Paradigma Baru Pembelajaran

22
PRAGADIGMA DALAM STRATEGI PEMBELAJARAN Oleh Zulkarnaini *) 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tahun 2003 merupakan awal dari penerapan paradigma baru pendidikan di Tanah Air. Pada tahun itu Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan. Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dari Undang-undang Nomor 2/89. Dua tahun kemudian disusul dengan lahirnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Tahun 2006 disusul oleh sejumlah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional seperti Nomor 22/2006 tentang Standar Isi, 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan 24 tentang Pelaksanaan Permen 22/2006 dan 23/2006. Permen standar lainnya menyusul pada tahun-tahun berikutnya. Jadi, undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan menteri itulah yang mengawali munculnya paradigma baru pendidikan secara yurids (hukum). Teknologi informasi dan komunikasi tumbuh dan berkembang sangat cepat. Dunia bagaikan mengecil. Peristiwa yang terjadi di salah satu belahan dunia dapat diketahui pada detik itu juga pada belahan dunia lain. Pemanfaatan telepon seluler dan internet menjadikan informasi dapat ditransformasi dengan mudah, cepat, tepat, dan akurat. Hal itu juga memasuki dunia pendidikan. Pembelajaran jarak jauh, e-learning, dan pemanfaatan media 1 Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected] , web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

description

Paradigma Pendidikan

Transcript of Paradigma Baru Pembelajaran

Page 1: Paradigma Baru Pembelajaran

PRAGADIGMA DALAM STRATEGI PEMBELAJARANOleh Zulkarnaini *)

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Tahun 2003 merupakan awal dari penerapan paradigma baru pendidikan di Tanah Air.

Pada tahun itu Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional ditetapkan. Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dari Undang-undang

Nomor 2/89. Dua tahun kemudian disusul dengan lahirnya Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Tahun 2006 disusul oleh

sejumlah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional seperti Nomor 22/2006 tentang Standar Isi,

23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan 24 tentang Pelaksanaan Permen 22/2006 dan

23/2006. Permen standar lainnya menyusul pada tahun-tahun berikutnya. Jadi, undang-undang,

peraturan pemerintah, dan peraturan menteri itulah yang mengawali munculnya paradigma baru

pendidikan secara yurids (hukum).

Teknologi informasi dan komunikasi tumbuh dan berkembang sangat cepat. Dunia

bagaikan mengecil. Peristiwa yang terjadi di salah satu belahan dunia dapat diketahui pada detik

itu juga pada belahan dunia lain. Pemanfaatan telepon seluler dan internet menjadikan informasi

dapat ditransformasi dengan mudah, cepat, tepat, dan akurat. Hal itu juga memasuki dunia

pendidikan. Pembelajaran jarak jauh, e-learning, dan pemanfaatan media elektronik lainnya

merupakan alternatif yang ditawarkan kepada dunia pendidikan. Hal ini pun membawa

paradigma baru dalam dunia pendidikan.

Akibat pengaruh teknologi, keadaan dan kebutuhan masyarakat pun berubah. Perubahan

keadaan dan kebutuhan masyarakat juga mengibas ke dunia pendidikan. Kebutuhan masyarakat

terhadap ilmu, pengetahuan, teknologi, dan informasi menjadikan tantangan berat bagi dunia

pendidikan. Dunia pendidikan sebagai penyedia jasa pendidikan senantiasa berupaya member

kepuasan kepada masyarakat pelanggannya. Hal-hal seperti itu juga akan membawa perubahan

paradigma pendidikan. Paradigma baru pun bergulir di dunia pendidikan dalam hal mengelola

dan melaksanakan pendidikan. Perubahan itu seirama dengan tuntutan kebutuhan masyarakat

sebagai pemakai jasa dunia pendidikan.

1Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

Page 2: Paradigma Baru Pembelajaran

Perubahan paradigma pendidikan, khususnya pembelajaran dimulai dari perubahan

kurikulum. Ada dua hal penting yang harus berubah jika terjadi perubahan kurikulum. Kedua hal

penting itu adalah perubahan paradigma dan perubahan dokumen. Perubahan paradigma berarti

perubahan pola berpikir dan pola bertindak dalam memandang, menyikapi, dan melaksanakan

kurikulum pendidikan pada umumnya dan pembelajaran pada khususnya. Perubahan dokumen

berarti perubahan terhadap semua dokumen, baik perangkat kurikulum maupun perangkat

pembelajaran. Perubahana paradigma dan perubahan dokumen menjadi mutlak pada setiap

perubahan kurikulum. Jika hanya salah satu yang berubah, tentu akan terjadi kepincangan dalam

pelaksanaan.

Bahan sederhana ini berbicara tentang tiga hal. Ketiga hal itu adalah paradigma

pendidikan/ pembelajaran, kurikulum, dan strategi pembelajaran berdasarkan paradigma

kurikulum. Dari ketiga hal itu dikembangkan menjadi beberapa pokok bahasan. Masing-masing

bagian akan terdiri dari sjeumlah pokok bahasan. Dengan pengorganisasian seperti itu

diharapkan bahan ini dapat memenuhi topik sajian seperti yang tertera pada jadwal dan silabus

kegiatan.

1.2 Deskripsi Materi

Pada bagian paradigma dibahas tiga hal pokok. Ketiga hal pokok itu adalah landasan

paradigma, konsep paradigma, dan implikasi paradigma terhadap perangkat kurikulum dan

perangkat pembelajaran. Pada landasan paradigma dibicarakan landasan hukum, landasan

teoretis, dan landasan empiris. Pada konsep paradigma dititikberatkan pembahasan kepada

paradigma pembelajaran berdasarkan konsep dan landasan. Pada implikasi paradigma

pembelajaran terhadap kuriklulum dibahas perubahan-perubahan pada penanganan,

pengelolaan ,dan pelaksanaan kurikulum.

Pada bagian kurikulum dibahas tiga hal pokok pula. Ketiga hal itu adalah konsep

kurikulum dan kurikulum tingkat satuan pendidikan, dokumen kurikulum, dan mekanisme

penyusunan kurikulum. Pada bagian konsep kurikulum dibahas dua hal pokok yakni konsep

kurikulum menurut undang-undang dan konsep kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pada bagian dokumen kurikulum dibahas jenis-

jenis perangkat kurikulum dan perangkat pembelajaran. Pada bagian mekanisme penyusunan

2Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

Page 3: Paradigma Baru Pembelajaran

kurikulum dibicarakan tim penyusun kurikulum, fase kegiatan penyusunan kurikulum, dan

pemberlakuan kurikulum.

1.3 Tujuan Kegiatan

Setelah mengikuti kegiatan ini peserta diharapkan mampu:

(1) menjelaskan konsep dan landasan paradigma pendidikan/ pembelajaran;

(2) menjelaskan konsep kurikulum dan konsep kurikulum tingkat satuan pendidikan;

(3) menjelaskan dokumen kurikulum berupa perangkat kurikulum dan perangkat

pembelajaran;

(4) menjelaskan mekanisme penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan; dan

(5) menjelaskan tugas-tuas kepala satuan pendidikan untuk mengaplikasikan paradigma

dalam strategi pembelajaran.

2. Paradigma Pendidikan

Paradigma adalah kerangka berpikir (KBBI, 1999:648). Kerangka berpikir dapat

diartikan sebagai pola berpikir. Makna paradigma kemudian berkembang dalam pemakaian

sehari-hari. Perkembangan makna itu menjadi pola pikir dan pola tindak. Dalam konteks ini,

paradigma diartikan secara operasional sebagai pola berpikir dan pola bertindak. Bagian ini

membicarakan konsep paradigma yang dikaitkan dengan pendidikan. Dikaitkan dengan

pembaruan-pembaruan yang harus dan telah dilakukan di dalam dunia pendidikan. Oleh karena

itu, konsep yang dibahas adalah konsep paradigma baru pendidikan.

Paradigma baru pendidikan, dengan demikian adalah pola berpikir dan pola bertindak

baru dalam pendidikan. Pola berpikir dan pola bertindak itu menyangkut dengan sikap, prilaku,

dan tindakan dalam pelaksanaan pendidikan. Jadi, paradigma baru pendidikan adalah “pola

berpikir dan bertindak baru dalam memandang, menyikapi, dan melaksnakan pendidikan

(Zulkarnaini, 2004)”.

