Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

24
MAKALAH PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN NASIONAL Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Pancasula Dosen Pengampu: Drs. Utoyo, M.Pd Disusun oleh: Kelas 2E Izdihar Yasmin Aulia (1401413) Ganeswari Arumpoko (1401413) Hadi Pujiana (1401413) Fajar Mentari (1401413496) PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR i

Transcript of Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

Page 1: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

PEMBANGUNAN NASIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah

Pendidikan Pancasula

Dosen Pengampu:

Drs. Utoyo, M.Pd

Disusun oleh:

Kelas 2E

Izdihar Yasmin Aulia (1401413)

Ganeswari Arumpoko (1401413)

Hadi Pujiana (1401413)

Fajar Mentari (1401413496)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

i

Page 2: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun

makalah ini tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas

mengenai “Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional”.

Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis

alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga

penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini

mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, sehingga penulis dapat

membuat makalah ini dengan baik.

2. Bapak Drs. Utoyo, M.Pd selaku Dosen pembimbing Pendidikan Pancasila

yang telah memberi tugas makalah ini.

3. Ibu dan Ayah, atas semua doa dan bantuan finansial untuk menyelesaikan

makalah ini.

4. Teman-teman Kelas 2E yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi

penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini

semata-mata karena keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu,

sangatlah penyusun harapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari

semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang

akan datang.

Tegal, 28 Maret 2014

Penulis

ii

Page 3: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ..............................................................1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan ..........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pancasila dan Paradigma......................................................3

2.2. Pancasila sebagai Paradigma Poleksosbudhankam................................3

2.3. Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Beragama .............................7

2.4. Pancasila sebagai Paradigma IPTEK .....................................................8

2.5. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi .............................................10

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ..........................................................................................12

3.2. Saran .....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13

iii

Page 4: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu

pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan

istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu

paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa

yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam

merumuskan apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana

seharusnya dalam menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus

dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut.Suatu paradigma mengandung sudut

pandang, kerangka acuan yang harus dijalankan oleh ilmuwan yang mengikuti

paradigma tersebut.

Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu,

seorang ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu

pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang

ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan

ekonomi. Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka

pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan

tujuan.

Istilah paradigma makin lama makin  berkembang dan biasa dipergunakan

dalam berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan. Misalnya politik, hokum,

ekonomi, budaya. Dalam kehidupan sehari-hari, paradigma berkembang menjadi

terminology yang mengandung pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi

dasar, sumber asas, tolak ukur, parameter, serta arah dan tujuan dari suatu

perkembangan, perubahan, dan proses dalam bidang tertentu, termasuk dalam

pembangunan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut:

1. Apa pengertian Pancasila dan Paradigma?

2. Bagaimana hubungan Pancasila sebagai paradigma pembangunan

Poleksosbudhankam?

1

Page 5: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

3. Bagaimana hubungan Pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan

beragama?

4. Bagaimana hubungan Pancasila sebagai paradigm pengembangan Ipteks?

5. Bagaimana hubungan Pancasila sebagai paradigm reformasi?

1.3. Tujuan Penulisan

Penulis membuat makalah dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui pengertian Pancasila dan Paradigma.

2. Untuk mengetahui hubungan Pancasila sebagai paradigma pembangunan

Poleksosbudhankam.

3. Untuk mengetahui hubungan Pancasila sebagai paradigma pengembangan

kehidupan beragama.

4. Untuk mengetahui hubungan Pancasila sebagai paradigm pengembangan Ipteks.

5. Untuk mengetahui hubungan Pancasila sebagai paradigma reformasi.

2

Page 6: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pancasila dan Paradigma

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari

dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.

Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara

bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,

kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule

(Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu

pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan

istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu

paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa

yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para ilmuwan dalam

merumuskan apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana

seharusnya dalam menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus

dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut. Suatu paradigma mengandung

sudut pandang, kerangka acuan yang harus dijalankan oleh ilmuwan yang mengikuti

paradigma tersebut.

