Makalah Gizi
description
Transcript of Makalah Gizi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 2
1.2 Tujuan........................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian GAKY....................................................................... 4
2.2 Faktor – faktor yang berhubungan dengan masalah
GAKY Etiologi……………………………………………………… 6
2.3 Pengukuran Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).... 10
2.4 Spektrum serta Dampak Sosial dan Ekonomi Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY)....................................................... 12
2.5 Distribusi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)..........13
2.6 Determinan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)......14
2.7 Pencegahan dan penanggulangan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY)..................................................... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah gizi yang masih merupakan masalah utama di Indonesia
adalah Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY). GAKY merupakan masalah
serius, karena diperkirakan pada saat ini terdapat sekitar 42 juta penduduk
Indonesia tinggal di daerah yang lingkungannya miskin yodium. GAKY adalah
sekumpulan gejala yang timbul, karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium
secara terus menerus dalam jangka waktu cukup lama. GAKY dapat menyerang
siapa saja baik perempuan, pria, anak-anak, dewasa maupun orangtua yang tinggal
di daerah kekurangan yodium. (Anonym, 2001. GAKY, Penyakit Penyebab Retardasi
Mental)
GAKY mempunyai dampak serius terhadap kesehatan manusia. Di antaranya
keguguran pada ibu hamil, lahir mati dan cacat bawaan pada janin, gondok, kretin
(cebol), keterbelakangan mental pada anak dan remaja. Bahan makanan yang kaya
yodium di antaranya terdapat pada ikan laut, kerang dan kepiting. Selain itu,
kebutuhan yodium dapat diperoleh dari garam yang telah disuplementasi dengan
yodium. Garam beryodium yang digunakan sebagai konsumsi harus memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI), yakni mengandung yodium sebesar 30 - 80 ppm.
Kebutuhan tubuh terhadap yodium adalah 100 150/g tiap orang per hari. (Anonym,
2001. GAKY, Penyakit Penyebab Retardasi Mental)
Dianjurkan, setiap orang mengonsumsi garam beryodium sekitar enam gram
atau satu sendok teh setiap hari. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dari makanan
sehari-hari yang diolah dengan menggunakan garam sebagai penambah rasa dalam
hidangan. Defisiensi yodium, terdapat di banyak daerah di seluruh Indonesia secara
endemik, terutama di kepulauan besar dan di daerah pegunungan. Ini karena air dan
tanah di daerah tersebut miskin kandungan zat yodium, sedangkan bahan makanan
berasal dari laut yang kaya yodium tidak terdapat di daerah tersebut. (Anonym,
2001. GAKY, Penyakit Penyebab Retardasi Mental)
Untuk mengetahui apakah garam yang dijual di warung atau toko
mengandung yodium atau tidak, dengan membaca label kemasannya. Pada
2
kemasan garam beryodium harus tertera tulisan 'Garam Beryodium'. Selain itu dapat
diketahui dengan melakukan pengujian mutu garam beryodium menggunakan cairan
uji iodina tes. (Anonym, 2001. GAKY, Penyakit Penyebab Retardasi Mental)
1.2 Tujuan
Untuk memberikan sumber informasi mengenai bagaimana cara melakukan
pencegahan, penanggulangan dan pengobatan terhadap penyakit GAKY.
(Anonym, 2001. GAKY, Penyakit Penyebab Retardasi Mental)
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian GAKY
Gangguan Akibat Kekurang Yodium (GAKY) adalah gejala yang timbul
karena tubuh seseorang kekurangan yodium secara terus menerus dalam jangka
waktu yang cukup lama. GAKY merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang serius mengingat dampaknya sangat besar terhadap
kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Pada ibu hamil penderita
GAKY berat untuk kurun waktu lama (kronik), dampak buruk GAKY mulai terjadi
pada kehamilan trimester kedua tetapi masih dapat diperbaiki apabila segera
mendapat suplemen zat yodium. (mailto:[email protected], 21-01-2009)
Apabila GAKY terjadi pada kehamilan tua (lebih dari trimester kedua),
dampak buruknya tidak dapat diperbaiki, artinya kelainan fisik dan mental yang
terjadi pada janin akan menjadi permanen sampai dewasa. Dampak buruk pada
janin dan bayi dapat berupa keguguran, lahir mati, lahir cacat, kretin/cebol, kelainan
psikomotor dan kematian bayi. Pada anak usia sekolah dan orang dewasa GAKY
dapat berakibat pembesaran kelenjar gondok, cacat mental dan fisik.
