PBL Blok 19
-
Upload
priscilia-lewerissa -
Category
Documents
-
view
42 -
download
3
description
Transcript of PBL Blok 19
Penyakit Jantung Reumatik et causa Demam Rematik
Shabrina Khairunnisa
102011339
B 3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Kampus 2 Ukrida, Jl. ArjunaUtara no. 6 Jakarta 11510
Skenario
Seorang anak perempuan berusia 16 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak
nafas sejak 2 hari SMRS. Keluhan sesak didahului batuk, mudah lelah, sering berdebar- debar
sejak 1 bulan yang lalu. Sesak nafas meningkat setelah aktivitas fisik dan membaik setelah
pasien beristirahat atau tidur dengan 2-3 bantal. Keluhan demam tidak ada. Pasien lahir
spontan ditolong bidan, langsung menangis dan tidak biru saat lahir. Keluhan sering batuk
pilek sejak kecil, BB sulit nail, menetek sebentar- sebentar tidak ada. Keluhan sering sakit
tenggorokan waktu kecil diakui.
Rumusan Masalah: anak perempuan16 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak 2
hari yang lalu dan sesak didahului batuk, mudah lelah, sering berdebar- debar sejak 1 bulan
yang lalu.
Hipotesis: Anak perempuan tersebut menderita penyakit jantung rematik
Pendahuluan
Demam rematik merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik non supuratif yang
digolongkan pada kelainan vaskular kolagen atau kelainan jaringan ikut. Proses sistemuk ini
merupaka reaksi peradangan yang dapat mengenai banyak organ tubuh terutama jantung,
sendi dan sistem saraf pusat. Demam rematik bisa terjadi dua jenis, yaitu demam rematik akut
dengan penekanan akut atau demam rematik inaktif. Demam rematik akut ditandai dengan
gejala- gejala akut yang jelas, sedangkan yang inaktif hanya demam yang ditandai tanpa
tanda- tanda radang. Penyakit jantung rematik diakibatkan oleh gejala sisa dari demam
rematik sebelumnya, yang merupakan jenis penyakit jantung yang didapat, bukan bawaan.
Paling banyak dijumpai pada populasi anak- anak dan dewasa muda.
Anamnesis1
Pada anamnesis yang perlu ditanyakan pertama kali adalah keluhan utama pasien.
Didapatkan pasien mengalami sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. Setelah itu tanyakan
keluhan penyerta nya, seperti batuk, mudah lelah, sering merasa berdebar- debar sejak satu
bulan yang lalu. Rasa berdebar- debar tersebut juga meningkat jika sedang melakukan
aktivitas dan berbaring dengan 2-3 bantal. Demam tidak ada. Selanjutnya tanyakan riwayat
terdahulu apakah pernah sakit seperti itu sejak kecil. Ternyata dari hasilnya pasien mengaku
sering sakit batuk pilek, BB sulit naik dan sering sakit tenggorokan. Tanyakan juga riwayat
pengobatan dan riwayat kelahirannya karena menyangkut riwayat sehak kecil. Terakhir
tanyakan lingkungan sekitar bagaimana dan riwayat orang tuanya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik selanjutnya yang dilakukan pertama kali adalah tanda-tanda vital
pasien dengan hasil suhu tubuh 36,3°C, tekanan darah 120/80mmHg, denyut nadi:
140x/menit, frekuensi pernafasan: 40x/menit.
Selanjutnya pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan aukultasi
pada dada pasien tersebut. Didapatkan hasil ictus cordis tampak dua jari lateral pada linea
midclavicularis sinistra pada ICS 6, pada auskultasi jantung terdengar pansistolik murmur
grade 3/6 di apeks jantung dan pada auskultasi paru hasilnya vesikuler dan ronki basah halus
pada kedua basal paru, serta adanya bunyi murmur pada ICS 2 linea sternalis kanan.
