Pemicu 3 q
-
Upload
nurkamila-sari -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of Pemicu 3 q
8/2/2019 Pemicu 3 q
http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 1/8
1. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari
hari pertama menstruasi terakhir. Usia janin sendiri adalah 38 minggu, karena dihitungmulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur), yang terjadi dua
minggu setelahnya. Dalam dunia kedokteran, proses kehamilan dibagi menjadi tiga fase
sesuai dengan pertumbuhan fisik bayi. Masing-masing fase tersebut disebut trimester.
Berikut adalah perkembangan janin pada tiap-tiap trimester menurut usia janin, yaitusejak konsepsi sampai kelahiran (38 minggu).
Trimester Pertama (Minggu 0 – 12)
Periode Germinal (Minggu 0 – 3)o Pembuahan telur oleh sperma terjadi pada minggu ke-2 dari hari pertama
menstruasi terakhir.
o Telur yang sudah dibuahi sperma bergerak dari tuba fallopi dan menempel ke
dinding uterus (endometrium).
Periode Embrio (Minggu 3 – 8 )
o Sistem syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur anatomi mulai terbentuk.
o Mata, mulut dan lidah terbentuk. Hati mulai memproduksi sel darah.
o Janin berubah dari blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala
yang besar
Periode Fetus (Minggu 9 – 12)
o Semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkait.o Aktivitas otak sangat tinggi.
Trimester kedua (Minggu 12 –
24)
Pada minggu ke-18 ultrasongrafi sudah bisa dilakukan untuk mengecek kesempurnaan
janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi kembar.
Jaringan kuku, kulit dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu ke 20 – 21
Indera penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak mata sudah dapat
membuka dan menutup.
Janin ( fetus) mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm.
8/2/2019 Pemicu 3 q
http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 2/8
Trimester ketiga (24 -40)
Semua organ tumbuh sempurna
Janin menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi (‘nendang’, ‘nonjok’) serta
periode tidur dan bangun. Masa tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa bangun.
Paru-paru berkembang pesat menjadi sempurna.
Pada bulan ke-9, janin mengambil posisi kepala di bawah, siap untuk dilahirkan.
Berat bayi lahir berkisar antara 3 -3,5 kg dengan panjang 50 cm.
2. Dalam kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologis di dalam tubuli, seperti
perubahan sistem kardiovaskular, hematologi, respirasi dan endokrin. Kadang-kadangdisertai dengan perubahan sikap, keadaan jiwa ataupun tingkah laku (Salim, 1980; Scully
dan Cawson, 1993; Sonis dkk, 1995).
Pada trimester pertama, wanita hamil biasanya merasa lesu, mual dan kadang- kadangmengalami muntah-muntah (Burket,1971; Adyatmaka,1992). Selama trimester kedua
pembesaran perut mulai terlihat dari gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu. Rasalesu,mual dan muntah-muntah biasanya menghilang. Akhir trimester ini detak jantung
janin dapat didengar dengan menggunakan stetoskop (Burket, 1971). Selain itu, padatrimester ini merupakan saat terjadinya perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi
rongga mulut (Adyatmaka,1992). Pada trimester ketiga, pembesaran perut, pergerakan
janin dan detak jantung janin menjadi lebih jelas (Burket, 1971).
Perubahan vaskular pada masa kehamilan ditandai dengan meningkatnya volume darahsekitar 30% dan kardiac output sekitar 20 -40%. Terjadi sedikit penurunan tekanan darah
dengan kemungkinan terjadinya kehilangan kesadaran dan postural hipotension pada
trimester pertama (Scully dan Cawson,1993; Sonis dkk,1995). Pada akhir kehamilan1.0% wanita hamil mengalami syndrom supine hypotension yang diakibatkan karena
janin menekan vena cava inferior dan terhalangnya venous return ke jantung pada waktuposisi terlentang. Keadaan ini menyebabkan penurunan tekanan darah dan kehilangan
kesadaran (Scully dan Cawson,1993; Sallis dkk, 1995).