(mailto:[email protected], 21-01-2009)
Selama ini perhatian para pakar terpusat pada GAKY tingkat berat, dan
tingkat sedang, baru sekitar sepuluh tahun belakang ini tertarik mengamati apa yang
terjadi pada GAKY tingkat ringan yang jumlahnya jauh lebih besar. Dampak buruk
GAKY tingkat ringan ternyata lebih mengejutkan. Pada tingkat ringan sudah terjadi
kelainan perkembangan sel-sel syaraf yang mempengaruhi kemampuan belajar
anak yang ditunjukkan dengan rendahnya IQ anak penderita GAKY.
(mailto:[email protected], 21-01-2009)
Perkembangan sel otak terjadi dengan pesat pada janin dan anak sampai
usia dua tahun, karena itu ibu hamil penderita GAKY tingkat ringan dapat
memberikan dampak buruk pada perkembangan syaraf motorik dan kognitif janin
4
yang berkaitan dengan perkembangan kecerdasan anak. (mailto:[email protected],
21-01-2009)
Untuk mengetahui masalah kurang yodium, pemantauan besaran masalah
dilakukan survei nasional. Pada tahun 1980 prevalensi GAKY pada anak usia
sekolah adalah 27,7%,prevalensi ini menurun menjadi 9,8% pada tahun 1988.
Walaupun terjadi perubahan yang berarti, GAKY masih dianggap masalah
kesehatan masyarakat, karena secara umum prevalensi masih di atas 5%. Tahun
2003 dilakukan lagi survei nasional, yang dibiayai melalui Proyek Intensifikasi
Penanggulangan GAKY (IP-GAKY), untuk mengetahui dampak dari intervensi
program penanggulangan GAKY. (mailto:[email protected], 21-01-2009)
Upaya pencegahan dan penanggulangan GAKY, dapat dilakukan dengan
menggunakan garam beryodium dalam hidangan sehari-hari. Agar yodium yang
terkandung di dalam garam tidak hilang saat pemasakan, dianjurkan penambahan
dilakukan saat masakan sudah matang dan dalam keadaan dingin.
(mailto:[email protected], 21-01-2009)
Upaya pencegahan dan penanggulangan dilakukan dengan: Monitoring
garam setiap Februari dan Agustus di tingkat masyarakat; Penyuluhan kesehatan
terutama mengenai GAKY, garam beryodium, bahan makanan yang banyak
mengandung zat yodium yang diperoleh dari makanan berasal dari laut dan bahan
makanan goitrogenik (penghambat penyerapan yodium) seperti kol, singkong,
jagung, rebung dan ubi jalar; Pemberian kapsul minyak yodium untuk setiap kasus
yng ditemukan, ibu hamil dan Wanita Usia Subur; Pemetaan GAKY sebagai upaya
pelacakan kasus GAKY di tingkat masyarakat.(mailto:[email protected], 21-01-2009)
Sebagai upaya dari kegiatan tindak lanjut penanggulangan dan pencegahan
GAKY adalah dengan meningkatkan kerja sama dari berbagai sektor terkait, dalam
melakukan pemantauan mutu garam beryodium. Setiap upaya yahg ditujukan untuk
kepentingan masyarakat, akan lebih berhasil jika masyarakat secara aktif turut
berperan serta. (mailto:[email protected], 21-01-2009)
5
Oleh karena itu, peran serta masyarakat sangat diperlukan terutama dalam
rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan. (mailto:[email protected], 21-01-2009)
Dari hasil survei ini diketahui secara umum bahwa Total Goitre Rate (TGR)
angka prevalensi gondok yang dihitung berdasarkan seluruh stadium pembesaran
kelenjar gondok, baik yang teraba maupun yang terlihat pada anak sekolah berkisar
11,1%. (mailto:[email protected], 21-01-2009)
2.2 Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Masalah GAKY
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain:
1. Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini
disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap
kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya
(Hartono, Bambang. 2005. Gangguan Perkembangan Otak Janin Akibat Defisiensi
Yodium pada Masa Kehamilan.)
Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (2000) dengan pemberian iodium
pada anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran
kelenjar tiroid. Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian,
Propinsi Heilongjian (Cina) dimana pemberian iodium antara tahun 1978 dan 1986
dapat menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari 80 % menjadi 4,5 %. (NN.
2004. Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program Penanggulangan GAKY
Tahun 2004.)
