PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

101
PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN AGAMA BUDDHA BERDASARKAN CARA KERJA PIKIRAN MENURUT HIPNOTERAPI SKRIPSI Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Jurusan Dharmaduta Oleh: PRAMANA WINARDI NIM 0250110020301 SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN 2017

Transcript of PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

Page 1: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN AGAMA BUDDHA

BERDASARKAN CARA KERJA PIKIRAN

MENURUT HIPNOTERAPI

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Jurusan Dharmaduta

Oleh:

PRAMANA WINARDI

NIM 0250110020301

SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA

TANGERANG BANTEN

2017

Page 2: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

x

ABSTRAK

Winardi, Pramana. 2017. Paradigma Baru Dharmaduta Dalam Pembabaran

Agama Buddha Berdasarkan Cara Kerja Pikiran Menurut Hipnoterapi.

Skripsi. Jurusan Dharmaduta. Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri

Sriwijaya Tangerang Banten. Pembimbing I Waluyo, M.Pd. dan

Pembimbing II Warsito, S.H., S.Ag., M.H.

Kata kunci: paradigma, dharmaduta, pikiran, hipnoterapi

Jumlah umat Buddha di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang

meningkat. Semakin banyak umat Buddha yang rutin mengikuti kebaktian di

wihara dan cetya yang semakin tersebar di pelosok Indonesia. Namun berdasarkan

statistik BPS dan lembaga peneliti swasta lainnya, populasi umat Buddha

memperlihatkan tren menurun khususnya secara persentase.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menguraikan salah satu

sebab tren penurunan persentase populasi umat Buddha di Indonesia termasuk

kantong-kantong umat Buddha di Jawa Tengah. Pihak yang sangat berperan dan

sekaligus bertanggungjawab atas fenomena ini salah satunya adalah dharmaduta.

Hal ini disebabkan dharmaduta bagi sebagian besar umat Buddha adalah figur

yang dipandang memiliki otoritas tinggi yang kata-katanya sering menjadi

pedoman umat Buddha dalam menjalani kehidupannya. Sayangnya sangat sedikit

dharmaduta yang memahami cara kerja pikiran kendati dharmaduta mengetahui

bahwa pikiran adalah pelopor, pikiran pemimpin, dan pikiran adalah pembentuk

seseorang.

Penelitian ini difokuskan pada bagaimana konsep hidup adalah penderitaan

menyebabkan orang, khususnya generasi muda, enggan memeluk agama Buddha.

Permasalahannya sesungguhnya sangat sederhana yaitu semua orang tidak ingin

hidup menderita, semua orang ingin hidup bahagia. Itu saja. Sederhana sekali.

Untuk mengkaji dan meneliti fenomena ini, penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif studi kasus yaitu terhadap klien-klien penulis yang sebagian

besar masalahnya berawal dari keyakinan terhadap suatu konsep hidup negatif.

Simpulan penelitian kemudian diperbandingkan dengan cara Y.M. Bhante Ajahn

Bram membabarkan dharma di Australia yang berhasil meningkatkan jumlah

umat Buddha di Australia secara signifikan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua orang, termasuk umat

Buddha, ingin hidup bahagia bahkan dalam periode kehidupan saat ini juga.

Untuk dapat hidup bahagia, berdasarkan studi kasus berbasis teknologi pikiran

menurut hipnoterapi, belum ditemukan jalan lain kecuali merubah pikiran yang

bersifat negatif menjadi pikiran yang bermuatan energi positif.

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa guna

mempertahankan dan bahkan mengembangkan populasi umat Buddha di

Indonesia, dharmaduta wajib mengubah paradigma baru dalam pembabaran

agama Buddha yaitu yang pada awalnya berorientasi pada penderitaan menjadi

pendekatan pada kebahagiaan. Simpulan ini sejalan hakikat keberadaan Buddha di

alam semesta ini yang mengajarkan pada semua manusia cara melenyapkan

penderitaan untuk meraih kebahagiaan.

Page 3: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan menyatakan

pemuda adalah mereka yang berusia 18 sampai 35 tahun. Menurut sensus BPS

tahun 2010, penduduk Indonesia berusia 15-34 tahun berjumlah 81.867.436 orang

(34,45%) dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 237.641.326 orang.

Pemuda sebagai pemilik masa depan merupakan generasi muda yang berpikir

kritis, kreatif, dan terdidik. Semakin modern suatu masyarakat semakin banyak

warga masyarakatnya yang berpendidikan tinggi, memiliki status ekonomi mapan,

dan semakin membutuhan ajaran-ajaran spiritual yang tanpa cerita khayalan,

dongeng, bebas dari ancaman hukuman, dan tanpa kepercayaan membuta yang

bertentangan dengan kaidah ilmu pengetahuan dan logika. Dengan karateristik

yang demikian, agama yang paling cocok dengan pola pikir generasi muda ini

adalah Agama Buddha. Agama Buddha adalah agama yang mengedepankan

doktrin daripada dogma, agama yang mengajarkan fakta kehidupan, bebas dari

khayalan. Tokoh ilmuwan terkemuka abad 21, Albert Einstein (1879-1955) dalam

autobiografinya mengemukakan, bahwa jika terdapat agama yang dapat mengatasi

kebutuhan ilmiah modern, agama itu adalah Buddhisme.

Semakin hari semakin terbukti bahwa agama Buddha sesungguhnya jauh

lebih ilmiah daripada ilmu pengetahuan. Salah satu contoh adalah ajaran tentang

regresi (kehidupan masa lampau). Dengan teknik past life hypnotherapy, Irvin

Mordes, melalui riset di Maryland Psychiatric Research Center pada tahun 1974,

telah mendokumentasikan 16 kehidupan masa lampau Alan Lee yang benar-benar

Page 4: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

2

terbukti (McGill, 1988: 2). Semakin banyak temuan para ilmuwan maka semakin

terkuak kebenaran agama Buddha. Oleh karena itu bila semakin tinggi pendidikan

seseorang, ia akan semakin gandrung pada agama Buddha. Sudah seharusnya

populasi umat Buddha di Indonesia semakin meningkat apalagi jika membaca

catatan sejarah bahwa agama Buddha pernah mengantarkan bangsa Indonesia ke

zaman keemasan pada masa kerajaan Sriwijaya dan keprabuan Majapahit. Namun

demikian menurut statistik dan fakta pada kehidupan masyarakat, kondisi populasi

umat Buddha sangat bertolak belakang.

Menurut sensus nasional tahun 1990, lebih dari 1% dari total penduduk

Indonesia beragama Buddha, yaitu sekitar 1,8 juta orang. Sensus tahun 2000,

umat Buddha berjumlah 1.694.682 orang atau 0,84% dari jumlah penduduk

Indonesia saat itu. Sensus yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun

2010, penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 orang. Penduduk Indonesia

beragama Buddha secara absolut berjumlah 1.703.254 orang yaitu sekitar 0,72%

dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Ini berarti dalam kurun waktu 10 tahun

umat Buddha meningkat dalam nilai absolut sebesar 8.572 orang tetapi dalam

nilai persentase menurun sebesar 0,12% (http://berita.bhagavant.com/2011/12/14/

bps-jumlah-buddhis-di-indonesia-meningkat.html)

Penurunan persentase umat Buddha ini sangat terasa dalam kehidupan

bermasyarakat. Dewasa ini, di banyak komunitas, baik sekolah, kantor maupun

lingkungan warga, umat Buddha tergolong sangat minoritas. Kepada penulis,

lebih banyak orang yang menanyakan “gerejanya di mana?”, dan menyampaikan

ucapan “Selamat Hari Natal” daripada “viharanya di mana?” dan “Selamat Hari

Waisak”. Penulis lebih banyak menerima undangan pernikahan, baik dari sahabat

Page 5: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

3

maupun famili beragama Buddha, yang menikahkan anaknya secara Kristiani.

Selain sekolah Kristen dan Katolik yang menjamur, faktor pernikahan juga

menjadi penyebab pindah agama bagi umat Buddha yang baru menikah. Apabila

istri beragama non-Buddhis dan suami beragama Buddha, hampir bisa dipastikan

bahwa suami termasuk anak-anaknya akan mengikuti agama istri. Apabila istri

beragama Buddha dan suami beragama lain, tetap saja yang akhirnya pindah

agama adalah suami atau istri yang beragama Buddha.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Departemen Agama

Budi Setiawan dalam kuliah umum pada tahun 2010 di Kampus STABN

Sriwijaya menyampaikan keprihatinan yang sama. Demikian pula kondisi

populasi umat Buddha di wilayah-wilayah yang secara tradisional mayoritas

penduduknya beragama Buddha, antara lain Kabupaten Temanggung, Jawa

Tengah. Temanggung merupakan kabupaten dengan populasi penduduk beragama

Buddha yang terpadat di seluruh Indonesia. Tahun 1960-an, di Kabupaten

Temanggung, terutama di Kecamatan Kaloran dan Kecamatan Jumo, hampir

seluruh penduduknya beragama Buddha. Penelitian yang dilakukan oleh Indonesia

Centre of Asian Studies (CENAS) pada tahun 2010 di Kaloran mendapatkan data

bahwa umat Buddha di daerah Kaloran cenderung mengalami penurunan secara

kualitas maupun kuantitas. Keprihatinan ini disampaikan pula Ketua Umum

Dewan Pengurus Pusat Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia, Dharma

Surya Widya, pada saat anjangsana dengan Pimpinan Pusat Majelis Agama

Buddha Tridharma Indonesia di tahun 2014. Di berbagai komunitas, jumlah umat

Buddha sangat minoritas. Salah satu contoh adalah Sekolah Terpadu Pahoa, yang

terletak di perumahan elite Gading Serpong, Tangerang, Banten. Sekolah Terpadu

Page 6: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

4

Pahoa dibangun dan dikelola oleh alumni Pahoa yang para pimpinan terasnya

mayoritas beragama Buddha. Namun menurut daftar tenaga kerja yang

dikeluarkan Bagian Sumber Daya Manusia (HRD) Yayasan Pendidikan dan

Pengajaran Pahoa, dari sekitar 479 orang guru dan karyawan di tahun ajaran 2015-

2016, guru dan karyawan yang beragama Buddha, termasuk guru agama Buddha,

tidak lebih dari 25 orang (5,21%).

Banyak hal yang telah dilakukan para pejuang dharma, baik umat Buddha

yang menjadi aparatur negara, anggota Sangha, dharmaduta yang bernaung pada

majelis-majelis agama Buddha, maupun lembaga swadaya masyarakat seperti

Ehipassiko Foundation. Mereka, melalui kewenangan dan pengabdiannya masing-

masing, selama lebih dari 40 tahun terakhir telah berjuang sangat keras sehingga

saat ini umat Buddha Indonesia bisa menikmati, antara lain: hari Trisuci Waisak

sebagai hari libur nasional, penayangan mimbar agama Buddha di TVRI maupun

TV swasta, pembangunan sekolah-sekolah yang berlandaskan agama Buddha,

sosialisasi Buddha Dharma melalui web-site/blog di media sosial, buku-buku yang

beredar di toko buku komersial, penyelenggaraan kebaktian di vihara-vihara,

peringatan hari-hari raya agama Buddha, dan lain lain. Upaya keras ini belum

berhasil menaikkan persentase populasi umat Buddha di Indonesia sehingga tren

penurunan populasi umat Buddha di Indonesia terus berlanjut tanpa halangan.

Tentu ada sesuatu yang keliru yang menyebabkan terjadinya penurunan

populasi umat Buddha ini. Ada banyak teori yang disampaikan, namun sepanjang

sejarahnya, dharmaduta mengambil porsi yang sangat signifikan terhadap

perkembangan agama Buddha. Namun sepengetahuan penulis, belum pernah ada

penelitian khusus yang menghubungkan tren penurunan populasi umat Buddha di

Page 7: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

5

Indonesia dengan strategi pembabaran agama Buddha yang dilakukan dharmaduta

yang ditinjau dari sudut pandang cara kerja pikiran menurut hipnoterapi. Oleh

karena itu, ditopang pengalaman berinteraksi dengan banyak tokoh lintas agama

dan pengalaman sebagai praktisi hipnoterapi yang telah banyak membantu klien

keluar dari trauma masa lalunya, penulis mengadakan penelitian dengan judul

“Paradigma Baru Dharmaduta dalam Pembabaran Agama Buddha Berdasarkan

Cara Kerja Pikiran Menurut Hipnoterapi”.

1.2 Identifikasi Masalah

Banyak faktor penyebab atas tren penurunan populasi umat Buddha di

Indonesia yang muncul pada latar belakang masalah. Faktor penyebab tersebut

antara lain:

1. persaingan antar sekte yang tidak sehat;

2. rendahnya kepedulian umat Buddha untuk mewariskan keyakinan agamanya

kepada keturunannya;

3. sarana dan kualitas pendidikan sekolah-sekolah Buddhis yang tidak memadai;

4. perkawinan umat Buddha dengan pasangan yang berbeda agama;

5. kualitas dharmaduta yang tidak profesional;

6. agama Buddha yang dinilai sebagai agama yang kuno dan primitif;

7. terminologi agama Buddha yang kurang marketable; dan

8. doktrin agama Buddha yang dilecehkan agama lain secara sistimatis dan masif.

Masalah-masalah yang teridentifikasi kemudian dipilah-pilah disesuaikan

dengan maksud, tujuan, dan ruang lingkup penelitian sebagaimana makna yang

terkandung dalam judul penelitian yaitu pembabaran agama Buddha berdasarkan

cara kerja pikiran menurut hipnoterapi, khususnya cara kerja pikiran bawah sadar,

Page 8: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

6

dan lebih khusus lagi yang terkait pengaruh keyakinan terhadap doktrin agama

Buddha yang dibabarkan para dharmaduta. Strategi pembabaran agama Buddha

yang selama ini dilakukan dharmaduta menjadikan agama Buddha sebagai agama

yang bersifat pesimis yang memandang dunia dari sudut negatif. Image nihilisme

ini secara sengaja dan sistematis disebarluaskan para tokoh agama lain untuk

memojokkan agama Buddha dan secara tidak sengaja juga dilakukan oleh

dharmaduta sendiri tanpa disadari dampaknya.

Semua orang ingin hidup selamat dan bahagia baik pada kehidupan nanti

maupun pada kehidupan yang dijalani pada saat ini. Sementara itu Buddha

mengajarkan bahwa hidup adalah penderitaan. Kekeliruan menafsirkan hakikat

sejati kehidupan ini menjadikan generasi muda, yang disebut juga generasi instan,

dengan mulus banyak yang pindah agama untuk mendapatkan keselamatan dan

kebahagiaan yang dengan mudah dijanjikan agama non-Buddhis. Demi cinta

kasih dan kasih sayang kepada generasi-generasi selanjutnya, agama Buddha

harus terus dipertahankan kelangsungannya dengan cara dharmaduta mengubah

paradigma strategi pembabaran agama Buddha yang sesuai dengan minat dan

kebutuhan umat Buddha.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan penurunan populasi

umat Buddha pada faktor internal. Pertimbangan ini untuk menghindari benturan

perasaan negatif dengan pihak ekstenal, suatu yang memang dihindari dalam

agama Buddha. Alih-alih menyalahkan pihak eksternal, tentu saja akan jauh lebih

baik untuk intropeksi diri. Dari berbagai permasalahan internal yang dikemukakan

di atas, penulis membatasi permasalahan penelitian ini pada fenomena yang

Page 9: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

7

berhubungan dengan dharmaduta dalam pembabaran agama Buddha berdasarkan

cara kerja pikiran menurut hipnoterapi yaitu yang awalnya fokus pada penderitaan

menjadi fokus pada kebahagiaan tanpa mengubah esensi ajaran Buddha.

1.4 Rumusan Masalah

Penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah

paradigma baru dharmaduta dalam pembabaran agama Buddha berdasarkan cara

kerja pikiran menurut hipnoterapi?”

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menemukan paradigma baru dharmaduta

dalam membabarkan agama Buddha yang sejalan dengan cara kerja pikiran

menurut hipnoterapi tanpa mengubah esensi agama Buddha sehingga agama

Buddha lebih menarik bagi umat awam, khususnya generasi muda. Selanjutnya,

simpulan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman bagi

dharmaduta dalam membabarkan agama Buddha sehingga agama Buddha menjadi

menarik khususnya bagi generasi muda sebagai pewaris masa depan.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoretis

Secara umum, manfaat teoretis dari penelitian ini adalah memperkaya

khasanah penelitian dalam agama Buddha terutama strategi pembabaran agama

Buddha yang sesuai dengan cara kerja pikiran sehingga penelitian ini menjadi

salah satu referensi dan pendorong bagi penelitian-penelitian selanjutnya tentang

pikiran sesuai doktrin dalam agama Buddha. Secara konkret, manfaat teoretis dari

penelitian ini adalah menyajikan pemahaman tentang paradigma baru bagi

Page 10: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

8

dharmaduta dalam pembabaran agama Buddha berdasarkan cara kerja pikiran

menurut hipnoterapi.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan pedoman bagi

dharmaduta agar dalam membabarkan dharma hendaknya fokus pada kebahagiaan

tanpa mengubah esensi agama Buddha sehingga ajaran Buddha dibabarkan sesuai

dengan tujuan pembabarannya yaitu untuk kebahagiaan umat manusia yang dapat

diraih pada kehidupan ini juga. Dengan demikian diharapkan dharmaduta

mengetahui cara yang efektif dan efisien untuk membabarkan dharma yang

menarik minat umat perumahtangga, khususnya generasi muda, tanpa mengubah

esensi dasar agama Buddha.

Page 11: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

9

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERTANYAAN

PENELITIAN

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Paradigma Baru

Istilah paradigma pertama kali dikemukakan oleh Thomas S. Kuhn tahun

1970. Khun mendefinisikan paradigma sebagai pandangan hidup (world view atau

weltanschauung) yang dimiliki oleh para ilmuwan dalam suatu disiplin tertentu

(Suprayogo dan Tobroni, 2003: 91). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI, 2008: 1019) paradigma mempunyai pengertian kerangka berpikir. Dengan

pengertian tersebut maka yang dimaksud paradigma dharmaduta dalam penelitian

ini adalah pandangan hidup yang dimiliki seorang dharmaduta yang dengan itu

dharmaduta memiliki kerangka berpikir dalam membabarkan dharma. Dalam

penelitian ini yang dimaksud dengan kata “baru” adalah “belum pernah ada”

(KBBI, 2008: 142). Paradigma baru dharmaduta didefinisikan sebagai paradigma

yang sebelumnya belum pernah ada atau belum pernah dimiliki oleh seorang

dharmaduta.

Secara aplikatif “paradigma baru dharmaduta” diartikan sebagai pola pikir

dharmaduta yang dalam pembabaran dharma awalnya berfokus pada terminologi

negatif berubah menjadi terminologi positif yang kemudian diimplementasikan

dengan perubahan strategi pembabaran agama Buddha. Strategi baru ini ditinjau

dengan pendekatan cara kerja pikiran manusia sehingga agama Buddha dapat

memenuhi kebutuhan seluruh lapisan umat perumah tangga, utamanya kaum

generasi muda, tanpa harus menyimpang dari kaidah dasar filosofi ajaran Buddha.

Page 12: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

10

2.1.2 Dharmaduta

2.1.2.1 Pengertian Dharmaduta

Dharmaduta secara etimologis berasal dari dua kata yaitu: “Dharma” yang

secara khusus berarti ajaran Buddha, atau secara umum berarti hukum kebenaran

dan kata “duta” yang berarti utusan, pesuruh, petugas atau pengemban tugas

khusus (Priastana, 2005: 18). Dharmaduta berarti pesuruh atau pengemban atau

petugas Dharma atau diartikan juga sebagai pelayan Dharma. Dalam terminologi

Buddhis, dharmaduta dikenal sebagai pengkhotbah atau pembabar Dharma.

Dengan demikian dharmaduta adalah seorang anggota sangha atau seorang

pandita atau seorang upasaka-upasika bahkan bisa saja seorang umat biasa pada

umumnya yang membabarkan Dharma kepada orang lain.

2.1.2.2 Awal Terbentuknya Dharmaduta

Pada hari ke-50 setelah mencapai penerangan sempurna, Buddha

menerima persembahan makanan dari Tapussa dan Bhallika, dua pedagang yang

lewat. Atas permohonan mereka, Buddha menerima Tapussa dan Bhallika sebagai

upasaka pertama yang menyatakan berlindung kepada Buddha dan Dharma.

Setelah Tapussa dan Bhallika melanjutkan perjalanannya, Buddha merenungkan

apakah Dharma yang Beliau temukan akan diajarkan kepada khalayak ramai atau

tidak. Adalah Brahma Sahampati, Penguasa Dunia ini, yang memohon kepada

Buddha agar Buddha berkenan membabarkan Dharma mengingat banyak orang

yang matanya tertutup sedikit debu. Akhirnya, Buddha memutuskan untuk

membabarkan Dharma kepada umat manusia dengan mengucapkan kata-kata:

“Terbukalah pintu kehidupan abadi bagi mereka yang mau mendengar dan

mempunyai keyakinan.” (Widyadharma, 1981: 33-35).

Page 13: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

11

Pembabaran Dharma untuk pertama kalinya dilakukan sendiri oleh Buddha

kepada lima orang teman-Nya sewaktu dulu pertapa, yaitu Kondañña, Vappa,

Bhaddiya, Mahanama, dan Assaji, di Taman Rusa Isipatana, Benares. Khotbah

pertama Sang Buddha dinamakan Pemutaran Roda Dharma (Dhammacakkappa-

vattanasutta). Taman tersebut merupakan tonggak pertama sistem kedharma-

dutaan yang berlanjut dengan diterimanya Yasa sebagai siswa keenam. Ayah Yasa

yang mencari putranya kemudian menjadi upasaka pertama yang menyatakan

berlindung kepada Triratna. Ibu dan mantan istri Yasa menjadi upasika pertama.

Empat orang teman Yasa, kemudian disusul 50 orang lagi, juga menjadi siswa

Buddha.

Atas dasar belas kasih kepada dunia, Buddha mengutus 60 orang Arahat

untuk membabarkan Dharma. Buddha mengatakan:

“Para bhikhu, pergilah mengembara demi kebaikan orang banyak,

membawa kebahagiaan bagi orang banyak, atas dasar kasih sayang

terhadap dunia, untuk kesejahteraan, keselamatan, dan kebahagiaan para

dewa dan manusia. Janganlah pergi berdua-dua ke tempat yang sama. Para

bhikkhu, ajarkanlah Dharma yang indah pada awalnya, indah pada

pertengahannya, indah pada akhirnya. Aku juga, o para bhikkhu, akan

pergi ke Uruvela di Senanigama, dalam rangka mengajar dhamma.”

(Mahavagga, Vinaya Pitaka I, 21).

Selain ke-60 orang Arahat tersebut, pembabaran Dharma dilakukan oleh

para siswa Buddha lainnya, terutama siswa utama Buddha yaitu; Sariputra,

Moggalana, dan Kassapa. Buddha sendiri, berkat kasih sayang-Nya kepada dewa

dan manusia, selama 45 tahun membabarkan Dharma dari satu daerah ke daerah

lain, dari satu negara ke negara lainnya, membimbing mereka yang matanya

“tertutup sedikit debu” agar terbebas dari penderitaan.

Setelah Buddha Parinibbana (wafat), pembabaran Dharma secara

sistimatis dilanjutkan oleh Raja Asoka yang memerintah India dari tahun 272-232

Page 14: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

12

SM. Raja Asoka mengirim utusan kepada pengganti Alexander Agung, yaitu

kepada kerajaan-kerajaan Yunani diadoch di Mesir, Macedonia, Cyrene, dan

Epirus (Conze, 2007: 42). Raja Asoka mengirim putranya, Mahinda, ke Sri Lanka

untuk membabarkan Dharma sehingga sampai sekarang agama Buddha masih

berkembang di Sri Lanka.

2.1.2.3 Tujuan Dharmaduta

Buddha menyebutkan tujuan pembabaran Dhamma yang dilakukan oleh

dharmaduta adalah agar umat mempelajari Dharma dan hidup sesuai Dharma.