2.2. Pancasila sebagai paradigma pembangunan Poleksosbudhankam

Pancasila sebagai paradigma pembangunan Politik dan Hukum

Indonesia adalah Negara hukum ini berarti hukum merupakan sarana utama

untuk mengatur kehidupannya. Hukum dalam hal ini harus diartikan dalam

pengertian yang luas.  Dalam konteks Indonesia sebagai Negara hukum, hukum harus

dijadikan sebagai saringan yang harus dilalui oleh konsep apapun yang akan

diterapkan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Akan tetapi diakui

bahwa tidak semua hal dapat dicapai melalui saluran hukum formal, sekalipun

hukum formal adalah yang idealnya. Dalam hal ini terjadi proses interaksi saling

tarik menarik dan pengaruh mempengaruhi yang intensif antara hukum dan berbagai

proses yang berlangsung dalam masyarakat.

3

Page 7: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

Dalam Politik Hukum nasional ditegaskan bahwa sasaran pembangunan

hukum adalah terbentuk dan berfungsinya sistem hukum nasional yang mantap

bersumberkan Pancasila dan UUD 1945, dengan memperhatikan kemajemukan

tatanan hukum yang berlaku, yang mampu menjamin kepastian, ketertiban,

penegakan dan perlindungan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran serta

mampu mengamankan dan mendukung pembangunan nasional, yang didukung oleh

aparat hukum, sarana dan prasarana yang memadai serta masyarakat yang sadar dan

taat hukum. Dengan demikian terlihat bahwa pembangunan hukum merupakan

bagian integral dari pembangunan nasional secara keseluruhan.

Bagi Indonesia dalam melakukan pembangunan diperlukan suatu perencanaan

pembangunan, dan perencanaan pembangunan itu perlu memanfaatkan hukum

karena:

Hukum merupakan hasil penjelajahan ide dan pengalaman manusia dalam

mengatur hidupnya.

Hakekat pengadaan dan keberadaan hukum hukum dalam masyarakat;

Fungsi mengatur yang telah didukung oleh potensi dasar yang terkandung dalam

hukum yang melampaui fungsi mengatur, yaitu sebagai pemberi kepastian,

pengaman, pelindung, dan penyeimbang yang sifatnya dapat tidak sekedar adaptif

dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif;

Dalam isu pembangunan global itu hukum telah dipercaya unuk mengemban

misinya yang paling baru yaitu sebagai sarana perubahan sosial atau sarana

pembangunan.

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya

        Pembangunan bidang sosial budaya harus dilaksanakan atas dasar

kepentingan nasional yaitu terwujudnya kehidupan masyarakat yang demokratis,

aman, tentram, dan damai. Pertimbangan ini menjadi sangat strategis manakala kita

dihadapkan pada kenyataan bahwa masyarakat Indonesia memiliki kepentingan yang

beragam sesuai dengan kemajemukan etnis, agama, ras, dan sistem nilai yang

tercakup dalam kebudayaannya.

Pemikiran tersebut bukan berarti bahwa bangsa Indonesia harus steril dari

pengaruh budaya asing. Artinya, pengaruh budaya asing harus diterima apabila

diperlukan dalam membangun masyarakat Indonesia yang modern. Namun, perlu

diingat bahwa masyarakat modern bukan berarti masyarakat yang berbudaya barat,

melainkan masyarakat yang tetap berpijak pada akar budayanya. Nilai-nilai

kehidupan yang telah lama hidup dalam masyarakat Indonesia dan dianggap masih

relevan dengan kebutuhan masyarakat modern harus tetap dipelihara dan

4

Page 8: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

dikembangkan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakatnya. Dengan

kata lain, nilai-nilai kehidupan yang telah mengakar harus menjadi dasar dan

paradigma pembangunan sosial budaya.

