169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

19
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Pendidikan Pancasila” Disusun oleh : kelompok 4 1. Asep saepudin 2. Linda irwani 3. Muhammad iqbal 4. Nisrina syarah 5. Oghy subagdja 6. Trya aprinadya Program studi S1 akutansi Universitas pembangunan nasional veteran jakarta

description

as

Transcript of 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Page 1: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Pendidikan Pancasila”

Disusun oleh : kelompok 4

1. Asep saepudin

2. Linda irwani

3. Muhammad iqbal

4. Nisrina syarah

5. Oghy subagdja

6. Trya aprinadya

Program studi S1 akutansi

Universitas pembangunan nasional veteran jakarta

Page 2: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia terdiri dari berbagai pulau dari Sabang sampai Merauke, sejak merdeka tahun

1945 sampai dengan saat ini telah mengalami beberapa perubahan baik ekonomi, politik,

pendidikan, dan kebudayaan. Pada masa Soekarno semangat nasionalisme masih sangat

menjadi kriteria diri,dimasa itu kemerdekaan adalah mutlak yang tentunya setiap warga

negara indonesia tanpa pamrih siapa mempertaruhkan nyawa untuk kemerdekaan

mempertahankan Indonesia. Berlanjut pada era Soeharto dengan kabinet orde baru yang

mengedepankan swasembada pangan,dan pembangunan. Pada saat ini Indonesia tengah

berada pada era reformasi yang telah diperjuangkan sejak tahun 1998. Ketika gerakan

reformasi melanda Indonesia maka seluruh tatanan kehidupan dan praktik politik pada era

Orde Baru banyak mengalami keruntuhan. Pada era reformasi ini, bangsa Indonesia ingin

menata kembali (reform) tatanan kehidupan yang berdaulat, aman, adil, dan sejahtera.

Tatanan kehidupan yang berjalan pada era orde baru dianggap tidak mampu memberi

kedaulatan dan keadilan pada rakyat.

Pancasila adalah filsafat Negara Indonesia yang memiliki 5 sila yang merupakan acuan

dan pegangan hidup bangsa Indonesia. Reformasi memiliki makna, yaitu suatu gerakan

untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang

untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang

dicita-citakan rakyat. Apabila gerakan reformasi ingin menata kembali tatanan kehidupan

yang lebih baik, tiada jalan lain adalah mendasarkan kembali pada nilai-nilai dasar

kehidupan yang dimiliki bangsa Indonesia. Nilai-nilai dasar kehidupan yang baik itu sudah

terkristalisasi dalam pancasila sebagai dasar dan ideologi negara.

Page 3: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulisan merumuskan

masalah yaitu:

1. Apakah yang dimaksud paradigma?

2. Jelaskan mengapa pancasila sebagai paradigma reformasi?

3. Kenapa Pancasila sebagai paradigma Reformasi?

4. Siapakah yang berhak menjalankan sebuah Reformasi?

5. Bagaimanakah Reformasi yang terjadi pada bangsa Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini sebagai berikut:

1. Agar dapat meyakini, memahami, dan mampu menjalankan Reformasi yang berdasarkan

nilai-nilai Pancasila.

2. Agar penulisan dapat berguna atau bermanfaat bagi pihak lain.

3. Serta untuk memenuhi tugas Pendidikan Pancasila.

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan latar belakang yang telah terurai di atas timbul adanya manfaat:

1. Agar pembaca mengetahui bagaimana definisi pancasila sebagai paradigma reformasi.

2. Memberikan gambaran tentang reformasi di Indonesia.

3. Dapat memahami tentang terjadinya pancasila sebagai paradigma reformasi.

Page 4: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PARADIGMA

Pengertian Paradigma yaitu sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas

serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu

bidang tertentu termasuk dalam bidang reformasi.

B. PENGERTIAN REFORMASI

Reformasi berasal dari kata reformation dengan kata dasar reform yang memiliki arti

perbaikan, pembaruan, memperbaiki dan menjadi lebih baik (Kamus Inggris-Indonesia, An

English-Indonesian Dictionary, oleh John M. Echols dan Hassan Shadily 2003 dalam Setijo,

2009). Secara umum reformasi di Indonesia dapat diartikan sebagai melakukan perubahan

ke arah yang lebih baik dengan cara menata ulang hal-hal yang telah menyimpang dan tidak

sesuai lagi dengan kondisi dan struktur ketatanegaraan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara.

Tujuan reformasi dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Melakukan perubahan secara serius dan bertahap untuk menemukan nilai-nilai baru dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara;

2. Menata kembali seluruh struktur kenegaraan, termasuk perundangan dan konstitusi yang

menyimpang dari arah perjuangan dan cita-cita seluruh masyarakat bangsa;

3. Melakukan perbaikan di segenap bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya,

maupun pertahanan keamanan;

4. Menghapus dan menghilangkan cara-cara hidup dan kebiasaan dalam masyarakat bangsa

yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi, seperti KKN, kekuasaan sewenang-wenang

atau otoriter, penyimpangan, dan penyelewengan yang lain.

