Makalah Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi Revisi

download Makalah Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi Revisi

of 10

Transcript of Makalah Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi Revisi

  • 8/14/2019 Makalah Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi Revisi

    1/10

    Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi@2008 1

    I

    PEMBUKAAN

    Pemikiran ekonomi Islam diawali sejak Muhammad saw dipilih sebagai seorang

    Rasul (utusan Allah). Rasulullah saw mengeluarkan sejumlah kebijakan yang

    menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan hidup masyarakat,

    selain masalah hokum (fiqh), politik (siyasah), juga masalah perniagaan atau ekonomi

    (muamalat). Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian Rasulullah saw, karena

    masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan.

    Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah saw bersabda, kemiskinanmembawa orang kepada kekafiran. Maka upaya untuk mengentas kemiskinan

    merupakan bagian dari kebijakan-kebijakan social yang dikeluarkan Rasulullah saw.

    Selanjutnya kebijakan-kebijakan Rasulullah saw menjadi pedoman oleh para

    penggantinya Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib

    dalam memutuskan masalah-masalah ekonomi. Al-Quran dan Al-Hadits digunakan

    sebagai dasar teori ekonomi oleh para khalifah juga digunakan oleh para pengikutnya

    dalam menata kehidupan ekonomi Negara.

    Perkembangan pemikiran ekonomi Islam pada masa Nabi Muhammad saw

    belum berkembang, hal ini disebabkan karena masyarkat pada saat itu langsung

    mempraktekannya dan apabila menemui persoalan dapat menanyakan langsung kepada

    Nabi. Sementara secara kontekstual persoalan ekonomi pada masa itu belum begitu

    kompleks. Secara mikro praktek ekonomi yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabat

    pada masa itu sarat dengan unsur economic justice dalam kerangka etika bisnis yang

    Qurani.

    Pemikiran ekonomi baru menunjukkan sosoknya sepeninggal Nabi dan

    kehidupan social ekonomi masyarakat semakin berkembang. Pemikiran ekonomi Islam

    mulai didokumentasikan kurang lebih sejak tiga abad semenjak wafatnya Nabi.

    Beberapa yang cukup terkenal antara lain Abu Yusuf1

    (731-798), Yahya ibn Adham

    (818), El-Hariri (1054-1122), Tusi ((1201-1274), Ibn Taymiyah (1262-1328), Ibn

    Khaldun (1332-1406) dan Shah Waliullah (1702-1763). Setelah itu muncul pemikir-

    pemikir kontemporer abad ke-20 antara lain Fazlur Rahman, Baqir As-Sadr, Ali Shariati,

    Khurshid Ahmad, M. Nejatullah Shiddiqi, M. Umar Chapra, M. Abdul Mannan, Anas

    Zarqa, Monzer Kahf, Syed Nawab Haider Naqvi, M. Syafii Antonio. M. Azhar Basyir.

    Pokok bahasan dalam makalah yang berjudul Pemikiran Ekonomi Islam Syed

    Nawab Haider Naqvi adalah sebagai berikut :

    o Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi1

    Dikenal sebagai Qadi (hakim), bahkan Qadi Al-Qudah, Hakim Agung, sebuah jabatan tertinggi

    dalam lembaga peradialan . Nama lengkapnya ialah Yaqub bin Ibrahim bin Habib al-Ansari lahir di

    Kufah tahun 113 H. Hadits diperolehnya dari Abu Ishaq al Syaibani, Sulaiman al Taymi, Yahya bin Said

    al-Anasari, Amasi, Hisyam bin Urwah, Ata bin Saib dan Muhammad Sihaq bin Yasir. Lihat di

    Abdullah Mustofa Al-Maraghi,

  • 8/14/2019 Makalah Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi Revisi

    2/10

    Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi@2008 2

    o Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi dalam konteks EkonomiModern

    II

    PEMBAHASAN

    A. Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi1. Hakekat Ilmu Ekonomi Islam