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara
terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang
mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi
dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin
dan proses coupling (Ritanto, Mus Joko. 2003. Faktor Risiko Kekurangan Yodium
pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Thesis
Universitas Diponegoro)
6
2. Faktor Geografis dan Non Geografis
Menurut Djokomoeldjanto (2004) bahwa GAKI sangat erat hubungannya
dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering
dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di
Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera
dan pegunungan Kapur Selatan. (Rusnelly. 2006. Determinan Kejadian GAKY pada
Anak Sekolah Dasar di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi Kota pagar Alam
Propinsi Sumatera Selatan. Thesis Universitas Diponegoro.)
Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain
sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya
merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam
jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi
iodium atau daerah endemik iodium ((Rusnelly. 2006. Determinan Kejadian GAKY
pada Anak Sekolah Dasar di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi Kota pagar Alam
Propinsi Sumatera Selatan. Thesis Universitas Diponegoro.)
3. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun
tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah
bahan pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 2004). Williams (2004)
dari hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang
dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna,
karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral
iodium yang telah masuk ke dalam tubuh. (Anonim. 2006. Penaggulangan GAKI. [14
September 2008].)
Giterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh
kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain
itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke
bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 2002).
Menurut Chapman (2002) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti
kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela,
kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok
7
Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan
cuka). (Chapman (2002)
4. Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon
dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat
oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas.
Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan
adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid
akhirnya menurun. (Anonym, 2002. IODIUM DAN GANGGUAN AKIBAT
KEKURANGAN IODIUM)
Kurangnya Konsumsi Makanan Kaya Yodium
Rata-rata konsumsi bahan makanan kaya yodium pada penduduk di desa-
desa lereng gunung daerah endemis GAKY di Pati dan Jepara 1-2 kali dalam
seminggu, sedangkan pada daerah dataran rendah konsumsi ikan laut 2-4 kali
dalam seminggu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kesediaan pangan, sosial ekonomi,
dan kebiasaan penduduk serta tingkat pengetahuan tentang GAKY yang rendah.
(Anonym, 2007. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),
dinkeskabkulonprogo.org, 21-01-2009.)
A. Pengetahuan Orang Tua
Ada 13 - 19 % dari responden ibu (di Pati dan Jepara) di daerah endemik
GAKY yang belum pernah mendengar tentang yodium. Sedangkan responden yang
tidak mengetahui tentang garam beryodium ada 11-14 %. Kapsul yodiol di Pati
hanya dikenal 36,7 % responden, terutama di daerah endemic gondok. Berdasarkan
hasil temuan Suharyo, dkk (1996) di Jawa Tengah ditemukan bahwa pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat terhadap suntikan lipiodol dan garam beryodium
sangat rendah. Pada umumnya responden dalam studi tersebut menunjukan bahwa
66,7 % belum pernah mendengar suntikan lipiodol baik di daerah gondok endemic
8
sedang maupun berat. (Anonym, 2009. GAKY, Maslah Gizi Yang Perlu Mendapat
Perhatian)
Kandungan Yodium dalam Garam Dapur
Program yodisasi garam adalah salah satu upaya yang ditempuh oleh
Pemerintah untuk menanggulangi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium. Sejak
awal dicetuskannya, program iodisasi garam dititikberatkan pada pengadaan garam
konsumsi beriodium, sehingga seluruh garam konsumsi yang beredar di masyarakat
mengandung yodium dengan kadar KIO3 40 ppm (Atmarita. 2002. Berhasilkah
gayam Beryodium sebagai Salah Satu Upaya Penurunan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia.)
B. Kandungan Yodium dalam Air
Kandungan yodium dalam tanah pertanian pada daerah endemik gondok
berpengaruh secara bermakna terhadap kejadian gondok, ditunjukan dengan hasil
pengukuran kadar yodium dalam tanah di daerah endemik (rata-rata 0,13 μg/L) lebih
rendah dari pada kandungan yodium tanah daerah non endemik (ratarata 0,21
μg/L). Penyebab GAKY di daerah endemik adalah rendahnya asupan sehari-hari
yang disebabkan oleh rendahnya kadar yodium di dalam bahan makanan dan air
minum. (Gatie, Aih Luh. 2006. Validasi Total Goitre Rate (TGR) Berdasar Palpasi
terhadap Ultrasonografi (USG) Tiroid serta Kandungan Yodium Garam dan Air di
Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes. Thesis Universitas Diponegoro.)