Dengan demikian dapat dimengerti bahwa tujuan pembabaran Dharma bukan

menjadikan seseorang sebagai pemeluk agama Buddha. Pembabaran Dharma

yang dilakukan Buddha dan para Arahat yang dilandasi cinta kasih kepada umat

manusia bertujuan untuk menyebarkan pemahaman tentang hakikat sejati

kehidupan yang diliputi penderitaan dan bagaimana cara untuk melenyapkan

penderitaan. Bagi dharmaduta perumah tangga, selain untuk mempertahankan

Dharma, pembabaran Dharma juga timbul dari dorongan untuk memupuk karma

baik. Wajar jika orang terpanggil untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi

dirinya sendiri dan orang lain. Salah satu bentuk memupuk karma baik itu, tentu

saja dengan membantu mereka yang menderita dengan membagikan Dharma,

karena Buddha mengatakan “pemberian Dharma mengalahkan semua pemberian

lainnya” (Dhammapada 354).

Sekalipun memiliki semangat misioner, agama Buddha sangat menghargai

kebebasan setiap manusia untuk memilih dan menentukan sikapnya sendiri.

Keyakinan agama tidak boleh dipaksakan. Bagi Buddha keyakinan bukanlah

persoalan, yang penting bagaimana seseorang melakukan kebajikan agar terbebas

Page 15: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

13

dari penderitaan. Dalam Digha Nikaya, III: 56-57, Buddha menjelaskan kepada

Nigrodha bahwa Beliau menyampaikan ajaran tidak dengan keinginan untuk

mendapatkan pengikut, atau membuat seseorang meninggalkan gurunya, melepas-

kan kebiasaan dan cara hidupnya, menyalahkan keyakinan atau doktrin yang telah

dianut. Buddha hanya menunjukkan bagaimana membersihkan noda, meninggal-

kan hal-hal buruk, yang menimbulkan akibat yang menyedihkan di kemudian hari

(Mukti, 2003: 145-146). Apa yang diajarkan Buddha bukanlah milik Buddha,

bukan diciptakan Buddha, tetapi apa yang diajarkan Buddha sudah ada sebelum

Buddha muncul di dunia dan tetap ada walaupun Buddha telah parinibbana.

2.1.2.4 Cara Dharmaduta Membabarkan Dharma

Sekalipun memiliki banyak persamaan antara manusia satu dengan

lainnya, masing-masing memiliki sifat yang unik. Pada setiap manusia terdapat

perbedaan kepribadian, watak, kemampuan, minat, pendapat, dan sebagainya.

Dalam Anguttara Nikaya III.184, Buddha mengajarkan agar dalam upaya untuk

membabarkan Dharma, dharmaduta hendaknya menjelaskan Dharma selangkah

demi selangkah, tidak meloncat atau menyingkat masing-masing bagiannya. Hal

ini menjadi penting karena Dharma yang dijelaskan tidak secara utuh selain dapat

mengurangi arti sebenarnya juga dapat menimbulkan persepsi yang berbeda bagi

setiap pendengarnya. Untuk lebih dimengerti, pembabaran Dharma hendaknya

dengan memberi alasan-alasan dan dilengkapi contoh sesuai dengan fakta

kehidupan sehari-hari. Dengan alasan dan contoh yang sesuai fakta dalam

kehidupan sehari-hari, Dharma akan lebih mudah dicerna, dihayati, dan lebih

mudah diamalkan oleh pendengarnya yang beranekaragam.

Page 16: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

14

Dalam membabarkan Dharma, dharmaduta hendaknya tidak bertujuan

untuk mencari keuntungan pribadi, khususnya keuntungan materi, memperoleh

nama besar, mencari rasa hormat, tetapi dharmaduta haruslah memiliki cinta kasih

agar para pendengarnya dapat memetik faedahnya. Dengan memiliki cinta kasih,

seorang dharmaduta akan tetap bersemangat tinggi walaupun umat yang

mendengarkannya sedikit. Meskipun satu orang yang dapat memetik faedah atas

pembabaran Dharma yang dilakukan dharmaduta, maka dapat dikatakan bahwa

dharmaduta tersebut telah menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.

Selanjutnya, Dharma yang diajarkan kepada para pendengar, hendaknya

tidak ditujukan untuk menyerang orang lain; dengan kata lain, tidak memuji diri

sendiri, juga tidak merendahkan orang lain. Tidak juga untuk memuji kebenaran

ajaran sendiri dan melecehkan ajaran orang lain. Pembabaran Dharma yang

berlandaskan cinta kasih kepada sesama, sudah tentu dilakukan tanpa meng-

gunakan kekerasan, baik fisik maupun verbal. Terbukti dalam sejarah umat

beragama di dunia, agama Buddha menyebar luas secara luwes dan damai

sehingga tidak pernah terjadi perang atau pertumpahan darah atas nama dan untuk

agama Buddha.

2.1.2.5 Peran Strategis Dharmaduta dalam Pengembangan Agama Buddha

Kegiatan dharmaduta mempunyai tujuan yang bersifat komunikatif dan

sosial keagamaan, dimana kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan ajaran

Buddha agar pendengar tersentuh sehingga mengubah dan membentuk sikap serta

tingkah lakunya sesuai Buddha Dharma (Ksubo, 2009: 1). Sehubungan dengan

itu, Dwiyanti (2011: 1) menyatakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara, dharmaduta mempunyai peran yang sangat penting untuk membina

Page 17: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

15

umat demi terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia. Dharmaduta adalah sesosok

orang yang telah dianggap mampu di bidang agama, sehingga dharmaduta di-

samping berhubungan dengan moralitas, kesucian dan kebenaran, juga dijadikan

sebagai figur teladan umat. Tidak hanya sampai di situ, dharmaduta juga dijadikan

sebagai tempat untuk penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi oleh umat

yang sedang dalam masalah baik itu masalah pribadi, keluarga, maupun masalah

yang bersifat umum.

Begitu penting dan strategisnya peran dharmaduta, sehingga Buddha men-

dorong setiap siswa-Nya agar memiliki kemampuan menjadi pembabar Dharma.

Buddha mengatakan, seorang umat dapat menjadi seorang siswa yang memiliki

keyakinan, saleh dan terpelajar, tetapi bukan seorang pembabar Dharma. Sampai

sejauh itu, ia belum sempurna. Ia harus memperbaiki kekurangan ini, menjadi

seorang siswa yang memiliki keyakinan, saleh, terpelajar, dan juga seorang

pembabar Dharma. Bila ia telah memiliki semua itu, ia sempurna sampai batas

tersebut. Lebih jauh lagi ia masih harus menyempurnakan diri dalam berbagai

keahlian yang lain (Anguttara Nikaya V: 10). Kebajikan yang dilakukan selama

hidup, belum cukup untuk mengantarkan seseorang mencapai kebebasan tertinggi.

Kebebasan tertinggi dapat diraih dengan sepenuhnya merealisasikan “atthangika

magga” (Jalan Mulia Beruas Delapan). Namun demikian selama hidup umat

Buddha harus terus menerus menanamkan kebajikan sebagai upaya tanpa henti,

selangkah demi selangkah, menuju jalan pembebasan. Buddha mengajarkan

bahwa di antara kebajikan, membabarkan Dharma merupakan kebajikan tertinggi.

Peran strategis dharmaduta dalam pembinaan umat Buddha secara berkesi-

nambungan agar terbentuk sumber daya manusia Buddhis yang berkualitas dan

Page 18: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

16

mandiri hanya dapat tercapai apabila dharmaduta memiliki sikap yang positif,

pengetahuan yang luas, dan kemampuan keterampilan yang memadai di berbagai

bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Proyek Bimbingan

dan Da’wah Agama Buddha Tahun Anggaran 1995/1996). Di antara semua

kualitas yang diperlukan bagi seorang dharmaduta yang baik, keteladanan adalah

unsur terpenting. Untuk menjadikan umat Buddha sebagai umat yang berpikir

positif, keteladanan dharmaduta untuk berkata positif merupakan suatu keharusan.

Dharmaduta, adalah pembabar dharma, orang yang diterima, dimengerti,

dan dipercaya umat sebagai guru yang membimbing ke jalan Dharma. Dengan

posisi demikian, dharmaduta adalah figur yang dipandang memiliki otoritas

tinggi. Apa yang disampaikan dharmaduta cenderung mudah diterima sebagai

kebenaran. Dan informasi yang diterima sebagai kebenaran akan mendasari segala

keputusan, pilihan, sikap, tindakan, dan perilaku seseorang. Oleh karenanya,

selain pemahaman tentang dharma, seorang dharmaduta wajib memahami arti dan

makna suatu kata dan merangkai kata-kata dengan spesifik dan menggunakan

pendekatan positif agar apa yang dibabarkannya tertutup untuk disalahtafsirkan.

2.1.3 Cara Kerja Pikiran Menurut Hipnoterapi

2.1.3.1 Pengertian Hipnoterapi

Sering beredar pemberitaan agar tidak menyahut ketika dipanggil orang

yang tidak dikenal karena kuatir terkena hipnotis. Memang, akibat pemberitaan

media yang tidak tepat, masyarakat menjadi rancu dalam mengartikan “hipnosis”

dengan “hipnotis”. Secara umum dipahami bahwa seorang penyanyi, yaitu orang

yang menggunakan suaranya (vokal) pada suatu kelompok musik dinamakan

“vokalis”. Orang yang memainkan piano disebut “pianis”. Gitaris adalah orang

Page 19: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

17

yang memainkan gitar. Maka bisa diartikan bahwa penggalan kata “is” merujuk

pada orang. Demikianlah, hipnotis merujuk pada orang yang melakukan hipnosis.

Hipnosis adalah suatu cabang ilmu dari psikologi atau disebut pula sebagai

psikologi terapan. Hipnoterapi terdiri dari dua kata yaitu hipnosis dan terapi. Jadi,

hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan dengan bantuan atau dalam kondisi

hipnosis, terlepas dari teknik terapi apa yang digunakan. Gunawan (2012a: 51)

menyatakan bahwa definisi hipnosis yang paling banyak digunakan saat ini

merujuk pada definisi U.S. Dept. Of Education Human Services Division:

“Hypnosis is the bypass of the critical factor of the conscious mind and followed

by the establishment of acceptable selective thinking” (hipnosis adalah

penembusan faktor kritis dari pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya

pemikiran atau sugesti tertentu). Gunawan pada pelatihan-pelatihan hipnoterapi

yang dikembangkannya menyatakan bahwa hipnosis adalah: “All hypnosis is

based on magnified brainwaves frequency and amplitude changes from beta state

to delta state resulting in enchancing and increasing focus, concentration, and

receptivity toward any mental message given to subconscious” (semua hipnosis

sebenarnya adalah berdasarkan pada perubahan frekuensi dan amplitudo

gelombang otak dari kondisi beta ke kondisi delta yang mengakibatkan mening-

katnya fokus, konsentrasi, dan penerimaan terhadap pesan-pesan mental yang di-

berikan kepada pikiran bawah sadar). Dari kedua definisi di atas sama sekali tidak

ada pernyataan mengenai relaksasi fisik. Hipnosis bukan relaksasi fisik melainkan

relaksasi pikiran.

Kondisi hipnosis adalah kondisi yang sangat alamiah yang dialami setiap

hari. Kondisi hipnosis juga dialami saat seseorang baru bangun tidur di pagi hari.

Page 20: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

18

Dalam kondisi masih berbaring di tempat tidur, sangat rileks, masih mengantuk

namun tetap sadar sepenuhnya, mampu menyadari dan mendengarkan apa yang

terjadi di sekeliling, bisa menggaruk bagian tubuh yang terasa gatal, menggerak-

kan tangan atau kaki, batuk, membuka dan menutup mata, mengubah posisi

tubuh, dan lain lain sebagainya.

Kondisi ini juga dialami saat sedang menonton dan larut dalam cerita yang

disaksikan. Saat menonton film, perhatian sangat terpusat pada apa yang sedang

berlangsung di layar sehingga suara-suara lain yang didengar atau pikiran-pikiran

yang biasanya melompat kesana kemari diblok. Meskipun pada saat ini penonton

sangat sadar dengan keberadaan dirinya yang sedang menonton film, namun pada

saat dimana film sedang seru-serunya, penonton merasa tubuhnya ikut tegang,

keluar masuk napas lebih cepat, dan jantung berdebar lebih kencang. Pikiran sadar

penonton mengetahui bahwa cerita yang ditontonya adalah film yang bukan

kejadian nyata namun pikiran bawah sadar menerima apa yang dilihat dan alami

sebagai suatu hal yang nyata.

Sugiyono (2012: 2) menyatakan kriteria ilmiah antara lain; rasional, piris,

dan sistimatis. Proses dan teknik yang digunakan dalam hipnoterapi sepenuhnya

memenuhi kriteria ilmiah tersebut. Bhikkhu Tirodhammo, anggota Sangha dari

Pekanbaru yang ahli hipnoterapi, menyatakan bahwa orang-orang yang belum

mengerti cara kerja pikiran, belum memahami hipnosis, belum mempelajari ilmu

hipnoterapi, dan belum pernah merasakan manfaat hipnoterapi, maka bagi orang

tersebut hipnoterapi adalah sebuah misteri. Tetapi bagi para praktisi hipnoterapi,

proses terapi dengan segala fenomena dan sensasi yang terjadi, adalah hal yang

biasa dan sama dengan disiplin ilmu-ilmu lainnya (Karyadi, 2013: 4).

Page 21: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

19

Hipnoterapi bukan praktek supranatural. Hipnoterapi bukan penguasaan

pikiran karena selama proses hipnoterapi berlangsung klien tidak dapat dan tidak

akan melakukan sesuatu yang tidak dikehendakinya (Rafael, 2010: 8). Hipnoterapi

tidak sama dengan tidur karena selama proses hipnoterapi klien rileks seakan-akan

tidur tetapi klien sadar sepenuhnya. Hipnoterapi dapat merubah sikap kasar dan

pemarah klien menjadi lembut dan sabar, yang awalnya penuh dendam dan

kebencian menjadi pemaaf, yang selalu minder menjadi penuh percaya diri, dan

masih banyak lagi, tetapi hipnoterapi tidak dapat mengubah kepribadian dan

“mencuci otak” klien.

2.1.3.2 Sekilas Tentang Otak dan Pikiran

Organ terpenting dalam kehidupan manusia adalah otak. Otaklah yang

mengatur seluruh gerak dan metabolisme tubuh. Tangan, kaki, mulut, otot,

bahkan semua panca indra tidak dapat berfungsi maksimal tanpa reaksi otak

sebagai faktor utama pemicunya (Decaprio, 2012: 5). Orang bisa saja tidak

bernafas atau detak jantungnya berhenti untuk beberapa saat, tetapi jika otak

berhenti sedetik saja, ia akan mati.

Anna Wise (2012: 3), melalui penelitian puluhan tahun, mendapatkan otak

manusia menghasilkan kejutan-kejutan listrik sepanjang waktu. Menggunakan

alat ukur yang disebut Electroencephalograph (EEG) gelombang otak diukur.

Sebagaimana arus listrik di rumah, arus listrik yang dihasilkan otak, yang biasa

disebut gelombang otak (brainwave), diukur dalam amplitudo dan frekuensi.

Amplitudo adalah daya dari kejutan listrik yang diukur dalam mikrovolt sedang

frekuensi adalah kecepatan dari gerakan gelombang listrik yang diukur dalam

siklus per detik (hertz). Frekuensi menentukan katagori gelombang otak. Dari

Page 22: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

20

pengukuran EEG, diketahui frekuensi gelombang otak bervariasi dan digolongkan

jadi empat jenis gelombang otak yaitu Beta (12-38 Hz), Alfa (8-12 Hz), Theta (4-

8 Hz), dan Delta (0,5-4 Hz). Namun demikian tidak ada gelombang otak yang

lebih baik dari yang lainnya. Mereka semua bekerja sama dalam beragam cara

untuk menghasilkan begitu banyak kondisi mental, emosi, dan spiritual (Wise,

2012: 12). Kombinasi dari gelombang otak tersebut menentukan kondisi

kesadaran seseorang pada saat-saat tertentu. Dengan memahami bagaimana ke

empat gelombang otak berinteraksi dan bekerja sama, dapat dimengerti apa yang

sedang terjadi dalam pikiran dan bagaimana suatu pengalaman tertentu terjadi.

Otak adalah super komputer yang menakjubkan. Sebuah komputer canggih

bisa memecahkan masalah dalam hitungan detik yang jika dikerjakan dengan

metode konvensional memerlukan seratus ahli matematika selama sebulan. Tetapi

nyatanya komputer tidak mempunyai kemampuan berpikir sendiri. Komputer

hanya bisa melakukan apa yang sudah diprogram sebelumnya. Kombinasi inilah

yang dikenal sebagai seperangkat komputer, yaitu perangkat keras (hard ware)

dan perangkat lunaknya yang disebut program (soft ware). Analogi ini sangat

tetap menggambarkan hubungan otak dengan pikiran. Otak adalah perangkat

kerasnya, dan pikiran adalah perangkat lunaknya.

Ribuan tahun yang lalu, sebelum dikenal alat EEG, Buddha menguraikan

tidak hanya ada lima indra seperti dalam ilmu pengetahuan, yaitu mata (cakkhu),

telinga (sota), hidung (ghȃna), lidah (jivhȃ), jasmani (kȃya), tetapi ada indra ke

enam, yaitu pikiran (mano). Dalam Abhidhamma, materi dan energi secara

bersama-sama disebut rupa. Materi/jasmani (kammajarupa) timbul karena adanya

perkataan (vacīkamma), perbuatan badan (kāyakamma), pikiran (manokamma)

Page 23: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

21

yang dilakukan dengan sadar (disertai kehendak/cetanȃ). Menurut Buddha apa

yang disebut manusia adalah terdiri aspek jasmani (rȗpa) dan batin (nȃma) yang

terdiri dari perasaan (vedanȃ), pencerapan (saññȃ), bentuk-bentuk pikiran

(sankhȃra), dan kesadaran (viññȃna). Otak hanyalah materi dan materi tidak bisa

berpikir atau merasakan, tidak bisa bahagia atau marah.

Jika tidak ada “organ” yang berpikir (mind), sekalipun mempunyai otak,

manusia sama saja dengan mati (Claproth, 2010: 56). Sama seperti komputer yang

dikendalikan manusia melalui program (soft ware) yang di-install, begitu pula

otak dikendalikan oleh pikiran. Mehm (2011: 107) menyatakan bahwa badan,

kepala, tangan, kaki, dan bibir tidak bisa bergerak sendiri; mereka digerakkan oleh

batin melalui kelompok materi yang dihasilkan oleh kesadaran (cittaja rupa).

Pikiran yang mengendalikan tindakan, tingkah laku, pemikiran, perasaan,

pencerapan dan pertimbangan seseorang (Mehm, 2011: 91). Pikiran bukan satu

unsur tunggal tetapi sebuah kombinasi dari kesadaran (citta) yang mengetahui

objek-objek indra dan beberapa faktor batin (cetasika) yang kemunculannya

bergantung kepada kesadaran (Mehm , 2011: xx). Kontak (phassa) terhadap suatu

objek menghasilkan kesadaran atas objek tersebut.

Meskipun cepat atau lambat seseorang akan melupakan segala sesuatu

yang pernah disadarinya, tetapi perasaan-perasaan, kesan-kesan, dan pengalaman-

pengalaman yang diterima sejak dilahirkan tetap berada dalam batin. Seringkali

pengalaman-pengalaman muncul kembali ke permukaan secara tidak sengaja akan

tetapi seseorang yang terlatih akan dengan mudah menggali kesadaran memori

yang tersimpan tersebut. Dengan demikian terdapat dua faktor yang membentuk

batin yaitu yang menyadari saat ini dan timbunan-timbunan dari semua pikiran

Page 24: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

22

dsn kesan-kesan yang “dilupakan” (Wahyono, 2002: 162-163). Goleman (2002:

11) dan Gunawan (2012: 58) menyatakan bahwa manusia mempunyai dua pikiran

yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran sadar dan pikiran bawah

sadar mempunyai volume yang tidak sama. Selama ini para pakar berkonsensus

bahwa volume pikiran sadar adalah 12% sedangkan pikiran bawah sadar 88%.

Perbandingan volume pikiran sadar dengan pikiran bawah sadar diilustrasikan

oleh perumpamaan Gunung Es pada Gambar 2.2.

Dengan demikian, kekuatan pikiran bawah sadar dalam memengaruhi dan

mengendalikan hidup seseorang kurang lebih sembilan kali lebih kuat daripada

pikiran sadar. Kedua jenis pikiran ini mempunyai fungsi dan bekerja sendiri-

sendiri. Meskipun demikian, pikiran sadar dan pikiran bawah sadar saling

berkomunikasi dan berkerja dalam waktu bersamaan secara paralel. Namun

demikian, proses kesadaran dan proses berpikir yang berlangsung pada masing-

masing pikiran serta respon yang diberikan berbeda. Masalah besar akan terjadi

apabila respon pikiran bawah sadar tidak sejalan dengan pikiran sadar. Oleh

karena itu adalah hal penting bagi semua orang untuk mengenal dan mengerti cara

kerja pikiran, terutama pikiran bawah sadar, agar dapat memanfaatkannya demi

kebaikan, kemajuan, kesehatan, dan kebahagiaan hidup masing-masing.

2.1.3.3 Pikiran Sadar

Pikiran sadar hanya aktif bekerja saat dalam kondisi sadar atau terjaga.

Pada kondisi ini proses pikiran sadar menghasilkan gelombang beta (12-38 Hz).

Gelombang beta merupakan gelombang yang tercepat. Ketika gelombang beta

mendominasi otak seseorang, ia akan berada dalam kondisi sadar dan bangun.

Pada kondisi fungsinya berjalan dengan baik, pikiran sadar diperlukan untuk

Page 25: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

23

berpikir dan melakukan aktifitas sehari-hari, melakukan aktifitas yang menuntut

konsentrasi tinggi, berolahraga, berpikir atau melakukan sesuatu yang kreatif,

waspada, rumit, dan penuh perhatian. Saat tidur, pikiran sadar berhenti total.

Menurut Gunawan (2012: 55) pikiran sadar mempunyai 4 fungsi spesifik;

mengindentifikasi informasi yang diterima melalui pancaindra; membandingkan

informasi yang masuk dengan referensi, pengalaman, dan segala informasi yang

diperoleh selama hidup yang berada di pikiran bawah sadar; menganalisis

informasi yang telah dibandingkan dan kemudian dianalisa apakah bermanfaat

atau merugikan atau malah berbahaya dan mengancam keselamatan; memutuskan

dengan kecepatan yang sangat tinggi apakah akan lawan (fight) atau lari (flight).

Kapasitas pikiran sadar seseorang bergantung pada kondisi kesadarannya

pada suatu saat. Saat baru bangun tidur, saat tubuh terasa segar, nyaman, dan

penuh energi, saat pikiran sedang tenang dan tidak ada masalah, pikiran sadar

dapat berpikir optimal. Namun saat mulai mengantuk, lelah, tubuh tidak nyaman,

saat dibelit masalah atau emosi bergejolak, kerja pikiran sadar menjadi terganggu,

sebaliknya pikiran bawah sadar tidak pernah berhenti bekerja. Ia aktif selama 24

jam sehari. Bahkan saat tidur sekalipun pikiran bawah sadar tetap sadar dan aktif

menjalankan fungsi-fungsinya.

2.1.3.4 Pikiran Bawah Sadar

Kebanyakan orang menyangka bahwa apa yang ada dalam kesadaran saat

ini adalah hidup dan aktif, sedangkan apa yang telah dilupakan, yang mengendap

ke pikiran bawah sadar adalah diam dan tak bergerak. Ini adalah pandangan yang

sangat keliru. Pikiran bawah sadar menyimpan memori jangka panjang sekaligus

tempat orang menyimpan seluruh rahasia hidup yang dikumpulkan dalam

Page 26: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

24

perjalanan hidupnya. Wahyono (2002: 163-164) menyatakan bahwa Buddha juga

mengajarkan hal yang sama, yaitu bahwa kepribadian seseorang yang sekarang

adalah hasil dari segala yang dirasakan, dilakukan, dan dipikirkan di masa

lampaunya. Pikiran, perbuatan, dan ucapan yang telah dilakukan di masa lampau

selalu mengikuti dengan pasti, seperti roda pedati mengikuti jejak kaki lembu

yang menariknya atau seperti bayangan yang mengikuti tubuhnya.

