Lp Pneumonia 2

34
BAB II TINJAUAN TEORI A. DEFINISI Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Dahlan, 2001). Pnemonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius (Brunner & Suddarth, 2001) Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. (Mansjoer, Arif dkk. 2002). B. ETIOLOGI Penyebab pneumonia adalah:

description

pneumonia

Transcript of Lp Pneumonia 2

Page 1: Lp Pneumonia 2

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal

dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan

alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan

pertukaran gas setempat (Dahlan, 2001).

Pnemonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang umumnya

disebabkan oleh agen infeksius (Brunner & Suddarth, 2001)

Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang

mengenai parenkim paru. (Mansjoer, Arif dkk. 2002).

B. ETIOLOGI

Penyebab pneumonia adalah:

1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa):

- Streptococcus pneumonia

- Staphylococcus aureus

- Legionella

- Hemophilus influenzae

2. Virus: virus influenza, chicken-pox (cacar air)

Page 2: Lp Pneumonia 2

3. Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-

anak dan dewasa muda)

4. Jamur tertentu seperti Candida albicans, Aspergillus fumigatus.

Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui:

Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar

Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain

Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.

Beberapa orang yang rentan (mudah terkena) pneumonia adalah:

a. Peminum alkohol

b. Perokok

c. Penderita diabetes

d. Penderita gagal jantung

e. Penderita penyakit paru obstruktif menahun

5. Gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker,

penerima organ cangkokan).

6. Gangguan sistem kekebalan karena penyakit (penderita AIDS).

C. TANDA DAN GEJALA

Gejala-gejala yang biasa ditemukan adalah:

1. Batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, kehijauan atau seperti nanah)

2. Nyeri dada (bisa tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita

menarik nafas dalam atau terbatuk)

Page 3: Lp Pneumonia 2

3. Menggigil

4. Demam

5. Mudah merasa lelah

6. Sakit kepala

7. Nafsu makan berkurang

8. Mual dan muntah

9. Merasa tidak enak badan

10. Kekakuan sendi dan otot.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

Kulit lembab

Batuk darah

Pernafasan yang cepat

Cemas, stres, tegang

Nyeri perut.

Page 4: Lp Pneumonia 2

D. PATOFISIOLOGI

Daya tahan tubuh menurun ISPA berulang (rhinitis, tonsillitis, dll) Agen infeksi: bakteri, virus, dan jamur

Infeksi akut

Pada saluran pernafasan pada alveoli dan bronkus paru

Berproliferasi pada alveoli dan bronkus

- Peningkatan suhu tubuh Inflamasi dan konsolidasi- Nadi meningkat

Melepas mediator peradangan

Histamin Komplemen aktif

-- Meningkatkan kontraksi otot-otot polos vascular

- Peningkatan permeabilitas kapiler

Perpindahan eksudat dari plasma ke ruang interstisium

Pembengkakan dan edema antara kapiler dan alveolus

Difusi oksigen terganggu

Menghambat masuknya udara

Penurunan kecepatan difusi gas Alveoli terisi dengan: - Edema inflamator- Bakteri- Lekosit- Eksudat

Saturasi oksigen menurun

- Sianotik Batuk kering kemudian produktif- Cuping hidung- Respirasi dangkal dan cepat

Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit

1. Defisit vol cairan2. Resti terjadi injury

Page 5: Lp Pneumonia 2

- Dispneu

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pada pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara

ronki.

Pemeriksaan penunjang:

1. Rontgen dada: Mengidentifikasi distribusi structural (mis: lobar,

bronchial); dapat juga menyatakan abses luar/infiltrate, empiema

(staphylococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau

penyebaran atau perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus). Pada

pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.

2. Pemeriksaan gram/kultur sputum: mengetahui tipe organisme, bakteri

yang umum meliputi Diplococcus pneumonia, Stapilococcus Aureus, A-

hemolitik streptococcus, H.Influenza, CMV. Kultur sputum dapat tidak

mengidentifikasi semua organism yang ada.

3. Kultur darah: Dapat menunjukkan bakteremia sementara

4. Hitung jenis darah: Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih

rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS,

memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.

5. Gas darah arteri (AGD)/nadi oksimetri: Tidak normal mungkin terjadi,

tergantung pada luas paru yangterlibat dan penyakit paru yang ada.