    Ilmu ekonomi Islam, merupakan suatu sistem perekonomian yang diatur

    berdasarkan syariat Islam representatif dalam masyarakat muslim modern, tentunya

    berpedoman kepada al-quran dan hadits. Berdasarkan komposisinya, ia bersifat

    normatif, bukan bersifat positif sebagaimana ilmu ekonomi neo-klasik. Ekonomi

    Islam dapat didefinisikan sebagai sebuah studi tentang pengelolaan harta benda

    menurut perpektif Islam2. Ekonomi Islam sebagai ilmu ekonomi didasarkan atas

    sumber hukum Islam; Al-Quran dan Al-Hadits.3

    Secara epistemologis, ekonomi Islam dibagi menjadi dua disiplin ilmu;4

    Pertama, ekonomi Islam normatif, yaitu studi tentang hukum-hukum syariah

    Islam yang berkaitan dengan urusan harta benda (al-ml). Ekonomi Islam positif,

    yaitu studi tentang konsep-konsep Islam yang berkaitan dengan urusan harta

    benda, khususnya yang berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Cakupannya

    adalah segala macam cara (uslub) dan sarana (wasilah) yang digunakan dalam

    proses produksi barang dan jasa

    2. Dasar-dasar Etika Ilmu Ekonomi IslamPandangan Naqvi tentang manusia dalam hubungan dengan dirinya sendiri dan

    lingkungan sosialnya, dapat dipresentasikan empat etika, yaitu :

    a. Kesatuan (Tauhid)b. Keseimbangan / Kesejajaran (al-Adl wa al-Ihasan)c. Kehendak Bebas (Ikhtiyar)d. Tanggung Jawab (Fardh)

    3. Menuju Ilmu Ekonomi Islam Normatif2

    An-Nabhani, Taqiy Al-Din. 1990. An-Nizham Al-Iqtishadi fi Al-Islam.. Beirut : Dar Al-

    Ummah. Lihat juga : Muhammad Abdul Mannan, (1993) Teori dan Praktek Ekonomi Islam (terj),

    Dana Bakti Wakaf, Yogyakarta, 19. Lihat juga : M.M. Metwally (1995), Teori dan Model Ekonomi

    Islam (terj), Bangkit Daya Insani, Jakarta, 13

    Selain Al-Quran, Al-Hadits, sumber hukum lain adalah Ijma Ijtihad, dan Qiyas,

    sedangkan sumber hukum ekonomi Islam lainyang diakui oleh empat madzhab adalah Istihsan,

    Istislah, dan Istishab. Lihat Muhammad Abdul Mannan, (1993) Teori dan Praktek Ekonomi Islam

    (terj), Dana Bakti Wakaf, Yogyakarta, 34-38. Selain itu Mashlahah Musrsalah dan urf (adat

    kebiasaan) merupakan sumber hukum yang juga harus diperhatikan. Lihat Ahamad Azhar Basyir,

    (1987) Garis Besar Sistem Ekonomi Islam, BPFE, Yogyakarta, 16-184

    Muhammad Abdul Mannan, (1993) Teori dan Praktek Ekonomi Islam (terj), Dana Bakti

    Wakaf, Yogyakarta, 9-17. Lihat juga : Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar,

    Ekonisia UII Yogayakarta, 2002, 53

  • 8/14/2019 Makalah Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi Revisi

    3/10

    Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi@2008 3

    Karya Syed Nawad Haidir Naqvi ini diinspirasikan oleh karyaL. Robbin

    (1932), yang dirancang untuk menyoroti perbedaan pendekatan antara ilmu

    ekonomi (neo-klasik) positif dan ilmu ekonomi Islam yang menekankanpentingnya unsur etika dalam ilmu ekonomi Islam. Sementara Robin dan

    paradigma neo-klasik lain menolak peranan etika, para ekonomi Islam

    memandang itu mutlak sentral untuk menentukan keabsahan pernyataan-

    pernyataan ekonomi.

