MAKALAH PATOLOGI

15

Click here to load reader

Transcript of MAKALAH PATOLOGI

Page 1: MAKALAH PATOLOGI

NAMA

NURCHOLISH MAJID

RISMA RISMIANTI

TEGUH NURMANSYAH

RESTI PEBRIAWATI

MAKALAH

KONSEP PERDARAHAN DAN PEMBUKAAN DARAH

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

PATOLOGI

DOSEN : ADY WALUYA, S.Kep.,Ners.

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMIJalan R. Syamsudin, SH. Nomor 50 Sukabumi Telp. (0266) 218345 fax (0266)

218342

NIM

055111211027

055111211

0551112110

0551112110

Page 2: MAKALAH PATOLOGI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang

Hemostasis dan pembekuan darah adalah serangkaian komplek reaksi yang

mengakibatkan pengendalian perdarahan melalui pembentukan bekuan trombosit dan fibrin

pada tempat cedera. Pembekuan disusul oleh resolisi atau lisis bekuan dan regenerasi endotel.

Pada keadaan hoemostatis , hemostatis dan pembekuan melindungi indifidu dari perdarahan

massif sekunder akibat trauma. Dalam keadaan abnormal, dapat terjadi perdarahan atau

trombosit dan penyumbatan cabang-cabang vascular, yang dapat mengganggu system tubuh

lain nya.

Pada kelainan tertentu pembentukan pembekuan darah terhambat hal ini aapatv

dipengaruhi berbagai hal. Sehingga menyebabkan klien mengalami perdarahan secara terus

menerus sehingga kekurangan volume plasma darah sehingga klien dapat mengalami shock

hipovolemik. Berbagai komplikasi dapat terjadi karena terganggunya pembentukan darah,

pasien dapat mengalami sianosi, karena terganggunya perfusi jaringan.

Dalam makalah ini penulis membahas tentang konsep teori tentang disfungsi perdarahan

dan pembekuan serta asuhan keperawatannya.

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu

sebagai berikut :

         1.   Apa Pengertian dari Perdarahan dan pembekuan darah?

         2.   Apa Etiologi dari Perdarahan dan pembekuan darah?

          3.   Bagaimanakah patofisiologis pada Perdarahan dan pembekuan darah?

         4.   Apa saja manifestasi dari Perdarahan dan pembekuan darah?

         5.   Bagaimankah penatalaksanaan nya ?

         6.   Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan konsep perdarahan dan

pembekuan darah?

Page 3: MAKALAH PATOLOGI

1.3    Tujuan

1. 1. Memberikan pengetahuan tentang Konsep perdarahan dan pembekuan darah

2. 2. Memberikan pengetahuan tentang pembekuan darah

3. 3. Penaganan dalam kehidupan sehari - hari

BAB II

KONSEP DASAR TEORI

2.1        Pengertian

Definisi pendarahan

Pendarahan/bleeding, secara teknis dikenal sebagai haemorrhaging atau

haemorrhaging yang adalah berarti kehilangan darah atau keluarnya darah dari sistem

sirkulasi karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan

oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.

Pendarahan umumnya dapat menjadi berbahaya, atau bahkan fatal ketika sampai

menyebabkan hipovolemia (volume darah rendah) atau hipotensi (tekanan darah

rendah). Dalam keadaan ini, berbagai mekanisme ikut bermain untuk menjaga tubuh

homeostasis.

Penyakit tertentu atau kondisi medis tertentu, seperti haemophilia dan kekurangan

jumlah platelet (trombositopenia), dapat meningkatkan resiko pendarahan atau

memungkinkan sebaliknya saat berdarah kecil dapat mengganggu kesehatan atau bahkan

mengancam nyawa. Obat – obatan antikoagulan seperti warfarin bisa meniru efek dari

hemofilia, mencegah pembekuan dan memungkinkan aliran darah bebas.

