Laporan Kimfis 2 BM 1B Rizka Maharana
-
Upload
rana-maharana -
Category
Documents
-
view
57 -
download
1
description
Transcript of Laporan Kimfis 2 BM 1B Rizka Maharana
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Setiap zat terdiri atas partikel-partikel yang sangat kecil. Partikel-partikel
tersebut kemudian akan selalu bergerak dan memiliki energi kinetik. Kecepatan
gerak partikel-partikel tersebut bergantung pada temperatur dan keadaan fisik zat
(gas, cair, atau padat).
Dari ketiga keadaan fisik zat tersebut, keadaan gas yang paling mudah
untuk dipahami. Pada keadaan gas, partikel-partikel bergerak secara bebas ke
segala arah. Jarak antara partikel-partikel cukup besar sehingga gaya tarik-
menarik antara partikel relatif kecil. Gas tidak mempunyai bentuk dan volume
yang tetap, tetapi akan selalu mengisi setiap ruang yang ditempatinya, volume gas
sama dengan volume ruangan. Gaya atau interaksi antar partikel-partikelnya
sangat kecil. Jikalau satu cairan mudah menguap dengan suhu didih kurang dari
100 oC, dipanaskan hingga menguap, maka uap itu akan mendorong udara keluar
dari dalam wadah, dan akan tercapai kesetimbangan. Setelah dilakukan
pendinginan, kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot yang terdapat di
dalamnya.
Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan massa molekul suatu zat
yang mudah menguap berdasarkan pengukuran bobot jenisnya yang mengacu
pada persamaan gas ideal. Tekanan uap zat cair dalam suatu labu akan
dikondisikan mencapai kesetimbangan dengan tekanan udara luar kemudian
dapat diketahui bobot jenisnya. Setelah itu dengan menggunakan persamaan gas
ideal, maka massa molekul zat tersebut dapat diketahui. Agar dapat lebih
memahami teori di atas, maka percobaan ini dilakukan.
1.2 Tujuan
− Mengetahui berat molekul kloroform secara praktek.
− Mengetahui persen kesalahan pada percobaan kali ini.
− Mengetahui Faktor Koreksi dari percobaan.
− Mengetahui berat molekul kloroforom secara teori.
1.3 Prinsip Percobaan
Percobaan kali ini didasarkan pada penentuan berat molekul suatu zat volatil
dengan mengukur massa jenis gas menggunakan persamaan gas ideal.Dimana
senyawa x volatil dipanaskan hingga mencapai titik kesetimbangan, lalu
didinginkan agar terbentuk cair kembali setelah menjadi gas dan dapat dihitung
massanya, yang digunakan untuk menetukan berat molekul senyawa tadi serta
dilakukan suatu penentuan selisih bobot senyawa sebelum dan sesudah
penguapan. Dan dilakukan juga pada senyawa H2O.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gas terdiri atas molekul-molekul yang bergerak menurut jalan-jalan yang
lurus ke segala arah, dengan kecepatan yang sangat tinggi. Molekul-molekul gas
ini selalu bertumbukan dengan molekul-molekul yang lain atau dengan dinding
bejana. Tumbukan terhadap dinding bejana ini yang menyebabkan adanya tekanan
(Sukardjo, 1989).
Volume dari molekul-molekul gas sangat kecil bila dibandingkan dengan
volume yang ditempati oleh gas tersebut sehingga banyak ruang yang kosong
antar molekul-molekulnya. Hal ini yang menyebabkan gas mempunyai kerapatan
yang lebih kecil daripada cairan atau zat padat (Sastrohamidojo, 2010).
Suatu persamaan gas ideal dapat digunakan untuk menentukan massa
molekul zat mudah menguap (Dogra dan Dogra, 2008) :
PV = nRT
Jumlah mol (n) = beratberat molekul
= wM
PV = w / M RT
PM = w / V RT
M = RT w / pV
M = ρ RT / P
dimana : M= massa molekul zat mudah menguap
ρ = densitas gas (g dm-3)
P= tekanan gas (atm)
V= volume (dm3)
T= suhu absolut (K)
R= tetapan gas (dm3.atm.mol-1.K-1)
Adapun hukum-hukum gas, yaitu sebagai berikut (Keenan, dkk., 1984) :
Berat jenis gas diartikan sebagai massa dibagi dengan volume. Volume
gas akan berubah dengan adanya perubahan suhu dan tekanan. Karenanya, berat
jenis gas akan berubah bila suhu dan tekanan berubah. Semakin tinggi tekanan
suatu jumlah tertentu gas pada suhu yang konstan akan menyebabkan volume
menjadi semakin kecil dan akibatnya berat jenis akan semakin besar. Pada
keadaan gas, gerakan partikel gas bergerak secara acak ke segala arah, gas
mempunyai kemampuan untuk mengisi setiap ruang kosong atau dengan kata lain
gas mempunyai kemampuan untuk berdifusi dari daerah yang mempunyai berat
jenis tinggi ke rendah yang berat jenisnya lebih rendah sampai dicapai keadaan
homogen (Bird, 1987).
Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur (dalam banyak kasus,
kerapatan menurun dengan kenaikan temperatur, karena hampir semua substansi
mengembang ketika dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus dicatat
dengan nilai kerapatannya. Sebagai tambahan, tekanan gas harus spesifik.
Kerapatan padatan dan cairan sering dibandingkan dengan kerapatan air. Zat yang
kerapatannya lebih rendah (lebih ringan) dari air akan mengapung, dan zat yang
kerapatannya lebih besar (lebih berat) dari air akan tenggelam dalam air. Dengan
cara yang sama. kerapatan gas dibandingkan dengan kerapatan udara. Gas yang
kerapatannya lebih rendah (lebih ringan) akan naik dalam udara, dan gas yang
kerapatannya lebih besar (lebih berat) akan turun dalam udara. Untuk menghitung
kerapatan suatu zat, kita harus membuat dua pengukuran; pertama, menetapkan
massa zat tersebut, dan kedua menentukan volumenya (Stoker, 1993).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
− Erlenmeyer
− Jarum
− Pipet Gondok
− Neraca Analitik
− Desikator
− Thermometer
− Penangas air
3.1.2 Bahan
− Alumunium foil
− Karet gelang
− Plastik Hitam
− Kloroform
− Aquadet
3.2 Prosedur Percobaan
- Diambil sebuah Erlenmeyer kosong yang kering
- Ditutup dengan alumunium foil dan dikencangkan dengan karet gelang
- Ditimbang labu Erlenmeyer tersebut
- Dimasukkan larutan volatil (kloroform) sebanyak 5 mL
- Ditutup dengan alumunium foil kembali dan dikencangkan dengan karet
gelang
- Ditimbang kembali
- Dibuat lubang kecil pada alumunium foil dengan jarum
- Dipanaskan dengan penangas air pada suhu 70 oC hingga menguap
- Diletakkan dalam desikator hingga uap jadi cairan
- Ditimbang
- Ditimbang erlenmeyer kosong
- Ditambahkan aqudes hingga penuh
- Ditimbang kembali
- Diukur suhunya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
- Diambil sebuah Erlenmeyer
kosong yang kering
- Ditutup dengan alumunium foil
dan dikencangkan dengan karet
gelang
- Ditimbang labu Erlenmeyer
tersebut
- Dimasukkan larutan volatil
(kloroform) sebanyak 10 mL
- Ditimbang kembali
- Dibuat lubang kecil pada
alumunium foil dengan jarum
- Dipanaskan dengan penangas air
pada suhu 70 0C hingga menguap
- Diletakkan dalam desikator hingga
uap jadi cairan
- Massa cairannya
- Massa cairan dalam desikator
- Ditimbang erlenmeyer kosong
- Ditambahkan aqudes hingga penuh
- Diukur temperature air
- Tekanan Atmosfer
- Massa Erlenmeyer dan Air
41,38 gr
55,83 gr
14,45 gr
0,29 gr
40,79 gr
28oC
1 atm
118,79 gr
4.2 Perhitungan
4.2.1 Penentuan Berat Molekul Secara Praktek
Massa Senyawa x = 14,45 gram
P (tekanan) = 1 atm
T (suhu) = 70 0C = 343 K
R = 0,08206 atm.L / mol.K𝜌 30 0C = 0,9963 gr/mL
P BMx = mxRT
V erlenmeyer
Verlenmeyer =(massaerlenmeyer+air )−(massaerlenmeyer kosong)
ρair
= 118,79−40,79
0,99 63
= 78
0,9963
= 78,2897 mL
= 0,7829 L
Sehingga P BMx = mxRT
V erlenmeyer
1 x BMx = 0,78 x0,08206 x 343
0,7829
BMx = 21,95430,7829
BMx = 28,0422 gr/mol
4.2.2 Faktor Koreksi
T = 25 0C (suhu kamar)
Log P = 6,90328 – 1163,03227,4+T
= 6,90328 – 1163,03
227,4+25
= 6,90328 – 4,60788
Log P = 2,2954
P = 102,2954
P = 197,4240 mmHg
Puap = 197,4240mmHg
760mmHg
= 0,2598 atm
4.2.3 Menghitung Massa Udara yang Menjadi Faktor Koreksi
Puap = 0,2598 atm
T = 25 0C = 298 K
BM uap = 28,8 gr/mol
