Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

26
Paradigma Baru Demokrasi di Indonesia Raafi Nurlistiani 170210120113 HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS PADJADJARAN

Transcript of Paradigma Baru Demokrasi Di Indonesia

Paradigma Baru Demokrasi di Indonesia

Raafi Nurlistiani 170210120113

HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS PADJADJARAN

Latar Belakang

• Pemilihan umum yang terjadi untuk memilih DPR/ DPRD terdapat perbedaan sistem yang digunakan antara satu pemerintahan daerah dengan daerah lainnya. Hal tersebut menjadikan pertanyaan karena aturan pemilihan umum sudah di atur dalam konstitusi.

• UUD 1945 Pasal 22 E ayat 1: “Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali”

• Belakangan ini muncul beberapa pendapat yang meragukan bahwa demokrasi bukanlah sistem politik dalam sebuah negara.

• Hal tersebut telah dipikirkan oleh beberapa tokoh pemikir terdahulu, seperti Plato, Aristotle, dan Thomas Aquinas.

• Plato membagi bentuk sistem penyelenggaraan negara ke dalam bentuk yang berotasi terus menerus, yaitu Aristokrasi, Timokrasi, Oligarki, Demokrasi dan Tyrani. Dengan bentuk yang terbaik adalah Aristrokrasi dan terburuk adalah Tryrani.

• Aristoteles sebagai murid Plato juga membagi bentuk penyelenggaraan negara ke dalam beberapa bentuk ideal dan bentuk yang buruk. Bentuk idealnya adalah Monarki, Aristokrasi, dan Republik Konstitusionil, sedangkan bentuk yang buruk adalah Tyranni, Oligarki dan Demokrasi. Bentuk yang buruk muncul apabila bentuk ideal gagal terlaksana.

• Thomas Aquinas bentuk terbaik meliputi Monarki Aristokrasi dan Politeia sedangkan bentuk yang buruk adalah Tyrani, Oligarki dan Demokrasi.

• Dalam penjelasan di atas terlihat bahwa demokrasi meruapakan bentuk yang buruk, namun mengesampingkan teori tersebut pada kenyataanya saat ini demokrasi dianggap sebagai sistem yang paling tepat dan ideal bagi organisasi politik dan sosial modern.

• Dalam peradaban Yunani demokrasi atau demokratia berasal dari kata demos yang bersinonim populus yang artinya rakyat dan kratia yang berarti pemerintahan atau wewenang. Dengan begitu artinya adalah pemerintahan oleh Rakyat.

• Pemahaman demokrasi yang terjadi pada zaman modern saat ini berbeda dengan pemahaman demokrasi pada saat peradaban Yunani. Masyarakat Yunani Kuno, menggunakan tatanan demokrasi apabila sekurang- kurangnya memenuhi enam persyaratan yaitu :

1. W arga negara harus cukup serasi dalam kepentingan mereka.

2. Warga negara harus amat padu dan homogen. 3. Warga negara harus berada dalam jumlah yang

sangat kecil, yang secara ideal bahkan lebih kecil dari 40.000 samapai 50.000 yang terdapat di Athena di masa Periscles, guna menghindari adanya keragaman dan ketidakserasian.

4. Warga negara harus dapat berkumpul dan secara langsung memutuskan undang- undang dan keputusan- keputusan mengenai kebijakan.

5. Warga negara tidak hanya berpartisipasi dalam pertemuan- pertemuan majelis, tetapi juga dengan aktif dalam memerintah kota, dan

6. Negara kota harus tetap sepenuhnya otonom, artinya pada prinsipnya setiap kota harus berswasembada, tidak hanya secara politik, tetapi juga secara ekonomi dan militer.

• Menurut Afan Gaffar, suatu political order dikatakan menggunakan sistem yang demokratis apabila memenuhi syarat:

1. Adanya akuntabilitas. Dalam demokrasi, setiap pemegang jabatan yang dipilih harus mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah ditempuhnya.

2. Adanya rotasi kekuasaan. 3. Adanya rekuitmen politik yang terbuka. Setiap orang

yang memenuhi persyaratan dapat mengisi jabatan politik dengan mempunyai peluang yang sama.

4. Adanya pemilihan umum. 5. Adanya kebebasan untuk menikmati hak-hak dasar

sebagai warga negara. Dalam negara demokrasi, setiap warga negara berhak menikmati hak- hak dasar seperti hak menyatakan pendapat, hak berkumpul dan berserikat, menikmati pers yang bebas.

• Demokrasi bukan hanya cara memerintah yang lebih utama adalah bagaimana mekanisme untuk sampai kepada siapa yang boleh memerintah tersebut R.M. Maclver mendukung pendapat diatas.

