Makalah Gizi Buruk
description
Transcript of Makalah Gizi Buruk
MAKALAH GIZI BURUK
Penyakit Gizi Buruk Menyerang Balita dan Anak – Anak
Kasus gizi buruk umumnya menimpa balita di sebabkan oleh ekonomi lemah. Beragam
masalah mal nutrisi banyak ditemukan pada anak-anak dari kurang gizi hingga busung lapar.
Betapa banyaknya bayi dan anak-anak yang sudah bergulat dengan kelaparan dan penderitaan
sejak mereka dilahirkan.
Penyebab utama gizi buruk tidak satu, ada banyak. Penyebab utama kasus gizi buruk di
Indonesia tampaknya karena masalah ekonomi atau kurang pengetahuan. Kemiskinan memicu
kasus gizi buruk, kemiskinan dan ketidakmampuan orang tua menyediakan makanan bergizi bagi
anaknya menjadi penyebab utama meningkatnya korban gizi buruk di Indonesia. Dan juga faktor
alam, manusiawi, pemerintah, dan lain – lain.
Persoalan gizi buruk masih menghantui sebagian warganya. Bagaimana bisa di era
sekarang, masih dijumpai ribuan, dan ratusan ribu anak balita, yang menjadi pemegang masa
depan Indonesia menderita gizi buruk. Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika
penanganan kasus gizi buruk terlambat seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan
disaat penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk
merebak barulah pemerintah melakukan tindakan ( serius ). Keseriusan pemerintah tidak ada
artinya apabila tidak didukung masyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah
membudaya selama ini adalah, anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan
perhatian orang tua. Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi
dalam makanan yang diberikan.
Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis.
berkembang. Seorang ibu yang mengalami kurang kalori protein selama kurun waktu tersebut
pada gilirannya akan melahirkan bayi berberat badan rendah. Kurang kalori protein akan terjadi
manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet.
Sindrom kwasiorkor terjelma manakala defisiensi menampakan dominasi protein, dan maramus
termanifestasi jika terjadi kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini marasmik
kwasiorkor, juga tidak sedikit.
1). Malnutrisi Primer.
Penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya sering disebut
malnutrisi primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi, rendahnya pengetahuan, dan
kurangnya asupan gizi. Gejala kinis malnutrisi primer sangat bervariasi tergantung derajat dan
lamanya kekurangan energi dan protein, umur penderita dan adanya gejala kekurangan vitamin
dan mineral lainnya. Kasus tersebut sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun.
Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun,
ukuran lengan atas menurun, pertumbuhan tulang (maturasi) terlambat, perbandingan berat
terhadap tinggi menurun. Gejala dan tanda klinis yang tampak adalah anemia ringan, aktifitas
berkurang, kadang di dapatkan gangguan kulit dan rambut.
2). Malnutrisi Sekunder
Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat badan yang bukan
disebabkan penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak karena adanya gangguan pada
fungsi dan sistem tubuh. Gangguan sejak lahir yang terjadi pada sistem saluran cerna,
metabolisme, kromosom atau kelainan bawaan jantung, ginjal. Kasus gizi buruk di kota besar
biasanya didominasi oleh malnutrisi sekunder.
3). Asupan Gizi
Anak usia 0-2 tahun sebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). ASI mengandung semua
zat yang dibutuhkan dalam perkembangan otak anak. Banyak produk susu kaleng atau susu
formula mengandung asam linoleat, dan sebagainya. Untuk memulihkan kondisi Balita pada
status normal, dibutuhkan asupan susu yang mudah diserap tubuh yakni Entrasol. Tiap Balita
diharuskan mengkonsumsi 60 kotak susu, dimana dalam hitungan 90 hari berat badan anak
kembali normal. Kriteria yang dicantumkan antara lain: biasa makan beraneka ragam makanan
(makan 2-3 kali sehari dengan makanan pokok, sayur, dan lauk pauk), selalu memantau
kesehatan anggota keluarga, biasanya menggunakan garam beryodium, dan khusus ibu hamil,
didukung untuk memenuhi kebutuhan ASI bayi minimal sampai 4 bulan setelah kelahiran. Yang
nampak adalah bayi-bayi dan anak-anak yang lemah, loyo dan tanpa tenaga. Yang terdengar
adalah tangisan dan jeritan putus asa bayi-bayi dan anak-anak kelaparan yang sangat
membutuhkan makanan.
