Revisi makalah Adi

download Revisi makalah Adi

of 32

Transcript of Revisi makalah Adi

BAB I PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin adalah Unit Pelaksana Tekhnis Direktorat Kenavigasian Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, dengan wilayah kerja mencakup 2 (dua) propinsi yaitu Propinsi Kalimantan Selatan dan Propinsi Kalimantan Tengah yang mana memiliki banyak Alur pelayaran yang melalui selat dan sungai-sungai besar diantaranya Selat Laut, sungai Barito, sungai Kahayan, Sungai Mentaya, Sungai Kotawaringin dan Sungai Kapuas. Melihat kondisi wilayah yang terdiri dari selat dan sungai besar dan kecil, tranportasi laut merupakan sarana angkutan yang sangat penting dalam upaya memperlancar kegiatan ekonomi, perdagangan barang maupun jasa serta informasi keseluruh wilayah tersebut. Untuk mewujudkan transportasi laut yang handal, maka aspek keselamatan pelayaran merupakan salah satu faktor yang sangat penting dengan penyediaan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) yang cukup dan terpelihara. Dengan demikian keberadaan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) harus dapat dipertahankan dan ditingkatkan keandalan dan kecukupannya, melalui pelaksanaan kegiatan operasi, pemeliharaan dan 1

perawatan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran serta peningkatan fasilitas penunjangnya seperti kapal dan bengkel serta sumber daya manusianya yang merupakan kewajiban Pemerintah untuk dapat dipergunakan setiap saat oleh pengguna jasa kenavigasian.

B.

MAKSUD DAN TUJUAN 1. MAKSUD Makalah ini dibuat untuk memenuhi sebagian syarat administrasi dalam rangka mengikuti ujian penyesuaian ijazah tingkat sarjana

tahun 2011 di lingkungan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan disisi lain dapat memberikan gambaran tentang pentingnya peningkatan keandalan dan kecukupan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) bagi Kinerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin. 2. TUJUAN Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana upaya peningkatan keandalan dan kecukupan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) dalam usaha meningkatkan kinerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin ditinjau dari : A. B. Aspek Operasional Aspek kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia.

2

C.

PERMASALAHAN Dari data yang terhimpun selama 1 (satu) tahun terakhir, dapat diprosentasikan tingkat keandalan dan kecukupan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) terlihat rendah sehingga perlu upaya untuk meningkatkan keandalan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran. Masih banyaknya keluhan dari para pengguna jasa Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) akibat tidak berfungsinya beberapa SBNP yang diakibatkan antara lain roboh, hilang, padam dan bergeser pada posisinya, yang pada gilirannya akan dapat membahayakan bagi keselamatan pelayaran. Berdasarkan fenomena tersebut diatas penulisan ini dirancang untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan sebagai berikut : Apakah upaya peningkatan kinerja Kenavigasian melalui perbaikan tingkat keandalan dan kecukupan khususnya pada Sarana Bantu Navigasi Pelayaran sudah dilaksanakan secara optimal oleh Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin ?.

D.

RUANG LINGKUP Ruang lingkup penulisan makalah ini dibatasi khusus untuk kegiatan pemeliharaan dan perawatan khususnya pada Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) milik Direktorat Jenderal Perhubungan Laut pada wilayah kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarnasin, yang terdiri dari :

3

a. b. c.

Menara Suar Rambu Suar Pelampung Suar

: : :

10 Unit 47 Unit 13 Unit

Adapun variable-variable yang ada diukur yang berkaitan dengan peningkatan keandalan dan tingkat kelainan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) adalah : 1. 2. Aspek Operasional Aspek kualitas san kuantitas Sumber Daya Manusia.

Dengan ketentuan bahwa penelitian ini berorientasi pada wilayah Kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Kenavigasian Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

E.