Perkembangan janin selama tiga bulan pertama dari kehamilan merupakan suatu proses
yang kompleks dari organogenesis. Pada masa ini semua sistem utama organ terbentuk
dan janin sangat sensitif terhadap injuri. Pada trimester ini pemberian obat dan ,radiograph harus dipertimbangkan dan sebaiknya konsultasi ke dokter ahli untuk
menghindari terjadinya kecacatan (Scully dan Cawson,1993; Sonis dkk,1995;Salim,
1980). Trimester kedua dan ketiga adalah untuk pertumbuhan selanjutnya dankematangan janin (Scully dan Cawson,1993; Sallis dkk,1995), tetapi masih dapat
dipengaruhi oleh obat-obatan seperti tetrasiklin (Lynch, 1984).
3. Perubahan hormonal dan vaskular pada masa kehamilan dapat memperberat responperadangan terhadap bakteri di rongga mulut, terutama bila sang ibu memiliki kesehatan
dan kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Dimana pada wanita hamil yang tidak
menjaga OH dapat menimbulkan gingivitis, hal ini disebabkan karena:
a. Peningkatan level estradiol dan progesteron menyebabkan peningkatan
bakteri Prevotella intermedia di rongga mulut, hal ini disebabkan hormon
8/2/2019 Pemicu 3 q
http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 3/8
tersebut dapat digunakan oleh bakteri sebagai substitusi menadion yang
dibutuhkan bagi perkembangbiakannya.b. Tertekannya respon limfosit-T maternal selama kehamilan mempengaruhi
respon periodonsium terhadap plak.
c. Peningkatan level estradiol dan progesterone juga menyebabkan dilatasi
dan simpang siurnya mikrovaskulatur gingiva, stasis sirkulasi, dankerentanan terhadap iritasi mekanis. Perubahan tersebut menyebabkan
mudahnya cairan masuk ke perivaskular.
Bahkan menurut sebuah penelitian, 5-10% ibu hamil mengalami pembengkakan gusi, dan 77%
ibu yang melahirkan bayi prematur menderita gingivitis – radang gusi yang menyebabkan gusibengkak dan mudah berdarah, bila mengalami tekanan – dan periodontitis. Hal itu sejalan
dengan Teori Folikel Infeksi yang mengatakan bahwa ibu dengan infeksi periodontal mempunyai
risiko tujuh kali melahirkan bayi prematur dengan berat badan lahir rendah.
Salah satu faktor penyebab gusi bermasalah pada ibu hamil adalah perubahan hormonal dan
terjadinya pelebaran serta perlunakan pembuluh darah gusi pada masa kehamilan. “Danperadangan pada gusi akan lebih buruk lagi, bila sang ibu memiliki kesehatan dan kebersihangigi dan mulut yang buruk
4. Cara pemeriksaan untuk menegakkan Diagnosis pada kasus:
Anamnesis dan pemeriksaan fisik: menanyakan kapan mulainya gusi berdarah.Kita bisa melakukan probing untuk melihat perdarahan atau adanya kehilanganperlekatan
Untuk mendiagnosis radang gusi berdasarkan gejala pada saat pemeriksaan,penumpukan plak dan tartar pada gigi dan gusi akan dilihat. Kemudian diperiksa
juga apakah ada kemerahan, bengkak pada gusi dan mudah terjadi pendarahan.Pemeriksaan jumlah plak dan kalkulus dapat dilakukan melalui berbagai macammetode. Pemeriksaan plak dapat menggunakan plak indeks. Jaringan yang
mengelilingi gigi dibagi menjadi 4 bagian, yaitu papilla distofasial, margin fasial,
papilla mesiofasial, dan bagian lingual. Visualisasi plak dapat dilakukan denganmengeringkan gigi dengan udara. Plak adalah bagian yang tidak memiliki stain