Pola berpikir dan pola bertindak baru dalam memandang, menyikapi, dan melaksanakan

pendidikan itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor itu meliputi faktor yuridis, faktor teoretis,

dan faktor empiris. Dengan adanya ketentuan-ketentuan hukum baru, seperti lahirnya Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, akan

dapat (dan seharusnya) mengubah paradigma. Perkembangan ilmu dan teknologi juga dapat (dan 3

Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

Page 4: Paradigma Baru Pembelajaran

seharusnya) mengubah paradigma. Implikasi dari teknologi informasi dan komunikasi di

antaranya adalah terjadinya perubahan keadaan dan kebutuhan masyarakat. Perubahan itu juga

berdampak kepada perubahan paradigma. Pengalaman empiris yang dilalui selama ini dalam

dunia pendidikan, juga berpengaruh terhadap perubahan paradigma.

Perubahan paradigma itu ditujukan kepada setiap anggota masyarakat yang

berkepentingan dengan pendidikan. Hampir semua orang berkepentingan dengan pendidikan.

Untuk itu dapat dikelompokkan atas tiga kelompok. Kelompok pertama ada orang-orang yang

mengurus dan menunjang pelaksanaan pendidikan. Kelompok ini disebut tenaga kependidikan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab I, pasa 1, ayat (5) menyatakan, “

Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk

menunjang penyelenggaraan pendidikan.”

Kelompok kedua adalah pendidik. Pendidik menurut undang-undang ini pada ayat (6)

menyatakan, “ Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,

konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang

sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan”.

Kelompok ketiga adalah pemakai atau pengguna jasa pendidikan. Kelompok ini adalah

anggota masyarakat dan peserta didik. Mengenai peserta didik dinyatakan pada ayat (4) undang-

undang ini, “Pesert adidik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi

diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan

tertentu.”

Tenaga kependidikan, pendidik, dan masyarakat pengguna jasa pendidikan seyogianya

mengubah paradigmanya. Mengubah pola berpikir dan pola bertindaknya dalam memandang,

menyikapi, dan melaksanakan pendidikan berdasarkan landasan yuridis, akademis, dan empiris.

Perubahan paradigma itu hendaknya dilakukan dalam bahasa yang sama, dalam konteks yang

sama, dan dari landasan yang sama pula. Dari sinilah diharapkan lahir kebersamaan dalam

mengelola, melaksanakan, dan menindaklanjuti hasil pendidikan.

Ketiga komonen berkepentingan dalam pendidikan (tenaga kependidikan, pendidik, dan

pengguna jasa pendidikan) seyogyanya memiliki pola berpikir dan pola bertindak yang sama

dalam memandang, menyikapi, dan melaksanakan pendidikan/pembelajaran. Kesamaan itu

hanya akan terjadi jika pemahamannya berangkat dari konsep yang sama, dari landasan yang

sama, dan dari sumber hokum yang sama. Oleh karena itu, Undang-undang Republik Indonesia 4

Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

Page 5: Paradigma Baru Pembelajaran

Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menetapkan delapan standar nasional

pendidikan. Kedelapan standar itu diharapkan menjadi landasan dalam paradigma pendidikan.

UURI No.20/2003, Bab IX, pasal 35 menyatakan pada ayat (1), “Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi

lulusan, tenaga kependidikan, darana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus dikembangkan secara berencana dan berkala.” Pada ayat (2), “Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.”

Dari delapan standar nasional itu, yang terkait langsung dengan strategi pembelajaran

adalah standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, dan standar penilaian. Hal itu

berhubungan langsung dengan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Hal yang termaktub di dalam undang-undang itu

dijabarkan secara hierarkis lebih rinci ke dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Rincian masing-masing standar ditetapkan

dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22/2006 tentan Standar Isi, 23/2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan, 20/2007 tentang Standar Penilaian, dan 41/2007 tentang

Standar Proses. Agar paradigma dalam pembelajaran dapat berubah, seyogianya ketiga

komponen pendidikan di atas memahami hal-hal yang menjadi landasan dari paradigma ini.