Mereka cuma bisa menangis tetapi tak mampu meronta.
Tenaga mereka lenyap karena mengidap marasmus bahkan busung lapar. Seorang ibu yang
anaknya menderita busung lapar mengakui bahwa sudah beberapa hari ini anaknya hanya makan
"air bubur." memasak sedikit beras dengan air yang sangat banyak. Akibatnya makanan itu
terlalu cair untuk disebut bubur. Lebih tepat disebut air bubur. Memang, tubuh anak itu bagaikan
tulang-belulang yang ditutupi kulit, perutnya buncit, matanya sayu. Tak dapat dipungkiri
memang ada hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun
berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan
tubuh yang pada giliran berikutnya akan mempermudah masuknya beragam penyakit. Tindak
pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari.
Pendidikan gizi diberikan kepada anak untuk mengarahkan kepada pembiasan dan cara makan
yang lebih baik yang dilakukan dalam lingkup makro ( masyarkat luas ) dan mikro (keluarga).
BAB I
LATAR BELAKANG
Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga
(kemampuan memperoleh makanan untuk semua anggotannya), masalah kesehatan, kemiskinan,
pemerataan, dan kesempatan kerja. Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya
sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah
baru. Sekarang ini masalah gizi mengalami perkembangan yang sangat pesat, Malnutrisi masih
saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian.
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang
mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul
penyakit gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi buruk Hubungan antara
kecukupan gizi dan penyakit infeksi yaitu sebab akibat yang timbal balik sangat erat. Berbagai
penyakit gangguan gizi dan gizi buruk akibatnya tidak baiknya mutu/jumlah makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan tubuh masing – masing orang. Masalah gizi semula dianggap sebagai
masalah kesehatan yang hanya dapat ditanggulangi dengan pengobatan medis/kedokteran. Gizi
seseorang dapat dipengaruhi terhadap prestasi kerja dan produktivitas. Pengaruh gizi terhadap
perkembangan mental anak.
Hal ini sehubungan dengan terhambatnya pertumbuhan sel otak yang terjadi pada anak
yang menderita gangguan gizi pada usia sangat muda bahkan dalam kandungan. Berbagai factor
yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada balita.
Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk terhadap bahan
makanan tertentu, adanya kebiasaan/pantangan yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap
jenis makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran yang rapat
Kemiskinan masih merupakan bencana bagi jutaan manusia. Sekelompok kecil penduduk dunia
berpikir “hendak makan dimana” sementara kelompok lain masih berkutat memeras keringat
untuk memperoleh sesuap nasi. Dibandingkan orang dewasa, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi,
balita, dan anak – anak boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan % berat
badan, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak – anak ternyata melampaui orang
dewasa nyaris dua kali lipat. Kebutuhan akan energi dapat ditaksir dengan cara mengukur luas
permukaan tubuh/menghitung secara langsung konsumsi energi itu ( yang hilang atau terpakai ).
Asupan energi dapat diperkirakan dengan jalan menghitung besaran energi yang
dikeluarkan. Jumlah keluaran energi dapat ditentukan secara sederhana berdasarkan berat badan
Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah
serius.
IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah – masalah gizi buruk yang kita ketahui bisa menyerang siapa saja khusunya balita
dan anak – anak dengan criteria umur tertentu. Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan
medis dan pelayanan kesehatan saja melainkan dari pendekatan lain. Identifikasi gizi buruk
berupa penyebab – penyebab gizi buruk, asupan gizi, malnutrisi primer dan sekunder, dan jumlah
data penderita gizi buruk.
TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah presentasi ini adalah ingin memberitahukan kepada
masyarakat hal – hal apa saja yang menjadi ruang lingkup dari masalah gizi buruk, menambah
pengetahuan bagi masyarakat agar lebih luas wawasannya mengenai gizi buruk, memberitahukan
jumlah penurunan penderita gizi buruk, memberikan gambaran yang jelas mengenai penyakit
gizi buruk, juga tidak lupa untuk menambah nilai mahasiswa, dan lain – lain yang bisa
berdampak positif bagi penulis dan para pembaca.
BAB II
A. TINJAUAN TEORI
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan
pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ – organ serta menghasilkan energi. Akibat kekurangan gizi, maka
simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan apabila keadaan ini
berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan.