Bardasarkan pemikiran diatas maka tidak berlebihan apabila Pancasila

merupakan satu-satunya paradigma pembangunan bidang sosial budaya. Hal ini

merupakan konsekuensi logis dari kesepakatan bangsa Indonesia bahwa Pancasila

merupakan kristalisasi nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia. Baik buruknya

perencanaan, proses dan hasil pembangunan bidang sosial budaya harus diukur

dengan Pancasila. Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa penggunaan

Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial budaya bukan satu-satunya

jaminan akan tercapai keberhasilan secara optimal. Banyak faktor yang dapat

mempengaruhi keberhasilan, seperti keyakinan bangsa Indonesia terhadap nilai-nilai

Pancasila, konsekuen tidaknya bangsa Indonesia melaksanakan pancasila, pengaruh

nilai-nilai asing yang terus masuk seiring dengan proses globalisasi.

Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan dan

kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka dihargai dan

diterima sebagai warga bangsa. Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak

menciptakan kesenjangan,kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.

Paradigma –barudalam pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan

berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan

dengan menghormati hak budaya.

Hak budaya komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah

komuniti-komuniti yang terlibat, di samping hak negara untuk mengatur kehidupan

berbangsa dan hak asasi individu secara berimbang (Sila antara hak negara dan hak

asasi individu. Paradigma ini dapat mengatasi sistem perencanaan yang sentralistik

dan yang mengabaikan kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan

Indonesia. Dengan demikian, era otonomi daerah tidak akan mengarah pada otonomi

suku bangsa tetapi justru akan memadukan pembangunan lokal/daerah dengan

pembangunan regional dan pembangunan nasional (Sila Keempat), sehingga ia akan

menjamin keseimbangan dan kemerataan (Sila Kelima) dalam rangka memperkuat

persatuan dan kesatuan bangsa yang akan sanggup menegakan kedaulatan dan

keutuhan wilayah NKRI (Sila Ketiga).

Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria

sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka acuan bersama, bagi

kebudayaan - kebudayaan di daerah:

5

Page 9: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

1. Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun golongan sosial dan

komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa;

2. Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap

warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan,

kedaerahan, maupun golongannya;

3. Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat

majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa

yang berdaulat;

4. Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan

masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui

musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang

mendahulukan kepentingan perorangan;

5. Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang

membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutserta

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,

dan keadilan sosial.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan Hankam

Salah satu tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia adalah “

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Untuk

itu, pemerintah berkewajiban membangun sistem pertahanan dan keamanan yang

mampu mewujudkan tujuan atau cita-cita tersebut. Namun, para pendiri negara

menyadari bahwa tugas tersebut bukan pekerjaan yang ringan. Oleh karena itu, tugas

ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau sekelompok orang saja,

melainkan menjadi tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia.

Atas pemikiran tersebut, pemerintah menyusun dan memperkenalkan sistem

“pertahanan dan keamanan rakyat semesta” (hankamrata). Sistem ini pada dasarnya

sesuai dengan nilai nilai Pancasila, dimana pemerintah dan rakyat (baik perseorangan

maupun kelompok) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam usaha bela negara.

Pancasila juga menganjurkan agar bangsa Indonesia dapat hidup berdampingan

secara damai : saling membantu, menolong, menjaga perasaan orang atau kelompok

lain, mengembangkan sikap saling menghargai dan menghormati sehingga terbentuk

kebersamaan dalam kesatuan dan persatuan. Pengembangan Hankam negara tetap

bertumpu dan berpegang pada pendekatan historis Sishankamrata. Sishankamrata

yang kita anut selama ini adalah sistem pertahanan dan keamanan negara yuang

6

Page 10: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

hakikatnya adalah perlawanan rakyat semesta. Dalam arti bahwa kemampuan

penangkalan yang diwujudkan oleh sistem ini, sepenuhnya disandarkan kepada

partisipasi, semangat dan tekat rakyat yang diwujudkan dengan kemampuan bela

negara yang dapat diandalkan. Kesemestaan harus dibina sehingga seluruh

kemampuan nasional dimungkinkan untuk dilibatkan guna menanggulangi setiap

bentuk ancaman, baik yang datang dari dalam maupun luar negeri. .