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif2. Nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh3. Resti thd penyebaran infeksi1. Gangguan pertukaran gas

2. Intoleransi aktifitas

Page 6: Lp Pneumonia 2

6. Pemeriksaan serologi, misal titer virus atau Legionella: Membantu dalam

membedakan diagnosis organism khusus.

7. Pemeriksaan fungsi paru: Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps

alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan complain menurun.

Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)

8. Elektrolit: Natrium dan klorida mungkin rendah

9. Bilirubuin: Mungkin meningkat

D. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. PENCEGAHAN

Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan tampak

pada rontgen dada mencakup area berbecak atau keseluruhan lobus (pneumonia

lobaris). Pada pemeriksaan fisik, temuan akan beragam tergantung pada

keparahan pneumonia. Temuan tersebut dapat mencakup bunyi napas

bronkovesikular atau bronchial, krekles, peningkatan fremitus, egofoni positif,

dan pekak pada perkusi.

Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai yang

ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan antibiotik pilihan

untuk infeksi oleh S. Pneumoniae. Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin,

klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan ketiga, penisilin lainnya dan

trimetoprim sulfametoksazol (Baktrim).

Pneumonia mikoplasma memberikan respon terhadap eritromisin,

tetrasiklin, dan derifat tetrasiklin (doksisiklin). Pneumonia atipikal lainnya

mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan tidak memberikan respon terhadap

antimikrobial.

Page 7: Lp Pneumonia 2

Inhalasi lembab, hangat sangat membantu dalam menghilangkan iritasi

bronkhial. Asuhan keperawatan dan pengobatan sama dengan yang diberikan

untuk pasien yang mengalami pneumonia akibat bakteri. Pasien menjalani tirah

baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda penyembuhan. Jika dirawat di

rumah sakit, pasien diamati dengan cermat dan secara kontinu sampai kondisi

klinis membaik. Jika terjadi hipoksemia, pasien diberikan oksigen. Analisa gas

darah arteri di lakukan untuk menentukan kebutuhan akan oksigen dan untuk

mengevaluasi keefektifan terapi oksigen.

Page 8: Lp Pneumonia 2

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN PNEUMONIA

A. PENGKAJIAN

Sebagian besar pasien dengan pneumonia tidak dirawat dirumah sakit. Namun

demikian, karena banyak pasien yang dirawat di rumah sakit karena pneumonia,

maka pengkajian yang cermat oleh perawat merupakan hal penting untuk mendeteksi

masalah ini. Adanya demam pada setiap pasien yang dirawat, maka perawat harus

mewaspadai kemungknan adanya pneumonia bakterialis.

Pengkajian pernafasan lebih lanjut adalah mengidentifikasi masalah klinis

pneumonia yaitu : nyeri, takipnea, penggunaan otot- otot aksesori pernafasan untuk

bernafas, nadi cepat, bounding atau bradikardi relative, batuk dan sputum purulen.

Keparahan, letak dan penyebab nyeri dada juga harus diidentifikasi tentang hal apa

saja yang dapat menghilangkan nyeri dada tersebut. Segala perubahan dalam suhu

dan nadi, jumlah, bau dan warna sekresi,frekuensi dan keparahan batuk serta

tingkat takipnea atau sesak nafas juga dipantau. Konsolidasi pada paru – paru dikaji

dengan mengevaluasi bunyi nafas (pernafasan bronchial, ronki bronkovesikuler atau

krekles), fremitus, egofoni, pektoriloquy berbisik dan hasil perkusi (pekak pada

bagian dada yang sakit )

Pada pasien lansia dikaji terhadap perilaku yang tidak biasa, perubahan status

mental, prustasi dan gagal jantung kongestif. Mungkin tampak gelisah, delirium

terutama pada pasien dengan pecandu alcohol.

Page 9: Lp Pneumonia 2

B. DIAGNOSA

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif.

2. Kerusakan Pertukaran Gas.

3. Resiko Tinggi Penyebarab Infeksi.

4. Intoleransi Aktivitas.

5. Nyeri Akut

6. Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi, Kurang Dari Kebutuhan Tubuh.