Pikiran bawah sadar berkerja pada gelombang Theta (4-8 Hz). Gelombang

Theta hadir dalam tidur yang disertai dengan mimpi. Kunci menuju keheningan,

kebahagiaan, dan kedalaman yang banyak orang cari dalam meditasi ada di dalam

gelombang theta (Wise, 2011: xxxvii-xxxviii). Pikiran sadar adalah pikiran

rasional sedangkan pikiran bawah sadar adalah pikiran irasional. Apapun pikiran

(perintah) yang masuk ke dalam pikiran bawah sadar maka pikiran bawah sadar

akan segera melaksanakan perintah ini tanpa pernah mempertanyakan apakah

perintah ini benar atau salah, apakah pikiran ini menguntungkan atau merugikan.

Pikiran bawah sadar berfungsi atau menyimpan kebiasaan baik atau buruk, reflek,

emosi, memori jangka panjang, kepribadian, intuisi, kreativitas, persepsi, sistem

kepercayaan, dan nilai.

Milton Erickson, seorang pakar hipnoterapi, mengutarakan pengamatannya

terhadap hasil kerja pikiran bawah yaitu pikiran bawah sadar: (1) bekerja terpisah

dari pikiran sadar, (2) adalah gudang penyimpanan informasi, (3) merupakan

potensi yang belum digunakan maksimal, (4) sangat cerdas, (5) bersifat sangat

sadar, (6) mengamati dan memberikan respon dengan jujur, (7) menyerupai

pikiran seorang anak kecil, (8) adalah sumber emosi, dan (9) bersifat universal

(Gunawan, 2009: 19-24). Pikiran bawah sadar selalu melindungi pikiran sadar dan

Page 27: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

25

individu secara keseluruhan menurut cara terbaik beradasarkan persepsinya

tentang realitas.

Meskipun saling memengaruhi dan bekerja secara paralel, proses berpikir

dan proses kesadaran yang berlangsung pada pikiran sadar dan pikiran bawah

sadar berbeda. Demikian pula respon yang diberikannya. Pikiran bawah sadar

dapat mendengar atau melihat hal-hal yang tidak tertangkap oleh pikiran sadar.

Pikiran bawah sadar dapat memikirkan hal yang berbeda dengan yang dipikirkan

pikiran sadar. Pikiran bawah sadar memiliki ketertarikan pada hal-hal yang ia

sukai, meskipun belum tentu menarik bagi pikiran sadar. Namun demikian,

pikiran bawah sadar dapat mengendalikan aktivitas fisik tanpa disadari oleh

pikiran sadar dan dapat mengungkapkan ide atau pemikiran yang berada di luar

jangkauan persepsi pikiran sadar.

Orang sebenarnya memiliki pengetahuan yang tidak terbatas, namun

pengetahuan tersebut seolah-olah hilang karena telah berada di luar batas

pengamatan pikiran sadar yang menyebabkan seringkali orang tidak tahu bahwa

mereka tahu. Kemampuan berjalan tanpa disadari adalah kemampuan yang telah

dipelajari sejak kecil dengan susah payah dan penuh pengorbanan terjatuh. Karena

orang dewasa sudah begitu terbiasa berjalan maka menggunakan kemampuan

untuk berjalan dilakukan secara otomatis.

Setiap manusia normal terlahir dengan membawa sistem saraf dan sistem

metabolisme fisik yang rumit. Sistem itu memungkinkan manusia mampu

melihat, mengamati, berpikir, dan memberikan respon. Namun proses tumbuh

kembang seorang manusia, hanya sebagian kecil dari seluruh potensi manusia

yang berkembang dalam pikiran sadar. Potensi yang belum tergali dan belum

Page 28: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

26

berkembang berada di luar kendali pikiran sadar dan masuk ke dalam kendali

pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar berisi segala hal yang tidak diperhati-

kan, diabaikan, atau ditolak oleh pikiran sadar, ditambah semua hal yang ada di

pikiran sadar. Dengan demikian, pikiran bawah sadar jauh melebihi pikiran sadar

dalam soal persepsi, konsep, emosi, dan respon (Gunawan, 2006: 21). Pikiran

bawah sadar dapat mengakses dan menggunakan segala sesuatu yang ada di

pikiran sadar, sedangkan pikiran sadar umumnya tidak dapat menjangkau isi dan

potensi pikiran bawah sadar.

Pikiran bawah sadar jauh lebih cerdas, bijaksana, dan cepat daripada

pikiran sadar. Pikiran bawah sadar dapat menjangkau lebih banyak informasi

daripada pikiran sadar serta dapat menganalisis dan meninjau ulang suatu

informasi tanpa pengaruh bias dari rasa bangga, prasangka, atau pengharapan.

Meskipun pikiran bawah sadar sangat cerdas, tidak berarti ia tidak pernah berbuat

kesalahan. Kadang-kadang pikiran bawah sadar menarik kesimpulan keliru atau

tidak logis karena terpengaruh oleh ketebatasan yang berhubungan dengan fisik.

Pikiran bawah sadar sebenarnya sangat sadar dan responsif terhadap setiap

kejadian. Bila jari seseorang tersundut api, misalnya, maka dengan cepat dan

tanpa dipikir lagi, orang tersebut akan menggerakkan tangan untuk menjauhkan

jarinya dari api tersebut. Inilah hasil kerja pikiran bawah sadar. Pikiran bawah

sadar dikatakan tidak sadar disebabkan karena pikiran sadar tidak mengetahui

akan keberadaan, kegiatan, upaya komunikasi, dan pengaruh pikiran bawah sadar

terhadap pikiran, persepsi, dan perilaku.

Kemampuan persepsi, pemahaman, dan respon pikiran bawah sadar bebas

dari prasangka, bias, pengharapan, pengelompokan persepsi, dan berpikir secara

Page 29: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

27

konseptual. Pikiran bawah sadar menerima, menyerap, mengerti, dan menanggapi

sesuatu dengan apa adanya seperti yang biasanya ditunjukkan anak kecil. Pada

saat masih kecil, pikiran sadar anak belum berkembang sepenuhnya sehingga anak

perlu mengakses pikiran bawah sadar mereka untuk membantunya belajar dan

berkembang.

Pikiran bawah sadar merupakan asal muasalnya emosi. Dikatakan

demikian karena pikiran bawah sadar merupakan gudang penyimpanan informasi,

dara, rasa, gambar, suara, aroma, dan tekstur. Itu semua adalah pemicu emosi.

Emosi sering muncul secara mendadak tanpa diinginkan dan kemunculannya

sering kali tidak dimengerti oleh pikiran sadar. Emosi bersifat tidak logis, tidak

rasional, dan tidak sadar. Banyak orang larut dan ikut menangis terharu ketika

menyaksikan sebuah film bergenre menyedihkan. Padahal orang tahu bahwa ia

sedang menonton film dan cerita dalam film tersebut adalah arahan sutradara.

Emosi bersifat alamiah dan merupakan bentuk komunikasi bawah sadar yang

bermanfaat. Emosi memberitahu bagaimana perasaan seseorang terhadap sesuatu

meskipun orang tersebut tidak sadar akan apa yang dirasakan.

Isi pikiran bawah sadar setiap orang tentu berbeda satu sama lainnya,

tergantung pada pengalaman hidup, lingkungan, dan hasil pembelajaran individu

masing-masing. Namun proses dan sifat kerja pikiran bawah sadar umumnya

sama pada semua orang, tidak terpengaruh oleh kebangsaan, latar belakang

budaya, atau sejarah kehidupannya. Pikiran bawah sadar seseorang dapat

berkomunikasi secara efektif dengan pikiran bawah sadar orang lain melebihi

kemampuan pikiran sadar tanpa terpengaruh latar belakang budaya, agama, ras,

dan status sosial.

Page 30: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

28

2.1.3.5 Cara Kerja Pikiran

Pikiran sadar sifatnya personal dan selektif sedangkan pikiran bawah sadar

nonpersonal dan nonselektif. Pikiran sadar adalah dunia akibat sedangkan pikiran

bawah sadar adalah dunia sebab. Kedua aspek pikiran ini adalah sifat laki-laki dan

perempuan dari pikiran. Pikiran sadar adalah aspek laki-laki dan pikiran bawah

sadar adalah aspek perempuan dari pikiran atau rahim penciptaan realita. Pikiran

sadar menghasilkan ide atau bentuk pikiran dan menanam ide-ide ini di pikiran

bawah sadar. Pikiran bawah sadar menerima ide dan memberi bentuk dan wujud

pada ide ini menjadi realita. Pikiran bawah sadar tidak pernah menghasilkan ide

atau pemikiran. Ia menerima sebagai kebenaran semua yang dirasa benar oleh

pikiran sadar. Ide tertanam di pikiran bawah sadar, salah satunya, melalui media

perasaan. Proses penciptaan bermula dari ide dan berlanjut dengan perasaan dan

berakhir dengan dorongan bertindak dan menghasilkan akibat. Melalui proses dan

mekanisme yang hanya diketahui oleh pikiran bawah sadar ide-ide ini mewujud

menjadi realita fisik.

Pikiran bawah sadar melampaui logika dan tidak terpengaruh oleh fakta. Ia

menerima perasaan atau emosi sebagai fakta atau kebenaran. Dan berdasar

“kebenaran” ini ia memberi wujud atau bentuk pada perasaan atau emosi. Saat

suatu ide dengan muatan emosi, baik positif atau negatif, diterima pikiran bawah

sadar, ide ini pasti diwujudkan menjadi realita, tidak peduli ide ini baik atau

buruk. Pikiran bawah sadar tidak pernah gagal mewujudkan benih pikiran yang

tertanam di dalamnya. Oleh sebab itu, orang yang tidak mengendalikan perasaan-

nya akan menanam ide buruk di pikiran bawah sadar dan itulah yang ia dapatkan.

Page 31: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

29

Mengendalikan perasaan tidak berarti menahan atau menekan perasaan.

Mengendalikan perasaan berarti disiplin dengan hanya membayangkan dan

merasakan perasan positif yang membuat orang merasa nyaman dan bahagia.

Maka para bijak sejak jaman kuno menekankan sangat penting untuk mengen-

dalikan perasaan. Jangan pernah memelihara atau terus membiarkan diri hanyut

dengan merasakan perasaan-perasaan negatif, apapun perasaan negatif ini. Jangan

pernah membiarkan diri larut dalam perasaan negatif, baik ini perasaan diri sendiri

atau karena memikirkan orang lain, membaca atau mendengar berita negatif, me-

nyaksikan tayangan tv atau film negatif, atau mendegar lagu dengan lirik negatif.

Hal ini karena perasaan ini, apapun penyebab atau sumbernya, diri sendiri yang

merasakannya, bukan orang lain. Dengan demikian apapun yang dilakukan atau

dipikirkan, baik itu mengenai diri sendiri atau mengenai orang lain, bila hal ini

membuat diri sendiri mengalami atau merasakan emosi negatif harus dihindari.

Setiap perasaan meninggalkan kesan atau impresi di pikiran bawah sadar

dan bila tidak dinetralkan oleh perasaan lain yang lebih kuat, perasaan ini pasti

akan terwujud menjadi realita. Setiap orang perlu hati-hati mencermati mood dan

perasaan, karena realita atau dunia seseorang adalah hasil ciptaan perasaannya.

Pikiran bawah sadar menerima apa yang dirasa sebagai hal yang benar, bukan apa

yang dipikir benar. Pikiran bawah sadar tidak pernah mengubah kepercayaan yang

telah diterima sebagai kebenaran oleh seseorang. Dengan demikian perasaan yang

dominanlah yang menentukan realita kehidupan seseorang. Riset Azegedy-

Maszak dalam Gunawan (2012:53) menyatakan bahwa pikiran bawah sadar

bertanggungjawab, memengaruhi, dan menentukan proses dan hasil dari 95%

Page 32: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

30

hingga 99% aktivitas berpikir, dan dengan demikian menentukan hampir semua

keputusan, tindakan, emosi, dan perilaku setiap orang.

2.1.3.6 Sebab-sebab Terjadinya Keyakinan

Menurut ensiklopedia Encarta (dalam Gunawan, 2008: 28), keyakinan

(belief) artinya: penerimaan akan kebenaran sesuatu: penerimaan oleh pikiran

bahwa sesuatu adalah benar atau nyata, seringkali didasari perasaan pasti yang

bersifat emosional atau spiritual. Secara sederhana keyakinan dapat didifinisikan

sebagai sesuatu yang diyakini benar. Suatu pernyataan bisa masuk katagori

keyakinan, harus ada dua unsur: ide dan sikap terhadap ide atau informasi itu. Jika

sikap terhadap ide atau informasi yang masuk itu adalah membenarkan, maka

sikap ini disebut “persetujuan”. Jadi untuk dapat menjadi keyakinan dibutuhkan

dua hal: klaim/ide/informasi/data dan persetujuan.

Suatu persetujuan mempunyai tingkat intensitas yang berbeda. Semakin

besar kekuatan persetujuan terhadap suatu ide, semakin kuat keyakinan terhadap

ide tersebut. Sebaliknya, semakin lemah kekuatan persetujuan, semakin lemah

pula keyakinan terhadap sesuatu. Tetapi keyakinan hanyalah sebuah konsep yang

“diyakini” sebagai benar. Untuk bisa meyakini sesuatu itu benar, dibutuhkan data-

data pendukung yang dipandang valid sehingga informasi yang diterima disetujui

dan diterima menjadi suatu kebenaran, tentu menurut yang bersangkutan. Namun,

begitu meyakini sesuatu informasi sebagai hal yang benar, orang akan sulit

mengubah keyakinannya itu. Gunawan (2008: 37-40) menerangkan keyakinan

dibentuk melalui salah satu atau gabungan dari beberapa cara yaitu: (1) repetisi,

(2) identifikasi keluarga atau kelompok, (3) ide yang disampaikan oleh figur yang

dianggap memiliki otoritas, (4) emosi yang intens, dan (5) kondisi hipnosis.

Page 33: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

31

Suatu informasi yang diulang-ulang, bila tidak hati-hati dan sadar, maka

informasi tersebut akan diterima sebagai suatu kebenaran. Demikan pula bila

segala sesuatu yang dilakukan secara konsisten atau berulang-ulang akan masuk

ke pikiran bawah sadar dan menjadi kebiasaan. Seorang anak yang selalu

dikatakan “bodoh” atau “goblok” oleh guru, orangtua, atau orang sekitarnya

akhirnya akan percaya bahwa dirinya benar-benar bodoh. Ia menjadi bodoh bukan

karena tidak mempunyai kapasitas untuk menjadi pintar, tetapi lebih karena

didikte oleh program “bodoh” yang telah di-install di pikirannya. Cara ini banyak

diajarkan di berbagai buku pengembangan diri dan seminar motivasi dalam

bentuk afirmasi yang dibaca berulang-ulang. Hukum ini banyak digunakan oleh

dunia periklanan untuk menanamkan bibit keyakinan terhadap suatu produk. Itu

sebabnya suatu produk, meskipun sudah amat dikenal, tetap saja diiklankan di

televisi dan ditayangkan terus menerus dan secara berulang-ulang dengan tujuan

agar pesan iklan tertanam dalam pikiran bawah sadar konsumen.

Setiap orang hidup dalam keluarga yang memiliki latar belakang budaya

tertentu yang umumnya ada perbedaan antara keluarga yang satu dengan keluarga

yang lain. Hal-hal yang dipercayai kelompok atau keluarga akan masuk ke dalam

diri anggota keluarga, terutama anak-anak, dan akan diadopsi sebagai keyakinan

keluarga. Anak akan mengikuti kebiasaan yang ada di dalam keluarga, baik cara

bicara, cara dan jenis makan, cara berpakaian, dan sebagainya. Anak belajar dari

kehidupan yang mereka alami. Orangtua yang menggunakan hukuman untuk

mengendalikan “kenakalan” anaknya akan menjadi contoh bagi anak untuk akrab

dengan kekerasan dan kebencian.

Page 34: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

32

Hati-hati dengan figur otoritas seperti: bintang film, aktris, pemain band,

guru, dokter, wartawan, pembicara publik, pembawa acara TV atau radio, pejabat,

pemuka agama, pembimbing spiritual, asisten rumah tangga, atau siapa saja yang

dianggap hebat. Apa yang disampaikan mereka cenderung mudah menembus ke

pikiran bawah sadar dan diterima sebagai kebenaran atau keyakinan. Bagaimana

mungkin seseorang ikhlas menjadi “pengantin” (pembom bunuh diri) dengan

maksud membunuh sebanyak-banyaknya orang yang tidak dikenal dan tidak

bermusuhan dengannya hanya karena “imbalan” masuk surga dengan 72 bidadari.

Bila suatu pengalaman dialami dengan emosi yang intens, akan sangat

mudah menjadi keyakinan yang sangat kuat. Pikiran bawah sadar tidak

mempersoalkan apakah keyakinan tersebut logis atau tidak. Hal ini disebabkan

karena intensitas emosi berbanding lurus dengan keterbukaan pintu gerbang

pikiran bawah sadar. Saat kejadian yang dialami seseorang diikuti dengan emosi

yang intens, maka kejadian tersebut akan terekam dengan sangat kuat di memori

pikiran bawah sadarnya. Apalagi kejadian tersebut dialami saat seseorang masih

kecil dimana pikiran sadarnya belum berkembang penuh. Emosi yang sangat

intens ini yang kerap kali menjadi biang keladi trauma seseorang yang dibawanya

bahkan sejak masih dalam kandungan hingga berusia puluhan tahun. Sedikit saja

kejadian yang mirip dengan kejadian yang dialaminya itu akan menjadi pemicu

yang dapat membuat panik penderita.

Gelombang pikiran alfa adalah pintu gerbang menuju pikiran bawah sadar.

Saat seseorang lelah, ngantuk, tidak fokus, melamun, maka faktor kritis pikiran

sadar (critical factor) melemah. Dalam kondisi demikian pikiran bawah sadar

Page 35: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

33

cenderung lebih mudah menerima suatu informasi yang masuk untuk diterima

sepenuhnya oleh pikiran bawah sadar menjadi suatu kebenaran.

2.1.3.7 Keyakinan Menentukan Jalannya Kehidupan

Shad Helmstter dalam (Gunawan, 2008: 36) mengatakan manusia pada

umumnya, sejak usia 0 sampai 18 tahun, yang tinggal dalam lingkungan keluarga

yang cukup positif, mendengar kata-kata negatif, seperti “tidak”, “tidak boleh”,

“tidak bisa”, “jangan”, “goblok”, “tolol”, “kamu pasti gagal”, “kamu tidak becus”,

dan yang sejenisnya, sebanyak lebih dari 148.000 kali. Bila anak cukup beruntung

karena orangtuanya positif sekali, ia akan mendengar kata-kata negatif hanya

sekitar 100.000 kali. Bila kata-kata negatif ini terus diulang, dan diperkuat oleh

apa yang dikatakan guru, teman sekolah, asisten rumah tangga, dan keluarga lain,

maka anak akan tiba pada satu kesimpulan, “saya anak nakal”, “saya anak bodoh”,

“saya anak bermasalah”. Begitu program “saya anak nakal”, “saya anak bodoh”,

“saya anak bermasalah”, masuk ke pikiran bawah sadar, diterima, dan tertanam

kuat, maka program ini akan dijalankan dengan serta merta, tanpa ditawar, tanpa

dianalisis oleh pikiran sadar anak. Begitu program telah dijalankan dalam bentuk

perilaku, program ini cenderung memperkuat dirinya sendiri sehingga semakin

lama semakin kuat dan sulit untuk diubah.

Tidak ada kepercayaan atau keyakinan yang positif maupun negatif.

Keyakinan, bila kita teliti lebih mendalam, semua bertujuan positif bagi diri setiap

orang. Cara menilai suatu keyakinan adalah dengan memperhatikan dampak yang

ditimbulkannya terhadap kehidupan. Keyakinan positif adalah keyakinan yang

mendukung upaya pencapaian kesuksesan sedangkan keyakinan negatif adalah

keyakinan yang menghambat pencapaian keberhasilan. Dari hasil analisis literatur

Page 36: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

34

dan temuan di ruang terapi, penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor utama

sebagai penyebab penyakit kejiwaan adalah trauma masa lalu yang adalah faktor

pikiran, dalam hal ini pikiran bawah sadar, lebih spesifik lagi, keyakinan mereka

masing-masing yang terbentuk tanpa disadari sejak mereka masih kecil.

Gunawan (2012: viii) menyatakan manusia sebagai makhluk hidup yang

sangat kompleks tidak hanya terdiri atas aspek fisik saja namun juga pada

manusia terdapat aspek pikiran, emosi, dan kesadaran. Masing-masing aspek ini

beroperasi dengan prinsip dan proses yang berbeda, seolah-olah berdiri sendiri,

namun sebenarnya saling memengaruhi dengan sangat kuat dan erat sebagai satu

sistem diri yang holistik. Hidup seseorang yang dijalani saat ini adalah manifestasi

life script atau skenario hidup yang ada di pikiran bawah sadar orang tersebut.

Keyakinan mengenai apa saja, termasuk sikap atas kebahagiaan dan penderitaan

hidup, secara bawah sadar membawa orang pada apa yang sekarang dijalaninya.

Inilah hasil dari life script yang ditulis diri sendiri atau yang ditulis orang lain.

Dan life script itu tidak lain dan tidak bukan adalah keyakinan (Gunawan, 2008:

39). Begitu keyakinan terbentuk, semakin lama akan semakin kuat efeknya,

selanjutnya praktis hanya menjalankan apa yang telah “tertulis” dalam keyakinan.

Hebatnya lagi keyakinan layaknya seperti makhluk hidup yang akan berusaha

mempetahankan eksistensi atau “kehidupannya” dengan segala cara.

Elfiky (2011: 10), seorang pakar pengembangan sumber daya manusia

kaliber dunia dari Mesir, menyatakan bahwa berpikir melahirkan pengetahuan,

pemahaman, nilai, keyakinan, dan prinsip. Pikiran menjadi titik tolak bagi tujuan

dan mimpi-mimpi. Ia menjadi referensi rasional dalam eksperimentasi, perjalanan

hidup, pemaknaan, serta cara memahami kebahagiaan dan kesenggsaraan. Pikiran

Page 37: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

35

bahagia membuat kita bahagia dan pikiran sengsara membuat kita sengsara.

Sesungguhnya dominasi pikiran terhadap kualitas kehidupan manusia secara jitu

sudah dibabarkan Buddha lebih dari 2.600 tahun yang lampau. Sebagaimana

tertera dalam Dhammapada Bab I:1, dengan gamblang Buddha mengajarkan

bahwa segala keadaan kita ditentukan oleh pikiran kita, dijadikan oleh pikiran

kita. Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran

adalah pembentuk.

Pada dasarnya tidak ada apapun yang salah dengan tubuh, bukan tubuh

yang menyebabkan penderitaan, tetapi pikiran yang melahirkan perasaan dan

perasaan ini sebagai penyebab penderitaan. Pikiran negatif lebih berbahaya

daripada yang bisa dibayangkan. Ia merangkai hidup ini menjadi mata rantai

penderitaan, perasaan negatif, perilaku negatif, dan hasil yang negatif seperti sakit

jiwa, sakit fisik, kesepian, dan ketakutan (Elfiky, 2011: 149-150). Sesungguhnya

dominasi pikiran terhadap kualitas kehidupan manusia secara jitu sudah

dibabarkan Buddha lebih dari 2.600 tahun yang lampau, sebagaimana tertera

dalam Dhammapada Bab I:1, dengan gamblang Buddha mengajarkan bahwa

segala keadaan kita ditentukan oleh pikiran kita, dijadikan oleh pikiran kita.

Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran

adalah pembentuk. Ada benih yang baik dan tidak baik di ladang pikiran yang

disemai oleh diri sendiri, orangtua, pendidikan, para leluhur, serta masyarakat

(Nhat Hanh, 2013; 5). Pada saat kita melihat segala sesuatunya dengan cara dan

pandangan salah, maka timbullah kebingungan, munculah kegelisahan, ketakutan,

dan kegelapan.

Page 38: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

36

2.2 Kerangka Berpikir

Penelitian ini menggunakan kerangka berpikir sebagai berikut:

Penyebab:

1. Sebagian besar

Dharmaduta tidak

memahami bahasa

asli teks Tipitaka

2. Dharmaduta tidak

mengerti semantik

3. Dharmaduta tidak

memahami cara

kerja dan hukum

kekuatan pikiran.

4. Strategi

pembabaran

Dharma yang tidak

marketable

Masalah: 1. Definisi dukkha

yang sempit dan

dangkal

2. Penggunaan

terminologi yang

bersifat negatif

3. Semua orang

ingin hidup

bahagia

4. Materi

pembabaran

Dharma yang

fokus pada

penderitaan

Dampak:

1. Agama Buddha

dipojokkan

sebagai agama

pesimistis

2. Agama Buddha

menjadi tidak

menarik

3. Umat Buddha sulit

mencapai

kebahagiaan

4. Penurunan

prosentasi populasi

umat Buddha di

Indonesia

Kajian Teori Dharmaduta: 1. Pengertian Dharmaduta

2. Awal Terbentuknya Dharmaduta

3. Tujuan Dharmaduta

4. Cara Dharmaduta Membabarkan

Dharma

5. Peran Strategis Dharmaduta

Dalam Pengembangan Agama

Buddha

Kajian Teori Hipnoterapi:

1. Pengertian Hipnoterapi

2. Sekilas Tentang Otak dan Pikiran

3. Pikiran Sadar

4. Pikiran Bawah Sadar

5. Cara Kerja Pikiran

6. Sebab-sebab Munculnya keyakinan

7. Keyakinan Menentukan Jalannya

Kehidupan

Metodologi Penelitian:

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian deskriptif kualitatif yang me-

mungkinkan peneliti melakukan eksplorasi mendalam terhadap permasalahan

tingkah laku individu atau kelompok umat Buddha untuk mendapatkan

pemahaman tentang berbagai variabel sosial.

Analisis Data:

Analisis data pada penelitian ini mengunakan tipe studi kasus life history untuk

menyingkap dengan lengkap dan rinci pengaruh keyakinan terhadap kisah

perjalanan hidup seseorang.

Simpulan:

Jumlah populasi umat Buddha ditentukan oleh pembabaran dharma sehingga untuk

meningkatkan jumlah umat Buddha maka strategi pembabaran dharma harus

berfokus pada terminologi kebahagiaan.

Page 39: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

37

2.3 Penelitian yang Relevan

2.3.1 Penelitian Relevan Terkait Dharmaduta

Peneliti ini relevan dengan penelitian Dwiyanti yang disampaikan di

Vihara Jaya Mangala, Jambi, saat Pabbajja Samanera Sementara Sangha

Theravada Indonesia dengan judul Pembinaan Dharmaduta Agama Buddha

Dalam Pelayanan Umat. Dwiyanti menyatakan bahwa dharmaduta adalah sosok

orang yang telah dianggap mampu dalam bidang agama, sehingga dharmaduta

dijadikan sebagai figur teladan umat yang berhubungan dengan moralitas,

kesucian, dan kebenaran menjadikan dharmaduta mempunyai peran yang sangat

penting dalam membina umat. Dharmaduta juga dijadikan sebagai tempat untuk

penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi oleh umat baik itu masalah keluarga

maupun masalah yang umum. Seorang dharmaduta yang oleh sebagian besar

masyarakat dianggap orang yang paling tahu ilmu agama harus selalu membekali

diri dengan materi-materi dharma dan materi umum yang berhubungan dengan

keagamaan, tempat ibadah, organisasi keagamaan, dan lain sebagainya sehingga

tidak akan ada kendala yang berarti dalam setiap berhadapan dengan umat waktu

berperan sebagai Dharmaduta.

Penelitian ini relevan dengan penelitian Ajahn Bram sebagaimana yang

disampaikannya pada Buddhist Summit, Phnom Penh, Kamboja, Desember 2002

(Ajahn Bram, 2009: 76-78). Ajahn Bram lahir di London pada 7 Agustus 1951

sebagai seorang Kristen, dididik di sekolah Kristen, dan bahkan bergabung dalam

paduan suara di gereja lokal. Tetapi ketika pertama kali membaca buku tentang

Buddhisme saat berusia 16 tahun, Ajahn Bram mendadak tahu bahwa Beliau

adalah seorang Buddhis. Pada tahun 1974, Ajahn Bram ditahbiskan menjadi

Page 40: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

38

bhiksu pada usianya yang ke-23. Kemudian Ajahn Bram berlatih dalam wihara

hutan Wat Pah Pong di bawah bimbingan gurunya yang tersohor, Ajahn Chach.

Menurut Ajahn Bram, jika ingin ajaran luar biasa Buddhisme menjangkau

generasi modern, maka ajaran itu perlu disajikan dengan cara yang modern pula.

Bukan berarti esensi Dharma-nya perlu diubah, tetapi penyajiaannya yang perlu

disesuaikan terus menerus. Generasi masa depan tidak akan mau mendengarkan

gumaman bhikkhu yang membosankan, memberikan ceramah yang tidak relevan.

Buddha berpesan agar mengajarkan Dharma dengan bahasa yang mudah

dimengerti (misalnya dalam Aranavibhaṅga Sutta).

2.3.2 Penelitian Relevan Terkait Kerja Pikiran

Penelitian ini relevan dengan terapi yang dilakukan Gunawan (2009: 14)

terhadap seseorang klien yang sebut saja namanya Budi. Budi telah sukses

membangun usaha hingga tingkat tertentu, tetapi kemudian tiba-tiba saja ambruk.

Ia membangun bisnis lain, sukses, kaya, dan ambruk lagi. Hal ini terjadi berkali-

kali. Melalui proses hipnoterapi diketahui bahwa hal ini adalah akibat pemahaman

di masa kecilnya. Ternyata orangtuanya, saat ia masih kecil, pernah dihina oleh

salah satu pamannya yang kaya. Perasaan sakit hati ini kemudian dihubungkan

dengan status pamannya yang kaya. Jadi, kesimpulan Budi kecil saat itu,

pamannya sombong dan menghina orangtuanya karena pamannya kaya, punya

banyak uang, dan sukses. Dengan kata lain, orang sukses dan kaya itu adalah

orang jahat. Itulah sebabnya saat berhasil menjadi orang sukses, kaya, dan banyak

uang, ia langsung merasa tidak nyaman dan tanpa sadar melakukan sabotase diri

yang mengakibatkan usahanya hancur.

Page 41: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

39

2.4 Pertanyaan Penelitian

Untuk membatasi agar penelitian tidak meluas sehingga kehilangan fokus

maka diajukan beberapa pertanyaan penelitian. Penulis menggunakan pertanyaan

penelitian mengikuti model studi kasus yang disampaikan Dreswell (dalam

Herdiansyah, 2011: 97). Dreswell menyatakan bahwa pertanyaan penelitian dalam

studi kasus lebih sering diawali dengan kata how dan why. Mengingat dalam

peneltian studi kasus ini penulis hendak mencari keunikan dan kedalaman kasus

yang diangkat, penulis lebih memfokuskan bidang pertanyaan kepada proses

(how) dan alasan (why). Pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana paradigma dharmaduta dalam pembabaran Dharma?

2. Bagaimana dampak strategi keliru dharmaduta dalam pembabaran Dharma?

3. Mengapa pembabaran Dharma sebaiknya sesuai cara kerja pikiran?

4. Bagaimana efektifitas menetralisir keyakinan negatif dengan hipnoterapi?

5. Bagaimana strategi baru dharmaduta dalam pembabaran Dharma?

Page 42: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Semua kasus yang penulis dan rekan-rekan tangani, bila dilacak sampai

ke akar masalahnya, selalu bermula dari keyakinan yang tidak kondusif bahkan

menghambat. Hal apa yang menghambat perkembangan agama Buddha? Untuk

memecahkan pertanyaan penelitian, penulis menggunakan kasus-kasus terapi

berbasis hipnoterapi untuk ditelaah secara mendalam, khususnya terapi yang

dilakukan penulis sendiri maupun rekan-rekan penulis dari Adi W. Gunawan

Institute of Mind Technology, baik yang sudah dipublikasikan dalam buku yang

diterbitkan untuk konsumsi umum maupun terapi yang didiskusikan secara

internal dalam grup milis khusus alumni Adi W. Gunawan of Mind Technology.

Untuk memahami mengapa orang, khususnya generasi muda, tidak tertarik pada

agama Buddha yang terbukti sejalan dengan ilmu pengetahuan, penulis meng-

gunakan jenis penelitian diskritif kualitatif studi kasus life history.

Fungsi peneliti pada penelitian kualitatif hanya sebagai orang yang

mengemas apa yang dirasakan subjek (Herdiansyah, 2011: 5). Untuk mendapat-

kan pemahaman mendalam tentang perasaan dan tingkah laku individu; bagai-

mana pola pikir; sudut pandang; dan dampak keyakinan negatif terhadap jalannya

kehidupan subjek berdasarkan sudut pandang setiap subjek penelitian, penulis

melakukan eksplorasi mendalam terhadap informan terpilih yang diseting secara

alamiah, apa adanya. Untuk keperluan tersebut, penulis menggunakan desain

penelitian deskriptif kualitatif. Desain ini penulis gunakan karena desain

penelitian deskriptif kualitatif menurut Bungin (2015: 68-69) pada umumnya

Page 43: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

41

dilakukan pada penelitian dalam bentuk studi kasus. Desain deskriptif kualitatif

memiliki ciri tidak menyebar seperti air tetapi memusatkan diri pada suatu unit

tertentu dari berbagai fenomena. Penelitian yang berbasis hipnoterapi ini bersifat

mendalam dan membongkar sasaran penelitian hingga ke pusat memori jangka

panjang subjek penelitian yang berada di pikiran bawah sadarnya.

Permasalahan sosial sangat kompleks. Kompleksitas permasalahan sosial

bukan saja karena memiliki dimensi yang sangat rumit yang dapat ditangkap oleh

orang luar yang sedang mengamati persoalan itu, namun salah satu kerumitan itu

disebabkan karena pelaku masalah itu, karena berbagai alasan, kadang tidak

mampu mengungkapkan persoalan sebenarnya. Studi kasus memberikan

kesempatan seluas-luasnya kepada penulis untuk memperoleh wawasan mengenai

konsep-konsep dasar perilaku manusia yang terjadi sebagai konsekuensi dari

keyakinannya. Melalui penyelidikan intensif, penulis dapat menemukan

karakteristik dan hubungan-hubungan yang mungkin tidak diduga sebelumnya,

menyajikan temuan yang sangat berguna untuk penguji suatu teori, dan

membangun latar belakang bagi penelitian yang lebih besar dan mendalam

(Herdiansyah: 2011: 79-80). Sementara itu, life history dalam ilmu sosial, lebih

sering digunakan sebagai pendekatan untuk melihat bagaimana reaksi, tanggapan,

interprestasi, pandangan dari dalam, terhadap diri masyarakat tertentu (otokritik).

Dengan pendalaman studi kasus melalui desain deskripsi kualitatif life history

yang dikemas dengan pendekatan berbasis hipnoterapi ini, penulis mampu

mempertajam detail permasalahan yang sedang digali dari informan yang tidak

mungkin diperoleh dari sekadar interview, observasi atau dengan penggunaan

kuesioner.

Page 44: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

42

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilakukan secara bertahap, yaitu tahap observasi umum,

tahap eksplorasi terfokus, tahap perencanaan, tahap pemilihan informan, dan

tahap pembuatan laporan yang masing-masing dilakukan pada waktu dan tempat

yang berbeda-beda sesuai kebutuhan. Tahap observasi umum adalah tahap

pengamatan terhadap populasi umat Buddha di Indonesia yang dilakukan sejak

tahun 1970-1974 di lingkungan SMA Negeri 19, Jalan Perniagaan No. 31, Jakarta

Barat. Obervasi ini terus berlanjut di tempat dimana penulis berinteraksi dengan

berbagai lingkungan masyarakat, baik di lingkungan keluarga besar penulis, di

tempat kerja, maupun dalam lingkungan tempat ibadah Buddhis dan non-Buddhis.

Obervasi umum di lingkungan kerja penulis dilakukan di Bank Central Asia

(BCA) yaitu BCA Kantor Pusat Operasional di Jl. Asemka No. 27-30 , Jakarta

Barat, sejak tahun 1989 sampai tahun 1999, dilanjutkan di BCA KCU Tangerang,

di Jln. Kisamuan No. 57, Kota Tangerang, dan BCA KCU Serpong Jl. Pahlawan

Seribu No. 4, BSD, Tangerang Selatan hingga tahun 2009. Penelitian observasi

umum terakhir adalah Sekolah Terpadu Pahoa, di Jl. K.H. Dewantara No. 1,

Gading Serpong, Tangerang, dari tahun 2013-2016.

Observasi umum terhadap pengunjung tempat ibadah Buddhis dilakukan

di vihara-vihara yang dibina oleh Majelis Agama Buddha Tridharma Indonesia di

wilayah Tangerang dan sekitarnya, Vihara Dhamma Sikkha Jl. Taman Pabuaran A

8 No. 25, Kota Tangerang yang dibina oleh Sangha Theravada Indonesia, dan

Ekayana Grha Serpong yang dibina Sangha Agung Indonesia. Observasi

dilaksanakan dari tahun 2010-2016. Sedangkan observasi umum terhadap umat

Page 45: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

43

non-Buddhis dilakukan pada Gereja Katolik St. Laurencius, di Jl. Raya Alam

Sutera, Perumahan Alam Sutera, Tangerang.

Tahap observasi khusus adalah tahap pendalaman dan perbandingan atas

simpulan observasi umum dengan data dokumenter. Data dokumenter berupa, (1)

laporan statistik Badan Pusat Statistik tentang jumlah penduduk Indonesia di

Tahun 2010, (2) laporan penelitian yang dilakukan oleh Indonesia Centre of

Asian Studies (CENAS) pada tahun 2010 terhadap penduduk beragama Buddha di

Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, dan (3) data jumlah pendidik dan tenaga

kependidikan di Sekolah Terpadu Pahoa tahun pelajaran 2015-2016.

Tahap perencanaan, tahap pemilihan dokumen informan, dan tahap

pembuatan skripsi sampai tahap penyelesaian akhir laporan dilakukan di Klinik

Terapi Rumah Sentosa yang berdomisili di komplek perumahan Alam Sutera,

Cluster Sutera Jelita, Jalan Sutera Jelita 1 No. 15, Tangerang Selatan, Banten.

Tahap perencanaan dilaksanakan sejak tahun 2013 yang di mulai sesaat setelah

diumumkannya pembuatan skripsi penelitian ini. Tahap pemilihan dokumen

informan dilaksanakan setelah skripsi mendapat persetujuan dosen pembimbing

tanggal 23 Februari 2017. Tahap penyelesaian akhir laporan penelitian dalam

bentuk skripsi yang dilaksanakan sejak proposal mendapat pengesahan penelaah

awal Mei 2017 hingga Juli 2017.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian

kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang terjadi pada kondisi sosial tertentu.

Dalam penelitian kualitatif digunakan sampel. Sampel dalam penelitian kualitatif

bukan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman,

Page 46: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

44

dan guru dalam penelitian (Sugiyono, 2012: 216). Jenis sumber data dilakukan

secara purposive (purposive), yaitu sumber data dengan kriteria terpilih yang

relevan dengan pemecahan pertanyaan penelitian (Bungin, 2015: 107).

Jenis kasus yang dipilih merupakan kasus individu yang berdasarkan

perkiraan penulis akan paling memungkinkan bagi penulis untuk fokus pada orang

yang menderita penyakit psikosomatik yaitu penyakit yang disebabkan keyakinan

negatif atau program pikiran yang menganggu jalannya kehidupan klien. Jumlah

sampel purposif ditentukan atas dasar teori kejenuhan yaitu titik dalam

pengumpulan data saat data baru tidak lagi membawa wawasan tambahan.

Penulis tidak memilih sumber data berdasarkan usia, tempat tinggal,

profesi, suku bangsa, status sosial, maupun jenis kelamin. Sumber data

menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer berupa

dokumen pribadi penulis yang merupakan sumber data yang diberikan klien

langsung kepada penulis dan sumber data sekunder adalah sumber data yang

dikumpulkan lewat rekan terapis sesama alumni QHI, baik melalui buku-buku

yang telah diterbitkan maupun melalui milis khusus alumni QHI.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, nara sumber yang menurut

penulis paling sesuai dengan topik penelitian ini adalah:

1. Aida, seorang ibu berusia 34 tahun. Disaat nara sumber mengandung anak

ketiga dan lelah akibat sibuk bekerja di kantor, nara sumber lemas dan mual.

Permasalahan terjadi saat dokter kandungan yang memeriksanya memberikan

obat mual, nara sumber mengalami reaksi alergi yang dapat membahayakan

janin yang dikandungnya. Dengan teknik hipnoterapi diperoleh data bahwa

penyebab alergi nara sumber adalah pesan ayahnya sendiri.

Page 47: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

45

2. Dina, pengasuh sekolah minggu Buddhis idola anak asuh yang alergi punya

anak sendiri. Suatu persepsi yang timbul berdasarkan keyakinannya bahwa

hidup adalah penderitaan dan oleh karena itu daripada membuat anak

menderita lebih baik tidak mempunyai anak.

3. Dewi, seorang mahasiswa sebuah sekolah tinggi agama Buddha, yang karena

rasa berbaktinya kepada Sang Mama, berjuang untuk menjadi umat Buddha

namun merasa menjadi orang lain di tengah-tengah rekan-rekannya yang

beragama Buddha.

4. Y.M. Ajahn Bram, seorang Kristen yang lahir di London. Menjadi anggota

Sangha dan bermukim di Australia. Berkat strategi pembabaran Dharma yang

dinamakan “P-U-R-E” berhasil meningkatkan populasi umat Buddha di

Autralia secara signifikan.

3.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat peneliti

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus

“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya terjun ke lapangan (Sugiyono, 2012: 222). Selanjutnya Sugiyono

menyatakan bahwa yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui

evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode penelitian kualitatif,

penguasaan teori, dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan

peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistik.

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, analisis data, menafsirkan, dan

membuat kesimpulan atas temuan.

Page 48: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

46

Dengan demikian, penulis sebagai instrumen penelitian, dituntut agar me-

miliki kemampuan untuk mengandaikan diri sendiri menjadi klien dan memiliki

pemahaman dan empati yang ikhlas (Hunter, 2011: 23). Perasaan yang empati dan

ikhlas ini ditangkap oleh klien secara tidak sadar dan merupakan bagian sangat

penting dalam membangun hubungan dan kesesuaian antara terapis dengan klien.

Dengan menjalin hubungan dan kesesuaian, sumber data atau informan lebih

terbuka dan leluasa dalam memberi informasi atau data, mengemukakan masalah,

terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban pada permasalahan

penelitian.

Kelebihan yang dimiliki penulis adalah bahwa selain penulis merupakan

pandita dan dharmaduta senior Majelis Agama Buddha Tridharma Indonesia,

penulis juga praktisi hipnoterapi alumni Adi W. Gunawan Institute of Mind

Technology, yang dahulu bernama Quantum Hypnosys Indonesia (QHI). Penulis

tamat mengikuti pelatihan 100 jam yang diikuti penulis di tahun 2009 dan

memperoleh sertifikat serta lulus sebagai Client Centered Hypnotherapist (lihat

gambar 3.1.). Untuk lulus dan mendapatkan sertifikat kelulusan sebagai alumni

QHI, selain pemahaman teori yang memadai juga harus diimbangi dengan

kemampuan praktek yang diobservasi dan diuji ketat. Selain itu, penulis juga

merupakan salah satu dari Licensed Trainer sebagaimana ditunjukkan oleh

sertipikat pada gambar 3.2. Dengan bekal pemahaman teori dan praktek sebagai

Client Centered Hypnotherapist dan Licensed Trainer tersebut, di tengah

kesibukan penulis berkerja dan berceramah, penulis telah berhasil membantu

puluhan klien keluar dari permasalahan kronis mereka dengan hasil yang

memuaskan.

Page 49: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

47

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan. Metode pengumpulan data yang diguna-

kan pada penelitian ini adalah metode wawancara terstruktur. Menurut Esterberg

dalam Sugiyono (2012: 233) wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi

apa yang akan diperoleh. Dengan wawancara terstruktur ini setiap informan atau

sampel penelitian diberikan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan

tertulis yang sama.

Penulis menggunakan pedoman wawancara yang berupa pertanyaan-

pertanyaan tertulis terdapat dalam form pendaftaran (intake form) yang dirancang

khusus. Selain berisi data pribadi klien, data orangtua dan atau anak serta

bagaimana hubungan klien dengan keluarga klien tersebut, juga data tentang

perasaan dan permasalahan klien serta bagaimana permasalahan yang klien

rasakan telah mengganggu kehidupan klien. Selanjutnya data pada intake form

dipertajam terapis sesaat sebelum proses terapi dimulai. Penajaman yang pada

dasarnya berupa pengumpulan data terinci dan mendalam dilakukan dengan

metode wawancara terstruktur yang mendalam dan terarah yang disebut

qualifying. Teknik dan protocol wawancara terstruktur Adi W. Gunawan Institute

of Mind Technology telah distandarisasi dalam suatu buku yang diberi nama

Qualifying Protocol Guide for Clinical Hypnotherapist.

Setiap proses terapi dicatat dengan saksama, bahkan untuk kasus-kasus

tertentu, terutama bila klien berjenis kelamin yang berbeda dengan terapis, penulis

Page 50: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

48

mendokumentasi proses terapi sejak awal sampai akhir terapi dengan memanfaat-

kan handy cam. Penggunaan handy cam biasanya dengan sepengetahuan klien.

Sesuai “kode etik” hipnoterapi Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology,

dokumentasi digital ini menjadi rahasia pribadi terapis yang tidak boleh dibuka

kepada siapa pun tanpa persetujuan klien. Oleh karena itu, untuk melindungi

privasi klien maka dalam penelitian deskripsi kualitatif life history ini nama dan

tempat lahir klien bukan nama dan tempat lahir yang sebenarnya.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kualitatif mengikuti konsep yang dikembangkan Miles dan Huberman. Miles

dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012: 246) mengemukakan bahwa data

dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama

di lapangan, dan setelah selesai mengumpulkan data di lapangan. Aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus-menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh, dalam arti tidak ada lagi jawaban

yang berbeda dan meragukan. Aktivitas dalam analisis data adalah data reduction,

data display, dan conclusion drawing/verification

Pada data reduction (reduksi data), penulis merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, yang terkait dengan pola

dharmaduta dalam pembabaran agama Buddha yang diduga menjadi penyebab

penurunan populasi umat Buddha di Indonesia. Terkait reduksi data ini Miles dan

Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012: 249) menyatakan bahwa yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan

teks yang bersifat naratif. Setelah data naratif direduksi, tahap analisis data

Page 51: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

49

selanjutnya adalah men-display-kan data. Data yang diperoleh dipilah-pilah.

Pemilahan data dilakukan berdasarkan data penting dan data yang tidak penting.

Data yang penting adalah data yang dapat menjawab dan memecahkan pertanyaan

penelitian.

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

menjadi interpretasi sementara penulis diverifikasi di lapangan dengan

menggunakan metode wawancara tidak terstruktur atau tanya jawab terbuka

dengan umat Buddha yaitu saat penulis selaku dharmaduta mendapat kesempatan

memberikan bimbingan dharma. Kesimpulan verifikasi merupakan hipotesis yang

menjadi landasan bagi penulis untuk sampai pada simpulan yang kredibel.