Pemeriksaan Penunjang2,3
Pemeriksaan adanya infeksi kuman Streptokokus Grup A sangat membantu diagnosis, yaitu :
a. Pada saat sebelum ditemukan infeksi Streptokokus Grup A
b. Pada saat ditemukan atau menetapnya pasca Strepokokus Grup A
Untuk menetapkan ada atau pernah adanya infeksi kuman streptokokus ini dapat dideteksi
dengan hapusan tenggorok pada saat akut.3 Biasanya kultur sterptokokus grup A negatif pada
fase akut. Jika positif inipun belum pasti membantu diagnosis sebab kemungkinan akibat
kekambuhan dari kuman stretokokus atau infeksi dengan streptokokus dengan strain yang
lain. Tetapi antibodi stertokokus lebih menjelaskan adanya infeksi streptokokus dengan
adanya kenaikan titer antistreptoksin O (ASTO) dan antideoksiribonukleat B (anti DNA-ase
B).4
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dialakukan dengan pemeriksaan darah
dengan hasil jumlah sel darah putih bertambah, laju endap darah meningkat.3
EKG, rontgen thoraks dan ecocardiografi didapatkan dengan hasil berupa hipertrofi
atrium dan ventrikel kiri sampai hipertofi bilateral, yang tergantung dari berat-ringannya
kerusakan katup.
Differential Diagnosis1,4
1. Miokarditis
Miokarditis merupakan penyakit iinflamasi pada miokard, yang disebabkan
karena infeksi maupun non infeksi. Miokarditis primer diduga karena infeksi akut
atau respons autoimun pasca infeksi viral. Sedangkan yang sekunder disebabkan oleh
patogen seperti bakteri, jamur dan lain- lain. Gejala paling jelas adalah demam, nyeri
dada, nyeri otot, nyeri sendi, dan malaise. Biasanya pasien tidak mempunyai keluhan
kardiovaskular, tetapi memiliki kelainan pada segmen ST dan gelombang T pada
EKG.
2. Perikarditis
Perikardium terdiri dari perikardium viseralis yang melekat ke miokardium
dan parietalis yang bagian luarnya. Pada perikarditis, bisa terjadi inflamasi pada salah
satu atau kedua lapisan tersebut. Respond perikard terhadap peradangan bervariasi
dari akumulasi cairan atau darah, deposisi fibrin, proliferasi fibrosa. Disebabkan
biasanya oleh reaksi radang penumpukan cairan (eksudasi) dalam rongga perikard
yang disebut efusi perikard. Bisa karena virus, bakteri ataupun jamur. Keluhan paling
sering adalah nyeri dada yang tajam, retrosternal atau sebelah kiri. Bertambah sakit
apabila bernapas, batuk atau menelan.
3. Penyakit Jantung bawaan Asyanotik
Atrial Septal Defect
Defek pada septum yang memisahkan atrium kiri dan kanan. Pada bayi jarang terlihat
yang asimtomatik. Tapi sesudah beranjak dewasa terdengar murmur dan wide fixed
split pada inspirasi maupun ekspirasi saat auskultasi dan mengalami gangguan irama
jantung. Pada kasus ini didapatkan perbesaran atrium kanan jika dilakukan foto
thorax. Pada EKG menunjukan adanya beban volume ventrikel kanan dikarenakan
pengisian ventrikel kanan lebih lambat.
Vena Septal Defect
Pada defek ini terdapat di septum yang memisahkan antara ventrikel kiri dan
kanan. Pada auskultasi terdengar murmur pansistole grade 3. Dan pada foto thorax
terlihat adanya perbesaran ventrikel kiri yang disebabkan oleh hipertrofi karena
dilatasi miokardium akibat peningkatan beban kerja. Pada kasus ini ventrikel kanan
tidak membesar karena darah yang dipompa dari ventrikel kiri langsung dipompa ke
a. Pulmonalis pada fase sistole. Pada kasus ini, anak terdapat gangguan tumbuh
kembang, serta mudah lelah jika melakukan aktivitas berat. Infeksi paru berulang
hingga gagal jantung.
