Pancasila sebagai paradigma
-
Upload
adekdewa -
Category
Data & Analytics
-
view
329 -
download
2
Transcript of Pancasila sebagai paradigma
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
lindungan-nya. Akhirnya makalah ini kami selesaikan dengan lancar. Makalah ini
kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila .selain itu Kami
menyusun makalah ini untuk menambah wawasan untuk memahami.
Mungkin makalah yang kami buat ini belum sempurna karena kami juga
masih dalam tahap belajar, oleh karena itu kami menerima saran ataupun kritikan
dari segala pihak agar makalah selanjutnya bisa lebih baik dari sebelumnya.
Dalam makalah ini saya membahas tentang “Pancasila Sebagai Paradigma
Pembangunan Nasional ” Semoga makalah yang Kami buat ini bisa bermanfaat
bagi pembaca.
Demikianlah makalah yang kami susun dan jika ada tulisan atau
perkataan yang kurang berkenan(sopan) kami mohon maaf sebesar-besarnya,
semoga makalah ini bermanfaat buat pembaca.
Medan Oktober 2015
Penyusun
DARTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A.Latar Belakang ......................................................................................2
BRumusan Masalah...................................................................................2
C.Tujuan Masalah.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................3
A.Pengertian Paradigma...........................................................................3
B.Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan......................................3
C.Pancasila Sebagai Paradigma Madani.................................................4
BAB III PENUTUP..................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan
bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan Nasional. Hla ini
sebagai perwujudan praksis dal;am meningkatkana harkat dan martabatnya.
Tujuan negara yang tertuang dalam UUD 1945 yang rinciannya adalah sebagai
berikut : “ melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia.” hal ini dalam
kapasitasnya tujuan negara hukum formal atau rumusan “ memjaukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa “ hal ini dalam pengertian
negara hukum material. Yang secara keseluruhan sebagi menifestasi tujuan
khusus atau nasional. Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional
(tujuan umum) “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Hal ini diwujudkan dalam
tata masyarakat internasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian paradigma ?
2. Mengapa pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama ?
3. Mengapa pancasila sebagai paradigma penyeimbang iptek dan imtaq ?
4. Mengapa pancasila sebagai paradigma membangun politik berperadaban?
5. Mengapa Pancasila sebagai paradigma membangun ekonomi berkeadilan?
6. Mengapa Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya yamg
humanis ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian paradigma.
2. Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma pengembang
kehidupan beragama.
3. Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai penyeimbang iptek dan
imtaq.
4. Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma membangun
politik peradaban.
5. Agar mahasiswa mengetahui bahwa pancasila sebagai paradigma membangun
ekonomi berkeadilan.
6. Agar mahasiswa mnegetahui bahwa pancasila sebagai paradigma pembangunan
sosial budaya yang humanis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paradigma
Beragam definisi tentang definisi paradigma yang dikemukakan para
tokoh-tokoh ilmuwan dunia. George Ritzer mmeberikan pengertian bahwa
paradigma adalah suatu pandangan fundamental tentang pokok persoalan dalam
suatu cabang ilmu pengetahuan. Paradigma membantu merumuskan apa yang
harus di pelajari, persoalan apa yang harus di jawab, dan aturan apa yang harus
diikuti dalam mengintrepretasikan jawaban yang di peroleh. Paradigma adalah
suatu kesatuan konsesus yang terluas dalam suatu cabang ilmu pengetahuan dan
yang membantu membedakan antara satu komunitasilmuwan (atau sub-
komunitas) dari komunitas lainnya.
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan
bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan Nasional. Hal ini
sebagai perwujudan praksis dalam meningkatkana harkat dan martabatnya. Tujuan
negara yang tertuang dalam UUD 1945 yang rinciannya adalah sebagai berikut : “
melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia.” hal ini dalam
kapasitasnya tujuan negara hukum formal atau rumusan “ memjaukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa “ hal ini dalam pengertian
negara hukum material. Yang secara keseluruhan sebagi menifestasi tujuan
khusus atau nasional. Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional
(tujuan umum) “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Hal ini diwujudkan dalam
tata masyarakat internasional.
Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek
pembangunan nasional kita harus mnedasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila
pancasila. Oleh karena hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada
dasar ontologis manusia sebagai pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan
pada kenyataan objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah
organisasi (persekutuan hidup) manusia. Oleh kerena itu negara dalam rangka
mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan
tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan seluruh
warganya harus dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia “monopluralis”.
Unsur-unsur hakikat manusia “monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia.
Rokhani (jiwa) dan raga sifat kodrat manusia manusia makhluk individu dan
makhluk sosialserta kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri
dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena pembangunan nasional
sebagai upaya peraksis untuk mewujudkan tujuan tersebut. Maka pembangunan
haruslah mendasarkan pada paradigma hakikat manusia “”monopluralis” tersebut.
Konsekuensinya dalam relisasi pembangunan nasional dalam berbagai
bidang untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara
konsisten berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka
pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa (rokhani) yang mencakup akal,
rasa, dan kehendak aspek raga (jasmani), aspek individu aspek makhluk sosial,
aspek pribadi dan juga aspek kehidupan ketuhanannya. Kemudian pada gilirannya
di jabarkan dalam berbagai bidang pembangunan antara lain, politik, ekonomi,
hukum, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta bidang
kehidupan agama.
C. Pancasila Sebagai Paradigma Membagun Masyarakat Madani
Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat madani pada
hakikatnya telah terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari dua
tujuan utama, yaitu tujuan kedalam dan tujuan keluar. Tujuan kedalam antara lain:
1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah darah Indonesia.
2. Memajuakn kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan kedalam diatas merupakan tujuan negara hukum material, yang
secara keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional. Sedangkan tujuan keluar
yang merupakan tujuan umum atau internasional adalah “ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial”.
Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma
membangun masyarakat madani mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam
segala aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-
nilai Pancasila yang lahir dari hasil eksplorasi kebiasaan hidup bangsa Indonesia
yang teruji oleh perjalanan sejarah yang sangat panjang. Alhasil, Pancasila adalah
bentuk miniatur sejarah hidup bangsa indonesia yang di terima oleh seluruh
bangsa yang majemuk.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat
kemanusiaan. Hakikat menusia menurut pancasila adalah makhluk monopluralis.
Kodrat manusia minopluralis tersebut memiliki bebrapa ciri, antara lain:
1. Susunan kodrat manusia terdidri atas jiwa dan raga.
2. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
3. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan.
Berdasarkan konteks diatas, maka pembangunan nasional diarahkan
sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek
jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan
nasional sebagai upaya memajukan Indonesia secara komprehensif.
Pengembangan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat
manusia secara keseluruhan.[1]
Namun banyak juga di antara rakyat sederhana dan tak berkuasa acap kali
harus mngalami bagaiman pembangunan merampas tenaga, tanah, rumah dan lain
harta bendanya yang sederhana saja dan menghilangkan pencarian nafkahnya.
Contoh akan ketidak adilan dan kesewenang-wenangan itu itu mengakibatkan
rakyat banyak menjadi curiga dan sinis terhadap pembangunan.[2]
D. Pancasila Sebagai Paradigama Pengembangan Kehidupan Beragama
Pancasila terutama pancasila yang petama menegaskan bahwa Indonesia
adalah negara yang beragama bukan negara agama. Setiap warga negara harus
beragama dan memiliki kewajiban menjalankan keberagamaannya secara
konsisten (taat). Ini berarti seluruh warga negara diberi kebebasan seluas-luasnya
menganut agama dan menjalankan berbagai kegiatan agama dan ibadahnya.
Sebaliknya, negara tidak menjamin warga negara yang tidak beragama untuk
hidup dan berkembang di bumi Indonesia.
