Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

29
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang digalakkan perlu sebuah paradigma, yaitu sebuah kerangka berpikir atau sebuah model mengenai bagaimana hal-hal yang sangat esensial dilakukan. Pembangunan itu meliputi beberapa aspek, salah satunya adalah pembangunan hukum. Pancasila merupakan hasil berfikir secara kefilsafatan, suatu hasil pemikiran yang mendalam dari para pendiri Negara Indonesia, yang disyahkan sebagai dasar filsafat negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian, pancasila merupakan konsensus filsafat yang akan melandasi dan memberikan arah bagi sikap dan cara hidup bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi negara berisikan ajaran mengenai Ketuhanan YME, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan bagi permusyawaratan/ perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh warga Indonesia. Nilai-nilai itu berpangkal dari pangkal alam pikiran budaya Indonesia dan terkait dengan perjuangan bangsa (Pranarka, 1985). Pancasila sebagai ideologi berarti suatu pemikiran yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah manusia, masyarakat dan negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu pengertian ideologi ini sama artinya dengan pandangan hidup bangsa atau biasa disebut falsafah hidup bangsa.

Transcript of Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

Page 1: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan yang sedang digalakkan perlu sebuah paradigma, yaitu sebuah kerangka

berpikir atau sebuah model mengenai bagaimana hal-hal yang sangat esensial dilakukan.

Pembangunan itu meliputi beberapa aspek, salah satunya adalah pembangunan hukum. Pancasila

merupakan hasil berfikir secara kefilsafatan, suatu hasil pemikiran yang mendalam dari para

pendiri Negara Indonesia, yang disyahkan sebagai dasar filsafat negara pada tanggal 18 Agustus

1945. Dengan demikian, pancasila merupakan konsensus filsafat yang akan melandasi dan

memberikan arah bagi sikap dan cara hidup bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi negara berisikan ajaran mengenai Ketuhanan YME,

kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan bagi permusyawaratan/ perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh warga

Indonesia. Nilai-nilai itu berpangkal dari pangkal alam pikiran budaya Indonesia dan terkait

dengan perjuangan bangsa (Pranarka, 1985).

Pancasila sebagai ideologi berarti suatu pemikiran yang memuat pandangan dasar dan

cita-cita mengenai sejarah manusia, masyarakat dan negara Indonesia yang bersumber dari

kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu pengertian ideologi ini sama artinya dengan pandangan

hidup bangsa atau biasa disebut falsafah hidup bangsa.

Jika dilihat dari nilai-nilai dasarnya, Pancasila dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka.

Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai yang mendasar, bersifat tetap dan tidak

berubah. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pancasila layak menjadi paradigma atau kerangka

berpikir untuk pembangunan hukum.

Page 2: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas, maka Kami merumuskan masalah

sbb:

Bagaimana peran Pancasila sebagai paradigma pembangunan hukum?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui peran Pancasila sebagai paradigma pembangunan hukum?

1.4 Manfaat

Mengetahui peran Pancasila sebagai paradigma pembangunan hukum?

Page 3: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

BAB II.PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila

Secara arti kata pancasila mengandung arti, panca yang berarti lima “lima” dan sila yang

berarti “dasar”. Dengan demikian pancasila artinya lima dasar.Tetapi di sini pengertian pancasila

berdasarkan sejarah pancasila itu sendiri. Apabila kita ingin benar-benar melaksanakan Undang-

Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuan, maka kita tidak saja harus melaksanakan

ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal dari Batang Tubuh atau lebih dkenal isi dari UUD 1945

itu, tetapi juga ketentuan-ketentuan pokok yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945. Oleh

karena pembukaan UUD 1945 (walaupun tidak tercantum dalam satu dokumen dengan Batang

Tubuh UUD 1945, seperti konstitusi (RIS) atau UUDS 1950 misalnya), adalah bagian mutlak

yang tidak dipisahkan dari Konstitusi Republuk Indonesia Tahun 1945, pembukaan dan Batang

Tubuh kedua-duanya telah ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada

tanggal 18 Agustus 1945.