Jenis-Jenis Pendarahan

Berdasarkan letak keluarnya darah, pendarahan dibagi menjadi 2 macam, yaitu

pendarahan terbuka dan pendarahan tertutup. Pada pendarahan terbuka, darah keluar dari

dalam tubuh. Tekanan dan warna darah pada saat keluar tergantung dari jenis pembuluh darah

yang rusak. Jika yang rusak adalah pembuluh arteri (pembuluh nadi), maka darah memancar

dan berwarna merah terang. Jika yang rusak adalah pembuluh vena (pembuluh balik), maka

darah mengalir dan berwarna merah tua. Jika yang rusak adalah pembuluh kapiler maka

darah merembes seperti titik embun dan berwarna merah terang.

Page 4: MAKALAH PATOLOGI

Pada pendarahan tertutup, darah keluar dari pembuluh darah dan mengisi daerah

disekitarnya, terutama dalam jaringan otot. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dengan adanya

memar pada korban. Bentuk lain dari pendarahan tertutup adalah pendarahan dalam. Pada

pendarahan dalam, darah yang keluar dari pembuluh darah mengisi rongga dalam tubuh,

seperti rongga dalam perut. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dari tanda-tanda pada korban,

seperti setelah cidera korban mengalami syok, tapi tidak ada tanda-tanda pendarahan, tempat

cidera mungkin terlihat memar yang terpola, lubang tubuh mungkin mengeluarkan darah.

Berdasarkan letak terjadinya pendarahan dibagi menjadi 3 tempat

Pendarahan pada pembuluh kapiler

Kapiler adalah pembuluh darah terkecil di dalam tubuh manusia; bentuknya setipis

rambut di kepala. Ketika terjadi goresan kecil atau memotong beberapa kapiler,

perdarahan hampir selalu sangat lambat dan kecil dalam kuantitas. Tubuh langsung

mengalami mekanisme pembekuan yang mampu menghentikan sebagian besar

kasus pendarahan kapiler dalam beberapa detik untuk menit. Tanda klinis,

keluarnya darah merembes dari permukaan.

Pendarahan pada pembuluh darah vena

Pemotong/luka yang dalam memiliki potensi untuk memotong pembuluh darah

vena. Apabila terjadi pemotongan pembuluh darah vena, biasanya relative stabil

dan lambat aliran darahnya dan biasanya berwarna merah gelap. Cara terbaik untuk

menghentikan sebagian besar kasus perdarahan vena adalah untuk meletakkan

tekanan langsung pada luka. Tanda klinisnya darah mengalir dengan aliran yang

tetap. Warna darah merah gelap.

Pendarahan pada pembuluh darah arteri

Ini adalah pendarahan yang paling umum dan paling berbahaya dari jenis

pendarahan. Melibatkan darah merah yang keluar dalam volume besar, dan

menyembur yang sesuai dengan setiap detak jantung Anda. Dalam kebanyakan

kasus pendarahan arteri, cara terbaik untuk menghentikannya adalah memberi

tekanan yang sangat kuat dan langsung pada luka. Jika tekanan kuat dan tidak

langsung diterapkan, pendarahan arteri dengan luka yang parah dapat

menyebabkan mati karena kehabisan darah dalam beberapa menit. Tanda klinisnya,

warna darah merah terang. Darah keluar dengan menyemprot dengan aliran yang

intermitten, sesuai dengan denyut jantung.

Berdasarkan waktu terjadinya pendarahan dibagi menjadi 3 jenis

Page 5: MAKALAH PATOLOGI

Pendarahan primer, ialah pendarahan yang terjadi pada waktu terputusnya

pembuluh darah karena kecelakaan atau operasi. Di dalam pendarahan primer darah

tidak berhenti setelah 4 -5 menit sesudah operasi selesai.

Pendarahan intermediet, terjadi dalam waktu 24 jam setelah kecelakaan atau setalah

operasi. Selama operasi tekanan darah pasien mungkin akan turun karena semisyok.

Dan ketika tekanan darah kembali normal, sejalan dengan membaiknya pasien, inilah

yang disebut pendarahan intermediet atau rekuren.

Pendarahan sekunder, pendarahan yang terjadi setelah 24 jam atau beberapa hari

setelah kecelakaan atau operasi. Ini yang biasanya menyebabkan pembekuan darah

terbongkar diikuti infeksi.