Pada saat ini orang bisa dikatakan malnutrisi, tanda – tanda klinis gizi buruk dapat menjadi
indicator yang sangat penting untuk mengetahui seseorang menderita gizi buruk. Kebutuhan
tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak factor. Data komposisi zat gizi bahan makanan yang
berhubungan dengan berbagai proses pengolahan belum cukup tersedia, pemeriksaan zat gizi
spesifik bertujuan untuk menilai status gizi. Gangguan gizi buruk menggambarkan suatu keadaan
pathologis yang terjadi akibat ketidaksesuaian/tidak terpenuhinya antara zat gizi yang masuk
kedalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi dalam jangka waktu yang relatif lama.
Hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh sudah diketahui sejak berabad – abad yang
lampau.. Penyakit – penyakit yang timbul akibat makanan kurang baik seperti makanan yang
tidak cukup gizinya atau kadar zat gizinya tak seimbang disebut penyakit gangguan gizi yang
pertama kali dikenal adalah penyakit sariawan. Kesehatan yang baik tidak terjadi karena ada
perubahan yang berupa kekurangan zat makanan tertentu atau berlebih. Kekurangan umumnya
mencakup protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Sedangkan kelebihan umumnya mencakup
konsumsi lemak, protein, dan gula. Untuk mencapai kondisi anak perlu/cukup gizi harus
memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan serta melakukan kegiatan yang baik seperti olah
raga, dan lain – lain. Konsumsi yang kurang baik kualitas dan kuantitasnya akan memberikan
kondisi kesehatan gizi kurang/defisiensi. Keadaan kesehatan gizi masyarakat tergantung pada
tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Penyakit gizi di Indonesia
terutama tergolong ke dalam kelompok penyakit defisiensi yang sering dihubungkan dengan
infeksi yang bisa berhubungan dengan gangguan gizi. Defisiensi gizi merupakan awal dari
gangguan system imun yang menghambat reaksi imunologis. Gangguan gizi dan infeksi sering
saling bekerja sama akan memberikan prognosis yang lebih buruk. Ada berbagai zat gizi yang
sangat mempengaruhi kondisi kesehatan manusia. Masalah kesehatan gizi dapa timbul dalam
bentuk penyakit dengan tingkat yang tinggi.
B. PEMBAHASAN MASALAH
Jakarta – Sepanjang tahun ini banyak sudah bencana kesehatan yang melanda bangsa ini.
Mulai dari demam berdarah, polio dan penyakit busung lapar yang cukup mengejutkan. Kasus
penderita gizi buruk terus bertambah di sejumlah daerah. Kasus gizi buruk umumnya menimpa
balita dengan latar belakang ekonomi lemah. Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan
pada anak-anak dari kurang gizi hingga busung lapar. Betapa banyaknya bayi dan anak-anak
yang sudah bergulat dengan kelaparan dan penderitaan sejak mereka dilahirkan. Penyebab utama
kasus gizi buruk di Indonesia tampaknya karena masalah ekonomi atau kurang pengetahuan.
Kemiskinan dan ketidakmampuan orang tua menyediakan makanan bergizi bagi anaknya
menjadi penyebab utama meningkatnya korban gizi buruk di Indonesia, kemiskinan memicu
kasus Gizi Buruk
Fenomena gizi buruk ini biasanya melibatkan kurangnya asupan kalori baik dari
karbohidrat atau protein (protein-energy malnutrition–PEM). Kurangnya pasokan energi sangat
mempengaruhi kerja masing-masing organ tubuh. Keadaan gizi buruk ini secara klinis dibagi
menjadi 3 tipe: Kwashiorkor, Marasmus, dan Kwashiorkor-Marasmus. Ketiga kondisi patologis
ini umumnya terjadi pada anak-anak di negara berkembang yang berada dalam rentang usia tidak
lagi menyusui.
Perbedaan antara marasmus dan kwashiorkor tidak dapat didefinisikan secara jelas
menurut perbedaan kurangnya asupan makanan tertentu, namun dapat teramati dari gejala yang
ditunjukkan penderita.