Apabila kita berbicara tentang UUD 1945. maka yang dimaksud ialah Konstitusi (UUD)

yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia tersebut pada tanggal 18 Agustus

1945 yang diumumkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun 1946 No. 7 halaman 45-48, yang

terdiri atas : Pembukaan yang meliputi 4 alinea ; Batang Tubuh atau isi UUD 1945, yang

meliputi; Penjelasan Adapun Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas emapt bagian itu yang

amat penting ialah bagian/alinea ke 4 yang berbunyi sebagai berikut: “Kemudian dari pada itu

untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Indonesia

itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan

Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan yang

Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia”.

Page 4: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

Dalam penjelasan resmi dari pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa dalam Pembukaan

UUD 1945 terkandung emapt pokok-pokok pikiran sebagai berikut: Negara melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia berdasar atas Persatuan; Negara hendak

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; Negara Indonesia adalah Negara

yang berkedaulatan rakyat dan berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan/ perwakilan;

Negara Indonesia berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang

adil dan beradab. Khusus bagian/alinea ke -4 dari pembukaan UUD 1945 adalah merupakan asas

pokok Pemebentukan pemerintah Negara Indonesia. Isi bagian ke 4 dari Pembukaan UUD 1945

itu dibagi ke dalam 4 hal: 1. Tentang hal tujuan Negara iondonesia, tercantum dalam kalimat

“Kemudian daripada itu dan seluruh tumpah darah indinesia, yang; Melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; Memajukan kesejahteraan rakyat; Mencerdaskan

kehidupan bangsa; Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2. Tentang hal ketentuan diadakanya Undang-Undang

Dasar tarcantum dalam kalimat yang berbunyi: “maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan

Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia”; 3. Tentang hal

bentuk Negara dalam kalimat: yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia

yang berkedaulatan rakyat; 4. Tentang hal Dasar Falsafah Negara Pancasila. Adapun Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 yang telah disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945 itu sebagian besar bahan-bahanya berasal dari Naskah

Rancangan Pembukaan UUD yang disusun oleh Panitia Perumus (panitia kecil) yang

beranggotakan 9 orang yang diketua oleh Ir. Soekarno pada tanggal 22 Juni 1945 di Jakarta.

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, naskah politik yang bersejarah itu dijadikan

Rancangan Pembukaan UUD sebagai bahan pokok dan utama bagi penyusunan/penetapan

Pembukaan UUD yang akan ditetakan itu. Naskah politik yang bersejarah yang disusun pada

tanggal 22 Agustus 1945 itu, di kemudian hari oleh Mr. Muhamad Yamin dalam pidatonya di

depan sidang Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) pada tanggal 11 Juni 1945

dinamakan “Piagam Jakarta” dan baru beberapa tahun kemudian dimuat dalam bukunya yang

berjudul Prokalmasi dan Konstitusi pada tahun 1951. Dalam naskah politik yang di sebut dengan

Piagam Jakarta 22 Juni 1945 inilah untuk pertama kali dasar falsafah Negara pancasila ini

dicantumkan secara tertulis, setelah diusulkan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1

Juni 1945. Adapun panitia perumus yang beranggotakan 9 orang yang telah menyusun Piagam

Page 5: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

Jakarta itu adalah salah satu panitia kecil dari Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK)

yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945. Di atas telah dijelaskan tentang pentingnya

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Adapun besar arti pentingnya Pembukaan Undang-Undang Daar itu ialah karena pada

aline ke 4 itu tercantum ketentuan pokok yang bersifat fundamental, yaitu dasar falsafah Negara

Republik Indonesia yang dirumuskan dalam kata-kata berikut: ….”maka disusunlah

Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Indonesia yang

terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan

berdasar kepada: Ketuhanan Mang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan

Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima dasar ini

tercakup dalam satu nama/istilah yang amat penting bagi kita bangsa Indonesia yaitu pancasila.