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi
bangsa indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara
Indonesia. Dalm pengertian ini maka menegaskan dalam UUD 1945 bahwa
“Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”, ini berarti bahwa
kehidupan yang ada dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.
Para penganut agama di jamin oleh negara untuk melakukan kegiatan-
kegiatan keagamaan sebagai bentuk implementasi ritual dan ibadahnya. Sebagai
bentuk tanggung jawab negara, pemerintah bahkan telah mengagendakan secara
proporsional seluruh kegiatan mereka dalam jadwal kalender nasional setiap
tahun.
E. Pancasila Sebagai Paradigma Penyeimbang IPTEK dan IMTAQ
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakikatnya merupakan suatu
hasil kreatifitas rohani manusia, unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal,
rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam
hubungannya dengan intelektualitas, rasa dalam bidang etnis, dan kehendak dalam
bidang moral (etika). Tujuan yang esensialdari iptek adalah demi kesejahteraan
manusia, sehingga iptek pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh
nilai.pengembangan iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada
moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya semua upaya
peningkatan nilai keimanan dan ketakwaan (IMTAQ) kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Pancasila juga merupakan pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu
pengetahuan, yang telah mulai pula dipikirkan tentang arti dari nilainya
dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, lagi pula telah di mulai ditinjau dalam
bentuk serta cara yang bagaimana untuk dapat dipergunakan dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berilmu pengetahuan, dalam
hal mana, perlu diulangi lagi yang dalam uraian tadi telah dikemukakan, dipegang
teguh unsur kenyataan, syarat mutlak bagi usaha ilmu pengetahuan.[3]
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan pemahaman bahwa ilmu
pengetahuan adalah menciptakan keseimbangan antara rasional dan irasional,
antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila ini ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan tetapi juga memikirkan
apa manfaat serta dampaknya di lingkungan sekitar.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar nilai
morallitas bahwa manusia dalam mengembangkan iptek harus memiliki sikap
sopan santun (Akhlaqul Karimah), rendah hati dan tidak sombong serta berpola
pikir (mind-sett) untuk kemajuan peradaban bangsa Indonesia.
3. Sila persatuan indonesia, memberikan makna universitas dan internasionalisme
(kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Artinya pengembangan iptek hendaknya
tetap dapat ditumbuhkembangkan rasa nasionalisme, kebanggaan dan kebesaran
hati menjadi bagian dari dari bangsa Indonesia serta menjaga keluhuran bangsa
sebagai bagian dari umat manusia di dunia.
4. Ila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.mendasari pengembangan iptek secar demikratis.
Artinya setiap ilmuan memiliki kebebasan mengembangkan iptek, namun juga
harus menghormati dan menghargai kebebasan dan karya orang lain serta harus
memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan
dengan penemuan ilmuwan lain.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, memberikan arti bahwa
pengembangan iptek haruslah menjaga keseimbangan dan berkeadilan dalm
kehidupan kemanusiaan. Artinya, keseimbangan dan berkedilan tersebut
dimasukkan dalam hubungannya dengan diri sendiri, manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara
serta dengan alam lingkungannya.
F. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik
Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan
dasar ontologis manusia.hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa
manusia adalah sebagai objek negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam
negara harus benar- benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat
manusia.
Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada tuntunan hak dasar
kemanusiaan yang didalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut hak asasi
manusia. Hal ini sebagai perwujudan hak atas martabat kemanusiaan sehingga
sistem politik negara harus mampu menciptakan sistem yang menjamin atas hak-
hak tersebut.
Dalm sistem politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang
bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai individu-makhluk sosial
yang terjelma sebagai rakyat. Maka rakyat merupakan asal mula kekuasaan
negara. Oleh karena itu kekuasaan negara harus berdasarkan kekuasaan rakyat
bukannya kekuasaan perseorangan atau kelompok.
