Pemicu 3 q

8
1. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia janin sendiri adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur), yang terjadi dua minggu setelahnya. Dalam dunia kedokteran, proses kehamilan dibagi menjadi tiga fase sesuai dengan pertumbuhan fisik bayi. Masing-masing fase tersebut disebut trimester. Berikut adalah perkembangan janin pada tiap-tiap trimester menurut usia janin, yaitu sejak konsepsi sampai kelahiran (38 minggu). Trimester Pertama (Minggu 0  12)  Periode Germinal (Minggu 0  3) o Pembuahan telur oleh sperma terjadi pada minggu ke-2 dari hari pertama menstruasi terakhir. o Telur yang sudah dibuahi sperma bergerak dari tuba fallopi dan menempel ke dinding uterus ( endometrium).  Periode Embrio (Minggu 3  8 ) o Sistem syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur anatomi mulai terbentuk. o Mata, mulut dan lidah terbentuk. Hati mulai memproduksi sel darah. o Janin berubah dari blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar  Periode Fetus (Minggu 9  12) o Semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkait. o Aktivitas otak sangat tinggi. Trimester kedua (Minggu 12  24)  Pada minggu ke-18 ultrasongrafi sudah bisa dilakukan untuk mengecek kesempurnaan  janin, pos isi plasenta dan kemungkina n bayi kemba r.  Jaringan kuku, kulit dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu ke 20   21  Indera penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak mata sudah dapat membuka dan menutup.  Janin (  fetus) mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm.

Transcript of Pemicu 3 q

Page 1: Pemicu 3 q

8/2/2019 Pemicu 3 q

http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 1/8

1.  Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari

hari pertama menstruasi terakhir. Usia janin sendiri adalah 38 minggu, karena dihitungmulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur), yang terjadi dua

minggu setelahnya. Dalam dunia kedokteran, proses kehamilan dibagi menjadi tiga fase

sesuai dengan pertumbuhan fisik bayi. Masing-masing fase tersebut disebut trimester.

Berikut adalah perkembangan janin pada tiap-tiap trimester menurut usia janin, yaitusejak konsepsi sampai kelahiran (38 minggu).

Trimester Pertama (Minggu 0  – 12)

  Periode Germinal (Minggu 0 – 3)o  Pembuahan telur oleh sperma terjadi pada minggu ke-2 dari hari pertama

menstruasi terakhir.

o  Telur yang sudah dibuahi sperma bergerak dari tuba fallopi dan menempel ke

dinding uterus (endometrium).

  Periode Embrio (Minggu 3 – 8 )

o  Sistem syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur anatomi mulai terbentuk.

o  Mata, mulut dan lidah terbentuk. Hati mulai memproduksi sel darah.

o  Janin berubah dari blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala

yang besar

  Periode Fetus (Minggu 9 – 12)

o  Semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkait.o  Aktivitas otak sangat tinggi.

Trimester kedua (Minggu 12 – 

24)

  Pada minggu ke-18 ultrasongrafi sudah bisa dilakukan untuk mengecek kesempurnaan

 janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi kembar.

  Jaringan kuku, kulit dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu ke 20  – 21

  Indera penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak mata sudah dapat

membuka dan menutup.

  Janin ( fetus) mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm.

Page 2: Pemicu 3 q

8/2/2019 Pemicu 3 q

http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 2/8

Trimester ketiga (24 -40)

  Semua organ tumbuh sempurna

  Janin menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi (‘nendang’, ‘nonjok’) serta

periode tidur dan bangun. Masa tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa bangun.

 Paru-paru berkembang pesat menjadi sempurna.

  Pada bulan ke-9, janin mengambil posisi kepala di bawah, siap untuk dilahirkan.

  Berat bayi lahir berkisar antara 3 -3,5 kg dengan panjang 50 cm.

2.  Dalam kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologis di dalam tubuli, seperti

perubahan sistem kardiovaskular, hematologi, respirasi dan endokrin. Kadang-kadangdisertai dengan perubahan sikap, keadaan jiwa ataupun tingkah laku (Salim, 1980; Scully

dan Cawson, 1993; Sonis dkk, 1995).