Istilah atau perkataan pancasila ini memang tidak tercantum dalam Pembukaan maupun dalam

Batang Tubuh UUD 1945. Di alinea ke 4 dari Pembukaan UUD 1945 hanyalah disebutkan

bahwa, Negara Republik Indonesia berdasarkan kepada lima prinsip atau asas yang tersebut di

atas, tanpa menyebutkan pancasila. Bahwa kelima prinsip atau dasar tersebut adalah pancasila,

kita harus menafsirkan sejarah (maupun penafsiran sistematika) yakni menghubungkanya dengan

sejarah lahirnya pencasila itu sendiri pada tanggal 1 Juni 1945, seperti yang telah diuraikan

sebelumnya. Berkenaan dengan perkataan pancasila, menurut Prof. Mr. Muhamad Yamin

(Pembahasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia) pada halaman 437 antara lain sebagai

berikut “perkataan Pancasila” yang kini telah menjadi istilah hukum, mula-mula ditempa dan

dipakai oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk menamai paduan sila

yang lima. Perkataan itu diambil dari peradaban Indonesia lama sebelum abad XIV. Kata kembar

itu keduanya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu panca dan sila yang memiliki arti yang berbeda.

Pancasila dengan huruf i biasanya memiliki arti berbatu sendi yang lima. Pancasila dengan huruf

i yang panjang bermakna “5 peraturan tingkah laku yang penting”. Kata sila juga hidup dalam

kata kesusilaan dan kadang-kadang juga berarti etika. Dalam bahasa Indonesia kedua pengertian

di atas dirasakan sudah menjadi satu paduan antara sendi yang lima dengan lima tingkah laku

yang senonoh. Dari uraian di atas dapatlah kiranya kita menarik kesimpulan bahwa pancasila

sebagai istilah perkataan Sanskerta yang sudah dikenal di tanah air kita sejak abad XIV.

Sedangkan pancasila dalam bentuk formalnya sebagai dasar Falsafah Negara Republik Indonesia

Page 6: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

baru diusulkan pada tanggal 1 Juni 1945. Pengertian Pancasila ini mudah mudahan bermanfaat

untuk anda semua.

2.2 Fungsi dan Kedudukan Pancasila

2.2.1 Pancasila Sebagai Dasar Negara

Dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu memberikan

kekuatan kepada berdirinya sebuah negara. Negara Indonesia dibangun juga berdasarkan pada

suatu landasan atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar negara,

merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk di

dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan rakyat. Pancasila dalam

kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan seluruh

kehidupan negara Republik Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk

mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber

dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan Pancasila sebagai dasar negara yang berarti

melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Oleh karena itu, sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan di negara Republik

Indonesia bersumber pada Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia

mempunyai implikasi bahwa Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh

struktur kekuasaan secara formal, dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang

menguasai dasar negara (Suhadi, 1998). Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut

terangkum di dalam empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di mana

keempatnya sama hakikatnya dengan Pancasila. Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 tersebut lebih lanjut terjelma ke dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar

1945. Barulah dari pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 itu diuraikan lagi ke dalam banyak

peraturan perundang-undangan lainnya, seperti misalnya ketetapan MPR, undang-undang,

peraturan pemerintah dan lain sebagainya.

Page 7: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

2.2.2 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Setiap manusia di dunia pasti mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup adalah suatu

wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur.

Pandangan hidup berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur hubungan manusia dengan sesama,

lingkungan dan mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya.

Pandangan hidup yang diyakini suatu masyarakat maka akan berkembang secara dinamis

dan menghasilkan sebuah pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup bangsa adalah kristalisasi

nilai-nilai yang diyakini kebenarannya maupun manfaatnya oleh suatu bangsa sehingga darinya

mampu menumbuhkan tekad untuk mewujudkannya di dalam sikap hidup sehari-hari.

Setiap bangsa di mana pun pasti selalu mempunyai pedoman sikap hidup yang dijadikan

acuan di dalam hidup bermasyarakat. Demikian juga dengan bangsa Indonesia. Bagi bangsa

Indonesia, sikap hdup yang diyakini kebenarannya tersebut bernama Pancasila. Nilai-nilai yang

terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal dari budaya masyarakat bangsa

Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti dari nilai-nilai budaya Indonesia maka

Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa Indonesia. Cita-cita moral inilah yang

kemudian memberikan pedoman, pegangan atau kekuatan rohaniah kepada bangsa Indonesia di

dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila di samping merupakan cita-cita moral bagi bangsa Indonesia, juga sebagai

perjanjian luhur bangsa Indonesia. Pancasila sebagaimana termuat dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 adalah hasil kesepakatan bersama bangsa Indonesia yang pada waktu itu

diwakili oleh PPKI. Oleh karena Pancasila merupakan kesepakatan bersama seluruh masyarakat

Indonesia maka Pancasila sudah seharusnya dihormati dan dijunjung tinggi.