Page 5: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

D. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI

Pada saat gerakan reformasi terjadi pada Indonesia, banyak politik yang

menjalakan tugasnya secara menyimpang dan tidak bertanggung jawab dengan

menggunakan hasil masyarakat Indonesia atau dengan kata lain melakukan tindakan korupsi

(KKN). Indonesia berusaha dan ingin mengadakan suatu gerakan perubahan, yakni dengan

menghayati, meyakini, dan mengamalkan kembali kehidupan berbangsa dan bernegara agar

terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera, masyarakat bermartabat

kemanusiaan dan cinta tanah air yang menghargai hak-hak asasi manusia, masyarakat yang

demokratis bermoral religius dan beradab.

Kenyataan yang terjadi, gerakan reformasi dimanfaatkan oleh para elit politik

demi memperoleh kekuasaannya, sehingga tidak mengherankan bila banyak terjadi

perbenturan kepentingan pribadi politik tersebut. Gerakan reformasi ini membuat bangsa

Indonesia, semakin sengsara dan berdampak pada social, politik, ekonomi terutama

kemanusiaan. Berbagai gerakan muncul disertai dengan akibat tragedi kemanusiaan yang

banyak menelan korban jiwa penerus bangsa sebagai rakyat kecil yang tidak berdosa dan

mendambakan perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.

Kondisi ekonomi semakin menyedihkan, banyak perusahaan atau perbankan

mengalami kebangkrutan yang tidak lain akan menyebabkan PHK dan pengangguran secara

besar-besaran terjadi. Rakyat benar-benar merintih dan menjerit yang kehidupan

kesehariannya sangat memprihatinkan karena kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan

sehari-hari. Namun dalam hal ini kalangan elit politik serta pelaku politik seakan menutup

kedua telinga mereka tanpa mempedulikan kesengsaraan mereka.

Namun bangsa Indonesia masih memiliki sebuah keyakinan akan nilai-nilai yang berakar

dari pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri, yaitu nilai-nilai pancasila. Reformasi adalah

menata kehidupan bangsa dan negara dalam suatu sistem negara di bawah nilai-nilai

Pancasila, bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan negara Indonesia.

Reformasi yang dilakukan bangsa Indonesia tidak akan menghancurkan nilai-nilai Pancasila

itu sendiri. Bahkan pada hakikatnya reformasi adalah mengembalikan tatanan kenegaraan

Page 6: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

ke arah yang sumber nilai yang merupakan sebuah panggung kehidupan bersama bangsa

Indonesia, yang selama ini diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang, baik pada

masa orde lama maupun masa orde baru.

Menurut landasan historisnya, sumber nilai serta sumber norma yang fundamental dari

negara Indonesia yaitu Pancasila, yang mempunyai nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,

Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan serta ada secara objektif dan melekat pada bangsa

Indonesia sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Maka dalam kehidupan politik yang

sedang melakukan reformasi bukan berarti akan mengubah cita-cita, dasar nilai, serta

pandangan hidup bangsa melainkan menata kembali dalam suatu platform yang bersumber

pada nilai-nilai Pancasila dalam berbagai segala bidang reformasi, antara lain dalam bidang

hukum, politik, ekonomi, serta bidang-bidang lainya. Sebuah reformasi harus memiliki

tujuan, dasar, cita-cita serta platform yang jelas bagi bangsa Indonesia nilai-nilai Pancasila

itulah yang merupakan paradigma Reformasi.

1. Gerakan Reformasi

Pada pelaksanaan GBHN 1998 pada PJP II Pelita ke tujuh ini, bangsa Indonesia

menghadapi krisis ekonomi yang hebat, sehingga menyebabkan stabilitas ekonomi makin

ambruk dan menyebar luasnya tindakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme pada hampir semua

instansi pemerintahan serta penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang para petinggi

negara yang membuat rakyat semakin menderita.

Pancasila yang pada dasarnya sebagai sumber nilai, dasar moral etik bagi negara dan

aparat pelaksana negara digunakan sebagai alat legitimasi politik, semua tindakan dan

kebijakan mengatasnamakan Pancasila, kenyataannya tindakan dan kebijakan tersebut

sangat bertentangan dengan Pancasila.

Klimaks dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, sehingga

muncullah gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan

masyarakat sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya Reformasi di segala bidang

terutama bidang hukum, politik, ekonomi, dan pembangunan.

Awal dari gerakan Reformasi bangsa Indonesia, yakni dengan mundurnya Presiden

Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian digantikan oleh Prof. Dr. B.J Habibie.