Persisten Ductus Arteriosus
Terdapatnya darah fetal yang mehubungkan percabangan a. Pulmonalis kiri dengann
aorta desendent yaotu tepat sebelah distal a. Subclavia. Kasus ini sering ditemukan
pada bayi prematur. Pada anamnesis, terdapat gagal jantung kongestif yang berakibat
gagal tumbuh, takipneu, takikardi dan penurunan aktivitas menyusu. Ditemukan
continous murmur grade 2-4 di ICS 2 saat auskultasi.
Working Diagnosis1-6
Reumatic Heart Disease (Penyakit Jantung Rematik)
Demam rematik adalah sindrom sebagai akibat infeksi beta- Streptococcus
hemolyticus grup A, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis migrans akut,
karditis, korea minor, nodul subkutan dan eritema marginatum.
Telah dikemukakan bahwa jantung merupakan satu- satunya organ yang dapat
menderita akibat kelainan permanen demam reumatik. Penyakit jantung reumatik kronik juga
dapat ditemukan tanpa adanya riwayat demam reumatik akit. Hal ini dapat ditemukan baik
pada anak maupun pada dewasa dengan kelainan katup yang khas untuk penyakit jantung
reumatik. Kelainan katup yang paling ditemukan adalah katup mitral, katup aorta dan katup
pulmonal. Penyakit jantung reumatik ini dapat ditemukan tanpa ada riwayat demam reumatik
akut. Hak ini terutama didapatkan pada penderita dewasa dengan ditemukannya kelainan
katup. Mungkin dahulu pasien pernah menderita “serangan karditis subklinis”. Kelainan
katup yang sering dijumpai adalah:
Insufiensi Mitral2-3
Adalah valvulitis mitral sebagian besar sudah terjadi pada hari- hari pertama
serangan demam reumatik akut. Sebagian akan sembuih sempurna, tetapi sebagian
lain- lain meninggalkan gejala sisa berupa insufiensi mitral. Arti lain adalah
kebocoran mitral akibat proses penyembuhan valvulitis mitral yang menyebabkan
daun- daun katup menebal sehingga tidak bisa menutup sempurna. Pelebaran
ventrikel kiri dan perubahan arah M.Papilaris serta korda tendinae menambah
kebocoran tersebut.
Penutupan katup mitral yang tidak sempurna ini menyebabkan terjadinya
regurgitasi darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri salama fase sistole. Pafa kelainan
mungkin tidak terdapat kardiomegali. Tertimbunnya darah atrium kiri saat awal
diastole akan menyebabkan terjadinya stenosis mitral relatif sehingga terjadi flow
murmur diastolik. Biasanya tidak menimbulkan keluhan yang serius, hanya biasanya
anak mudah lelahdan terdapat dispneu. Pada pemeriksaan EKG juga didapatkan
hipertrofi ventrikel kiri dan hipertrofi atrium kiri.
Stenosis Mitral2-3
Adalah perlekatan daun- daun katup, selain dapat menimbulkan insufiensi
mitral, juga dapat menyebabkan stenosis mitral. Perubahan- perubahan m. Papilaris,
cincin atrioventricularis dan korda tandinae juga terjadi. Perubahan ini mengakibatkan
terjadinya insufisiensi dan stenosis bersamaan.
Obstruksi katup mitral akan menghalangi masuknya darah dari atrium kiri ke
ventrikel kiri. Beban volume atrium kiriakan menyebabkan dilatasi atrium kiri dan
tekanan atrium kiri yang berlebihan akan di kembalikan ke pungsi vena pulmonalis
sehingga memungkinkan terjadi hipertensi pulmonal. Ini akan menyebabkan beban
jantung kanan akan bertambah, hipertrofi ventrikel kanan yang dapat menyebabkan
gagaj ginjal.
