Penyakit hirschprung

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Hisschsprung merupakan penyakit yang terjadi pada colon bagian bawah. Ja dipandang biasa, apalagi bila disertai perut kembung. Waspadai ada kelainan di Bila bayi perutnya kembung dan besar, disertai kesulitan BAB, janganburu-buru menyangka ia kena cacingan, masuk angin atau salah makan. Bisa jadi itu adalah yang dinamakan hirschsprung . Umumnya, kelainan ini di kandungan dan biasanya ketahuan di bawah usia setahun. Menurut data di Amerika, kelainan hirschsprung dialami anak laki-laki dibanding anak perempuan, dengan perbandingan 3,8 : 1. Insidensi penyakit Hirschsprung tidak diketahui secara pasti, tet diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan t kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi deng Hirschsprung. Menurut catatan Swenson, 81,1% dari 880 kasus yang diteliti adal laki. SedangkanRichardson dan Brown menemukan tendensi faktor keturunan pada penyakit ini (ditemukan 57 kasus dalam 24 keluarga). Beberapa kelainan kongen ditemukan bersamaan dengan penyakit Hirschsprung, namun hanya 2 kelainan yang memiliki angka yang cukup signifikan yakni Down Syndrome (5-10%) dan kelainan (3%). Hanya saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi sepert vesikoureter, hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3 kasus) dkk, 1990). Hirschsprung kelainan yang sullit dideteksi karena ada sejak bayi di kan kelainan saraf pada usus besar (hirschsprung disease) umumnya bisa cepat ketahuan. Biasanya, di bawah usia setahun. Namun, hingga kini dokter tak bisa menemukan kelainan pencernaan ini. Yang jelas, kelainan ini bukan karena faktor turunan, kesalahan ibu saat hamil. Oleh karena itu kita harus lebih cepat dapat menduga penyakit hirschprung pada bayi yang tidak dapat BAB agar dapat lebih cepat di

Transcript of Penyakit hirschprung

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang. Hisschsprung merupakan penyakit yang terjadi pada colon bagian bawah. Jangan dipandang biasa, apalagi bila disertai perut kembung. Waspadai ada kelainan di usus besar. Bila bayi perutnya kembung dan besar, disertai kesulitan BAB, jangan buru-buru menyangka ia kena cacingan, masuk angin atau salah makan. Bisa jadi itu adalah kelainan yang dinamakan hirschsprung. Umumnya, kelainan ini di kandungan dan biasanya ketahuan di bawah usia setahun. Menurut data di Amerika, kelainan hirschsprung banyak dialami anak laki-laki dibanding anak perempuan, dengan perbandingan 3,8 : 1. Insidensi penyakit Hirschsprung tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit Hirschsprung. Menurut catatan Swenson, 81,1% dari 880 kasus yang diteliti adalah lakilaki. Sedangkan Richardson dan Brown menemukan tendensi faktor keturunan pada penyakit ini (ditemukan 57 kasus dalam 24 keluarga). Beberapa kelainan kongenital dapat ditemukan bersamaan dengan penyakit Hirschsprung, namun hanya 2 kelainan yang memiliki angka yang cukup signifikan yakni Down Syndrome (5-10%) dan kelainan urologi (3%). Hanya saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi seperti refluks vesikoureter, hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3 kasus) (Swenson dkk, 1990). Hirschsprung kelainan yang sullit dideteksi karena ada sejak bayi di kandungan, kelainan saraf pada usus besar (hirschsprung disease) umumnya bisa cepat ketahuan. Biasanya, di bawah usia setahun. Namun, hingga kini dokter tak bisa menemukan penyebab kelainan pencernaan ini. Yang jelas, kelainan ini bukan karena faktor turunan, juga bukan kesalahan ibu saat hamil. Oleh karena itu kita harus lebih cepat dapat menduga adanya penyakit hirschprung pada bayi yang tidak dapat BAB agar dapat lebih cepat ditanganinya.

