Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

download Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

of 20

Transcript of Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    1/20

    PARADIGMA BARU DEMOKRASI DI INDONESIA:Pendekatan Terhadap Pemilu DPRlDPRD

    Hasbi Umar'

    Abstract

    In the implementation of General Elections in Indonesia,particularly the Legislative Elections of NationalParliamentarians (DPR) and Regional Parliamentarians(DPRD), there are some differences on the election systemsused between regional governments. These differences areintriguingly questionable since the fundamentals of generalelections as a democratic act has been drawn clearly inthe Constitution. The indicators of democratic values inimplementing general elections are formulated in Article22E Paragraph (1) of UUD 1945 which includes freedomand responsibility, honesty and justice. However, a number ofdistortions and divergence have observably occurred in theprevious execution of General Elections. This fact generatesa big question "Is the Constitution capable of securing thedemocratic values of General Elections?" This article tries toanswer this question by using a normative approach in whichthe real condition of Indonesian General Elections is analyzedwithin the framework of ideal democratic General Electionsdefined by experts.Keywords: Democracy, General Elections

    A. PendahuluanTerdapat pendapat belakangan ini yang meragukan keberadaan

    demokrasi sebagai bentuk terbaik dalam penyelenggaraan sistem* G uru B esar dan D ekan Fak, Syari'ah, lA IN ST S Jam bi, JI. 1am bi M uara B ulian, KM.

    16,Hp. 08192572008.Innovatio,Vol. VII, No. 14, Juli-Desember 2008 313

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    2/20

    M. Hasbi Umarpolitik suatu negara. Sebenarnya keraguan tersebut bukanlahhal yang baru, karena jauh sebelumnya telah dikemukakan olehbeberapa pemikir yang antara lain seperti Plato, Aristoteles danThomas Aquinas. Plato (429-347 SM) telah membagi bentuksistem penyelenggaraan negara ke dalam bentuk yang berotasiterus-menerus. Bentuk tersebut meliputi Aristokrasi, Timokrasi,Oligarki, Demokrasi dan Tyranni. Lebih lanjut, menurut Plato, yangterbaik dari bentuk-bentuk tersebut ialah Aristokrasi, sedangkanyang terjelekjatuh pada Tyranni.II

    Tidak jauh berbeda dengan Plato, salah seorang muridnyabernama Aristoteles (84-322 SM) juga mengemukakanpendapatnya tentang penyeleng garaan sistem politik suatu negara.Sedikit lebih rinci dari gurunya, Aristoteles telah membagi bentukpenyelenggaraan negara ke dalam bentuk ideal dan bentukmerosot.Bentuk ideal tersebut meliputi Monarki, Aristokrasi dan RepublikKonstitusionil, sedangkan bentuk merosotnya meliputi Tyranni,Oligarki dan Demokrasi." Bentuk merosot timbul apabila bentukideal tersebut tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Demikianjuga pendapat Thomas Aquinas (1225-1274), salah seorang yangdatangjauh sesudah dua ahli sebelumnya. Menurut Aquinas, bentukyang terbaik meliputi Monarki, Aristokrasi dan Politeia, sedangkanbentuk terjelek meliputi Tyranni, Oligarki dan Demokrasi"

    Tanpa mau terbelenggu dengan pandangan tersebut,kenyataannya demokrasi telah dianggap sebagai sistem yangpaling tepat dan ideal bagi organisasi politik dan sosial modern."Oleh karena itu dapat dilihat bahwa istilah demokrasi menjadisangat popular hampir di setiap negara, bahkan juga menjadiungkapan yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Tentunyatidak mengherankan, jika tak satupun ada negara yang mengakumenganut sistem yang tidak demokrasi, meskipun dalam bentukkerajaan atau mungkin diktator sekalipun." Menurut pandanganpihak luar mungkin negara yang bersangkutan belum demokrasi,namun menurut pemiliknya tentu sudah demokrasi.

    Berangkat dari kenyataan tersebut, upaya mewujudkan sistempemerintahan yang demokrasi atau melakukan upaya demokratisasidalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadi

    314 Innovatio,Vol. VII, No. 14, Juli-Desember 2008

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    3/20

    Paradigma Bam Demokrasi Di Indonesia: ...suatu keharusan. Salah satu dari upaya demokratisasi tersebutdilakukan dengan adanya kontrak sosial, yakni suatu penyerahankekuasaan dari rakyat (demos) kepada pihak yang menjadiwakilnya untuk menyelenggarakan pemerintahan, atau merupakansaranauntuk mewujudkan hak-hak demos dalam pengambilansuatu keputusan politik. Proses penyerahan kekuasaan dan wujudpengambilan keputusan politik tersebut dilakukan dalam suatumekanisme tertentu yang kemudian disebut dengan pemilihanumum (Pemilu). Dengan kata lain, Pemilu merupakan suatumekanisme penyerahan kekuasaan dari rakyat kepada wakilnyauntuk menjalankan penyelenggaraan negara dan sarana untukmewujudkan hak-hak rakyat dalam pengambilan keputusanpolitik. Pemilu merupakan bagian integral dari sistem demokrasiitu sendiri, dan sebagai barometer utama untuk menentukan apakahterwujud atau tidaknya upaya demokratisasi. Di sini terlihat adanyadua sisi yang saling mempengaruhi antara Pemilu dengan upayademokratisasi, di satu sisi Pemilu merupakan wujud dari upayademokratisasi dan di sisi lain Pemilu harus diselenggarakan secarademokratis.

    B. Memahami Demokratisasi.Sebelum memahami apa yang dimaksud dengan istilah

    demokratisasi, tentu Iebih baik dahulu dilihat bagaimana latarbelakang munculnya istilah demokrasi itu sendiri. Sepertitelah disinggung sebelumnya, istilah demokrasi muneul dalamperadaban Yunani sekitar penghujung abad V S.M. Demokrasiatau demokratia merupakan suatu ungkapan, yang terdiri dari katademos sinonim kata populus yang berarti rakyat dan kratia yangberarti pemerintahan atau wewenang. Dengan demikian demokrasidapat diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat.