2.2.3 Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

A. Pengertian Ideologi

Berdasarkan etimologinya, ideologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata

yaitu idea berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan logika berarti ajaran. Dengan

demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran. Pengertian ideologi

Page 8: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat

sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berbagai bidang kehidupan seperti:

1. Bidang politik termasuk bidang hukum, pertahanan dan keamanan.

2. Bidang social

3. Bidang kebudayaan

4. Bidang keagamaan

Maka ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi

suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada

hakekatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mempunyai derajad yang tinggisebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.

b. Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup,

pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan

kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan

berkorban.

B. Ideologi Terbuka dan Tertutup

a) Aspek Ideologi Terbuka Tertutup

Ciri khas

Hubungan Rakyat dan Penguasa

Nilai-nilai dan cita-cita digali dari kekayaan adat istiadat, budaya dan religius

masyarakatnya

Menerima reformasi.

Penguasa bertanggung jawab pada masyarakat sebagai pengemban amanah rakyat.

Nilai-nilai dan cita-cita dihasilkan dari pemikiran individu atau kelompok yang berkuasa

dan masyarakat berkorban demi ideologinya.

Page 9: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

Menolak reformasi

Masyarakat harus taat kepada ideologi elite penguasa.

Totaliter

C. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif

Menurut Karl Manheim yang beraliran Mark secara sosiologis ideologi dibedakan

menjadi dua yaitu: ideologi yang bersifat partikular dan ideologi yang bersifat komprehensif.

b) Aspek Ideologi Partikular Komprehensif

Ciri Khas

Hubungan Rakyat dan penguasa

Nilai-nilai dan cita merupakan suatu keyakinan-keyakinan yang tersusun secara

sistematis dan terkait erat dengan kepentingan kelas sosial tertentu.

Negara komunis membela kaum proletar.

Negara liberal membela kebebasan individu - Mengakomodasi nilai-nilai dan cita-cita

yang bersifat menyeluruh tanpa berpihak pada golongan tertentu atau melakukan

transformasi sosial secara besar-besaran menuju untuk tertentu.

Negara mengakomodasi berbagai idealisme yang berkembang dalam masyarakat yang

bersifat majemuk seperti indonesia dengan ideologi pancasila.

Menurut Alfian kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang ada pada

ideologi tersebut,yaitu

1. Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung didalam ideologi tersebut

secara riil hidup didalam serta bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah

masyarakat atau bangsa dimensi idealisme.

2. DimensiIdealisme, yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme

yang memberi harapan pengalaman dalam praktek kehidupan bersama sehari-hari.

Page 10: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

3. Dimensi fleksibel/dimensi pengembangan, yaitu ideologi tersebut memiliki keluwesan

yang memungkinkan kepada generasi penerus bangsa, diperjuangkan dan dipertahankan

dengan semangat nasionalisme.

Dalam proses reformasi, MPR melalui sidang istimewa tahun1998, kembali menegaskan

kedudukan pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia yang tertuang dalam TAP MPR

No.XVIII/MPR/1998.

Oleh karena itu segala agenda dalam proses reformasi,yang meliputi rakyat (sila 4) juga

harus mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandungdalam pancasila. Reformasi tidak mungkin

menyimpang dari nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.Pancasila

sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis dan

terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis,

antisipatif dan senantiasa mampu menyelesaikan dengan perkembangan jaman ilmu pengetahuan

dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.

Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yany

terkandung didalamnya, namun mengekplisitkan wawasannya secara lebih konkrit, sehingga

memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah aktual yang selalu

berkembang.

2.3 Pengertian Paradigma

Awalnya istilah Paradigma berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama yang

kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam

dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul The Structure of

Scientific Revolution (1970: 49). Inti sari paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan

asumsi teoritis yang umum dan dijadikan sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu

pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, cirri dan karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.