Meskipun kekurangan yodium merupakan faktor paling penting terhadap
terjadinya GAKY, tetapi ada beberapa faktor lain yang mempunyai pengaruh
terhadap menetap dan berkembangnya kasuskasus baru di berbagai daerah
endemis, yang meliputi :
1. Faktor Genetik
Terdapatnya prevalensi yang tinggi kejadian gondok pada beberapa anggota
keluarga disebabkan rendahnya efisiensi biologi tiroid. Ditemukannya antibodi
imunoglubolin (IgG) dalam serum penderita, antibodi ini mungkin diakibatkan karena
9
suatu kelainan imunitas yang bersifat herediter yang memungkinkan kelompok
limfosit tertentu dapat bertahan, berkembang biak dan mengekskresi imunoglobulin
stimulator, sebagai respon terhadap beberapa faktor perangsang (Departemen
Kesehatan (DepKes). 2006. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Garam
Beriodium. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat: Jakarta.)
2. Gangguan Metabolisme Fungsi tiroid
Fungsi tiroid merupakan salah satu komponen sistem yang sangat komplek.
Bila terjadi defek pada salah satu fase akan mempengaruhi status tiroid, misalnya
pada pasien dengan sindrom resistensi hormone tiroid sebenarnya memiliki fungsi
tiroid yang normal tetapi statusnya bisa berkisar dari hipotiroid sampai hipertiroid.
Dengan kata lain baik kekurangan maupun kelebihan asupan yodium akan
memberikan dampak terhadap fungsi maupun morfologi kelenjar tiroid. (Rusmiati, Y.
2006. Penaggulangan GAKI. [14 September i 2008)
2.3 Pengukuran Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Pengukuran Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) atau Iodine
Deficiency Disorders (IDD) dalam populasi mengindikasikan tingkat dan keparahan
masalah. Hal tersebut juga mengindikasikan kemajuan dalam berkurangnya
penderita GAKY. Pengukuran GAKY dipakai sebagai informasi penting dalam
memutuskan apakah suatu program pemberantasan GAKY masih diperlukan untuk
menunjukkan keefektifannya dalam mengurangi jumlah penderita GAKY.
(Proverawati, Atikah & Erna Kusuma Wati. 2010. Ilmu Gizi untuk Keperawatan & Gizi
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.)
Beberapa metode diterapkan dalam mengklasifikasi tingkat dan keparahan
GAKY dapat diketahui sebagai berikut : (Stanbury dalam Gatie, 2006)
1. Pengukuran Tiroid dengan Palpasi
Pengukuran dengan palpasi telah menjadi standar untuk mengukur gondok.
Pada anak usia sekolah masih amat mudah dan cepat bereaksi terhadap perubahan
masukan yodium dari luar. Kasus gondok pada anak sekolah yang berusia 6-12
10
tahun dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam perkiraan besaran GAKY di
masyarakat pada suatu daerah. (Arisman. 2008. Gizi dalam Daur Kehidupan.
Jakarta: EGC.)
Objektivitas bisa didapatkan dalam survei gondok dengan pengukuran-
pengukuran ultrasonografi seperti yang digunakan dalam penelitian medis lainnya,
contohnya dalam perawatan antenatal. Teknik ini mulai banyak dipakai dan
memberikan ukuran tiroid lebih luas dan bebas dari bias pengukuran. Prosedurnya
tidak invasif dan bisa digunakan untuk mengukur ratusan orang dalam sehari. Teknik
tersebut bisa dipelajari dengan baik dalam beberapa hari. (Arisman. 2008. Gizi
dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.)
Kelebihan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) adalah memberikan suatu
pengukuran objektif dari volume tiroid, dalam beberapa kasus mungkin bisa
menunjukkan pertimbangan terhadap GAKY dan karenanya program pencegahan
yang mahal bisa dihindarkan, ultrasonografi dengan cepat menggantikan palpasi.
Pemeriksaan USG juga merupakan suatu pengukuran yang tepat untuk melihat
pembesaran volume tiroid dibandingkan dengan palpasi. (Arisman. 2008. Gizi dalam
Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.)
Volume tiroid yang dihitung berdasarkan panjang, jarak dan ketebalan dari
kedua cuping, volume yang dihitung dibandingkan dengan standar dari suatu
populasi dengan masukan iodium yang cukup. Pengukuran volume tiroid dengan
menggunakan Ultrasonografi untuk saat ini hanya bisa dilakukan oleh dokter ahli
yang sudah terlatih dalam teknik ini. Hasil pemeriksaan volume tiroid pada sampel
merupakan penjumlahan dari volume tiroid kanan dan kiri. (Arisman. 2008. Gizi
dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.)