5. Diagnosis kasus tersebut: pada gigi 16 mengalami epulis pregnancy (pregnancy tumor
atau tumor kehamilan, epulis gravidarum ataupun granuloma kehamilan,) yaitu berupa
nodul atau tumor yang sifatnya jinak, hiperplastik, dan hampir menutupi permukaan
oklusal pasien, eritematous (merah tua), licin, bertangkai, dapat berukuran sampai 2 cm,oedematus dan mudah berdara. Tumor kehamilan biasanya berkembang di sekitar daerah
papilla interdental dan pada daerah-daerah yang terdapat iritasi lokal, seperti tepi restorasi
yang tidak baik, tepi dari gigi yang mengalami karies atau pada paket periodontal (Burket,]
971; Barber dan Graber, 1974). Tampilan klinis terlihat warna gingiva merah keunguan sampaimerah kebiruan (Killey dkk,1975; Adyatmaka,1992; Pinborg,1994). Lesi ini lebih sering terjadi pada
rahang atas terutama disisi vestibular pada daerah anterior (Pinborg,1994) dan dapat
membesar sampai menutupi mahkota gigi (Barber dan Graber,1974; Adyatmaka,1992). Tumor
8/2/2019 Pemicu 3 q
http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 4/8
kehamilan mudah berdarah terutama apabila terkena injuri (Barber dan Graber, 1974). Pasien
juga mengalami gingivitis dan periodontitis yang ditandai dengan gusi bengkak,terjadinya perdarahan spontan saat menyikat gigi dan hilangnya perlekatan.
Tumor kehamilan/ epulis pregnancy ini tampak sebagai tonjolan pada gusi dengan warna
yang bervariasi mulai dari merah muda, merah tua hingga papula yang berwarnakeunguan, paling sering dijumpai pada rahang atas. Umumnya pasien tidak mengeluhkan
rasa sakit, namun lesi ini sangat mudah berdarah saat pengunyahan atau penyikatan gigi(karena epitelnya tipis dan banyak mengandung pembuluh darah). Pada umumnya lesi ini
berukuran diameter tidak lebih dari 2 cm, namun pada beberapa kasus dilaporkan ukuran
lesi yang jauh lebih besar sehingga membuat bibir pasien sulit dikatupkan.
6. Perubahan warna pada gingival disebabkan :
Vaskularisasi pada gingival bertambah
Keratinisasi sel epitel berkurang atau hilang akibat tertekannya epitel oleh jaringan yang terinflamasi
7. Gingival pasien mudah berdarah karena :
Kapiler yang membesar, penuh berisi darah, dan rapuh terdesak oleh cairan dansel radang kea rah permukaan
Epitel sulkular yang menipis dan degenerasi atau ulseratif sehingga berkurang
fungsi protektifnya. Sebagai akibatnya, dengan sentuhan ringan kapiler mudah
pecah dan terjadi perdarahan.
8. Saku yang terbentuk pada pasien adalah saku periodontal/ poket periodontal. Bila iritasi
plak dan inflamsi terus berlanjut, integritas dari epithelium jungtion akan semakin rusak.
Sel-sel epithelial akan berdegenarasi dan terpisah, perlekatannya pada permukaan gigiakan terlepas sama sekali. Pada saat bersamaan, epithelium jungtion akan berproliferasi
ke jaringan ikat dan ke bawah pada permukaan akar bila serabut dentogingiva dan serabut
puncak tulang alveolar rusak. Migrasi ke apikal dari epithelium jungtion akan terusberlangsung dan epithelium ini akan terlepas dari permukaan gigi, membentuk poket
periodontal atau poket asli. Keadaan ini tampaknya merupakan perubahan Irreversibel.
