Makalah Patologi Umum Veteriner

17
Makalah patologi umum veteriner “ d e g e n e r a s i” Disusun oleh : kelompok i 1. Satrio budi w 2. Widya eka s 3. Nuraini nia p 4. Novi s 5. Mamluatus sa`diyah 6. Ranis mardiana s 7. Bagus kurniawan 8. Azizah 9. Mia anjar sari 10. Bagus syamsah h FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2009 – 2010

description

PatoLogii Umum Veteriner

Transcript of Makalah Patologi Umum Veteriner

Page 1: Makalah Patologi Umum Veteriner

Makalah patologi umum veteriner

“ d e g e n e r a s i”

Disusun oleh : kelompok i

1. Satrio budi w2. Widya eka s3. Nuraini nia p4. Novi s5. Mamluatus sa`diyah6. Ranis mardiana s7. Bagus kurniawan8. Azizah9. Mia anjar sari10. Bagus syamsah h

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2009 – 2010

PENDAHULUAN

Page 2: Makalah Patologi Umum Veteriner

Sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil dari tubuh manusia. Kerusakan pada sel

dapat berlanjut menjadi kerusakan jaringan, kerusakan jaringan dapat berlanjut kepada kerusakan

organ dan kerusakan organ dapat berakhir pada kegagalan sistem tubuh dalam menjalankan

fungsinya. Akibat yang fatal adalah kematian.

Kerusakan sel dapat terjadi pada berbagai organel sel, tetapi yang paling sering

mengalami kerusakan adalah :

1. Membran sel

2. Mitokondria

3. Nukleus

4. Sitoskeleton

Daftar isi

Page 3: Makalah Patologi Umum Veteriner

Pembahasan

Page 4: Makalah Patologi Umum Veteriner

1. Definisi degenerasi

Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera

ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan

sitoplasma akan mengganggu proses metabolisme sel.

Kerusakan ini sifatnya reversibel artinya bisa diperbaiki apabila penyebabnya

segera dihilangkan. Apabila tidak dihilangkan, atau bertambah berat, maka kerusakan

menjadi ireversibel, dan sel akan mati.

Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversibel inilah yang dinamaknan

kelainan degenerasi. Degenerasi ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai macam

bahan di dalam maupun di luar sel.

Berbagai kondisi degenerasi sel yang sering dijumpai antara lain:

a) Degenerasi lemak : merupakan akumulasi lemak didalam sel, jadi pada sel berisi

bercak lemak kecil netral. dan terjadi infiltrasi lemak.

b) Degenerasi hialin : terjadi perubahan sel yang eosinofilik dan homogeny.

c) Degenerasi mukoid : Merupakan akumulasi mukopolisakarida didalam sel.  Inti sel

akan terdesak ke tepi.

d) Degenerasi Zenker : Meruakan gangguan yang disebabkan oleh akumulasi asam laktit

di dalam sel.

e) Degenerasi amilod : Merupakan gangguan akibat timbunan amiloid. dan sering

disebit gangguan ini penyakit amiloidosis (Anonim, 2009 (j)).

2. Jenis – jenis degenerasi

Apabila sebuah stimulus menyebabkan cedera sel maka perubahan yang pertama

kali terjadi adalah terjadinya kerusakan biokimiawi yang mengganggu proses

metabolisme.

Page 5: Makalah Patologi Umum Veteriner

Sel bisa tetap normal atau menunjukkan kelainan fungsi yang diikuti dengan

perubahanmorfologis. Gangguan fungsi tersebut bisa bersifat reversibel ataupun

ireversibel sel tergantung dari mekanisme adaptasi sel. Cedera reversibel disebut juga

cedera subletal dan cedera ireversibel disebut juga cedera letal.

a) CIdera subletal

Terjadi bila sebuah stimulus menyebabkan sel cedera dan menunjukkan

perubahan morfologis tetapi sel tidak mati. Perubahan subletal ini bersifat

reversibel dimana bila stimulusnya dihentikan maka sel akan kembali pulih

seperti sebelumnya.