Kemudian diikuti dengan pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan. Dalam

pemerintahan Habibie, melakukan reformasi secara menyeluruh terutama pengubahan

pada 5 paket UU. Politik tahun 1985, kemudian diikuti dengan reformasi ekonomi yang

Page 7: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

menyangkut perlindungan hukum sehingga perlu diwujudkan UU Anti Monopoli, UU

Persaingan Sehat, UU Kepailitan, UU Usaha Kecil, UU Bank Sentral, UU Perlindungan

Konsumen, UU Perlindungan Buruh, dan lain sebagainya (Nopirin dalam Kaelan, 1998:1).

Dan dengan demikian, reformasi harus juga diikuti reformasi hukum bersama aparat

penegaknya serta reformasi pada pemerintahan.

Susunan DPR dan MPR harus mengalami reformasi yang dilakukan melalui Pemilu.

Reformasi terhadap UU Politik harus dapat menjadikan para elit politik dan pelaku politik

bersifat demokratis, yang mau mendengar penderitaan masyarakat dan mampu

menjalankan tugasnya dengan benar.

a. Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila

Dalam kenyataannya, bangsa Indonesia telah salah mengartikan makna dari sebuah

kata Reformasi, yang saat ini menimbulkan gerakan yang mengatas namakan Reformasi,

padahal gerakan tersebut tidak sesuai dengan pengertian dari Reformasi. Contohnya, saat

masyarakat hanya bisa menuntut dan melakukan aksi-aksi anarkis yang pada akhirnya

terjadilah pengerusakan fasilitas umum, sehingga menimbulkan korban yang tak bersalah.

Oleh karena itu dalam melakukan gerakan reformasi, masyarakat harus tahu dan paham

akan pengertian dari reformasi itu sendiri, agar proses menjalankan reformasi sesuai dengan

tujuan reformasi tersebut.

Secara harfiah reformasi memiliki makna yaitu suatu gerakan untuk memformat ulang,

menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada

format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat

(Riswanda dalam Kaelan, 1998).

Oleh karena itu, gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sesuai berikut:

1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya penyimpangan-penyimpangan. Pada

Masa pemerintahan Orde Baru banyak terjadi penyimpangan, misalnya Korupsi yang tidak

sesuai dengan makna UUD 1945 serta batang tubuh UUD 1945.

2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas (landasan

ideologis) tertentu, dan dalam hal ini Pancasila merupakan ideologi bangsa dan negara

Indonesia. Tanpa adanya ideologis yang jelas, gerakan reformasi hanya akan menimbulkan

suatu gerakan yang anarkis saja.

3. Suatu gerakan reformasi dilakukan berdasar pada suatu kerangka struktural tertentu dalam

UUD sebagai kerangka acuan reformasi. Reformasi harus mengembalikan dan melakukan

Page 8: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

perubahan ke arah sistem negara hukum, yaitu harus adanya perlindungan hak-hak asasi

manusia, peradilan yang bebas dari campur tangan penguasa,serta legalitas dalam arti

hukum. Dan sebuah reformasi harus dilakukan secara terbuka dalam penyelenggaraan

negara karena rakyatlah yang melakukan segala aspek kegiatan negara.

4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan ke arah kondisi serta keadaan yang lebih baik

lagi. Dengan kata lain, reformasi dilakukan untuk meningkatkan harkat dan martabat rakyat

Indonesia.

5. Reforasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang Berketuhanan

Yang Maha Esa serta terjaminnya persatuan dan kesatuan.

b. Pancasila sebagai Dasar Cita-cita Reformasi

Pancasila merupakan dasar filsafat negara Indonesia, sebagai pandangan hidup bangsa

Indonesia, namun ternyata Pancasila tidak diletakkan pada kedudukan dan fungsinya. Pada

masa orde lama pelaksanaan negara mengalami penyimpangan dan bahkan bertentangan

dengan Pancasila. Presiden seumur hidup yang bersifat diktator. Pada masa orde baru,

Pancasila hanya sebagai alat politik oleh penguasa. Setiap warga yang tidak mendukung

kebijakan penguasa dianggap bertentangan dengan Pancasila.

Oleh karena itu, gerakan reformasi harus dimasukkan dalam kerangka Pancasila,

sebagai landasan cita-cita dan ideologi negara Indonesia, agar tidak terjadi anarkisme yan

menyebabkan hancurnya bangsa dan negara Indonesia. Maka reformasi dalam perspektif

Pancasila harus berdasarkan nilai-nilai Pancasila, sebagai berikut:

1. Reformasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang artinya bahwa dalam melakukan

perubahan harus menjadi lebih baik bagi kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan. Dan

reformasi harus berlandaskan pada moral religius yang mampu meningkatkan kehidupan

keagamaan.

2. Reformasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang artinya bahwa dalam

melakukan reformasi harus dilakukan sesuai dengan nilai martabat manusia yang beradab.

Reformasi dilandasi dengan nilai-nilai kemanusiaan dan menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia, menghargai hak asasi manusia dan menentang adanya penindasan.