1.2. Rumusan Masalah 1.Apa Definisi hirschprung? 2.Bagaimana tanda dan gejala hirschprung? 3.Bagaimana pohon masalah pada hirschprung? 4.Bagaimana pemeriksaan diagnostiknya? 5.Bagaimana penatalaksanaannya ? 6.Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit hirschprung ? 1.3 Tujuan 1.Untuk mengetahui apa definisi hirschprung2. Untuk mengetahui tanda dan gejala hirschprung 3. Untuk mengetahui pohon masalah hirschprung 4. Untuk mengetahui diagnostiknya. 5. Untuk mengetahui penatalaksanaannya 6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit hirschprung.

BAB II PEMBAHASAN2.1.Definisi Penyakit hirschprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang paling sering pada neonates dengan insidens keseluruhan 1:5000 kelahiran hidup. (Nelson,2000). Penyakit Hirschprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus, tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki laki dari pada perempuan (Ariff Mansjoer, dkk. 2000). Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai usus halus ( Ngastiyah,2005:219) Penyakit hirschprung adalah akibat saraf yang tidak terbentuk di bagian paling ujung dari usus besar, sehingga bagian tersebut akan menjadi kaku dan tidak dapat mengeluarkan tinja, sedangkan bagian atasnya akan bekerja lebih keras sehingga timbul pelebaran usus.(http://www.anakku.net/forum/showthread.php?p=21715) Hirschsprung adalah sebuah kelainan bawaan lahir yang cukup jarang terjadi dan mengakibatkan beberapa kerusakan karena tidak sempurnanya sistim kerja usus. Penyakit Ini disebabkan oleh pergerakan usus yang tidak memadai karena tidak terdapatnya syaraf pada bagian usus tertentu hingga mengakibatkan pembesaran usus. Penyakit hirschprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh kelainan inervasi usus mulai pada sfingter ani interna dan meluas ke proksimal, melibatkan panjang usus yang bervariasi. Hirschsprung terjadi pada persarafan usus besar paling bawah, mulai anus hingga ke bagian usus di atasnya, termasuk ganglion parasimpatis, yang mengatur pergerakan usus hingga membuat usus dapat bergerak melebar dan menyempit.

2.2.

Etiologi Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah:1. Aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari sfingter

ani internus ke arah proksimal, 70% terbatas di daerah rektosigmoid, 10% sampai seluruh kolon dan sekitarnya, 5% dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.2. Diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan

Down syndrome.3. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio

kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

2.3.

Menisfestasi klinis Gejala yang ditemukan pada bayi yang baru lahir adalah: Dalam rentang waktu 24-48 jam, bayi tidak mengeluarkan Meconium (kotoran pertama bayi yang berbentuk seperti pasir berwarna hijau kehitaman, pembesaran perut (perut menjadi buncit). Pada masa pertumbuhan (usia 1 -3 tahun): Tidak dapat meningkatkan berat badan Konstipasi (sembelit) Pembesaran perut (perut menjadi buncit) Diare cair yang keluar seperti disemprot Demam dan kelelahan adalah tanda-tanda dari radang usus halus dan dianggap sebagai keadaan yang serius dan dapat mengancam jiwa. Pada anak diatas 3 tahun, gejala bersifat kronis : Konstipasi (sembelit) Kotoran berbentuk pita Berbau busuk Pembesaran perut Pergerakan usus yang dapat terlihat oleh mata (seperti gelombang) Menunjukkan gejala kekurangan gizi dan anemia

Gambaran klinis

1. Obstruksi neonatal. Menetap sampai dilakukan kolostomi. Gambaran utama:a. Muntah : dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah disusui.

b. Konstipasi : keterlambatan pengeluaran mekonium; jumlah tinja sedikit. c. Distensi abdominal : cepat sekali membesar d. Peristaltic tampak dari luar : biasanya tipe usus besar. e. Pemeriksaan rectal : anus teraba rapat; biasanya keluar flatus dan tinja yang menyemprot pada waktu jari ditarik dan setelah itu keadaan membaik untuk sementara waktu. 2. Gejala obstruksi berulang. Terjadi pada masa bayi, sampai dilakukan operasi (kolostomi atau operasi definitive primer).3. sebagai gastroenteritis dan obstruksinya luput dari diagnosis. Sebbnya jarang