• Menurutnya seharusnya hal tersebut benar- benar harus tertanam dalam hati masyarakat saat akan memilih sehingga mereka tidak akan memilih secara asal- asalan.

Ukuran Pemilu yang Demokratis

• Pemilu dianggap demokratis apabila memenuhi unsur- unsur, yaitu:

1. Pemilu dilakukan secara teratur ( relatively frequent) 2. Pemilu dilakukan secara adil ( fair) dan memberikan

peluang kompetisi yang luasa bagi setiap kontestan. 3. Pemily memberikan hak pilih universal ( right to vote)

bagi setiap warga negara untuk memilih dan dipilih. 4. Pemilu dilakukan secara bebas bagi pemilij tanpa

adanya rasa takut dan paksaan ( coercion) 5. Pemilu diselenggarakan oleh lembaga yang

independen ( independent committe) 6. Pemilu yang tidak menyumbat saluran aspuras rakyat

( public aspiration)

Hak Pilih dalam Pemilu DPR/DPRD

• Menurut Undang – Undang RI No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR/ DPRD yang menjadi pemilih pada pemilu adalah setiap penduduk yang berusia sekurang- kurangnya 17 tahun atau sudah/ pernah kawin.

• Hak pilih tersebut baru dapat digunakan apabila terdaftar sebagai pemilih, nyata- nyata tidak sedang terganggu jiwa/ ingatannya dan tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

• Jika didapati seseorang yang sedang mengalami gangguan kejiwaan, dan sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan dan tercantum dalam daftar pemilih tetap saja pemilih tersebut tidak dapat menggunakan hak pilihnya.

• Sebagai pemilih yang telah terdaftar maka akan diberi tanda bukti pendaftaran yang ditukarkan dengan kartu pemilih.

• Dalam pemilu DPR/ DPRD yang mempunyai hak untuk dipilih atau sebagai peserta Pemilu adalah partai politik, jika memenuhi persyaratan :

1. Diakui keberadaan sesuai dengan Undang- Undang RI No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politi, sebagaimana diubah dengan Undang- Undang RI No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

2. Memiliki pengurus lengkap sekurang- kurangnya di 2/3 dari seluruh jumlah provinsi.

3. Memiliki pengurus lengkap sekurang- kurangya di 2/3 dari seluruh kabupaten/ kota di provinsi yang bersangkutan.

4. Memilki anggota sekurang- kurangnya 1000 orang atau 1/1000 dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan partai politik yang dibuktikan dengan kartu tanda anggota partai politik.

5. Kepengurusan partai politik harus memiliki kantor tetap.

6. Mengajukan nama dan tanda gambar kepada KPU.

Sistem Pemilu DPR/DPRD• Sesuai dengan pasal 6 ayat 1 Undang –Undang

RI No. 12 Tahun 2003, menjelaskan bahwa Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka.

• Propotional representation system ( dengan sistem perwakilan berimbang ) atau biasa dikenal dengan istilah multi-member constituency system ( sistem satu daerah pemilih memilih beberapa wakil ).

• Gagasan pokok dari sistem ini agar jumlah kursi yang diperoleh oleh suatu partai politik sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya dan untuk itu diperlukan adanya perimbangan antara jumlah pemilih dengan jumlah wakil yang dipilih.

• Daerah Provinsi atau bagiannya ditetapkan menjadi daerah pemilihan calon anggota DPR, Daerah Kabupaten/Kota atau gabungannya menjadi daerah pemilihan calon anggota DPRD Provinsi, dan Daerah Kecamatan atau gabungannya menjadi daerah pemilihan bagi calaon anggota DPRD Kabupaten/ Kota.

• Setiap daerah pemilihan tersebut, berdasarkan jumlah pemilihnya yang telah ditentukan oleh KPU, mendapatkan alokasi kursi antara tiga sampai duabelas kursi.

• Sistem proposional yang digunakan sering dikombinasikan dengan pengajuan daftar calon list system baik daftar calon yang terbuka atau yang tertutup.

• Dikatakan sebagai sistem daftar calon terbuka karena yang dipilih dalam Pemilu tidak saja nomor tanda gambar partai politik yang bersangkutan, jika dalam sistem daftar calon tertutup hanya memilih nomor tanda gambar partai politik saja.

• Meskipun menggunakan sistem daftar calon terbuka, tetap sesuai dengan sistem proporsionalnya maka yang penentuan calon terpilih, tetap didasarkan pada suara yang sah yang diperoleh suatu partai politik dengan cara membagi seluruh suara yang sah dengan jumlah kursi yang tersedia (Bilangan Pembagi Pemilihan).