Insufiensi Aorta2-3
Kelainan katuo aorta pada demam reumatik hampir selalu berupa insufisiensi
aorta. Sebagian darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri ke aorta akan kembali ke
ventrikel kiri akibat kebocoran katup aorta. Hal ini terjadi saat awal diastol, akibatnya
ventrikel menderita beban volume sehinggal dilatasi. Untuk mendapatkan curah
jantung, maka ventrikel kiri bekerja lebih kuat untuk memompakan darah, sehingga
terjadi hipertrofi ventrikel kiri.
Etiologi1
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi
individu, penyebab penyakit faktor lingkungan. Penyakit ini sangat berhubungan erat dengan
infeksi saluran nafas bagian atas oleh beta- Streptococcus hemolyticus golongan A (SGA).
Berbeda dengan glumerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi Streptococcus di kulit
maupun saluran nafas, demam rematik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi
Streptococcus di kulit.
Epidemiologi1,3
Meskipun individu- individu segala umur dapat diserang oleh demam rematik akut,
tetapi DR ini banyak terdapat pada anak dan orang usia muda (5-15 tahun). Ada dua keadaan
terpenting dari swgi epidemiologik pada DR akut ini yaitu kemiskinan dan kepadatan
penduduk. Tetapi pada saat wabah DR tahun 1980 di Amerika pasien- pasien anak yang
terserang juga pada kelompok ekonomi menengah keatas. Setelah perang dunia kedua
dilaporkan bahwa di Amerika dan Eropa insiden DR menurun, tetapi DR masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di negara- negara berkembang.
Penyakit ini masih terlihat meningkat di negara tropis dan sub-tropis seperti
kegawatan karditis dan payang jantung yang meningkat. Ternyata insiden tertinggi adalah
pada anak muda dan terjadinya kelainan kantup jantung adalah sebagai akibat kekurangan
kemampuan untuk melakukan pencegahan sekunder dari DR dan PJR. Dilaporkan bahwa DR
dan PJR adalah penyebab utama kematian penyakit jantung dibawah 45 tahun, juga 25%-
40% penyakit jantung disebabkan oleh PJR untuk semua umur.
Selain itu faktor predisposis pada individu juga ditentukan dari;
- Faktor genetik
Banyak demam rematik atau penyakit jantung rematik terjadi pada suatu keluarga
maupun anak kembar. Pada umumnya disetujui bahwa ada faktor keturunan tetapi
cara penurunannya belum dapat dipastikan.
- Jenis kelamin
Dahulu sering dikatakan bahwa demam rematik lebih sering didaptkan pada anak
wanita dibandingkan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar tidak ada yang
membedakan jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin dapat ditentukan.
- Golongan etnis dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama sering didapatkan pada
orang berkulit hitam dibandingkan orang berkulit putih. Tetapi data ini harus dinilai
dengan hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada dua
golongan tersebut ikut berperan.
- Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada penyakit ini. Penyakit
ini paing sering mengenai anak umur 5-15 tahun dengan puncak sekitar 8 tahun.
Tidak bisa ditemukan pada anak berumur 3-5 tahun dan sangat jarang dengan anak
yang berumur sebelum 3 tahun dan 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai
dengan insidens infeksi Stretokokus pada anak usia sekolah.
- Faktor-faktor lingkungan
- Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Insidens dinegara-negara yang sudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik.
Termasuk dalam keadaan sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan
penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera
mengobati anak yang sedang sakit sangat kurang., pendapatan yang rendah sehingga
perawatan sangat kurang.
- Iklim dan geografi
Banyak didapatkan pada daerah beriklim sedang, tetapi data akhir0akhir ini
menunjukkan bahwa daerah tropis mempunyai insidens yang tinggi.
- Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas
atas meningkat, sehingga insidens demam rematik juga meningkat.