11
2. Pengukuran volume tiroid dengan Ultrasonografi (USG) Tiroid
Objektivitas bisa didapatkan dalam survei gondok dengan pengukuran-
pengukuran ultrasonografi seperti yang digunakan dalam penelitian medis lainnya,
contohnya dalam perawatan antenatal. Teknik ini mulai banyak dipakai dan
memberikan ukuran tiroid lebih luas dan bebas dari bias pengukuran. Prosedurnya
tidak invasif dan bisa digunakan untuk mengukur ratusan orang dalam sehari. Teknik
tersebut bisa dipelajari dengan baik dalam beberapa hari. (Departemen Kesehatan
RI, 2004, Profil Kesehatan Provinsi Jateng, Semarang)
Kelebihan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) adalah memberikan suatu
pengukuran objektif dari volume tiroid, dalam beberapa kasus mungkin bisa
menunjukkan pertimbangan terhadap GAKY dan karenanya program pencegahan
yang mahal bisa dihindarkan, ultrasonografi dengan cepat menggantikan palpasi.
Pemeriksaan USG juga merupakan suatu pengukuran yang tepat untuk melihat
pembesaran volume tiroid dibandingkan dengan palpasi. Volume tiroid yang dihitung
berdasarkan panjang, jarak dan ketebalan dari kedua cuping, volume yang dihitung
dibandingkan dengan standar dari suatu populasi dengan masukan iodium yang
cukup. (Departemen Kesehatan RI, 2004, Profil Kesehatan Provinsi Jateng,
Semarang)
Pengukuran volume tiroid dengan menggunakan Ultrasonografi untuk saat ini
hanya bisa dilakukan oleh dokter ahli yang sudah terlatih dalam teknik ini. Hasil
pemeriksaan volume tiroid pada sampel merupakan penjumlahan dari volume tiroid
kanan dan kiri (Departemen Kesehatan RI, 2004, Profil Kesehatan Provinsi Jateng,
Semarang)
2.4 Spektrum serta Dampak Sosial dan Ekonomi Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY)
Secara patofisiologis terdapat hubungan antara variasi metabolisme yodium
dan hormon tiroid pada berbagai tingkat tumbuh kembang manusia. Makin dini
terjadinya defisiensi yodium akan semakin berat dan ireversibel akibatnya. Makin
lama menderita gondok endemik akan makin sering ditemukan gondok noduler dan
hipotiroidi, terutama setelah pemberian suplementasi yodium. (Desi Purwitasari dan
Dwi Maryanti, 2009, Gizi dalam Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta:)12
Yodium dibutuhkan untuk sintesis hormon tiroid, dimana hormon ini penting
bagi aspek tumbuh kembang semua organ dan sistem tubuh, termasuk bagi
perkembangan otak. Perkembangan otak yang terganggu tersebut tercermin dari
terlambatnya perkembangan tonus dan reaksi postural. Namun keterlambatan ini
tidak menetap, karena pada usia 6 bulan mereka bisa mengejar ketinggalannya.
Rangkaian gangguan spektrum kekurangan yodium baik secara fisik maupun mental
sejak dalam kandungan sampai dewasa sangat bervariasi sesuai dengan tingkat
tumbuh kembang manusia. (Desi Purwitasari dan Dwi Maryanti, 2009, Gizi dalam
Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta:)
2.5. Distribusi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Untuk mengetahui masalah kurang yodium, pemantauan besaran masalah
dilakukan berdasarkan survei nasional. Pada tahun 1980, prevalensi (GAKY) pada
anak usia sekolah adalah 27,7%, prevalensi ini menurun menjadi 9,8%. Walaupun
terjadi perubahan yang berarti, GAKY masih dianggap masalah kesehatan
masyarakat, karena secara umum prevalensi masih di atas 5%. Prevalensi tersebut
bervariasi antar kecamatan dan masih dijumpai kecamatan dengan prevalensi
GAKY di atas 30% (Nuha Merdika Erwin sinaga, 2005, Hubungan antara Kadar Hb
dengan Prestasi Belajar pada Murid SD Negeri No. 173728 Lobuta Kecamatan
Palipi Kabupaten Samosir)
Dilaporkan dalam hasil survai pemetaan gondok 1998 yang telah
dipublikasikan WHO tahun 2000, bahwa 18,8% penduduk hidup di daerah endemik
ringan, 4,2% penduduk hidup di daerah endemik sedang, dan 4,5% penduduk hidup
di daerah endemik berat. Diperkirakan pula sekitar 18,2 juta penduduk hidup di
wilayah endemik sedang dan berat; dan 39,2 juta penduduk hidup di wilayah