Seluruh wilayah merupakan tumpuan perlawanan dan segenap lingkungan

harus dapat didayagunakan untuk mendukung setiap bentuk dan kesemestaan,

memang menuntut pemanduan upaya lintas sektoral serta pemahaman dari semua

pihak, baik yang berada di suprastruktur politik maupun di infrastruktur politik.

Corak perlawanan rakyat semesta tersebut dengan sendirinya merupakan kebutuhan,

baik konteks kesiapan menghadapi kontinjensi sosial yang setiap saat bisa terjadi,

maupun menghadapi kontijensi bidang hankam. Disamping itu TNI juga mendapat

embanan tugas bantuan yang meliputi : Pertama, membantu penyelenggaraan

kegiatan kemanusiaan. Kedua, memberikan bantuan kepada kepolisian atas

permintaan. Ketiga, membantu tugas pemeliharaan perdamaian dunia.

Meskipun MPR telah dapat menetapkan peran TNI, maka masih diperlukan

payung hukum yang menjadi dasar dari perubahan fungsi dan organisasi.

Sebagaimana diketahui Tap MPR merupakan aturan dasar yang melalui undang-

undang dapat berwujud Verbindliche Rechtsnormen yang disertai paksaan dan

hukuman. Tingkat pertama undang-undang merupakan tempat selain untuk merinci

aturan dasar yang terdapat dapam Tap MPR, juga untuk menjadikan aturan dasar itu

mempunyai kekuatan memaksa hukum bagi pelanggar-pelanggarnya.

2.3. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama

Tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa Indonesia mengalami adanya suatu

kemunduran, yaitu kehidupan beragama yang tidak berkemanusiaan. hal ini dapat

kita lihat adanya suatu kenyataan banyak terjadinya konflik sosial pada masalah-

masalah SARA, terutama pada masalah agama, sebagai contoh tragedi di Ambon,

Poso, Medan, Mataram, Kupang, dan masih banyak lagi daerah yang lain yang

terlihat semakin melemahnya toleransi dalam kehidupan beragama sehingga

menyimpang dari asas kemanusiaan yang adil dan beradab.Pancasila telah

memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi umat bangsa untuk dapat hidup

secara damai dalam kehidupan beragama di negara Indonesia tercinta ini. Sebagai

makhluk Tuhan YME manusia wajib untuk beribadah kepada Tuhan YME

dimanapun mereka hidup. Akan tetapi Tuhan menghendaki kehidupan manusia yang

penuh kedamaian dengan hidup berdampingan, saling menghormati, meskipun

7

Page 11: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

Tuhan menciptakan adanya perbedaan, berbangsa-bangsa, bergolong-golong,

berkelompok, baik sosial, politik, budaya maupun etnis tidak lain untuk kehidupan

yang damai berdasar pada kemanusiaan.Dalam Pokok Pikiran IV, negara

menegaskan bahwa, Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa atas dasar

kemanusiaan yang adil dan beradab, hal ini berarti bahwa kehidupan dalam negara

berdasar pada nilai-nilai ketuhanan, dengan memberikan kebebasan atas kehidupan

beragama atau dengan menjamin atas demokrasi dibidang agama. Setiap agama

memiliki dasar-dasar ajaran yang sesuai dengan keyakinan masing-masing dengan

mendasarkan pergaulan kehidupan dalam beragama atas nilai-nilai kemanusiaan

yang beradab dan berdasar bahwa pemeluk agama adalah bagian dari umat manusia

di dunia. Maka sudah seharusnya negara Indonesia mengembangkan kehidupan

beragama ke arah terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling

menghargai berdasar pada nilai kemanusiaan yang beradab.

2.4. Pancasila sebagai Paradigma Perkembangan IPTEK

Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru

bersifat reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasilan mampu

menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK) yaitu dengan tetap memperhatikan dinamika aspirasi masyarakat.