    Tetapi melalui berbagai penelitian para ahli, pemahamanterhadap demokrasi tidaklah sesederhana itu. Pemahaman terhadapdemokrasi pada waktu tersebut, selain mendapat banyak kritikandari beberapa pengeritiknya-seperti Aristoteles yang tidakmenyukai adanya pemahaman kekuasaan demokrasi diberikankepada siapapun termasuk orang miskin-juga terdapat batasan-

    Innovatio,Vol. VII, No. 14, luli-Desember 2008 315

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    4/20

    M. Hasbi Umarbatasan tertentu dalammenggunakan sistemdemokrasi. MasyarakatYunani Kuno, menggunakan tatanan demokrasi apabila sekurang-kurangnya memenuhi enam persyaratan, yaitu: 1. Warga negaraharus cukup serasi dalam kepentingan mereka; 2. Warga negaraharus amat padu dan homogen; 3.Warga negara harusberada dalamjumlah yang sangat keciI, yang secara ideal bahkan lebih keciI dari40.000 sampai 50.000 yang terdapat di Athena di masa Pericles,guna menghindari adanya keragaman danketidakserasian; 4.Warganegara hams dapat berkumpul dan secara Iangsung memutuskanundang-undang dan keputusan-keputusan mengenai kebijakan;5. Warga negara tidak hanya berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan majelis, tetapi juga dengan aktif dalam memerintahkota; dan 6. Negara kota harus tetap sepenuhnya otonom, artinyapada prinsipnya setiap kota hams berswasembada, tidak hanyasecara politik, tetapi juga secara ekonomi dan militer,"

    Menyinggung persyaratan tersebut, menurut Dahl, jika hanyamemahami demokrasi secara literalnya saja tanpa mengetahuiapa yang sesungguhnya dipahami oleh rakyat di dunia Athenapada waktu itu, akan dapat memberikan kekaburan pemahaman.Kekaburan pertama adalah kenyataan bahwa yang dinamakandemos bagi orang Yunani itu adalah rakyat dari sebuah polis ataukota kecil yang merupakan bagian dari dunia Hellena yang lebihIuas. Kekaburan kedua menyangknt kandungan atau isi demositu dalam masing-masing polis yang merupakan lokusnya. Dimana jumlah mereka yang menjadi demos diperkirakan sepuluhpersen dari seluruh penduduk, tidak termasuk kaum wanita, tidaktennasuk kaum professional, tidak anak-anak, tidak budak-budak,tidak orang asing atau pendatang, dan tidak termasuk orang-orangdi Iuar polis yang dianggap sebagai orang barbar atau orang yangtidak berperadaban. 28

    Pemahaman demokrasi oleh Yunani Kuno tersebut, padaperkembangan berikutnya, telah dipahami tidak lagi secarasederhana tersebut tetapi lebih dari itu. Para ahli politik telahmerumuskan suatubatasan dankriteria yang dapatdianggap sebagaisuatu sistem demokrasi modem. Menurut Afan Gaffar, suatupolitical order dikatakan menggunakan sistem yang demokratisapabila ditemukan indikator-indikator sebagai berikut:

    316 Innovatio,VoL VII, No. 14, Juli-Desember 2008

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    5/20

    Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia: ...1. Adanya akuntabilitas. Dalam demokrasi, setiap pemegang ja-

    batan yang dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggung-jawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah ditempuhnya.Pertanggungjawaban juga diberikan terhadap ucapannya, dantidak kalah pentingnya terhadap prilak.u dalam kehidupan yangpenah, sedang bahkan akan dijalaninya.

    2. Adanya rotasi kekuasaan. Dalam demokrasi, peluang akan ter-jadinya rotasi kekuasaan harus ada, dan dilakukan secara tera-tur dan damai. Artinya, tidak hanya satu orang yang meluludapat menduduki suatu jabatan, sementara yang lainnya tidakdiberi kesempatan yang sarna.

    3 .. Adanya rekruitmen politik yang terbuka. Dalarn demokrasi,setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatanpolitik, mempunyai peluang yang sarna untuk mengisijabatantersebut. Apabila dalam suatu negara, pengisian terhadap suatujabatan politik hanya dimiliki oleh segelintir orang, berartisistem rekruitmen politiknya dilakukan secara tertutup.

    4. Adanya pemilihan umum. Dalarn negara demokrasi, setiapwarga negara yang sudah dewasa mempunyai hak untuk me-milih dan dipilih dengan bebas sesuai nuaraninya dalam suatupemilu yang dilaksanakan secara berkala.

    5. Adanya kebel.asan untuk menikmati hak-hak dasar sebagaiwarga negara. Dalarn negara demokrasi, setiap warga nega-ra dapat menikmati hak-hak dasarnya secara bebas, balk hakuntuk menyatakan pendapat (freedom of expression), hak ber-kumpul dan berserikat (freedom oj assembly), menikmati persyang bebas (freedom of press), menentukan pilihan politik,maupun hak menyangkut masalah pribadi dan masyarakat disekitamya. Dengan kata lain, setiap warga negara mempunyaihak untuk ikut menentukan agenda apa saja yang diperlukandalam kehidupan berbangsa dan bernegara."Kriteria-kriteria atau indikator-indikator tersebut juga

    melahirkan suatu pemaharnan demokrasi secara universal, yaitupemahaman demokrasi yang tidak ethnosentrisme, tetapi jugamembuka peluang untuk berasimilasi dengan nilai-nilai lokal dalam

    Innovatio,Vol.VII, No. 14, Juli-Desember 2008 317

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    6/20

    M. Hasbi Umarlingkungan politik tertentu. Pemahaman demokrasi yang universal,di mana demokrasi tidak lagi dipahami dari segi subtantifnya sajadengan memberikan apa yang menjadi hak-hak rakyat, namunjuga dilihat dari segi proseduralnya, yaitu bagaimana mekanismepenyarnpaian hak-hak tersebut, Dengan demikian, demokrasitidak berarti rakyat sendiri yang hams menyampaikan hak-haknyatersebut, tetapi ia dapat mewakilkannya kepada pihak lain melaluisuatu mekanisme Pemilu. Oleh karena itu, cukup beralasan kalaukemudian demokrasi diartikan sebagai government by the people,either directly or through representatives. I 10

    Sebenarnya demokrasi bukan hanya eara memerintah, tetapiyang lebih utarna adalah bagaimana mekanisme untuk sarnpaikepada siapa yang boleh memerintah terse but. Bahkan R.M.MacIver membantah keras, jika demokrasi hanya diartikansebagai suatu eara memerintah. Karena menurutnya, demokrasi itumerupakan sebuah eara menentukan siapa yang akan memerintahdan seeara luas, serta untuk tujuan-tujuan apa. Pertanyaan demikian,menurut Maclver, semestinya harus dimiliki oleh rakyat pada setiapkesempatan menyampaikan haknya dalarn Pemilu.'"