3. Konsep Kurikulum dan Dasar Hukum

Undan-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada Bab I, pasal 1, ayat 19 menyatakan:

“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”

Batasan kurikulum menurut undang-undang ini memberikan informasi, bahwa

kurikulum terdiri dari dua hal penting yakni seperangkat rencana dan seperangkat

pengaturan. Substansinya adalah tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan.

Fungsinya adalah sebagai pedoman untuk penyelenggaraan pembelajaran. Seperangkat rencana

maksudnya adalah hal-hal yang akan dilaksanakan dalam penyelenggaraan pembelajaran. Jadi,

inti kurikulum itu adalah perencanaan dan pengaturan. Hal yang direncanakan adalah tujuan, isi,

dan bahan pelajaran. Hal yang diatur adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, cara

5Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

Page 6: Paradigma Baru Pembelajaran

yang digunakan untuk menggunakan isi dan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.

Berdasarkan hal itu sekurang-kurangnya ada tiga substansi yang ada di dalam sebuah

dokumen kurikulum yakni: (1) substansi rencana; (2) substansi aturan dan cara; dan (3)

substansi tujuan, isi, dan bahan pelajaran. Formulasi dari ketiga hal itu, kemudian dibungkus

dalam satu dokumen, itulah yang disebut dengan dokumen kurikulum. Untuk melahirkan suatu

dokumen kurikulum ketiga komponen substansial itu haruslah ada di dalamnya. Jika kurang

salah satu, tentu akan menimbulkan masalah.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) di dalam Panduan Penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menetapkan konsep sebagau berikut:

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

Jika ditilik konsep ini, substansi KTSP yang harus ada terdiri dari lima komponen.

Kelima komponen itu adalah: (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan; (2) struktur

kurikulum tingkat satuan pendidikan; (3) muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan; (4)

kalender pendidikan; dan (5) silabus. Pada hakikatnya kelima hal itu hanyalah merupakan

rencana. Hanyalah merupakan perencanaan dari kegiatan sekolah, khususnya pembelajaran.

Sedangkan pengaturan, seperti yang diminta oleh undang-undang yang dikutip di atas belum

tercantum di dalam konsep ini. Dengan demikian timbul pertanyaan. Yang manakah yang harus

diikuti dalam memahami konsep KTSP untuk diterapkan? Apakah yang diamanatkan undang-

undang atau yang diamanatkan BSNP? Tentu jawabannya bepulang kepada kita.

Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)

menyatakan bahwa ada delapan standar nasional yang harus menjadi pedoman dalam

penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Khusus untuk untuk konsep dan pengembangan

kurikulm tingkat satuan pendidikan ada beberapa dokumen yang harus dipelajari dan dipahami.

Dokumen-dokumen hukum itu adalah:

(1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

6Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

Page 7: Paradigma Baru Pembelajaran

(2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan

(3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22/2006 tentang Standar Isi (SI)

(4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23/2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan (SKL)

(5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20/2007 tentang Standar Penilaian

(6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41/2007 tentang Standar Proses

(7) Panduan Penyusunan KTSP dari Badan Standar Nasional Pendidikan

Dokumen-dokumen tersebut seyogianya dibaca dan dipahami oleh mereka yang ingin

memahami konsep dan pengembangan KTSP. Oleh karena, keberadaan KTSP dikukuhkan oleh

dokumen tersebut. Selain itu, dokumen ini juga memberikan arahan, panduan, dan bimbingan

kepada khalayak tentang cara menyusun kurikulum sekolah atau kurikulum tingkat satuan

pendidikan.

4. Dokumen KTSP dan Moto Pembelajaran

Perubahan pola berpikir dan pola bertindak itu terjadi dalam memandang, menyikapi,

dan melaksanakan pendidikan (kurikulum). Cara memandang kurikulum 1994 berbeda dengan

cara memandang KTSP. Kurikulum 1994 semuanya dibuat oleh pusat (Departemen), kecuali

muatan lokal dibuat oleh provinsi. Akan tetapi, KTSP semuanya dibuat oleh satuan pendidikan.