Patogenesis1,3,5-6
Meskipun sampai sekarang ada hal- hal yang belum jelas mengenai penyakit ini,
tetapi ada penelitian yang mendapatkan bahwa DR yang mengakibatkan PJR yerjadi akibat
sensitisasi dari antigen Streptokokus sesudah 1-4 minggu infeksi Streptokokus di faring.
Lebih kurang 95% pasien menunjukan peninggian titter antistreptoksin O (ASTO),
antideoksiribonukleat (antiDNA-ase B) yang merupakan dua macam tes yang biasa dilakukan
untuk infeksi kuman SGA.
Faktor- faktor yang diduga terjadinya komplikasi pasca streptokokus ini kemungkinan
utama adalah pertama Virulensi dan Antigenisitas Streptopkokus, dan kedua besarnya
responsi umum dari “host” dan persistensi organisme yang menginfeksi faring. Resiko untuk
kambuh sesudah pernah mendapat serangan Streptokokus adalah 50-60%.
Penelitian- penelitian lain kebanyakan menyokong mekanisme autoimunitas atas
dasar reaksi antigen antibodi terhadap antigen Streptokokus. Salah satu antigen tersebut
adalah protein- M Streptokokus. Pada serum pasien DR akut dapat ditemukan antibodi dan
antigen. Antibodi yang terbentuk bukan bersifat kekebalan. Dan reaksi ini dapat ditemukan
pada miokar, otot skelet dan otot polos. Dengan imunofloresensi dapat ditemukan
imunoglobulinnya dan komplemen pada sarkolema miokard.
Morfologi1
Lesi yang patognomonik DR adalah Badan Aschoff sebagai diagnostik histopatologik.
Sering ditemukan juga pada saar tidak adanya tanda- tanda kelainan jantung, dan dapat
bertahan lama setelah tanda- tanda gambaran klinis menghilang, atau masi ada keaktifan
laten. Badan Aschoff ini umumnya terdapat pada septum fibrosa intervaskular, di jaringan
ikat perivaskular dan di daerah subendotelial. Pada PJR biasanya terkena ketiga lapisan
endokard, miokard dan perikard secara bersamaan atau sendiri- sendiri atau kombinasi.
Pada endokard yang terkena utama adalah katup- katup jantung dan 50% mengenai
katup mitral. Pada keadaan dini DR akut, katup- katup yang terkena ini akam memerah,
edema dan menebal dengan vegetasi yang disebut sebagai Verruceae. Setelah agak tenang,
katup- katup yang terkena akan menjadi tebal, fibrotik, pendek dan tumpul yang
menimbulkan stenosis.
Manifestasi klinis1,3,5-6
DR atau PJR merupakan kumpulan gejala terpisah- pisah dan kemudian menjadi suatu
penyakit. Gejala- gejalanya dapat mengenai beberapa bagian tubuh, antara lain:
Artritis
Artritis adalah gejala mayor yang sering ditemukan pada DR akut. Sendi yang dikenai
berpindah- pindah tanpa cacat yang biasanya adalah sendi besar seperti lutut,
pergelangan kaki, paha, lengan panggul, siku dan bahu. Munculnya tiba- tiba dengan
rasa nyeri yang meningkat selama 12- 24 jam yang diikuti dengan reaksi radang.
Nyeri ini akan perlahan- lahan menghilang. Radang sendi ini jarang yang menetap
lebih dari satu minggu sehingga terlihat sembuh sempurna. Proses migrasi artritis ini
membutuhkan waktu 3- 6 minggu. Sendi- sendi kecil jari tangan dan kaki juga dapat
dikenai. Biasanya yang menderita hebat tidak menderita karditis yang berat dan
seballiknya.