    Dengan demikian, pemahaman demokrasi dalam tatananpolitik modern telah berubah dari pemahaman yang muneul pad akehidupan bang.sa Yunani Kuno pad a abad V SM dahulu. Demokrasimodern-oleh karena batasannya tidak sarna dengan demokrasiYunani baik dari segi polis maupun demos-harus beradabtasidengan perkembangan yang ada, di pandang dari sisi besarnyajumlah rakyat dengan berbagai keheterogenannya maupun darisisi permasalahan yang muncul. Oleh karena itu, dua unsur yangtak bisa dipisahkan dari sistem demokrasi modern, yaitu adanyajaminan terhadap hak-hak warga negara tanpa diskriminatif, danadanya mekanisme yang teratur untuk menyampaikan hak-haktersebut.

    Ketika, paling tidak, dua unsur atau bentuk unsur-unsur yanglebih rinci seperti dikemukakan oleh para ahli tersebut, tidak dapatdiwujudkan dalam suatu negara, berarti demokrasi atau sistemdemokratis tidak akan pernah ada, dan tentunya yang ada hanyalah

    318 Innovatio,Vol. VII, No. 14,luli-Desember2008

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    7/20

    Paradigm a Bam Demokrasi Di Indonesia: ...bentuk pemerintahan yang oligarki atau kediktatoran, meskipunnegara yang bersangkutan mengklaim bahwa pemerintahannyaatas kehendak rakyat,

    Adanya upaya untuk merubah wujud oligarki atau jeniskediktatoran lainnya tersebut menuju suatu tatanan yang demokrasi,inilah yang kemudian dikenal dengan istilah pendemokrasian ataudemokratisasi (democratization).IDemikian juga, G. O'Donnellmenambahkan, bahwa demokratisasi pad a satu sisi oleh upayapenghancuran rezim otoriter, di sisi yang lain oleh penciptaansejenis tatanan yang demokratls-Maksudnya demokratisasi (istilahlain redemokratisasi) bukan hanya sekedar upaya pemulihan daristatus quo politik, ekonomi, dan sosial, tetapi juga melibatkantransformasi nilai-nilai, praktek-praktek, dan pranata-pranatapolitik yang telah diciptakan oleh rezim otoriter sebelumnya.'

    Begitu juga-berkenaan dengan pemahaman demokratisasiini-Georg Sorensen berpendapat bahwa demokratisasi merujukpada proses perubahan menuju bentuk pemerintahan yang lebihdemokratis. Tahapan pertama meliputi pergantian rezim non-demokratis. Pada tahap kedua, elemen-elemen tertib demokrasisudah terbangun. Selama tahap ketiga, yaitu tahap konsolidasi,negara-negara demokrasi baru lebih berkembang; akhimya,praktek-parktek demokrasi menjadi bag ian dari budaya politik." 4

    C. Ukuran Pemilu yang Demokratis.Kelihatannya hampir sepakat sarjana politik bahwa Pemilu

    merupakan salah satu kriteria untuk mengukur tingkat demokrasisuatu sistem politik. Adanya demokrasi suatu negara diukur dari adaatau tidaknya Pemilu yang mengabsahkan pemerintahannya. Olehkarena, Pemilu merupakan agenda yang senantiasa dilaksanakanoleh hampir setiap negara, meskipun dengan bentuk dan tujuanyang berbeda-beda. Di antara sarjana politik tersebut, seperti Dahl,Carter dan Herz, Mayo, Ranney dan Sundhaussen.'

    Akan tetapi yang menjadi permasalahan ialah apakah Pemiluitu sendiri dijalankan dengan sistem dan proses yang demokratis,

    Innovatio, Vol. VII, No. 14, Juli-Desember 2008 319

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    8/20

    M. Hasbi Umaryakni suatu Pemilu yang diselenggarakan untuk memberikankesernpatan kepada demos agar dapat menyampaikan hak-haknya.Tentunya tidak gampang untuk dijawab, kecuali melihat bagaimanasistem dan proses Pemilu yang dilaksanakan oleh suatu negaradengan membandingkannya pada kriteria-kriteria Pemilu yangdemokratis. '

    Menyinggung masalah Pemilu demokratis, Robert A. Dahl-seperti dikutif Afan Gaffar-berpandangan bahwa Pemilu yangsalah salahsatu tujuannya untuk mengangkatpejabat-pej abat politik,harus dilakukan secara teratur (relatively frequent), adil ifair) dantanpa kekerasan (coercion). Kemudian dalam Pemilu tersebut,setiap orang yang sudah dewasa (adult) memiliki hak suara (right tovote), dan memiliki hak untuk menentukan pilihannya. IPandanganyang searahjuga dikemukakan Diamond, Linz dan Lipset. Sepertidikutif oleh Mohtar Mas'oud, mereka berpendapat bahwa Pemilubertujuan untuk rnemperebutkan jabatan-jabatan pemerintahanyang memiliki kekuasaan efektif, yang deselenggarakan secarareguler, adil, kompetitif, partisipatif, tanpa paksaan, dan tidakdiskriminatif.'

    Lebih rinci lagi, Eep Saefulloh Fatah mengemukakan terdapatsejumlah persyaratan bagi suatu Pemilu yang demokratis, yaitu: 1.Ada pengakuan hak pilih universal bagi setiap warga negara untukmemilih dan dipilih; 2. Ada keleluasaan untuk membentuk tempatpenampungan bagi pluralitas aspirasi masyarakat pemilih, tidakdibatasinya kontestan pemilu, kecuali dalam hal-hal yang dapatditolerir; 3. Tersedianya mekanisme rekruitmen politik bagi calon-calon wakil rakyat yang demokratis, seharusnya bottom up dan tidaktop down apalagi praktek dropping; 4. Ada kebebasan bagi pemilihuntuk menentukanpilihannya; 5.Masyarakatpemilih tidak terjebakdalam konteks membeli kucing dalam karung; 6. Ada komite ataupanitia pemilih yang independent; 7. Ada keleluasaan bagi setiapkontestan untuk berkompentisi secara sehat; 8. Penghitungan suarayangjujur; dan 9. Netralitas birokrasi.'