diketahui. Pemeriksaan klinis: perut sangat distensi, disertai diare dan muntah. Bila tidak diobati- terjadi kematian karena kehilangan banyak cairan dan elektrolit dalam beberapa jam. Pada otopsi ditemukan nekrosisi mukosa yang menunjukkan adanya lesi vaskuler. 3. Gambaran pada anak-anak. Simptomnya ringan, mulai terjadi sejak masa bayi. Pemeriksaan klinis : a. Obtruksi usus kronis disertai perut yang sangat timpani, peristaltic usus terlihat dan terdengar dari luar; konstipasi berat. Tinja agak keras- butirannya kecil; jika lunak- seperti karet. Inkontenintas tinja jarang, tetapi dapat terjadi. Pemeriksaan rectal: rectum kosong, segmen yang menyempit seringkali dapat teraba, terletak tinggi. b. Dwarfisme, kurus dan anemia c. Enterokolitis berulang disertai distensi, diare dan sering kali muntah. Manifetasi klinis: Gejala-gejala klinis pada penyakit hirschprung biasanya mulai pada saat lahir dengan terlambatnya pengeluaran mekonium. Sembilan puluh Sembilan persen bayi lahir cukup bulan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24 jam setelah lahir. Pada penyakit hirschprung harus dicurigai apabila seorang bayi cukup bulan (penyakit ini tidak bisa terjadi pada bayi yang kurang bulan) yang terlambat mengeluarkan tinja.

Kegagalan mengeluarkan feses menyebabkan diltasi bagian proksimal usus besar dan perut menjadi kembung. Karena usus besar melebar, tekanan dalam lumen meningkat mengakibatkan aliran darah menurun dan perintang mukosa terganggu. Stasis memungkinkan proliferasi bakteri,sehingga dapat menyebabkan enterokolitis (clostridium difficile, stafilococcus, anaerob koliformis) dengan disertai sepsis dan tanda-tanda obstruksi usus besar. Pengenalan dini penyakit hirschprung sebelum serangan enterokolitis sangat penting untuk menurunkan morbidilitas dan mortalitas.

Membedakan tanda-tanda Penyakit Hirsprung dan Konstipasi Fungsional Variabel Fungsional (Didapat) Penyakit Hirschprung

Riwayat Mulai konstipasi Enkopoerisis Gagal tumbuh Enterokolitis Nyeri perut Pemeriksaan Perut kembung Penambahan BB jelek Tonus anus Pemeriksaan rectum Laboratorium Manometri anorektal Biopsy rectum Enem barium Rectum mengembang karena Tdk ada sfingter atau relaksasi paradox atau relaksasi sfingter interna Normal tekanan naikTdk ada sel ganglion Pewarnaan asetilkolinesterase

Setelah umur 2 tahun Lazim Tidak lazim Tidak Lazim Jarang Jarang Normal Tinja diampula

Sejak lahir Sangat jarang Mungkin Mungkin Lazim Lazim Lazim Normal Ampula kosong

Jumlah tinja banyak, tidak meningkat ada daerah peralihanDaerah peralihan, pengeluaran tertunda (lebih dari 24 jam)

2.4.

Patofisiologi Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon (Cecily Betz & Sowden, 2002:196). Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena

terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ). Aganglionic mega colon atau hirschprung dikarenakan karena tidak adanya ganglion parasimpatik disubmukosa (meissher) dan mienterik (aurbach) tidak ditemukan pada satu atau lebih bagian dari kolon menyebabkan peristaltik usus abnormal. Peristaltik usus abnormal menyebabkan konstipasi dan akumulasi sisa pencernaan di kolon yang berakibat timbulnya dilatasi usus sehingga terjadi megakolon dan pasien mengalami distensi abdomen. Aganglionosis mempengaruhi dilatasi sfingter ani interna menjadi tidak berfungsi lagi, mengakibatkan pengeluaran feses, gas dan cairan terhambat. Penumpukan sisa pencernaan yang semakin banyak merupakan media utama berkembangnya bakteri. Iskemia saluran cerna berhubungan dengan peristaltik yang abnormal mempermudah infeksi kuman ke lumen usus dan terjadilah enterocolitis. Apabila tidak segera ditangani anak yang mengalami hal tersebut dapat mengalami kematian (kirscher dikutip oleh Dona L.Wong,1999:2000).

2.5.