METODELOGI Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah mengunakan metode deskriftif, menurut Hadari Nawawi dalam bukunya Metode Penelitian Bidang Sosial (1985 ; 63 ) : Penelitian adalah prosedur pencarian masalah yang diselidiki dengan

mengambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian ( Seorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adannya. Sedangkan berdasarkan Taliziduhu Ndara dalam bukunya Disain Riset dan Teknis Penyusunan Karya Ilmiah (1987 ; 3 ). Menyatakan bahwa : 4

Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menekan sejelasjelasnya suatu variable yang kata lain penelitian diskriftif tidak memerlukan hipotesis, karena pedomannya penelitian ini bersipat menuturkan dan menafsirkan data sebagaimana adanya. Metode Penulisan makalah ini didasarkan atas dasar pemikiran dan dasar-dasar penelitian yang dilakukan bersifat menggambarkan fenomena yang dilakukan sebagaimana adanya upaya dan faktor-faktor nampak dalam penulisan ini. Dalam penulisan makalah ini telah dilakukan beberapa metode penelitian uantuk mendapatkan data yang diperlukan antara lain, sebagai berikut : 1. Metode Penelitian Lapangan, yaitu meliputi : a. Wawancara Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan Kepala Seksi Operasi Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin. b. Observasi Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap lokasilokasi penempatan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) di wilayah kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin. 2. Metode Penelitian Kepustakaan

5

Dilakukan dengan menganalisa buku-buku antara lain buku-buku peraturan dan buku-buku pedoman berkaitan dengan masalah makalah ini.

F.

SISTIMATIKA PENULISAN Penyusunan makalah ini disusun dengan sistimatika sebagai berikut : BAB I : Pada Bab ini berisi dan menguraikan tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan, permasalahan, ruang lingkup, metodelogi dan sistimatika penulisan ; BAB II : Pada Bab ini berisi dan menguraikan tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi serta data dukung; BAB III : Pada Bab ini merupakan pokok tentang masalah yaitu analisa dan jumlah masalah; BAB IV : Sebagai Bab penutup, penulis menyajikan kesimpulan dan saran.

BAB II GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENULISAN

A.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI 6

1. TUGAS POKOK Sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor. KM 30 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik Navigasi Banjarmasin mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, pengoperasian, pengadaan dan pengawasan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, serta kegiatan pengamatan laut, survei hidrografy, pemantauan alur dan perlintasan dengan mengunakan sarana instalasi untuk kepentingan keselamatan pelayaran. 2. FUNGSI 1. Penyusunan rencana dan program pengoperasian, serta pengawasan sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran, kapal negara kenavigasian, fasilitas pangkalan, bengkel, pengamatan laut dan survei hidrografi serta pemantauan alur dan perlintasan; 2. Penyusunan rencana kebutuhan dan pelaksanaan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penghapusan perlengkapan dan peralatan untuk sarana bantu navigasi pelayaran, telekomukasi pelayaran, kapal negara kenavigasian, fasilitas pangkalan, bengkel, pengamatan laut dan survei hidrografi, serta pemantauan alur dan perlintasan;

7

3.

Pelaksanaan program pengoperasian dan pemeliharaan sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran, kapal negara kenavigasian, dan fasilitas pangkalan serta bengkel;

4.

Pelaksanaan pengamatan laut dan survei hidrografi, serta pemantauan alur dan perlintasan;

5. 6.

Pelaksanaan urusan logistik; Pelaksanaan analisis dan evaluasi pengoperasian, pengawakan dan pemeliharaan sarana bantu navigasi pelayaran,

telekomunikasi pelayaran, kapal negara kenavigasian, fasilitas pangkalan, bengkel, pengamatan laut, survei hidrografi, serta pemantauan alur dan perlintasan; 7. Pelaksanaan urusan keuangan, kepegawaian, ketatausahaan dan kerumahtanggaan, hubungan masyarakat, pengumpulan dan pengolahan data, dokumentasi serta penyusunan laporan

B.

STRUKTUR ORGANISASI Dalam menjalankan fungsinya Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin, mempunyai Struktur Organisasi yang telah ditetapkan sesuai dengan

8

Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor. KM 30 Tahun 2006, tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik Navigasi . Uraian Tugas : 1. Kepala Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin Mengkordinir semua unit yang berada di bawahnya. Mengadakan koordinasi dengan semua instansi yang terkait. Melaksanakan tugas sehari-hari Distrik Navigasi Kelas II