    Pendapat-pendapat tersebut, antara yang satu dengan yanglainnya tidak jauh berbeda dalam memberikan kriteria ataupersyaratan bagi Pemilu yang demoikratis. Pada intinya, suatu

    320 lnnovatio.Vol. VU, No. 14, Juli-Desember 2008

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    9/20

    Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia: ...Pemilu dianggap demokratis apabila memenuhi unsur-unsur, yaitu:1. Pemilu dilakukan secara teratur (relatively frequent); 2. Pemiludilakukan secara adil (fair) dan memberikan peluang kompetisiyang luas bagi setiap kontestan; 3. Pemilu memberikan hak pilihuniversal (right to vote) bagi setiap warga negara untuk memilih dandipilih; 4. Pemilu dilakukan secara bebas bagi pemilih tanpa adanyarasa takut dan paksaan (coercion); 5. Pemilu diselenggarakan olehlembaga yang independen (independent committee); dan 6. Pemiluyang tidak menyumbat saluran aspirasi rakyat (public aspiration).

    Unsur-unsur tersebut tidak berdiri secara terpisah, melainkanantara yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan.Oleh karena itu, jika ada sebagian unsur yang tidak terpenuhimaka berakibat tidak terpenuhi pula krieria demokratis yangdiharapkan.

    D. Bak Pilih Dalam Pemilu DPRlDPRD.Berbicaramengenai Pemilu DPRJDPRD, berarti mengarahkanpembicaraan kepada hal-hal yang berhubungan erat denganPemilu tersebut. Pada dasarnya, pembicaraan-pembicaraan yang

    berhubungan erat dengan Pemilu berada pada area yang luas,pembicaraan tersebut dapat berkenaan dengan siapa yang memilikihak memilih dan ::lipilih,bagaimana penempatan calon, bagaimanapenentuan pilihan politik rakyat, bagaimana persepsi terhadapwargayang go/put (tidak mau memilih), siapa penyelenggara Pemilu,bagaimana cara penghitungan suara dan sebagainya. Sungguhpundemikian, tulisan inihanyamengetengahkan pembicaraan mengenaiPemilu DPRlDPRD secara garis besar saja, yaitu mengenai siapayang memiliki hak pilih dalam Pemilu, sistem apa yang digunakan,dan siapa yang menjadi penyelenggara Pemilu tersebut.

    Hak pilih yang dimaksud adalah subyek yang dapat memilihdan dapat juga untuk dipilih. Adapun yang menjadi pemilih padaPemilu berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang RI No. 12 Tahun2003 Tentang PemiluAnggota DPR,DPD dan DPRD, adalah setiappenduduk yang berusia sekurang-kurangnya 17 tahun atau sudahlpemah kawin. Meskipun seseorang sebagai warga negara Indonesia

    Innovatio, Vol. VII, No. 14, Juli-Desember 2008 321

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    10/20

    M. Hasbi Umartelah meneapai usia 17 tahun at au sudah/pemah kawin sehinggamemenuhi persyaratan memiliki hak memilih, namun tidak sertamerta ia dapat menggunakan hak memilihnya dalam Pemilu. Haktersebut baru dapat digunakannya, apabila: 1. Terdaftar sebagaipemilih; 2. Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;dan 3. Tidak sedang dieabut hak pilihnya berdasarkan putusanpengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. I

    Setiap warga negara Indonesia yang telah dianggap terdaftarsebagai pemilih apabila ia telah dicatat dan didaftar oleh petugaspendaftar pemilih, baik petugas sendiri yang mendatanginyamaupun seeara aktif oleh pemilih sendiri. Pertugas terse but diangkatoleh Panitia Pemungutan Suara (PPS) untuk. mereka yang beradadalam negeri, dan oleh Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) bagiWNI yang berdomisili di luar negeri. Sedangkan bagi mereka yangterbukti sedang teganggujiwanya atau sedang die abut hak pilihnyaberdasarkanputusanpengadilanyangtelahberkekuatanhukumtetap,maka meskipun ia telah terdaftar sebagai pernilih namun ia tetaptidak dapat rnenggunakan hak pilihnya. Selain itu, sebagai pemilihtelah terdaftar, yang bersangkutan diberi tanda bukti pendaftaranyang kemudian untuk ditukarkan dengan kartu pemilih. Tandabukti tersebut penting untuk rnenghindari terjadinya lebih dari satukali pendaftaran terhadap subyek (pemilih) yang sarna. Tidak kalahpentingnya, seseorang yang sudah terdaftar dalam daftar pemilihsementara hams diumumkan kepada rnasyarakat untuk. mendapattanggapan atau koreksi.lsehingga pemilih benar-benar rnemenuhipersyaratan sebagai warga negara yang mempunyai hak pilih.

    Sedangkan mengenai siapa yang dipilih atau peserta dalarnPemilu DPRlDPRD, pada dasamya menjadi hak setiap warganegara, namun dikarenakan ketidakmungkinan semua warganegara yang begitu besar jumlahnya untuk menjalankan peran danfungsi dalam lembaga kekuasaan politik di samping juga perlunyakapabilitas untuk menjalankannya, maka mereka yang dipilih atausebagai peserta Pemilu harus memenuhi persyaratan tertentu.'

    Dalam Pemilu DPRlDPRD, yang mempunyai hak untukdipilih atau sebagai peserta Pemilu adalah partai politik, denganpersyaratan:

    322 Innovatio,Vol. VII, No. 14, Juli-Desember 2008

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    11/20

    Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia: ...1. Diakui keberadaannya sesuai dengan Undang-Undang RI No.

    31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, sebagaimana diubahdengan Undang-Undang RI No.2 Tahun 2008 tentang PartaiPolitik.

    2. Memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di 2/3 dariseluruh jumlah provinsi.3. Memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di 2/3 dariseluruh kabupatenlkota di provinsi yang bersangkutan.