Dengan adanya kajian paradigma ilmu pengetahuan sosial kemudian dikembangkanlah

metode baru yang berdasar pada hakikat dan sifat paradigma ilmu, yaitu manusia yang disebut

metode kualitatif. Kemudian berkembanglah istilah ilmiah tersebut dalam bidang manusia serta

ilmu pengetahuan lain misalnya politik, hukum, ekonomi, budaya, serta bidang-bidang lainya.

Page 11: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

Dalam kehidupan sehari hari paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung arti

sebagai sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas, tolak ukur, parameter serta

arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan, dan proses dalam bidang tertentu termasuk

bidang pembangunan, reformasi, maupun pendidikan. Dengan demikian paradigma menempati

posisi dan fungsi yang strategis dalam proses kegiatan. Perencanaan, pelaksanaan dan hasil-

hasilnya dapat diukur dengan paradigma tertentu yang diyakini kebenaranya.

2.4 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.

Menurut Thomas Kuhn, Orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan

bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah pandangan

mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu

pengetahuan.

Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu

pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik hukum, sosial dan ekonomi.

Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak,

acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma

berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari

sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam

melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia.

Pancasila sebagai paradigma artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi

dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di

Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas

Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif

bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau

persekutuan hidup manusia maka tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok

ukurpenyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat

manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis

tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:

Page 12: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

1. Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga.

2. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial.

3. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat

dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan.

Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas.

Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia secara

keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup

seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial

budaya, dan pertahanan keamanan. Pancasila menjadi paradigma dalam pembangunan politik,

ekonomi, sosial, budaya, dan mempertahanan keamanan.

2.5 Arah dan Kebijaksanaan Pembangunan Hukum

Pembangunan dalam bidang hukum adalah salah satu bidang pembangunan yang sangat

penting, hal ini dikarenakan hukum dilihat dari fungsinya tidak hanya berfungsi sebagai

pengendali sosial terhadap berbagai macam bentuk penyimpangan prilaku yang dinilai tidak

produktif dalam proses pembangunan, tetapi hukum juga memiliki kemampuan melakukan

perubahan sosial yaitu sebuah fungsi yang dapat dimainkan oleh hukum dalam melakukan

berbagai perubahan atau rekayasa sosial. Di samping kedua fungsi tersebut, pembangunan

bidang hukum juga diarahkan pada upaya pemberian perlindungan hukum kepada rakyat agar

tercipta rasa ketentraman, kenyamanan, keamanan dan ketertiban umum bagi masyarakat,

dimana ketiga kondisi tersebut merupakan prasyarat bagi keterlibatan dan partisipasi publik

secara aktif dalam proses pembangunan yang berbasiskan pada nilai-nilai HAM. Ketiga fungsi

hukum tersebut, dalam konteks pembangunan tentunya diarahkan bagaimana agar seluruh aspek

dan komponen yang ada pada daerah ini diarahkan pada upaya percepatan keberhasilan

pembangunan itu sendiri.

Arah Kebijakan pembangunan bidang hukum ini dititik beratkan kepada upaya

penegakan supremasi hukum yang berbasiskan serta menjunjung tinggi HAM guna pencapaian

kesejahteraan, keamanan dan ketentraman masyarakat, dengan tentunya tetap berpegang pada

Page 13: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

prinsip demokrasi melalui berbagai tahapan pembangunan hukum seperti tahap formulasi

berbagai kebijakan yang akan dituangkan kedalam produk hukum berupa Peraturan Derah, tahap

aplikasi yaitu tahap penerapan dan pelaksanaan hukum yang merupakan hasil kesepakatan

bersama antara eksekutif (pemerintah daerah) dengan Legislatif (DPRD), serta tahap evaluasi,

monitoring dan pengawasan jalannya pelaksanaan dan penerapan hukum tersebut.