Puap BMuap = muapRT
V erlenmeyer
muap R T = Puap BMuap Verlenmeyer
muap = PuapBM uapV erlenmeyer
RT
= 0,2598 x28,8 x0 ,7829
0,08206 x298
= 5 ,857824,4539
= 0,2395 gram
Massa yang diperlukan
mx total = massa kloroform + massa uap
= 0,29 + 0,2395
= 0,5295 gram
Sehingga BMx setelah ditambah dengan massa uap yang hilang (mx)
setelah faktor koreksi:
P. BMx = mx total RT
V erlenmeyer
1 atm x BMx = 0,5295 x0,08206 x 298
0,7829
BMx = 16,5389 gr/mol
4.2.4 Berat Molekul Secara Teori
BM = mCHCl3 sebenarnya
PV R T
= ❑
1x 0,7829 x 0,08206 x 298
= 8,8531 gr/mol
4.2.6 % Kesalahan
% Kesalahan = BM teori−BM praktek
BM praktek x 100%
= −16,538916,5389
x 100%
= −361,99852519,5155
x 100%
= 14,38 %
4.3 Pembahasan
Penentuan massa molekul suatu zat yang mudah menguap dilakukan
berdasarkan pengukuran massa jenis zat mudah menguap tersebut. Adapun
penentuan massa jenisnya dilakukan berdasarkan penimbangan zat tersebut
sebelum dan setelah penguapan.
Dalam pengukurannya, digunakan erlenmeyer yang ditutup dengan
aluminium foil dan karet gelang. Hal ini bertujuan untuk memberikan ruang pada
zat tersebut pada saat menguap. Namun sebelum itu, volume dari erlenmeyer
harus diketahui terlebih dahulu, yaitu dengan menimbang kosong erlenmeyer
tersebut, kemudian mengisinya dengan air dan ditimbang kembali, sehingga
diperoleh massa air. Volume air dapat ditentukan berdasarkan kerapatan air pada
temperatur yang sesuai.
Setelah pengukuran volume erlenmeyer, isi erlenmeyer diganti dengan zat
yang mudah menguap yaitu kloroform dan aseton. Namun sebelumnya,
erlenmeyer bekas air tadi dibilas terlebih dahulu dengan zat yang akan digunakan.
Hal ini bertujuan agar tidak ada sisa air dalam erlenmeyer yang dapat
mempengaruhi hasil yang akan diperoleh.
Sebelum diuapkan, penutup erlenmeyer dilubangi terlebih dahulu dengan
jarum agar uap dari zat tersebut dapat menempati ruang erlenmeyer pada tekanan
normal 1 atm. Sebelum ditimbang kembali, uap dalam erlenmeyer dibiarkan
mengembun kembali agar tidak keluar lagi dari erlenmeyer. Pendinginan
dilakukan di dalam desikator, agar tidak ada zat yang masuk ataupun keluar dari
erlenmeyer.
Nilai massa jenis yang dihubungkan dengan sifat cairan adalah semakin
tinggi nilai massa jenis dari suatu cairan menunjukkan bahwa cairan tersebut
semakin kental sehingga sifat menguapnya sulit.
Senyawa volatil merupakan suatu senyawa yang memiliki titik didih cukup
rendah, sehingga dalam suhu ruangan atau kamar akan sangat mudah menguap.
Mengapa pada percobaan kali ini kita menggunakan kloroform? Hal ini
dikarenakan kloroform merupakan senyawa volatil yang memiliki titik didih
rendah dibandingkan senyawa volatil lainnya misalnya alkohol, dietil eter, aseton,
n-heksan, dan lainnya, sehingga mudah untuk diuapkan dalam suhu rendah dan
dalam waktu yang sebentar. Sehingga lebih mudah pula untuk menetukan berat
molekulnya.
Sama seperti setiap percobaan yang lain, setiap praktikum selalu memakai
alat dan bahan tertentu sesuai dengan jenis percobaan itu masing-masing. Adapun
pada percobaan ini memakai beberapa reagen yang berfungsi sebagai berikut :
Kloroform = Senyawa X yang ingin diketahui berat molekulnya
Aquadest = Reagen yang digunakan untuk menentukan Berat Molekul
secara teori dan sebagai penguap pada penangas air.
Serta terdapat beberapa perlakuan tertentu yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
Ditimbang = Untuk mengetahui massa dari suatu alat ataupun reagen yang
digunakan pada percobaan kali ini.
Pemanasan = Untuk menguapkan kloroform.
Pendinginan dalam desikator = Agar pada saat proses perubahan fase gas
ke fase cair pada kloroform berlangsung sempurna dan aman dari
gangguan yang terdapat pada lingungan luar Erlenmeyer yang ditakutkan
Fase gas dari senyawa X akan bereaksi dengan lingkungan sekitar
Dan juga pada setiap praktikum tentunya tak akan lepas dari yang namanya
kesalahan, Adapun beberapa faktor kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan
kali ini adalah :
Pada saat penyucukan jarum pada alumunium foil terlalu besar, hal ini
akan menyebabkan akan banyak uap kloroform yang bebas dari sistem
Erlenmeyer, sehinngga pada saat pendinginan kembali massa sesudah dan
sebelum pemanasan akan sangat jauh berbeda.
Suatu persamaan gas ideal dapat digunakan untuk menentukan massa
molekul zat mudah menguap (Dogra dan Dogra, 2008) :
PV = nRT
Jumlah mol (n) = beratberat molekul
= wM
PV = w / M RT
PM = w / V RT
M = RT w / pV
M = ρ RT / P
dimana : M= massa molekul zat mudah menguap
ρ = densitas gas (g dm-3)
P= tekanan gas (atm)
V= volume (dm3)
T= suhu absolut (K)
R= tetapan gas (dm3.atm.mol-1.K-1)
Adapun hukum-hukum gas, yaitu sebagai berikut (Keenan, dkk., 1984) :
1. Hukum Boyle
Jika temperatur tetap konstan, volume suatu gas dengan massa tertentu,
berbanding terbalik dengan tekanan. Secara matematis,
V 1P
PV = konstan. Bila dinyatakan secara matematis dengan cara lain :
P1V1 = P2V2 atau
V 1
V 2 =
P2
P1
2. Hukum Charles
Jika tekanan tidak berubah, volume gas dengan massa tertentu, berbanding
lurus dengan temperatur mutlak. Secara matematis,
V T
VT
= suatu konstanta, atau
V 1T 1
= V 2T 2
atau V 1V 2
= T 1T 2
3. Hukum Avogadro
Molekul yang sama banyak terdapat dalam gas-gas berlainan yang
volumenya sama, jika tekanan dan temperaturnya sama.
V n
V/n = suatu tetapan
Menurut STP, dengan volume diberikan dalam liter yaituV/n = 22,414
L/mol dalam satuan dasar SI, V/n = 0,022414 m3/mol . Volume 1 mol gas pada
tekanan dan temperatur standar disebut volume Avogadro atau volume gas molar.
4. Hukum Dalton
Tekanan total dalam suatu campuran gas adalah jumlah tekanan parsial
anggota-anggota campuran. Secara matematis,
Ptotal = P1 + P2 + P3 + …
Huruf p kecil merujuk ke tekanan parsial, yakni tekanan yang dilakukan oleh
masing-masing gas dalam campuran itu.
5. Hukum Graham
Laju difusi dua gas berbanding terbalik dengan akar (kuadrat) rapatan
mereka. Secara matematis,
r1r 2= √d2
√d1
dengan r1 dan r2 adalah laju difusi dua gas, dan d1 dan d2 adalah rapatan masing-
masing.
Berat jenis gas diartikan sebagai massa dibagi dengan volume. Volume gas akan
berubah dengan adanya perubahan suhu dan tekanan. Karenanya, berat jenis gas
akan berubah bila suhu dan tekanan berubah. Semakin tinggi tekanan suatu
jumlah tertentu gas pada suhu yang konstan akan menyebabkan volume menjadi
semakin kecil dan akibatnya berat jenis akan semakin besar. Pada keadaan gas,
gerakan partikel gas bergerak secara acak ke segala arah, gas mempunyai
kemampuan untuk mengisi setiap ruang kosong atau dengan kata lain gas
mempunyai kemampuan untuk berdifusi dari daerah yang mempunyai berat jenis
tinggi ke rendah yang berat jenisnya lebih rendah sampai dicapai keadaan
homogen.