    4. Memiliki anggota sekurang-kurangnya 1000 orang atau 1/1000dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan partai politikyang dibuktikan dengan kartu tanda anggota partai politik,

    5. Kepengurusan partai politik harus memiliki kantor tetap,6. Mengajukan nama dan tanda gambar partai kepada KPU,I

    Persyaratan tersebut harus dipenuhi semuanya oleh partaipolitik yang bersangkutan, untuk mendapatkan penetapankeabsahannya oleh KPU. Apabila setelah dilakukan penelitian,temyata partai politik tersebut belum mencukupi persyarstan yangtelah ditentukan, maka meskipun ia telah terdaftar namun tidakdiperkenankan menjadi peserta Pemilu sekaligus tidak berhakuntuk dipilih.'

    E. Sistem Pemilu DPRlDPRD.Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang RI No. 12 Tahun 2003,

    menjelaskan bahwa Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRDProvinsi, dan DPRD KabupatenIKota dilaksanakan dengansistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Proportionalrepresentation system (sistem perwakilan berimbang) tersebutbiasanya dikenal juga dengan istilah multi-member constituencysystem (sistem satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil).Gagasan pokok dari sistem ini adalah agar jumlah kursi yangdiperoleh oleh suatu partai politik sesuai dengan jumlah suarayang diperolehnya, dan untuk itu diperlukan adanya perimbanganantara jumlah pemilih dengan jumlah wakil yang dipilih.Dlehkarena itu, dalam Undang-Undang RI No. 12 Tahun 2003, telah

    Innovatio, Vol. vn, No. 14, Juli-Desember 2008 323

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    12/20

    \

    M. Hasbi Umarditentukan daerah-daerah pemilihan bagi pemilihan anggota DPR,DPRD Provinsi dan DPRD KabupatenIKota. Daerah Provinsi ataubagiannya ditetapkan menjadi daerah pemilihan calon anggotaDPR, Daerah Kabupaten/Kota atau gabungannya menjadi daerahpemilihan calon anggota DPRD Provinsi, dan Daerah Kecamatanatau gabungannya menjadi daerah pemilihan bagi calon anggotaDPRD Kabupaten/Kota. Setiap daerah pemilihan tersebut,berdasarkan jumlah pemilihnya yang telah ditentukan oleh KPU,mendapatkan alokasi kursi antara tiga sampai dengan 12 kursi.'

    Sistem proporsional ini sering dikombinasikan denganpengajuan daftar calon (list system) baik daftar calon terbukamaupun tertutup.iPemilu anggota DPRlDPRD menggunakan sistemdaftar calon terbuka. Dikatakan sebagai sistem daftar calon terbuka,karena yang dipilih dalam Pemilu tidak saja nomor tanda gambarpartai politiknya tetapi juga identitas calon yang dicalonkan olehpartai politik yang bersangkutan.iHal ini berbeda dengan sistemdaftar calon tertutup sebelumnya yang hanya memilih nomortanda gambar partai politik saja. Oleh karenanya, pemilih harusmemberikan bukti pilihannya (mencoblos) kepada salah seorangcal on melalui nomor tanda gambar partai politik dan identitas calonyang bersangkutan (nama dan/atau phO!O).4

    Akan tetapi, meskipun menggunakan sistem daftar calonterbuka, namun sesuai dengan sistem proporsionalnya maka yangpenetuan calon tepilih tetap didascrkan pad a suara yang sah yangdiperoleh suatu partai politik, dengan cara membagi seluruh suarayang sah dengan jumlah kursi yang tersedia, atau apa yang disebutBilangan Pembagi Pemilihan (BPP). Kursi diperoleh berdasarkanjumlah suara yang sarna atau lebih dengan BPP, danjika masih adakursi yang belum dibagi sementara tidak ada lagi jumlah suara yangmencapai BPP, maka caranya dilakukan berdasarkan sisa suara dariyang terbesar hinggakursi habis dibagi. 5Kemudian dalam penentuancalon terpilih, apabila nama seorang calon telah mencapai jumlahBPP atau lebih untuk sebuah kursi, maka ia ditetapkan sebagaicalon terpilih, tetapi jika tidak mencapai BPP maka penetapancalon terpilih dilakukan berdasarkan nomor urut partai politik pad adaftar calon di daerah pemilihan yang bersangkutan."

    324 Innovatio,Vol. VII, No. 14, Juli-Desember 2008

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    13/20

    Paradigma Bam Demokrasi Di Indonesia: ...F. Penyelenggara Pemilu DPRlDPRD.

    Berdasarkan amanat Pasal 22E ayat 5 DUD 1945,IPemiludiselenggarakan oleh suatu badan khusus yang dibentuk untukitu, atau apa yang disebut dengan Komisi Pemilihan Umum(KPU). Selain bertanggung jawab atas penyelenggaraan Pemilusebagai suatu badan yang bersifat nasional dan tetap, jugamerupakan suatu badan yang mandiri yang keberadaannya tidakdipengaruhi oleh pihak manapun juga. Oleh karena itu tidaksemua orang dapat menjadi KPU, kecuali memenuhi persyaratanyang sesuai dengan keberadaannya. Sebagai badan yang bersifatnasional, tetap dan mandiri, untuk dapat menjadi anggota KPUharus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain berkewargaanNegara Indonesia; berusia minimal 35 tahun atau 30 tahun bagiyang pemah menjadi anggota KPU; setia kepada Pancasila, DUD1945 dan Cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945; mempunyaiintegritas, pribadi yang kuat, jujur dan adil; memiliki pengetahuandan keahlian yang berhubungan dengan Pemilu; berdomisili diwilayah Republik Indonesia atau wilayah provinsi atau kabupaten/kota yang bersangkutan; sehat jasmani dan rohani; tidak menjadianggota dan pengurus partai politik; tidak pemah terpidana dengananeaman lima tahun atau lebih; tidak sedang rnenduduki jabatanpolitik, struktural dan fungsional dalam jabatan negeri; bersediabekerja sepenuh waktu; dan bersedia tidak menduduki jabatan dipemerintahan dan BUMN/BUMD selama menjadi KPU.2

    Adanya KPU sebagai badan yang bersifat nasionaI, tetap danmandiri untuk menyelenggarakan Pemilu, berarti semua tug as dankewajiban berkenaan dengan Pemilu berada dalam wewenangdan tanggungjawabnya, Oleh karena itu, badan ini memiliki suatustruktur organisasi yang Iengkap, baik di tingkat pusat maupundaerah KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota). Begitu jugamengenai tugas dan wewenangnya.