Mendasarkan pada pemahaman tersebut di atas, maka secara konsepsional penegakan

hukum pada jangka menengah di diarahkan pada empat tipe penegakan hukum yaitu:

a. Penegakan hukum formulatif, yaitu proses penegakan hukum yang diawali dengan

penyusunan program legislasi daerah yang isinya memuat prioritas pembangunan hukum

di daerah ini, yang disertai dengan penyusunan draft perda yang memenuhi pilar hukum

yang baik berupa terpenuhinya prinsip-prinsip filosifis, sosiologis (living law) maupun

yuridis. Penyusunan program legislasi daerah yang memuat prioritas pembangunan

hukum ini tentunya tetap memperhatikan hak inisiatif yang ada pada lembaga legislatif.

Termasuk juga di dalam penegakan hukum formulatif ini adalah melakukan penataan

berbagai macam peraturan daerah sebagai produk hukum agar prinsip sinergisitas dan

sinkronisasi baik vertikal maupun horizontal terpenuhi.

b. Penegakan hukum aplikatif yaitu proses penegakan hukum yang dilakukan oleh institusi

yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan peraturan daerah tersebut melalui

prosedur kelembagaan yang telah ditetapkan terlebih dahulu secara formal. Penegakan

hukum aplikatif ini dalam pelaksanaannya tetap memperhatikan nilai dan prinsip HAM,

keadilan, moralitas serta mampu memberikan perlindungan dan pencerahan masyarakat.

c. Penegakan hukum represif dan keorsif, yaitu penegakan hukum dengan mengambil

tindakan yang tegas terhadap subyek hukum yang dinilai telah melanggar peraturan

daerah. Tidak hanya terhadap subyek hukum saja yang diambil tindakan tegas, tetapi juga

para aparat pelaksana hukum juga akan diambil tindakan tegas jika terbukti secara hukum

telah melanggar, mengabaikan atau menyalahgunakan tugas, fungsi dan kewenangan

yang ada.

d. Penegakan hukum preventif, yaitu proses penegakan hukum yang dilakukan melalui

kegiatan sosialisasi semua peraturan daerah kepada masyarakat dimana tujuan dari

Page 14: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

penegakan hukum preventif ini adalah tidak terjadinya pelanggaran hukum yang

merupakan kesepakatan antara eksekutif dan legislatif sebagai presentasi dari rakyat

karena diketahuinya produk hukum tersebut oleh masyarakat.

Untuk arah kebijakan bidang penataan Peraturan Daerah (PERDA) dititik beratkan ada

upaya peninjauan kembali berbagai produk hukum daerah yang dinilai tidak lagimemenuhi rasa

keadilan masyarakat, serta dinilai tidak sesuai lagi dengan tujuan pembangunan. Peninjauan

kembali berbagai produk hukum daerah ini tentunya akan dibarengi dengan tindakan berupa

pencabutan dengan menggantikan peraturan daerah baru atau melakukan revisi peraturan daerah

jika peraturan daerah yang lama tersebut dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan tujuan-tujuan

pembangunan yang telah ditetapkan. Penataan ini juga dilakukan dengan melakukan kajian dan

analisis isi dari masing-masing peraturan daerah agar tidak saling bertentangan satu dengan yang

lainnya, sehingga prinsip sinkronisasi baik vertikal maupun horizontal dalam hukum bisaterjaga

dan terpenuhi.

Untuk mampu melaksanakan penataan seperti tersebut di atas, maka peningkatan kualitas

aparatur bidang hukum menjadi penting. Peningkatan ini tidak hanya upaya memahami dengan

baik berbagai asas dan prinsip hukum yang ada, tetapi juga peningkatan pemahaman akan nilai-

nilai yang ada pada masyarakat, baik nilai filosofis, sosilogis maupun yuridis serta tanggap dan

responsif terhadap perkembangan yang ada. Peningkatan kualitas aparatur bidang hukum ini

tentunya akan berpengaruh secara langsung kepada kualitas materi produk hukum daerah yang

akan dikeluarkan.

Pada akhirnya partisipasi aktif masyarakat dalam proses penegakan hukum merupakan

kata kunci dari keberhasilan pembangunan dalam bidang hukum, dan partisipasi aktif masyarakat

ini bisa dicapai jika masyarakat secara pasti mengetahui hak dan kewajibannya yang ada dalam

hukum. Oleh karena itu, penataan berupa pendokumentasian hukum serta informasi hukum

merupakan suatu kegiatan pembangunan dalam bidang hukum yang perlu direncanakan dan

dilaksanakan dengan baik. Adanya fiksi hukum yang mengatakan bahwa: “masyarakat harus

mengetahui hukum” menjadikan fungsi pendokumentasi dan informasi hukum menjadi penting.