Semua perangkat dibuat oleh satuan pendidikan. Itulah contoh cara memandang. Jika cara

memandang sudah berubah, tentu cara menyikapi dan cara melaksanakannya pun otomatis harus

berubah.

Untuk perubahan paradigma khususnnya dalam pembelajaran KTSP ada tiga motto

yang perlu dijadikan landasan. Ketiga motto itu adalah:

(1) memberikan pelayanan optimal, adil, dan merata kepada semua peserta didik;

(2) pembelajaran klasikal, pelayanan individual; dan

(3) mengubah mengajar menjadi menjadi belajar atau membelajarkan.

KTSP dalam pelaksanaan pembelajarannya mengacu ke motto tersebut. Untuk mengubah

perilaku ke arah motto tersebut memerlukan waktu. Sekurang-kurangnya, pendidik harus berlatih

terus-menerus ke arah itu.

Perubahan dokumen adalah perubahan perangkat-perangkat yang berhubungan dengan

dokumen. KTSP memiliki dua perangkat yakni perangkat kurikulum dan perangkat 7

Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

Page 8: Paradigma Baru Pembelajaran

pembelajaran. Kedua perangkat itu memiliki hubungan hierarkis. Perangkat pembelajaran

diturunkan dari perangkat kurikulum. Perangkat pembelajaran dilahirkan dari perangkat

kurikulum. Perbedaan keduanya terletak pada penanggung jawab, pemakaian, dan

perubahannya. Perangkat kurikulum penanggung jawabnya adalah kepala satuan pendidikan,

dipakai untuk satuan pendidikan (sekolah) itu, dan perubahannya hanya boleh dilakukan sekali

setahun. Perangkat pembelajaran penanggung jawabnya adalah guru, dipakai pada kelas tertentu,

dan perubahannya dapat dilkukan setiap saat.

Perangkat kurikulum khsusunya KTSP memiliki dua dokumen yakni dokumen satu dan

dokumen dua. Dokumen satu berisi rencana dan pengaturan (seperti diuraikan terdahulu) dan

dokumen dua adalah silabus. Rencana pada dokumen satu dimuat pada batang tubuh dokumen,

sedangkan pengaturan merupakan lampirannya. Struktur dokumen satu yang diasarankan oleh

pengembang KTSP pusat adalah: (1) BAB I PENDAHULUAN (berisi latar belakang atau dasar

pemikiran pengembangan KTSP, tujuan pengembangan KTSP, dan prinsip-prinsip

pengembangan KTSP); (2) BAB II TUJUAN PENDIDIKAN (berisi tujuan pendidikan yang

siesuaikan dengan jenjang satuan pendidikan, visi satuan pendidikan, misi satuan pendidikan,

dan tujuan satuan pendidikan); (3) BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM (yang

berisi mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri, penganturan beban belajar,

ketuntasan belajar, ketentuan kenaikan kelas dan kelulusan, penjurusan, pendidikan kecakapan

hidup, dan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global, khusus PLB dan pendidikan khusus

ditambah dengan program khusus); dan (4) BAB IV KALENDER PENDIDIKAN (yang berisi

kalender pendidikan yang digunakan sekolah, yang disusun sesuai dengan kebutuhan daerah,

karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat dengan memperhatikan kalender

pendidikan pendidikan seperti yang tercantum pada Standar isi).

Isi bab satu sampai dengan bab empat adalah berupa rencana atau seperangkat rencana.

Rencana itu adalah hal yang akan dilaksanakan atau yang dapat dilaksanakan. Sedangkan

pengaturannya belum tercantum di dalamnya kecuali pengaturan beban belajar, kenaikan kelas,

dan kelulusan. Pengaturan lain belum tertera di situ. Oleh karena itu, dokumen satu tersebut

masih memerlukan lampiran. Lampirang itu adalah berupa pedoman pelaksanaan (domlak) yang

mengatur pelaksanaan setiap rencana yang ada pada dokumen satu.