    Para ekonom klasik, Karl Menger di Austria, Stanley Jevons di Inggris,

    dan Leon Walras di Perancis, menciptakan ilmu ekonomi modern dengan teori

    marginal utility mereka, lalu enam puluh tahun kemudian, ketika terjadi Great

    Depression yang menggoncangkan teori neo-klasik, John Maynard Keynes

    membuat sintesis baru, teori ekonomi Negara-negara bangsa. Dalam teori ini,

    teori marginal utility neo-klasik merupakan sub-set, sebuah building block yang

    diperhalus kembali sebagai ilmu ekonomi mikro5. Teori ekonomi yang

    dibungkus di dalam asumsi-asumsi paradigma klasik dan neo-klasik patut

    diragukan pada situasi ini. Masalah dan tantangan yang dihadapi ahli ekonomi

    masa kini lebih kompleks, bahkan lebih fundamental, daripada yang dihadapi

    pendahulunya. Paradigma neo-klasik, individualistic, rasionalistik dan

    utilitarianistik yang menggiurkan yang diterapkan tidak hanya dibidang

    ekonomi, tapi juga, meningkat pada susunan relasi-relasi social, dari teman

    sampai keluarga. Paradigama neo-klasik bukan hanya mengabaikan dimensi

    moral, melainkan secara aktif menolak dimasukkannya dimensi moral tersebut.

    Yang sangat menarik dari tulisan-tulisannya, bahwa pemikiran dan

    kemampuannya yang selalu konsisten untuk mengangkat ajaran Islam sebagai

    suatu system yang komprehensif bagi kehidupan manusia, meskipun sikap

    pemikirannya itu membuat gentar para pengkritiknya yang cenderung dangkal

    dalam berfikir. Namun semua kritikan itu ditanggapi dengan lapang dada dan

    ilmiah, karena sebagian besar kritikan tersebut mempertanyakan nukilan tulisan

    yang jadi pokok bahasannya. Bisa jadi karya-karya Syed Nawad Haider Naqvi

    sebagai alternative jawaban atas berbagai persoalan yang sedang melanda umat

    Islam dalam bidang ekonomi.

    Pada karyanya yang sekarang menjadi bahan resensi ini akan sangat jelas ide-ide

    beliau dalam memaparkan persoalan ekonomi Islam dan mengecam paradigma

    klasik dan neo-klasik yang mengabaikan dimensi moral. Bahkan dia mengatakan

    bahwa kesuksesan atau tidaknya dunia ekonomi Islam ditentukan oleh sejauh

    mana nilai-nilai etika-religius itu diwujudkan dalam kehidupan riil. Disamping

    itu, untuk melengkapi gagasannya tentang ekonomi Islam juga telah ditulis

    karyanya, Ethics and Econimic : An Islamic Synthesis,6 dia berhasil

    5Petter F. Drucker, The New Realities, Oxford, 1989, hal. 149

    6 Syed Nawab Haider Naqvi,Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Pustaka Pelajar, Cetakan I, 2003, hal. 5

  • 8/14/2019 Makalah Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi Revisi

    4/10

    Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi@2008 4

    mengembangkan suatu frame-work/bingkai analitik-sistematik yang berisi

    sebagian besar nilai-etik-dasar Islam, yang bisa digunakan sebagai dasar dalam

    melakukan deduksi logis pedoman kebijakan ekonomi.4. Perbandingan Sistem Ekonomi

    Dalam sistem ekonomi Islam, tiga asas tersebut tidak boleh tidak harus

    terikat dengan syariah Islam, sebab segala aktivitas manusia (termasuk juga

    kegiatan ekonomi) wajib terikat atau tunduk kepada syariah Islam. Sesuai kaidah

    syariah, Al-Ashlu fi al-afl al-taqayyudu bi al-hukm al-syari (Prinsip dasar

    mengenai perbuatan manusia, adalah wajib terikat dengan syariah Islam).7

    Paradigma sistem ekonomi Islam tersebut bertentangan secara kontras

    dengan paradigma sistem ekonomi kapitalisme saat ini, yaitu sekularisme.