Bila poket periodontal sudah terbentuk plak berkontak dengan sementum. Jaringan ikat
akan menjadi oedem; pembuluh darah terdilatasi dan trombosis dinding pembuluh pecah
disertai dengan timbulnya perdarahan ke jaringan sekitarnya. Disini terlihat infiltratinflamasi yang besar dari sel-sel plasam, limfosit dan magrofag. IgG merupakan
imunoglobulin yang dominan tetapi beberapa IgM dan IgA juga dapat di temukan disini.Epitelium dinding poket mungkin tetap utuh atau terulserasi. Disini tidak terlihat adanya
perbedaan karena produk-produk plak berdifusi melalui epitelium. Aliran cairan jaringan
dan imigrasi dari PMN akan berlanjut dan agaknya aliran cairan jaringan ini ikut
membantu meningkatkan deposisi kalkulus subgingiva. Penyebaran inflamasi ke puncak tulang alveolar. Ditandai dengan adanya infiltrasi sel-sel ke ruang-ruang trabekula,
8/2/2019 Pemicu 3 q
http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 5/8
daerah-daerah resorbsi tulang dan bertambah besarnya ruang trabekula. Ada
kecenderungan resorbsi tulang di imbangi oleh deposisi yang semakin menjauhi daerahinflamasi. Sehingga tulang akan diremodelling, namun tetap mengalami kerusakan.
Resorbsi tulang dimulai dari daerah interproksimal menjadi lebar misalnya atara gigi-gigi
molar, suatu krater interdental akan terbentuk dan kemudian bila proses resorbsi makin
berlanjut, resorbsi akan meluas ke lateral, sehingga semua daerah puncak tulang alveolarakan teresorbsi.
9. OHIS pada pasien. Indeks debris: 1,3; indeks kalkulus: 2,8. Maka OHIS= ID+IK=1,3+2,8= 4,1. Berarti OHIS pasien adalah jelek (3,1 – 6,0)
OHIS adalah angka yang menyatakan keadaan klinis/kebersihan mulut seseorang yang didapatpada waktu dilakukan pemeriksaan. Debris adalah endapan berwarna putih di sekitar gigi, terdiri
dari sisa-sisa makanan dan jaringan mati akibat peradangan sedangkan kalkulus merupakan suatu
endapan keras yang menempel di permukaan gigi berwarna mulai dari kuning sampai cokelatkehitam-hitaman, permukaan kasar, plak yang tidak dibersihkan dan dari endapan bahan-bahan
kasar, air ludah, dan serum darah serta sisa makanan.
10. Rencana perawatan yang akan dilakukan:
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya resiko fatal pada perawatan gigi dan mulut pada
masa kehamilan, dalam melaksanakan pengelolaan dokter gigi harus berpegang teguh pada
prinsip kerja rutin dengan melaksanakan prosedur diagnosa yang sistematis melalui
pemeriksaan yang lengkap. Dokter gigi harus menyadari bahwa pasien yang dihadapi
bukanlah pasien yang selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal. Untuk itu ada
kalanya dokter gigi harus menunda perawatan gigi dari mulut terutama pada trimester
pertama dan di akhir trimester ketiga. Hal ini berhubungan dengan keadaan medis dari ibu
hamil. Perawatan yang paling baik dilakukan yaitu pada trimester kedua, karena pada masa
ini proses organes. Perawatan yang dapat kita lakukan pada pasien (perawatan pada trimester
kedua) :
waktu aman
control plak instruksi OH
skeling, kuret,
prosedur perawatan dental rutinUntuk menciptakan kebersihan RM yang optimal bagi pasien,kita menyuruh pasienmelakukan control plak dengan baik di rumah
Perawatan
Umumnya lesi ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya segera setelah ibu
melahirkan bayinya, sehingga perawatan yang berkaitan dengan lesi ini sebaiknya ditunda
8/2/2019 Pemicu 3 q
http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 6/8
hingga setelah kelahiran kecuali bila ada rasa sakit dan perdarahan terus terjadi sehingga
mengganggu penyikatan gigi yang optimal dan rutinitas sehari-hari. Namun pada kasus-kasusdimana epulis tetap bertahan setelah bayi lahir, diperlukan biopsi untuk pemeriksaan lesi secara
histologis. Rekurensi yang terjadi secara spontan dilaporkan pada 75 % kasus, setelah 1 hingga 4
bulan setelah melahirkan. Bila massa tonjolan berukuran besar dan mengganggu pengunyahan
dan bicara, tonjolan tersebut dapat diangkat dengan bedah eksisi yang konservatif. Namunterkadang tumor kehamilan ini dapat diangkat dengan Nd:YAG laser karena memberi
keuntungan yaitu sedikit perdarahan.