Kemampuan ini sesungguhnya tidak berarti Pancasila itu dapat mengubah nilai-nilai

dasar yang terkandung, tetapi lebih menekan pada kemampuan dalam

mengartikulasikan suatu nilai menjadi aktivitas nyata dalam pemecahan masalah

yang terjadi (inovasi teknologi canggih). Kekuatan suatu ideologi itu tergantung pada

kualitas dan dimensi yang ada pada ideologi itu sendiri (Alfian, 1992)(dalam

internet). Ada beberapa dimensi penting sebuah ideologi, yaitu:

a. Dimensi Reality.

Yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut secara riil

berakar dalam hidup masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar

tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya.

b. Dimensi Idealisme.

Yaitu nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi

harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik

kehidupan bersama dengan berbagai dimensinya.

c. Dimensi Fleksibility.

Maksudnya dimensi pengembangan Ideologi tersebut memiliki kekuasaan

yang memungkinkan dan merangsang perkembangan pemikiran-pemikiran baru yang

8

Page 12: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan atau mengingkari

hakikat atau jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada hakekatnya merupakan hasil

kreatifitas rohani (jiwa) manusia. Atas dasar kreatifitas akalnya, manusia

mengembangkan IPTEK untuk mengolah kekayaan alam yang diciptakan Tuhan

YME.

Tujuan dari IPTEK ialah untuk mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan

harkat dan martabat manusia, maka IPTEK pada hakekatnya tidak bebas nilai, namun

terikat nilai – nilai. Pancasila telah memberikan dasar nilai – nilai dalam

pengembangan IPTEK, yaitu didasarkan moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil

dan beradab.

Dengan memasuki kawasan IPTEK yang diletakan diatas Pancasila sebagai

paradigmanya, perlu dipahami dasar dan arah peranannya, yaitu :

a. Aspek ontology

Bahwa hakekat IPTEK merupakan aktivitas manusia yang tidak mengenal

titik henti dalam upayanya untuk mencari dan menentukan kebenaran dan kenyataan.

Ilmu Pengetahuan harus dipandang secara utuh, dalam dimensinya sebagai :

1. Sebagai masyarakat, menunjukkan adanya suatu academic community yang dalam

hidup keseharian para warganya untuk terus menggali dan mengembangkan ilmu

pengetahuan.

2. Sebagai proses, menggambarkan suatu aktivitas masyarakat ilmiah yang melalui

abstraksi, spekulasi, imajinasi, refleksi, observasi, eksperimentasi, komparasi dan

eksplorasi mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan.

3. Sebagai produk, adalah hasil yang diperoleh melalui proses, yang berwujud karya

– karya ilmiah beserta implikasinya yang berwujud fisik ataupun non-fisik.

b. Aspek Epistemologi, bahwa pancasila dengan nilai–nilai yang terkandung

didalamnya dijadikan metode berpikir.

c. Aspek Askiologi, dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung didalam

pancasila sebagai metode berpikir, maka kemanfaatan dan efek pengembangan ilmu

pengetahuan secara negatif tidak bertentangan dengan ideal dari pancasila dan secara

positif mendukung atau mewujudkan nilai-nilai ideal pancasila.

Sila-sila pancasila yang harus menjadi sistem etika dalam pengembangan

IPTEK:

Sila ketuhanan yang mahaesa mengkomplementasikan ilmu pengetahuan

mencipta, keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal dan kehendak.

Berdasarkan sila ini IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan dibuktikan

9

Page 13: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksud dan akibatnya apakah merugikan

manusia disekitarnya atau tidak. Pengolahan diimbangi dengan melestarikan.

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas

bahwa manusia dalam mengembangkan IPTEK harus bersikap beradab karena

IPTEK adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral. Oleh

karena itu, pengembangan Iptek harus didasarkan pada hakikat tujuan demi

kesejahteraan umat manusia. Iptek bukan untuk kesombongan dan keserakahan

manusia. Namun, harus diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia.