    Aqidah Islamiyah sebagai paradigma umum ekonomi Islam menerangkan bahwa

    Islam adalah agama dan sekaligus ideologi sempurna yang mengatur segala asek

    kehidupan tanpa kecuali, termasuk aspek ekonomi.8

    Paradigma Islam ini berbeda dengan paradigma sistem ekonomi

    kapitalisme, yaitu sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan).9 Paham

    sekularisme lahir sebagai jalan tengah di antara dua kutub ekstrem, yaitu di satu

    sisi pandangan Gereja dan para raja Eropa bahwa semua aspek kehidupan harus

    ditundukkan di bawah dominasi Gereja. Di sisi lain ada pandangan para filosof

    dan pemikir (seperti Voltaire, Montesquieu) yang menolak eksistensi Gereja.

    Jadi, sekularisme sebagai jalan tengah pada akhirnya tidak menolak keberadaan

    agama, namun hanya membatasi perannya dalam mengatur kehidupan. Agama

    hanya ada di gereja, sementara dalam kehidupan publik seperti aktivitas

    ekonomi, politik, dan sosial, tidak lagi diatur oleh agama.10

    Selanjutnya, karena agama sudah disingkirkan dari arena kehidupan, lalu

    siapa yang membuat peraturan kehidupan? Jawabnya adalah: manusia itu sendiri,

    bukan Tuhan, karena Tuhan hanya boleh berperan di bidang spiritual (gereja).

    Lalu agar manusia bebas merekayasa kehidupan tanpa kekangan Tuhan, maka

    manusia harus diberi kebebasan (freedom/al-hurriyat) yaitu; kebebasan beragama

    (hurriyah al-aqidah), kebebasan berpendapat (hurriyah al-ra`yi), kebebasan

    berperilaku (al-hurriyah al-syahshiyah), dan kebebasan kepemilikan (hurriyah al-

    7

    Ibnu Khalil, Atha`. 2000. Taisir Al-Wushul Ila Al-Ushul. Beirut : Darul Ummah, 27.8

    lihat Qs. al-Midah [5]: 3; Qs. an-Nahl [16]: 89). LIhat juga : Zallum, Abdul Qadim. 2001.

    Demokrasi Sistem Kufur : Haram Mengambil, Menerapkan, dan Menyebarluaskannya. Bogor :

    Pustaka Thariqul Izzah, 36.9

    Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang berasal dan tumbuh di Barat pasca abad pertengahan

    (mulai abad ke-15), yang bercirikan adanya kepemilikan individu atas sarana produksi dan distribusi dan

    pemanfaatan sarana produksi dan distribusi itu untuk memperoleh laba dalam situasi pasar yang

    kompetitif. ( Milton H. Spencer, Contemporary Macro Economics, New York : Worth Publishers, 1977,

    62)

    10An-Nabhani. 2001.Nizham Al-Islam . Tanpa Tempat Penerbit : Mansyurat Hizb Al-Tahrir, 28.

  • 8/14/2019 Makalah Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi Revisi

    5/10

    Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi@2008 5

    tamalluk). Bertitik tolak dari kebebasan kepemilikan inilah, lahir sistem ekonomi

    kapitalisme. Dari tinjauan historis dan ideologis ini jelas pula, bahwa paradigma

    sistem ekonomi kapitalisme adalah sekularisme.

    11

    Sekularisme ini pula yang mendasari paradigma cabang kapitalisme

    lainnya, yaitu paradigma yang berkaitan dengan kepemilikan, pemanfaatan

    kepemilikan, dan distribusi kekayaan (barang dan jasa) kepada masyarakat.