Perdarahan ini terbagi menjadi empat kelas oleh American College of Surgeons

Advanced Trauma Life Support (ATLS)

Kelas I Pendarahan melibatkan sampai 15% dari volume darah. Biasanya tidak ada

perubahan dalam tanda-tanda vital dan resusitasi cairan biasanya tidak diperlukan.

Kelas II Pendarahan melibatkan 15-30% dari total volume darah.. Pasien sering

tachycardic (denyut jantung cepat) dengan penyempitan perbedaan antara sistolik dan

diastolik tekanan darah. Tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan vasokonstriksi

perifer. Kulit mungkin mulai tampak pucat dan dingin bila disentuh. Pasien dapat

menunjukkan perubahan-perubahan kecil dalam perilaku. Volume resusitasi dengan

kristaloid (solusi Saline atau Ringer Lactated solusi) adalah semua yang biasanya

diperlukan. Transfusi darah biasanya tidak diperlukan.

Kelas III Pendarahan melibatkan hilangnya 30-40% dari volume darah yang

bersirkulasi. Tekanan darah pasien turun, maka detak jantung meningkat, perfusi perifer

(syok), seperti isi ulang kapiler memburuk, dan status mental memburuk. Cairan

resusitasi dengan kristaloid dan transfusi darah biasanya diperlukan.

Pendarahan melibatkan kelas IV kehilangan> 40% dari volume darah yang

bersirkulasi. Batas kompensasi tubuh tercapai dan resusitasi agresif diperlukan untuk

mencegah kematian.

Disfungsi perdarahan dan pembekuan adalah terjadinya kelainan dalam pembentukan

pembekuan darah dimana hal ini berhubungan dengan trombosit dan faktor-faktor

pembekuan darah. Abnormalitas yang merupakan predisposisi seseorang mengalami

Page 6: MAKALAH PATOLOGI

perdarahan dapat disebabkan oleh pembuluh darah, trombosit, dan setiap faktor koagulasi

plasma, fibrin atau plasmin. Beberapa klien mempunyai defek pada berbagai tempat secara

bersamaan. Perdarahan dapat merupakan manifestasi atau defek koagulasi primer seperti

pada hemofilia, dapat terjadi sekuler akibat penyakit lain (seperti pada sirosis, gagal ginjal,

atau leukimia), atau akibat pengobatan (overdosis natrium warfaring).

2.2        Etiologi

      Kelainan patofisiologis hemostasis dan pembekuan darah bias disebabkan oleh defisiensi

salah satu faktor pembekuan dan kelainan jumlah trombosit. Perdarahan hebat dapat terjadi

akibat defisiensi vitamin K, hemofilia serta trombositopenia. Selain itu kelainan dapat terjadi

akibat adanya bekuan yang terbentuk secara abnormal seperti pada keadaan tromboembolus

pada manusia.

1.      Perdarahan hebat akibat defisiensi vitamin K

2.      Hemofilia

3.      Trombositopenia.

2.3        Patofisiologi

   Homeostatis adalah cara tubuh untuk mengentikan perdarahan pada pembuluh darah

yang mengalami cedera.

         Hal ini melibatkan 3 proses utama:

1.Konstriksi (pengkerutan) pembuluh darah

2.Aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang terdapat di dalam

darah dan ikut serta dalam proses pembekuan)

3.Aktivitas faktor-faktor pembekuan darah (protein yang terlarut dalam plasma).

   Hemostasis adalah penghentian perdarahan oleh sifat fisiologis vasokontriksi dan

koagulasi (Dorland, 2006). Hemostasis dan koagulasi juga dapat didefinisikan sebagai

serangkaian kompleks reaksi yang menyebabkan pengendalian perdarahan melalui

pembentukan trombosit dan bekuan fibrin pada tempat cidera(Price, S A dan Wilson, L

M .2006).

Abnormalitas yang merupakan predisposisi seseorang mengalami perdarahan dapat

disebabkan oleh pembuluh darah, trombosit, dan setiap faktor koagulasi plasma, fibrin atau

plasmin. Beberapa klien mempunyai defek pada berbagai tempat secara bersamaan.