endemik ringan. Menurut jumlah kabupaten di Indonesia, maka diklasifikasikan
40,2% kabupaten termasuk endemik ringan, 13,5% kabupaten endemik sedang, dan
5,1% kabupaten endemik berat. (Nuha Merdika Erwin sinaga, 2005, Hubungan
antara Kadar Hb dengan Prestasi Belajar pada Murid SD Negeri No. 173728 Lobuta
Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir)
13
2.6. Determinan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
1. Lokasi
Faktor lokasi dapat berpengaruh terhadap kejadian GAKY, hal ini disebabkan
kandungan yodium yang berbeda di setiap daerah. Penderita GAKY secara umum
banyak ditemukan di daerah perbukitan atau dataran tinggi, karena yodium yang
berada dilapisan tanah paling atas terkikis oleh banjir atau hujan dan berakibat
tumbuh-tumbuhan, hewan dan air di wilayah ini mengandung yodium rendah bahkan
tidak ada (Tahun 2005, Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 2, Desember
2005, hlm. 15-21)
Menurut data Departemen Kesehatan Tahun 2000 daerah pantai atau
dataran rendah bebas dari penderita GAKY. Daerah pantai atau dataran rendah
secara teoritis mengandung cukup yodium, dengan demikian maka tanaman sumber
air minum dan hewan mengandung yodium lebih banyak (Tahun 2005, Jurnal
Mutiara Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 2, Desember 2005, hlm. 15-21)
2. Asupan Energi dan Protein
Gangguan akibat kekurangan yodium secara tidak langsung dapat
disebabkan oleh asupan energi yang rendah, karena kebutuhan energy akan diambil
dari asupan protein. Protein (albumin, globulin, prealbumin) merupakan alat
transport hormon tiroid. Protein transport berfungsi mencegah hormon tiroid keluar
dari sirkulasi dan sebagai cadangan hormon. (Oktia Woro, dkk, 2006, Praktikum Gizi
Kesehatan Masyarakat, semarang: UNNES Press)
3. Status Gizi
Pengaruh status gizi terhadap kejadian GAKY masih belum banyak diteliti,
namun secara teoritis cadangan lemak merupakan tempat penyimpanan yodium.
Jumlah simpanan yodium di dalam tubuh setiap individu akan berbeda sesuai
dengan kondisi status gizinya (Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan
Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2003, Penuntun Diit Anak, Jakarta: PT Gramedia)
Kadar yodium urin anak dengan status gizi baik lebih tinggi dibandingkan
dengan anak dengan status gizi kurang setelah diberikan kapsul yodium selama 3
hari berturut-turut. Status gizi kurang atau buruk akan berisiko pada biosintesis
hormon tiroid karena kurangnya TBP (Thyroxin binding Protein), sehingga sintesis
14
hormon tiroid akan berkurang ((Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan
Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2003, Penuntun Diit Anak, Jakarta: PT Gramedia)
4. Pangan Goitogenik
Ada dua jenis zat goitrogenik yang berasal dari bahan pangan yaitu:
a. Tiosianat terdapat dalam sayuran kobis, kembang kol, sawi, rebung,
ketela rambat dan jewawut, singkong.
b. Isotiosianat terdapat pada kobis. (Pustaka Utama Sjahmien Moehji, 2009,
ILMU GIZI 2, Jakarta: Papas Sinar Sinanti)
Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan fungsi
hormon tiroid secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung zat goitrogenik
menghambat up take yodida anorganik oleh kelenjar tiroid. Seperti tiosianat dan
isotiosianat menghambat proses tersebut karena berkompetisi dengan yodium.
Menghambat oksidasi yodida anorganik dan inkorporasi yodium yang sudah
teroksidasi dengan asam amino tirosin untuk membentuk monoiodotyrosine (MIT)
dan diodotyrosine (DIT) serta menghambat proses coupling yang dimediasi oleh
enzim thyroid peroxidase (TPO). Menghambat pelepasan hormon tiroid (T3 dan T4)
ke dalam sirkulasi darah. Secara tidak langsung hormon thyrotropin dapat
menurunkan sintesis dan pelepasan T4 dan T3 serta involusi kelenjat tiroid
(Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, 2004, Kesehatan dan Gizi, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional dan PT Rineka Cipta.)