Cedera subletal ini disebut juga proses degeneratif. Perubahan degeneratif

lebih sering mengenai sitoplasma, sedangkan nukleus tetap dapat

mempertahankan integritasnya.

Bentuk perubahan degeneratif yang paling sering terjadi adalah akumulasi

cairan di dalam sel akibat gangguan mekanisme pengaturan cairan. Biasanya

disebabkan karena berkurangnya energi yang digunakan pompa natrium untuk

mengeluarkan natrium dari intrasel. Sitoplasma akan terlihat keruh dan kasar

(degenerasi bengkak keruh).

Dapat juga

terjadi

degenerasi lebih berat yaitu degenerasi lemak atau infiltrasi lemak dimana terjadi

penumpukan lemak intrasel sehingga inti terdesak ke pinggir. Jaringan akan

Page 6: Makalah Patologi Umum Veteriner

bengkak dan bertambah berat dan terlihat kekuning-kuningan. Misalnya

perlemakan hati (fatty liver) pada keadaan malnutrisi dan alkoholik.

B. Cedera Letal

Bila stimulus yang menyebabkan sel cedera cukup berat dan berlangsung

lama serta melebihi kemampuan sel untuk beradaptasi maka akan

menyebabkan kerusakan sel yang bersifat ireversibel (cedera sel) yang

berlanjut kepada kematian sel.

Pada buku patologi, perubahan morfologi sel karena rangsang nonletal

yang bersifat reversible pada sel disebut degenerasi. Istilah ini tidak lagi

digunakan, tetapi kini digunakan istilah baru yaitu jejas reversible atau perubahan

reversible.

Degenerasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pembengkakan sel

dan perubahan perlemakan. Pembengkakan sel timbul jika sel tidak dapat

mengatur keseimbangan ion dan cairan yang menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan

perubahan perlemakan bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam

sitoplasma dan terjadi karena hipoksia atau bahan toksik.

Page 7: Makalah Patologi Umum Veteriner

Perubahan perlemakan dijumpai pada sel yang tergantung pada

metabolism lemak seperti sel hepatosit dan sel miokard. (Janti Sudiono, 2003 :

13)

1. Degenerasi Albumin

Pembengkakan sel adalah manifestasi awal sel terhadap semua jejas sel.

Perubahan morfolofi yang terjadi sulit dilihat dengan mikroskop cahaya. Bila

pembengkakan sel sudah mengenai seluruh sel dalam organ, jaringan akan tampak pucat,

terjadi peningkatan turgor, dan berat organ.

Gambaran mikroskopis menunjukkan sel membengkak menyebabkan desakan

pada kapiler-kapiler organ. Bila penimbunan air dalam sel berlanjut karena jejas sel

semakin berat, akan timbul vakuola-vakuola kecil dan nampak cerah dalam sitoplasma.

Vakuola yang terjadi disebabkan oleh pembengkakan reticulum endoplasmik.

2. Degenerasi Hidrofik (Degenerasi Vakuolar)

Degenerasi hidrofik merupakan jejas sel yang reversible dengan penimbunan

intraselular yang lebih parah jika dengan degenerasi albumin. Merupakan suatu cedera sel

yang menyebabkan sel itu tampak bengkak.Hal itu dikarenakan meningkatnya akumulasi

air dalam sitoplasma.Sel yang mengalami degenerasi hidropik secara mikroskopis tampak

sebagai berikut:

* Sel tampak membesar atau bengkak karena akumulasi air dalam sitoplasmanya

* Sitoplasma tampak pucat

* Inti tetap berada di tengah

* Pada organ hati,akan tampak lumen sinusoid itu menyempit

* Pada organ ginjal,akan tampak lumen tubulus ginjal menyempit

Page 8: Makalah Patologi Umum Veteriner

* Pada keadaan ekstrim sitoplasma sel akan tampak jernih dan ukuran sel makin

membesar (Balloning Degeneration) sering ditemukan pada sel epidermal yang

terinfeksi epitheliotropic virus, seperti pada pox virus.