  Pada trimester pertama, wanita hamil biasanya merasa lesu, mual dan kadang- kadangmengalami muntah-muntah (Burket,1971; Adyatmaka,1992). Selama trimester kedua

pembesaran perut mulai terlihat dari gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu. Rasalesu,mual dan muntah-muntah biasanya menghilang. Akhir trimester ini detak jantung

 janin dapat didengar dengan menggunakan stetoskop (Burket, 1971). Selain itu, padatrimester ini merupakan saat terjadinya perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi

rongga mulut (Adyatmaka,1992). Pada trimester ketiga, pembesaran perut, pergerakan

 janin dan detak jantung janin menjadi lebih jelas (Burket, 1971).

  Perubahan vaskular pada masa kehamilan ditandai dengan meningkatnya volume darahsekitar 30% dan kardiac output sekitar 20 -40%. Terjadi sedikit penurunan tekanan darah

dengan kemungkinan terjadinya kehilangan kesadaran dan postural hipotension pada

trimester pertama (Scully dan Cawson,1993; Sonis dkk,1995). Pada akhir kehamilan1.0% wanita hamil mengalami syndrom supine hypotension yang diakibatkan karena

 janin menekan vena cava inferior dan terhalangnya venous return ke jantung pada waktuposisi terlentang. Keadaan ini menyebabkan penurunan tekanan darah dan kehilangan

kesadaran (Scully dan Cawson,1993; Sallis dkk, 1995).

  Perkembangan janin selama tiga bulan pertama dari kehamilan merupakan suatu proses

yang kompleks dari organogenesis. Pada masa ini semua sistem utama organ terbentuk 

dan janin sangat sensitif terhadap injuri. Pada trimester ini pemberian obat dan ,radiograph harus dipertimbangkan dan sebaiknya konsultasi ke dokter ahli untuk 

menghindari terjadinya kecacatan (Scully dan Cawson,1993; Sonis dkk,1995;Salim,

1980). Trimester kedua dan ketiga adalah untuk pertumbuhan selanjutnya dankematangan janin (Scully dan Cawson,1993; Sallis dkk,1995), tetapi masih dapat

dipengaruhi oleh obat-obatan seperti tetrasiklin (Lynch, 1984).

3.  Perubahan hormonal dan vaskular pada masa kehamilan dapat memperberat responperadangan terhadap bakteri di rongga mulut, terutama bila sang ibu memiliki kesehatan

dan kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Dimana pada wanita hamil yang tidak 

menjaga OH dapat menimbulkan gingivitis, hal ini disebabkan karena:

a.  Peningkatan level estradiol dan progesteron menyebabkan peningkatan

bakteri Prevotella intermedia di rongga mulut, hal ini disebabkan hormon

Page 3: Pemicu 3 q

8/2/2019 Pemicu 3 q

http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 3/8

tersebut dapat digunakan oleh bakteri sebagai substitusi menadion yang

dibutuhkan bagi perkembangbiakannya.b.  Tertekannya respon limfosit-T maternal selama kehamilan mempengaruhi

respon periodonsium terhadap plak.

c.  Peningkatan level estradiol dan progesterone juga menyebabkan dilatasi

dan simpang siurnya mikrovaskulatur gingiva, stasis sirkulasi, dankerentanan terhadap iritasi mekanis. Perubahan tersebut menyebabkan

mudahnya cairan masuk ke perivaskular.

Bahkan menurut sebuah penelitian, 5-10% ibu hamil mengalami pembengkakan gusi, dan 77%

ibu yang melahirkan bayi prematur menderita gingivitis  – radang gusi yang menyebabkan gusibengkak dan mudah berdarah, bila mengalami tekanan  –  dan periodontitis. Hal itu sejalan

dengan Teori Folikel Infeksi yang mengatakan bahwa ibu dengan infeksi periodontal mempunyai

risiko tujuh kali melahirkan bayi prematur dengan berat badan lahir rendah.