Page 52: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Setting Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di Klinik Terapi Rumah Sentosa yang

terletak di Jalan Sutera Jelita 1 No. 15, Cluster Sutera Jelita, Perumahan Alam

Sutera, RT 001, RW 006, Kelurahan Pondok Jagung Timur, Kecamatan Serpong

Utara, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Calon klien dari luar kota

Tangerang akan dengan mudah menemukan Klinik Terapi Rumah Sentosa ini

karena perumahan Alam Sutera dapat dengan mudah diakses dari jalan tol Jakarta

– Tangerang. Selain itu, dengan keberadaan Mall Living Word, pusat kuliner

Flavor Bliss, Mall Alam Sutera, dan pusat retail meubel IKEA, akan dengan

mudah bagi calon klien untuk menemukan letak Klinik Terapi Rumah Sentosa.

Klinik berbasis hipnoterapi yang menjadi pusat penelitian ini dinamakan

Rumah Sentosa dikarenakan hasil penelitian yang menyimpulkan bahwasanya

setiap orang dari semua ras dan status sosial tidak ada yang tidak mendambakan

rumah yang sentosa. Orang-orang yang pergi kemana saja dan untuk keperluan

apa saja, pada akhirnya akan pulang juga ke rumah. Kenyamanan dan kesentosaan

rumah akan sangat mempengaruhi hasil kerja penghuninya. Rumah yang sentosa

sumber utama kebahagiaan setiap orang.

Ruangan tempat praktek terapi Klinik Terapi Rumah Sentosa berukuran 3

x 3 m. Ruang ini dilengkapi 1 (satu) buah meja tulis, 2 (dua) buah bangku, digital

camera Handycam merek Sonny tipe DCR-SR68 yang dilengkapi Optical Zoom

sehingga mampu melakukan pembesaran hingga 60 x. Kamera digital Handycam

Page 53: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

51

ini selain digunakan untuk merekam proses jalannya terapi juga bertujuan agar

terapis mempunyai bukti otentik tentang apa yang terjadi di ruang terapi,

bagaimana proses dan jalannya terapi, serta perkembangan fisik dan mental klien

sebelum dan pasca terapi. Dengan proses hipnoterapi yang terekam sempurna

maka dapat dihindari hal-hal yang tidak dikehendaki. Terdapat sofa bernuasa hijau

yang menyejukkan, dan lemari yang sarat dengan buku-buku tentang pikiran dan

hipnoterapi baik yang berbahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris. Pada

dinding ruang terapi, terpapang sertipikat tanda kelulusan penulis sebagai Client

Centered Hypnotherapist dan Licensed Trainer of Adi W. Gunawan Institute of

Mind Technology dan foto penulis dengan pendiri sekaligus guru besar Adi W.

Gunawan Institute of Mind Technology serta guntingan iklan Kompas para alumni

angkatan 10 Quantum Hypnosis Indonesia.

Dalam gambar 4.1. ditunjukkan peralatan khusus yang menjadi ciri khas

terapi berbasis hipnoterapi yaitu kursi yang biasa disebut cleaning seat. Klinik

Terapi Rumah Sentosa menggunakan cleaning seat merek Cheers dari Italia yang

berharga sekitar Rp.8.000.000,- (delapan juta rupiah). Kursi yang digunakan

tergolong kursi khusus karena selain dilengkapi dengan tekstur kulit dan extra soft

cushions menjadikan kursi terapi ini suatu kursi yang sangat empuk dan nyaman.

Kursi super nyaman ini juga menyediakan tombol khusus untuk mengatur posisi

kaki, punggung, dan kepala yang memungkinkan untuk klien berselonjoran rileks,

tenang, dan nyaman.

Pada gambar 4.2. ditunjukkan posisi duduk yang biasa digunakan

oleh hipnoterapis alumni Adi. W. Gunawan Institute of Mind Technology.

Posisi duduk terapis terhadap klien ini berdasarkan pertimbangan bahwa

Page 54: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

52

belahan otak kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan dan belahan otak

kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri. Dengan posisi duduk yang

demikian klien akan lebih banyak menggunakan telinga kanan saat menerima

informasi atau sugesti dari terapis. Dengan kata lain, penggunaan telinga

kanan akan mengaktifkan otak kiri. Otak kiri lebih baik dalam menerima

informasi dan memproses permintaan (Claptorh, 2010: 71). Penelitian

dengan menggunakan teknologi pemindai PET (positron emission

tomography) menunjukkan bahwa bila seseorang merasa tertekan atau stres,

maka yang akan lebih akitf adalah otak kanannya. Sedangkan bila seseorang

merasa gembira dan optimis akan masa depan dan hidupnya, maka otak

kirinya akan lebih aktif (Gunawan, 2010: 28). Selanjutnya, apabila jenis

kelamin klien perempuan maka tubuh klien ditutup dengan kain sebatas dada.

Perlakuan ini bertujuan agar privasi klien terjaga dan klien akan merasa lebih

nyaman. Namun bila klien berjenis kelamin laki-laki tidak digunakan kain

penutup disebabkan penggunaan kain penutup justru mendatangkan perasaan

tidak nyaman bagi klien.

Penelitian ini disetting dengan waktu yang lamanya tidak dapat

dibatasi secara khusus. Hal ini mengingat klien yang datang untuk terapi

tidak dapat dipilah-pilah mana yang terkait topik penelitian dan mana yang

tidak sesuai. Klien terpilih sebagai nara sumber adalah klien dengan

permasalahan yang terkait dengan pengaruh dari suatu keyakinan yang

tertanam sejak klien berusia masih sangat muda yang sebagian besar terjadi

tanpa disadari baik oleh klien sendiri maupun oleh pihak yang

menyebabkannya.

Page 55: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

53

4.1.2 Deskripsi Fokus Penelitian

Abad lalu, para pendeta dan sarjana Barat melecehkan Buddhisme sebagai

pesimistik, mengatakan bahwa agama Buddha hanya berfokus pada penderitaan.

Hal ini bahkan diulangi Paus Yohannes Paulus II di dalam buku kontroversialnya

mengenai agama-agama dunia. Banyak artikel propaganda di media sosial yang

ditulis para misionaris agama samawi untuk mendiskriditkan keimanan penganut

agama Buddha. Kesan nihilisme yang terpatri kuat pada ajaran Buddha sama

sekali tidak mempengaruhi pertumbuhan umat Buddha apabila ajaran Buddha

dipahami secara lengkap dan benar. Fenomena ini terbukti dengan pesatnya

perkembangan populasi umat Buddha di Australia mengantarkan penulis kepada

strategi pembabaran dharma yang dilakukan oleh Y.M. Ajahn Bram. Dengan

fokus penelitian yang difokuskan pada cara kerja pikiran menurut hipnoterapi ini

akan didapat simpulan yang dapat dimanfaatkan oleh para dharmaduta dalam

pembabaran dharma.

Untuk menangkal tudingan tidak bertanggung jawab tersebut sekaligus

berfungsi untuk mawas diri, penelitian kualitatif studi kasus life history ini

difokuskan kepada studi terhadap kehidupan klien-klien yang mengalami

penderitaan berkepanjangan akibat pengaruh dari suatu keyakinan yang

ditanamkan kepada dirinya yang pada umumnya tidak disadari oleh klien dan atau

orang yang melakukannya. Dipilihnya fokus penelitian ini untuk meneliti apakah

benar ada hubungan dan pengaruh keyakinan bahwa hidup adalah suatu

penderitaan sebagaimana yang ditanamkan oleh orang yang dipandang memiliki

otoritas tinggi terhadap jalan hidup seseorang bahkan dengan tenggang waktu

yang lamanya puluhan tahun kemudian.

Page 56: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

54

4.2 Pembahasan

4.2.1 Paradigma Dharmaduta dalam Pembabaran Dharma

Studi kasus life history terhadap nara sumber ini memperlihatkan

bagaimana topik-topik ceramah dharmaduta yang fokus pada penderitaan hidup

menjadikan pola pikir atau keyakinan umat Buddha bahwa mempunyai anak

adalah sebab dari penderitaan. Nara sumber ini diperkenalkan oleh Y.M. Bhante

Tirodharmmo, seorang bhikkhu asal Pekanbaru yang juga rekan penulis ketika

belajar memperdalam ilmu hipnoterapi dari di Quantum Hypnosis Indonesia

asuhan Adi. W. Gunawan.

Nara sumber adalah seorang perempuan berusia 30 tahun yang menjadi

pengasuh sekolah minggu Buddhis (SMB) di sebuah vihara di kota kelahirannya.

Dina (bukan nama sebenarnya) merupakan pengasuh yang diidolakan anak-anak

sekolah minggu Buddhis di viharanya. Pernah Dina tidak dapat mengasuh karena

sibuk, banyak anak sekolah minggu di vihara-nya yang enggan mengikuti

kebaktian. Sebagai pengasuh sekolah minggu Buddhis yang handal, tentu saja

Dina tahu bagaimana mendidik dan berkomunikasi dengan anak. Sayangnya, Dina

benar-benar tidak tertarik memiliki anak kandung.

Dina berpikir lebih baik membantu anak asuh dari pada punya anak

sendiri. Mengapa tidak hidup bahagia sebagai sepasang suami istri tanpa beban

anak? Apakah kehadiran anak akan membuat keluarga bahagia?. Adalah suatu

kekeliruan bila mempunyai anak karena lahirnya seorang anak akan menyebabkan

si anak hidup menderita. Namun dengan bertambahnya usia, pihak keluarga

mendesak agar Dina cepat-cepat berkeluarga. Dina bukannya tidak pernah

Page 57: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

55

mencoba untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Tetapi beberapa kali

hubungan selalu kandas sesaat sebelum diakhiri dengan ikatan perkawinan.

Cukup banyak laki-laki di lingkungannya tinggal yang memenuhi syarat

pertama untuk menjadi suami Dina, yaitu beragama Buddha aliran Theravada.

Tetapi tidak ada laki-laki yang bersedia memenuhi syarat kedua Dina, yaitu

mengikat janji di hadapan notaris untuk tidak mempunyai anak sebelum

perkawinan mereka di berkati di vihara. Tidak adanya calon suami yang dapat

memenuhi harapan Dina dan diiringi tekanan keluarga ini membuat Dina

semakin frustasi menjalani kehidupannya.

Melalui wawancara tidak terstruktur jarak jauh, kepada penulis Dina

mengisahkan kehidupan masa kecilnya. Masa kecil Dina selalu diliputi ketakutan,

kecemasan, kesedihan mendalam akibat sikap dan perilaku kedua orangtuanya.

Mereka keluarga sangat miskin dan kadang tidak punya uang bahkan untuk

membeli makanan sekalipun. Keadaan ekonomi keluarga yang serba kekurangan

tersebut disikapi kedua orangtuanya dengan sikap saling menyalahkan dan tidak

jarang diakhiri pertengkaran yang memanas sehingga lengkaplah Dina kecil

terjerat penderitaan. Kesulitan hidup yang menghimpit diperparah dengan tidak

adanya kasih sayang dan perhatian orangtua yang selayaknya membuat Dina kecil

memaknai hidup berkeluarga dan punya anak itu adalah penderitaan. Daripada

anaknya kelak menderita seperti dia bukankah akan jauh lebih baik apabila tidak

punya anak sama sekali. Dina kecil memaknai bahwa menjadi anak adalah

penderitaan dan dilengkapi belief bahwa hidup adalah penderitaan sebagaimana

yang sering dibabarkan para dharmaduta, Dina dewasa menjalani kehidupannya

semakin terpuruk penderitaan. Inilah belief yang terbentuk, tumbuh, berkembang,

Page 58: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

56

dan menjadi belief yang sangat kuat, sejalan dengan proses tumbuh kembang

Dina, mulai saat Dina masih bayi hingga berumur 30 tahun.

Suatu saat, Dina berkomunikasi daring dengan seorang duda 1 anak non

Buddhis. Istri Sang Duda meninggal karena penyakit kanker. Dari komunikasi

tersebut, timbul perasaan saling memahami dan mulai bersemi perasaan senasib

sependeritaan yang berlanjut dengan “copy darat”. Awalnya Dina bersedia

menerima kehadiran suami dengan prasyarat Buddhist tradisi Theravada dan

komitmen tidak mempunyai anak, tetapi kini prasyarat pertamanya luntur sudah.

Dari hasil analisis literatur dan temuan di ruang terapi dapat disimpulkan

bahwa faktor utama sebagai penyebab Dina yang tidak ingin punya anak kandung

tersebut adalah faktor pikiran, dalam hal ini pikiran bawah sadar, lebih spesifik

lagi, belief system yang terbentuk tanpa disadari sejak Dina masih kecil. Begitu

belief jika punya anak kandung akan membuat anaknya menderita terbentuk maka

semakin lama akan semakin kuat efeknya, sehingga hidup Dina selanjutnya

praktis hanya menjalankan apa yang telah “tertulis” dalam belief. Belief akan

menjadi program pikiran yang sangat kuat yang akan menyabot segala tindakan

Dina yang bertentangan dengan belief tersebut dan tentu saja termasuk hasrat

untuk berkeluarga. Belief Dina terbentuk berkat kenyataan hidup keluarganya

yang dikukung penderitaan dan didukung materi ceramah dharmaduta yang lebih

banyak menekankan tentang penderitaan hidup.

Strategi pembabaran Dharma ini diperkirakan merujuk pada motivasi

Pangeran Siddhartha (calon Buddha Gotama) untuk meninggalkan keluarga,

kekayaan, dan kedudukan sebagai putra mahkota untuk mencari “obat” atau cara

bagaimana mengatasi penderitaan, usia tua, mencari apa yang tidak dilahirkan,

Page 59: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

57

yang tidak menjadi sasaran penyakit, kematian, dan kesedihan (Majjhima Nikaya

I, 163). Sebagai orang yang hidup dalam limpahan kemewahan duniawi, bagi

Pangeran Siddhartha usia tua, sakit, dan mati adalah penderitaan yang disebut

dukkha (Pali) atau duhkha (Sansekerta).

Ajaran tentang dukkha ini adalah ajaran yang pertama kali dibabarkan

Buddha dalam khotbah pertama-Nya di Taman Rusa Isipatana di Kota Benares

kepada lima orang bertapa. Kelima orang pertapa itu adalah pertapa yang

sebelumnya menjadi rekan-Nya bertapa. Inilah khotbah yang merupakan awal

pembabaran Dharma sehingga kemudian terkenal dengan nama Dhammacakka-

pavattana Sutta yang artinya Khotbah Pemutaran Roda Dhamma. Pada khotbah

pertama yang diucapkan tepat pada saat purnamasidhi di bulan Asadha ini,

Buddha mengajarkan Empat Kesunyataan Mulia (Cattari Airya Saccani) yaitu:

Kesunyataan Mulia Tentang Dukkha (Dukkha Ariyasacca); Kesunyataan Mulia

Tentang Asal Mula Dukkha (Dukkha-samudaya Ariyasacca); Kesunyataan Mulia

Tentang Lenyapnya Dukkha (Dukkha-nirodha Ariyasacca); dan Kesunyataan

Mulia Tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha (Dukkhanirodha gamini

patipada). Diterangkan bahwa dukkha adalah suatu Kesunyataan atau Kebenaran

Suci/Mulia. Kelahiran (jati) adalah dukkha, usia lanjut (jara), sakit (vyadhi),

kematian (merana), berkumpul dengan orang-orang yang tak disenangi, terpisah

dari orang-orang yang dicintai, gagal dalam mengejar cita-cita semuanya adalah

dukkha. Pendek kata, semua unsur-unsur kehidupan Jasmani dan Bathin

(khandha) adalah Dukkha (Wahyono, 2002: 60). Ajaran mengenai Empat

Kesunyataan Mulia ini menjadi awal bergulirnya Dharma dan sekaligus pokok

doktrin agama Buddha.

Page 60: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

58

Terjemahan teks-teks Buddhis Barat (sebelum tahun 1970) biasanya istilah

dukkha diterjemahkan sebagai "penderitaaan”, terjemahan yang cenderung mem-

berikan kesan mendalam bahwa agama Buddha adalah agama pesimistis atau

filsafat dunia menyangkal. Para pakar Buddha Dharma, antara lain; Zasep Tulku

Rinpoche, Thanissaro Bhikkhu, Philip Moffitt, Cynthia Thatcher, Joseph

Goldstein, Rupert Gethin, Ajahn Sucitto, Ringu Tulku, Traleg Kyabgon, Edward

Holmes, Ratan and Rao gigih beragumen kalau agama Buddha itu meskipun

mengajarkan tentang penderitaan, bukan suatu agama pesismis dan menyangkal

melainkan agama realitis. Mereka menegaskan selain membabarkan fakta

kehidupan yang diliputi penderitaan, Buddha juga menunjukkan jalan atau cara

terbaik bagaimana melenyapkan dan terbebas dari penderitaan hidup tersebut

(http://en.wikipedia.org/wiki/Dukkha).

Namun fakta bahwa kata dukkha seringkali dimengerti dan diterjemahkan

sebagai penderitaan sehingga konsep ini, bahwa hidup adalah penderitaan, adalah

menjadi apa yang disebut sebagai “kabar buruk” dari agama Buddha, yang telah

menyebabkan banyak orang menyalahartikan agama Buddha sebagai suatu ajaran

yang pesimistik dan menyangkal diri. Padahal pesan utama yang disampaikan

Buddha adalah “kabar baik” dari Dharma, yaitu ada jalan untuk menuju kepada

pembebasan dari penderitaan (Surya Das, 2003: 103-104). Kecenderungan

penggunaan sepenggal kalimat “Sabbe Sankhara Dukkha” yang sering diartikan

sebagai “hidup adalah penderitaan” menjadikan pemahaman terhadap agama

Buddha sebagai ajaran nihil tidak bisa dicegah. Dan kekeliruan ini terbukti

menjadi “makanan” empuk bagi misionaris agama non Buddhis untuk menarik

umat Buddha agar menanggalkan keimanannya.

Page 61: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

59

4.2.2 Dampak Strategi Keliru Dharmaduta dalam Pembabaran Dharma

Permasalahan yang dihadapai nara sumber ini sebenarnya bukan hal yang

luar biasa. Tetapi yang dilakukan Bhante Tirodhammo, Pekanbaru, ini merupakan

salah satu kasus life hystory yang memperlihatkan bagaimana ayah merupakan

figur otoritas sangat tinggi yang kata-katanya adalah sebuah sugesti yang diterima

pikiran bawah sadarnya sebagai suatu kebenaran mutlak tanpa perlu dianalisa

maksud sebenarnya. Nara sumber bernama Ronaldo (bukan nama sebenarnya)

pelajar kelas 3 SMP.

Ayah Ronaldo mengatakan adalah biasa bila ada pelajaran yang sulit.

Kalau tidak ada pelajaran yang sulit, bukan sekolah namanya. Itu-kan tantangan

namanya. Kata-kata ayah yang disampaikan saat Ronaldo kelas 4 SD dimaknai

berbeda oleh Ronaldo kecil sehingga tanpa disadari menjadi program sabotase

diri. Program sabotase diri yang dialami Ronaldo tersebut adalah menyukai

kesulitan karena kesulitan sebenarnyaa adalah sebuah tantangan dan adalah wajar

jika dalam sekolah mengalami kesulitan. Dengan program pikiran yang

ditanamkan ayah tanpa disadari tersebut, menyebabkan Ronaldo tergolong anak

yang cerdas, tetapi sulit baginya dalam menyerap pelajaran matematika.

Sayangnya, Ronaldo santai dan cuek saja ketika nilai matematikanya tidak pernah

melebihi nilai 75.

Dalam kondisi hipnosis yang sangat dalam, Ronaldo menyatakan senang

dengan pelajaran matematika meskipun hasilnya tidak maksimal seperti mata

pelajaran lainnya. Dengan teknik regresi, Ronaldo menceritakan bahwa ketika

duduk di kelas 4, ibu marah-marah saat Ronaldo sedang belajar. Untuk meredam

kemarahan ibu, ayah melerai dengan mengatakan, “Sudahlah, Bu. Yang namanya

Page 62: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

60

pelajaran kan ada yang sulit. Kalau tidak ada pelajaran yang sulit, bukan sekolah

namanya. Itu kan tantangan, Bu.” Maksud ayah untuk memotivasi Ronaldo agar

belajar lebih giat. Tetapi kepolosan Ronaldo menjadikan pikiran bawah sadar

Ronaldo menerima kata-kata ayahnya secara mentah. Sejak saat itu, Ronaldo

meyakini bahwa pelajaran matematika itu sulit dan kesulitan itu merupakan suatu

tantangan sehingga wajar jika perolehan nilai matematikanya pas-pasan.

Setelah program “pelajaran matematika adalah mudah” diinstal di pikiran

bawah sadar Ronaldo, hanya dalam waktu setengah bulan, daya ingat Ronaldo

pada pelajaran matematika meningkat pesat. Perolehan nilai matematika Ronaldo

paling rendah 8, dan malah sering kali mendapat nilai 9 dan 10. Tidak itu saja.

Nilai mata pelajaran lain juga mengalami peningkatan secara signifikan. Pelajaran

bahasa Inggris Ronaldo menghasilkan nilai tidak pernah kurang dari 9.

Kekeliruan umum strategi pembabaran Dharma dapat dianalisis terhadap

sebuah sair lagu yang terpapang di sebuah papan tulis di kampus STABN

Sriwijaya Tangerang Banten. Lagu ini adalah lagu yang dipakai untuk berlatih

gamelan kebanggaan STABN Sriwijaya Tangerang Banten. Inilah lagu yang

berhasil membuat penulis bertekad untuk menganalisa, meneliti, dan membuat

skripsi dengan judul seperti judul skripsi ini.

Bunyi sair lagu tersebut adalah :

Ibarat sekuntum bunga nan berseri

Segar mekar semerbak harum mewangi

T‟lah berlalu sang bunga layu pasti

Terurai gugur hancur ditelan bumi

Apa guna ya kawan hidup ini

Bagai bunga ya kawan lusa mati

Apa guna ya kawan tinggi hati

Gagah dan kecantikan tiada arti

Page 63: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

61

Bagaimana mungkin di kampus tempat penulis menuntut ilmu, yang

sebagian besar mahasiswanya adalah generasi muda Buddhis dan sedang berjuang

untuk masa depan yang lebih baik, bisa terpapang sair yang dapat menimbulkan

demotivasi seperti ini? Berdasarkan analogi sair di atas, kaya, cantik atau ganteng,

dan pintar adalah suatu hal yang tiada guna. Tiada arti. Semuanya tidak kekal dan

hidup adalah penderitaan. Maka dengan sendirinya buat apa susah-susah kuliah,

menghabiskan biaya, buang-buang waktu, tenaga, dan pikiran namun pada

akhirnya semua tiada arti? Apapun yang dilakukan tidak akan bisa mengubah

penderitaan. Karena penderitaan akan berakhir saat sudah tidak hidup. Yang lebih

memprihatinkan, apa guna hidup ini, lusa akan mati? Sungguh suatu malapetaka

besar bagi seseorang yang dilahirkan. Hidup saja tidak ada artinya, lalu apa

artinya kuliah? Apa gunanya gelar sarjana? Dan jika kuliah dan gelar sarjana tidak

ada gunanya, maka tentu keberadaan STABN Sriwijaya sudah tidak ada artinya.

Bagi generasi muda, katakan saja wisudawan srata satu, yang dengan

penuh antusias menatap masa depan berbekal kesarjanaannya, apa jadinya jika

diarahkan dan ditanamkan bahwa hidup itu dicengkeram dukkha. Walau pun saat

ini gagah perkasa, karena masih muda, tetapi waspadalah karena dalam waktu

relatif cepat, wisudawan akan berubah menjadi tua, sakit, dan akhirnya mati.

Sekarang gembira, bahagia karena diwisuda sebagai sarjana, tetapi ingatlah bahwa

hidup itu dicengkram penderitaan maka kebahagiaan ini akan segera lenyap tanpa

bekas. Jika arahan ini yang ditanamkan pada wisudawan, bagaimana mungkin

mereka siap terjun ke masyarakat untuk mengawali kehidupan mandirinya? Oh...

sungguh mengerikan kalau membayangkan bahwa “hidup ini adalah penderitaan”

Page 64: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

62

(Tigris, 1998: 4). Kalau demikian adanya tidak mengherankan image betapa sukar

dan mengerikannya menjadi umat Buddha.