    Semuanya dianggap lepas atau tidak boleh disangkutpautkan dengan agama.

    Berdasarkan sekularisme yang menafikan peran agama dalam ekonomi,

    maka dalam masalah kepemilikan, kapitalisme memandang bahwa asal usuladanya kepemilikan suatu barang adalah terletak pada nilai manfaat (utility) yang

    melekat pada barang itu, yaitu sejauh mana ia dapat memuaskan kebutuhan

    manusia. Jika suatu barang mempunyai potensi dapat memuaskan kebutuhan

    manusia, maka barang itu sah untuk dimiliki, walaupun haram menurut agama,

    misalnya babi, minuman keras, dan narkoba. Ini berbeda dengan ekonomi Islam,

    yang memandang bahwa asal usul kepemilikan adalah adanya izin dari Allah

    SWT (idzn Asy-Syri) kepada manusia untuk memanfaatkan suatu benda. Jika

    Allah mengizinkan, berarti boleh dimiliki. Tapi jika Allah tidak mengizinkan

    (yaitu mengharamkan sesuatu) berarti barang itu tidak boleh dimiliki. Maka babi

    dan minuman keras tidak boleh diperdagangkan karena keduanya telah

    diharamkan Allah, yaitu telah dilarang kepemilikannya bagi manusia muslim.12

    Dalam masalah pemanfaatan kepemilikan, kapitalisme tidak membuat

    batasan tatacaranya (kaifiyah-nya) dan tidak ada pula batasan jumlahnya

    (kamiyah-nya). Sebab pada dasarnya sistem ekonomi kapitalisme adalah cermin

    dari paham kekebasan (freedom/liberalism) di bidang pemanfaatan hak milik.

    Maka seseorang boleh memiliki harta dalam jumlah berapa saja dan diperoleh

    dengan cara apa saja. Walhasil tak heran di Barat dibolehkan seorang bekerja

    dalam usaha perjudian dan pelacuran. Sedangkan ekonomi Islam, menetapkan

    adanya batasan tatacara (kaifiyah-nya), tapi tidak membatasi jumlahnya

    (kamiyah-nya). Tatacara itu berupa hukum-hukum syariah yang berkaitan

    dengan cara pemanfaatan (tasharruf) harta, baik pemanfaatan yang berupa

    kegiatan pembelanjaan (infaqul ml), seperti nafkah, zakat, shadaqah, dan hibah,

    maupun berupa pengembangan harta (tanmiyatul mal), seperti jual beli, ijarah,

    syirkah, shinaah (industri), dan sebagainya. Seorang muslim boleh memiliki

    harta berapa saja, sepanjang diperoleh dan dimanfaatkan sesuai syariah Islam.

    11An-Nabhani. 2001.Nizham Al-Islam. Tanpa Tempat Penerbit : Mansyurat Hizb Al-

    Tahrir.12

    An-Nabhani, Taqiy Al-Din. 1990.An-Nizham Al-Iqtishadi fi Al-Islam.. Beirut : Dar Al-

    Ummah. 35

  • 8/14/2019 Makalah Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi Revisi

    6/10

    Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi@2008 6

    Maka dalam masyarakat Islam tidak akan diizinkan bisnis perjudian dan

    pelacuran, karena telah diharamkan oleh syariah.

    Dalam masalah distribusi kekayaan, kapitalisme menyerahkannya kepada

    mekanisme pasar, yaitu melalui mekanisme harga keseimbangan yang terbentuk

    akibat interaksi penawaran (supply) dan permintaan (demand). Harga berfungsi

    secara informasional, yaitu memberi informasi kepada konsumen mengenai siapa

    yang mampu memperoleh atau tidak memperoleh suatu barang atau jasa. Karena

    itulah peran negara dalam distribusi kekayaan sangat terbatas. Negara tidak

    banyak campur tangan dalam urusan ekonomi, misalnya dalam penentuan harga,

    upah, dan sebagainya. Metode distribusi ini terbukti gagal, baik dalam skala

    nasional maupun internasional. Kesenjangan kaya miskin sedemikian lebar.