Page 15: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

Landasan dan arah pembangunan dibidang hukum menyatakan bahwa:

1. Pembangunan dan pembinaan hukum Indonesia didasarkan atas pancasila dan UUD 1945

2. Tujuan dari pembangunan dan pembinaan hukum yaitu:

a. Memantapkan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai oleh indonesia selama ini.

b. Menciptakan kondisi yang lebih mantap sehingga segenap masyarakat dapat

menikmati ketertiban, kepastian hikum dan keadilan.

c. Memberi dukungan dan pengamanan kepada upaya pembangunan untuk mencapai

kemakmuran.

2.6 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum

Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa tugas dan tanggung jawab

tidak hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan keamanan adalah mengikut sertakan seluruh

komponen bangsa. Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem

pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata). Sistem pertahanan yang bersifat

semesta melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta

dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan

berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap

bangsa dari segala ancaman. Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan pada

kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan pada kekuatan sendiri.

Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, dimana pemerintahan dari

rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan negara dan

bela negara. Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan keamanan telah diterima

bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara.

Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Page 16: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah konstitusi, yang di

dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materi-muatan konstitusi, yaitu: (1) adanya

perlindungan terhadap HAM, (2) adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar, dan (3)

adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga mendasar.Sesuai

dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat rumusan Pancasila.

Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dari UUD 1945 atau merupakan bagian dari

hukum positif. Dalam kedudukan yang demikian, ia mengandung segi positif dan segi negatif.

Segi positifnya, Pancasila dapat dipaksakan berlakunya (oleh negara); segi negatifnya,

Pembukaan dapat diubah oleh MP sesuai dengan ketentuan Pasal 37 UUD 1945. Hukum tertulis

seperti UUD termasuk perubahannya, demikian juga UU dan peraturan perundang-undangan

lainnya, harus mengacu pada dasar negara (sila-sila Pancasila dasar negara).

Dalam kaitannya dengan , Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum‟, hukum

(baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh

bertentangan dengan sila-sila: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang adil dan

beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan, dan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan harus merupakan perwujudan

atau penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya, substansi produk hukum

merupakan karakter produk hukum responsif (untuk kepentingan rakyat dan merupakan

perwujuan aspirasi rakyat).

Page 17: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa nila-nilai, arti atau makna yang

terdapat dalam sila Pancasila merupakan landasan kerangka berpikir untuk mencapai tujuan

bersama, sehingga layak disebut sebagai paradigma dalam pembangunan, lebih khususnya

adalah pembangunan hukum.

Pancasila sebagai sumber nilai perubahan hukum dalam ilmu hukum tata negara disebut

“staats fundamentalnorm” dalam negara Indonesia “staats fundamentalnorm” tersebut intinya

tidak lain adalah pancasila. Pancasila di pandang sebagai cita-cita hukum yang berkedudukan

sebagai “staats fundamentalnorm” dalam negara Indonesia.

Sumber hukum meliputi dua macam pengertian :

1) Sumber formal hukum, yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan

hukum.

2) Sumber metrial hukum.

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum pancasila merupakan “sumber dari

segala hukum”.

Pembukaan UUD 1945 mengandung 4 (Empat) pokok pikiran sebagai berikut :

a. Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara persatuan adalah negara yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

b. Bahwa negara bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

c. Dalam hal ini negara berkewajiban memajukan kesejahteraan hukum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

d. Bahwa negara kedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan /

perwakilan.

Page 18: Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum

DAFTAR PUSTAKA

http://my.opera.com/marik24/blog/2012/01/03/psebagai-paradigma-pengembangan-hukum

(Diunduh pada Tanggal 14 Mei 2012 18.00 WIB)

Prof. Dr. Kaelan, M.S., Pendidikan pancasila, paradigm pengembangan hukum :

Yogyakarta.

Tasir Arafat, Undang-undang, Permata Press: Jakarta.