3. Reformasi harus berlandaskan pada nilai persatuan, sehingga bangsa dan negara Indonesia

tetap utuh berdiri tegak. Reformasi harus menghindarkan diri dari praktek yang bertujuan

untuk mendiskriminasi ras, suku maupun agama.

Page 9: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

4. Semangat dan jiwa reformasi harus berakar pada asas kerakyatan. Karena rakyat

merupakan segala aspek kegiatan yang diselenggarakan oleh negara dan rakyatlah

pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara. Dan reformasi menolak segala macam bentuk

diktator agar tidak mengarah pada anarkisme.

5. Tujuan reformasi adalah terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh

karena itu, gerakan reformasi bukan hanya demi perubahan diri sendiri, namun perubahan

dan penataan kehidupan bersama yang berkeadilan.

Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka dan dinamis, Pancasila mampu

mengantisipasi perkembangan zaman. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat bangsa dan

negara Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sumber nilai yang memiliki sifat

reformatif yang artinya memiliki aspek pelaksanaan yang mampu menyesuaikan dinamika

kehidupan dan mengantisipasi perkembangan zaman serta menata kembali kebijakan-

kebijakan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat, dan nilai-nilai yang bersifat Ketuhanan,

Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.

2. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum

Dalam era reformasi akhir-akhir ini seruan dan tuntutan rakyat terhadap pembaharuan

hukum sudah merupakan suatu keharusan karena proses reformasi yang melakukan

penataan kembali tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan perubahan-perubahan

terhadap peraturan perundang-undangan. Kerusakan subsistem hukum yang terjadi pada

masa orde baru yang sangat menentukan dalam berbagai bidang misalnya politik, ekonomi,

dan bidang lainnya maka bangsa Indonesia ingin melakukan suatu reformasi, menata

kembali kerusakan subsistem yang mengalami kerusakan tersebut.

a. Pancasila sebagai Sumber Nilai Perubahan Hukum

Pancasila merupakan cita-cita hukum, kerangka berpikir, sumber nilai serta sumber arah

penyusunan dan perubahan hukum positif di Indonesia. Pancasila berfungsi sebagai

paradigma hukum terutama dalam kaitannya berbagai macam upaya perubahan hukum,

atau Pancasila harus merupakan paradigma dalam suatu pembaharuan hukum. Agar hukum

berfungsi sebagai pelayanan kebutuhan masyarakat maka hukum harus senantiasa

diperbaharui agar aktual atau sesuai dengan keadaan serta kebutuhan masyarakat yang

dilayaninya dan dalam pembaharuan hukum yang terus menerus tersebut Pancasila harus

tetap sebagai kerangka berpikir, sumber norma dan sumber nilai-nilainya.

Page 10: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Pancasila dapat memenuhi fungsi konstitutif maupun fungsi regulatif. Dengan fungsi

regulatifnya Pancasila menentukan dasar suatu tata hukum yang memberi arti dan makna

bagi hukum itu sendiri sehingga tanpa dasar yang diberikan oleh Pancasila maka hukum

akan kehilangan arti dan maknanya itu sendiri.

Sumber hukum meliputi dua macam pengertian. Pertama, sumber formal hukum, yaitu

sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan hukum. Kedua, sumber

material hukum, yaitu suatu sumber hukum yang menentukan materi atau suatu isi suatu

norma hukum. Pancasila menentukan isi dan bentuk peraturan perundang-undangan

Indonesia yang tersusun secara hierarkis. Selain sumber yang terkandung dalam Pancasila

reformasi dan pembaharuan hukum juga harus bersumber pada kenyataan empiris yang ada

dalam masyarakat terutama dalam wujud aspirasi-aspirasi yang dikehendakinya. Oleh

karena itu, dalam reformasi hukum dewasa ini selain Pancasila sebagai paradigma

pembaharuan hukum yang merupakan sumber norma dan sumber nilai, terdapat unsur

pokook yang justru tidak kalah pentingnya yaitu kenyataan empiris yang ada dalam

masyarakat.

b. Dasar Yuridis Reformasi Hukum

Reformasi hukum harus konsepsional dan konstitusional, sehingga reformasi hukum

memiliki landasan dan tujuan yang jelas. Dalam upaya reformasi hukum dewasa ini telah

banyak dilontarkan beerbagai macam pendapat tentang aspek apa saja yang dapat

dilakukan dalam perubahan hukum di Indonesia, bahkan telah banyak usulan untuk

perlunya amandemen atau kalau perlu perubahan secara menyeluruh terhadap pasal-pasal

UUD 1945. Berdasarkan banyaknya aspirasi yang berkembang cenderung ke arah adanya

amandemen terhadap pasal-pasal UUD 1945 bukannya perubahan secara menyeluruh

namun hendaklah dipahami secara obyektif bahwa bilamana terjadi perubahan seluruh UUD

1945 maka hal itu tidak menyangkut perubahan terhadap pembukaan UUD 1945, karena

pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental. Oleh

karena itu, apabila merubah pembukaan dari UUD 1945 maka sama halnya membubarkan

negara Indonesia. Seluruh perubahan maupun produk hukum di Indonesia haruslah

didasarkan pada pokok-pokok pikiran yang yang tertuang dalam Pancasila yang hakikatnya

merupakan cita-cita hukum dan merupakan esensi dari sila-sila Pancasila.