1. KWASHIORKOR
Kwashiorkor sering juga diistilahkan sebagai busung lapar atau HO. Penampilan anak-
anak penderita HO umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang menonjol. Berat badannya
jauh di bawah berat normal. Edema stadium berat maupun ringan biasanya menyertai penderita
ini. Beberapa ciri lain yang menyertai di antaranya:
Perubahan mental menyolok. Banyak menangis, pada stadium lanjut anak terlihat sangat pasif.
Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring
Anemia.
Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya produksi
laktase dan enzim penting lainnya.
Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia ( perdarahan kecil
yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan, pada kulit maupun selaput lendir, Red. ),
yang lambat laun kemudian menghitam. Setelah mengelupas, terlihat kemerahan dengan batas
menghitam. Kelainan ini biasanya dijumpai di kulit sekitar punggung, pantat, dan sebagainya
Pembesaran hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar tubuh, terasa licin
dan kenyal.
Tanda-tanda kwashiorkor meliputi :
- edema di seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki,
- wajah membulat dan sembab,
- pandangan mata sayu,
- perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis,
- rambut berwarna kepirangan, kusam, dan mudah dicabut,
- otot-otot mengecil, teramati terutama saat berdiri dan duduk,
- bercak merah coklat pada kulit, yang dapat berubah hitam dan mengelupas
- menolak segala jenis makanan (anoreksia)
- sering disertai anemia, diare, dan infeksi.
2. MARASMUS
Kasus marasmik atau malnutrisi berat karena kurang karbohidrat disertai tangan dan kaki
bengkak, perut buncit, rambut rontok dan patah, gangguan kulit. Pada umumnya penderita
tampak lemah sering digendong, rewel dan banyak menangis. Pada stadium lanjut anak tampak
apatis atau kesadaran yang menurun
Marasmik adalah bentuk malnutrisi primer karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang
timbul diantaranya muka berkerut terlihat tua, tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit
(kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah berwarna kemerahan dan terjadi
pembesaran hati, sangat kurus karena kehilangan sebagian lemak dan otot . Anak-anak penderita
marasmus secara fisik mudah dikenali. Penderita marasmus berat akan menunjukkan perubahan
mental, bahkan hilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak umumnya jadi lebih
cengeng dan gampang menangis karena selalu merasa lapar. Ketidakseimbangan elektrolit juga
terdeteksi dalam keadaan marasmus. Upaya rehidrasi ( pemberian cairan elektrolit ) atau
transfusi darah pada periode ini dapat mengakibatkan aritmia ( tidak teraturnya denyut jantung )
bahkan terhentinya denyut jantung. Karena itu, monitoring klinik harus dilakukan seksama.
Ada pun ciri-ciri lainnya adalah:
Berat badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya.
Kulit terlihat kering, dingin dan mengendur.
Beberapa di antaranya memiliki rambut yang mudah rontok.
Tulang-tulang terlihat jelas menonjol.
Sering menderita diare atau konstipasi.
Tekanan darah cenderung rendah dibanding anak normal, dengan kadar hemoglobin yang juga
lebih rendah dari semestinya.
- anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit,
- wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, perut cekung, dan kulit keriput
3. MARASMIK-KWASHIORKOR
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan gejala yang
menyertai.
Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas kedua
penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan sebagainya.
Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolic seperti
gangguan pada ginjal dan pankreas.
Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium dan
fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.
Gejala klinis Kwashiorkor-Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari gejala-gejala masing-
masing penyakit tersebut.
PENYEBAB GIZI BURUK
Penyebab utama gizi kurang dan gizi buruk tidak satu. Ada banyak!. Penyebab pertama
adalah faktor alam. Secara umum tanah terkenal sebagai daerah tropis yang minim curah hujan.
Kadang curah hujannya banyak tetapi dalam kurun waktu yang sangat singkat. Akibatnya, hujan
itu bukan menjadi berkat tetapi mendatangkan bencana banjir. Tetapi, beberapa tahun
belakangan ini tidak ada hujan menjadi kering kerontang Tanaman jagung yang merupakan
penunjang ekonomi keluarga sekaligus sebagai makanan sehari-hari rakyat gagal dipanen.
Akibatnya, banyak petani termasuk anak-anak, terutama yang tinggal di daerah pelosok,
memakan apa saja demi mempertahankan hidup. Dikhawatirkan gizi yang kuang dan bahkan
buruk akan memperburuk pertumbuhan fisik dan fungsi-fungsi otak. Kalau ini terjadi, masa
depan anak-anak ini dipastikan akan sangat kelam dan buram.