Karditis
Karditis adalah proses peradangan aktif yang mengenai endokardium, miokardium
atau perikardium. Karditis merupakan gejala mayor terpenting karena hanya karditis
lah yang meninggalkan gejala sisa terutama kerusakan katup jantung. Karditis
merupakan manifestasi klinis yang penting dengan insiden 40-50% atau berlanjut
deengan gejala yang lebih berat yaitu gagal jantung. Kadang- kadang karditis itu
asimptomatik dan terdeteksi saat adanya nyeri sendi. Karditis ini bisa hanya mengenai
endokardium saja. Endokarditis terdeteksi saat adanya bising jantung. Katup mitral
yang terbanyak dikenai dan dapat bersamaan dengan katup aorta. Katup aorta sendiri
jarang dikenai. Adanya regurgitasi mitral ditemukan dengan bising sistolik yang
menjalar ke aksila, dan kadang- kadang juga disertai bising mid- sistolik. Dengan dua
dimensi ekokardiografi dapat mengevaluasi kelainan anatomi jantung sedangkan
dengan doppler dapat menentukan fungsi dari jantung.
Chorea
Chorea ialah gerakan- gerakan cepat, bilateral, tanpa tujuan dan sukar dikendalikan
terutama pada ekstremitas, seringkali disertai kelemahan otot. Chorea ini didapatkan
10% dari DR yang dapat merupakan manifestasi klinis sendiri atau bersamaan dengan
karditis. Masa laten infeksi SGA dengan chorea cukup lama yaitu 2-6 bulan atau
lebih. Lebih sering dikenai pada perempuan pada umur 8-12 tahun. Dengan gejala ini
muncul selama 3-4 bulan. Gerakan- gerakan tanpa disadari akan ditemukan pada
wajah dan anggota- anggota gerak tubuh yang biasanya unilateral. Dan gerakan ini
menghilang saat tidur.
Eritema Marginatum
Eritema marginatum merupakan gambaran demam reumatik pada kulit, berupa
bercak- bercak merah muda dengan bagian tengahnya pucat sedangkan tepinya
berbatas tegas, berbentuk bulat atau bergelombang tapi individu tidak merasa gatal.
Tempatnya berpindah- pindah seperti di kulit dada atau paha. Eritema marginatum ini
ditemukan kira- kira 5 % dari pasien DR, dan berlangsung berminggu- minggu dan
berbulan- bulan, tidak nyeri dan tidak gatal.
Nodul Subkutanius
Nodul ini terletak dibawah kulit, keras, tidak terada sakit, mudah digerakkan.
Biasanya terdapat pada bagian ekstensor persendian terutama siku, lutut, pergelangan
tangan dan kaki. Nodul ini timbul beberapa hari setelah serangan akut demam
reumatik. Besarnya kira- kira 0,5- 2cm, bundar, terbatas, dan tidak nyeri tekan.
Demam pada DR tidak khas, dan jarang menjadi keluhan utama pasien DR.
Penatalaksanaan2-3
Medika Mentosa
1. Eradikasi kuman beta-Streptococcus hemolyticus grup A
Pengobatan adekuat terhadap infeksi Streptococcus harus segera dilakukan
setelah diagnosis diteggakan. Dianjurkan menggunakan Benzathine penisilin G
dengan cara intramuskular dan penisilin oral 3 kali sehari selama 10 hari. Pada
penderita yang resisten terhadap penicilin bisa digantikan dengan eritromisin.
Pengobatan terhadap streptococcus ini harus tetap diberikan meskipun usap
tenggorokan negatif. Karena kuman masing mungkin ada dalam jumlah sedikt
dalam jaringan faring dan tonsil. Penisilin tidak berpengaruh terhadap demam,
gejala sendi dan laju endap darah.
2. Obat anti inflamasi
Yang dipakai secara luas ilah salisilat dan steroid, keduanya efektif untuk
mengurangi gejala demam, kelainan sendi serta fase reaksi akut. Kedua obat
tersebut tidak mengubah lamanya serangan demam reumatik maupun akibat
seelanjutnya. Steroid tidak lebih unggul dari pada salisilat terhadap gejala sisa
kelainan jantung. Saat ini hanya dapat dilihat bahwa steroid lebih cepat
memperbaiki keadaan umum anak, nafsu makan cepat bertambah, laju endap
darahnya menurun.