Walaupun semua umat Buddha paham bahwa hidup adalah penderitaan

tetapi tidak ada seorang pun umat Buddha yang ingin hidup menderita. Apakah

dengan menyatakan bahwa hidup adalah penderitaan dapat diartikan Buddha salah

mengajar? Penulis sangat yakin, ajaran Buddha sesuai dengan fakta kehidupan.

Validitas Dharma tergolong kebenaran absolut yang berlaku di mana saja, kapan

saja, dan meliputi semua orang, baik orang yang percaya atau orang yang tidak

percaya. Semakin memahami cara kerja pikiran, penulis semakin takjub akan

kepiawaian Buddha dalam membabarkan ajaran-Nya. Penulis yakin sepenuhnya

bahwa Buddha memang guru para dewa dan manusia, satthā devamanussānam.

Pembimbing tiada bandingnya. Buddha membabarkan Dharma, yang indah pada

awalnya, indah di pertengahan, dan indah pada akhirnya ini, demi kebahagiaan

umat manusia dan para dewata.

Dharma yang dibabarkan sesuai kebutuhan masing-masing pendengar.

Bahkan saat membabarkan suatu topik Dharma, semua makhluk pendengar, dewa

ataupun manusia, yang terlihat maupun yang tidak terlihat, secara bersamaan

dapat menyelami ajaran Buddha tersebut sesuai tingkat kesadaran spriritual

(kesucian) masing-masing. Mereka yang masih diliputi sedikit kebodohan batin,

serta merta tercerahkan. Mereka yang telah mencapai tingkat kesucian tertentu

seketika semakin meningkat kesuciannya. Bagi yang kesadaran batinnya sudah

cukup tinggi, banyak pula yang mencapai kesucian Arahat.

Namun jika ajaran bahwa hidup ini adalah penderitaan, yang dibabarkan

dharmaduta secara tidak sengaja karena kurang memaknai kata dukkha dengan

Page 65: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

63

luas dan mendalam, karena tidak tahu dampak negatif penggunaannya, dan

dipublikasikan oleh pihak non-Buddhis secara sistematis dan massif untuk

mendiskreditkan agama Buddha, kemudian ditawarkan kepada khalayak di zaman

instan ini, sudah bisa diperkirakan agama wahyu jauh lebih menawan hati.

Apalagi konsumennya orang lanjut usia dan generasi muda. Hal ini dikarenakan

orang lanjut usia, tatkala kondisi fisik dan mental melemah, tentu akan dengan

mudah termakan janji-janji keselamatan instan walaupun, menurut ajaran Buddha,

surga itu masih dicengkram jeratan samsara. Namun kenyataannya orang banyak

begitu mendambakan masuk surga. Tidak terbayangkan mengapa begitu banyak

orang meyakini akan masuk surga dan mendapatkan 72 bidadari dengan cara

membunuh sebanyak-banyak orang tidak berdosa yang tidak dikenalnya dengan

meledakkan bom bunuh diri sekalipun tubuhnya hancur berkeping-keping.

4.2.3 Pembabaran Dharma Sesuai Cara Kerja Pikiran

Studi kasus life hystory yang dilakukan Ernest Rossi, dari Amerika Serikat,

membuktikan bagaimana kekuatan pikiran positif mampu mengalahkan tumor

ganas akut nara sumber yang bernama Mr. Wright. Penelitian Ernest Rossi tentang

kesembuhan terhadap penyakit mematikan lymphosarcoma yaitu tumor ganas

pada kelenjar getah bening dikarenakan kekuatan keyakinan terhadap suatu obat

“palsu” diberi judul “Plasebo, Dokter yang Di Dalam Diri” dipublikasikan melalui

buku yang ditulisnya The Psychobiology of MindBody Healing (dalam Gunawan,

2012b).

Mr. Wright adalah seorang penderita tumor ganas pada kelenjar getah

bening (lymphosarcoma). Juga ada tumor sebesar buah jeruk di leher, ketiak,

lipatan paha, dada, dan perut. Limpa dan hati Mr. Wright mengalami

Page 66: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

64

pembengkakan secara masif. Setiap hari dari dadanya harus disedot keluar cairan

berwarna putih seperti susu sekitar satu hingga dua liter. Ia harus sering bernapas

dengan bantuan tabung oksigen. Kondisi Mr. Wright sudah sangat parah sehingga

dokter memperkirakan ia hanya bisa bertahan beberapa hari lagi.

Namun Mr. Wright tetap semangat dan berharap bisa sembuh karena ia

membaca di koran bahwa ada obat baru yang sangat ampuh, namanya Krebiozen,

yang saat itu sedang diujicobakan kepada pasien kanker. Mr. Wright mendengar

bahwa American Medical Association (AMA) telah memilih rumah sakit tempat

ia berobat sebagai salah satu dari seratus rumah sakit yang menjalankan uji coba

ini. Ia sangat berharap bisa mendapat kesempatan mencoba obat baru ini. Mr.

Wright tidak bisa ikut dalam program ini karena salah satu syaratnya adalah

pasien harus punya harapan hidup minimal tiga bulan dan lebih diutamakan yang

enam bulan. Namun ia bersikeras dan memohon-mohon kepada dokternya untuk

bisa mendapat obat yang ia yakini dapat menyembuhkannya. Sekedar untuk

menyenangkan hati pasiennya, yang masa hidupnya tinggal beberapa hari lagi,

dokter akhirnya mengizinkan Mr. Wright mendapat suntikan Krebiozen. Suntikan

pertamanya di hari Jumat dan dokternya baru kembali ke rumah sakit lagi hari

Senin. Saat kembali ke rumah sakit, dokter memperkirakan Mr. Wright pasti

sudah meninggal dunia.

Namun di luar perkiraan dokter, ternyata Mr. Wright yang di hari Jumat

masih sangat parah kondisinya, sangat sulit bernapas, dan tidak bisa bangun dari

tempat tidur, ternyata di hari Senin sudah segar bugar, bisa berjalan, berbicara,

dan bersenda gurau dengan para perawat. Penasaran dengan hal ini, dokternya

segera memeriksa para pasien lain yang juga mendapat suntikan Krebiozen.

Page 67: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

65

Ternyata pasien lainnya sama sekali tidak mengalami perubahan. Perubahan

signifikan hanya dialami oleh Mr. Wright. Dalam waktu hanya beberapa hari,

tumornya telah mengecil menjadi setengahnya. Ini tentu satu kejadian luar biasa

karena Mr. Wright tidak mendapat obat lain selain Krebiozen. Suntikan terus

diberikan sebanyak tiga kali seminggu. Dalam waktu sepuluh hari Mr. Wright

dinyatakan sembuh total. Semua indikasi tumor ganas di tubuhnya hilang tak

berbekas. Ia bahkan dapat naik pesawat dan terbang di ketinggian 30.000 kaki

dengan nyaman.

Ini adalah perkembangan positif yang terjadi di awal uji coba Krebiozen.

Namun dalam waktu dua bulan kemudian muncul berbagai laporan di media

massa bahwa Krebiozen sama sekali tidak efektif karena semua uji klinis yang

telah dilakukan sama sekali tidak membuahkan hasil. Mr. Wright membaca berita

itu dan mulai bingung. Ia mulai ragu dengan hasil yang telah ia capai dengan

menggunakan Krebiozen. Setelah dua bulan berada dalam kondisi tubuh yang

sehat dan kuat, ia sakit lagi dan kembali ke kondisi seperti sebelumnya dan harus

masuk rumah sakit lagi.

Kali ini dokter yang merawatnya, yang mulai memahami pengaruh pikiran

dan pengharapan, lebih tepatnya keyakinan dan emosi, melakukan eksperimen

dengan berkata pada Mr. Wright, “Apa yang Anda alami adalah hal yang normal.

Obat yang Anda dapatkan sebelumnya adalah obat yang masih diujicoba. Sudah

tentu pengaruh obat ini hanya bisa bertahan beberapa bulan. Sekarang ada

Krebiozen generasi berikutnya yang sudah disempurnakan dan benar-benar dapat

menyembuhkan secara permanen.” Mendengar hal itu, Mr. Wright kembali

bersemangat dan dengan penuh harap meminta dokternya untuk memberikan obat

Page 68: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

66

Krebiozen generasi baru kepadanya. Dokternya mengatakan bahwa mereka sudah

memesan obat baru itu dan dalam beberapa hari lagi akan tiba di rumah sakit.

Sebenarnya si dokter sengaja mengulur waktu agar keyakinan, pengharapan, dan

optimisme Mr. Wright bisa kembali tumbuh dengan kuat.

Beberapa hari kemudian, dokter menyampaikan bahwa obat yang dinanti

telah tiba. Mr. Wright sangat antusias, senang, dan bersemangat. Dokter lalu

menyuntikkan obat Krebiozen generasi baru, yang sebenarnya adalah air, hanya

air tanpa diberi tambahan apa pun. Hasilnya sungguh luar biasa! Sama seperti

sebelumnya, hanya dalam beberapa hari kondisi Mr. Wright kembali pulih

sepenuhnya. Semua gejala penyakit yang sebelumnya tampak di tubuhnya hilang

tak berbekas. Mr. Wright tetap sehat selama dua bulan sampai ia membaca di

media massa laporan final mengenai uji coba Krebiozen untuk mengobati kanker

yang dilakukan secara nasional. AMA menyatakan bahwa Krebiozen sama sekali

tidak efektif mengobati kanker. Setelah membaca laporan ini, hanya dalam

beberapa hari saja, ia kembali masuk rumah sakit dengan kondisi yang sangat

parah dan dua hari kemudia ia meninggal.

Dari riset Beecher dan peneliti lainnya kini diketahui bahwa pengobatan

mempunyai efek plasebo sebesar 35%, yang berarti bahwa pikiran positif dan

pengharapan, bukan karena pengaruh obat, memberikan kontribusi kesembuhan

hingga 35%. Efek plasebo sebesar 35% ini adalah angka yang konservatif. Bahkan

pada beberapa kasus tingkat keberhasilannya mencapai 80%. Riset juga

menemukan bahwa respon terapeutik yang konsisten rata-rata 55%, karena efek

plasebo berlaku untuk semua obat analgesi yang diteliti. Dengan kata lain, 55%

dari efektivitas obat penghilang rasa sakit adalah hasil dari efek plasebo. Norman

Page 69: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

67

Cousin dengan sangat jelas mengatakan. “The Placebo is the doctor who resides

within”, atau “Placebo adalah dokter yang ada di dalam diri”.

Buddha lebih dari 2.600 tahun yang lampau mengajarkan bahwa segala

keadaan ditentukan oleh pikiran, dijadikan oleh pikiran. Selanjutnya, pada

Saṁyutta Nikāya, Citta Sutta (dalam Mehm, 2011: 89) Buddha menyatakan

bahwa cittena nīyati loko, cittena parikassati, cittasa ekadhammassa, sabbe

vavasamanva gūīti (pikiran memimpin dunia, pikiran menarik segala sesuatu

untuk mengikutinya, segala sesuatu harus mengikuti keinginan dari satu hal yaitu

pikiran). Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin,

pikiran adalah pembentuk. Oleh karena itu pikiran mengendalikan tindakan,

tingkah laku, pemikiran, perasaan, pencerapan, dan pertimbangan manusia.

Pikiran adalah kekuatan paling utama dan penting untuk dimiliki setiap orang.

Maka dengan sendirinya hal terpenting dalam hidup setiap orang adalah pikiran.

Dengan dan melalui kekuatan pikiran, manusia menciptakan ilmu pengetahuan

dan teknologi dengan kecepatan yang begitu luar biasa.

Para neurosains (ahli tentang otak) menyimpulkan apa yang terjadi di otak

sangat berpengaruh pada apa yang dipikirkan dan dirasakan orang. Penyakit dan

luka di otak dapat menyebabkan rasa marah, sedih, dan putus asa. Adalah Richard

Davidson, profesor psikiatri di Universitas Wisconsin, menunjukkan kebalikannya

juga benar: pikiran dapat mengubah cara kerja otak (Simpson, 44). Elfiky (2011:

10) juga menyatakan bahwa berpikir melahirkan pengetahuan, pemahaman, nilai,

keyakinan, dan prinsip. Pikiran menjadi titik tolak bagi tujuan dan mimpi-mimpi.

Ia menjadi referensi rasional dalam eksperimentasi, perjalanan hidup, pemaknaan,

serta cara memahami kebahagiaan dan pendertiaan. Sesungguhnya pikiranlah

Page 70: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

68

yang memerintah dunia. Pikiran adalah penyebab utama dari sesuatu. Pikiran

bahagia membuat orang bahagia dan pikiran derita membuat orang menderita.

Tidak ada seorangpun yang berkeingingan hidup dalam keadaan menderita

bahkan umat Buddha yang menyadari kebenaran hukum ketidakkekalan. Lebih

dari 2.000 umat Buddha yang penulis tanya tetap saja mendambakan kebahagiaan.

Hal ini tampak nyata dari “doa” yang biasa dipanjatkan umat Buddha yaitu doa

diakhiri dengan kalimat Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta yang artinya “Semoga

Semua Makhluk Berbahagia”. Kalimat ini mempunyai arti dan makna tersurat

maupun tersirat sangat luas dan mendalam. Selain mengandung nilai cinta kasih

dan kasih sayang yang sangat dalam kepada semua makhluk dan menyadari

bahwa dalam menjalani kehidupan ini umat Buddha tidak bisa berbahagia seorang

diri, umat Buddha berharap semoga semua makhluk dapat hidup berbahagia.

“Doa” ini sejatinya merupakan harapan bahkan keinginan yang paling dalam dari

umat Buddha yaitu agar semua makhluk, tentu saja termasuk dirinya sendiri, dapat

hidup bahagia. Semua orang, termasuk umat Buddha, dalam lubuk hatinya yang

paling dalam menyatakan ingin hidup bahagia bahkan kebahagiaan itu adalah

tujuan hidup semua orang. Semua manusia pada umumnya mencari kebahagiaan,

maka dapat dikatakan bahwa kebahagiaan adalah tujuan hidup semua manusia

(Widya, 2010: 1). Maka dengan fungsi dan peranan pikiran yang sangat besar bagi

kehidupan manusia dengan sendirinya sudah menjadi keharusan bagi dharmaduta

untuk membabarkan Dharma sesuai dengan pola pikir alami setiap orang yaitu

keinginan untuk hidup bahagia dalam menjalani kehidupan ini. Suatu ajaran yang

tidak sesuai dengan pola pikir manusia pada umumnya, perlahan namun pasti

akan menjurus kepada kepunahan.

Page 71: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

69

4.2.4 Efektifitas Menetralisir Keyakinan Negatif dengan Hipnoterapi

Permasalahan yang dialami Aida (bukan nama sebenarnya) menunjukkan

bagaimana hipnosis dapat dengan mudah membantu nara sumber yang alergi obat

selama 30 tahun karena keyakinan yang ditanamkan ayahnya. Studi kasus life

hystory tentang Aida diinformasikan dalam Santosa (2016: 79-82). Nara sumber

mengetahui dirinya alergi terhadap semua obat pabrik mulai dari parasetamol,

obat mag, hingga segala jenis antibiotik sejak berusia 4 tahun. Awalnya, Aida

kecil dibawa ke dokter karena panas tinggi. Dia diberi antibiotik dan obat penurun

panas. Beberapa saat setelah minum obat, timbul ruam merah di seluruh tubuh,

gatal, dan sesak napas. Setelah diperiksa oleh dokter spesialis kulit, Aida

dinyatakan menderita hipersensitivitas atau reaksi alergi terhadap beberapa obat.

Sebulan kemudian dilakukan tes alergi, dan hasil laboratorium menunjukkan

bahwa dia mengalami reaksi alergi hampir pada semua jenis obat kimia.

Alergi obat adalah reaksi alergi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi

secara berlebihan (abnormal) terhadap obat yang dikonsumsi. Dalam kondisi

tertentu, kondisi ini dapat berpotensi mengancam keselematan jiwa, yang dalam

dunia medis dikenal dengan sebutan reaksi anafilaksis; reaksi alergi obat paling

serius dan merupakan keadaan darurat medis, sehingga pasien harus dibawa ke

UGD (unit gawat darurat) untuk mendapatkan pertolongan.

Pernah suatu ketika Aida makan seafood dan menunjukkan tanda alergi.

Saat diberi obat terjadi reaksi anafilaksis yang ditandai deman, timbul ruam

merah, dan sesak napas. Akhirnya Aida dilarikan ke rumah sakit. Karena Aida

alergi terhadap semua macam obat termasuk obat anti-alergi, Aida hanya men-

dapatkan infus untuk menormalkan kondisi kesehatannya.

Page 72: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

70

Selama ini Aida menjalani terapi akupunktur dan nutritional therapy, dan

hasilnya hanya bisa bertahan sementara. Bila ibu berusia 34 tahun ini meminum

obat atau makanan yang bersifat alergen, secara spontan tubuhnya alergi lagi.

Membaca informasi bahwa alergi bisa disebabkan oleh aktivitas psikis, Aida men-

coba melakukan terapi causative. Ada dua macam terapi, yaitu yang bersifat

symptomatic yaitu terapi dilakukan untuk menekan symptom (gejala) dan terapi

causative yang mencari akar masalah kemudian menuntaskannya sehingga pasien

mengalami kesembuhan lebih stabil.

Saat ini Aida sedang mengandung anak ketiga. Sejak mengandung anak

pertama ia tak pernah minum obat, dan syukurlah kedua anaknya lahir normal.

Dan yang lebih istimewa lagi, selama kehamilannya Aida tidak minum obat kimia

apa pun, bahkan vitamin pun tidak. Saat ini karena usia dan kondisi tubuh lelah

akibat sibuk bekerja di kantor, Aida merasa lemas dan mual. Ketika diberi obat

mual oleh dokter kandungan, Aida kembali mengalami reaksi alergi; ditandai

dengan keluarnya ruam merah, gatal, dan sedikit sesak napas. Padahal obat mual

yang dikonsumsi Aida umumya tidak menimbulkan reaksi alergi. Kondisi ini

membuat Aida mengkhawatirkan kehamilannya. Dengan tubuh tidak seprima dulu

ia memikirkan berbagai cara untuk terlepas dari cengkeraman alergi obat secara

tuntas. Ia rajin melakukan yoga supaya tubuhnya semakin kuat dan dapat

mengontrol reaksi alergi utamanya. Metode meditasi yang diajarkan telah sangat

membantu.

Kemajuan yang dicapai melalui yoga dan meditasi membuat Aida me-

nyimpulkan bahwa apabila ia mampu mengarahkan pikirannya pada sesuatu yang

baik, perasaan damai, dan penuh syukur, berangsur-angsur alergi bisa dikurangi.

Page 73: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

71

Setelah mendapat penjelasan tentang metode respons relaksasi, yang merupakan

salah satu cara yang memberikan hasil signifikan untuk mengatasi penyakit

psikosomatis (penyakit pada fisik karena pengaruh pikiran), Aida memutuskan

untuk menjalani hipnoterapi. Ini sejalan dengan tujuannya semula, yaitu ingin

menjalani causative therapy.

Dengan teknik hipnoterapi tertentu, setelah mencapai kondisi relaksasi

pikiran yang dalam, pikiran bawah sadar Aida memberikan informasi bahwa saat

Aida berusia tiga tahun ayahnya berkata obat herbal yang alami jauh lebih baik

daripada obat kimia, yaitu obat buatan manusia yang diproduksi pabrik. Pesan ini

terus diberikan oleh ayah Aida sehingga tanpa disadari diterima sebagai suatu

keyakinan dan menjadi program di pikiran bawah sadar Aida. Informasi ini

diterima Aida saat berusia 3 tahun dimana critical factor masih sangat mudah

ditembus. Apalagi sugesti tersebut diberikan oleh ayah, yang merupakan figur

otoritas bagi Aida. Ditambah lagi pembuktian laboratorium dan ucapan dokter

saat Aida berusia empat tahun. Tak ayal lagi program penolakan terhadap obat

kimia ini tertancap sangat kuat di pikiran bawah sadar Aida. Dengan teknik terapi

tertentu, dilakukan uninstall pada program pikiran yang telah tertanam di pikiran

bawah sadar Aida. Dua minggu setelah terapi, Aida mengabari bahwa saat ini

sudah tidak timbul reaksi alergi tatkala minum obat mual yang diberikan dokter

kandungan untuk menekan efek ngidam yang sedang dialaminya.

Pengalaman Aida ini sangat berharga bagi para orangtua yang memiliki

otoritas tinggi bagi anak supaya berhati-hati bicara kepada anak-anak saat usia di

bawah 13 tahun. Pada masa-masa ini, critical factor yang menjadi filter pikiran

bawah sadar anak masih belum kuat. Para orangtua, guru, dan dharmaduta agar

Page 74: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

72

selektif memilih program bagi anak, karena akan memengaruhi hidup mereka

hingga ada program lain yang lebih kuat. Semua sikap, kebiasaan, perilaku, dan

pola pikir seseorang merupakan hasil “pemrograman” bawah sadar dari orangtua,

guru, dharmaduta, teman sebaya, rekan kerja, televisi, media sosial, dan berbagai

macam nara sumber lainnya. Pemrograman yang terus menerus pada akhirnya

mendapat persetujuan kemudian merasuk ke pikiran bawah sadar menjadi

keyakinan. Keyakinan yang terbentuk akan sulit diubah karena bagian dari pikiran

bawah sadar yang disebut homeostasis cenderung menolak perubahan, dan

semakin mencoba memaksakan perubahan, penolakannya semakin besar. Untuk

menjangkau sumber penolakan yang berada pada pikiran bawah sadar, tidak

mungkin dilakukan pada tataran pikiran sadar.

Sejak tahun 1990-an, penelitian tentang fungsi dan cara kerja otak manusia

mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Namun sampai saat ini, dapat

dikatakan bahwa hipnosislah satu-satunya ilmu pengetahuan yang dapat secara

sengaja membawa orang untuk masuk ke dalam pikiran bawah sadarnya dan

menemukan ISE (Initial Sensitizing Event) yaitu pertama kali trauma muncul

dalam kehidupan nara sumber. ISE umumnya terjadi ketika nara sumber masih

kecil, terkadang saat masih berada dalam kandungan, bahkan tak tidak jarang

terjadi pada kehidupan yang lalu. Dengan menelusuri kedalaman pikiran bawah

sadar seseorang, hipnoterapis dapat menggali memori jangka panjang dan

mendalami apa yang menjadi sebab atau awal terjadinya trauma pada seseorang.

Terapi berbasis hipnosis merupakan salah satu cara yang sangat mudah, cepat,

efektif, dan efisein dalam menjangkau pikiran bawah sadar, melakukan re-

edukasi, dan memrogram ulang pikiran yang terkontaminasi keyakinan negatif.

Page 75: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

73

4.2.5 Strategi Baru Dharmaduta dalam Pembabaran Dharma

Studi kasus life hystory pada seorang klien penulis, sebut saja Dewi,

membuktikan bagaimana “ajaran” orangtua sebagai salah satu figur pemilik

otoritas tinggi di mata anak, membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan

anaknya. Dewi adalah seorang mahasiswa dari sebuah sekolah tinggi Buddhis di

daerah Tangerang berasal dari kota penyangga Jakarta berusia 20 tahun. Dewi

anak ke dua dari lima bersaudara. Dewi tidak bergairah mengikuti kuliah apalagi

mengerjakan tugas-tugas dosen. Sahabat laki-laki Dewi sering memperhatikan

Dewi yang sehari-hari memisahkan diri dari kawan-kawan se asramanya untuk

berdiam diri. Dewi beragama “Buddha” sebatas tertulis di KTP dan menurut

pengakuan kepada almamater dan kawan-kawannya. Sehari-hari Dewi dipenuhi

kemarahan, perasan terluka, sakit hati, tersinggung, kesepian, sedih, merasa tidak

mampu keluar dari masalah, merasa tidak berharga, merasa kecil, merasa tidak

diinginkan, dan merasa bersalah. Perasaan-perasaan tersebut membuat Dewi

menjadi emosional, mudah tersinggung bila berhadapan dengan orang lain, dan

depresi. Dewi merasa dia bukan Dewi yang dulu. Dia sudah menjadi orang lain

yang dia sendiri tidak mengenalnya.