Banjarmasin sesuai kebijaksanaan yang ditentukan oleh Dirjen Perhubungan Laut. Mengawasi dan membina segala aktifitas pekerjaan yang telah

direncanakan. Mengadakan pembinaan kepada bawahannya. Membina dan menyelenggarakan status serta urutan

kepegawaian yang ada dalam wewenangnya menurut ketentuan Dirjen Perhubungan Laut. Menyelenggarakan ketertiban dan keamanan secara umum. Membina organisasi dan tenaga pelaksananya. Merencanakan anggaran biaya rutin maupun biaya rehabilitasi

melalui sistem hirarki. Menyiapkan, memelihara, mengarahkan segala sarana dan

prasarana untuk kepentingan dinas secara efektif dan efisien. 2. Kepala Sub. Bagian Tata Usaha 9

-

Mengkoordinir dan membina unsur-unsur di bawahnya. Mneyususn perencanaan ketatausahaan umum, kepegawaian,

keuangan, laporan, statistik meliputi teknis administrasi. Melaksanakan semua aktivitas ketetusahaan, kesejahteraan,

kepegawaian, dan laporan. Mewakili Kepala Distrik Navigasi apabila berhalangan. Melaporkan secara rutin hasil tugas-tugas yang telah

dilaksanakan. 3. Kepala Seksi Operasi Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program, pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran, kapal begara, bengkel, laboratorium dan asrama punggahan. 4. Kepala Seksi Logistik Merencanakan dan mengatur pengadaan suku cadang,

perlengakapan dan peralatan dan termasuk kebutuhan bahan bakar minyak pelumas mesin. Menerima, menyimpan, mengurus, dan menjaga keselamatan

suku cadang perlengakapan dan peralatan yang telah disediakan. Menginventariskan dan mengusulkan barang-barang yang akan

diadakan kepada Kepala Distrik Navigasi.

10

-

Mengumpulkan, menghimpun, mendata dan melaporkan

tentang pengadaan barang-barang perlengkapan, peralatan, bahan bakar dan lain-lainnya. Menyusun Daftar Usulan Kegiatan (DUK) serta Petunjuk

Operasional Kegiatan (POK). 5. Kepala Kelompok SBNP (Sarana Bantu Navigasi Pelayaran) Mengkoordinir dan membina Teknisi Menara Suar (TMS),

Penjaga Menara Suar (PMS). TMS. Merencanakan dan mengatur perawatan, penggunaan dan Mengatur dan merencanakan penggantian petugas PMS dan

perbaikan SBNP. 6. Kepala Kelompok Kapal Negara (KN) 7. Merencanakan pengoperasian Kapal Negara dan Crewnya. Menyusun perencanaan perawatan kapal (docking). Menyusun dan melaporkan kegiatan kapal.

Kepala Kelompok Stasiun Radio Pantai (SROP) Mengatur dan merencanakan pengoperasian telekomunikasi pelayaran. Mengadakan pengawasan atas terselenggaranya pengiriman

dan penyampaian berita yang dikirim atau yang diterima.

11

-

Mengkoordinir,

membina,

memberikan

tugas

kepada

bawahannya. Mengatur dan mengkoordinasikan penerimaan berita dan telex. Menyusun perencanaan telekomunikasi dan melaporkan

kepada Kadisnav. ETP. 8. Kepala Kelompok Laboratorium Pengamatan Laut Menentukan posisi penempatan SBNP. Mengkoordinir dan membina anak buah. Mengadakan survey di laut adanya tanda-tanda bahaya. Mengadakan koordinasi dengan bengkel dalam menangani Membuat laporan kegiatan selama satu bulan dan dilaporkan ke

pekerjaan. 9. Mengevaluasi dan melaporkan pekerjaan kepada Kadisnav.

Kepala Kelompok Bengkel Membina, mengkoordinir dan memberikan tugas kepada

bawahannya. Meneliti kerusakan, melaksanakan perbaikan dan mengerjakan

pembuatan alat-alat sarana bantu navigasi. Mengajukan daftar permintaan. Mengevaluasi dan melaporkan pekerjaan kepada Kadisnav.

12

10.

Instalasi Merupakan sarana penunjang teknis kenavigasiaan yang berada di lingkungan Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin, instalasi terdiri dari :

a. b. c. d. e. f.

Menara suar ; Stasiun Rambu Radio; Stasiun Radio Pantai; Kapal Negara; Bengkel; Laboratorium Pengamatan Laut

C.