Sedangkan secara makroskopis,sel akan tampak normal sampai bengkak,bidang

sayatan tampak cembung,dan lisis dari sel epidermal. Degenerasi Hidropik sering

dijumpai pada sel endothel, alveoli, sel epitel tubulus renalis, hepatosit, sel-sel neuron

dan glia otak.Dari kesekian sel itu,yang paling rentan adalah sel-sel otot jantung dan sel

sel pada otak.

Etiologinya sama dengan pembengkakan sel hanya intensitas rangsangan

patologik lebih berat dan jangka waktu terpapar rangsangan patologik lebih lama.

Secara miokroskopik organ yang mengalami degenerasi hidrofik menjadi lebih besar dan

lebih berat daripada normal dsan juga nampak lebih pucat. Nampak juga vakuola-vakuola

kecil sampai besar dalam sitoplasma

.Degenerasi ini menunjukkan adanya edema intraseluler, yaitu adanya

peningkatan kandungan air pada rongga-rongga sel selain peningkatan kandungan air

pada mitokondria dan reticulum endoplasma. Pada mola hedatidosa telihat banyak sekali

gross (gerombolan) mole yang berisi cairan. Mekanisme yang mendasari terjadinya

generasi ini yaitu kekurangan oksigen, karena adanya toksik, dan karena pengaruh

osmotic.

3. Degenerasi Lemak

Degenerasi lemak dan perubahan perlemakan (fatty change) menggambarkan

adanya penimbunan abnormal trigliserid dalam sel parenkim. Perubahan perlemakan

sering terjadi di hepar karena hepar merupakan organ utama dalam metabolism lemak

selain organ jantung, otot dan ginjal.

Etiologi dari degenerasi lemak adalah toksin, malnutrisi protein, diabetes mellitus,

obesitas, dan anoksia. Jika terjadi gangguan dalam proses metabolism lemak, akan timbul

Page 9: Makalah Patologi Umum Veteriner

penimbunan trigliserid yang berlebihan. Akibat perubahan perlemakan tergantung dari

banyaknya timbunan lemak. Jika tidak terlalu banyak timbunan lemak, tidak

menyebabkan gangguan fungsi sel, tetapi jika timbunan lemak berlebihan, terjadi

perubahan perlemakan yang menyebabkan nekrosis.

4. Degenerasi Hyalin (Perubahan Hyalin)

Istilah hyaline digunakan untuk istilah deskriprif histologik dan bukan sebagai

tanda adanya jejas sel. Umumnya perubahan hyaline merupakan perubahan dalam sel

atau rongga ekstraseluler yang memberikan gambaran homogeny, cerah dan berwarna

merah muda dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Kedaan ini terbentuk akibat

berbagai perubahan dan tidak menunjukkan suatu bentuk penimbunan yang spesifik.

Degenerasi hyalin adalah proses degeneratif yang mempengaruhi berbagai sel dan

jaringan, menghasilkan pembentukan massa bulat ("tetesan") atau zat-zat yang homogen,

transparan, refractile, dan moderat sangat acidophilic; mungkin terjadi pada kolagen

jaringan berserat tua, otot polos arteriola atau rahim, dan sebagai tetesan dalam sel

parenkim.

Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Sel kehilangan

struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian

kecil, sehingga seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok

lainnya.

Contoh : degenerasi hialin pada otot ( penyakit Boutvuur)

Page 10: Makalah Patologi Umum Veteriner

Deskripsi lesi : Otot pucat Serabut otot terurai/putus-putus Terdapat penimbunan gas yang menyebabkan krepitasi

5. Degenerasi Zenker

Dahulu dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar yang mengalami

nekrosis. Otot yang mengalami degenerasi zenker adalah otot rektus abdominis dan

diafragma.

6. Degenerasi Mukoid (Degenerasi atau Miksomatosa)

Mucus adalah substansi kompleks yang cerah, kental, dan berlendir dengan

komposisi yang bermacam-macam dan pada keadaan normal disekresi oleh sel epitel

serta dapat pula sebagai bagian dari matriks jaringan ikat longgar tertentu.