    KPU bertugas dan berwenang untuk merencanakan programdan anggaran serta menetapkanjaduaI; menyusun dan menetapkantata kerja KPU; menyusun dan menetapkan pedoman yangbersifat teknis untuk tiap-tiap tahapan berdasarkan peraturanperundang-undangan; mengkoordinasikan, menyelenggara-kan,dan mengendalikan semua tahapan; memutakhirkan data pemilihberdasarkan data kependudukan dan menetapkannya sebagai daftarpemilih; menerima daftar pernilih; menetapkan peserta Pemilu;

    Innovatio,Vol. VII, No. 14, Juli-Desernber 2008 325

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    14/20

    M. Hasbi Umarmenetapkan dan rnengumukan hasil rekapitulasi penghitungansuara sesuai tingkatannya; membuat berita acarapenghitungan suaraserta sertifikat penghitungan suara; menerbitkan keputusan KPUuntuk mengesahkan hasil Pemilu; menetapkan dan mengumumkanperolehanjurnlah kursi anggota DPRlDPRD; mengumunkan calonanggota DPRlDPRD terpilih; KPU berwenang menetapkan standarserta kebutuhan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan;memeriksa pengaduan dan/atau laporan adanya pelanggaran kodeetik; menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yangdisampaikan oleh BawasluIPanwaslu; menonaktifkan sementaradan/atau mengenakan sanksi administratif kepada anggota KPU;mensosialisasikan penyelenggaraan Pemilu dan/atau tugas danwewenang KPU; menetapkan kantor akuntan publik untukmengaudit dana kampanye; melakukan evaluasi dan membuatlaporan setiap tahapan; serta melaksanakan tugas danwewenanglain yang diberikan undang-undang.Tugas dan wewenang tersebutdilakukan secara berjenjang, bahkan sampaipada melakukanpendaftaran pemilih oleh PPS atau PPLN yang dibentuk KPU.

    Begitu besamya tugas dan tanggungjawab KPU, maka badanini tidak dibentuk untuk sesaat melainkan dibentuk untuk priodesasikerjalima tahunan. Kemudian pihakPemerintah pada dasamya tidakboleh mencampuri tugas dan kewenangan KPU, meskipun secarafinansial, anggaran KPU berada di pihak pernerintah, baik melaluiAPBN maupun APBD.2Selain itu, untuk menjaga kemandirian,integritas, dankredibilitasnya, maka pengangkatan KPU dilengkapijuga dengan pengucapan sumpah dan janji serta kode etik yangbersifat rnengikat lainnya, yang dapat memberikan konsekuensipemberhentian, jelasnya setelah mendapat rekornendasi dari dewankehormatan KPU.3

    G. Pemilu DPRlDPRD Dalam Tinjauan Demokratis.Seperti telah disinggung sebelumya, bahwa unsur-unsur

    Pemilu yang dernokratis tidak berdiri secara terpisah, melainkanantara yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Dalamkaitannya dengan Pemilu DPRlDPRD, unsur-unsur tersebut dapatdijadikan instrurnen penguji apakah Pemilu yang berlansung atauakan beralngsung pantas menyandang predikat demokratis atautidak.

    326 Innovat io ,Vo l. V I I, No . 14 , Ju li Desember2008

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    15/20

    Paradigm a Baru Demokrasi Di Indonesia: ...Pemilu DPRlDPRD Pasca Reformasi telah dilakukan secara

    teratur (relatively frequent), dilakukan secara adil (fair) danmemberikan peluang kornpetisi yang luas bagi setiap kontestan,memuat prinsip fair play dan open competition, telah memberikanhak pilih universal (right to vote) bagi setiap warga negara untukmemilih dan dipilih, dilakukan secara bebas bagi pemilih tanpaadanya rasa takut dan paksaan (coercion), dan diselenggarakanoleh lembaga yang independen (independent committee). Akantetapi apabila dikaitkan dengan unsur adanya Pemilu yang tidakmenyumbat saluran aspirasi rakyat (public aspiration), maka masihditemukan adanya beberapa tahapan yang dinilai kurang membukapeluang bagi penyaluran aspirasi rakyat. Tahapan-tahapan yangdimaksud ialah:1. Dalam tahanan pencalonan. Sebagaimana dijelaskan dalam

    Pasal 60, 61, 62, 63, 64, ~5, 66, 67, 68, 69 dan 70 Undang-Undang RI No. 12 Tahun 2003, calon hanya ditentukan secarainternal partai yang kemudian disampaikan kepada KPU, laluKPU memeriksa kelengkapan persyaratan calon dan kemu-dian menetapkannya dalam suatu keputusan. Ketentuan terse-but tidak mernberi peluang kepada rakyat untuk mengoreksikeberadaan calon, karena bolehjadi kelengkapan administrasiyang disampaikan kepada KPU tidak sesuai dengan yang se-benarnya, aten mungkin adanya suatu kehilafan, Tentunya disinilah letak perlu dibukanya peluang rakyat untuk melakukancheck and recheck.

    2. Dalam hal penentuan suara yang sah. Seperti dimuat dalamPasal93 Undang-Undang RI No. 12 Tahun 2003, di antaranyasuara sah apabila surat suara dicoblos padatanda gambar par-tai politik dan tanda identitas calon, atau pada tanda gambarpartai politik saja. Implikasi pemahaman dari ketentuan terse-but, suara tidak sah apabila hanya dicoblos pada tanda iden-titas calon saja. Pada hal mungkin pemilih lebih dekat secaranuraninya kepada calon dibandingkan partainya, meskipun se-seorang calon tidak bisa dilepaskan dari partainya.

