. Kecemasan pada keluarga sehubungan dengan kondisi sakit

Tujuan: Menurunkan rasa cemas pada keluarga

Intervensi:

a. Ajarkan pada orang tua untuk mengajarkan

mengekpresikan rasa cemas, dengarkan keluhan orang tua, bersikap

empati dan sentuhan terapeutik

b. Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh, dan

sentuhan

c. Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua

d. Libatkan orang tua dalam perawatan anak

e. Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan, dan perawatan

5. Kurang pengetahuan keluarga sehubungan dengan proses penyakit

Tujuan: memberikan informasi tentang proses penyakit, perawatan dan

pengobatan

Intervensi ;

a. kaji tingkat pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit,

perawatan dan intervensi.

b. Batu untuk mengidentifikasi faktor pencetus

c. Jelaskan tentang emosi dan stress yang dapat menjadi faktor pencetus

d. Jelaskan pentingnya pengobatan dosis, efeksamping, waktu pemberian,

dan pemeriksaan darah

e. Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan control ulang

f. Jelaskan pentingnya terapi bermain sesuai usia

6. Resiko kurangnya volume cairan sehubungan dengan meningkatnya

pernafasan dan out put, muntah

Tujuan : memberikan hidrasii yang adekuat

Intervesi :

Page 6: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

a. monitor intake dan out put, mukosa membrane, turgor kulit,

pengeluaran urin

b. Monitor elektrolit

c. Kaji warna sputum, konsisten dan jumlah

d. Pertahankan terapi parenteral bila ada indikasi dan monitor kelebihan

cairan

e. Berikan intake cairan peroral bila toleran, hati-hati minuman yang

dapat meningkatkan bronkospasma

f. Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas

(750-200 ml) tergantung usia dan BB

Page 7: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

LAPORAN PENDAHULUAN

ASTHMA

A. Definisi

Asthma disebut juga sebagai Reactive Air Way disease (RAD), adalah

suatu penyakit obstruksi yang ditandai pada jalan nafas secara reversible yang

ditandai dengan broncospasme, inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan nafas

terhadap berbgai stimulant.

B. Etiologi

Faktor ekstrinsik: reaksi antigen-antibodi, kerana inhalasi allergen (debu,

serbuk, bulu binatang

Faktor intrinsic:; infeksi: para influenza virus, pneumonia, mycoplasmal.

Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperature, iritan, kimia,

polusi udara (co, asap rokok, parfum. Emosional; takut, cemas dan tegang.

Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadifaktor pencetus.

C. Komplikasi

Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas

Chronic persisten bronchitis

Bronciolitis

Pnemonia

Empyisema

D. Manifestasi klinis

Wheezing

Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan,

cuping hidung, retraksi dada dan stidor

Batuk kering (tidak produktif) karena secret kental dan lumen jalan

nafassempit

Tachipnea, Orthopnea

Gelisah

Nyeri abdomen karena terlihatnya otot abdomen dalam pernafasan

Page 8: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

Fatigue

Tidak toleran terhadap aktivitas,; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara

Kecemasan labil dan peningkatan tingkat kesadaran

Meningkatkan ukuran diameter anteroposterior (barrel chetst)

Serangan yang tiba-tiba atau berangsur

E. Patofisiologi

Faktor intrinsic Faktor ekstrinsik

N. Vagus Ig E

Hypersensitive

Sel mast

Kontraksi bronkus

Mukosa bronkus

Secret

-Batuk kontraksi otot polos

-Sesak

-Wheezing sekret

-batuk

-sesak

- wheezing

F. Pemeriksaan diagnostik

Riwayat Penyakit dan Pemeriksaan Fisik

Foto Rontgen

Pemeriksaan Fungsi Paru ; menurunnya tidal volume, kapasitas vital,

eosinofil biasanya meningkat daalm darah dan sputum

Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test; RAST)

Pulse oximetry

Analisa Gas Darah

Page 9: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

G. Penatalaksanaan terapeutik

Serangan akut dengan oksigen nasal atau masker

Terapi cairan parenteral

Terapi pengobatan sesuai program; Beta2-agonist untuk mengurangi

bronkospasme

H. Penatalaksanaan perawatan

Pengkajian

Riwayat asma atau alergi dan serangan asma yang lalu, alergi dan masalah

pernafasan

Kaji pengetahuan anak dan orangtua tentang penyakit dan pengobatan

Fase akut; tanda-tanda vital, usaha nafas dan pernafasan, retraksi dada,

penggunaan otot-otot asesori pernafasan, cuping hidung, pulse oximetry.

Suara nafas; wheezing, menurunnya suara nafas. Kaji status neurologi;

perubahan kesadaran, meningkatnya fatigue, perubahan tingkah laku. Dan

kaji status hidrasi.