Perdarahan dapat merupakan manifestasi atau defek koagulasi primer seperti pada hemofilia,

dapat terjadi sekuler akibat penyakit lain (seperti pada sirosis, gagal ginjal, atau leukimia),

atau akibat pengobatan (overdosis natrium warfaring).

Page 7: MAKALAH PATOLOGI

Kelainan Patofisiologi Hemostasis dan Pembekuan darah

Kelainan patofisiologis hemostasis dan pembekuan darah bias disebabkan oleh defisiensi

salah satu faktor pembekuan dan kelainan jumlah trombosit. Perdarahan hebat dapat terjadi

akibat defisiensi vitamin K, hemofilia serta trombositopenia. Selain itu kelainan dapat terjadi

akibat adanya bekuan yang terbentuk secara abnormal seperti pada keadaan tromboembolus

pada manusia.

a.   Perdarahan hebat akibat defisiensi vitamin K

Akibat kekurangan vitamin K, seseorang otomatis akan mengalami penurunan protombin,

faktor VII, faktor IX, dan faktor X. Hampir seluruh faktor pembekuan dibentuk di hati. Oleh

karena itu penyakit-penyakit hati seperti hepatitis, sirosis, acute yellow tropy dapat

menghambat system pembekuan sehingga pasien mengalami perdarahan hebat. Vitamin K

diperlukan untuk pembentukan faktor pembekuan yang sangat penting yaitu protombin,

faktor IX, faktor X dan faktor VII. Vitamin K disintesis terus dalam usus oleh bakteri

sehingga jarang terjadi defisiensi. Defisiensi vitamin K dapat terjadi pada orang yang

mengalami gangguan absorbsi lemak pada traktus gastrointestinalis. Selain itu disebabkan

juga karena kegagalan hati mensekresi empedu dalam traktus intestinalis akibat obstruksi

saluran empedu.

b.   Hemofilia

Hemofilia adalah kecenderungan perdarahan yang hampir selalu terjadi pada pria yang

disebabkan defisiensi faktor VIII yang dikenal dengan nama hemofilia A atau hemofilia

klasik. Faktor tersebut diturunkan secara resesif melalui kromosom wanita. Oleh karena itu

hampir seluruh wanita tidak pernah menderita hemofilia karena paling sedikit satu dari duaa

kromosom X nya mempunyai gen-gen sempurna. Tetapi bila salah satu kromosom X nya

mengalami defisiensi maka akan menjadi carier hemofilia. Perdarahan pada hemofilia

biasanya tidak terjadi kecuali mendaapat trauma. Faktor pembekuan VIII terdiri dari dua

komponen yang terpisah. Komponen yang kecil sangat penting untuk jalur pembekuan

intrinsic dan defisiensi komponen ini mengakibatkan hemofilia klasik. Tidak adanya

komponen besar dari faktor pembekuan VIII menyebabkan penyakit willebrand.

c.   Trombositopenia.

Trombositopenia berarti trombosit dalam system sirkulasi jumlahnya sedikit. Penderita

trombositopenia cenderung mengalami perdarahan seperti pada hemofilia. Tetapi

perdarahannya berasal dari kapiler kecil bukan dari pembuluh yang besar seperti pada

hemofilia. Sehingga timbul bintik-bintik perdarahan pada seluruh jaringan tubuh. Kulit

penderita menampakkan bercak-bercak kecil berwarna ungu yang disebut dengan

Page 8: MAKALAH PATOLOGI

trombositopenia purpura. Sebagian besar penderita trombositopenia mempunyai penyakit

yang dikenal dengan trombositopenia idiopatik yang berarti tidak diketahui penyebabnya.

Jumlah trombosit dalam darah dapat berkurang akibat adanya abnormalitas yang

menyebabkan aplasia sum-sum tulang. Penghentian perdarahan dapat dicapai dengan

memberikan tranfusi darah segar. Prednison dan azatioprin yang bersifat menekan

pembentukan antibodi bermanfaat bagi penderita trombositopenia idiopatik.

2.4        Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda kelaina perdarahan dapat bermacam macam, tergantung pada tipe defek

nya. Riwayat penyakit yang teliti dapat membantu menegakkan diagnosis. Abnormalitas

sistem vaskular menyebabkan perdarahan lokal yang biasanya ke kulit. Oleh karena trombosit

terutama bertanggung jawab terhadap penghentian perdarahan pada pembulh kecil, maka

klien dengan angka trombosit yang rendah akan mengalami petekie, biasanya bergerombol,

terlihat di kulit dan membran mukosa.