Penyebab kedua adalah faktor manusiawi yaitu berasal dari kultur sosial masyarakat
setempat. Kebanyakan masyarakat petani bersifat 'one dimensional,' yakni masyarakat yang
memang sangat tergantung pada satu mata pencaharian saja. Banyak orang menanam makanan
'secukup'nya saja, artinya hasil panen itu cukup untuk menghidupi satu keluarga sampai masa
panen berikutnya. Belum ada pemikiran untuk membudidayakan hasil pertanian mereka demi
meraup keuntungan atau demi meningkatkan pendapatan keluarga. Adanya budaya 'alternatif'
yaitu memanfaatkan halaman rumah untuk menanam sayur-mayur demi menunjang kebutuhan
sehari-hari.
Penyebab ketiga masih berkisar soal manusiawi tetapi kali ini lebih berhubungan dengan
persoalan struktural, yaitu kurangnya perhatian pemerintah. Pola relasi rakyat dan pemerintah
masih vertikal bukan saja menghilangkan kontrol sosial rakyat terhadap para pejabat, tetapi juga
membuka akses terhadap penindasan dan ketidakadilan dan, yang paling berbahaya, menciptakan
godaan untuk menyuburkan budaya korupsi. Tentu saja tidak semua aparat dan pejabat seperti
itu. Terlepas dari itu semua nampaknya masyarakat membutuhkan pendampingan agar mereka
memahami hak-hak individu dan hak-hak sosial mereka sebagai warganegara.
MALNUTRISI PRIMER
Penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya sering disebut
malnutrisi primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi dan rendahnya pengetahuan. Gejala
klinis malnutrisi primer sangat bervariasi tergantung derajat dan lamanya kekurangan energi dan
protein, umur penderita dan adanya gejala kekurangan vitamin dan mineral lainnya. Kasus
tersebut sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun. Pertumbuhan yang terganggu
dapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun, ukuran lengan atas menurun,
pertumbuhan tulang ( maturasi ) terlambat, perbandingan berat terhadap tinggi menurun. Gejala
dan tanda klinis yang tampak adalah anemia ringan, aktifitas berkurang, kadang di dapatkan
gangguan kulit dan rambut. Pada penderita malnutrisi primer dapat mempengaruhi metabolisme
di otak sehingga mengganggu pembentukan DNA di susunan saraf. berpengaruh terhadap
perkembangan mental dan kecerdasan anak. Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada
penderita malnutri primer yang berat.
MALNUTRISI SEKUNDER
Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat badan yang bukan
disebabkan penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak karena adanya gangguan pada
fungsi dan sistem tubuh yang mengakibatkan gagal tumbuh. Gangguan sejak lahir yang terjadi
pada sistem saluran cerna, metabolisme, kromosom atau kelainan bawaan jantung, ginjal dan
lain-lain. Kasus gizi buruk di kota besar biasanya didominasi oleh malnutrisi sekunder.
Malnutrisi sekunder ini gangguan peningkatan berat badan yang disebabkan karena karena
adanya gangguan di sistem tubuh anak. pada malnutrisi sekunder tampak anak sangat lincah,
tidak bisa diam atau sangat aktif bergerak. Tampilan berbeda lainnya, penderita malnutrisi
sekunder justru tampak lebih cerdas, tidak ada gangguan pertumbuhan rambut dan wajah atau
kulit muka tampak segar.
Kasus malnutrisi sekunder sering terjadi overdiagnosis (diagnosis yang diberikan terlalu
berlebihan padahal belum tentu mengalami infeksi ) tuberkulosis (TB). Overdiagnosis tersebut
terjadi karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang ada.
Secara medis penanganan kasus malnutrisi sekunder lebih kompleks dan rumit.