    Sedikit orang kaya telah menguasai sebagian besar kekayaan, sementara

    sebagian besar manusia hanya menikmati sisa-sisa kekayaan yang sangat

    sedikit.13

    Dalam ekonomi Islam, distribusi kekayaan terwujud melalui mekanisme

    syariah, yaitu mekanisme yang terdiri dari sekumpulan hukum syariah yang

    menjamin pemenuhan barang dan jasa bagi setiap individu rakyat. Mekanisme

    syariah ini terdiri dari mekanisme ekonomi dan mekanisme non-ekonomi.

    B. Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi dalam konteks EkonomiModern

    1. Sasaran dan Kebijakan dalam Ekonomi IslamAda lima sasaran kebijakan yang bisa ditarik dari postulat-postulat etika ekonomi

    Islam, yaitu :

    a. Kebebasan Individub. Keadilan Distributifc. Pendidikan Universald. Pertumbuhan Ekonomie. Menciptakan Lapangan Kerja Secara Maksimal

    2. Taksonomi Instrumen Kebijakana. Institusi Kepemilikan Pribadib. Kebijakan Peningkatan Pertumbuhanc. Sistem Jaminan Sosial

    13Pada tahun 1985 misalnya, negara-negara industri yang kaya (seperti AS, Inggris,

    Perancis, Jerman, dan Jepang) yang penduduknya hanya 26 % penduduk dunia, menguasai lebih dari

    78 % produksi barang dan jasa, 81 % penggunaan energi, 70 % pupuk, dan 87 % persenjataan dunia

    (Rudolf H. Strahm, Kemiskinan Dunia Ketiga, Jakarta : CIDES, 1999, hlm. 8-9). Pada tahun 1985

    juga, pendapatan nasional (GNP) Indonesia besarnya adalah 960 dolar AS per orang setahunnya,

    sejumlah 80 % daripadanya merupakan nilai aktivitas ekonomi dari 300 grup konglomerat saja.

    Sedangkan selebihnya (hampir 200 juta rakyat) kebagian 20 % saja dari seluruh porsi ekonomi

    nasional (Republika, 28 Agustus 2000)

  • 8/14/2019 Makalah Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi Revisi

    7/10

    Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi@2008 7

    d. Masalah Kepemilikan Publik

    Karya Syed Nawad Haidir Naqvi ini diinspirasikan oleh karyaL. Robbin(1932), yang dirancang untuk menyoroti perbedaan pendekatan antara ilmu

    ekonomi (neo-klasik) positif dan ilmu ekonomi Islam yang menekankan

    pentingnya unsur etika dalam ilmu ekonomi Islam. Sementara Robin dan

    paradigma neo-klasik lain menolak peranan etika, para ekonomi Islam

    memandang itu mutlak sentral untuk menentukan keabsahan pernyataan-

    pernyataan ekonomi.

    Para ekonom klasik, Karl Menger di Austria, Stanley Jevons di Inggris,

    dan Leon Walras di Perancis, menciptakan ilmu ekonomi modern dengan teori

    marginal utility mereka, lalu enam puluh tahun kemudian, ketika terjadi Great

    Depression yang menggoncangkan teori neo-klasik, John Maynard Keynes

    membuat sintesis baru, teori ekonomi Negara-negara bangsa. Dalam teori ini,

    teori marginal utility neo-klasik merupakan sub-set, sebuah building block yang

    diperhalus kembali sebagai ilmu ekonomi mikro14. Teori ekonomi yang

    dibungkus di dalam asumsi-asumsi paradigma klasik dan neo-klasik patut

    diragukan pada situasi ini. Masalah dan tantangan yang dihadapi ahli ekonomi

    masa kini lebih kompleks, bahkan lebih fundamental, daripada yang dihadapi

    pendahulunya. Paradigma neo-klasik, individualistic, rasionalistik dan

    utilitarianistik yang menggiurkan yang diterapkan tidak hanya dibidang

    ekonomi, tapi juga, meningkat pada susunan relasi-relasi social, dari teman

    sampai keluarga. Paradigama neo-klasik bukan hanya mengabaikan dimensi

    moral, melainkan secara aktif menolak dimasukkannya dimensi moral tersebut.