Salah satu faktor penyebab gusi bermasalah pada ibu hamil adalah perubahan hormonal dan

terjadinya pelebaran serta perlunakan pembuluh darah gusi pada masa kehamilan. “Danperadangan pada gusi akan lebih buruk lagi, bila sang ibu memiliki kesehatan dan kebersihangigi dan mulut yang buruk 

4.  Cara pemeriksaan untuk menegakkan Diagnosis pada kasus:

  Anamnesis dan pemeriksaan fisik: menanyakan kapan mulainya gusi berdarah.Kita bisa melakukan probing untuk melihat perdarahan atau adanya kehilanganperlekatan

  Untuk mendiagnosis radang gusi berdasarkan gejala pada saat pemeriksaan,penumpukan plak dan tartar pada gigi dan gusi akan dilihat. Kemudian diperiksa

 juga apakah ada kemerahan, bengkak pada gusi dan mudah terjadi pendarahan.Pemeriksaan jumlah plak dan kalkulus dapat dilakukan melalui berbagai macammetode. Pemeriksaan plak dapat menggunakan plak indeks. Jaringan yang

mengelilingi gigi dibagi menjadi 4 bagian, yaitu papilla distofasial, margin fasial,

papilla mesiofasial, dan bagian lingual. Visualisasi plak dapat dilakukan denganmengeringkan gigi dengan udara. Plak adalah bagian yang tidak memiliki stain

 5.  Diagnosis kasus tersebut: pada gigi 16 mengalami epulis pregnancy (pregnancy tumor

atau tumor kehamilan, epulis gravidarum ataupun granuloma kehamilan,) yaitu berupa

nodul atau tumor yang sifatnya jinak, hiperplastik, dan hampir menutupi permukaan

oklusal pasien, eritematous (merah tua), licin, bertangkai, dapat berukuran sampai 2 cm,oedematus dan mudah berdara. Tumor kehamilan biasanya berkembang di sekitar daerah

papilla interdental dan pada daerah-daerah yang terdapat iritasi lokal, seperti tepi restorasi

yang tidak baik, tepi dari gigi yang mengalami karies atau pada paket periodontal (Burket,]

971; Barber dan Graber, 1974). Tampilan klinis terlihat warna gingiva merah keunguan sampaimerah kebiruan (Killey dkk,1975; Adyatmaka,1992; Pinborg,1994). Lesi ini lebih sering terjadi pada

rahang atas terutama disisi vestibular pada daerah anterior (Pinborg,1994) dan dapat

membesar sampai menutupi mahkota gigi (Barber dan Graber,1974; Adyatmaka,1992). Tumor

Page 4: Pemicu 3 q

8/2/2019 Pemicu 3 q

http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 4/8

kehamilan mudah berdarah terutama apabila terkena injuri (Barber dan Graber, 1974). Pasien

 juga mengalami gingivitis dan periodontitis yang ditandai dengan gusi bengkak,terjadinya perdarahan spontan saat menyikat gigi dan hilangnya perlekatan.

Tumor kehamilan/ epulis pregnancy ini tampak sebagai tonjolan pada gusi dengan warna

yang bervariasi mulai dari merah muda, merah tua hingga papula yang berwarnakeunguan, paling sering dijumpai pada rahang atas. Umumnya pasien tidak mengeluhkan

rasa sakit, namun lesi ini sangat mudah berdarah saat pengunyahan atau penyikatan gigi(karena epitelnya tipis dan banyak mengandung pembuluh darah). Pada umumnya lesi ini

berukuran diameter tidak lebih dari 2 cm, namun pada beberapa kasus dilaporkan ukuran

lesi yang jauh lebih besar sehingga membuat bibir pasien sulit dikatupkan.

6.  Perubahan warna pada gingival disebabkan :

 Vaskularisasi pada gingival bertambah

  Keratinisasi sel epitel berkurang atau hilang akibat tertekannya epitel oleh jaringan yang terinflamasi

7.  Gingival pasien mudah berdarah karena :

  Kapiler yang membesar, penuh berisi darah, dan rapuh terdesak oleh cairan dansel radang kea rah permukaan

  Epitel sulkular yang menipis dan degenerasi atau ulseratif sehingga berkurang

fungsi protektifnya. Sebagai akibatnya, dengan sentuhan ringan kapiler mudah

pecah dan terjadi perdarahan.

8.  Saku yang terbentuk pada pasien adalah saku periodontal/ poket periodontal. Bila iritasi

plak dan inflamsi terus berlanjut, integritas dari epithelium jungtion akan semakin rusak.

Sel-sel epithelial akan berdegenarasi dan terpisah, perlekatannya pada permukaan gigiakan terlepas sama sekali. Pada saat bersamaan, epithelium jungtion akan berproliferasi

ke jaringan ikat dan ke bawah pada permukaan akar bila serabut dentogingiva dan serabut

puncak tulang alveolar rusak. Migrasi ke apikal dari epithelium jungtion akan terusberlangsung dan epithelium ini akan terlepas dari permukaan gigi, membentuk poket

periodontal atau poket asli. Keadaan ini tampaknya merupakan perubahan Irreversibel.