Non Medika Mentosa2-3
1. Diet
Bentuk dan jenis makanan disesuaikan dengan keadaan penderita. Pada sebagian
besar kasus cukup diberikan makanan biasa, cukup kalori dan protein. Bila
terdapat gagal jantung, diet disesuaikan dengan diet gagal jantung.
2. Pembedahan
Indikasi terapi bedah pada penyakit jantung reumatik lebih sering kepada dewasa
dibanding anak- anak. Indikasi oada anak ialah:
a. Kardiomegali berat
b. Kardiomegali progresif
c. Gagal jantung yang tidak dapat diatasi dengan terapi medis.
Prognosis1,3-4
DR tidak akan kambuh bila infeksi streptokokus diatasi. Prognosis sangat baik bila
karditis sembuh pada saat permulaan serangan akut DR. Selama 5 tahun pertama perjalanan
penyakit DR dan PJR tidak membaik bila bising organik katup tidak menghilang. Prognosis
memburuk bila gejala karditisnya lebih berat, dan ternyata DR akut dengan payah jantung
akan sembuh 30% pada 5 tahun pertama dan 40% setelah 10 tahun. Dari data penyembuhan
ini akan bertambah bila penhgobatan pencegahan sekunder dilakukan secara baik. Ada
penelitian melaporkan bahwa stenosis mitral sangat tergantung pada beratnya karditis,
sehingga kerusakan katup mitral selama 5 tahun pertama sangat mempengaruhi angka
kematian DR ini.
Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada penyakit jantung rematik yaitu adanya gagal
jantung dan aritmia dengan gejala sesak nafas, mual, muntah, nyeri lambung, dan batuk
kering, jika terjadi kerusakan katup jantung, maka sepanjang hidupnya penderita akan
memiliki resiko menderita infeksi katup (endokarditis), dan tromboemboli.
Pencegahan1,3-4
Pencegahan penyakit jantung reumatik tentu saja harus dilakukan pencegahan dari
pangkalnya yaitu dengan mencegah anak menderita demam reumatik. Karena dari demam
reumatik, anak bisa terjangkit penyakit jantung reumatik dari kelainan sebelumnya.
Pencegahan ada dua macam:
1. Pencegahan primer: mencegah infeksi Streptococcus beta hemolyticus sehingga
tercegah demam reumatik.
2. Pencegahan sekunder: Mencegah infeksi Streptococcus beta hemolyticus pada bekas
penderita demam reumatik.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit jantung reumatik adalah
penyakit dari demam reumatik sebelumnya. Demam reumatik ini disebabkan oleh infeksi
kuman beta-Streptococcus hemolyticus. Demam reumatik pada anak tersebut meninggalkan
sisa pada jantung anak tersebut. Sehingga saat kedua kali terjangkit penyakit ini, karditis anak
tersebut kambuh. Demikian hipotesis diatas dapat diterima.
Daftar Pustaka
1. Leman S. Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik, buku ajar ilmu penyakit
dalam. Interna publishing. Jilid 2. Edisi 5. Jakarta. 2009.
2. Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak. FKUI. Jilid 2. Jakarta 1995; hal:734-459.
3. Markum A H, Ismael S, Alatas H, et al. Buku ajar ilmu kesehatan anak. FKUI. Jilid 1.
Jakarta. 1991; hal 599-607
4. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani I W. Kapita selekta kedokteran FKUI. Media
aesculapius. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta:
5. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson Ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Vol 2. Jakarta:
2000. Hal;929- 35.
6. Wahab S. Demam reumatik dan kelainan jantung reumatik pada anak. PT
pembimbing masa. Jakarta; 1992. Hal: 5-49.