Sila persatuan Indonesia mengkomplementasiakan universalitas dan

internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan IPTEK

hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran  bangsa serta

keluhuran bangsa sebagai bagian umat manusia di dunia.

Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis,

artinya setip ilmuan harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK juga

harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan juga memiliki sikap

yang terbuka untuk dikritik dikaji ulang maupun di bandingkan dengan penemuan

lainnya.

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengkomplementasikan

pengembangan IPTEK haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan

kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannnya dengan dirinya

senndiri maupun dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, manusia dengan

masyarakat bangsa dan negara, serta manusia dengan alam lingkungannya.

2.5. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi

Reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation. Secara harfiah

reformasi memiliki makna suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau

menata kembali hal – hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau

bentuk semula sesuai dengan nilai – nilai idel yang diciptakan rakyat .

Gerakan reformasi biasanya dilandasi oleh nilai – nilai dasar yang terkandung

dalam ideologi nasional. Berkaitan dengan hal tersebut, gerakan reformasi yang

sedang dijalankan di Indonesia tentu saja tidak boleh menyimpang dari nilai – nilai

fundamental negara yang terkandung dalam pancasila.

Dengan kata lain, gerakan reformasi di Indonesia harus tetap diletakkan

dalam kerangka perspektif pancasila sebagai landasan dan cita – cita Ideologi. Hal ini

dikarenakan, tanpa ada suatu dasar nilai yang jelas, maka suatu gerakan reformasi

akan mengarah pada suatu disintegrasi, anarkisme, brutalisme, serta pada akhirnya

10

Page 14: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

menuju kehancuran bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu, gerakan reformasi

yang berlangsung di Indonesia harus merupakan gerakan reformasi yang

berperspektif pancasila, yaitu:

o Reformasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa.

o Reformasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradap.

o Semangat reformasi harus berdasarkan pada nilai persatuan.

o Semangat dan jiwa reformasi harus berakar pada asas kerakyatan.

o Visi dasar gerakan reformasi harus jelas.

11

Page 15: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang

menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin

lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang

lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.

Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila

bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana

tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu,

pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat

manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial

budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat

anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan beradab.

            Keanekaragaman suku, adat-istiadat, dan agama serta berada pada ribuan

pulau yang berbeda sumber kekayaan alamnya, memungkinkan untuk terjadi

keanekaragaman kehendak dalam kehidupan bermasyarakat, karena tumbuhnya sikap

premordalisme sempit, yang akhirnya dapat terjadi konflik yang negative, oleh

karena itu dalam kehidupan dilingkungan bermasyarakat dibutuhkan alat perekat

antar masyarakat dengan adanya kesamaan cara pandang tentang misi dan visi yang

ada di lingkungan masyarakat. Dengan adanya Pancasila dapat dijadikan sebagai

suatu elemen mampu menahan emosi dari banyaknya perbedaaan kebudayaan di

lingkungan masyarakat. Agar dapat mewujudkan kehidupan yang demokratis, aman,

tentram, nyaman, dan adil di lingkungan masyarakat.

3.2. Saran

            Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui

bahwa pancasila sangat penting bagi kehidupan kita dan agar pembaca dapat

melaksanakan atau bisa menerapkan pancasila di masyarakat. Selain dari pada itu,

penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena kami masih dalam proses

pembelajaran. Dan yang kami harapkan dengan adanya makalah ini, dapat menjadi

wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat

maupun tersurat.

12

Page 16: Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

DAFTAR PUSTAKA

Sugito AT dkk. 2000. Pendidikan Pancasila. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sunarto, dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.Semarang:

Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang.

Soegito, dkk. 2012. Pendidikan Pancasila. Semarang: Pusat Pengembangan  

MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang.

http://mettasetiani.blogspot.com/2013/03/pancasila-sebagai-paradigma_5047.html

(diakses tanggal 1 April 2013 jam 20.13 WIB)

- See more at: http://pitikuye.blogspot.com/2013/07/pancasila-sebagai-paradigma-

pembangunan.html#sthash.nnFhKr7G.dpuf

13