Dasar yuridis Pancasila sebagai reformasi hukum adalah Tap No.XX/MPRS/1966, yang

menyatakan bahwa Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, yang

Page 11: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

berarti sebagai sumber produk serta proses penegakan hukum yang harus senantiasa

bersumber pada nila-nilai Pancasila dan secara eksplisit dirinci tata urutan Peraturan

Perundang-undangan di Indonesia yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila.

c. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Pelaksanaan Hukum

Dalam suatu negara apapun baiknya suatu peraturan perundang-undangan namun tidak

disertai dengan jaminan pelaksanaan hukum yang baik, niscahya reformasi hukum akan

menjadi sia-sia. Reformasi pada dasarnya untuk mengembalikan hakikat dan fungsi negara

pada tujuan semula yaitu melindungi seluruh bangsa dan seluruh tumpah darah.

Pelaksanaan perundang-undangan harus mendasarkan pada terwujudnya atas jaminan

bahwa dalam suatu negara kekuasaan adalah ditangan rakyat. Pelaksanaan hukum pada

masa reformasi ini harus benar-benar dapat mewujudkan negara demokratis dengan suatu

supremasi hukum. Artinya pelaksanaan hukum harus mampu mewujudkan jaminan atas

terwujudnya keadilan. Jaminan atas terwujudnya keadilan bagi setiap warga negara yang

meliputi seluruh unsur keadilan baik keadilan distributif, keadilan komutatif, serta keadilan

legal. Konsekuensinya dalam pelaksanaan hukum aparat penegak hukum terutama pihak

kejaksaan adalah sebagai ujung tombaknya sehingga harus benar-benar bersih dari praktek

KKN.

3. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

Nilai demokrasi politik sebagaimana terkandung dalam Pancasila sebagai fondasi

bangunan negara yang dikehendaki oleh para pendiri negara kita dalam kenyataannya tidak

dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila. Nilai demokrasi tersebut

secara normatif terjabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 yaitu pasal 1 ayat (2) menyatakan:

“Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis

Permusyawaratan rakyat”.

Pasal 2 ayat (2)menyatakan:

“Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan,

menurut aturan yang telah ditetapkan dengan undang-undang”.

Pasal 5 ayat (1) menyatakan:

“Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat”.

Page 12: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Pasal 6 ayat (2) menyatakan:

“Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan rakyat dengan

suara terbanyak”.

Prinsip-prinsip demokrasi yang terkandung dalam UUD 1945 bilamana kita

kembalikan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila maka kedaulatan tertinggi

negara adalah ditangan rakyat. Rakyat merupakan asal mula kekuatan negara. Oleh karena

itu paradigma ini harus menjadi dasar pijak dalam reformasi politik.

Untuk melakukan reformasi atas sistem politik harus melalui pada reformasi undang-

undang yang mengatur sistem politik tersebut, dengan tetap mendasarkan pada paradigma

nilai-nilai kerakyatan sebagaimana terkandung dalam Pancasila.

Susunan keanggotaan MPR sebagaimana termuat dalam undang-undang politik

No.2/1985 tersebut jelas tidak demokratis dan tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila

bahwa kedaulatan adalah ditangan rakyat sebagai tertuang dalam semangat UUD 1945.

Berdasarkan kenyataan susunan keanggotaan MPR, DPR dam DPRD maka rakyat bertekad

menyusun melakukan reformasi dengan mengubah sistem politik tersebut melalui sidang

istimewa MPR tahun 1998 Undang-undang no.4 Tahun 1999 yang mengatur tentang

susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD.

Perubahan yang telah dilakukan antara lain Pasal 2 ayat (2) yang menyatakan bahwa

jumlah anggota MPR sebanyak 700 orang. Anggota DPR hasil pemilu sebanyak 500 orang.

Utusan daerah sebanyak 135 orang, yaitu 5 orang dari setiap Daerah Tingkat 1. Utusan

golongan sebanyak 65 orang. Kemudian perubahan yang mendasar berikutnya adalah pada

pasal 2 ayat (3) yaitu utusan daerah dipillih oleh DPR, dan sebagaimana diketahui bahwa

DPR adalah merupakan hasil pemilu jadi bersifat demokratis.

Susunan Keanggotaan DPR:

Perubahan atas isi keanggotaan DPR tertuang dalam Undang-undang No.4 Pasal 11

sebagai berikut:

Pasal 4 ayat (2) menyatakan keanggotaan DPR terdiri atas:

a. Anggota partai politik hasil pemilu

b. Anggota ABRI yang diangkat

Pasal 11 ayat (3) menyatakan keanggotaan DPR terdiri atas:

a. Anggota partai politik hasil pemilu sebanyak 462 orang

b. Anggota ABRI yang diangkat sebanyak 38 orang.

