Pancasila sebagai paradigma

25

Transcript of Pancasila sebagai paradigma

Page 1: Pancasila sebagai paradigma
Page 2: Pancasila sebagai paradigma

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa  atas limpahan rahmat dan

lindungan-nya. Akhirnya makalah ini kami selesaikan dengan lancar. Makalah ini

kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila .selain itu Kami

menyusun makalah ini untuk menambah wawasan untuk memahami.

Mungkin makalah yang kami buat ini belum sempurna karena kami juga

masih dalam tahap belajar, oleh karena itu kami menerima saran ataupun kritikan

dari segala pihak agar makalah selanjutnya bisa lebih baik dari sebelumnya.

Dalam makalah ini saya membahas tentang “Pancasila Sebagai Paradigma

Pembangunan Nasional ” Semoga makalah yang Kami buat  ini bisa bermanfaat

bagi pembaca.

Demikianlah makalah yang kami susun dan jika ada tulisan atau

perkataan yang kurang berkenan(sopan) kami mohon maaf sebesar-besarnya,

semoga makalah ini bermanfaat buat pembaca.

Medan Oktober 2015

Penyusun

Page 3: Pancasila sebagai paradigma

DARTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A.Latar Belakang ......................................................................................2

BRumusan Masalah...................................................................................2

C.Tujuan Masalah.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................3

A.Pengertian Paradigma...........................................................................3

B.Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan......................................3

C.Pancasila Sebagai Paradigma Madani.................................................4

BAB III PENUTUP..................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................14

Page 4: Pancasila sebagai paradigma

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan

bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan Nasional. Hla ini

sebagai perwujudan praksis dal;am meningkatkana harkat dan martabatnya.

Tujuan negara yang tertuang dalam UUD 1945 yang rinciannya adalah sebagai

berikut : “ melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia.” hal ini dalam

kapasitasnya tujuan negara hukum formal atau rumusan “ memjaukan

kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa “ hal ini dalam pengertian

negara hukum material. Yang secara keseluruhan sebagi menifestasi tujuan

khusus atau nasional. Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional

(tujuan umum) “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Hal ini diwujudkan dalam

tata masyarakat internasional.

B.  Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian paradigma ?

2.      Mengapa pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama ?

3.      Mengapa pancasila sebagai paradigma penyeimbang iptek dan imtaq ?

4.      Mengapa pancasila sebagai paradigma membangun politik berperadaban?

5.      Mengapa Pancasila sebagai paradigma membangun ekonomi berkeadilan?

6.      Mengapa Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial  budaya yamg

humanis ?

C.  Tujuan

1.      Agar mahasiswa mengetahui pengertian paradigma.

2.      Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma pengembang

kehidupan beragama.

Page 5: Pancasila sebagai paradigma

3.      Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai penyeimbang iptek dan

imtaq.

4.      Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma membangun

politik peradaban.

5.      Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma membangun

ekonomi berkeadilan.

6.      Agar mahasiswa mnegetahui bahwa pancasila sebagai paradigma pembangunan

sosial budaya yang humanis.

Page 6: Pancasila sebagai paradigma

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Paradigma

Beragam definisi tentang definisi paradigma yang dikemukakan para

tokoh-tokoh ilmuwan dunia. George Ritzer mmeberikan pengertian bahwa

paradigma adalah suatu pandangan fundamental tentang pokok persoalan dalam

suatu cabang ilmu pengetahuan. Paradigma membantu merumuskan apa yang

harus di pelajari, persoalan apa yang harus di jawab, dan aturan apa yang harus

diikuti dalam mengintrepretasikan jawaban yang di peroleh. Paradigma adalah

suatu kesatuan konsesus yang terluas dalam suatu cabang ilmu pengetahuan dan

yang membantu membedakan antara satu komunitasilmuwan (atau sub-

komunitas) dari komunitas lainnya.

B.  Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan

bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan Nasional. Hal ini

sebagai perwujudan praksis dalam meningkatkana harkat dan martabatnya. Tujuan

negara yang tertuang dalam UUD 1945 yang rinciannya adalah sebagai berikut : “

melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia.” hal ini dalam

kapasitasnya tujuan negara hukum formal atau rumusan “ memjaukan

kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa “ hal ini dalam pengertian

negara hukum material. Yang secara keseluruhan sebagi menifestasi tujuan

khusus atau nasional. Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional

(tujuan umum) “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Hal ini diwujudkan dalam

tata masyarakat internasional.

Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma

pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek

pembangunan nasional kita harus mnedasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila

Page 7: Pancasila sebagai paradigma

pancasila. Oleh karena hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada

dasar ontologis manusia sebagai pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan

pada kenyataan objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah

organisasi (persekutuan hidup) manusia. Oleh kerena itu negara dalam rangka

mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan

tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan seluruh

warganya harus dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia “monopluralis”.

Unsur-unsur hakikat manusia “monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia.

Rokhani (jiwa) dan raga sifat kodrat manusia manusia makhluk individu dan

makhluk sosialserta kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri

dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena pembangunan nasional

sebagai upaya peraksis untuk mewujudkan tujuan tersebut. Maka pembangunan

haruslah mendasarkan pada paradigma hakikat manusia “”monopluralis” tersebut.

Konsekuensinya dalam relisasi pembangunan nasional dalam berbagai

bidang untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara

konsisten berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka

pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa (rokhani) yang mencakup akal,

rasa, dan kehendak aspek raga (jasmani), aspek individu aspek makhluk sosial,

aspek pribadi dan juga aspek kehidupan ketuhanannya. Kemudian pada gilirannya

di jabarkan dalam berbagai bidang pembangunan antara lain, politik, ekonomi,

hukum, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta bidang

kehidupan agama.

C.  Pancasila Sebagai Paradigma Membagun Masyarakat Madani

Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat madani pada

hakikatnya telah terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari dua

tujuan utama, yaitu tujuan kedalam dan tujuan keluar. Tujuan kedalam antara lain:

1.      Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah darah Indonesia.

2.      Memajuakn kesejahteraan umum

3.      Mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tujuan kedalam diatas merupakan tujuan negara hukum material, yang

secara keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional. Sedangkan tujuan keluar

Page 8: Pancasila sebagai paradigma

yang merupakan tujuan umum atau internasional adalah “ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial”.

Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma

membangun masyarakat madani mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam

segala aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-

nilai Pancasila yang lahir dari hasil eksplorasi kebiasaan hidup bangsa Indonesia

yang teruji oleh perjalanan sejarah yang sangat panjang. Alhasil, Pancasila adalah

bentuk miniatur sejarah hidup bangsa indonesia yang di terima oleh seluruh

bangsa yang majemuk.

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat

kemanusiaan. Hakikat menusia menurut pancasila adalah makhluk monopluralis.

Kodrat manusia minopluralis tersebut memiliki bebrapa ciri, antara lain:

1.      Susunan kodrat manusia terdidri atas jiwa dan raga.

2.      Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial

3.      Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan.

Berdasarkan konteks diatas, maka pembangunan nasional diarahkan

sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek

jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan

nasional sebagai upaya memajukan Indonesia  secara komprehensif.

Pengembangan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat

manusia secara keseluruhan.[1]

Namun banyak juga di antara rakyat sederhana dan tak berkuasa acap kali

harus mngalami bagaiman pembangunan merampas tenaga, tanah, rumah dan lain

harta bendanya yang sederhana saja dan menghilangkan pencarian nafkahnya.

Contoh akan ketidak adilan dan kesewenang-wenangan itu itu mengakibatkan

rakyat banyak menjadi curiga dan sinis terhadap pembangunan.[2]

D.  Pancasila Sebagai Paradigama Pengembangan Kehidupan Beragama

Pancasila terutama pancasila yang petama menegaskan bahwa Indonesia

adalah negara yang beragama bukan negara agama. Setiap warga negara harus

beragama dan memiliki kewajiban menjalankan keberagamaannya secara

Page 9: Pancasila sebagai paradigma

konsisten (taat). Ini berarti seluruh warga negara diberi kebebasan seluas-luasnya

menganut agama dan  menjalankan berbagai kegiatan agama dan ibadahnya.

Sebaliknya, negara tidak menjamin warga negara yang tidak beragama untuk

hidup dan berkembang di bumi Indonesia.

Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi

bangsa indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara

Indonesia. Dalm pengertian ini maka menegaskan dalam UUD 1945 bahwa

“Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”, ini berarti bahwa

kehidupan yang ada dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.

Para penganut agama di jamin oleh negara untuk melakukan kegiatan-

kegiatan keagamaan sebagai bentuk implementasi ritual dan ibadahnya. Sebagai

bentuk tanggung jawab negara, pemerintah bahkan telah mengagendakan secara

proporsional seluruh kegiatan mereka dalam jadwal kalender nasional setiap

tahun.

E.  Pancasila Sebagai Paradigma Penyeimbang IPTEK dan IMTAQ

Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakikatnya merupakan suatu

hasil kreatifitas rohani manusia, unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal,

rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam

hubungannya dengan intelektualitas, rasa dalam bidang etnis, dan kehendak dalam

bidang moral (etika). Tujuan yang esensialdari iptek adalah demi kesejahteraan

manusia, sehingga iptek pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh

nilai.pengembangan iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada

moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya semua upaya

peningkatan nilai keimanan dan ketakwaan (IMTAQ) kepada Tuhan Yang

Maha  Esa.

Pancasila juga merupakan pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu

pengetahuan, yang telah mulai pula dipikirkan tentang arti dari nilainya

dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, lagi pula telah di mulai ditinjau dalam

bentuk serta cara yang bagaimana untuk dapat dipergunakan dalam

menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berilmu pengetahuan, dalam

Page 10: Pancasila sebagai paradigma

hal mana, perlu diulangi lagi yang dalam uraian tadi telah dikemukakan, dipegang

teguh unsur kenyataan, syarat mutlak bagi usaha ilmu pengetahuan.[3]

1.      Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan pemahaman bahwa ilmu

pengetahuan adalah menciptakan keseimbangan antara rasional dan irasional,

antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila ini ilmu pengetahuan dan

teknologi tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan tetapi juga memikirkan

apa manfaat serta dampaknya di lingkungan sekitar.

2.      Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar nilai

morallitas bahwa manusia dalam mengembangkan iptek harus memiliki sikap

sopan santun (Akhlaqul Karimah), rendah hati dan tidak sombong serta berpola

pikir  (mind-sett) untuk kemajuan peradaban  bangsa Indonesia.

3.      Sila persatuan indonesia, memberikan makna universitas dan internasionalisme

(kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Artinya pengembangan iptek hendaknya

tetap dapat ditumbuhkembangkan rasa nasionalisme, kebanggaan dan kebesaran

hati menjadi bagian dari dari bangsa Indonesia serta menjaga keluhuran bangsa

sebagai bagian dari umat manusia di dunia.

4.      Ila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan.mendasari pengembangan iptek secar demikratis.

Artinya setiap ilmuan memiliki kebebasan mengembangkan iptek, namun juga

harus menghormati dan menghargai kebebasan dan karya orang lain serta harus

memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan

dengan penemuan ilmuwan lain.

5.      Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, memberikan arti bahwa

pengembangan iptek haruslah menjaga keseimbangan dan berkeadilan dalm

kehidupan kemanusiaan. Artinya, keseimbangan dan berkedilan tersebut

dimasukkan dalam hubungannya dengan diri sendiri, manusia dengan Tuhan,

manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara

serta dengan alam lingkungannya.

F.   Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik

Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan

dasar ontologis manusia.hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa

Page 11: Pancasila sebagai paradigma

manusia adalah sebagai objek negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam

negara harus benar- benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat

manusia.

Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada tuntunan hak dasar

kemanusiaan yang didalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut hak asasi

manusia. Hal ini sebagai perwujudan hak atas martabat kemanusiaan sehingga

sistem politik negara harus mampu menciptakan sistem yang menjamin atas hak-

hak tersebut.

Dalm sistem politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang

bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai individu-makhluk sosial

yang terjelma sebagai rakyat. Maka rakyat merupakan asal mula kekuasaan

negara. Oleh karena itu kekuasaan negara harus berdasarkan kekuasaan rakyat

bukannya kekuasaan perseorangan atau kelompok.