DATA DUKUNG Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran adalah Peralatan atau sistem yang berada diluar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi bernavigasi kapal dan/ atau lalu lintas kapal. Didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2000 tentang Kenavigasian menyatakan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) adalah Sarana yang dibangun atau terbentuk secara alami yang berada diluar kapal yang berfungsi sebagai membantu navigator dalam menentukan posisi dan/ atau haluan kapal serta memberitahukan bahaya dan/ atau rintangan pelayaran untuk kepentingan keselamatan pelayaran. 13

Jumlah Sarana bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) diwilayah kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin, tetap bersuar (Fixed Light) yang dioperasikan dalam menunjang keselamatan pelayaran pada saat ini adalah : Menara Suar sebanyak 10 Unit dan Rambu Suar sebanyak 47 Unit serta pelampung suar 13 unit. Panjang garis pantai Republik Indonesia : 41.628 Mil laut

membentang dari Sabang sampai Merauke, dimana ditetapkan setiap 100 Mil garis pantai diperlukan 8 unit Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) tetap (Fixed Light) atau sama dengan setiap 12 Mil laut terpasang 1 (satu) unit Sarana Bantu Navigasi Pelayaran. Tingkat kecukupan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) di wilayah kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin masih rendah juga, tingkat keandalannya masih belum memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh International Association of Marine Aids to Navigation and Light House Authority (IALA) yang menyebutkan 1. 2. 3. Tingkat keandalan minimum menara suar Tingkat keandalan minimum Rambu suar = 99,5 % = 99 % 97 %

Tingkat keandalan minimum Pelampung suar =

14

BAB III PEMBAHASAN

A.

ANALISA MASALAH Belum tercapainya sasaran dibidang operasioanal, pemeliharaan dan rehabilitasi yang meliputi program-program phisik antara lain disebabkan banyaknya dan seringnya laporan mengenai tidak berfungsinya Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) di wilayah kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin akibat rusak karena alam, roboh karena ditabrak kapal dan tongkang, hilang karena dicuri orang yang tidak bertanggung jawab, padam dan lain sebagainya mengakibatkan tingkat keandalan dan kecukupan masih dibawah standar yang telah ditetapkan oleh International Association of

Marine Aids to Navigation and Light House Authority (IALA). Dalam upaya untuk meningkatkan keandalan dan kecukupan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) terlebih dahulu perlu dikemukakan

pengertian mengenai kebutuhan, keandalan serta kecukupan.

15

1.

Kebutuhan : Jumlah sarana dan prasarana kenavigasian yang harus dipenuhi.

2.

Kecukupan : Tingkat pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kenavigasian.

3.

Keandalan : Tingkat kemampuan sarana dan prasarana untuk menjalankan fungsi/pelayanan sesuai yang ditetapkan atau kegunaannya.

Kebutuhan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) Tetap Bersuar. Formula : Panjang garis pantai Kebutuhan SBNP Tetap Bersuar = ____________________ Jarak penempatan antar SBNP Keterangan : > > Panjang garis pantai Jarak Penempatan antar SBNP : : 41.628 Mil Laut 12 Mil Laut

Dimana : > > Jarak tampak suar utama Jarak tampak suar menengah : : 20 Mil Laut 10 Mil Laut

16

>

Jarak tampak suar kecil

:

6 Mil Laut

______________________________________________________ JUMLAH : 36 Mil Laut Jarak tampak rata-rata = 36 / 3 = 12 Mil Laut

Kecukupan SBNP Bersuar Formula : SBNP Tetap Bersuar Terpasang KECUKUPAN = ________________________ Kebutuhan SBNP Tetap Bersuar X 100 %

Keandalan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) :

Keandalan SBNP = 100 % - % Jumlah Hari Kelainan

Jumlah Hari Kelainan/SBNP Tidak Berfungsi % Hari Kelainan = __________________________________ Jumlah SBNP Bersuar x Hari Periode

X 100 %

17

DATA LAPORAN BULANAN KEANDALAN SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN (SBNP) diWilayah Kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin : Hari kelainan SBNP di Propinsi Kalimantan Tengah Hari kelainan SBNP di Propinsi Kalimantan Selatan Hari kelainan SBNP bulan Desember Tahun 2010 Jumlah SBNP = = = = 13 90 103 70 hari hari hari buah

Jumlah hari kealainan SBNP di wilayah Kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin yaitu : 103 _______ 70 X 31 103 X 100 % = ________ 2,170 X 100% = 4,75 %

Tingkat Keandalan SBNP di Wilayah Kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin yaitu :