11. Penelitian epidemiologi dan mikrobiologi-imunologi akhir-akhir ini telah mengatakan
bahwa penyakit periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayiprematur BBLR. Mekanismenya mencakup perpindahan patogen periodontal ke jaringan
plasenta serta aksi dari lipopolisakarida dan mediator inflamasi. Kelahiran prematur
terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan.
Mekanisme Periodontitis sebagai Faktor yang Mempengaruhi Kelahiran Bayi
Prematur Berberat Badan Lahir Rendah Penyakit periodontal adalah kelompok
penyakit infeksi yang disebabkan oleh beberapa bakteri terutama oleh bakteri gram-negatif, anaerobik, dan mikrofilik yang berkolonisasi pada daerah subgingiva.8 Dariberbagai hasil penelitian ditemukan empat bakteri yang berhubungan dengan pematanganplak dan periodontitis progresif, yaitu Bacterioides forsythus, Porphyromonas gingivalis,
Actinobacillus actinomycetemcomitans,dan Treponema denticola. Bakteri-bakteri
tersebut ditemukan lebih banyak jumlahnya pada perempuan yang melahirkan bayiprematur BBLR dibandingkan dengan perempuan yang melahirkan bayi normal. Bakteri
tersebut mampu menghasilkan lipopolisakarida, protein, dan sitokin pemicu peradangan
dalam aliran darah. Menurut Hill, bakteri tersebut merupakan bakteri genital yang
terdapat pada kasus kelahiran prematur yang sama dengan bakteri pada penyakitperiodontal
Kelahiran bayi prematur BBLR terjadi sebagai akibat dari infeksi dan dimediasi secara
tidak langsung, terutama oleh perpindahan produk bakteri seperti endotoksin(lipopolisakarida atau LPS) dan aktivasi dari mediator inflamasi pada kehamilan.
Molekul aktif biologis seperti prostaglandin E2 (PGE2) dan tumor necrosis factor (TNF)
terlibat dalam proses kelahiran normal. Dengan adanya proses infeksi, level sitokin danPGE2 menjadi meningkat yang dapat menstimulasi terjadinya kelahiran prematur.16
Produk bakteri seperti endotoksin yang dihasilkan bakteri gram negatif, menstimulasi
produksi sitokin dan prostaglandin.14 Sitokin tertentu seperti interleukin-1 (IL-1),
interleukin-6 (IL-6), tumor necrosis factor alpha (TNF-α) menstimulasi sintesa PGE2dari plasenta dan chorioamnion.15 Sitokin ini dapat mencapai peredaran darah, melewati
membran plasenta, masuk ke cairan amnion. Pada kehamilan normal, mediator pada intra
amnion meningkat secara fisiologis sampai batas ambang tercapai pada titik kelahiran,
menyebabkan dilatasi servikal dan kelahiran. Produksi abnormal dari mediator padainfeksi meningkat pada saat yang tidak tepat sewaktu kehamilan menyebabkan kontraksi
uterin dan ruptur prematur dari membran memicu terjadinya kelahiran bayi prematur
BBLR.
Kerangka Teori
8/2/2019 Pemicu 3 q
http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 7/8
Level PGE2 dan TNFα secara fisiologis meningkat sesuai usia terjadinya kontraksi otot rahim
dan dilatasi leher rahim bayi normal.
Bakteri endotoksin Aktivasi mediator inflamatori (IL-6 PGE2, TNF-α, IL-1) Translokasi
endotoksin dan mediator inflamatori ke membran plasenta Level PGE2 dan TNFα meningkat
(PGE2 dan TNFα secara fisiologis + PGE2 dan TNFα karena infeksi)
Kontraksi otot rahimdan dilatasi leher rahim meningkat Bayi prematur berberat badan lahir rendah.