Selain sistim politik negara Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas

politik negara. Telah diungkapkan oleh para pendiri Majelis Permusyawaratan

Rakyat, misalnya Drs. Moh. Hatta, menyatakan bahwa “ negara berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab” . hal

ini menurut Moh. Hatta agar memberikan dasar-dasar moral supaya negara tidak

berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu dalam politik negara termasuk para elit

politik dan para penyelenggara negara untuk memegang budi pekerti kemanusiaan

serta memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

G. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi

Dalam dunia ekonomi jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan

pemikiran  pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan

ketuhanan. Sehingga lazim nya pengembangan ekonomi mengarah pada

persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yng menang. Hal ini sebagai

implikasi dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke 18 menimbulkan

ekonomi kapitalis. Atas dasr kenyataan objektif inilah maka di eropa pada awal

abad ke -19 muncullah pemikiran sebagai reaksi atas perkembangan ekonomi

tersebut yaitu sosialisme komunisme yang memeperjuangkana nasib proletar oleh

kaum kapitalis. Oleh karenanya itu kiranya menjadi sngat penting bahkan

Page 12: Pancasila sebagai paradigma

mendesak untuk dikembangkan sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas

humanistik, ekonomi yang berkemanusiaan.

Atas dasar kenyataan tersebut oleh karena itu mubyarto kemudian

mengembangkan ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistik yang

mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan

ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi humanistik yang mendasarkan pada tujuan

demi kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya

mengejar  pertumbuhan saja namun demi kemanusiaan, dan demi kesejahteraan

seluruh bangsa. Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan pada kekeluargaan

seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai

moral kemanusiaan (Mubyarto,1999).hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa

tujuan ekonomi adalah untuk kesejahteraan kemanusiaan.

H.  Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya

Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila

bertolak dari hakikat dan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang

pada sila kemanusiaan yang adila dan beradab. Oleh karena itu, pembngunan

sosial budaya harus  mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yakni

menjadi manusia berbudaya dan beradab. Pembnagunan sosial budaya yang

menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas

bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan berdab. Manusia tidak

cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu meningkatkan derajat

kemanusiaannya. Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo

menjadi human. Manusia akan memiliki kehormatan, jika mampu menempatkan

kemanusiaannya dalam seluruh aspek kehidupannya secara proporsional.

Berdasarkan sila perstuan Indonesia, pembngunan sosial budaya

dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial budaya yang beragam

di seluruh wilayah nusantara menuju tercapainya rasa persatuan dan kesatuan

sebagai bangsa yang Bhineka Tunggal Ika. Oleh karena itu dalam

implementasinya perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap seluruh aset

budaya kehidupan sosial yang ada dalam berbagai kelompok suku, agama, ras,

dan antar golongan (SARA) di Indonesia. Aset budaya kelompok satu dengan

Page 13: Pancasila sebagai paradigma

budaya yang lainnya memiliki kedudukan yang sama dalam aspek apapun.

Denagn pembagunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,

diskriminasi, dan ketidak adilan sosial.

Bentuk aktualisasi pncasila sebagai paradigma pembangunan sosial

budaya yang humanis adalah baha setiap individu bangsaharus menyadari

sepenuhnya bahwa manusia di mata Tuhan adalah sama.

I.     Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam

            Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum.

Demi tegaknya hak-hak warga Negara maka diperlukan peranturan perundang-

undangan Negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga  maupun dalam

rangka melindungi hak-hak warganya. Oleh karena itu Negara bertujuan

melindungi segenap wilayah Negara dan bangsanya. Atas dasar pengertian

demikian ini maka keamanan merupakan syarat ,mutlak tercapainya kesejahteraan

warga Negara. Adapun demi tegaknya integritas seluruh masyarakat Negara

diperlukan suatu pertahanan Negara. Untuk itu diperlukan aparat keamanan

Negara aparat penegak hokum Negara.

            Oleh karena Pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada

hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahan dan keamanan Negara

harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai

pendukung pokok Negara. Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan

basis moralitas pertahanan dan keamanan Negara. Dengan demikian pertahanan

dan keamanan Negara harus berdasarkan pada tujuan demi terjaminnya harkat dan

martabat manusia, terutama secara rinci terjaminnya hak-hak asasi manusia.