Bila poket periodontal sudah terbentuk plak berkontak dengan sementum. Jaringan ikat

akan menjadi oedem; pembuluh darah terdilatasi dan trombosis dinding pembuluh pecah

disertai dengan timbulnya perdarahan ke jaringan sekitarnya. Disini terlihat infiltratinflamasi yang besar dari sel-sel plasam, limfosit dan magrofag. IgG merupakan

imunoglobulin yang dominan tetapi beberapa IgM dan IgA juga dapat di temukan disini.Epitelium dinding poket mungkin tetap utuh atau terulserasi. Disini tidak terlihat adanya

perbedaan karena produk-produk plak berdifusi melalui epitelium. Aliran cairan jaringan

dan imigrasi dari PMN akan berlanjut dan agaknya aliran cairan jaringan ini ikut

membantu meningkatkan deposisi kalkulus subgingiva. Penyebaran inflamasi ke puncak tulang alveolar. Ditandai dengan adanya infiltrasi sel-sel ke ruang-ruang trabekula,

Page 5: Pemicu 3 q

8/2/2019 Pemicu 3 q

http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 5/8

daerah-daerah resorbsi tulang dan bertambah besarnya ruang trabekula. Ada

kecenderungan resorbsi tulang di imbangi oleh deposisi yang semakin menjauhi daerahinflamasi. Sehingga tulang akan diremodelling, namun tetap mengalami kerusakan.

Resorbsi tulang dimulai dari daerah interproksimal menjadi lebar misalnya atara gigi-gigi

molar, suatu krater interdental akan terbentuk dan kemudian bila proses resorbsi makin

berlanjut, resorbsi akan meluas ke lateral, sehingga semua daerah puncak tulang alveolarakan teresorbsi.

9.  OHIS pada pasien. Indeks debris: 1,3; indeks kalkulus: 2,8. Maka OHIS= ID+IK=1,3+2,8= 4,1. Berarti OHIS pasien adalah jelek (3,1 – 6,0)

OHIS adalah angka yang menyatakan keadaan klinis/kebersihan mulut seseorang yang didapatpada waktu dilakukan pemeriksaan. Debris adalah endapan berwarna putih di sekitar gigi, terdiri

dari sisa-sisa makanan dan jaringan mati akibat peradangan sedangkan kalkulus merupakan suatu

endapan keras yang menempel di permukaan gigi berwarna mulai dari kuning sampai cokelatkehitam-hitaman, permukaan kasar, plak yang tidak dibersihkan dan dari endapan bahan-bahan

kasar, air ludah, dan serum darah serta sisa makanan.

10. Rencana perawatan yang akan dilakukan:

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya resiko fatal pada perawatan gigi dan mulut pada

masa kehamilan, dalam melaksanakan pengelolaan dokter gigi harus berpegang teguh pada

prinsip kerja rutin dengan melaksanakan prosedur diagnosa yang sistematis melalui

pemeriksaan yang lengkap. Dokter gigi harus menyadari bahwa pasien yang dihadapi

bukanlah pasien yang selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal. Untuk itu ada

kalanya dokter gigi harus menunda perawatan gigi dari mulut terutama pada trimester

pertama dan di akhir trimester ketiga. Hal ini berhubungan dengan keadaan medis dari ibu

hamil. Perawatan yang paling baik dilakukan yaitu pada trimester kedua, karena pada masa

ini proses organes. Perawatan yang dapat kita lakukan pada pasien (perawatan pada trimester

kedua) :

waktu aman

control plak  instruksi OH

skeling, kuret,

prosedur perawatan dental rutinUntuk menciptakan kebersihan RM yang optimal bagi pasien,kita menyuruh pasienmelakukan control plak dengan baik di rumah

Perawatan 

Umumnya lesi ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya segera setelah ibu

melahirkan bayinya, sehingga perawatan yang berkaitan dengan lesi ini sebaiknya ditunda

Page 6: Pemicu 3 q

8/2/2019 Pemicu 3 q

http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 6/8

hingga setelah kelahiran kecuali bila ada rasa sakit dan perdarahan terus terjadi sehingga

mengganggu penyikatan gigi yang optimal dan rutinitas sehari-hari. Namun pada kasus-kasusdimana epulis tetap bertahan setelah bayi lahir, diperlukan biopsi untuk pemeriksaan lesi secara

histologis. Rekurensi yang terjadi secara spontan dilaporkan pada 75 % kasus, setelah 1 hingga 4

bulan setelah melahirkan. Bila massa tonjolan berukuran besar dan mengganggu pengunyahan

dan bicara, tonjolan tersebut dapat diangkat dengan bedah eksisi yang konservatif. Namunterkadang tumor kehamilan ini dapat diangkat dengan Nd:YAG laser karena memberi

keuntungan yaitu sedikit perdarahan.