7. Resiko Tinggi Kekurangan Cairan.

Page 10: Lp Pneumonia 2

C. IMPLEMENTASI

No Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan

Tujuan Intervensi Rasional

1. Bersihan jalan nafas

tidak efektif

Berhubungan dengan:

Inflamasi

trakheobr

on kial,

pembentu

kan

udema,

peningkat

an

produksi

sputum

Nyeri Pleuritis.

Fatigue

Setelah melakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan jalan

nafas bersih dan

efektif.

Kriteria Hasil :

Secara Verbal

tidak ada keluhan

sesak

Suara nafas

normal (Vesiku

ler).

Sianosis (-).

a. Kaji jumlah atau kedalaman

pernafasan dan pergerakan dada.

b. Auskultasi daerah paru – paru, catat

daerah yang mengalami penurunan

fungsi / tidak adanya aliran udara

serta catat adanya suara nafas

tambahan seperti crackles dan

wheezes.

c. Elevasi kepala, sering ubah posisi.

d. Bantu pasien dalam melakukan

latihan nafas dalam.

Melakukan evaluasi awal untuk melihat kemajuan

dari hasil intervensi yang telah dilakukan.

Penurunan aliran udara timbul pada area yang

konsolidasi dengan cairan. Suara nafas bronchial

(noramal diatas bronkus). Crackles, rhonchi dan

wheezes terdengar pada saat inspirasi atau ekspirasi

sebagai respon dari akumulasi cairan, sekresi kental

dan spasme / obstruksi saluran nafas.

Difragma yang lebih rendah akan membantu dalam

meningkatkan ekspansi dada, pengisisan udara,

mobilisasi dan pengeluaran secret.

Nafas dalam akan memfasilitasi pengembangan

maksimum paru – paru/ saluran udara kecil. Batuk

Page 11: Lp Pneumonia 2

Yang ditandai dengan :

Perubahan jumlah

dan kedalaman

nafas.

Suara nafas

abnormal,

penggunaan otot

bantu nafas.

Dispnea dan

sianosis

Batuk dengan

atau tanpa

produksi sputum.

Batuk (-).

Jumlah

pernafasan dalam

batas normal

sesuai usia.

Demonstrasikan klien / Bantu

pasien belajar batuk efektif,

misalnya menahan dada dan batuk

efektif pada saat posisi tegak lurus.

e. Lakukan suction sesuai indikasi.

f. Berikan cairan ± 2500 ml/hari (jika

tidak ada kontra indikasi) dan

brikan air hangat.

Kolaborasi

a.Kaji efek dari pemberian nebulizer

dan fisioterapi pernafasan lainnya.

Missal : Infective, spirometer,

merupakan mekanisme pembersihan diri normal,

dibantu silia untuk memelihara kepatenan saluran

udara. Menahan daad akan membantu mengurangi

ketidaknyamanan dan posisi tegak lurus akan

memberikan tekanan lebih besar untuk batuk.

Menstimulasi batuk atau pembersihan saluran nafas

secara mekanis pada pasien yang tidak

melakukannya dikarenakan ketidakefektifan batuk

atau penurunan kesadaran.

Cairan (terutama cairan hangat) akan membantu

memobilisasi dan mengeluarkan secret.

Memfasilitasi pencairan dan pengeluaran secret.

Postural drinase mungkin tidak efektif pada

pneumonia inetrtisial atau yang disebsbkan oleh

eksudatatau kerusakan dari alveolar. Pengaturan

panatalaksanaan/ jadwal dari intake oral akan

Page 12: Lp Pneumonia 2

IPPB,perkusi dan postural drinase.

Lakukan tidakan selang beberapa

waktu makan dan membatasi cairan

jika cairan sudah mencukupi.

b. Berikan pengobatan sesuai indikasi :

mukolitik, ekspektoran,

bronkodilator dan analgesik

c. Berikan cairan suplemen misalnya

IV, humidifikasi oksigen dan

humidifikasi ruang.

d. Monitor serial chest X-ray, ABGs

dan Pulse Oximetry.

e.Bantu dengan

mengurangi kemungkinan muntah dan batuk.

Membantu mengurangi bronkospasme dengan

mobilisasi dari secret. Analgetik diberikan untuk

meningkatkan usaha batuk dengan mengurangi rasa

tidak nyaman, tetapi harus digunakan sesuai

penyebabnya.

Cairan diberikan untuk menggantikan cairan yang

hilang termaksuk (IWL) dan membantu mobilisasi

secret.