Trauma mengakibatkan memar yang eksesif, tapi bukan hematoma besar yang tidak

terkontrol.

Semua drainase dan eksresi seperti fases, urine, muntahan, dan drainse lambung

diobservasi adanya perdarahan yang jelas tampak maupun yang tersembunyi. Kulit

diobserfasi adanya petekie dan ekomosis atau memar, didung dab gusi dikaji pula adanya

perdarahan, nyeri pinggganng dan abdomen dan sendi harus segera dilaporkan karna dapat

menunjukan adanya perdaraha dalam. Selain itu, klien harus diawasi dengan ketat akan

adanya hipovolemia (volume darah kurang) yang ditandai dengan hipotensi, takikardi dan

pucat. ( buku Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskula dan

hematologi. Arif mutaqin Penerbit salemba medika 2009 jakarta)

2.5        Penatalaksanaan

Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan jika keadaan pasien sudah

sangat buruk dengan trombositopenia berat dengan perdarahan masif, memerlukan tindakan

invasif, atau memiliki risiko komplikasi perdarahan. Terbatasnya syarat transfusi ini

berdasarkan pemikiran bahwa menambahkan komponen darah relatif mirip menyiram bensin

dalam api kebakaran, namun pendapat ini tidak terlalu kuat, mengingat akan terjadinya

hiperfibrinolisis jika koagulasi sudah maksimal. Sesudah keadaan ini merupakan masa yang

tepat untuk memberi trombosit dan komponen plasma, untuk memperbaiki kondisi

perdarahan.

Page 9: MAKALAH PATOLOGI

Satu-satunya terapi medikamentosa yang dipakai ialah pemberian antitrombosis, yakni

heparin. Obat kuno ini tetap diberikan untuk meningkatkan aktivitas antitrombin III dan

mencegah konversi fibrinogen menjadi fibrin. Obat ini tidak bisa melisis endapan koagulasi,

namun hanya bisa mencegah terjadinya trombogenesis lebih lanjut. Heparin juga mampu

mencegah reakumulasi clot setelah terjadi fibrinolisis spontan. Dengan dosis dewasa normal

heparin drip 4-5 U/kg/jam IV infus kontinu, pemberian heparin harus dipantau minimal setiap

empat jam dengan dosis yang disesuaikan. Bolus heparin 80 U tidak terlalu sering dipakai

dan tidak menjadi saran khusus pada jurnal-jurnal hematologi.

BAB III

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Perdarahan dan pembekuan adalah terjadinya kelainan dalam pembentukan pembekuan

darah dimana hal ini berhubungan dengan trombosit dan faktor-faktor pembekuan darah.

Abnormalitas yang merupakan predisposisi seseorang mengalami perdarahan dapat

disebabkan oleh pembuluh darah, trombosit, dan setiap faktor koagulasi plasma, fibrin atau

plasmin. Beberapa klien mempunyai defek pada berbagai tempat secara bersamaan.

Perdarahan dapat merupakan manifestasi atau defek koagulasi primer seperti pada hemofilia,

dapat terjadi sekuler akibat penyakit lain (seperti pada sirosis, gagal ginjal, atau leukimia),

atau akibat pengobatan (overdosis natrium warfaring).

      Kelainan patofisiologis hemostasis dan pembekuan darah bias disebabkan oleh defisiensi

salah satu faktor pembekuan dan kelainan jumlah trombosit. Perdarahan hebat dapat terjadi

akibat defisiensi vitamin K, hemofilia serta trombositopenia. Selain itu kelainan dapat terjadi

akibat adanya bekuan yang terbentuk secara abnormal seperti pada keadaan tromboembolus

pada manusia.

1.      Perdarahan hebat akibat defisiensi vitamin K

2.      Hemofilia

3.      Trombositopenia

.

Page 10: MAKALAH PATOLOGI

4.2  Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat

berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis

pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9. Jakarta

: EGC

Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC