Makalah HSAB Rizka Noviati

15
PEBANDINGAN DAYA ADSORBSI ION Cr 3+ PADA SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA DENGAN ZEOLIT DITINJAU DARI TEORI HSAB RIZKA NOVIATI 0810923077 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Transcript of Makalah HSAB Rizka Noviati

Page 1: Makalah HSAB Rizka Noviati

PEBANDINGAN DAYA ADSORBSI ION Cr3+

PADA SERBUK

GERGAJI KAYU ALBIZIA DENGAN ZEOLIT DITINJAU DARI

TEORI HSAB

RIZKA NOVIATI

0810923077

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

Page 2: Makalah HSAB Rizka Noviati

BAB 1

LATAR BELAKANG

Logam krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik, dalam

tubuh logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr3+

. Krom dapat menyebabkan

kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan ginjal. Jika kontak dengan kulit menyebabkan iritasi

dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit perut dan muntah.

Usaha-usaha penanganan limbah yang mengandung ion-ion logam berat khususnya ion-

ion Cr3+

telah banyak dilakukan dan perlu dikembangkan. Pendekatan yang telah banyak

dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui imobilisasi dengan teknik pengendapan,

pertukaran ion maupun menggunakan adsorben (zat penyerap).

Zeolit merupakan material berpori yang pengguannya sangat luas. Kegunaan zeolit

didasarkan atas kemampuannya melakukan pertukaran ion (ion excangher), adsorpsi

(adsorption) dan katalisator (catalyst). Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan

rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan luas permukaan zeolit sangat

besar sehingga sangat baik digunakan sebagai adsorben

Serbuk gergaji kayu mengandung komponen-komponen kimia seperti selulosa,

hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif. Terdapatnya selulosa dan hemiselulosa menjadikan

serbuk gergaji kayu berpotensi untuk digunakan sebagai bahan penjerap karena mempunyai

gugus hidroksil (-OH) dapat dipakai untuk mengadsorpsi ion-ion logam berat. Pemanfaatan

serbuk gergaji kayu sebagai bahan material penjerap merupakan salah satu teknologi yang murah

karena bahan bakunya mudah didapat mengingat negara Indonesia merupakan negara yang

memiliki hutan yang sangat luas.

Penulisan ini bertujuan untuk membandingkan daya adsorbsi maksimum dari adsorben

zeolit yang diaktivasi dengan pemanasan, dan serbuk kayu gergaji yang diaktivasi menggunakan

campuran etanol- toluena (1:1).

Page 3: Makalah HSAB Rizka Noviati

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ADSORPSI

Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu terhadap zat tertentu

yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada

permukaan zat padat tanpa meresap ke dalam.

Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada

permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya ini, padatan cenderung menarik molekul-

molekul yang lain yang bersentuhan dengan permukaan padatan, baik fasa gas atau fasa larutan

ke dalam permukaannya. Akibatnya, konsentrasi molekul pada permukaan menjadi lebih besar

dari pada dalam fasa gas atau zat terlarut dalam larutan. Adsorpsi dapat terjadi pada antarfasa

padat-cair, padat-gas atau gas-cair. Molekul yang terikat pada bagian antarmuka disebut

adsorbat, sedangkan permukaan yang menyerap molekul-molekul adsorbat disebut adsorben.

Pada adsorpsi, interaksi antara adsorben dengan adsorbat hanya terjadi pada permukaan

adsorben.

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah sebagai berikut:

Luas permukaan

Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang teradsorpsi. Luas

permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben

Jenis adsorbat

o Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan adsorpsi

molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar) memiliki

kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain dibdaningkan molekul yang

tidak dapat membentuk dipol (non polar);

o Peningkatan berat molekul adsorbat dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi

Page 4: Makalah HSAB Rizka Noviati

o Adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorb

dibdaningkan rantai yang lurus.

o

Konsentrasi Adsorbat

semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah substansi

yang terkumpul pada permukaan adsorben

Temperatur

o pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap adsorben

terhadap adsorbat menyebabkan pori-pori adsorben lebih terbuka

o pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben sehingga

kemampuan penyerapannya menurun

pH

pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi pada biosorben

dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi

Kecepatan pengadukan

menentukan kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat. Bila pengadukan terlalu

lambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat pula, tetapi bila pengadukan terlalu

cepat kemungkinan struktur adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi kurang

optimal

Waktu Kontak

Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum terjadi pada

waktu kesetimbangan.

Pada adsorpsi kimia, molekul-molekul yang teradsorpsi pada permukaan adsorben

bereaksi secara kimia. Hal ini disebabkan pada adsorpsi kimia terjadi pemutusan dan

pembentukan ikatan. Ikatan antara adsorben dengan adsorbat dapat cukup kuat sehingga spesies

aslinya tidak dapat ditemukan kembali. Adsorpsi ini bersifat irreversibel dan diperlukan energi

Page 5: Makalah HSAB Rizka Noviati

yang banyak untuk melepaskan kembali adsorbat (dalam proses adsorpsi). Pada umumnya,

dalam adsorpsi kimia jumlah (kapasitas) adsorpsi bertambah besar dengan naiknya temperatur.

Zat yang teradsorpsi membentuk satu lapisan monomolekuler dan relatif lambat tercapai

kesetimbangan karena dalam adsorpsi kimia melibatkan energi aktivasi. Secara kualitatif

perilaku adsorpsi dapat juga dipandang dari sifat polar ataupun nonpolar antara zat padat

(adsorben) dengan komponen larutan (adsorbat). Adsorben polar akan cenderung mengadsorpsi

kuat adsorbat polar dan lemah terhadap adsorbat nonpolar, demikian juga sebaliknya. Adsorben

polar akan mengadsorpsi kuat zat terlarut polar dari pelarut nonpolar karena kelarutannya yang

rendah dan mengadsorpsi yang lemah dari pelarut polar karena kelarutannya yang tinggi,

demikian juga sebaliknya.

Ikatan kimia yang terjadi antara gugus aktif pada zat organik dengan molekul dapat

dijelaskan sebagai perilaku interaksi asam-basa Lewis yang menghasilkan kompleks pada

permukaan padatan. Pada sistem adsorpsi larutan ion logam, interaksi tersebut dalam bentuk

umum ditulis:

dengan GH adalah gugus fungsional yang terdapat pada zat organik, M adalah ion bervalensi z.

2.2 KONPONEN KIMIA KAYU

Kayu sebagian besar tersusun atas tiga unsur yaitu unsur C, H dan O. Unsur-unsur

tersebut berasal dari udara berupa CO2

dan dari tanah berupa H2O. Namun, dalam kayu juga

terdapat unsur-unsur lain seperti N, P, K, Ca, Mg, Si, Al dan Na. Unsur-unsur tersebut tergabung

dalam sejumlah senyawa organic.

Komponen penyusun kayu terdiri dari :

1. Komponen pengisi rongga sel

Page 6: Makalah HSAB Rizka Noviati

Zat pengisi rongga sering disebut dengan komponen ekstranous, yang dominan diisi oleh

zat ekstraktif. Zat ekstraktif merupakan kumpulan banyak zat seperti gula, tepung/pati, tanin,

resin, pektin, zat warna kayu, asam-asam, minyak-minyak, lemak dalam kayu dan sebagainya.

2. Komponen penyusun dinding sel

Komponen penyusun dinding sel adalah komponen kimia yang menyatu dalam dinding

sel. Tersusun atas banyak komponen yang tergabung dalam karbohidrat dan lignin. Karbohidrat

yang telah terbebas dari lignin dan ekstraktif disebut juga dengan holoselulosa. Holoselulosa

sebagian besar tersusun atas selulosa dan hemiselulosa. Selulosa merupakan komponen terbesar

dan paling bermanfaat dari kayu.

Jumlah zat selulosa mayoritas 40 %, hemiselulosa sekitar 23 % dan lignin kurang dari 34

%. Selulosa tersusun atas alfa, beta dan gamma selulosa dan paling besar terdapat pada jenis

kapas dan rami sekitar 97 %. Hemiselulosa adalah polimer polisakarida heterogen tersusun dari

unit D-glukosa, D-manosa, L-arabiosa dan D-xilosa. Hemiselulosa pada kayu berkisar antara 20-

30%.

Dilihat dari strukturnya, selulosa dan hemiselulosa mempunyai potensi yang cukup besar

untuk dijadikan sebagai penjerap karena gugus OH yang terikat dapat berinteraksi dengan

komponen adsorbat. Adanya gugus OH, pada selulosa dan hemiselulosa menyebabkan terjadinya

sifat polar pada adsorben tersebut. Dengan demikian selulosa dan hemiselulosa lebih kuat

menjerap zat yang bersifat polar dari pada zat yang kurang polar. Mekanisme jerapan yang

terjadi antara gugus -OH yang terikat pada permukaan dengan ion logam yang bermuatan positif

(kation) merupakan mekanisme pertukaran ion sebagai berikut.

Page 7: Makalah HSAB Rizka Noviati

M+

dan M2+

adalah ion logam, -OH adalah gugus hidroksil dan Y adalah matriks tempat gugus -

OH terikat. Interaksi antara gugus -OH dengan ion logam juga memungkinkan melalui

mekanisme pembentukan kompleks koordinasi karena atom oksigen (O) pada gugus -OH

mempunyai pasangan elektron bebas, sedangkan ion logam mempunyai orbital d kosong.

Pasangan elektron bebas tersebut akan menempati orbital kosong yang dimiliki oleh ion logam,

sehingga terbentuk suatu senyawa atau ion kompleks.

2.3 ZEOLIT

Zeolit umumnya didefinisikan sebagai kristal alumina silika yang berstruktur tiga

dimensi, yang terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika dengan rongga-rongga di dalam yang

berisi ion-ion logam, biasanya alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak

bebas. Secara empiris, rumus molekul zeolit adalah Mx/n.(AlO2)x.(SiO2)y.xH2O. Struktur zeolit

sejauh ini diketahui bermacam-macam, tetapi secara garis besar strukturnya terbentuk dari unit

bangun primer, berupa tetrahedral yang kemudian menjadi unit bangun sekunder polihedral dan

membentuk polihendra dan akhirnya unit struktur zeolit.

Zeolit merupakan material berpori yang pengguannya sangat luas. Kegunaan zeolit

didasarkan atas kemampuannya melakukan pertukaran ion (ion excangher), adsorpsi

(adsorption) dan katalisator (catalyst). Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan

rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan luas permukaan zeolit sangat

besar sehingga sangat baik digunakan sebagai adsorben.

Sifat zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul, dimungkinkan karena struktur zeolit

yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih

kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Selain itu kristal zeolit yang telah terdehidrasi

merupakan adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi.

Secara kimia kandungan zeolit yang utama adalah: Si02 = 62,75%; A1203 =12,71 %;

K20 = 1,28 %; CaO = 3,39 %; Na2O = 1,29 %; MnO = 5,58 %; Fe203 = 2,01 %; MgO = 0,85 %;

Clinoptilotit = 30 %; Mordernit = 49 %.

Page 8: Makalah HSAB Rizka Noviati

2.4 ION KROM (Cr3+

)

Logam krom merupakan logam golongan transisi, diketemukan di alam sebagai bijih

terutama kromit (Fe(CrO2)2). Krom merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan

dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI). Krom bervalensi tiga umumnya

merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam, dan dalam material biologis krom selalu

berbentuk valensi tiga, karena krom valensi enam merupakan salah satu material organik

pengoksidasi yang tinggi. Krom valensi tiga memiliki sifat racun yang rendah dibandingkan

dengan valensi enam. Pada bahan makanan dan tumbuhan mobilitas krom relatif rendah dan

diperkirakan konsumsi harian komponen ini pada manusia dibawah 100 μg, kebanyakan berasal

dari makanan, sedangkan dari air dan udara dalam tingkat yang rendah. Ion krom (Cr3+

)

merupakan kation yang bersifat asam keras, sehingga akan berinteraksi secara kuat dengan

anion-anion yang bersifat basa keras seperti dengan OH-

.

Logam krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik, dalam

tubuh logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr3+

. Krom dapat menyebabkan

kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan ginjal. Jika kontak dengan kulit menyebabkan iritasi

dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit perut dan muntah

2.4 TEORI HSAB

R.G Pearson awal tahun 1960 mengusulkan bahwa asam basa lewis dapat

diklasifikasikan sebagai asam basa lunak (soft) atau keras (hard). Asam basa lunak adalah asam

basa yang elektron-elektron valensinya mudah terpolarisasi atau terlepaskan, sedangkan asam

basa keras adalah asam basa yang tidak mempunyai elektron valensi atau yang elektron atau

Page 9: Makalah HSAB Rizka Noviati

elektron valensinya sukar terpolarisasi. Dengan kata lain asam basa lunak mempunyai sifat

terpolarisasi tinggi dan asam basa keras mempunyai sifat terpolarisasi rendah. Konsep ini

kemudian dikenal dengan nama HSAB yang singkatan dari “hard soft acids and base” (asam

basa keras lemah) atau yang biasa dikenal sebagai asam basa pearson.

Konsep HSAB dapat menjelaskan kesetabilan senyawa. Konsep ini juga digunakan

dalam konteks kualitatif daripada kuantitatif yang membantu untuk mengetahui faktor utama

terjadinya reaksi kimia, terutama pada logam transisi. Asam lunak bereaksi lebih cepat dengan

basa lunak dan membentuk ikatan yang kuat, sedangkan asam keras bereaksi lebih cepat dan

membentuk ikatan kuat dengan basa kuat.

Asam keras dan basa keras cenderung mempunyai atom yang kecil/radius ionik, oksidasi

tinggi, kepolaran rendah, dan keelektronegatifan tinggi. Sedangkan asam dan basa lunak

cenderung mempunyai:atom yang besar, tingkat oksidasi rendah, dan elektronegatifan rendah.

Asam basa keras biasanya membentuk ikatan ionik, sedangkan asam basa lunak membentuk

ikatan kovalen. Kekerasan suatu asam basa diukur untuk mengetahui kecenderungan terjadinya

perubahan formasi atau bentuk..

Tabel 2 Asam dan basa beberapa senyawa dan ion menurut prinsip HSAB dari pearson

Page 10: Makalah HSAB Rizka Noviati

BAB 3

PEMBAHASAN

Menurut teori asam-basa keras-lemah dari person, ion Cr3+

termasuk asam keras sehingga

akan cenderung berinteraksi dengan gugus aktif yang bersifat basa keras seperti gugus hidroksil

(-OH) membentuk interaksi ion-polar. Ion krom (Cr3+

) yang bersifat asam keras, akan

berinteraksi secara kuat dengan anion-anion yang bersifat basa keras seperti dengan OH-

.

Selulosa mempunyai banyak gugus -OH, dengan demikian selulosa akan mengikat ion krom

secara kuat. Ikatan antara ion Cr3+

dengan -OH pada selulosa melalui pembentukan ikatan

koordinasi, di mana pasangan elektron bebas dari O pada -OH akan menempati orbital kosong

yang dimiliki oleh Cr3+

, sehingga terbentuk kompleks terkoordinasi.

Cr3+

+

3 OH - Cr(OH)3

pH larutan secara umum mengalami peningkatan setelah proses adsorpsi berlangsung. Hal ini

terjadi karena ion Cr3+

yang menurut prinsip HSAB dari Pearson bersifat asam keras telah

diadsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia, sehingga sifat asam pada larutan yang telah

teradsorpsi tersebut menjadi berkurang.

Reaksi yang terjadi pada zeolit, sama halnya dengan serbuk kayu gergaji, terjadi

berdasarkan prinsip HSAB, dimana Ion krom (Cr3+

) yang bersifat asam keras, akan berinteraksi

secara kuat dengan O pada Si02, A1203, K20, CaO, Na2O, MnO, Fe203, MgO (sebagai

komponen utama zeolit) akan menempati orbital kosong yang dimiliki oleh Cr3+

, sehingga

terbentuk kompleks terkoordinasi.

2 Cr3+

+

3 O2-

Cr2O3

Adsorpsi molekul atau ion pada permukaan padatan umumnya hanya terbatas pada satu

lapisan (monolayer). Dengan demikian adsorpsi tersebut biasanya mengikuti persamaan isoterm

adsorpsi Langmuir atau Freundlich. Dengan menggunakan persamaan isoterm adsorpsi

Page 11: Makalah HSAB Rizka Noviati

Langmuir atau Freundlich, dapat ditentukan karakteristik jerapan dan daya adsorpsi maksimum

ion Cr3+

oleh zeolit dan serbuk gergaji kayu albizia.

Page 12: Makalah HSAB Rizka Noviati

Semakin besar konsentrasi ion Cr3+

pada larutan, semakin besar pula ion Cr3+

yang

teradsorpsi oleh zeolit maupun serbuk gergaji kayu albizia. Daya adsorpsi maksimum ditentukan

dari harga 1/(x/m)maks

yang diperoleh dari slope (kemiringan garis) pada kurva c/(x/m) terhadap c

pada pengujian pola isoterm adsorpsi Langmuir maupun Freundlich. Daya adsorpsi yang

maksimum zeolit terhadap ion-ion Cr3+

hanya dapat ditentukan apabila pola isoterm adsopsinya

mengikuti pola isoterm Langmuir. Sedangkan adsorpsi ion Cr3+

oleh serbuk gergaji kayu albizia

setelah diaktivasi mengikuti pola isoterm adsorpsi Langmuir maupun Freundlich.

Untuk adsorben dengan serbuk gergaji kayu, Secara umum, ion Cr3+

teradsorpsi lebih

banyak pada serbuk gergaji kayu albizia yang teraktivasi yaitu sebesar 39, 4492 ppm atau

66,79% dibandingkan dengan oleh serbuk gergaji kayu yang tidak teraktivasi dengan campuran

etanol-toluena (1:1) yaitu sebesar 37,2126 ppm atau 63,01%. Hal ini terjadi karena pada serbuk

gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi menggunakan campuran etanol- toluena (1:1) masih

banyak terdapat senyawa-senyawa seperti lapisan lilin dan lemak. Sedangkan pada serbuk

gergaji kayu yang telah diaktivasi senyawa-senyawa tersebut sudah berkurang, sehingga kontak

antara adsorben dengan ion Cr3+

dapat berlangsung lebih efektif. Hilangnya minyak dan lilin

menyebabkan interaksi gugus fungsi hidroksil dan karbonil dengan ion Cr3+

menjadi semakin

efektif. Jadi, adsorpsi maksimum ion Cr3+

oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi

dengan campuran pelarut etanol-toluena adalah 2,21 mg/g.

Pada proses aktivasi zeolit terjadi penguapan molekul-molekul air yang terparangkap

dalam pori-pori kristal zeolit sehingga jumlah pori dan luas permukaan spesifik zeolit bertambah

dan akhirnya zeolit menjadi lebih efektif mengadsorpsi ion-ion Cr3+.

Jumlah ion Cr3+

yang

teradsorpsi pada ketiga temparatur tersebut hampir sama sehingga aktivasi zeolit yang efektif

dapat dilakukan pada temperatur 100o

C. Ini menunjukan bahwa pemanasan zeolit pada

temperatur 100 s/d 300o

C tidak menyebabkan terjadi perubahan struktur dan pengembangan

pori-pori zeolit, sehingga jumlah ion Cr3+

yang teradsorpsi hampir sama. Jadi daya adsorpsi

maksimum dari zeolit yang diaktivasi pada 100, 200, dan 300o

C terhadap ion Cr3+

secara

berturut-turut adalah 0,0027790 g/g, 0,0026318 g/g, dan 0,0027075 g/g. Ini menunjukan bahwa

Page 13: Makalah HSAB Rizka Noviati

daya adsorpsi zeolit yang diaktivasi pada ketiga termpertur tersebut hampir sama dengan daya

adsorpsi rata-rata 0,0027061 g/g. Jadi daya adsorpsi maksimum zeolit yang teraktivasi secara

fisis terhadap ion Cr3+

adalah sebesar 2,7061 mg/g.

Dari hasil dua percobaan diatas, daya adsorpsi maksimum ion Cr3+

oleh zeolit yang

diaktivasi dengan penanasan adalah sebesar 2,7061 mg/g. Lebih besar dibandingkan dengan

daya adsorpsi maksimum ion Cr3+

oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi dengan

campuran pelarut etanol-toluena adalah 2,21 mg/g.

Perbedaan daya adsorbsi ini dilihat dari berbagai factor yang mempengaruhi adsorpsi.

Dilihat dari komposisi kedua adsorben zeolit dan serbuk gergaji kayu, sama-sama berikatan

berdasarkan prinsip HSAB. Dimana ion Cr3+

yang bersifat asam keras berikatan dengan OH- dari

selulosa dan hemiselulosa pada kayu yang bersifat basa keras. Pada zeolit, ion Cr3+

berikatan

dengan O dari zeolit yang bersifat basa keras. Aktivasi pada serbuk kayu gergaji adalah

penambahan etanol-toluen (1:1), sehingga dapat menghilangkan minyak dan lilin yang dapat

menghalangi kontak antara ion Cr3+

dengan permukaan serbuk kayu gergaji. Sedangkan pada

zeolit, aktivasi dilakukan dengan pemanasan, dimana temperatur mempengaruhi daya adsorpsi

pada adsobat, sehingga terjadi penguapan molekul-molekul air yang terparangkap dalam pori-

pori kristal zeolit sehingga jumlah pori dan luas permukaan spesifik zeolit bertambah dan

akhirnya zeolit menjadi lebih efektif mengadsorpsi ion-ion Cr3+

. Semakin luas permukaan

adsorben, maka makin banyak zat yang teradsorpsi. Pada serbuk kayu gergaji, adsorbsi yang

terjadi hanya bedasarkan prinsip HSAB saja, tidak dilakukan pemanasan, tidak terjadi

penambahan jumlah pori dan luas permukaan spesifik, sehingga tidak menambah ion Cr3+

yang

teradsopsi pada serbuk kayu.

Daya adsorbsi maksimum zeolit yang diaktivasi dengan pemanasan terbukti lebih unggul

dibandingkan daya adsorbsi maksimum serbuk gergaji kayu albizia diaktivasi menggunakan

etanol- toluene (1:1). Tetapi kekurangan dari adsoben zeolit adalah relative sulit diperoleh,

sedangkan adsoben serbuk gergaji kayu mudah didapat dan dengan harga murah.

Page 14: Makalah HSAB Rizka Noviati

BAB 4

KESIMPULAN

Adsorbsi Ion krom (Cr3+

) dengan adsoben serbuk gergaji kayu albizia dan zeolit

berdasarkan prinsip HSAB. Ion Cr3+

bersifat asam keras yang akan berikatan dengan OH- dari

selulosa dan hemiselulosa pada kayu albizia yang bersifat basa keras, dan pada zeolit, ion Cr3+

berikatan dengan O dari zeolit yang bersifat basa keras. Adsoben serbuk kayu gergaji diaktivasi

dengan penambahan etaol-toluen (1:1), dan adsoben zeolit dilakukan pemanasan. Daya adsorpsi

maksimum ion Cr3+

oleh serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi dengan campuran pelarut

etanol-toluena adalah 2,21 mg/g. Dan daya adsorpsi maksimum zeolit yang teraktivasi secara

fisis terhadap ion Cr3+

adalah sebesar 2,7061 mg/g. Daya adsopsi ion Cr3+

dengan zeolit yang

diaktivasi dengan pemanasan lebih unggul daripada serbuk gergaji kayu albizia yang diaktivasi

dengan campuran pelarut etanol-toluena.

Page 15: Makalah HSAB Rizka Noviati

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1, 2008, Zeolit sebagai mineral serba guna, http://www.chem-is-

try.org/artikel_kimia/kimia_material/zeolit_sebagai_mineral_serba_guna/, diakses tanggal 3

Juni 2010.

Anonim2, 2009, Adsorpsi, http://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/05/18/adsorpsi/,

diakses tanggal 3 Juni 2010.

Muchie, 2009, asam basa lunak keras, http://ckyanime.blogspot.com/2009/09/asam-basa-lunak-

keras.html, diakses tanggal 4 Juni 2010.

Pkimunlam, 2008, adsorbsi ion logam, http://pkimunlam.wordpress.com/2008/11/09/adsorbsi-ion-

logam/, diakses tanggal 3 Juni 2010.

Suardana, I Nyoman, 2008, OPTIMALISASI DAYA ADSORPSI ZEOLIT TERHADAP ION

KROMIUM (III), http://www.freewebs.com/santyasa/Lemlit/ PDF_Files/ SAINS/

APRIL_2008/I_Nyoman_Suardana.pdf, diakses tanggal 28 Mei 2010.

Sukarta, I Nyoman, 2008, ADSORPSI ION Cr3+

OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA,

http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/9599/2/2008ins.pdf, diakses tanggal 28 Mei

2010.