Page 13: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Susunan Keanggotaan DPRD Tingkat I:

Reformasi atas Undang–undang politik yang mengatur Susunan Keanggotaan DPRD

Tingkat I, tertuang dalam undang-undang politik No.4 Tahun 1999, sebagai berikut:

Pasal 18 ayat (1) bahwa pengisian anggota DPRD dilakukan melalui pemilu dan pengankatan

Pasal 18 ayat (2) menyatakan bahwa DPRD I terdiri atas:

a. Anggota partai politik hasil pemilihan umum

b. Anggota ABRI yang diangkat

Pasal 18 ayat (3) menyatakan bahwa sejumlah anggota DPRD I ditetapkan sekurang-

kurangnya 45 orang dan sebanyak-banyaknya 100 orang termasuk 10% anggota ABRI yang

diangkat.

Susunan Keanggotaan DPRD II:

Reformasi atas susunan keanggotaan DPRD II tertuang dalam Undang-undang Poitik

No.4 Tahun 1999, sebagai berikut:

Pasal 25 ayat (1) menyatakan pengisian anggota DPRD II dilakukan berdasarkan hasil

Pemilihan Umum dan pengangkatan.

Pasal 25 ayat (2) menyatakan DPRD II terdiri atas:

a. Anggota partai politik hasil pemilihan umum

b. Anggota ABRI yang diangkat

Pasal 25 ayat (3) menyatakan bahwa sejumlah anggota DPRD II ditetapkan sekurang-

kurangnya 20 orang dan sebanyak-banyaknya 45 orang termasuk 10% anggota ABRI yang

diangkat.

Demi terwujudnya supra struktur yang benar-benar demokratis dan spiratif maka

sangat penting untuk dilakukan penataan kembali infra struktur politik, terutama tentang

partai politik. Dalam undang-undang ditentukan bahwa partai politik dan golomgan karya

hanya meliputi tiga macam yaitu, Partai Paersatuan Penbangunan (PPP), Golongan Karya

(Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pada masa orde baru keberadaan infra

struktur tersebut masih diseragamkan dengan asa tunggal Pancasila, sehingga secara politis

kehidupan yang demikian ini akan mematikan proses demokratisasi dalam kehidupan

negara.

Adapun ketentuan yang mengatur tentang partai politik diatur dalam Undang-undang

No.2 Tahun 1999 tentang partai politik yang lebih demokratis dan memberikan kebebasan

serta keleluasaan untuk menyalurkan aspirasinya. Berdasarkan ketentuan UU tersebut

Page 14: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

warga negara diberi kebebasan untuk membentuk partai politik untuk menyalurkan aspirasi

politiknya. Atas ketentuan UU tersebut maka bermunculanlah partai politik di era reformasi

ini yang mencapai 114 partai politik.

Pelaksanaan pemilu juga dilakukan perubahan dan diatur dalam Undang-undang No.3

Tahun 1999 tentang pemilihan umum. Ketentuan Undang-undang No.3 Tahun 1999, Bab III

Pasal 8, dijelaskan bahwa penyelenggara pemilihan umum dilakukan oleh Komisi Pemilihan

Umum (KPU) yang bebas dan mandiri, yang terdiri atas unsur partai-partai politik

pesertapemilihan umum dan unsur pemerintah yang bertanggung jawab kepada Presiden.

Pancasila dan UUD 1945 beserta pembukaan UUD 1945 ditetapkan kehidupan

demokrasi dan kemakmuran dijadikan sebagai kerangka dasar dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Dalam praktek plaksanaannya ternyata berbeda dengan nilai Pancasila serta

semangat dalam UUD 1945. Kondisi yang demikian ini tidak menumbuhkan kehidupan

politik yang demokratis karena penguasa senantiasa memperkokoh kekuasaaannya dengan

berlindung dibalik ideologi Pancasila.

Oleh karena itu reformasi kehidupan politik agar benar-benar demokratis dilakukan

dengan jalan revitalisasi ideologi Pancasila, yaitu dengan mengembalikan pancasila pada

kedudukan serta fungsi yang sebenarnya sebagaimana dikehendaki oleh para pendiri negara

yang tertuang dalam UUD 1945. Reformasi kehidupan pilitik juga dilakukan dengan

meletakkan cita-cita kehidupan kenegaraan dan kebangsaan dalam satu kesatuan waktu

yaitu nilai masa lalu, masa kini dan kehidupan masa yang akan datang.

4. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi

Kebijaksanaan yang selama ini diterapkan hanya mendasarkan pada pertumbuhan

dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan bersama seluruh bangsa, dalam kenyataannya

hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil orang bahkan penguasa. Tidak

terwujudnya pelembagaan proses politik yang demokratis, mengakibatkan hubungan

pribadi merupakan mekanisme utama dalam hubungan sosial, politik, dan ekonomi dalam

suatu negara. Kelemahan atas sistem hubungan kelembagaan demokratis tersebut

memberikan peluang bagi tumbuh berkembangnya hubungan antara penguasa politik

dengan pengusaha, bahkan antara birokrat dengan pengusaha (Sanit, 1999: 85). Terlebih

lagi karena lemahnya sistem kontrol kelembagaan berkembang pula penguasa sekaligus

sebagai pengusaha, yang didasarkan atas birokrasi dan wibawa keluarga pengusaha.

Page 15: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Kondisi yang demikian ini jelas tidak mendasarkan atas nilai-nilai pancasila yang

meletakkan kemakmuran pada paradigma demi kesejahteraan seluruh bangsa. Bangsa

sebagai unsur pokok serta subyek dalam Negara yang merupakan penjelmaan sifat kodrat

manusia individu makhluk sosial, adalah adalah sebagai satu keluarga bangsa. Oleh karena

itu perubahan dan pengembangan ekonomi harus diletakkan pada peningkatan harkat

martabat serta kesejahteraan seluruh bangsa sebagai satu keluarga. Sistem ekonomi yang

berbasis pada kesejahteraan rakyat menurut Moh. Hatta, adalah merupakan pilar (soko

guru) ekonomi Indonesia.

Sistem ekonomi Indonesia pada masa orde baru bersifat “birokratik otoritarian” yang

ditandai dengan pemusatan kekuasaan dan partisipasi dalam membuat keputusan-

keputusan nasional hampir sepenuhnya berada ditangan penguasa bekerja sama dengan

kelompok militer dan kaum teknokrat. Adapun kelompok pengusaha oligopostik didukung

oleh pemerintah bekerja sama dengan masyarakat bisnis internasional, dan terlebih lagi

kuatnya pengaruh otoritas kekuasaan keluarga pejabat Negara termasuk presiden (William

Liddle, 1995: 74).

Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan yanga hanya mendasarkan pada

pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan barsama seluruh bangsa, dalam

kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil orang bahkan pengusaha.

Pada era ekonomi global dewasa ini dalam kenyataannya tidak mampu bertahan. krisis

ekomoni yang terjadi di dunia dan melanda Indonesia mengakibatkan ekonomi Indonesia

terpuruk, sehingga kepailitan yang diderita oleh para pengusaha harus ditanggung oleh

rakyat.

Dalam kenyataannya sektor ekonomi yang justru mampu bertahan pada masa krisis

dewasa ini adalah ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang berbasis pada usaha rakyat.

Oleh karena itu, rekapitalisasi pengusaha pada masa krisi dewasa ini sama halnya dengan

rakyat banyak membantu pengusaha yang sedang terpuruk.

Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi yang berbasis

pada ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai-nilai pancasila yang mengutamakan

kesejahteraan seluruh bangsa adalah sebagai berikut:

a. Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan, yaitu dilakukan dengan “social safety

net” yang dipopulerkan dengan program jaringan pengaman sosial (JPS). Sementara untuk

mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah, maka pemerintah harus secara

Page 16: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

konsisten menghapuskan KKN, serta mengadili bagi oknum pemerintah masa orde baru

yang melakukan pelanggaran. Hal ini akan memberikan kepercayaan dan usaha.

b. Program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi. Upaya ini dilakukan dengan menciptakan

kondisi kepastian usaha, yaitu dengan diwujudkannya perlindungan hukum serta undang-

undang persaingan yang sehat. Untuk itu pembenahan dan penyehatan dalam sektor

perbankan menjadi prioritas utama, karena perbankan merupakan jantung perekonomian.

c. Transformasi struktur, yaitu guna memperkuat ekonomi rakyat maka perlu diciptakan

sistem untuk mendorong percepatan perubahan struktural (structural transformation).

Transformasi struktural ini meliputi proses perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi

modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi yang tangguh, dari ekonomi sistem ke ekonomi

pasar, dari ketergantungan kepada kemandirian, dari orientasi dalam negeri ke orientasi

ekspor (Nopirin, 1999:4) dengan sendirinya interviensi birokrat pemerintahan yang ikut

dalam proses ekonomi melalui monopoli demi kepentingan pribadi harus segera diakhiri.

Dengan sistem ekonomi yang mendasarkan nilai pada upaya terwujudnya kesejahteraan

seluruh bangsa maka peningkatan kesejahteraan akan dirasakan oleh sebagian besar rakyat,

sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi.