Untuk dapat mengikuti kemajuan dan efek dari

proses penyakir serta memfasilitasi kebutuhan untuk

perubahan terapi.

Page 13: Lp Pneumonia 2

bronchoscopy/thoracentesis jika

diindikasi.

Kadang – kadang diperlukan untuk mengeluarkan

sumbatan mucus, secret yang purulen dan mencegah

atelaktasis

2. Kerusakan Pertukaran

Gas

berhubungan dengan :

o Perubahan

membrane alveolar

kapiler (efek

inflamasi)

o Gangguan kapasitas

pengangkutan

oksigen dalam

darah (demam,

perubahan kurva

ksihemoglobin).

Yang ditandai dengan :

Dispnea

Setelah melakukan

tindakan

keperawatan

dihrapkan masalah

pertukaran gas dapat

teratasi.

Kriteria Hasil

Keluhan dispnea

berkurang

Denyut nadi

dalam rentang

normal dan irama

regular

Kesadaran penuh

Hasil nilai AGD

dalam batas

normal.

a. Observasi warna kulit, membran

mukosa dan kuku serta catat adanya

sianosis perifer (kuku) atau sianosis

pusat (circumoral)

b. Kaji status mental

c. Monitor denyut atau irama jantung

d. Monitor suhu tubuh pasien. Lakukan

tindakan untuk mengurangi demam

dan menggigil, misalnya mengganti

posisi, suhu ruangan yang nyaman

dan kompres (tepid or cool water

Sianosis kuku menggambarkan vasokonstriksi atau

respons tubuh terhadap demam. Sianosis cuping

telinga, dan sekitar milut dapat mengindikasikan

adanya hipoksemia sistemik.

Kelelahan, mudah tersinggung dan samnolen dapat

merefleksikan adanya hipoksemia / penurunan

oksigenisasi serebral.

Takikardi biasanya timbul sebagai respons dari

demam / dehidrasi, tetapi dapat timbul juga sebagai

respon terhadap hipoksemia.

Demam tinggi (biasanya hanya pneumonia bacterial

dan influenza) akan meningkatkan kebutuhan

metabolisme dan konsumsi oksigen serta mengubah

oksigenisasi selular.

Page 14: Lp Pneumonia 2

Takikardi

Retlestness /

Perubahan

Kesadaran

Hipoksia

sponge)

e. Pertahankan bedrest. Anjurkan

untuk penggunaan tekhnik relaksasi

dan melakukan aktivitas hiburan

yang beragam.

f. Tinggikan posisi kepala. Anjurkan

perubahan posisi tubuh, napas

dalam dan batuk efektif.

g. Kaji tingkat kecemasan. Anjurkan

klien untuk menceritakan

masalahnya secara verbal.

Menjawab pertanyaan secara

bijaksana. Mengatur pengunjung

untuk bersama pasien atas indikasi.

h. Observasi kondisi yang memburuk.

Catat adanya hipotensi, sputum

Mencegah kelelahan dan mengurangi konsumsi

oksigen untuk memfasilitasi resolusi infeksi.

Tindakan ini akan meningkatkan inspirasi

maksimal, mempermudah pengeluaran secret untuk

meningkatkan vetilasi.

Kecemasan merupakan manifestasi dari psikologis

sebagai respons fisiologis terhadap hipoksia.

Memberikan ketenteraman dan meningkatkan

perasaan aman akan mengurangi masalah

psikologis, oleh karena itu akan menurunkan

respons psikologis yang merugikan.

Shock dan udema paru – paru merupakan hal yang

Page 15: Lp Pneumonia 2

berdarah, pucat, sianosis, perubahan

dalam tingkat kesadaran, dispnea

berat dan kelemahan.

i. Siapkan untuk dilakukan tindakan

kepaerawatan kritis jika diindikasi

kan.

Kolaborasi

a. Berikan terapi oksigen sesuai

indikasi, misalnya nasal prong dan

masker.

b. Monitir ABGs, pulse oximetry

sering menyebabkan kematian pada pasien dengan

pneumonia dan memerlukan intervensi medis

secepatnya.

Intubasi dan ventilasi mekanis dilakukan pada

kondisiinsufisiensi respirasi berat.