Klasifikasi Berdasarkan panjang segmen yang terkena, Hirschprung dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Penyakit hirschprung segmen pendek Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari kasus penyakit hirschsprung dibanding anak perempuan. 2. Penyakit hirschprung segmen panjang Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus. Ditemukan sama banyak baik laki laki maupun perempuan. 2.6. Pemeriksaan Diagnostik Foto abdomen Pada bayi muda yang mengalami obstruksi, radiografi abdomen anteroposterior pada posisi berdiri menunjukkan lengkung usus. Radiografi abdomen lateral pada posisi berdiri tidak memperlihatkan adanya udara rectum, yang secara normal terlihat di daerah presakral. Studi Kontras Barium Pada kasus yang diduga penyakit hirschprung, sebaiknya dilakukan pemeriksaan barium enema tanpa persiapan. Temuan diagnostic yang meliputi adanya perubahan tajam pada ukuran diameter potongan usus ganglionik dan aganglionik, kontraksi gigi gergaji (sawtooth) yang irregular pada segmen aganglionik, lipatan transversa paralel pada kolon proksimal yang mengalami dilatasi, dan kegagalan mengevakuasi barium. Diameter rectum lebih sempit daripada diameter kolon sigmoid. Pemeriksaan dengan barium enema, akan bisa ditemukan : a Daerah transisi b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit c Entrokolitis pada segmen yang melebar d Terdapat retensi barium setelah 24 48 jam (Darmawan K, 2004 : 17) Manometri Anorektal Distensi rectum dengan balon (manometri anorektal) digunakan untuk menentukan kemampuan sfingter internal untuk rileks, karena pada keadaan normal manometri anorektal menyebabkan relaksasi sfingter ani interna, tetapi pada pasien dengan penyakit hirschprung terdapat peningkatan tekanan yang tajam. Biopsi Rektal dan lebih sering ditemukan pada anak laki- laki

Pemeriksaan ini memberikan diagnosa definitif dan digunakan untuk mendeteksi ketiadaan ganglion. Biopsy rektal ini tidak adanya sel ganglion di dalam pleksus submukosa dan pleksus mienterikus serta peningkatan aktivitas asetilkolinesterase pada serabut saraf dinding usus. (Schwartz, 2004) Pemeriksaan colok anus Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahui bau dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan. Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang penting pada hirschprung diases. Pada foto polos abdomen dapat dijumpai gambaran obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi sulit untuk membedakan usus halus dan usus besar. Pemeriksaan yang merupakan standard dalam menegakkan diagnosa Hirschsprung adalah barium enema , dimana akan dijumpai 3 tanda khas : 1.Tampak daerah penyempitan di bagian rektum ke proksimal yang panjangnya bervariasi; 2.Terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal daerah penyempitan ke arah daerah dilatasi; Daerah transisi merupakan regio dimana ditandai dengan terjadinya perubahan kaliber dimana kolon yang berdilatasi normal diatas dan kolon aganglionik yang menyempit dibawah 3.Terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi Apabila dari foto barium enema tidak terlihat tanda-tanda khas HD, maka dapat dilanjutkan dengan foto retensi barium, yakni foto setelah 24-48 jam barium dibiarkan membaur dengan feces. Gambaran khasnya adalah terlihatnya barium yang membaur dengan feces kearah proksimal kolon. Sedangkan pada penderita yang bukan Hischsprung namun disertai dengan obstipasi kronis, maka barium terlihat menggumpal di daerah rektum dan sigmoid a. Pemeriksaan Patologi Anatomi Diagnosa histopatologi penyakit Hirschsprung didasarkan atas absennya sel ganglion pada pleksus mienterik (Auerbach) dan pleksus submukosa (Meissner). Disamping itu akan terlihat dalam jumlah banyak penebalan serabut syaraf (parasimpatis). Akurasi pemeriksaan akan semakin tinggi jika menggunakan pengecatan immunohistokimia asetilkolinesterase, suatu enzim yang banyak