5. Pangan Kaya Yodium
Konsumsi pangan kaya akan yodium dipengaruhi oleh ketersediaan bahan
pangan tersebut dan lokasi tempat tinggal. Penelitian Fatimah Tahun 1999
menemukan rata-rata frekuensi konsumsi pangan kaya yodium pada penduduk di
desa-desa lereng gunung daerah endemis GAKY di Pati dan Jepara 1-2 kali dalam
seminggu, sedangkan frekuensi konsumsi pangan kaya yodium di dataran rendah
konsumsi ikan laut 2-4 kali dalam seminggu. (Dir. Gizi Masyarakat DepKes RI.
Review program penanggulangan GAKY, 2000.)
15
Macam dan jumlah makanan yang dikonsumsi secara individu maupun
kelompok masyarakat tertentu setiap hari dapat disebut “Pola Konsumsi Makanan”.
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi di suatu daerah atau
masyarat adalah:
a. Faktor yang berhubungan dengan ketersediaan atau pengadaan pangan
yang juga dapat dipengaruhi oleh letak geografis, iklim, kesuburan tanah,
transportasi atau distribusi, teknologi. (Rusnelly. Determinan Kejadian GAKY Pada
Anak Sekolah di Dataran Rendah Dan Dataran Tinggi Kota Pagar Alam Propinsi
Sumatera Selatan [Tesis]. Semarang: Program S2 UNDIP; 2006.)
b. Faktor kebiasaan atau sosial budaya, sosial ekonomi masyarakat
setempat cukup berperan dalam memberikan gambaran pola konsumsinya.
(Rusnelly. Determinan Kejadian GAKY Pada Anak Sekolah di Dataran Rendah Dan
Dataran Tinggi Kota Pagar Alam Propinsi Sumatera Selatan [Tesis]. Semarang:
Program S2 UNDIP; 2006.)
2.7. Pencegahan dan penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY)
Penanggulangan defisiensi yodium telah dilakukan selama lebih dari 85 tahun
yang lalu. Dimulai di Switzerland pada tahun 1921 dan di AS pada tahun 1924,
hampir semua industri garam nasional diperintahkan untuk menambahkan yodium.
Di India efektifitas program garam beryodium didemonstrasikan pada tahun 1950
pada studi Landmark oleh Vulimiri Ramalinyaswami. (Agus Zulkarnain. Peta
Prevalensi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Kota Padang Tahun
2006. Staf Pengajar PSIKM FK-UNAND. Jurnal Kesehatan)
Masyarakat,September 2007Ketika penanggulangan garam beryodium mulai
diterima pada tahun 1980 agensi Internasional seperti UNICEF mulai menekankan
pemakaian garam beryodium disemua rumah tangga di seluruh dunia. (Agus
Zulkarnain. Peta Prevalensi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Kota
Padang Tahun 2006. Staf Pengajar PSIKM FK-UNAND. Jurnal Kesehatan)
16
WHO (1993) menyatakan bahwa program pengendalian defisiensi yodium adalah
fortifikasi garam dengan potassium iodate dan pemberian suplemen dengan kapsul
minyak beryodium. Pemakaian garam beryodium diperuntukkan bagi semua lapisan
masyarakat dan program kapsul minyak beryodium diperuntukkan pada kelompok
yang spesifik seperti anak-anak dan ibu nifas.(Bachtiar H. Faktor Determinan
Kejadian Gondok diDaerah Pantai Jawa Timur. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
FK Unand. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maretseptember 2009, vol 03, No.2.)
Penanggulangan GAKY di Indonesia secara nasional dimulai pada tahun
1974 melalui program:
1. Strategi jangka panjang dengan pemberian garam beryodium (40 ppm).
2. Strategi jangka pendek dengan pemberian suntikan lipiodol setiap 4 tahun di
daerah endemik berat dan sedang. Pada tahun 1992 sampai sekarang dilakukan
distribusi kapsul minyak beryodium (kapsul lipiodol) sebagai ganti suntikan lipiodol. .
(Bachtiar H. Faktor Determinan Kejadian Gondok diDaerah Pantai Jawa Timur.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unand. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Maretseptember 2009, vol 03, No.2.)