Selain sistim politik negara Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas
politik negara. Telah diungkapkan oleh para pendiri Majelis Permusyawaratan
Rakyat, misalnya Drs. Moh. Hatta, menyatakan bahwa “ negara berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab” . hal
ini menurut Moh. Hatta agar memberikan dasar-dasar moral supaya negara tidak
berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu dalam politik negara termasuk para elit
politik dan para penyelenggara negara untuk memegang budi pekerti kemanusiaan
serta memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
G. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi
Dalam dunia ekonomi jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan
pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan
ketuhanan. Sehingga lazim nya pengembangan ekonomi mengarah pada
persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yng menang. Hal ini sebagai
implikasi dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke 18 menimbulkan
ekonomi kapitalis. Atas dasr kenyataan objektif inilah maka di eropa pada awal
abad ke -19 muncullah pemikiran sebagai reaksi atas perkembangan ekonomi
tersebut yaitu sosialisme komunisme yang memeperjuangkana nasib proletar oleh
kaum kapitalis. Oleh karenanya itu kiranya menjadi sngat penting bahkan
mendesak untuk dikembangkan sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas
humanistik, ekonomi yang berkemanusiaan.
Atas dasar kenyataan tersebut oleh karena itu mubyarto kemudian
mengembangkan ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistik yang
mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan
ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi humanistik yang mendasarkan pada tujuan
demi kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya
mengejar pertumbuhan saja namun demi kemanusiaan, dan demi kesejahteraan
seluruh bangsa. Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan pada kekeluargaan
seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai
moral kemanusiaan (Mubyarto,1999).hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
tujuan ekonomi adalah untuk kesejahteraan kemanusiaan.
H. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila
bertolak dari hakikat dan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang
pada sila kemanusiaan yang adila dan beradab. Oleh karena itu, pembngunan
sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yakni
menjadi manusia berbudaya dan beradab. Pembnagunan sosial budaya yang
menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas
bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan berdab. Manusia tidak
cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu meningkatkan derajat
kemanusiaannya. Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo
menjadi human. Manusia akan memiliki kehormatan, jika mampu menempatkan
kemanusiaannya dalam seluruh aspek kehidupannya secara proporsional.
Berdasarkan sila perstuan Indonesia, pembngunan sosial budaya
dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial budaya yang beragam
di seluruh wilayah nusantara menuju tercapainya rasa persatuan dan kesatuan
sebagai bangsa yang Bhineka Tunggal Ika. Oleh karena itu dalam
implementasinya perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap seluruh aset
budaya kehidupan sosial yang ada dalam berbagai kelompok suku, agama, ras,
dan antar golongan (SARA) di Indonesia. Aset budaya kelompok satu dengan
budaya yang lainnya memiliki kedudukan yang sama dalam aspek apapun.
Denagn pembagunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,
diskriminasi, dan ketidak adilan sosial.
Bentuk aktualisasi pncasila sebagai paradigma pembangunan sosial
budaya yang humanis adalah baha setiap individu bangsaharus menyadari
sepenuhnya bahwa manusia di mata Tuhan adalah sama.
I. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum.
Demi tegaknya hak-hak warga Negara maka diperlukan peranturan perundang-
undangan Negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam
rangka melindungi hak-hak warganya. Oleh karena itu Negara bertujuan
melindungi segenap wilayah Negara dan bangsanya. Atas dasar pengertian
demikian ini maka keamanan merupakan syarat ,mutlak tercapainya kesejahteraan
warga Negara. Adapun demi tegaknya integritas seluruh masyarakat Negara
diperlukan suatu pertahanan Negara. Untuk itu diperlukan aparat keamanan
Negara aparat penegak hokum Negara.
Oleh karena Pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada
hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahan dan keamanan Negara
harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai
pendukung pokok Negara. Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan
basis moralitas pertahanan dan keamanan Negara. Dengan demikian pertahanan
dan keamanan Negara harus berdasarkan pada tujuan demi terjaminnya harkat dan
martabat manusia, terutama secara rinci terjaminnya hak-hak asasi manusia.