Penanganannya harus melibatkan beberapa disiplin ilmu kedokteran anak seperti bidang
gastroenterologi, endokrin, metabolik, alergi-imunologi, tumbuh kembang dan lainnya. Gizi
buruk memang merupakan masalah klasik bangsa ini sejak dulu. Tanpa data dan informasi yang
cermat dan lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk
identik dengan kemiskinan. Karena, gizi buruk bukan saja disebabkan karena masalah ekonomi
atau kurangnya pengetahuan dan pendidikan,
PERLUNYA ASUPAN GIZI
Banyaknya produk suplemen vitamin yang kini beredar secara bebas bisa berdampak
baik sekaligus berdampak buruk. suatu produk suplemen harus menjalani uji klinis dulu sebelum
dipasarkan. kita tidak terlena begitu saja dengan rayuan iklan yang terlalu bombastis. Tapi di sisi
lain produk suplemen yang memang bisa dipercaya kebenarannya sangat berguna bagi
kebanyakan orang yang tidak sempat mendapatkan gizi tersebut dari makanan sehari-hari.
Lebih baik kalau berbagai kebutuhan gizi didapat dari makanan langsung, bukan asupan atau
suplemen yang dijual bebas. Sebab tak seorang pun yang bisa menjamin keamanannya, Kecuali
kalau asupan itu memang dianjurkan oleh dokter atau didapat dari dokter. Anak usia 0-2 tahun
sebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan dalam
perkembangan otak anak. Air susu ibu cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam
segala hal Banyak produk susu kaleng atau susu formula mengandung asam linoleat, DHA dan
sebagainya. ASI juga mengandung zat anti efeksi.
Untuk memulihkan kondisi Balita pada status normal, dibutuhkan asupan susu yang mudah
diserap tubuh yakni Entrasol. Tiap Balita diharuskan mengkonsumsi 60 kotak susu, dimana
dalam hitungan 90 hari berat badan anak kembali normal. Kriteria yang dicantumkan antara lain:
biasa makan beraneka ragam makanan (makan 2-3 kali sehari dengan makanan pokok, sayur,
dan lauk pauk), selalu memantau kesehatan anggota keluarga, biasanya menggunakan garam
beryodium, dan khusus ibu hamil, didukung untuk memenuhi kebutuhan ASI bayi minimal
sampai 4 bulan setelah kelahiran. Kriteria ini tentunya masih sulit dipenuhi oleh masyarakat
Indonesia. Adapun ciri-ciri klinis yang biasa menyertainya antara lain:
Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun.
Ukuran lingkaran lengan atas menurun.
Maturasi tulang terlambat.
Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun.
Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.
LANGKAH PENGOBATAN
Pengobatan pada penderita MEP tentu saja harus disesuaikan dengan tingkatannya.
Penderita kurang gizi stadium ringan, contohnya, diatasi dengan perbaikan gizi. Dalam sehari
anak-anak ini harus mendapat masukan protein sekitar 2-3 gram atau setara dengan 100-150
Kkal. Langkah penanganan harus didasarkan pada penyebab serta kemungkinan pemecahnya.
Sedangkan pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing
penyakit yang menyertai harus diobati satu per satu. Penderita pun sebaiknya dirawat di rumah
sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit
penyerta maupun infeksinya, status gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga sembuh.
Memulihkan keadaan gizinya dengan cara mengobati penyakit penyerta, peningkatan taraf gizi,
dan mencegah gejala atau kekambuhan dari gizi buruk
JUMLAH KASUS GIZI BURUK PADA BALITA MENURUN
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan, berbagai upaya intervensi perbaikan
gizi yang dilakukan pemerintah berhasil menurunkan jumlah kasus gizi kurang dan gizi buruk
balita dalam beberapa tahun terakhir. "Capaiannya sudah signifikan, tapi memang belum bisa
langsung membuatnya jadi tidak ada karena untuk itu memang butuh waktu lama," katanya. Ia
menjelaskan, penanganan gizi buruk membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga perlu
dukungan dana dari pemerintah pusat. Kasus gizi buruk dan gizi kurang pada balita yang pada
2004 sebanyak 5,1 juta telah turun menjadi 4,4 juta pada 2005 dan kembali turun menjadi 4,2
juta pada 2006. "Tahun 2007 angkanya juga turun lagi menjadi 4,1 juta.