Infeksi pada ibu hamil merupakan keadaan patologis yang mendapat perhatian lebih serius
(Suwiyoga, 2004). Infeksi oleh berbagai mikroorganisme merupakan penyebab utama terjadinya
kelahiran prematur selain faktor-faktor yang lain. Hal ini disebabkan karena infeksi merupakankeadaan yang sering terjadi pada ibu hamil (Nuada et al., 2004; Fitria, 2006). Infeksi bakteri di
dalam uterus (infeksi intrauterin) dapat terjadi antara jaringan ibu dan membran janin yaitu pada
membran janin, plasenta, cairan amnion, atau di dalam tali pusar janin (Goldenberg et al., 2000).
Infeksi intrauterin dapat terjadi akibat perpindahan organisme patogen secara hematogen maupunberasal dari saluran genitourin (Cunningham et al., 1997). Jalur infeksi naik (ascending
infection) dan infeksi melalui jalur hematogen (transplacental infection) merupakan jalur primerterjadinya infeksi intrauterin (Romero et al., 2003).
Di bidang kedokteran gigi, adanya infeksi bakteri pada jaringan periodontal dengan kondisi
rongga mulut yang buruk pada ibu hamil dapat mempermudah proses patogenik dari bakteri danproduknya. Proses ini terjadi melalui jalur hematogen yang selanjutnya akan mempengaruhi
janin. Pada masa kehamilan akan terjadi perubahan keseimbangan flora normal rongga mulut
dan perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi kondisi rongga mulut (Herawati dan
Hendrawati, 2001). Selama kehamilan, terjadi perubahan pH saliva, pH cairan gingival danaktivitas hormon perempuan hamil dalam cairan gingiva yang akan mempengaruhi
perkembangan plak dengan dominasi bakteri anaerob ( Carranza, 1996).
Menurut Davenport et al. (1998), pada beberapa penelitian ditemukan bahwa 50% perempuan
hamil mengalami peradangan gingiva serta pembesaran gingiva. Bertambahnya kerentanan
terhadap gingivitis selama kehamilan dimulai pada bulan kedua kehamilan, memuncak padabulan kedelapan dan secara bertahap berkurang pada bulan kesembilan hingga setelah persalinan.
Penyakit gingivitis lanjut dapat berkembang menjadi periodontitis yang akan mengakibatkan gigi
goyang dan kemudian lepas dari soketnya (Fedi, 2004).
Penyakit periodontal berpotensi menyebabkan bakterimia terutama pada ibu hamil yang
mempunyai banyak plak dan peradangan pada jaringan periodontalnya. Penyakit periodontal
memudahkan proses patogenitas bakteri dan produknya dalam mengganggu pertumbuhan danperkembangan janin melalui peredaran darah (hematogen) (Zubardiah dan Dewi, 2003). Pada
beberapa kasus persalinan prematur berkaitan dengan infeksi membran korioamnion yang dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri anaerob patogen dan produk inflamasinya (Cunningham et
al.,1997). Bakteri atau mikroba yang paling sering diisolasi dari cairan amnion pada wanita yang
mengalami persalinan prematur adalah Ureaplasma urealiticum, Fusobacterium spp. dan
Micoplasma hominis (Romero et al., 2003).
8/2/2019 Pemicu 3 q
http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 8/8
Mekanisme patogenik sebagai respon terhadap penjalaran infeksi bakteri dan produknya adalah
berupa produk prostaglandin dan sitokin (Hill, 1998). Menurut Fard (1998) dalam Nuada et al. (2004), kelahiran prematur akibat infeksi terjadi karena adanya endotoksin yang merangsang
produksi prostaglandin sehingga menyebabkan terjadinya kontraksi miometrium dan juga adanya
respon infeksi yang mengakibatkan kerusakan struktur uterus dan pembuluh darah
plasenta. Prostaglandin yang diproduksi pada stadium kehamilan akan menimbulkan kontraksi-kontraksi otot uterus dan aborsi atau kelahiran janin (Cunningham et al.,1997). Produksi
prostaglandin yang berlebih sebelum puncak kehamilan akan menyebabkan kelahiran prematur