Pertahan dan keamanan bukanlah untuk kekuasaan sebab kalau demikian sudah
dapat dipastikan akan melanggar hak asasi manusia.
Demikian pula pertahan dan keamanan Negara bukanlah hanya untuk
sekelompok warga ataupun kelompok politik tertentu, sehingga berakibat Negara
menjadi totaliter dan otoriter. Oleh karena itu pertahan dan keamanan Negara
harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
Pertahanan dan keamanan Negara harus mendasarkan pada tujuan demi
tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa
(Sila Indonesia dan 11). Pertahanan dan keamanan Negara haruslah mendasarkan
pada tujuan demi kepentingan warga dalam seluruh warga sebagai warga Negara
(Sila 111). Pertahanan dan keamanan harus mampu menjamin hak-hak dasar,
persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (Sila 1V) dan akhirnya
pertahanan dan keamanan haruslah diperuntukan demi terwujudnya keadilan
dalam hidup masyarakat (terwujudnya suatu keadilan social) agar benar-benar
Negara meletakkan pada fungsinya yang sebenarnya sebagai suatu Negara hukum
dan bukannya suatu Negara yang berdasarkan atas kekuasaan.
BAB III
KESIMPULAN
- George Ritzer mmeberikan pengertian bahwa paradigma adalah suatu
pandangan fundamental tentang pokok persoalan dalam suatu cabang ilmu
pengetahuan. Paradigma membantu merumuskan apa yang harus di pelajari,
persoalan apa yang harus di jawab, dan aturan apa yang harus diikuti dalam
mengintrepretasikan jawaban yang di peroleh
- Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan
nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila pancasila. Oleh
karena hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis
manusia sebagai pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan
objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah organisasi (persekutuan
hidup) manusia. Oleh kerena itu negara dalam rangka mewujudkan tujuannya
melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuannya melalui
pembangunan nasional.
- Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat madani pada hakikatnya
telah terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
- Pancasila terutama pancasila yang petama menegaskan bahwa Indonesia
adalah negara yang beragama bukan negara agama. Setiap warga negara harus
beragama dan memiliki kewajiban menjalankan keberagamaannya secara
konsisten (taat).
- Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakikatnya merupakan suatu
hasil kreatifitas rohani manusia, unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal,
rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam
hubungannya dengan intelektualitas, rasa dalam bidang yang adil dan beradab.
Artinya semua upaya peningkatan nilai keimanan dan ketakwaan (IMTAQ)
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan dasar
ontologis manusia.hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia
adalah sebagai objek negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam negara harus
benar- benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
- Dalam dunia ekonomi jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan
pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan
ketuhanan. Sehingga lazim nya pengembangan ekonomi mengarah pada
persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yang menang.
- Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila
bertolak dari hakikat dan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang
pada sila kemanusiaan yang adila dan beradab. Oleh karena itu, pembngunan
sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yakni
menjadi manusia berbudaya dan beradab. Pembnagunan sosial budaya yang
menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas
bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan berdab.
- Oleh karena Pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada
hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahan dan keamanan Negara
harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai
pendukung pokok Negara. Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan
basis moralitas pertahanan dan keamanan Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Kantaprawira, Rusadi, Sistem Politik Indonesia, Bandung : Sianr Baru Offset.
1988
Alkostar, Artidjo dan M.sholeh Amin, Pembanguna Hukum dalam Prospektif
Politik Hukum Nasional, Jakarta :CV.Rajawali . 1986.
Tim Penyusun MKD IAIN Suanan Ampel, Merevitalisasi Pendidikan Pancasila
sebagai Pemandu Revormasi, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. 2011.
FH UKI, Membangun dan Menegakkan Hukum Dalam Era Pembangunan
Berdasarkan Pancasila Dan UUD 1945, Jakarta : Erlangga.1983.
Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma . 2010