ditemukan pada serabut syaraf parasimpatis, dibandingkan dengan pengecatan konvensional dengan haematoxylin eosin. Disamping memakai asetilkolinesterase, juga digunakan pewarnaan protein S-100, metode peroksidase-antiperoksidase dan pewarnaan enolase. Hanya saja pengecatan immunohistokimia memerlukan ahli patologi anatomi yang berpengalaman, sebab beberapa keadaan dapat memberikan interpretasi yang berbeda seperti dengan adanya perdarahan. Swenson pada tahun 1955 mempelopori pemeriksaan histopatologi dengan eksisi seluruh tebal dinding otot rektum, untuk mendapatkan gambaran pleksus mienterik. Secara tekhnis, metode ini sulit dilakukan sebab memerlukan anastesi umum, dapat menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan ikat yang mempersulit tindakan bedah definitif. Noblett tahun 1969 mempelopori tekhnik biopsi hisap dengan menggunakan alat khusus, untuk mendapatkan jaringan mukosa dan sub-mukosa sehingga dapat melihat keberadaan pleksus Meissner. Metode ini kini telah menggantikan metode biopsi eksisi sebab tidak memerlukan anastesi dan akurasi pemeriksaan mencapai 100%. Biasanya biopsi hisap dilakukan pada 3 tempat : 2,3,dan 5 cm proksimal dari anal verge. Apabila hasil biopsy hisap meragukan, barulah dilakukan biopsi eksisi otot rektum untuk menilai pleksus Auerbach. 2.7. Penatalaksanaan Seperti kelainan kongenital lainnya, HD memerlukan diagnosis klinik secepat dan intervensi terapi secepat mungkin, untuk mendapatkan hasil terapi yang sebaik-baiknya. 1. Preoperatif a. Diet Pada periode preoperatif, neonatus dengan HD terutama menderita gizi buruk disebabkan buruknya pemberian makanan dan keadaan kesehatan yang disebabkan oleh obstuksi gastrointestinal. Sebagian besar memerlukan resulsitasi cairan dan nutrisi parenteral. Meskipun demikian bayi dengan HD yang didiagnosis melalui suction rectal biopsy danpat diberikan larutan rehidrasi oral sebanyak 15 mL/ kg tiap 3 jam selama dilatasi rectal preoperative dan irigasi rectal. b. Terapi farmakologik Terapi farmakologik pada bayi dan anak-anak dengan HD dimaksudkan untuk mempersiapkan usus atau untuk terapi komplikasinya.Untuk mempersiapkan usus adalah dengan dekompresi rectum dan kolon melalui serangkaian pemeriksaan dan

pemasangan irigasi tuba rectal dalam 24-48 jam sebelum pembedahan. Antibiotik oral dan intravena diberikan dalam beberapa jam sebelum pembedahan. 2. Operatif Penatalaksanaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal. Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu : a Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya. b Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg (20 pounds) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama (Betz Cecily & Sowden 2002 : 98) Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah (Darmawan K 2004 : 37). 2.7. Komplikasi Menurut Corwin (2001:534) komplikasi penyakit hirschsprung yaitu gangguan elektrolit dan perforasi usus apabila distensi tidak diatasi. Menurut Mansjoer (2000:381) menyebutkan komplikasi penyakit hirschprung adalah: a. Pneumatosis usus Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik distensi berlebihan dindingnya. b. Enterokolitis nekrotiokans Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik distensi berlebihan dindingnya. c. Abses peri kolon Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik distensi berlebihan dindingnya. d. Perforasi Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama.

e.

Septikemia Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin karena iskemia kolon akibat distensi berlebihan pada dinding usus.

Sedangkan komplikasi yang muncul pasca bedah antara lain: a. Gawat pernafasan (akut) Disebabkan karena distensi abdomen yang menekan paru paru sehingga mengganggu ekspansi paru. b. c. Enterokolitis (akut) Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri dan pengeluaran endotoxin. Stenosis striktura ani Gerakan muskulus sfingter ani tak pernah mengadakan gerakan kontraksi dan relaksasi karena ada colostomy sehingga terjadi kekakuan ataupun penyempitan.

2.8.