100 % - 4,75 %

= 95,25 %

Garis Pantai Wilayah Kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin = 1.137 Mil Laut 8 SBNP Jumlah Kecukupan SBNP = ___________ X 1.137 Mil = 90,96 100 Mil SBNP yang dibutuhkan SBNP yang ada DSI/belum ada SBNP yang ada pisiknya Ramsu Roboh/tidak ada posisi Pelsu tidak ada diposisi = 91,00 buah = 70,00 buah = 70,00 buah = = 4,00 buah 6,00 buah 18 = 91 Buah

SBNP Padam/rusak Jumlah SBNP tidak berfungsi

= =

8,00 buah 18,00 buah

70 Tingkat Kecukupan SBNP = ----- X 100 % 91

= 76,92 %

Beberapa Faktor penyebab yang mempengaruhi tingkat Keandalan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) diwilayah kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin, antara lain : 1. 2. 3. Pencurian dan pengrusakan Tertabrak kapal / Tongkang Kondisi alam yang mengakibatkan kelainan SBNP seperti roboh, hanyut/ bergeser , tenggelam dan sebagainya. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kurangnya peran aktif para Pandu dan nakhoda kapal. Terbatasnya Anggaran Bengkel Kenavigasian belum berfungsi secara optimal Belum mempunyai Dermaga sendiri untuk armada Kapal Negara Luasnya Wilayah Kerja. Kemampuan/kulailas dan kuantitas Sumber Daya Manusia yang belum mencukupi.

B.

PEMECAHAN MASALAH

19

Dengan memahami kondisi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) saat ini dan sebagaimana telah dikemukakan diatas, diperlukan langkah kajian dalam rangka upaya program peningkatan keandalan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran sehingga tingkat keandalan berupa prosentasi hari berfungsinya SBNP dapat tercapai dan/atau dapat ditingkatkan. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi SBNP dapat di bagi dalam 2 (dua) aspek utama, yaitu : 1. 2. Aspek Operasional Aspek Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Kedua Aspek utama dimaksud dapat diuraikan dengan analisa kajian sebagai berikut: 1. Aspek Operasional A. Pencurian dan/atau Pengrusakan Hingga saat ini secara umum pada setiap Alur Pelayaran di wilayah kerja Distrik Navigasi Kelas II

Banjarmasin masih terjadi kelainan SBNP yang disebabkan antara lain karena dicuri atau dirusak khususnya terhadap SBNP Visual, Hal tersebut terjadi karena kurangnya

pengamanan instalasi dan kurangnya kesadaran masyarakat disekitar akan arti pentingnya SBNP. Upaya yang harus ditempuh Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin untuk mengatasi hal tersebut diatas, antara lain : 20

1)

Mengumumkan melalui Maklumat Pelayaran (MAPEL) akan kondisi SBNP tersebut kepada seluruh kapal

melalui Notice to Marines (NTM) / Berita Pelaut Indonesia (BPI); 2) Memfungsikan kembali SBNP tersebut ; 3) 4) Memasang pengaman pada instalasi tersebut Mengumumkan kepada semua kapal bahwa SBNP telah berfungsi kembali melalui NTM / Berita Pelaut Indonesia (BPI); 5) Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang arti pentingnya SBNP bagi keselamatan Pelayaran; 6) Peningkatan frekwensi inspeksi/perawatan dengan dukungan kapal negara kenavigasian.

B.

Tertabrak Kapal/Tongkang Kondisi kelainan Sarana bantu Navigasi Pelayaran juga dapat disebabkan oleh kejadian tertabrak oleh kapal atau

tongkang. Tertabraknya Sarana Bantu Navigasi Pelayaran adalah dimana SBNP ditabrak oleh kapal dengan tidak diketahui oleh siapa kapal penabraknya ( tidak bertanggung jawab/tabrak lari).