.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah salah satu masalah gizi
utama lain di Indonesia. Penyebabnya adalah rendahnya konsumsi iodium dalam
makanan sehari-hari. Untuk mengatasiunya maka pemerintah mewajibkan garam
untuk difortifikasi dengan iodium. Akibat kekurangan iodium adalah rendahnya IQ,
membesarnya kelenjar gondik dan timbulnya kretinisme. (Arisman. 2004. Gizi dalam
Daur Kehidupan. EGC, Jakarta.)
Yang paling sering digunakan untuk melawan GAKY adalah program garam
beryodium dan suplementasi minyak beryodium. Penyuluhan kesehatan secara
berkala pada masyarakat perlu dilakukan, demikian juga perlu diberikan penjelasan
pada pembuat keputusan, dan tentunya juga diberikan tambahan pengetahuan
kepada tenaga kesehatan.(Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC,
Jakarta.)
Selanjutnya yang penting juga adalah penelitian tentang GAKY dengan
pendekatan multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun epidemiologi, untuk
menemukan cara yang terjamin dan mudah penerapannya.(Arisman. 2004. Gizi
dalam Daur Kehidupan. EGC, Jakarta.)
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2001. GAKY, Penyakit Penyebab Retardasi Mental,
mailto:[email protected], 21-01-2009.
Anonym, 2002. IODIUM DAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM
Anonym, 2007. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),
dinkeskabkulonprogo.org, 21-01-2009.
Anonym, 2009. GAKY, Maslah Gizi Yang Perlu Mendapat Perhatian,
Atmarita. 2002. Berhasilkah gayam Beryodium sebagai Salah Satu Upaya
Penurunan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia.
Gatie, Aih Luh. 2006. Validasi Total Goitre Rate (TGR) Berdasar Palpasi terhadap
Ultrasonografi (USG) Tiroid serta Kandungan Yodium Garam dan Air di Kecamatan
Sirampog Kabupaten Brebes. Thesis Universitas Diponegoro.
Hartono, Bambang. 2005. Gangguan Perkembangan Otak Janin Akibat Defisiensi
Yodium pada Masa Kehamilan.
NN. 2004. Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program Penanggulangan
GAKY Tahun 2004.
Ritanto, Mus Joko. 2003. Faktor Risiko Kekurangan Yodium pada Anak Sekolah
Dasar di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Thesis Universitas Diponegoro.
Rusnelly. 2006. Determinan Kejadian GAKY pada Anak Sekolah Dasar di Dataran
Rendah dan Dataran Tinggi Kota pagar Alam Propinsi Sumatera Selatan. Thesis
Universitas Diponegoro.
19
Anonim. 2006. Penaggulangan GAKI. [14 September 2008].
Departemen Kesehatan (DepKes). 2006. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan
Garam Beriodium. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat: Jakarta.
Rusmiati, Y. 2006. Penaggulangan GAKI. [14 September i 2008
Proverawati, Atikah & Erna Kusuma Wati. 2010. Ilmu Gizi untuk Keperawatan & Gizi
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Arisman. 2008. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI, 2004, Profil Kesehatan Provinsi Jateng, Semarang
Desi Purwitasari dan Dwi Maryanti, 2009, Gizi dalam Kesehatan Reproduksi,
Yogyakarta:
Nuha Merdika Erwin sinaga, 2005, Hubungan antara Kadar Hb dengan Prestasi
Belajar pada Murid SD Negeri No. 173728 Lobuta Kecamatan Palipi Kabupaten
Samosir
Tahun 2005, Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 2, Desember 2005,
hlm. 15-21
Oktia Woro, dkk, 2006, Praktikum Gizi Kesehatan Masyarakat, semarang: UNNES
Press
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2003,
Penuntun Diit Anak, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama Sjahmien Moehji, 2009, ILMU GIZI 2, Jakarta: Papas Sinar Sinanti
20
Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, 2004, Kesehatan dan Gizi, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional dan PT Rineka Cipta.
Dir. Gizi Masyarakat DepKes RI. Review program penanggulangan GAKY, 2000.
Rusnelly. Determinan Kejadian GAKY Pada Anak Sekolah di Dataran Rendah Dan
Dataran Tinggi Kota Pagar Alam Propinsi Sumatera Selatan [Tesis]. Semarang:
Program S2 UNDIP; 2006.
2. Agus Zulkarnain. Peta Prevalensi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
di Kota Padang Tahun 2006. Staf Pengajar PSIKM FK-UNAND. Jurnal Kesehatan
Masyarakat,September 2007.
3. Bachtiar H. Faktor Determinan Kejadian Gondok diDaerah Pantai Jawa Timur.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unand. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Maretseptember 2009, vol 03, No.2.
21