• Jika masih terdapat kursi tersisa sementara tidak terdapat lagi jumlah suara yang mencapai BPP maka dilakukan berdasarkan sisa suara dari yang terbesar hingga kursi habis dibagi.

Penyelenggaraan Pemilu DPR/DPRD

• Berdasarkan pasal 22E ayat 5 UUD 1945, Pemilu diselenggarakan oleh suatu badan khusus yang dibentuk yang disebut dengan Komisi Pemilihan Umum.

• KPU bersifat nasional, tetap dan mandiri yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh pihak manapun.

• Syarat menjadi anggota KPU:1. Berkewarganegaraan Indonesia;2. Berusia minimal 35 tahun atau 30 tahun bagi yang pernah

menjadi anggota KPU; 3. Setia kepada Pancasila, UUD 1945 dan cita- cita Proklamasi 17

Agustus 1945; 4. Mempunyai integritas, pribadi yang kuat, jujur dan adil; 5. Memiliki pengetahuan dan keahlian yang berhubungan dengan

Pemilu; 6. Berdomisili di wilayah Republik Indonesia atau wilayah provinsi

atau kabupaten/kota yang bersangkutan;7. Sehat jasmani dan rohani; 8. Tidak menjadi anggota dan pengurus partai politik; 9. Tidak pernah terpidana dengan ancaman lima tahun atau lebih;10. Tidak sedang menduduki jabatan politik, struktural dan

fungsional dalam jabatan negeri; 11.Bersedia bekerja sepenuh waktu; dan bersedia tidak menduduki

jabatan di pemerintahan dan BUMN/BUMD selama menjadi KPU.

• KPU mempunyai struktur di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.

• KPU dibentuk untuk lima tahun masa kerja, walaupun KPU secara finansial berada di bawah pemerintah melalui APBN atau APBD tetapi pemerintah tidak boleh mencampuri tugas dan kewenangan KPU.

Pemilu DPR/ DPRD dalam Tinjauan Demokratis

• Pemilu pasca Reformasi telah dilakukan secara teratur, adil dan memberikan peluang kompetisi yang luas bagi setiap kontestan, fair play and open competition, namun masih ditemukan beberapa tahapan-tahapan yang dinilai kurang yakni peluang bagi penyaluran aspirasi rakyat. Tahapan- tahapan yang dimaksud :

• Tahapan Pencalonan. Dalam Undang- Undang RI no 12 Tahun 2003, calon hanya ditentukan secara internal oleh partai kemudian disampaikan kepada KPU, lalu KPU yang menetapkan keputusan. Dalam hal ini tidak dibukanya peluang rakyat untuk melakukan check and recheck.

• Dalam hal penentuan suara yang sah. Surat suara yang dinyatkan sah hanya jika surat suara tersebut dicoblos pada tanda gambar partai politik dan tanda identitas calon, atau pada tanda gambar partai politik saja. Berarti jika di coblos hanya pada identitas calon tidak sah padahal mungkin sekali jika pemilih lebih dekat secara nurani kepada calon dibandingkan partainya.

• Dalam hal penentuan calon terpilih. Dalam hal penetapan calon yang terpilih yang tidak memenuhi angka BPP, calon terpilih ditetapkan berdasarkan nomor urut pada daftar calon di daerah yag bersangkutan. Konteks ini secara tidak langsung menggambarkan kepada kita bahwa calon terpilih tersebut terpilih bukan berdasarkan kehendak dari rakyat, bisa saja calon yang terpilih berdasarkan nomor urut tidak mendapatkan suara yang banyak dibandingkan dengan calon dengan nomor urut lain yang mungkin hampir memenuhi angka BPP.

• Dengan demikian oleh karena terdapat unsur yang masih belum dapat terpenuhi yaitu penyaluran aspirasi rakyat dalam proses pemilu tersebut maka pemilu DPR/DPRD masih memuat unsur Pemilu yang tidak demokratis.

Kesimpulan1. Demokratisasi merupakan upaya atau proses untuk

mewujudkan demokrasi. 2. Pemilu merupakan salah satu kriteria untuk

mengukur tingkat demokrasi suatu sistem politik.3. Terdapat enam unsur yang telah disebutkan pada

uraian sebelumnya yang harus dipenuhi dalam mewujudkan suatu pemilu yang demokratis.

4. Terdapat satu unsur yang tidak terpenuhi yakni adanya Pemilu yag tidak menyumbat aspirasi rakyat ( unsur yang keenam). Tidak terpenuhinya unsur tersebut akibat terdapat tahapan- tahapan yang tidak demokratis. Tiga tahapan tersebut telah dijelaskan sebelumnya.

TERIMAKASIH