11. Penelitian epidemiologi dan mikrobiologi-imunologi akhir-akhir ini telah mengatakan

bahwa penyakit periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayiprematur BBLR. Mekanismenya mencakup perpindahan patogen periodontal ke jaringan

plasenta serta aksi dari lipopolisakarida dan mediator inflamasi. Kelahiran prematur

terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan.

Mekanisme Periodontitis sebagai Faktor yang Mempengaruhi Kelahiran Bayi

Prematur Berberat Badan Lahir Rendah Penyakit periodontal adalah kelompok 

penyakit infeksi yang disebabkan oleh beberapa bakteri terutama oleh bakteri gram-negatif, anaerobik, dan mikrofilik yang berkolonisasi pada daerah subgingiva.8 Dariberbagai hasil penelitian ditemukan empat bakteri yang berhubungan dengan pematanganplak dan periodontitis progresif, yaitu Bacterioides forsythus, Porphyromonas gingivalis,

 Actinobacillus actinomycetemcomitans,dan Treponema denticola. Bakteri-bakteri

tersebut ditemukan lebih banyak jumlahnya pada perempuan yang melahirkan bayiprematur BBLR dibandingkan dengan perempuan yang melahirkan bayi normal. Bakteri

tersebut mampu menghasilkan lipopolisakarida, protein, dan sitokin pemicu peradangan

dalam aliran darah. Menurut Hill, bakteri tersebut merupakan bakteri genital yang

terdapat pada kasus kelahiran prematur yang sama dengan bakteri pada penyakitperiodontal

Kelahiran bayi prematur BBLR terjadi sebagai akibat dari infeksi dan dimediasi secara

tidak langsung, terutama oleh perpindahan produk bakteri seperti endotoksin(lipopolisakarida atau  LPS) dan aktivasi dari mediator inflamasi pada kehamilan.

Molekul aktif biologis seperti prostaglandin E2 (PGE2) dan tumor necrosis factor (TNF)

terlibat dalam proses kelahiran normal. Dengan adanya proses infeksi, level sitokin danPGE2 menjadi meningkat yang dapat menstimulasi terjadinya kelahiran prematur.16

Produk bakteri seperti endotoksin yang dihasilkan bakteri gram negatif, menstimulasi

produksi sitokin dan prostaglandin.14 Sitokin tertentu seperti interleukin-1 (IL-1),

interleukin-6 (IL-6), tumor necrosis factor alpha (TNF-α) menstimulasi sintesa PGE2dari plasenta dan chorioamnion.15 Sitokin ini dapat mencapai peredaran darah, melewati

membran plasenta, masuk ke cairan amnion. Pada kehamilan normal, mediator pada intra

amnion meningkat secara fisiologis sampai batas ambang tercapai pada titik kelahiran,

menyebabkan dilatasi servikal dan kelahiran. Produksi abnormal dari mediator padainfeksi meningkat pada saat yang tidak tepat sewaktu kehamilan menyebabkan kontraksi

uterin dan ruptur prematur dari membran memicu terjadinya kelahiran bayi prematur

BBLR.

Kerangka Teori

Page 7: Pemicu 3 q

8/2/2019 Pemicu 3 q

http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 7/8

Level PGE2 dan TNFα secara fisiologis meningkat sesuai usia terjadinya kontraksi otot rahim

dan dilatasi leher rahim bayi normal.

Bakteri endotoksin Aktivasi mediator inflamatori (IL-6 PGE2, TNF-α, IL-1) Translokasi

endotoksin dan mediator inflamatori ke membran plasenta  Level PGE2 dan TNFα meningkat

(PGE2 dan TNFα secara fisiologis + PGE2 dan TNFα karena infeksi)

Kontraksi otot rahimdan dilatasi leher rahim meningkat Bayi prematur berberat badan lahir rendah.