Jika merujuk ke Kurikulum 1994 (konsep kurikulum UURI No.2/89 sama dengan

UURI No.20/2003), sekurang-kurangnya ada lima pedoman berupa juklak dan satu pedoman 8

Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

Page 9: Paradigma Baru Pembelajaran

berupa juknis yang harus dibuat sebagai lampiran dokumen satu. Kelima juklah itu adalah: (1)

Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran; (2) Petunjuk Pelaksanaan Penilaian; (3) Petunjuk

Pelaksanaan Supervisi; (4) Petunjuk Pelaksanaan Administrasi; dan (5) Petunjuk Pelaksanaan

Bimbingan dan Konseling. Sedangkan petunjuk teknis yang harus adalah ialah petunjuk teknis

tiap mata pelajaran.

Jadi, dokumen satu KTSP itu terdiri dari batang tubuh dokumen dan lampiran

dokumen. Batang tubuh merupakan rencana dan lampiran berupa pengaturan (batasan kurikulum

menurut UURI No.20/2003).

Dokumen dua adalah silabus. Tiap jenjang pendidikan memiliki kekhasan sendiri.

Lebih lengkap dilihat sebagai berikut:

(1) Silabus SD dan MI terdiri dari: (a) silabus tematik kelas 1 sampai dengan 3; (b)

silabus mata pelajaran kelas 4 sampai dengan 6; (c) silabus muatan lokal; dan (d)

silabus keagamaan khusus untuk MI

(2) Silabus SMP dan MTs terdiri: (a) silabus mata pelajaran; (b) silabus IPA terpadu;

(c) silabus IPS terpadu; (d) silabus muatan lokal; dan (e) silabus keagamaan khusus

untuk MTs

(3) Silabus SMA dan MA terdiri dari: (a) kelas X 16 mata pelajaran; (b) kelas XI dan

XII IPA 13 mata pelajaran; (c) kelas XI dan XII IPS 13 mata pelajaran; (d) kelas Xi

dan XII Bahasa 13 mata pelajaran; (e) silabus muatan lokal; dan (f) silabus

keagamaan khsusus MA.

Perangkat pembelajaran pada hakikatnya hanya rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP). RPP disusun dengan mempedomani silabus. Ada dokumen lain yang perlu disusun untuk

mendukung penyusunan dan keberadaan RPP. Dokumen lain itu adalah: (1) penghitungan

minggu dan jam efektif; (2) pemetaan berdasarkan aspek penilaian; (3) pemetaan berdasarkan

teknik (jenis) penilaian; (4) penghitungan kriteria ketuntasan minimal (KKM); (5) jadwal

tahunan dan semesteran; dan (6) bahan ajar. Keenam dokumen ini pada dasarnya hanya

dokumen pendmaping RPP. Akan tetapi, RPP tidak akan sempurna jika dokumen-dokumen ini

tidak dibuat oleh guru.

5. Mekanisme dan Prinsip Penyusunan KTSP

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan

Naisonal, Bab X, pasal 38, ayat (2) menyatakan:9

Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

Page 10: Paradigma Baru Pembelajaran

Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan Provinsi untuk pendidikan menengah.

Penyusun kurikulum adalah kelompok atau satuan pendidikan bersama komite sekolah/

madrasah. Mekanisme penyusunannya diatur oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

atas tiga fase yang meliputi pembentukan tim penyusun, kegiatan yang dilaksanakan, dan

pemberlakuan. Lebih lengkap dapat dilihat pada uraian berikut ini

1. Tim Penyusun

Tim penyusun KTSP pada SD, SMP, SMA dan SMK terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan tingkat kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan tingkat provinsi untuk SMA dan SMK.

Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan MI, MTs, MA dan MAK terdiri atas guru, konselor, dan kepala madrasah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.

Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus (SDLB,SMPLB, dan SMALB) terdiri atas guru, konselor, kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan tim penyusun melibatkan komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan oleh dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.

2. Kegiatan

Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun pelajaran baru.

Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi: penyiapan dan penyusunan draf, reviu dan revisi, serta finalisasi, pemantapan dan penilaian. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun.

10Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

Page 11: Paradigma Baru Pembelajaran

3. Pemberlakuan

Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan tingkat propinsi untuk SMA dan SMK

Dokumen KTSP pada MI, MTs, MA, dan MAK dinyatakan berlaku oleh kepala madrasah setelah mendapat pertimbangan dari komite madrasah dan diketahui oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama.

Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB, SMPLB, dan SMALB dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.

Mekanisme kegiatan penyusunan KTSP ditata sedemikian rupa. Fase-fase kegiatan

jelas. Penanggung jawab masing-masing kegiatan jelas. Seyogyanya penyusun KTSP mengikuti

mekanisme itu secara benar. Dari situlah akan lahir KTSP yang sesuai dengan keadaan dan

kebutuhan satuan pendidikan. Selain itu, ada beberapa prinsip yang harus ditaati dalam

pengembangan KTSP. Prinsip-prinsip tersebut ditetakan oleh BSNP seperti berikut ini.

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

2. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

11Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

Page 12: Paradigma Baru Pembelajaran

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudaya-an, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhati-kan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

6. Peran Kepala Satuan Pendidikan

Melihat mekanisme penyusunan KTSP terdahulu, posisi kepala satuan pendidikan di

dalam tim adalah sebagai ketua merangkap anggota. Selain itu, sebagai menejer pendidikan di

satuan pendidikannya, kepala satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana jangka

panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Rencana-rencana itu dituangkan dalam program

operasional (renop). Terkait dengan aplikasi paradigma dalam strategi pembelajaran ini, kepala

satuan pendidikan berperan penting dalam merencanakan penyusunan KTSP dengan segala

dokumen dan perangkatnya.

Hal-hal yang diprogramkan adalah seperti yang tertera pada mekanisme penyusunan

KTSP poin kegiatan. Kegiatan itu meliputi penyusunan draf, mereviw, merevisi, memfinalisasi,

memantapkan, dan menilai dokumen. Fase-fase terseebut dituangkan ke dalam program rencana

operasional. Substansinya meliputi dokumen kurikulum yang meliputi perangkat kurikulum dan

12Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

Page 13: Paradigma Baru Pembelajaran

perangkat pembelajaran. Format rencana operasional yang mungkin dapat digunakan terlampir

pada bahan sajian ini.

7. Simpulan

Bahan sajian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

(1) Paradigma adalah pola berpikir dan pola bertindak. Paradigma pendidikan/

pembelajaran adalah pola berpikir dan pola bertindak dalam memandang, menyikapi,

dan melaksanakan pembelajaran.

(2) Landasan hukum paradigma pendidikan/pembelajaran adalah: (1) UURI No.20/2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional; (2) PP No.19/2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan; (3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang berhubungan dengan

delapan standar nasional pendidikan

(3) Kurikulum adalah, “ seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.” Sedangkan KTSP adalah, “

kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur

dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.”

(4) Dokumen kurikulum meliputi perangkat kurikulum dan perangkat pembelajaran;

Perangkat kurikulum terdiri atas dokumen satu dan dokumen dua. Dokumen satu

berisi rencana dan pengaturan dan dokumen dua adalah silabus. Perangkat

pembelajaran adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan segala

dokumen yang mendukungnya seperti penghitungan minggu dan jam efektif,

pemetaan aspek penilaian, pemetaan bentuk penilaian, penetapan criteria ketuntasan

minimal, program semesteran dan tahunan.

(5) Mekanisme penyusunan KTSP meliputi penetapan tim penyusun, pelaksanaan

kegiatan, dan pemberlakuan. Penetapan tim penyusun dilakukan oleh kepala satuan

pendidikan. Anggotanya adalah kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota,

semua pendidik, konselor, komite, dan narasumber. Pelaksanaan kegiatan meliputi

penyusunan draf, reviw, revisi, finalisasi, pemanatapan, dan penilaian. Pemberlakuan

oleh kepala sekolah, pertimbangan oleh komite, dan mengetahui kepala dinas atau

kepala kantor departemen agama13

Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com

Page 14: Paradigma Baru Pembelajaran

(6) Peran kepala satuan pendidikan adalah merencanakan, mengorganisasikan,

mengarahkan, dan mengontrol.

14Zulkarnaini, Widyaiswara Madya, LPMP Sumbar HP 0811665077, e-mail: [email protected], web blog: www.zulkarnainidiran.wordpress.com