Riwayat psikososial; faktor pencetus; stress, latihan, kebiasaan dan

rutinitas, perawatan sebelumnya.

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan

jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan

bronkospasme, edema mukosa, dan meningkatnya sekret.

2. Fatigue berhubungan dengan hipoksia dan

meningkatnya usaha nafas.

3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan

distres pernafasan.

4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan

dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan.

5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan

kondisi kronik.

Page 10: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan

proses penyakit dan pengobatan.

Perencanaan

1. Anak tidak menunjukkan

gangguan ketidakseimbangan asam basa yang ditandai dengan saturasi

oksigen ± 95 % .

2. Anak tidak tampak fatigue

yang ditandai dengan tidak iritabel, dapat berpartisipasi dan aktivitas yang

sesuai dengan kondisi.

3. Kecemasan menurun yang

ditandai dengan anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya,

begitu juga orangtua merasa tenang dan berpartisipasi dalam perawatan

anak.

4. Status hidrasi adekuat yang

ditandai dengan turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake

cairan sesuai dengan usia dan berat badan, output urine lebih dari 2

ml/kg/jam.

5. Orangtua mendemonstrasikan

koping yang tepat yang ditandai dengan mengekspresikan perasaan dan

perhatian serta memberikan aktivitas yang sesuai dengan usia atau kondisi

dan perkembangan psikososial pada anak.

6. Orangtua secara verbal

memahami proses penyakit dan pengobatan dan mengikuti regimen terapi

yang diberikan.

Implementasi

1. Mempertahankan pertukaran gas yang adekuat dan

pembersihan jalan nafas.

Pertahankan kepatenan jalan nafas; pertahankan support ventilasi bila

diperlukan.

Page 11: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

Kaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15

menit sampai 4 jam.

Berikan oksigen sesuai program dan pantau pulse oximetry dan batasi

(penyapihan) atau tanpa alat bantu bila kondisi telah membaik.

Kaji kenyamanan posisi tidur anak.

Monitor efek samping pemberian pengobatan; monitor serum darah;

theophyline dan catat kemudian laporkan ke dokter. Normalnya 10-20

ug/ml pada semua usia.

Berikan cairan yang adekuat peroral atau perparenteral.

Pemberian terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada bila indikasi,

ajarkan batuk dan nafas dalam efektif setelah pengobatan dan

pengisapan sekret atau suction.

Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk

menurunkan kecemasan.

Berikan terapi bermain sesuai dengan usia.

2. Memberikan istirahat yang cukup, mencegah

hipoksia, dan mengurangi kerja berat pernafasan.

Kaji tanda dan gejala hipoksia; kegelisahan, fatigue, iritabel,

tachycardia, tachypnea.

Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat

membuat anak lelah, berikan istirahat yang cukup.

Instruksikan pada orangtua untuk tetap berada di dekat anak.

Berikan kenyamanan fisik; support dengan bantal dan pengaturan

posisi.

Berikan oksigen humidifikasi sesuai dengan program.

Berikan nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas dan usaha nafas

setelah terapi.

Setelah krisis, ajarkan untuk aktivitas yang sesuai dengan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan untuk meningkatkan ventilasi, dan

memperluas perkembangan psikososial.

3. Memberikan lingkungan yang tenang dan

mengurangi kecemasan.

Page 12: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

Ajarkan teknik relaksasi; latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir

dan perut, dan ajarkan untuk berimajinasi.

Pertahankan lingkungan yang tenang; temani anak, dan berikan

support.

Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal.

Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi.

Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak.

Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.

4. Berikan hidrasi yang adekuat.

Monitor intake dan output, mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran

urine, ukur grapitasi urine atau BJ urine (nilai 1.003-1.030).

Monitor elektrolit.

Kaji warna sputum, konsistensi dan jumlah.

Pertahankan terapi parenteral bila indikasi, dan monitor kelebihan

cairan.

Berikan intake cairan peroral bila toleran, hati-hati minuman yang

dapat meningkatkan bronkospasme.

Setelah fase akut, ajarkan anak dan orangtua untuk minum 3-8 gelas

(750-2000 ml), tergantung usia dan BB.

5. Mengkaji proses koping keluarga.

Berikan kesempatan pada anak untuk ekspresi perasaan.

Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu stress.

Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan.

Informasikan pada orangtua tentang kondisi anak.

Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finansial.

6. Memberikan informasi tentang proses penyakit,

perawatan dan pengobatan.

Kaji tingkat pengetahuan anak dna orangtua tentang penyakit,

pengobatan dan intervensi.

Bantu untuk mengidentifikasi faktor pencetus.

Page 13: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

Jelaskan tentang emosi dan stress yang dapat menjadi faktor pencetus.

Jelaskan pentingnya pengobatan; dosis, efek samping, waktu

pemberian, dan pemeriksaan darah.

Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol

ulang.

Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas.

Jelaskan pentingnya terapi bermain sesuai usia.

Perencanaan Pemulangan

Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau

phantom.

Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.

Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu

binatang dan lainnya.

Jelaskan tanda-tanda bahaya yang akan muncul.

Ajarkan penggunaan nebulizer.

Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek

samping, waktu pemberian.

Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.

Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.

Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.

Page 14: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU

A. Definisi

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam.

B. Etiologi

Mycobacterium tuberculosa

Mycobacterium bovis

Selain Mycobacterium tuberculosa dikenal juga golongan Mycobacterium

lain yang dapat menyebabkan kelainan yang menyerupai tuberculosis.

Runyon (1959) membagi Mycobacterium atipic menjadi 4 golongan :

1. Golongan fotokromogen,

misalnya M. kansisii yang dapat menyebabkan penyakit di dalam dan

di luar paru seperti tuberkulosis.

2. Golongan skotokromogen,

misalnya M. scrofulaceum yang dapat menyebabkan adenitis servikalis

pada anak.

Page 15: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

3. Golongan nonfotokromogen,

misalnya M. intracellulale (battey strains) yang dapat menyebabkan

penyakit paru seperti tuberkulosis.

4. Golongan rapid growers,

misalnya M. fortuitum yang dapat menyebabkan abses. M.

smegmantes merupakan saprofit pada smegna.

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium

tuberculosis :

- Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan

diturunkan secara genetik.

- Jenis kelamin : pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka

kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.

- Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.

- Pada masa puber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan

yang cepat, kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang

tidak adekuat.

- Keadaan stress : situasi yang penuh stress (injury atau penyakit,

kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik).

- Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi

inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.

- Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan

terinfeksi lebih mudah.

- Nutrisi : status nutrisi yang kurang.

- Infeksi berulang : HIV, measles, pertusis.

- Tidak mematuhi aturan pengobatan.

C. Komplikasi

Meningitis

Spondilitis

Pleuritis

Bronkopneumoni

Atelektasis

Page 16: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

D. Klasifikasi dan Manifestasi Klinis

Ada beberapa klasifikasi tuberculosis.

Ranke membaginya dalam 3 stadium, yaitu :

Stadium pertama : kompleks primer dengan penyebaran limfogen.

Stadium kedua : pada waktu terjadi penyebaran hematogen.

Stadium ketiga : tuberculosis paru menahun (chronic pulmonary

tuberculosis)

Klasifikasi yang lain :

5. Tuberculosis primer

Infeksi pertama dari Tuberculosis.

6. Tuberculosis subprimer

Komplikasi Tuberculosis primer.

7. Tuberculosis pasca primer

Reinfeksi yang dapat terjadi endogen dan eksogen setelah infeksi primer

sembuh.

Manifestasi Klinis dari Tuberculosis, yaitu :

Demam, malaise, anoreksia, BB menurun, kadang-kadang batuk (batuk

tidak selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya penyakit), nyeri dada,

hemoptysis.

Gejala lanjut (jaringan paru-paru sudah banyak yang rusak) : pucat,

anemia, lemah, dan BB menurun.

Permulaan Tuberculosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis

karena mulainya penyakit secara perlahan. Kadang Tuberculosis

ditemukan pada anak tanpa gejala atau keluhan. Tetapi secara rutin dengan

uji tuberkulin dapat berupa demam yang naik turun selama 1-2 minggu

dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gambaran klinisnya : demam, batuk,

anoreksia, dan BB menurun.

E. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan fisik

Page 17: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

Riwayat penyakit : riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi

penyakit.

Reaksi terhadap test tuberkulin : reaksi test positif (diameter 5 mm)

menunjukkan adanya infeksi primer.

Radiologi : terdapat kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran,

pembesaran kelenjar paratrakeal, penyebaran milier, penyebaran

bronkogen, atelektasis, pleuritis dengan efusi, cairan asites.

Kultur sputum ; kultur bilasan lambung atau sputum, cairan pleura, urin,

cairan serebrospinal, cairan nodus limfe ditemukan basil Tuberculosis.

Patologi anatomi : dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar, pleura,

peritonium, kulit ditemukan tuberkel dan basil tahan asam.

Uji BCG : reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung

terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah

penyuntikan.

Infeksi TB : hanya diperlihatkan oleh skin test tuberkulin positif.

Penyakit TB : gambaran radiologi positif, kultur sputum positif, dan

adanya gejala-gejala penyakit.

F. Penatalaksanaan Terapeutik

Nutrisi adekuat.