Pertahan dan keamanan bukanlah untuk kekuasaan sebab kalau demikian sudah

dapat dipastikan akan melanggar hak asasi manusia.

            Demikian pula pertahan dan keamanan Negara bukanlah hanya untuk

sekelompok warga ataupun kelompok politik tertentu, sehingga berakibat Negara

menjadi totaliter dan otoriter. Oleh karena itu pertahan dan keamanan Negara

harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.

Pertahanan dan keamanan Negara harus mendasarkan pada tujuan demi

tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa

Page 14: Pancasila sebagai paradigma

(Sila Indonesia dan 11). Pertahanan dan keamanan Negara haruslah mendasarkan

pada tujuan demi kepentingan warga dalam seluruh warga sebagai warga Negara

(Sila 111). Pertahanan dan keamanan harus mampu menjamin hak-hak dasar,

persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (Sila 1V) dan akhirnya

pertahanan dan keamanan haruslah diperuntukan demi terwujudnya keadilan

dalam hidup masyarakat (terwujudnya suatu keadilan social) agar benar-benar

Negara meletakkan pada fungsinya yang sebenarnya sebagai suatu Negara hukum

dan bukannya suatu Negara yang berdasarkan atas kekuasaan.

Page 15: Pancasila sebagai paradigma

BAB III

KESIMPULAN

-          George Ritzer mmeberikan pengertian bahwa paradigma adalah suatu

pandangan fundamental tentang pokok persoalan dalam suatu cabang ilmu

pengetahuan. Paradigma membantu merumuskan apa yang harus di pelajari,

persoalan apa yang harus di jawab, dan aturan apa yang harus diikuti dalam

mengintrepretasikan jawaban yang di peroleh

-          Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan

nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan

nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila pancasila. Oleh

karena hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis

manusia sebagai pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan

objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah organisasi (persekutuan

hidup) manusia. Oleh kerena itu negara dalam rangka mewujudkan tujuannya

melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuannya melalui

pembangunan nasional.

-          Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat madani pada hakikatnya

telah terkandung dalam pembukaan UUD 1945.

-          Pancasila terutama pancasila yang petama menegaskan bahwa Indonesia

adalah negara yang beragama bukan negara agama. Setiap warga negara harus

beragama dan memiliki kewajiban menjalankan keberagamaannya secara

konsisten (taat).

-          Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakikatnya merupakan suatu

hasil kreatifitas rohani manusia, unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal,

rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam

hubungannya dengan intelektualitas, rasa dalam bidang yang adil dan beradab.

Artinya semua upaya peningkatan nilai keimanan dan ketakwaan (IMTAQ)

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

-          Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan dasar

ontologis manusia.hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia

Page 16: Pancasila sebagai paradigma

adalah sebagai objek negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam negara harus

benar- benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.

-          Dalam dunia ekonomi jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan

pemikiran  pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan

ketuhanan. Sehingga lazim nya pengembangan ekonomi mengarah pada

persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yang menang.

-          Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila

bertolak dari hakikat dan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang

pada sila kemanusiaan yang adila dan beradab. Oleh karena itu, pembngunan

sosial budaya harus  mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yakni

menjadi manusia berbudaya dan beradab. Pembnagunan sosial budaya yang

menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas

bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan berdab.

-          Oleh karena Pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada

hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahan dan keamanan Negara

harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai

pendukung pokok Negara. Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan

basis moralitas pertahanan dan keamanan Negara.

Page 17: Pancasila sebagai paradigma

DAFTAR PUSTAKA

Kantaprawira, Rusadi, Sistem Politik Indonesia, Bandung : Sianr Baru Offset.

1988

Alkostar, Artidjo dan M.sholeh Amin, Pembanguna Hukum dalam Prospektif

Politik Hukum Nasional, Jakarta :CV.Rajawali . 1986.

Tim Penyusun MKD IAIN Suanan Ampel, Merevitalisasi Pendidikan Pancasila

sebagai Pemandu Revormasi, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. 2011.

FH UKI, Membangun dan Menegakkan Hukum Dalam Era Pembangunan

Berdasarkan Pancasila Dan UUD 1945, Jakarta : Erlangga.1983.

Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma . 2010