Tidak hanya itu, agar terwujudnya kesejahteraan seluruh bangsa maka pemerintah juga

memberikan kebijakan ekonomi seperti:

a. Kebijakan ekonomi makro

Kebijaksanaan ekonomi makro yang telah dilaksanakan pemerintah dalam upaya

menekan laju inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap valuta asing adalah

melalui kebijaksanaan moneter yang ketat disertai anggaran berimbang, dengan membatasi

devisa anggaran sampai pada tingkat yang dapat diimbangi dengan tambahan dana dari luar

negeri. Kebijaksanaan moneter yang ketat dengan tingkat bunga yang tinggi selain

dimaksudkan untuk menekan laju inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap valuta

asing, dengan menahan naiknya permintaan anggaran, juga untuk mendorong masyarakat

meningkatkan tabungan di sektor perbankan. Meskipun demikian pemerintah menyadari

sepenuhnya bahwa tingkat bunga tinggi dapat menjadi salah satu faktor terpenting yang

akan berdampak negatif terhadap kegiatan ekonomi atau bersifat kontraktif terhadap

perkembangan PDB. Oleh karena itu tingkat bunga yang tinggi tidak akan selamanya

dipertahankan, tetapi secara bertahap akan diturunkan pada tingkat yang wajar seiring

dengan menurunnya laju inflasi.

Page 17: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

b. Kebijakan ekonomi mikro

Kebijaksanaan ekonomi mikro yang ditempuh pemerintah, ditujukan, antara lain:

1. Untuk mengurangi dampak negatif dari krisis ekonomi terhadap kelompok penduduk

berpendapatan rendah dikembangkannya jaring pengaman sosial yang meliputi program

penyediaan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, mempertahankan tingkat

pelayanan pendidikan dan kesehatan pada tingkat sebelum krisis serta penanganan

pengangguran dalam upaya mempertahankan daya beli kelompok masyarakat

berpendapatan rendah.

2. Menyehatkan sistem perbankan dan memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap

keberadaan lembaga perbankan.

3. Merestrukturisasi hutang luar negeri. mereformasi struktural di sektor riil, agar

perekonomian, terutama sektor riil dapat berkembang lebih efisien, pemerintah

melancarkan berbagai program reformasi struktural. Reformasi struktural di sektor riil

mencakup:

a. Penghapusan berbagai praktek monopoli,

b. Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang, termasuk bidang perdagangan dalam dan

luar negeri dan bidang investasi,

c. Privatisasi BUMN. Meskipun perekonomian nasional sebelum krisis ekonomi mengalami

pertumbuhan yang cukup tinggi, tetapi ternyata terdapat kelemahan-kelemahan, antara

lain, adanya praktek-praktek monopoli di berbagai bidang usaha. Dengan praktek-praktek

monopoli telah terjadi konsentrasi kekuatan pasar hanya pada satu atau beberapa pelaku

usaha, sehingga kegiatan produksi, distribusi menjadi tidak efisien dan secara lebih luas

daya saing perekonomian nasional menjadi lemah.

d. Mendorong ekspor. permintaan dalam negeri yang menurun, maka wahana untuk

memulihkan kembali perekonomian Indonesia adalah melalui promosi ekspor. Tambahan

pula dengan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi tinggi dewasa ini, Indonesia makin

memiliki daya saing dalam barang ekspor yang padat karya dan padat kekayaan alam.

Namun peningkatan ekspor dewasa ini dihadapkan kepada beberapa kendala, yakni

keengganan pihak luar negeri membeli barang Indonesia, ketiadaan bahan baku, serta hal-

hal yang berhubungan dengan pelaksanaan ekspor, seperti misalnya operasi pelabuhan,

kecepatan kerja, bea dan cukai, dan administrasi perpajakan.

Page 18: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Pancasila adalah filsafat Negara Indonesia yang memiliki 5 sila yang merupakan

acuan dan pegangan hidup bangsa Indonesia. Reformasi memiliki makna, yaitu suatu

gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang

menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai

ideal yang dicita-citakan rakyat.

Reformasi yang dilakukan bangsa Indonesia tidak akan menghancurkan nilai-nilai

Pancasila itu sendiri. Bahkan pada hakikatnya reformasi adalah mengembalikan tatanan

kenegaraan ke arah yang sumber nilai yang merupakan sebuah panggung kehidupan

bersama bangsa Indonesia, yang selama ini diselewengkan demi kekuasaan sekelompok

orang, baik pada masa orde lama maupun masa orde baru.

B. Saran

Pendidikan Pancasila penting diberikan kepada siswa, karena siswa dapat memahami

dan menginternalisasi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan menerapkannya untuk

mewujudkan persatuan bangsa dan negara. Siswa dapat menganalisis keterkaitan Pancasila

sebagai paradigma reformasi.

Page 19: 169632230 Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Jogyakarta: Paradigma, Edisi Reformasi.

Komalasari, Kokom. 2007. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Lentera Cendekia.

“Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi” http://exalute.wordpress.com/2008/07/24/pancasila-

sebagai-paradigma-pembangunan/. 20 Maret 2012. 07:08.

Syarbani, Syahrial. 2004. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia Indonesia