    3. Dalam hal penetuan calon terpilih. Masalah ini dijelaskandalam Pasall05, 10 6, 10 7, 10 8, 110 dan 111 Undang-Undang

    Innovatio,Vol. VU, No. 14, Juli-Desember 2008 327

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    16/20

    M. Hasbi UmarRI No. 12 Tahun 2003. Antara lain pada Pasall07 dijelaskanbahwa calon yang berdasarkan namanya telah mencapai angkaBPP langsung ditetapkan sebagai calon terpilih. Tetapi apabilanama calon tidak mencapai angka BPP, calon terpilih ditetap-kan berdasarkan nomor urut pada daftar calon di daerah yangbersangkutan. Dalam hal ini, untuk mencapai derajat demokra-si-di mana calon terpilih berdasarkan aspirasi demos-seha-rusnya calon terpilih berdasarkan suara terbanyak meskipun ti-dak mencapai angka BPP. Oleh karena dengan ketentuan pasalterse but, elit partai sangat berkuasa menentukan calon terpilihberdasarkan nomor urut, dan tidak pada suara terbanyak wa-laupun seseorang calon berdasarkan namanya hanya kurangsedikit dari angka Bl'R'Padahal, calon berdasarkan namor uruttertinggi tersebut tidak dikenal dan tidak atau hanya sedikitmendapat dukungan dari demos.Berdasarkan=-paling tidak-tiga tahapan tersebut terdapat

    indikasi adanya penyumbatan saluranaspirasi rakyat. Ketika aspirasirakyat itu tersumbat, berarti juga unsur untuk tidak menyumbatsaluran aspirasi rakyat dalam Pemilu DPRlDPRD tidak terpenuhi,Dengan demikian jelasnya Pemilu DPR/DPRD masih memuatunsur Pemilu yang tidak demokratis. Di sini bukan sistemnya-apakah sistem proporsional ataukah sis tern distrik-yang menjadipersoalan tetapi proses itu sendiri yang jadi masalah.

    H. Kesimpulan.Melalui uraian-uraian tersebut, sebagai tujuan akhir dari

    penulisan tulisan ini maka ada beberapa kesimpulan yang dapatdiambil, yaitu: Pertama, demokratisasi pada dasarnya adalahupaya atau proses untuk .mewujudkan demokrasi itu sendiri.Upaya atau proses tersebut dilakukan dengan melumpuhkan ataumenggantikan rezim non-demokratis, membangun tatanan-tatanandemokratis, dan melakukan konsolidasi-konsolidasi agar praktek-parktek demokrasi menjadi bagian dari budaya politik.

    Kedua, Pemilu merupakan salah satu kriteria untuk mengukurtingkat demokrasi suatu sistem politik. Pemilu memegang peranan

    328 Innovatio,Vol. VII, No. 14 , luli-Desember 2008

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    17/20

    Paradigma Bam Dernokrasi Di Indonesia: ...penting dalam proses demokratisasi, karena jika Pemilu tidakdijalankan sebagaimana mestinya-yakni sebagai sarana untukmewujudkan hak-hak demos, baik dipilih atau memilih secarabebas dan teratur-maka sekaligus mengindikasikan kegagalandalam upaya demokratisasi itu sendiri.

    Ketiga, ada enamunsuryang harus dipenuhi untukmewujudkansuatu pemilu yang demokratis, yaitu: a. dilakukan secara teratur(relativelyfrequent); b. dilakukan secara adil (fair) danmemberikanpeluang kompetisi yang luas bagi setiap kontestan; c. memberikanhak pilih universal (right to vote) bagi setiap warga negara untukmemilih dan dipilih; d. dilakuk:an secara bebas, tanpa adanya rasatakut dan paksaan (coercion); e. diselenggarakan oleh lembagaindependen (independent committee); dan f. tidak menyumbatsaluran aspirasi rakyat,

    Keempat, secara umum unsur-unsur tersebut-yakni limaunsur pertama-sudah terpenuhi dalam Pemilu DPRJDPRD PascaOrde Baru. Tetapi, unsur keenam-adanya Pemilu yang tidakmenyumbat saluran aspirasi rakyat (public aspiration )-inilahyang tidak terpenuhi. Tidak terpenuhinya unsur keenam tersebutdisebabkan masih terdapat tahapan-tahapan yang tidak demokratis.Tahapan-tahapan itu antara lain, yaitu rakyat tidak dapat melakukankoreksi terhadap seseorang calon (tahap pencalonan), dukunganrakyat dianggap tidak sah apabila hanya mencoblos pada tandaidentitas calon saja (tahap pemungutan suara), dan pilihan rakyatbelum mutlak menjadi calon terpilih jika tidak mencapai angkaBPP meskipun memiliki suara terbanyak (tahap penetuan calonterpilih). Pada tahapan-tahapan tersebut-tahap pencalonan, tahappemungutan suara dan tahap penetuan calon terpilih-terdapatindikasi adanya penyumbatan saluran aspirasi rakyat. Ketikaaspirasi rakyat itu tersumbat, berarti juga Pernilu DPRlDPRDmasih memuat unsur yang tidak demokratis.

    Perubahan-perubahan tersebut hendaknya semakinmeningkatkan kualitas proses Pemilu di Indonesia, khususnya untukPemilu 2009 yang akan datang. Karena harus diakui bahwa masihada sinyalemen yang dapat menganggu tingkat kualitas demokratisPemilu. Hal itu terjadi disebabkan adanya penyumbatan saluran

    Innovatio,Vol. VII, No. 14, Juli-Desernber 2008 329

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    18/20

    M. Hasbi Umaraspirasi rakyat dalam penyelenggaraan PerniIu. Ke depan tidakada pilihan yang ideal, jika ingin rnemberikan kesempatan kepadarakyat untuk rnenyampaikan haknya maka penyumbatan saluranaspirasi rakyat dalam penyelenggaraan Pernilu mesti ditiadakan.

    Catatan Akhir:Soehino, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 2000, HIm. 18-20.

    2 Ibid, HIm. 26-27.3 Ibid, HIm. 60.4 Sebuah Iaporan studi yang disponsori oleh salah satu organ PBB yakni

    UNESCO pada awal19S0-an meny eb utk an b ahwa tidak ada satupun tanggapanyang menolak 'demokrasi' sebagai Iandasan dan sistem yang paling tepat danideal bagi semua organisasi politik dan organisasi sosial modem. Studi yangmelibatkan lebih dari 100 orang sarjana barat dan timur itu dapat dipandangsebagai jawaban yang sangat pent ing bagi studi-studi tentang demokrasi." AfanGafar baca dalam Dahlan Thaib dan Ni'matul Huda (ed), Pemilu dan LembagaPerwakilan Dalam Ketatanegaraan Indonesia, FH UII, Yogyakarta, 1992, HIm.vi.