Ayah Dewi, beragama Kristen, sedang ibu beragama Buddha. Dewi sendiri

sejak kecil mengaku beragama Kristen Protestan karena orangtuanya menikah

secara Kristen. Semua berjalan normal layaknya sebuah keluarga. Kehidupan

keluarga tergolong kecukupan karena ayah bekerja di bagian personalia. Ibu Dewi

mempunyai kebiasaan sulit tidur jika ada keluarga yang belum pulang. Hingga

suatu hari Ibu Dewi mendapatkan suaminya pulang dalam keadaan mabuk dengan

Page 76: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

74

tubuh tercium aroma parfum perempuan. Inilah pemicu retaknya hubungan suami

istri orangtua Dewi.

Kondisi keluarga diperparah dengan situasi kantor. Di kantor terjadi

korupsi berjamaah namun ayah Dewi yang harus menanggung semua akibatnya.

Sejak saat itu ekonomi keluarga hancur total. Mereka tidak punya rumah sendiri.

Ibu berkerja keras untuk menutup biaya keluarga dengan mengambil cucian

sementara Ayah tidak pernah bekerja tetap juga tidak peduli pada keluarga. Ayah

menyewa mobil dengan biaya sangat besar, Rp.3.000.000,- per bulan, hanya

dipakai untuk jalan-jalan dengan perempuan lain.

Sampai pada suatu hari, saat Dewi menginjak SMP, papa ribut keras

dengan mama. Takut bercampur sedih, Dewi langsung mengunci diri di kamar

tidurnya sambil menangis pilu. Sejak itu ayah sering emosional sehingga kurang

berkomunikasi dengan anak-anaknya bahkan sering menggunakan kekerasan

menjadikan hubungan Dewi dengan ayah menjadi kaku. Namun ayah tidak pernah

menggunakan kekerasan pada ibu. Sebagai pelarian, Dewi sering ke gereja secara

diam-diam, tetapi Ibu suka menjelek-jelekan agama Kristen, katanya: “Lihat tuh,

orang Kristen kalau ke gereja suka hura-hura. Kamu jangan jadi agama Kristen.

Kalau nanti menikah juga jangan menikah dengan orang Kristen karena orang

Kristen suka main perempuan.” Untuk tidak mengecewakan ibu, Dewi “menjadi”

pemeluk agama Buddha.

Agar dapat menjadi umat Buddha, Dewi kuliah di sekolah tinggi agama

Buddha dan oleh karenanya Dewi berada di lingkungan Buddhis. Namun sejak

menjadi penganut agama Buddha, Dewi merasa kesepian, menjadi terlalu perasa,

sulit mengontrol emosi, dan menganggap orang-orang benci kepadanya. Dewi

Page 77: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

75

merasa bagaikan orang yang terdampar seorang diri di tengah lautan ganas tanpa

ada orang yang mau menolongnya. Orang-orang di sekelilingnya hanya menonton

saja. Dewi merasakan bahwa dia bukan Dewi yang dulu. Dia Dewi yang lain yang

bahkan dia sendiri tidak mengenalnya. Dewi rindu seperti Dewi dulu sewaktu

menghadapi ujian nasional SMA di tahun 2011.

Saat berdoa subuh, Dewi menyerahkan sepenuhnya masalah hidupnya

kepada Yesus Kristus. Dewi pasrah namun dengan penuh harapan datangnya

pertolongan. Dan ternyata pertolongan itu benar-benar ada. Sangat terasa seperti

ada tangan kokoh yang meraihnya dari penderitaan membuat Dewi merasa tidak

ada beban, damai, ringan rasa, plong sehingga menjalani UN terasa mudah.

Namun untuk tidak mengecewakan ibu-nya, Dewi tetap menjadi umat Buddha.

Menurut apa yang Dewi pahami, Buddha mengajarkan bahwa hidup dan

terlahir sebagai manusia adalah penderitaan. Semua penderitaan Dewi adalah hasil

perbuatan Dewi sendiri yang harus ditanggungnya. Buddha tidak bisa menolong

apapun karena satu-satunya yang bisa menolong Dewi adalah dirinya sendiri.

Pengertian Dewi terhadap ajaran Buddha yang demikian ini menjadikannya rindu

untuk menemukan kembali “jati dirinya” yang dulu yang terasa ringan penuh

harapan ketika beragama Kristen.

Semua orang tanpa terkecuali jika dirunut sampai ke ujungnya, pasti

mendambakan hidup bahagia. Namun, sebagaimana diketahui, belief keliru bahwa

Buddha mengajarkan hidup adalah penderitaan dan diperkuat bahwa Buddha tidak

bisa menolong orang yang menderita mengingat hanya diri sendiri yang dapat

menolong diri sendiri, akan membawa umat Buddha mengalami penderitaan

sepanjang hidupnya, paling tidak selama belief tersebut tidak diubah.

Page 78: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

76

Elfiky (2011: 149-150) menyatakan bahwa sejatinya belief negatif lebih

berbahaya daripada yang dapat dibayangkan. Ia merangkai hidup ini menjadi mata

rantai penderitaan, perasaan negatif, perilaku negatif, dan hasil yang negatif

seperti sakit jiwa, sakit fisik, kesepian, dan ketakutan. Namun perlu disadari

bahwa manusia bukan terdiri dari belief saja. Manusia lebih dari sekedar

sekumpulan belief. Saat dilahirkan manusia belum mempunyai belief karena belief

adalah apa yang dipelajari sejak masih kecil hingga saat ini dan diyakini sebagai

hal yang benar. Karena belief adalah sesuatu yang dipelajari, maka belief itu bisa

diubah, diganti, dimodifikasi, atau bahkan ditanggalkan (Gunawan, 2008; 136).

Jika melakukan hal yang sama, maka hasilnya juga akan sama. Perubahan

tidak akan pernah terjadi sampai penyebabnya diubah. Tetapi memang untuk

berubah adalah sesuatu yang tidak mudah. Karena pada manusia terdapat apa

yang dinamakan homeostasis. Homeostasis ini sesungguhnya bertujuan baik yaitu

menjaga dan melindungi agar orang tidak mudah berubah akibat pengaruh orang

lain atau lingkungan yang tidak diinginkan. Namun homeostasis juga menjadi

penghambat perubahan saat seseorang ingin merubah diri ke arah yang lebih baik.

Setiap perubahan yang akan dilakukan pasti mendapat perlawanan dari

homeostasis. Besarnya perlawanan untuk berubah dapat diukur dengan merasakan

intensitas perasaan tidak nyaman yang muncul saat proses perubahan akan

dilaksanakan atau sedang berlangsung (Gunawan, 2008: 20).

Pertanyaannya adalah apakah bisa merubah belief umat Buddha? Dan

kalau toh bisa, apakah perubahan belief dari hidup sebagai manusia adalah

penderitaan menjadi hidup sebagai manusia adalah kemuliaan menyimpang dari

kebenaran Dharma? Penulis berkeyakinan sangat kuat bahwa sangat mungkin dan

Page 79: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

77

amat bisa untuk merubah belief atau keyakinan atau lebih tepat lagi pola pikir

umat Buddha. Syahril Syam, rekan sejawat penulis dari Makassar, dalam bukunya

yang luar biasa: The Secret of Attractor Factor: Mengetahui Rahasia Law of

Attraction untuk Mendapatkan Apapun yang Anda Inginkan, menyatakan bahwa:

Pola pikir adalah produk dari pengulangan. Oleh sebab itu berpikir bukan-

lah sesuatu yang tidak dapat diubah seperti warna mata. Inilah perbedaan

antara “ciri dan kondisi”. Warna mata adalah ciri genetik. Cara Anda

berpikir adalah kondisi seperti kondisi pikiran yang terjadi secara

temporer, yang dibentuk, dapat dikendalikan, dapat diubah, dan bahkan

dapat diprogram.

Y.M. Achan Chah (1994: 7) mengatakan bahwa cara untuk mengetahui

tentang segala sesuatu secara bijaksana adalah dengan melepaskan dan tidak

menderita karenanya. Merubah pola pikir tidak berarti kita mengabaikan ajaran

Buddha, bukan berarti kita menyangkal fakta kehidupan sebagaimana yang

ditunjukkan Buddha yang begitu nyata dan tak terbantahkan. Merubah pola pikir

adalah merubah cara kita merespon setiap kondisi kehidupan yang kita alami

dengan pikiran positip guna memetik manfaat sebesar-besarnya dari keberhasilan

kita terlahir sebagai manusia.

Untuk merubah pola pikir umat Buddha, peranan orang yang dianggap

mempunyai otoritas tinggi memegang peranan kunci. Tidak bisa tidak, perubahan

pola pikir umat Buddha harus dilakukan secara sadar, berulang-ulang, sistimatis,

dan dilakukan oleh orang yang mempunyai otoritas tinggi di mata umat Buddha

yaitu; para pembabar Dharma yang terdiri dari anggota Sangha dan Dharmaduta.

Tentu saja untuk dapat merubah pola pikir, dharmaduta harus meyakini bahwa

perubahan pola pikir ini selain tidak bertentangan, justru sejalan dengan ajaran

Buddha seperti dinyatakan Y.M. Achan Chah (1994: 2 dan 4) bahwa Sang

Buddha mengajarkan hanya tubuhlah yang boleh terpenjara, tetapi jangan

Page 80: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

78

membiarkan pikiran ikut terpenjara. Buddha berpendapat bahwa walaupun

kehidupan jasmani pasti terkait dengan derita fisik, derita seperti ini tak perlu

memicu reaksi emosional seperti ketakutan, kesengsaraan, kebencian, dan tekanan

batin yang biasanya merupakan tanggapan terhadapnya (Bodhi, 2010: 7).

Dharmaduta wajib memahami bahwa Buddha mengajarkan bukan hanya

jalan menuju pembebasan akhir nan agung, kebahagiaan sempurna Nibbana,

namun juga jalan menuju berbagai jenis kebahagiaan duniawi lainnya yang baik,

yang didambakan manusia, jalan yang memungkinkan bagi setiap orang untuk

menanam akar yang baik guna menghasilkan ketenangan, kedamaian, dan keba-

hagiaan dalam dimensi duniawi pada kehidupan sekarang ini (Bodhi, 2010: 40).

Dharmaduta wajib menghayati bahwa Buddha Dharma adalah panduan bagi umat

Buddha untuk menjalani kehidupan sehari-hari dalam memelihara keluarga,

menjalani bisnis, dan berinteraksi dengan masyarakat (Lee, 2010: 10). Oleh

karenanya, dengan memeluk agama Buddha, seseorang dapat berbuat kebajikan

yang baik, benar, dan berguna untuk memperoleh hidup tenang, damai, dan

kebahagiaan hidup duniawi pada kehidupan saat ini juga.

Siapa yang dilahirkan, saat tiba waktunya, pasti akan mati. Percaya atau

tidak, apapun belief-nya, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kematian akan

menjemput setiap orang. Namun selang waktu yang tersedia antara suatu

kelahiran sampai kematian, alih-alih larut dalam kekecewaan, ketidakpuasan,

kecemasan, ketakutan, dan penderitaan, jauh lebih bijaksana dan bermanfaat

sebagaimana pernyataan Raja Pasenadi dari Kosala kepada Buddha: “Selagi

penuaan dan kematian tengah menuju diri saya, Bhante, apa lagi yang harus

Page 81: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

79

dilakukan selain hidup sesuai dengan Dhamma, hidup dengan benar, dan

melakukan perbuatan baik dan berjasa?” (Bodhi, 2010: 16).

Dharmaduta harus memahami bahwa konsep ajaran yang meyakini “hidup

adalah penderitaan” tanpa penjelasan yang rinci, lengkap, dan memuaskan akan

membawa hidup umat Buddha menderita, yang pada akhirnya, mengancam

eksistensi agama Buddha. Dharmaduta harus memahami bahwa kebanyakan orang

sangat berminat pada bagaimana menemukan lebih banyak kebahagiaan di tengah

berbagai masalah yang umum dalam kehidupan (Ajahn Bram, 2009: 78-80).

Buddha banyak mengajarkan tentang cara untuk mencapai kebahagiaan, salah

satunya, terdapat pada Dhammapada Bab IX: 118:

Apabila seseorang melakukan perbuatan baik, hendaknya ia mengulangi

perbuatan baik tersebut. Ia akan merasa berbahagia dengan perbuatan

baiknya karena kebaikan akan membawa kebahagiaan. (Widya, 2010: 10)

Ajahn Bran, yang lahir dan dididik sebagai seorang Kristen, tetapi ketika

kali pertama membaca buku tentang Buddhisme, saat berusia 16 tahun, Ajahn

Bram mendadak tahu bahwa Beliau adalah seorang Buddhis. Ajahn Bram

tergugah oleh welas asih, kebijaksanaan, dan kebebasan yang bersinar lebih

cemerlang di dalam ajaran Buddha daripada di dalam ajaran mana pun yang

pernah dijumpai sebelumnya. Menurut Ajahn Bram, pengalaman serupa dengan

pengalaman yang dialaminya itu telah berulang ratusan ribu kali, dalam hidup

orang-orang di abad 21 ini. Tatkala orang awam di negara-negara non-Buddhis

bertemu dengan ajaran murni Buddhisme, yang disajikan dengan tatacara yang

jelas dan andal, maka mereka dengan cepat akan mengenalinya sebagai yang

paling semerbak dari semua jalan, dan yang terbaik dari semua agama. Mereka

Page 82: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

80

hanya heran mengapa kebijaksanaan yang begitu membebaskan seperti itu tidak

diusahakan untuk dikenal lebih luas.

Ajahn Bram meneliti mengapa Buddhisme tumbuh begitu baiknya di

Barat. Ajahn Bram menggunakan akronim „P-U-R-E” yang berisi strategi baru

empat kunci yang telah membantu meningkatkan penyebarluasan Buddhisme.

Terkait pertanyaan penelitian ini, penulis menyajikan strategi pertama yang diberi

nama presentationc (penyajian). Guna menghindari kesalahpengertian, Ajahn

Bram mengurutkan kembali ajaran tentang Empat Kebenaran Mulia sebagai:

Kebahagiaan (Dukkhanirodho); Sebab Kebahagiaan (Jalan Berfaktor Delapan);

Tiadanya Kebahagiaan (Dukkha); dan Sebab Tiadanya Kebahagiaan (Nafsu).

Urutan ini akan menggeser strategi pembabaran dharma dari fokus penderitaan

menjadi fokus pada kebahagiaan. Ini adalah sebuah pengemasan ulang Dharma

secara sederhana yang tetap mempertahankan esensinya sembari menjadi lebih

menarik bagi pemirsa modern. Hal ini dibenarkan oleh pernyataan Buddha bahwa

“Nibbāna adalah kebahagiaan tertinggi” (Dhammapada 203,204).

Ketika menyajikan Empat Kebenaran Mulia dengan cara seperti itu, Ajahn

Bram dapati semua generasi menyimak dan datang untuk mendengarkan Dharma.

Menurut Ajahn Bram, jika ingin ajaran luar biasa Buddhisme menjangkau

generasi modern, maka ajaran itu perlu disajikan dengan cara yang modern pula.

Bukan berarti esensi Dharma-nya perlu diubah, tetapi penyajiaannya yang perlu

disesuaikan terus menerus. Generasi masa depan tidak akan mau mendengarkan

gumaman bhikkhu yang membosankan, memberikan ceramah yang tidak relevan.

Buddha berpesan agar mengajarkan Dharma dengan bahasa yang mudah

dimengerti (misalnya dalam Aranavibhaṅga Sutta).

Page 83: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

81

Strategi baru pembabaran Dharma yang dilakukan Y.M. Ajahn Bram

ternyata sangat efektif menarik minat generasi muda Australia untuk datang ke

vihara untuk mendengarkan bimbingan Dharma. Di negeri Ajahn Bram, Australia,

jumlah umat Buddha tidaklah seberapa pada tahun 1983, ketika pertama kali

Ajahn Bram tiba dari Thailand. Pada tahun 1991, meningkat menjadi 1,1%. Baru-

baru ini, sensus Australia bulan Agustus 2001, jumlah umat Buddha tumbuh 75%

menjadi 1,9% dari seluruh populasi. Ini berarti hampir 1 dari 50 orang Australia

menyatakan diri mereka Buddhis. Seiring dengan merosotnya agama Kristn di

Barat, Buddhisme telah menjadi agama yang tercepat perkembangannya di

Australia dan banyak negara maju lainnya.

Page 84: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

82

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari latar belakang masalah yang berlanjut dengan identifikasi masalah

dan pembahasan masalah yang didukung referensi dari berbagai tokoh pembabar

Dharma, baik anggota Sangha maupun umat perumahtangga, dalam dan luar

negeri, pendalaman data dokumenter, serta temuan studi kasus life hystory di

ruang praktek terapis, penulis sampai pada simpulan sebagai berikut;

5.1.1 Paradigma Dharmaduta dalam Pembabaran Dharma

Dharmaduta, baik anggota Sangha maupun perumahtangga, pada umum-

nya menggunakan strategi pembabaran Dharma berfokus pada penderitaan. Hal

ini disebabkan adanya kekeliruan dalam memaknai kata dukkha yang diartikan

sebagai penderitaan. Padahal arti yang lebih tepat dari dukkha bukan penderitaan

melainkan ketidakpuasan. Bukan kehidupan ini yang menjadi sebab dari

penderitaan tetapi ketidakpuasanlah yang menjadi awal muncul tanha yang

menjadi sebab dari penderitaan. Pemahaman tentang dukkha yang dalam dan luas

sejalan dengan pesan utama yang disampaikan Buddha yaitu “kabar baik” dari

Dharma, ada jalan untuk menuju kepada pembebasan dari penderitaan.

5.1.2 Dampak Strategi Keliru Dharmaduta Dalam Pembabaran Dharma

Kekeliruan paradigma dharmaduta ini menjadi lahan empuk bagi para

pemuka agama non Buddhis untuk secara sengaja, sistematis, dan masif

memojokkan agama Buddha sebagai agama pesimistik, agama yang hanya fokus

pada penderitaan. Banyak artikel propaganda di media sosial yang ditulis para

misionaris agama samawi untuk mendiskriditkan keimanan penganut agama

Page 85: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

83

Buddha yang menyebabkan kesan nihilisme terpatri kuat pada agama Buddha.

Keyakinan yang “ditanamkan” bahwa hidup adalah penderitaan tanpa penjelasan

yang rinci, lengkap, dan memuaskan sangat membahayakan eksistensi agama

Buddha. Hal ini disebabkan bahwa walaupun semua umat Buddha paham bahwa

hidup adalah penderitaan tetapi tidak ada seorang pun umat Buddha yang ingin

hidup menderita. Oleh karena itu paradigma dharmaduta dalam pembabaran

Dharma ini menjadi salah satu sebab menonjol terhadap penurunan populasi

agama Buddha di Indonesia.

5.1.3 Pembabaran Dharma Sesuai Cara Kerja Pikiran

Anggota Sangha dan dharmaduta, bagi umat awam dipandang sebagai

kelompok orang yang mempunyai otoritas tinggi, sehingga apa yang disampaikan,

apalagi secara berulang-ulang, akan “hidup” kuat dalam pikiran bawah sadar umat

Buddha. Berdasarkan ilmu pikiran menurut hipnosis dan didukung temuan di

ruang terapi yang penulis dan rekan-rekan sejawat dapatkan, seseorang yang

meyakini bahwa “hidup adalah penderitaan” maka baginya hidup selalu dihimpit

penderitaan dan upaya apapun yang dilakukannya, selama keyakinan terhadap

hidup merupakan penderitaan belum diubah, sangat sulit baginya untuk mengatasi

penderitaan hidupnya.

Begitu kuat peran pikiran dalam menentukan arah kehidupan seseorang.

Pikiran memimpin dunia, pikiran menarik segala sesuatu untuk mengikutinya, dan

segala sesuatu harus mengikuti keinginan pikiran. Pikiran adalah pelopor dari

segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Oleh karena

itu pikiran mengendalikan tindakan, tingkah laku, pemikiran, perasaan,

pencerapan, dan pertimbangan manusia. Pikiran adalah kekuatan paling utama dan

Page 86: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

84

penting untuk dimiliki setiap orang. Maka dengan sendirinya hal terpenting

dalam hidup setiap orang adalah pikiran. Dengan dan melalui kekuatan pikiran,

manusia menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kecepatan yang

begitu luar biasa. Para neurosains (ahli tentang otak) menyimpulkan apa yang

terjadi di otak sangat berpengaruh pada apa yang dipikirkan dan dirasakan orang.

Penyakit dan luka di otak dapat menyebabkan rasa marah, sedih, dan putus asa.

Demikian pula sebaliknya: pikiran dapat mengubah cara kerja otak.

5.1.4 Efektifitas Menetralisir Keyakinan Negatif Dengan Hipnoterapi

Banyak cara untuk menetralisir pengaruh keyakinan negatif antara lain

dengan teknik relaksasi, afirmasi, visualisasi, yoga, bahkan meditasi. Semua cara

tersebut memang dapat membantu meringankan dampak keyakinan negatif.

Namun teknik yang dikembangkan para pakar hipnoterapi dapat mencapai pusat

memori jangka panjang sehingga sangat cepat dan tepat menyentuh sebab-sebab

dan awal terjadinya keyakinan negatif serta pihak-pihak yang terlibat dalam me-

nanamkan program negatif tersebut. Dengan teknik-teknik tertentu, dengan mudah

dan akurat terapis dapat menemukan ISE (Initial Sensitizing Event) yaitu saat

pertama kali trauma muncul dalam kehidupan seseorang. Bagaikan efek bola salju

yang masih kecil ketika pertama kali muncul dan semakin lama menggelinding

turun bola salju semakin membesar, maka teknik menyelesaikan masalah saat

pertama kali munculnya efek bola salju yang berupa trauma atau keyakinan

negatif akan jauh lebih mudah untuk menyelesaikannya dari pada saat masalah

telah membesar. Terapi yang secara khusus mempelajari teknik untuk menemukan

akar permasalahan adalah hipnoterapi.

Page 87: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

85

5.1.5 Strategi Baru Dharmaduta Dalam Pembabaran Dharma

Jika ingin mewariskan Dharma bagi generasi baru manusia yang terus

menerus berubah, dharmaduta perlu merubah paradigma strategi pembabaran

Dharma yang bermula fokus pada penderitaan menjadi fokus pada kebahagiaan.

Beralihnya fokus materi Dharma ini telah dilakukan Y.M. Ajahn Bram dan

ternyata sangat efektif menarik minat generasi muda Australia untuk datang ke

vihara guna mendengarkan Dharma. Transformasi pola pikir ini tidak merubah

esensi Dharma.

Walaupun sesungguhnya fakta kehidupan atas kelahiran sebagai manusia

menyebabkan terjadinya usia tua, sakit, mati, berkumpul dengan orang yang

dibenci, berpisah dengan orang yang dicintai, dan tidak semua keinginan dapat

dicapai, namun Buddha mengajarkan bahwa sungguh sulit terlahir sebagai

manusia. Sulitnya lahir sebagai manusia diumpamakan sebagai seekor penyu buta

yang selama seabad sekali muncul ke pemukaan laut menjulurkan lehernya untuk

menjangkau gelang yang terombangambing dihempas ombak (Samyutta-nikaya

V: 457 dalam Mukti, 2003: 135). Sungguh luhur lahir sebagai manusia sehingga

Bodhisattva Sahetuka dari Surga Tusita, untuk bisa menjadi Buddha, memilih

lahir sebagai manusia.