Pemberian terapi oksigen untuk menjaga PaO2 diatas

60 mmHg, oksigen yang diberikan sesuai dengan

toleransi dari pasien.

Untuk memantau perubahan proses penyakit dan

memfasilitasi perubahan dalam terapi oksigen.

3. Nyeri Akut

Berhubungan dengan :

Inflamasi pada

parenkim paru –

paru.

Setelah melakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan masalah

a. Tentukan karakteristik nyeri, lokasi,

intensitas dan durasi nyeri.

Chest pain, biasanya timbul dalam beberapa

tingkatan, dapt juga menunjukan dari timbulnya

komlikasi dari pneumonia seperti pericarditis dan

endocarditis.

Page 16: Lp Pneumonia 2

Reaksi selular

untuk

mengeluarkan

toksin.

Batuk persisten.

Yang ditandai dengan :

Pleuritic chest

pain.

Sakit kepala

serta nyeri otot

dan sendi.

Manahan area

yang nyeri.

Perilaku

distraksi dan

kelelahan.

nyeri dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

Lapoan secara

verbal, nyeri dada

berkurang.

Skala nyeri

menurun.

Wajah tampak

rileks.

Pasien dapat

beristirahat tanpa

terganggu rasa

nyeri.

b. Berikan tindakan untuk

kenyamanan, missal : back rubs,

perubahan posisi, musik lembut dan

latihan relaksasi atau tekhnik nafas

dalam.

c. Tawarkan klien untuk melakukan

oral hygiene.

d. Instruksikan dan Bantu klien untuk

melakukan teknik menahan dada

selama batuk.

Kolaborasi

a. Berikan analgesic dan atitusive

sesuai indikasi

Tindakan nonanalgesik dengan sentuhan akan

meringankan ketidaknyamanan dan memberikan

efek terapi analgesic.

Nafas dengan mulut dan terapi oksigen dapat

mengiritasi dan membuat kering membrane mukosa

yang berpotensial terjadinya ketidaknyamanan.

Membantu mengontrol ketidaknyamanan pada dada

dengan meningkatkan pelaksanaan batuk efektif.

Obat – obat yang digunakan untuk menekan batuk

nonproduktif / paroksimal atau mereduksi mucus

yang berlebihan dan meningkatkan kenyamanan

Page 17: Lp Pneumonia 2

secara umum.

4. Intoleransi aktivitas

Berhubungan dengan :

Tidak

seimbangnya

persediaan dan

kebutuhan

osigen

kelemahan

umum.

Kelelahan

karena

gangguan pola

tidur akibat

ketidaknyamana

n, batik

produktif dan

dispnea.

Setelah melakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan aktivitas

dapat terpeuhi

selama perawatan.

Kriteria Hasil :

Laporan secara

verbal, kekuatan

otot meningkat

dan tidak ada

perasan

kelelahan.

Tidak ada sesak

Denyut nadi

dalam batas

normal

a. Evaluasi respons pasien terhadap

aktivitas. Catat dan laporkan adanya

dispnea, peningkatan kelemahan /

fatigue danperubahan dalam tanda –

tanda vital selama dan setelah

aktivitas.

b. Berikan lingkunganyang nyaman

dan batasi jumlah pengunjung

selama fase akut atas insikasi.

Anjurkan untuk mengguna kan

manajemen stress dan aktivitas yang

beragam.

c. Jelaskan pentingnya istirahat pada

rencana tindakan dan perlunya

keseimbangan antara aktivitas

Memberikan kemampuan / kebutuhan pasien dan

memfasilitasi dalam pemilihan intervensi.

Mengurangi stress dan stimulus yang berlebihan srta

meningkatkan istirahat.

Bedrest akan memelihara tubuh selama fase akut

untuk menurunkan kebutuhan metabolisme dan

Page 18: Lp Pneumonia 2

Ditandai dengan :

o Melaporkan

secara verbal

adanya

kelemahan,

fatigue dan

kelelahan

(exhaustion)

o Dispnea dan

takipnea

o Takikardi sebagai

respon terhadap

aktivitas.

o Perkembangan /

pucat dan

sianosis.

Tidak muncul

sianosis

dengan istirahat.

d. Bantu pasien untuk berada pada

posisi yang nyaman untuk

beristirahat atau tidur.

e. Bantu pasien untuk memenuhi

kebutuhan Self-care. Berikan

aktivitas yang meningkat selama

fase penyembu han.

memelihara energi untuk penyembuhan.