Mengalami penurunan bermakna dalam tiga tahun terakhir. Menurut Laporan Kasus Gizi
Buruk Dinas Kesehatan Provinsi yang disampaikan ke Departemen Kesehatan pada 2005, jumlah
kasus gizi buruk pada balita yang ditemukan dan ditangani sebanyak 76.178 kemudian turun
menjadi 50.106 pada 2006 dan turun lagi menjadi 39.080 pada 2007. Jumlah temuan kegiatan
surveilans itu lebih rendah dibandingkan dengan target penemuan kasus gizi buruk pada balita
yang pada 2005 seharusnya sebanyak 180.000 kasus, 94.000 kasus pada 2006 dan 75.000 kasus
pada 2007
Guna menurunkan jumlah kasus gizi buruk seperti yang telah ditargetkan, yakni menjadi
20 persen dari total balita pada 2009, pemerintah telah melakukan upaya penanggulangan
masalah gizi jangka pendek, menengah dan panjang. Targetnya tahun 2009 bisa turun menjadi
20 persen dari jumlah balita, upaya jangka pendeknya antara lain perawatan kasus sesuai
prosedur di rumah sakit secara gratis, pemberian makanan bergizi tinggi bagi balita dari keluarga
kurang mampu dan surveilans kasus secara periodik melalui Posyandu, serta pemberian makanan
pendamping ASI gratis bagi bayi usia 6-24 bulan dari keluarga kurang mampu.
Jangka menengah memberdayakan masyarakat untuk memperbaiki pola asuh pemeliharaan bayi
seperti promosi pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan penimbangan berat badan bayi
secara rutin untuk deteksi dini kasus, pemerintah juga berusaha meningkatkan akses pelayanan
kesehatan dan gizi yang bermutu melalui pembentukan Pos Kesehatan Desa, penempatan bidan
di desa, peningkatan kemampuan tenaga kesehatan, penguatan Puskesmas dan pembentukan tim
kesehatan keliling di daerah terpencil.
Setiap tahun juga telah meningkatkan alokasi anggaran untuk perbaikan gizi. Jika pada
2005 alokasi dana untuk perbaikan gizi hanya Rp175 miliar, maka 2006 ditingkatkan menjadi
Rp582 miliar dan kembali ditingkatkan menjadi Rp600 miliar pada 2007. "Tahun 2008 ini
besaran anggarannya masih dibahas, tapi dipastikan tidak akan lebih rendah dari Rp600 miliar,"
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2008 pemerintah mengalokasikan 2,3 persen
untuk biaya kesehatan. Dengan strategi dan langkah yang telah diterapkan, pemerintah optimistis
bisa menurunkan kasus gizi buruk dan kurang pada balita sesuai target
BAB III
A. KESIMPULAN
Ada 4 faktor yang melatarbelakangi KKP yaitu : masalah social, ekonomi, biologi, dan
lingkungan. Kemiskinan salah satu determinan social - ekonomi, merupakan akar dari ketiadaan
pangan, tempat mukim yang berjejalan, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses
fasilitas kesehatan. Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak. Kurang
kalori protein sesungguhnya berpeluang menyerap siapa saja, terutama bayi dan anak yang
tengah tumbuh-kembang. Marasmus sering menjangkiti bayi yang baru berusia kurang dari 1
tahun, sementara kwashiorkor cenderung menyerang setelah mereka berusia 18 bulan. Penilaian
status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat
mendapatkan makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Gizi yang diperoleh seorang anak
melalui konsumsi makanan setiap hari. Kecukupan zat gizi berpengaruh pada kesehatan dan
kecerdasan anak.Kasus gizi buruk bukanlah jenis penyakit yang datang tiba-tiba begitu saja.
Tetapi karena proses yang menahun terus bertumpuk dan menjadi kronik saat mencapai
puncaknya. Masalah defisiensi gizi khususnya KKP menjadi perhatian karena berbagai
penelitian menunjukan adanya efek jangka panjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan
otak manusia
B. SARAN
Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi buruk terlambat
seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita gizi buruk belum
mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah pemerintah
melakukan tindakan ( serius ). Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukung
masyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama ini adalah,
anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian orang tua. Anak-anak itu
hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi dalam makanan yang diberikan.
Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis. Tanpa data dan informasi yang cermat
dan lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik
dengan kemiskinan. Dan seharusnya para ibu mengupayakan sesuatu yang terbaik untuk anaknya
yang nantinya anak tersebut dapat menolong sang ibu. Ibu jangan mudah menyerah hadapilah
semuanya itu, saya yakin pasti akan ada jalan keluarnya
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Pengaruh Gizi Buruk Pada Balita” ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar menambah wawasan penulis.
Dalam menyusun makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.
Pare, Desember 2010
Penulis