Asuhan Keperawatan1. Pengkajian Keperawatan Pada pengkajian anak dengan penyakit hirschprung dapat ditemukan tanda gejala sebagai berikut. Adanya kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-28 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi. Pada pengajian factor penyebab, penyakit hirschprung diduga dapat terjadi Karena factor genetic dan factor lingkungan. Penyakit ini dapat muncul pada semua usia akan teapi paling sering ditemukan pada neontus. Pada perkusi adanya kembung, apabila dilakukan colok usus, feses akan menyemprot. Pada peneriksaan radiologis didapatkan adanya segmen aganglionosis melebihi sigoid sampai seluruh kolon maka termasuk tipe hirschprung segmen pendek dan apabila segmen aganglionosis melebihi sigmoid sampai seluruh kolon maka termasuk tipe hirschprung segmen panjang. Pemeriksaan biopsy rectal digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion. Pemriksaan menometri anorektal digunakan untuk mencatat respon refluks sfingter interna dan eksterna.

2.Diagnosa keperawatan

Diagnose keperawatan pada anak dengan penyakit hirschprung antara lain: Prapembedahan1. Konstipasi b.d penyakit hisprung

2. Ketidakseimbang nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. faktor biologis,

ketidakmampuan mencerna makanan3. Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif

4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan Pasca pembedahan1. Nyeri akut 2. Risiko infeksi

3. Risisko komplikasi pascapembedahan 3. Rencana tindakan Keperawatan Prabembedahan : Konstipasi b.d penyakit hisprung DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN

: Setelah diberikan askep selama 3x24 jam diharapkan anak dapat ,melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi ,eliminasi secara normal dan bisa dilakukan : -an. tidak menangis terus -anak bisa tidur -TTV normal

KRITERIA HASIL

INTERVENSI 1. Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali 2. Observasi pengeluaran feces per rektalbentuk, konsistensi, jumlah 3. Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses 4. Anjurkan untuk menjalankan diet yang

RASIONAL 1. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda syok. 2. Untuk mengetahui pengeluaran feses dari bentuk, konsistensi, dan jumlah 3. Untuk mengetahui intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses 4. Respon pengobatan

telah dianjurkan 5. Berikan bantuan enema dengan cairan 5. Untuk mengosongkan usus Fisiologis NaCl 0,9 % 6. Menghindari makanan yang mengandung 6. Mengurangi distensi lambung dan abdmen

gas 7.Monitor intake dan output 8. Kolaborasi dengan dokter tentang rencana pembedahan

7.Mengidentifikasi dehidrasi 8. Untuk melanjutkan pengobatan selanjutnya

DIAGNOSA KEPERAWATAN : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. faktor biologis, ketidakmampuan mencerna makanan TUJUAN : Setelah diberikan askep selama 3x24 jam diharapkan pasien menerima asupan nutrisi yang cukup : - anak tidak rewel - BB anak bisa meningkat - anak tidak memuntahkan susu dan formula yang diberikan INTERVENSI 1. Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan 2. Ukur berat badan anak tiap hari RASIONAL 1. Untuk meningkatkan asupan makanan 2. Untuk mengetahui peningkatan dan

KRITERIA HASIL

penurunan berat badan anak 3. Gunakan rute alternatif pemberian nutrisi ( 3. Nutrisi parenteral dibutuhkan jika seperti NGT dan parenteral ) kebutuhan per oral yang sangat kurang dan untuk mengantisipasi pasien yang sudah mulai 4. Beri makan sedikit tapi sering. 5. Berikan isirahat yang adekuat 6. Pemberian nutrisi secara parenteral merasa mual dan muntah 4. Mencegah muntah sehingga meningkatkan intake nutrisi. 5. Menurunkan resiko muntah setelah makan, menurunkan kebutuhan energi. 6. Mempertahankan kebutuhan kalori sesuai program diet. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN : : Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif

setelah dilakukan tindakan selama 1X24 jam ibu klien tahu dan mengerti kondisi anaknya

KRITERIA HASIL

: - mengungkapkan kembali apa yang sudah dijelaskan perawat Berpartisipasi dalam merawat anak

-

Mengerti apa yang harus dilakukan untuk anaknya

INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji tingkat pengetahuan dan kesiapan 1. Keinginan belajar tergantung kondisi fisik untuk belajar dari ibu pasien 2. Ajarkan informasi yang diperlukan. a. gunakan kata-kata sesuai pengetahuan klien b. pilih waktu kapan klien nyaman dan berminat c. batasi sesi penyuluhan sampai 30 menit atau kurang. 3. Yakinkan klien bahwa penyakit anaknya 3. Memberi keyakinan dapat memberikan dapat diatasi pengaruh positif pada perubahan perilaku. klien, tingkat ansietas, dan kesiapan mental 2. Individualisasi rencana penyuluhan tingkat meningkatkan pembelajaran