Pasien mungkin merasa nyaman dengan keadaan

kepala elevasi, tidur di kursi atau istirahat dimeja

dengan bantuan bantal.

Meminimalkan kelelahan dan menolong

menyeimbangkan suplai oksigen dan kebutuhan.

5. Resiko Tinggi

Kekurangan Cairan

Berhubungan dengan :

Setelah melakukan

tindakan

keperawatan

a. Kaji perubahan tanda – tanda vital

seperti peningkatan temperature /

demam yang lama, takikardi dan

Peningkatan temperature / demam yang lama,

peningkatan laju metabolisme dan kehilangan cairan

melalui penguapan, tekanan darah ortostatik dan

Page 19: Lp Pneumonia 2

o Kehilangan cairan

yang banyak

(demam,

diaphoresis,

pernafasan mulut /

hiperventilasi dan

vomiting)

o Penurunan intake

oral

diharapkan klien

tidak kekurangan

cairan.

Kriteria

Hasil :

Mendemon

strasikan

keseimbangan cairan

dengan tanda –

tanda normal

membrane mukosa

lembab, turgor kulit

baik, tanda – tanda

vital stabil dan

capillary revil time

cepat / normal

hipotensi ortostatik.

b. Kaji turgor kulit dan kelembaban

dari membrane mukosa

c. Catat dan laporkan adanya nausea /

vomitting

d. Monitor intake dan output, catat

warna dan karakteristik urin.

Menjumlahkan keseimba ngan

cairan. Memperhatikan insensible

losses dan mengukur berat badan

sesuai indikasi.

e. Berikan cairan ± 2500 ml/hari atau

sesuai individu

peningkatan takikardia dapat mengindikasikan

adanya kurang cairan sistemik.

Indikator langsung terhadap keadekuatan volume

cauran, meskipun membrane mukosa mulut kering

karena pernapasan mulut dan oksigen suplemen.

Adanya tanda tersebut dapat menyebabkan

berkurangnya intake oral.

Memberikan informasi tentang keadekuatan volume

cairan dan kebutuhan untuk penggantian

Untuk mengembalikan kondisi pada kebutuhan

cairan tubuh normal dan mengurangi resiko

dehidrasi.

Page 20: Lp Pneumonia 2

Kolaborasi

a. Berikan pengobatan sesuai indikasi,

missal antipiretik dan antimetik.

b. Berikan cairan tambahan melalui IV

sesuai indikasi

Berguna dalam mengurangi kehilangan cairan.

Adanya kehilangan intake yang berlebihan, gunakan

cara parenteral untuk dapat mengoreksi / mencegah

defisiensi.

6. Resiko

Ketidakseimbangan

Nutrisi, Kurang dari

kebutuhan

Berhubungan dengan :

Peningkatan

kebutuhan

metabolisme

sekunder terhadap

demam dan proses

infeksi

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan nutrisi

dapat seimbang.

Kriteria

Hasil :

Pasien menunju

a. Identifikasi factor yang

menyebabkan nausea / vomiting,

misalnya Sputum yang berlebihan ,

treatment aerosol, dispnea berat dan

nyeri.

b. Berikan tempat untuk membuang

sputum. Bantu oral hygiene setelah

emesis, setelah postural drainase

dan sebelum makan.

Untuk dapat memilih intervensi sesuai indikasi.

Mengatasi ketidaknyamanan pandangan, rasa dan

lingkungan pasien serta dapat mengurangi nausea.

Page 21: Lp Pneumonia 2

kan nafsu makan

meningkat

Tidak adnya

anoreksia

Berat badan

dalam keadaan

stabil.

c. Jadwalkan pemberian tindakan

respiratori sekurang – kurangnya

satu jam sebelum makan.

d. Auskultasi bising usus. Observasi /

palpasi adanya distensi abdomen

e. Berikan makan sedikit dan sering,

termaksuk makanan kering (biscuit)

atau makanan menarik bagi pasien.

f. Evaluasi status nutrisi secara umum,

kemudian membanding kan dengan

berat normal

Mengurangi efek nausea yang berhubungan dengan

tindakan tersebut.