Musin dapat dijumpai di dalam sel, dan mendesak inti ke tepi seperti pada

adenokarsinoma gaster yang memberikan gambaran difus terdiri atas sel-sel gaster yang

memiliki sifat ganas dan mengandung musin.

Musin tersebut akan mendesak inti ke tepi sehingga sel menyerupai cincin

dinamakan Signet Ring Cell. Musin di jaringan ikat, dahulu dinamakan degenerasi

miksomatosa. Keadaan ini menunjukkan adanya musin di daerah interselular dan

memisahkan sel-sel Stelata (Stellate Cell/ Star Cell). (Janti Sudiono, 2003 : 14-20)

3. Penyebab degenerasi

Page 11: Makalah Patologi Umum Veteriner

Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau

sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Di bawah ini

merupakan penyebab-penyebab dari jejas sel :

1. Kekurangan oksigen (hipoksia)

2. Kekurangan nutrisi

3. Infeksi sel

4. Respons imun yang abnormal

5. Faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan) dan

kimia (bahan-bahan kimia beracun)

Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dibedakan menjadi dua kategori

utama, yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible (kematian sel).

Degenerasi sel: mola hidatidosa termasuk jejas sel yang reversible yaitu apabila

penyebanya dihilangkan organ atau jaringan bias berfungsi normal

Sel dapat cedera akibat berbagai stresor. Cedera terjadi apabila stresor tersebut

melebihi kapasitas adaptif sel. Stresor penyebab cedera sel adalah sebagai berikut :

Page 12: Makalah Patologi Umum Veteriner

4. mekanisme degenerasi

Iskemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suplai oksigen terhadap

suatu jaringan atau organ tertentu. Iskemia dapat disebabkan oleh oklusi (bendungan)

terhadap aliran darah misal karena aterosklerosis, trombus atau emboli dan spasme

pembuluh darah.

Iskemia merupakan penyebab cedera sel yang paling sering terjadi. Iskemia pada

suatu organ menyebabkan terjadinya hipoksia pada sel-selnya, karena sel mengalami

penurunan suplai oksigen sehingga menyebabkan metababolisme di dalam sel berubah

anaerob.

Akibatnya terjadi penurunan produksi ATP sebagai sumber energi terhadap

berbagai aktifitas sel, termasuk didalammya adalah penurunan energi untuk aktifitas

transport aktif. transport aktif menggerakan pompa natrium memompa natrium dari

intrasel ke luar sel, karena adanya penurunan sumber energi untuk menggerakkan pompa

natrium maka terjadi kelebihan ion natrium di dalam sel.

Sebagai dampak kelebihan ion natrium intraselular ini terjadi pemindahan air dari

ekstrasel ke dalam intrasel sehingga terjadilah penumpukan cairan dalam sel/udem sel

(pembengkakan seluler). Pada kondisi ini sitoplasma secara mikroskopik akan tampak

pucat.

Apablia kondisi berlangsung terus menerus organela-organela dapat mengalami

pembengkakan, termasuk retikulum endoplasma. Bila penyebab keadaan ini segera

teratasi maka sel akan berangsur kepada fungsi dan struktur semula, akan tetapi kalau

faktor penyebabnya tidak hilang dan terus menerus (persisten) terjadi kondisi yang

kekurangan oksigen maka bisa terjadi penurunan fungsi mitokondria dan organela lain

seperti retikulum endoplasma yang mensintesa protein dan lipid untuk regenerasi

membran sel.

Kerusakan membran sel juga terjadi karena tidak berfungsinya pompa kalsium

juga menyebabkan kalisum bebas masuk ke intrasel dan mengaktifkan enzim

phospolipase sehingga mengakibatkan kerusakan membran sel. Selain hal tersebut di

atas, iskemia menyebabkan metabolisme anaerob. Dampak negatif metabolisme anaerob

adalah penumpukan asam laktat intrasel, selanjutnya menurunkan pH cairan intrasel dan

mengganggu proses kerja dari enzim-enzim intrasel.

Page 13: Makalah Patologi Umum Veteriner