    Yang sangat menarik dari tulisan-tulisannya, bahwa pemikiran dan

    kemampuannya yang selalu konsisten untuk mengangkat ajaran Islam sebagai

    suatu system yang komprehensif bagi kehidupan manusia, meskipun sikap

    pemikirannya itu membuat gentar para pengkritiknya yang cenderung dangkal

    dalam berfikir. Namun semua kritikan itu ditanggapi dengan lapang dada dan

    ilmiah, karena sebagian besar kritikan tersebut mempertanyakan nukilan tulisan

    yang jadi pokok bahasannya. Bisa jadi karya-karya Syed Nawad Haider Naqvi

    sebagai alternative jawaban atas berbagai persoalan yang sedang melanda umat

    Islam dalam bidang ekonomi.

    Pada karyanya yang sekarang menjadi bahan resensi ini akan sangat jelas

    ide-ide beliau dalam memaparkan persoalan ekonomi Islam dan mengecam

    paradigma klasik dan neo-klasik yang mengabaikan dimensi moral. Bahkan dia

    mengatakan bahwa kesuksesan atau tidaknya dunia ekonomi Islam ditentukan

    oleh sejauh mana nilai-nilai etika-religius itu diwujudkan dalam kehidupan riil.

    14Petter F. Drucker, The New Realities, Oxford, 1989, hal. 149

  • 8/14/2019 Makalah Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi Revisi

    8/10

    Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi@2008 8

    Disamping itu, untuk melengkapi gagasannya tentang ekonomi Islam juga telah

    ditulis karyanya, Ethics and Econimic : An Islamic Synthesis,15 dia berhasil

    mengembangkan suatu frame-work/bingkai analitik-sistematik yang berisisebagian besar nilai-etik-dasar Islam, yang bisa digunakan sebagai dasar dalam

    melakukan deduksi logis pedoman kebijakan ekonomi.

    3. Teori ekonomi Islam menurut Syed Nawad Haider NaqviMenurut Syed Nawad Haidir Naqvi, ekonomi Islam berakar pada

    pandangan dunia khas Islam dan premis-premis nilainya diambil dari ajaran-

    ajaran etik-sosial al-Quran dan Sunnah. Ekonomi Islam berpijak pada landasan

    hukum yang pasti yang mempunyai manfaat untuk mengatur masalah

    kemasyarakatan, sehingga hukum harus mampu menjawab segenap masalah

    manusia, baik masalah yang besar sampai sesuatu masalah yang belum dianggap

    masalah.16

    Sumber hukum yang diakui sebagai landasan hukum ekonomi Islam

    terdiri dari Al-Quran, Al-Hadits, Ijtihad, Qiyas, dan sumber hukum yang lain :