Bising usus mungkin berkurang / tidaka ada jika

proses infeksi menjadi berat / lama. Distensi

abdomen dapat timbul sebagai hasil dari tertelannya

udara atau reflek dari toksin bacterial pada saluran

gastrointestinal.

Hal ini dapat meningkatkan intake meskipun nafsu

makan mungkin menurun kembali.

Adanya kondisi kronis (seperti COPD atau

alkoholisme) atau pembatasan dana dapat

megkontribusi terjadinya malnutrisi, menurunkan

resistensi terhadap infeksi atau memperlambat

respons terhadap terapi.

7. Resiko Tinggi Setelah melakukan

tindakan

a. Monitor tanda – tanda vital, Selama periode ini, potensial berkembang menjadi

Page 22: Lp Pneumonia 2

Penyebaran infeksi

Berhubungan dengan :

Tidak

adekuatnya

mekanisme

pertahanan

tubuh primer

(penurunan

aktivitas silia

dan secret statis

disaluran

nafas).

Tidak

adekuatnya

melanisme

pertahanan

tubuh sekunder

(infeksi dan

imunosupresi),

penyakit kronis

dan malnutrisi.

keperawatan

diharapkan infeksi

tidak terjadi selama

perawatan.

Kriteria Hasil :

Tidak munculnya

tanda – tanda

infeksi sekunder.

Pasien dapat

mendemonstrasik

an kegiatan untuk

menghindarkan

infeksi.

terutama selama proses terapi.

b. Ajarkan tekhnik mencuci tangan

yang benar.

c. Atur posisi dan fasilitasi jalan nafas

yang baik.

d. batasi jumlah pengunjung.

e. Lakukan isolasi sesuai kebutuhn

individual

f. Anjurkan klien untuk istirahat secara

adekuat sebanding dengan aktivitas.

Meningkatkan intake nutrisi secara

adekuat.

f. Monitor keefektifan terapi

komplikasi yang lebih fatal (Hipotensi / schok).

Sangat efektif untuk mengurangi penyebaran

infeksi.

Meningkatkan pengeluaran dahak dan

membersihkan dari infeksi.

Mengurangi terpaparnya dengan organisme

pathogen lain.

Isolasi mungkim dapat mencegah penyebaran /

memproteksipasien dari proses lainnya.

Mamfasilitasi proses penyembuhan dan

meningkatkan pertahanan tubuh alami.

Tanda dari perbaikan seharusnyatimbul antara 24 –

Page 23: Lp Pneumonia 2

antimicrobial.

Kolaborasi

Berikan obat antimokrobial sesuai

indikasi sebagai hasil dari pemeriksaan

kultur sputum atau darah. Missal

penicillin, erythromycin, Etracycline,

Amikacine, dan Cephalosporins.

48 jam.

Obat – obat yang digunakan untuk membunuh

mikroba penyebab pneumonia. Kombinasi dari

antiviral dan antifungal mungkin digunakan ketika

pneumonia diakibatkan oleh organisme campuran.

Page 24: Lp Pneumonia 2

4. EVALUASI

Hasil yang diharapkan adalah :

1. Menunjukan perbaikan patensi jalan nafas, seperti yang ditunjukan dengan gas

darah adekuat, suhu tubuh yang normal, bunyi nafas normal dan batuk dengan

efektif.

2. Istirahat dan menghemat energi dengan tetap berada ditempat tidur ketika

menunjukan gejala.

3. Mempertahankan masukan cairan yang adekuat seperti yang dibuktikan dengan

meminum sejumlah cairan yang dianjurkan dan mempunyai turgor kulit yang

baik.

4. Mematuhi peraturan pengobatan dan strategi pencegahan.

5. Bebas dari komplikasi

a. Tanda – tanda vital dan gas darah arteri normal

b. Batuk produktif

c. Menunjukan tidak adanya gejala – gejala syok, gagal pernafasan atau

efusi pleural.

d. Terorientasi dan waspada terhadap lingkungan sekitar.

Page 25: Lp Pneumonia 2

DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marlynn E. et. Al . 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke-3,.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lewis Mantik, et. al. 2000. Medical Surgical Nursing. St Louis, The Mosby

Company.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa:

Waluyo Agung, Yasmin Asih., Juli Kuncara, I.made karyasa. Jakarta:

EGC.