Infeksi pada ibu hamil merupakan keadaan patologis yang mendapat perhatian lebih serius

(Suwiyoga, 2004). Infeksi oleh berbagai mikroorganisme merupakan penyebab utama terjadinya

kelahiran prematur selain faktor-faktor yang lain. Hal ini disebabkan karena infeksi merupakankeadaan yang sering terjadi pada ibu hamil (Nuada et al., 2004; Fitria, 2006). Infeksi bakteri di

dalam uterus (infeksi intrauterin) dapat terjadi antara jaringan ibu dan membran janin yaitu pada

membran janin, plasenta, cairan amnion, atau di dalam tali pusar   janin (Goldenberg et al., 2000).

Infeksi intrauterin dapat terjadi akibat perpindahan organisme patogen secara hematogen maupunberasal dari saluran genitourin (Cunningham et al., 1997). Jalur infeksi naik  (ascending

infection) dan infeksi melalui jalur hematogen (transplacental infection) merupakan jalur primerterjadinya infeksi intrauterin (Romero et al., 2003).

Di bidang kedokteran gigi, adanya infeksi bakteri pada jaringan periodontal dengan kondisi

rongga mulut yang buruk pada ibu hamil dapat mempermudah proses patogenik dari bakteri danproduknya. Proses ini terjadi melalui jalur hematogen yang selanjutnya akan mempengaruhi

 janin. Pada masa kehamilan akan terjadi perubahan keseimbangan flora normal rongga mulut

dan perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi kondisi rongga mulut (Herawati dan

Hendrawati, 2001). Selama kehamilan, terjadi perubahan pH saliva, pH cairan gingival danaktivitas hormon perempuan hamil dalam cairan gingiva yang akan mempengaruhi

perkembangan plak dengan dominasi bakteri anaerob ( Carranza, 1996).

Menurut Davenport et al. (1998), pada beberapa penelitian ditemukan bahwa 50% perempuan

hamil mengalami peradangan gingiva serta pembesaran gingiva. Bertambahnya kerentanan

terhadap gingivitis selama kehamilan dimulai pada bulan kedua kehamilan, memuncak padabulan kedelapan dan secara bertahap berkurang pada bulan kesembilan hingga setelah persalinan.

Penyakit gingivitis lanjut dapat berkembang menjadi periodontitis yang akan mengakibatkan gigi

goyang dan kemudian lepas dari soketnya (Fedi, 2004).

Penyakit periodontal berpotensi menyebabkan bakterimia terutama pada ibu hamil yang

mempunyai banyak plak dan peradangan pada jaringan periodontalnya. Penyakit periodontal

memudahkan proses patogenitas bakteri dan produknya dalam mengganggu pertumbuhan danperkembangan janin melalui peredaran darah (hematogen) (Zubardiah dan Dewi, 2003). Pada

beberapa kasus persalinan prematur berkaitan dengan infeksi membran korioamnion yang dapat

disebabkan oleh infeksi bakteri anaerob patogen dan produk inflamasinya (Cunningham et 

al.,1997). Bakteri atau mikroba yang paling sering diisolasi dari cairan amnion pada wanita yang

mengalami persalinan prematur adalah Ureaplasma urealiticum, Fusobacterium spp. dan

 Micoplasma hominis (Romero et al., 2003).

Page 8: Pemicu 3 q

8/2/2019 Pemicu 3 q

http://slidepdf.com/reader/full/pemicu-3-q 8/8

Mekanisme patogenik sebagai respon terhadap penjalaran infeksi bakteri dan produknya adalah

berupa produk prostaglandin dan sitokin (Hill, 1998). Menurut Fard (1998) dalam Nuada et al. (2004), kelahiran prematur akibat infeksi terjadi karena adanya endotoksin yang merangsang

produksi prostaglandin sehingga menyebabkan terjadinya kontraksi miometrium dan juga adanya

respon infeksi yang mengakibatkan kerusakan struktur uterus dan pembuluh darah

plasenta. Prostaglandin yang diproduksi pada stadium kehamilan akan menimbulkan kontraksi-kontraksi otot uterus dan aborsi atau kelahiran janin (Cunningham et al.,1997). Produksi

prostaglandin yang berlebih sebelum puncak kehamilan akan menyebabkan kelahiran prematur