Kemoterapi :

- isonized (INH) diberikan selama 18-24 bulan, dosis 10-20 mg/kg

BB/hari peroral

- kombinasi antara INH, rifampizin dan pirazinamid (PZA)

diberikan selama 6 bulan, selama 2 bulan pertama obat diberikan

setiap hari, selanjutnya obat diberikan 2 x dalam satu minggu

- obat tambahan antara lain : streptomicyn IM dan etambutol

- terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat

antituberculosis untuk mengurangi respon peradangan misal pada

meningitis.

Pembedahan.

Pencegahan :

- menghindari dengan orang yang terinfeksi basil TBC

Page 18: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

- mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi adekuat

- minum susu yang telah dipasteurisasi

- isolasi jika analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan

kemoterapi

- pemberian imunisasi BCG

G. Penatalaksanaan Perawatan

Pengkajian

Riwayat keperawatan : riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi,

penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya.

Kaji adanya gejala-gejala panas yang naik turun dan dalam jangka waktu

lama, batuk yang hilang timbul, anoreksia, lesu, kurang nafsu makan,

hemoptysis.

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko penyebarluasan

infeksi berhubungan dengan organisme virulen.

2. Gangguan pertukaran gas

berhubungan dengan kerusakan jaringan paru.

3. Tidak efektifnya pola nafas

berhubungan dengan adanya batuk, nyeri dada.

4. Tidak efektifnya bersihan

jalan nafas berhubungan dengan adanya sekret.

5. Gangguan integritas kulit

berhubungan dengan adanya rash.

6. Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

7. Gangguan aktivitas

diversional berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya.

Perencanaan

1. Perluasan infeksi tidak terjadi.

Page 19: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

2. Anak menunjukkan tanda-tanda pertukaran gas

yang adekuat.

3. Anak menunjukkan tanda-tanda pola nafas efektif.

4. Anak akan menunjukkan jalan nafas yang efektif.

5. Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya

kebutuhan nutrisi.

6. Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia

dan tugas perkembangan selama menjalani isolasi dari teman sebaya atau

anggota keluarga.

Implementasi

1. Mencegah perluasan infeksi.

Tempatkan anak pada ruang khusus.

Pertahankan isolasi yang ketat di RS pada anak dengan TB aktif.

Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan

anak.

Melakukan uji tuberkulin dan memberikan penilaian hasil uji tersebut,

mengambil bahan untuk pemeriksaan bakteri (analisa bilasan lambung

pada anak yang masih sangat muda).

Berikan antituberkulosis sesuai order.

2. Meningkatkan pertukaran gas

yang adekuat.

Memonitor TTV.

Mengobservasi adanya sianosis pada mulut.

Mengkaji irama, kedalaman, dan ekspansi pernafasan.

Melakukan auskultasi suara nafas dan mendokumentasikan adanya

suara abnormal (ronchi, wheezing).

Mengajarkan cara bernafas efektif.

Memberikan oksigen sesuai indikasi.

Memonitor hasil analisa gas darah.

3. Meningkatkan pola nafas

yang efektif dan kepatenan jalan nafas.

Page 20: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

Mengkaji ulang status pernafasan.

Mengkaji ulang TTV.

Memberikan posisi tidur semifowler/fowler.

Membantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan

kemampuannya.

Menganjurkan anak untuk banyak minum.

Memberikan oksigen sesuai indikasi.

Memberikan obat-obat yang dapat meningkatkan efektifnya jalan

nafas.

4. Memenuhi kebutuhan nutrisi

Kaji kemampuan anak untuk makan.

Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,

rencanakan untuk memperbaiki kualitas fisik pada saat selera anak

meningkat.

Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk

meningkatkan kualitas intake nutrisi.

Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi

melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak.

Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (BB, LL, membran

mukosa).

Menganjurkan kepada orangtua untuk memberikan makanan dengan

porsi sedikit tapi sering.

Menimbang BB setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala

yang sama.

Mempertahankan kebersihan mulut anak.

Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk

penyembuhan penyakit.

5. Membantu memenuhi

kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan.

Memberikan aktivitas ringan dan sesuai dengan usia anak.

Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang

bervariasi pada anak.

Page 21: Lp- Bronko Pnemoni, Asthma, Tb Paru

Melibatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas

yang diinginkan.

Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di RS,

menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telpon

jika memungkinkan.

Perencanaan Pemulangan

Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping, lama pemberian terapi,

cara meminum obat.

Melakukan imunisasi jika imunisasi belum lengkap sesuai dengan prosedur.

Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal.

Informasikan jika terdapat tanda-tanda kekambuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. 2000. Asuhan Keperawatan Bayi / Maternal. Jakarta : EGC

Staf Pengajar FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI

Suriadi, SKp dan Rita Yuliani, SKp. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak.

Jakarta : PT Fajar Interpratama