    S Bentuk pemerintahan manapun dapat mengklaim bahwa ia berdasarkan kehendakrakyat, apakah pemerin tahan oJigarki atau kediktatoran, ataupun monarki. Hanyasatu jenis pemerintahan saja yang berdiri di atas pelaksanaan kehendak rakyatsecara konstitusional." Baca RM. Maclver, The Web of'Government, (terjemahanLaila Has yim) , Aks ar a Baru, Jakarta, 1985, HIm. 212.

    6 Robert A. Dahl, Democracy and Its Critics, (terjemahan), Yayasan Obor, Jakarta,1989, Him. 13-IS.

    7 Ibid, HIm. xxix-xxx,8 Afan Gaffar, Po/it ik Indonesia, Transisi Menuju Demokrasi, Pusaka Pelajar,

    Yogyakarta, 2000, HIm. 7-9.9 Bryan A. Gamer (ed), Black ~Law Dictionary, Seventh Edition, West Publishing

    Co., ST. Paul Minn, 1999, HIm. 444.10 RM. Maclver, Op. cu. HIm. 212.11 Democratization: to make or become democratic. Victoria Neufeldt (ed),

    Webster ~ New World College Dictionary, Third Edition, Macmillan, USA,1996, HIm. 367.

    12 MuhammadAS Hikarn, Demokrasi dan Civil Society, LP3ES, Jakarta,1999,Hlm.32.

    I3 Ibid, HIm. 35.14 George Sorensen, Demokrasi dan Demokratisasi: Proses dan Prospek Dalam

    Sebuah Dunia yang Sedang Berubah, (Alih Bahasa I Made Krisna), PustakaPelajar, Yogyakarta, 2003, HIm. 275

    IS Eep Saefulloh Fatah, Op, Cit; Him. 14330 Innovatio,Vol. VII, No. 14, Juli-Desernber 2008

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    19/20

    I ,

    Paradigm a Bam Demokrasi Di Indonesia:...16 Afan Gaffar, Op. Cit., HIm. 7.17 Mohtar Mas' oed, Negara Kapital dan Demokrasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

    1994, HIm. 10.18 Eep Saefulloh Fatah, Op, cu. HIm. 15~I7.19 Undang-Undang Rl No.Jz Tahun 2003 TentangPemiluAnggota DPR, DPD danDPRD, PasalI4 ayat (1) dan (2).20 Ibid, Pasal 53 ayat (1), Pasal 37 ayat (4), Pasal 53 ayat (2), Pasal 14 ayat (3),PasaI56 dan PasaI59.21 Afan Gaffar, Op. Cit., HIm. 9.22 Op. Cit., PasaI7 ayat (1)23 Ibid, Pasal 7 ayat (2), (3) dan (4).24 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1992, HIm. 178.25 Op. c, PasaI46.26 Miriam Budiardjo, Op. Cit., HIm. 179.27 Gp. cu., Pasal 82 ayat (2).28 Ibid, Pasa! 93.29 Ibid, Pasal 105 dan Pasal 10630 Ibid, Pasal 107 ayat (2).31 Dalam Pasal 22E ayat (5) dikatakan: "Pemilihan umum diselenggarakan olehsuatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasionaI, tetap dan mandiri"32 Undang-Undang R1No. 22 Tahun 2,,07 tentang Penyelenggara Pemilu, Pasal

    11.33 Ibid, Pasal 26.34 Ibid, Pasal 114, 115 dan 116.35 Ibid, Pasal Ill, 112 dan 113.36 Dengan memperhatikan Pemilu 1999, maka kecil kemungkinan bagi seseorangcalon untuk dapat rnencapai jumlah BPP berdasarkan daerah pemilihannya.Sayuti Una, Demokratiskah Sistem Penyoblosan dan Penetuan Calih Pemilu

    2004, Opini yang Ditulis Dalam Harian Jambi Ekspres, Jambi, Tanggal 27Pebruari 2003.

    J. Daftar PustakaBudiardjo, Miriam, 1992, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta:

    Gramedia Pustaka Utama.Dahl, Robert A., 1989, Democrasy and Its Critics, (terjemahan),

    Jakarta: Yayasan Obor.Fatah, Eep Saefulloh, 1997, Evaluasi Pemilu Orde Baru, Seri

    Innovatio.Vol. VB, No. 14, Ju1i-Desember 2008 331

  • 5/10/2018 Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

    20/20

    ,--- .- M. Hasbi UmarPenerbitan Studi Politik, Jakarta: LIP FISIP UI.

    Gaffar,Afan, 2000, Politik Indonesia, Transisi.Menuju Demokrasi,Yogyakarta: Pusaka Pelajar,

    Garner, Bryan A., (ed), 1999, Black's Law Dictionary, SeventhEdition, ST. Paul Minn: West Publishing Co.

    Hikam, Muhammad AS., 1999, Demokrasi dan Civil Society,Jakarta: LP3ES.Huntington, Samuel P., 1991, The Third Wave:Democratizationin the Late Twentieth Century, Oklahoma: University of

    Oklahoma Press.MacIver, RM., 1985, The Webof Government, (terjemahan Laiia

    Hasyim), Jakarta: Aksara Bam.Mahfud, Moh., MD., 1999, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi,

    Yogyakarta: Gama Media.Mas'oed, Mohtar, 1994, Negara Kapital dan Demokrasi,

    Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Neufeldt, Victoria, (ed), 1996, Webster's New World CollegeDictionary, Third Edition, USA: Macmillan.Soehino, 2000, Ilmu Negara, Yogyakarta: Liberty.Sorensen, Georg, 2003, Demokrasi dan Demokratisasi: Proses dan

    Prospek Dalam Sebuaii Dunia yang Sedang Berubah, (AlihBahasa I Made Krisna), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Thaib, Dahlan, dan Ni'matul Huda (ed), 1992, Pemilu danLembaga Perwakilan Dalam Ketatanegaraan Indonesia,Yogyakarta: FH UII.

    Undang-Undang Dasar RI 1945Undang-Undang RI. No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor138).

    Undang-Undang RI No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu AnggotaDPR, DPD, dan DPRD (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 37).

    Harian Jambi Ekspres Tanggal 27 Pebruari 2003.332 In novatio, V ol. V II, N o. 14 , Ju li-D esem ber 20 0 8