    Urf, Istihsan, Istishlah, Istishab dan Mashlaha Al-Mursalah.17

    Ekonomi syariah atau istilah lain orang menyebutnya dengan ekonomi

    Islam, merupakan suatu sistem perekonomian yang diatur berdasarkan syariat

    Islam, tentunya berpedoman kepada al-quran dan hadits. Orang awam sering

    membedakan, bahwa sistem ekonomi kapitalis-liberal dibangun dengan prinsip

    menang-kalah. Siapa yang kuat dialah yang mendominasi dan dialah yang jaya,

    sedangkan ekonomi islam atau ekonomi syariah mempunyai prinsip

    kebersamaan, dan yang lebih penting rekomendasi langsung dari pemegang

    otoritas, yaitu Allah SWT. Oleh karena itu, Al-Quran dan Sunnah menjadi

    referensi yang mutlak.18

    Islam sebagai way of life, menyatukan dua dimensi alam pada dirinya,

    yaitu materiil dan immateriil (duniawi dan ukhrawi). Kedua implikasi tersebut

    perimplikasi pada sebuah tanggung jawab bagi penganutnya, yaitu rewardatau

    punishment dari Allah, aturan secara lengkap di sinyalir dalam al-Quran dan

    hadits sebagai pedoman utamanya. Oleh karena itu, dalam Islam, segala hal yang

    terkait dengan kepentingan ummat diatur didalamnya, mulai dari hubungan

    dengan Tuhan, hingga hubungan interaksi kepada sesama umat manusia dan

    makhluk lainnya, dengan berbagai aturan dan tata caranya yang disusun secara

    tertib dan rapi. Sehingga keberadaan Islam sebagai rahmatan lil alamin bagi

    ajaran-ajarannya itu tidak dapat di pungkiri lagi, tidak hanya mengatur masalah

    15 Syed Nawab Haider Naqvi,Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Pustaka Pelajar, Cetakan I, 2003, hal. 516 Nurcholis Majid,Islam Doktrin dan Peradapan, Paramadina, Jakarta, 1992, hal. 31917

    Heri Sudarsono,Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Ekonesia, Yogyakarrta, 2002, 2518

    Abdullah Abdul Husain at-Tariqi,Ekonomi Islam Prinsip, Dasar, dan Tujuan, Insania Pres, 2004, ha.

    15

  • 8/14/2019 Makalah Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi Revisi

    9/10

    Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi@2008 9

    ritual saja antara hamba dan Tuhannya, tapi juga mengatur masalah masalah

    sosial yang ada.19

    3. Restrukturisasi Sistem Ekonomi

    a. Mekanisme Pemikiran Syed Nawab Haider Naqvi

    b. Landasan Pemikiran Syed Nawab Haider Naqvi

    4. Visi EkonomiC. Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi dalam konteks Ekonomi

    Modern

    D. Pendapat Presensi

    III

    KESIMPULAN

    Ilmu Ekonomi syariah atau istilah lain orang menyebutnya dengan ilmu

    ekonomi Islam, merupakan suatu sistem perekonomian yang diatur berdasarkan

    syariat Islam representatif dalam masyarakat muslim modern, tentunya berpedoman

    kepada al-quran dan hadits. Berdasarkan komposisinya, ia bersifat normatif, bukan

    bersifat positif sebagaimana ilmu ekonomi neo-klasik. Orang awam sering

    membedakan, bahwa sistem ekonomi neo-klasik identik kapitalis-liberal dibangun

    dengan prinsip menang-kalah. Siapa yang kuat dialah yang medominasi dan dialah

    yang jaya, sedangkan ekonomi lslam atau ekonomi syariah mempunyai prinsip

    kebersamaan, dan yang lebih penting rekomendasi langsung dari pemegang otoritas,

    yaitu Allah SWT.

    19Imaduddin Yuliadi,Ekonomi Islam Sebuah Pengantar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 10

  • 8/14/2019 Makalah Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi Revisi

    10/10

    Pemikiran Ekonomi Islam Syed Nawab Haider Naqvi@2008 10

    BIBLIOGRAPY

    Abdullah Abdul Husain at-Tariqi,Ekonomi Islam Prinsip, Dasar, dan Tujuan, Insania

    Pres, 2004

    Heri Sudarsno,Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Ekonesia, Yogyakarta.

    Imamuddin Yuliadi, Ekonomi Islam Sebuah Pengantar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

    2001.

    Nurcholis Majid,Islam Doktrin dan Peradapan, Paramadina, Jakarta, 1992.

    Petter F. Drucker, The New Realities, Oxford, 1989.

    Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Pustaka Pelajar, Cetakn

    1, 2003