Pascapembedahan : Nyeri akut

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN :

setelah dilakukan tindakan selama 1X24 jam nyeri berkurang : - ekspresi wajah menunjukkan nyeri berkurang Anak tidak menangis RASIONAL 1. Keinginan untuk mengetahui tingkat nyeri

KRITERIA HASIL

INTERVENSI 1. Kaji tingkat nyeri klien

klien 2. Alihkankan perhatian (distraksi relaksasi) 2. mengurangi rasa nyeri 3. Pertahankan posisi yang nyaman bagi 3. mengurangi rasa nyeri yang berlebihan pasien. 4. kolaborasi dalam pemberian analgesic 4. mengurangi rasa nyeri dengan pemberian analgesic DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN : : Resiko infeksi pasca pembedahan

tidak terjadi tanda-tanda infeksi : - tanda infeksi tidak ada Ttv dalam batas normal

KRITERIA HASIL

INTERVENSI 1.Monitor tempat insisi.

Anak tidak rewel RASIONAL 1.mengkaji keadaan insisi apakah terjadi

infeksi atau tidak 2.Ganti popok yang kering untuk menghindari 2. mengurangi resiko terjadi infeksi kontaminasi feces. 3.Lakukan perawtan pada kolostomi atau 3. agar tidak trjadi infeksi perianal. 4.Kolaborasi pemberian antibiotic dalam 4. membunuh kuman penyebab infeksi terhadap

penatalaksanaan mikroorganisme.

pengobatan

BAB III KESIMPULANHirschsprung Disease (HD) adalah kelainan kongenital dimana tidak dijumpai pleksus auerbach dan pleksus meissneri pada kolon. Sembilan puluh persen (90%) terletak pada rektosigmoid, akan tetapi dapat mengenai seluruh kolon bahkan seluruh usus (Total Colonic Aganglionois (TCA) Tanda gejala:

Pada bayi yang baru lahir adalah dalam rentang waktu 24-48 jam, bayi tidak mengeluarkan Meconium Prapembedahan

Konstipasi b.d penyakit hisprung Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. faktor biologis, ketidakmampuan mencerna makanan

Kurang pengetahuan Gangguan pertumbuhan dan perkembangan Pasca pembedahan

Nyeri Akut Risiko infeksia Risiko komplikasi pascapembedahan

Daftar Pustaka

Behrman, Richard E, Kliegman, Robert M, Arvin, Ann M. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Jakarta. EGC Carpenito, Linda Jual. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC Corwin, E. 2008. Buku Saku Patofisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Doengoes, E. Marilyn. Moorhouse, Mary Frances. Alice C. Murr. 2010. Nursing Diagnosis Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009- 2011/ editor, T. Healther Herdman ; alih bahasa, Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar ; editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, - Jakarta : EGC, 2010 Gray, OP, Dodge JA. 1994. Ikhtiar Penyakit Anak Jilid 1. Alih bahasa : dr Eric Gultom. Jakarta : Binarupa Aksara Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. (Ed 11). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Manual Edition 3. Philadelphia : F.A. Davis Company Hidayat, Aziz Alimul A.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri . Jakarta:EGChttp://wrm-indonesia.org/content/view/1080/90/

http://www.indosiar.com/v2/pksh/pk_read.htm?id=17 http://www.anakku.net/forum/showthread.php?p=21715 http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg05817.html

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNYA kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar. Makalah yang kami sajikan berdasarkan tugas kuliah keperawatan anak. Semoga makalah ini dapat brmanfaat bagi semua yang membaca dan dapat di jadikan sebagai tambahan literatur atau wacana guna meningkatkan pengetahuan kita. Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Dengan demikian kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga dapat membuat perubahan lebih baik untuk menuju kesempurnaan.

Malang, April 2012

Penyusun

LAPORAN PENDAHULUAN HISPRUNG Tugas Pediatric Nursing

Disusun Oleh: ANDRIAS WULANSARI NIM : 115070209111024

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012