Para dharmaduta di Indonesia tetap saja asyik memberikan ceramah yang

tidak sesuai dengan relevansi harapan semua orang bahwa semua orang tidak ada

satupun yang ingin menderita tetapi justru ingin hidup bahagia. Oleh karena itu

Ajahn Bram mengingatkan bahwa jika ingin ajaran luar biasa Buddhisme

menjangkau generasi modern, maka ajaran itu perlu disajikan dengan cara yang

modern pula. Bukan berarti esensi Dharma-nya perlu diubah, tetapi penyajiaannya

Page 88: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

86

yang perlu disesuaikan terus menerus. Generasi masa depan tidak akan mau

mendengarkan gumaman bhikkhu yang membosankan, memberikan ceramah

yang tidak relevan. Buddha berpesan agar mengajarkan Dharma dengan bahasa

yang mudah dimengerti.

5.2 Saran

Ajaran Buddha mungkin saja telah gagal apabila Buddha tidak mahir

menyesuaikan ajaran-Nya dengan kemampuan dari pendengar-Nya. Beliau

mampu merubah gaya, isi, dan kedalaman dari ajaran-Nya sehingga para

pendengar meraih manfaat yang maksimal dari apa yang diajari-Nya. Fleksibilitas

ini juga berkontribusi terhadap kelangsungan ajaran Buddha, perkembangannya,

dan keberhasilannya di sepanjang masa (Lee. 2010: 11).

Seiring dengan merosotnya agama Kristen di Barat, Buddhisme telah

menjadi agama yang tercepat perkembangannya di Australia dan banyak negara

maju. Pertumbuhan jumlah umat Buddha di Indonesia berbanding terbalik dengan

pertumbuhan jumlah umat Buddha di negara maju. Kalau berfokus pada apa yang

relevan bagi orang awam, maka Buddhisme menjadi hal yang penting bagi

mereka. Mereka bisa saja mulai dengan ketertarikan untuk memecahkan

persoalan-persoalan duniawi mereka, tetapi hal itu segera saja menuntun kepada

Jalan yang membebaskan mereka dari semua penderitaan (Bram, 2009; 80-81).

Maka penulis menyarankan bahwa dharmaduta harus secepat mungkin memiliki

paradigma baru dalam pembabaran agama Buddha berdasarkan cara kerja pikiran.

Page 89: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

87

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Bodhi, Bhikkhu. 2009. Tipitaka Tematik. Sabda Buddha Dalam Kita Suci Pāli. Terjemahan oleh Hendra Widjaja. Tanpa kota: Ehipassiko Foundation.

Brahm, Ajahn. 2009. Hidup Senang Mati Tenang. Diterjemahkan oleh Chuang.

Tanpa kota: Ehipassiko Foundation.

Bryne, Rhonda. 2007. The Secret. Rahasia. Diterjemahkkan oleh: Susi Purwoko.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bungin, Burhan. 2015. Penelitian Kualitatif. Komunikasi, Ekonom, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Edisi Kedua. Cet. Kedelapan. Jakarta:

Prenada Media Grup.

Chah, Achan. 1994. Hidup Sesuai Dhamma. Diterjemahkan oleh: Kalyani

Kumiayi. Tanpa kota: Yayasan Kusalayani.

Claptorh, Richard. 2010. Dasyatnya Bahaya Aktivasi Otak Tengah. Menguak

Kontroversi Aktivasi Otak Tengah & Hipnosis Massal Secara Investegatif.

Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Dagpo, Lama Rinpoche. 2000. Kemuliaan Kelahiran Sebagai Manusia. Komentar

Guru-guru Lainnya Beserta Anjurannya. Diterjemahkan dari bahasa

Inggeris ke bahasa Indonesia oleh Se Yoen. 2004. Bandung: Kadam Choe

Ling Bandung.

Decaprio, Richard. 2012. Betapa Dasyatnya Reaksi Otak Terhadap Kejadian-

kejadian di Sekitar Kita. Rusdianto (Ed.). Jogjakarta: FlashBooks.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa. Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dhammapada. 1970. tr. Sub Projek Penerangan Direktorat Djenderal Bimbingan

Masyarakat Hindu dan Budha. Jakarta: Departemen Agama R.I.

Dhammananda, Sri. Nayake Maha Thera. 2002. Tumimbal Lahir. Percayakah?.

Diterjemahkan oleh Handaka Vijjananda. Tanpa kota: Karaniya.

Dwiloka, B. dan Riana, R. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Skripsi, Tesis,

Disertasi, Artikel,Makalah, dan Laporan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Dwiyanti. 2011. Pembinaan Dhammaduta Agama Buddha Dalam Pelayanan

Umat. (Online), http://tekdikwiwik.blogspot.co.id/2011/02/pembinaan-

dharmaduta.htlm, diakses 20 November 2016).

Page 90: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

88

Elfiky, Ibrahim. 2011. Terapi Berpikir Positip:Biarkan Mukjizat Dalam Diri Anda

Melesat Agar Hidup Lebih Sukses dan Lebih Bahagia. Diterjemahkan oleh

Khalifurrahman Fath dan M. Taufik Damas. Jakarta: Zaman.

Goleman, Daniel. 2002. Emotional Intelligence:Kecerdasan Emosional. Mengapa

EI Lebih Penting Daripada IQ. Diterjemahkan oleh T. Hermaya. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Gunawan, Adi W. 2008. The Secret of Mindset. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Gunawan, Adi W. 2009a. Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring.

Cet. Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gunawan, Adi W. 2009b. Quantum Life Transformation. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Gunawan, Adi W. 2012a. Hypnotherapy for Children. Cara Mudah dan Efektif

Menerapi Anak. Cet. Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gunawan, Adi W. 2012b. The Miracle of MindBody Medicine: How to Use Your

Mind for Better Healt. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gunawan, Adi W. 2014. Pikiran Sadar, Pikiran Bawah Sadar, dan Penciptaan

Realita. Artikel Quantum Hypnosis Indonesia, (Online), No. 189, (http://www.adiwgunawan.com/?p=article&action=shownews&pid=189,

diakses 09 Juli 2014).

Herdiansyah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.

Jakarta: Salemba Humanika.

Hunter, Roy. 2011. Seni Hipnoterapi. Penguasaan Teknik yang Berpusat pada

Klien. Edisi Keempat. Diterjemahkan oleh Paramita. Jakarta: Indeks.

Hunter, Roy. 2015. Seni Hipnosis. Penguasaan Teknik-Teknik Dasar. Edisi

Ketiga. Diterjemahkan oleh Paramita. Jakarta: Indeks.

Ksubho. 2009. Menjadi Dharmaduta Handal. (Online), http://id.netlog.com/

ksubho/blog/blogid=12430, diakses 22 November 2016).

Kaharuddin, Pandit J. 2005. Abhidhammatthasangaha. Tangerang: Vihara

Padumuttara.

Karyadi. 2013. Sembuh Dengan Hipnoterapi. Aplikasi Hipnoterapi untuk Daya

Ingat dan Kesembuhan Psikologis/Psikis. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Lee, T.Y. 2010. Hidup Penuh Dengan Berkah. Panduan Menuju Kemakmuran,

Perdamaian dan Kebahagiaan. Diterjemahkan oleh Yuliana Lie Pannasiri.

Medan: Dewan Pengurus Daerah Sumatera Utara Pemuda Theravada

Indonesia.

Page 91: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

89

Mukti, Krisnanda Wijaya. 2003. Wacana Buddha Dharma. Jakarta: Yayasan

Dharma Pembangunan.

Mulyono, D., P. Santoso., dan K. Liman. 2009. Kajian Tematik Agama Kristen

dan Agama Buddha. Tanpa Kota. Freepress Publisher.

Narada, Maha Thera. 2000. Fakta Kehidupan. Jakarta: Dian Dharma.

Ngasiran. 2015. Penyebab Jumlah Umat Buddha di Temanggung Berkurang,

(Online),(http://buddhazine.com/penyebab-jumlah-umat-buddha-di-

temanggung-berkurang, diakses 28 November 2016).

Paññavaro, Sri. 1991. Kumpulan Dhammadesana. Jilid 1. Jakarta: Majalah

Buddha Cakkhu.

Phang, Cheng Kar. 2006. Don’t Worry Be Healthy. Hidup Sehat Tanpa Cemas.

Buku 1. Diterjemahkan oleh Chuang. Tanpa kota. Karaniya.

Priastana, Jo. 2005. Komunikasi dan Dharmaduta. Jakarta: Yasodhara Putri.

Rafael, Romy. 2010. Menghilangkan Fobia dan Masalah Emosional dengan

Hypnotherapy. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Santosa, I.G. Ngurah Putra Eka. 2016. “Pesan Ayah Membuat 30 Tahun Alergi

Obat”. Dalam Widya Saraswati dan Kristin Liu (Ed.), Miracles on

Demand (hlm. 79-82). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sasanaputra. 2007. Budi Pekerti dan HAM dalam Pendidikan Agama Buddha

Sekolah Menengah Atas Kelas XI. Jakarta: Mandiri Publication House.

Siadari, E.E. 2014. Tiongkok Akan Jadi Negara Berpenduduk Terbesar Dunia,

(Online), (http://www.satuharapan.com/read-detail/read/tiongkok-akan-

jadi-negara-berpenduduk-kristen-terbesar-dunia, diakses 21 Juli 2016).

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cet. Kelima

belas. Bandung: Alfabeta.

Simpson, Kathleen. Tanpa tahun. Otak. Bagian Dalam Ruang Kontrol Tubuh

Anda. National Geographic.

Suprayogo, I. dan Tobroni. 2003. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung:

Rosda.

Surya Das, Lama. 2003. Awakening The Buddha Within: Delapan Langkah

Menuju Pencerahan. Hikmat Tibet Bagi Alam Semesta. Diterjemahkan

pertama kali oleh Chataina Puramdari. Diterjemahkan ulang oleh Yahya

Kristiyanto. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Page 92: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

90

Syam, Syahril. 2008. The Secret of Attractor Factor: Mengetahui Rahasia Law of

Attraction untuk Mendapatkan Apapun yang Anda Inginkan. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Nhat Hanh, Thinch. 2013. Memahami Pikiran Kita. Tanpa Kota: Karaniya.

Tigris, Buntario. 1998. Mencapai Kekayaan Duniawi. Jakarta: Yayasan

Dhamadasa.

Tin Mon, Mehm. 2006. Karma Pencipta Sesungguhnya. Cet. Keempat, 2011.

Diterjemahkan oleh Agus Wiyono dan Lan Moi. Bogor: Yayasan Hadaya

Vattu.

Wahono, Mulyadi. 2002. Pokok Pokok Dasar Agama Buddha. Jakarta:

Departemen Agama R.I. Proyek Peningkatan Pendidikan Agama Buddha

di Perguruan Tinggi.

Widyadharma. 1981. Riwayat Hidup Buddha Gotamsa. Jakarta: Yayayan Vihara

Avalokitesvara.

Wijaya, Willy Y. Empat Kebenaran Mulia . Sebuah pendekatan Modern.

Diakses 17 November 2013.

Wise, Anna. 2012. Menguasai Gelombang Otak Untuk Meningkatkan Kejernihan

Pikiran, Kesembuhan Diri, & Kreativitas Berpikir. Diterjemahkan oleh

Claudia Syanny Latif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

http://berita.bhagavant.com/2011/12/14/bps-jumlah-buddhis-di-indonesia-

meningkat.html, diakses 28 November 2016.

http://en.wikipedia.org/wiki/Dukkha, diakses 09 Februari 2014.

Page 93: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

91

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Gambar 2.2.

Frekuensi 4 gelombang pikiran Volume Pikiran Sadar dan Pikiran Bawah

Sadar

Pikiran Bawah Sadar

Pikiran Sadar

Critical

Factor

(12%)

(88%)

Sumber:: Adi W. Gunawan Institute of Mind TechnologyAdi W. Gunawan Ins ti tu te of M ind Tec honology

Gambar 3.1 Gambar 3.2.

Sertipikat Client Centered Hypnotherapist Sertipikat Licened Trainer

Gambar 3.3. Gambar 3.4.

Penulis dengan Adi W. Gunawan Iklan Kompas, Rabu, 1 Desember 2010

Page 94: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

92

Gambar 4.1 Gambar 4.2.

Cleaning Seat yang digunakan oleh Posisi terapis dan klien saat terrapi

Klinik Terapi Rumah Sentosa

Keterangan sumber gambar:

Gambar 2.1. http://penaopini.blogspot.co.id/2014/04/kualitas-tidur-manusia.html

Gambar 2.2. Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology

Gambar 3.1. Dokumen pribadi penulis

Gambar 3.2. Dokumen pribadi penulis

Gambar 3.3. Dokumen pribadi penulis

Gambar 3.4. Dokumen pribadi penulis

Gambar 4.1. Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology

Gambar 4.2. http://health.liputan6.com/3038964/hipnotgerai-marah-pada-ibu-di

jambak-bawah-sadar

Page 95: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

93

LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA

1. Data Subyek

1. Nama

2. Alamat lengkap

3. Tempat dan Tanggal lahir

4. Pekerjaan

5. Telp (Hp) dan email

6. Agama

7. Status menikah

8. Jumlah anak (bila ada)

9. Nama ayah dan ibu

2. Hubungan dengan Keluarga

1. Bagaimana relasi Anda dengan ayah?

2. Bagaimana relasi Anda dengan ibu?

3. Bagaimana relasi Anda dengan anak-anak?

4. Siapakah orang yang paling Anda hormati dalam keluarga Anda?

3. Pengobatan Sebelumnya

1. Apakah Anda sudah pernah mencoba mengatasi masalah Anda?

2. Siapa yang sebelumya telah membantu Anda?

3. Bagaimana hasilnya?

4. Berapa kali Anda mencoba mengatasi masalah Anda tersebut?

5. Apakah Anda sedang hamil? (khusus perempuan)

6. Apakah Anda pernah mengalami sakit jantung, stroke, epilepsi, diabetes,

dan atau hipertensi?

4. Menelusuri Minat Untuk Terapi Hipnosis

1. Bagaimana Anda tahu mengenai kami?

2. Anda datang ke kami atas kehendak siapa?

3. Apakah Anda sudah pernah menjalani sesi hipnoterapi sebelumnya?

Page 96: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

94

4. Apakah Anda percaya atau merasa yakin Anda berhasil masuk ke dalam

kondisi hipnosis?

5. Kondisi Kesehatan Klien

1. Apakah Anda sedang dalam penanganan dokter, psikolog, atau psikiater

untuk masalah saat ini?

2. Jika “ya”, sebutkan nama dokter/psikolog/psikiater yang menangani Anda?

3. Apakah Anda sedang meminum obat?

4. Jika “ya”, obat apa yang saat ini sedang Anda minum?

5. Apa saja masalah-masalah fisik yang sering Anda alami?

6. Pemahaman tentang Hipnoterapi

1. Menurut pemahaman Anda saat ini, kondisi hipnosis itu kondisi yang

bagaimana?

2. Apakah ada hal yang Anda takutkan mengenai hipnosis dan atau

hipnoterapi?

7. Mendeteksi Emosi Klien

1. Berikan skala dari 0-10 apabila Anda merasa menyimpan beberapa aspek

emosi negatif, baik terhadap diri Anda sendiri, orang lain ataupun terhadap

suatu kejadian atau peristiwa sehubungan dengan masalah yang Anda

hadapi saat ini. Skala 0 bila Anda merasa biasa saja, dan skala 10 bila Anda

merasakan emosi negatif ini dan cukup mengganggu hidup Anda!

Marah 0 - ___ Menyesal 0 - ___ Merasa tidak mampu 0 - ___

Kecewa 0 - ___ Frustasi 0 - ___ Merasa ditolak 0 - ___

Terluka 0 - ___ Takut 0 - ___ Merasa tidak berharga 0 - ___

Dendam 0 - ___ Cemas 0 - ___ Merasa kecil 0 - ___

Sakit hati 0 - ___ Malu 0 - ___ Merasa bersalah 0 - ___

Tersinggung 0 - ___ Kesepian 0 - ___ Merasa minder 0 - ___

Benci 0 - ___ Sedih 0 - ___ Merasa putus asa 0 - ___

__________ 0 - ___ __________ 0 - ___ ________________ 0 - ___

2. Bagaimana kondisi Anda saat ini? Jelaskan secara singkat!

Page 97: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

95

3. Emosi apa yang terlebih dahulu Anda ingin atasi dalam sesi terapi kali ini?

4. Sebutkan hal-hal permasalahan spesifik yang ingin Anda atasi melalui sesi

hipnoterapi ini! (isi sebanyak yang diinginkan)

8. Qualifying (Penajaman Masalah Klien)

1. Sudah berapa lama Anda merasakan atau mengalami masalah ini?

2. Bagaimana hidup Anda selama mengalami masalah ini?

3. Apakah yang akan terjadi dengan hidup Anda bila misalnya Anda tidak bisa

sembuh atau tidak bisa keluar dari masalah ini?

4. Apakah Anda mau mengubah situasi ini?

5. Apakah Anda mau keluar dari masalah Anda?

6. Mengapa?

7. Apakah yang terjadi jika misalnya Anda terbebas dari masalah ini?

8. Bagaimana Anda tahu bahwa Anda sudah berhasil mengatasi masalah

Anda?

9. Perubahan positif apa yang pasti terjadi dalam hidup Anda bila Anda

berhasil mengatasi masalah Anda?

Page 98: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

96

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis lahir di Jakarta, 03 Agustus 1954 sebagai anak kedua dari 6 (enam)

bersaudara. Dengan tanggal kelahiran yang demikian itu, penulis berada dalam

naungan shio Kuda Logam dan Rasi Bintang Leo. Ayah penulis bernama

Hernawan Winardi (terlahir bernama Oey Kang Hin) dan ibu bernama Imaratna

Susanto (terlahir bernama Fam Tjin Jin). Kedua orangtua penulis sudah berevolusi

melanjutkan perjalanan kehidupannya di alam bahagia menuju pencerahan

sempurna.

Saat ini, penulis dikaruniahi 2 (dua) orang putri yang bernama Auramaitri

Winardi yang psikolog (S2 psikologi klinik) handal dan Auriamaitri Winardi yang

ahli dalam urusan disain interior (S1). Kedua anak penulis yang merupakan

alumni Universitas Tarumanagara, Jakarta, merupakan buah kasih sayang dengan

pasangan hidup penulis yang bernama Ho Sioe Lian, seorang yang menggemari

masak memasak. Tidak heran penulis dan anak-anak tumbuh subur.

Sejak remaja awal, penulis telah aktif mengikuti kebaktian di wihara Ariya

Marga yang berdomisili di Jl, Perniagaan No. 31, Jakarta Barat. Kebaktian ini

adalah kebaktian yang dibina oleh Pemuda Tridharma Jakarta Barat. Melalui

organisasi Pemuda Tridharma ini yang kemudian mengantarkan penulis menjadi

salah satu kader andalan Generasi Muda Buddhis Indonesia (Gemabudhi). Dengan

aktivitas sebagai Ketua Departemen OKK yang menggerakkan organisasi

Gemabudhi dan sekaligus pandita dan dharmaduta Majelis Agama Buddha

Tridharma Indonesia, penulis tumbuh dan berkembang menjadi sosok pemuda

yang religius sekaligus kritis, kreatif, dan dinamis, yang gemar membaca buku

bernuasa Buddha Dharma, motivasi, lingkungan hidup, sejarah bahkan buku-buku

Page 99: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

97

kategori politik. Penulis selalu menyimak dengan saksama perkembangan dan

situasi politik dan keamanan nasional, regional, bahkan internasional melalui

berbagai berita media massa cetak dan elektronik.

Kegemaran penulis dalam bidang energi membawa penulis menjadi

seorang master Reiki Usui, Master Pribadi Reiki Tumo, Kundalini, dan terakhir

sebagai praktisi hipnoterapi di bawah bimbingan Dr. Adi W. Gunawan, pendiri

dan guru Quantum Hypnosis Indonesia (yang saat ini bernama Adi W. Gunawan

Institute of Mindtechnology) berdomisili di Surabaya. Lulus sebagai client

centered hypnotherapy menjadikan penulis sebagai praktisi hipnoterapi yang telah

banyak membantu orang lain mengatasi trauma masa lalunya. Kemampuan di

bidang cara kerja pikiran ini membawa penulis menjadi salah satu dosen pada

pasca sarjana STABN Sriwijaya mata kuliah neurosains dan keajaiban otak.

Di tahun 1980-an, penulis menjadi guru agama Buddha di sekolah

Dhammasavana, Jembatan Dua, Jakarta Barat. Jabatan ini membawa penulis

menjadi salah satu pendiri dan Sekretaris Umum Rumpun Guru Agama Buddha

Indonesia (Rugabi) masa kepengurusan periode pertama. Tanggal 27 Maret 1989

adalah tanggal yang membawa perubahan sangat besar dalam hidup dan karir

kerja penulis. Diawali sebagai salah satu dari dua personil unit kerja Kredit

Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kredit Pemilikan dan Perbaikan Rumah (KPPR)

BCA Kantor Pusat Operasional di Jl. Asemka, Jakarta Barat, penulis

menghabiskan sebagian besar masa dewasa penulis sebagai karyawan di bagian

KKB dan KPPR BCA merangkap instruktur pelatihan KKB dan KPPR pada

Divisi Training BCA. Tahun 1997 penulis ditunjuk sebagai pemimpin BCA KCP

Sastra Plaza, Jatake, Jatiuwung, Tangerang yang mengalami rotasi rutin hingga

Page 100: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

98

penulis memasuki usia pensiun di tahun 2009 sebagai pemimpin KCP Gading

Serpong. Di masa kepemimpinan penulis, BCA Gading Serpong menjadi kantor

cabang pembantu yang menjadi cabang percontohan bagi cabang-cabang BCA

yang tersebar hampir di setiap kota besar di seluruh Indonesia. Di samping meniti

karir di dunia perbankan, Penulis mendarmabaktikan sebagian waktu penulis

sebagai Wakil Sekretaris Jenderal 1 Perwalian Umat Buddha Indonesia (Walubi)

pasca Munas II di akhir tahun 1992 dimana pada tahun 1993 penulis menjadi

Ketua Umum Panitia Nasional Waisak Walubi.

Selepas pensiun di bidang operasional, penulis diminta salah satu Direktur

BCA untuk mendisain ulang sistem penilaian pada lomba pemeliharaan gedung

BCA yang dikenal dengan nama Quality Office. Setahun kemudian, penulis

diminta untuk menjadi konsultan pada BCA Finance dan yang kemudian berakhir

sebagai Admin Head BCA Finance Cabang Tangerang pada tahun 2012.

Pasca berkiprah di BCA Finance, tahun 2013 penulis diminta langsung

oleh Ketua Yasayan Pendidikan dan Pengajaran Pahoa untuk membantu Sekolah

Terpadu Pahoa sebagai guru pendidikan moral SMA. Satu semester kemudian,

penulis dipromosikan sebagai Kepala Seksi Pendidikan Moral dengan tugas dan

tanggung jawab mengkoordinir dan membimbing guru-guru moral Pahoa serta

mengembangkan sistem pengajaran dan penilaian pendidikan moral yang berbasis

ajaran Di Zi Gui sekaligus Koordinator Rumpun Guru BK Sekolah Terpadu

Pahoa. Penulis adalah dosen mata kuliah Di Zi Gui pada Pahoa College Indonesia.

Penulis yang kemudian juga merangkap sebagai Kepala Gugus Depan 26083

Gerakan Pramuka Sekolah Terpadu Pahoa merupakan orang pertama yang

mencetuskan sekaligus membentuk marching band Sekolah Terpadu Pahoa.

Page 101: PARADIGMA BARU DHARMADUTA DALAM PEMBABARAN …

99

Mengingat telah melampaui batasan perpanjangan usia pensiun yang diperkenan-

kan, penulis pamit meninggalkan Pahoa di bulan November 2016.

Awal Mei 2017 hingga riwayat hidup pemulis ini ditulis, penulis kembali

bergelut di dunia pendidikan. Kali ini penulis diminta menjadi manager HRD

Sekolah Buddhi merangkap Kepala Biro SDM Universitas Buddhi Dharma yang

berdomisili di Jl. Iman Bonjol No. 41, Karawaci Ilir, Kota Tangerang.