21

Secara umum tabrak lari diantarannya disebabkan karena kesalahan navigator sebagai akibat kurangnya kecakapan pelaut dari yang bersangkutan. Upaya yang harus ditempuh untuk mengatasi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran yang ditabrak lari adalah dengan : 1). Mengumumkan melalui Maklumat Pelayaran (MAPEL) akan kondisi SBNP tersebut kepada seluruh kapal melalui Notice to Marines (NTM) / Berita Pelaut Indonesia (BPI); 2) Memfungsikan kembali SBNP tersebutdan

mengumumkannya apabila sudah berfungsi kembali; 3) Mengumumkan kepada semua kapal agar lebih peduli dengan keberadaan SBNP (melalui MAPEL); 4) Mengupayakan/melacak kapal penabrak tersebut

melalui berkoordinasi dengan pihak ADPEL/KANPEL setempat dan pihak keamanan; 5) Mengoptimalkan Kapal Negara dan SROP (Stasiun Radio Pantai) untuk memonitor dan/atau mancari informasi lebih jauh guna mengetahui kapal penabrak SBNP tersebut.

22

C.

Kondisi Alam yang mengakibatkan Kelainan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) menjadi Roboh,bergeser/hanyut dan sebagainya. Sebagaimana diketahui bahwa kondisi alam seperti badai, ombak besar dan lain sebagainya adalah sesuatu yang tidak dapat diprediksikan akan tetapi sering terjadi. Kekuatan alam ini jika timbul sering kali menjadi penyebab kelainan SBNP (roboh, bergeser/hanyut, dbs) meskipun secara teknis telah diperhitungkan kemampuan SBNP, akan tetapi kekuatan alam sering lebih besar dari pada prediksi manusia. Upaya-upaya yang harus ditempuh untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan : 1) Mengumumkan melalui Maklumat Pelayaran (MAPEL) akan kondisi SBNP tersebut kepada seluruh kapal melalui Notice to Marines (NTM) / Berita Pelaut Indonesia (BPI); 2). Mengevaluasi kondisi selanjutnya diadakan reposisi / penempatkan kembali SBNP pada posisi semula dan memfungsikan kembali dengan langkah perbaikan jika terdapat kerusakan pada instalasi SBNP tersebut; 3) Mengumumkan kepada semua kapal bahwa SBNP telah berfungsi kembali melalui Notice to Marines/NTM/BPI. 23

D.

Kurangnya peran aktif para Pandu dan Nahkoda kapal. Faktor ini merupakan faktor yang paling dominan

dalam hal menjaga keandalan Sarana bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) diseluruh alur pelayaran di wilayah kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin. Tanpa adanya peran aktif dari Pandu dan para Nahkoda kapal maka mustahil keandalan SBNP dapat beroperasi secara optimal. Dari pengalaman yang ada di alur pelayaran Muara Sungai Barito dan alur lainya bahwa peran Pandu dan Nahkoda kapal selalu selalu tutup mata dan mulut apabila terjadi insiden tertabraknya SBNP. Padahal mereka setiap hari melintasi alur tersebut, disisi lain Pemerintah dituntut untuk dapat menyediakan dan mencukupi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP).

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal ini dengan : 1) Mengadakan koordinasi dengan ADPEL, PT.

PELINDO III dan Pengurus INSA mengenai Sarana Bantu Navigasi Pelayaran; 2) Mengadakan Sosialisasi betapa pentinganya Sarana Bantu Navigasi Pelayaran kepada masyarakat pesisir, nelayan dan penguna jasa pelayaran; 24

3)

Mengoptimalkan

Kapal

Negara

dalam

menjaga

keamanan SBNP melalui patroli secara kontinyu dan berkesinambungan pelayaran. agar terciptanya keselamatan

E.

Terbatasnya Anggaran Sebagimana telah kita ketahui bahwa sumber utama dalam meningkatkan keandalan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) adalah tersedianya dana yang mencukupi. Oleh karena itu dengan terbatasnya dana / anggaran yang tersedia maka terkendala pula upaya untuk meningkatkan keandalan SBNP. Hal ini terjadi meningkat pada saat ini kemampuan pemerintah memang sangat terbatas, sedangkan pada sisi lain kondisi SBNP ,memerlukan anggaran yang sangat besar untuk memenuhi ketentuan standar IMO dan IALA yang memang harus dipenuhi persyaratan itu oleh

Indonesia yang merupakan konsekwensi logis sebagai negara maritim yang telah menanda tangani dan meratifikasi UNCLOS 1982 (United Nations Convention on the Law of the Sea). Untuk itu Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin harus menggunakan anggaran yang ada secara efektif dan efisien

25

dengan mengedepankan prioritas.

F.

Bengkel Kenavigasian belum berfungsi secara Optimal Sampai saat ini bangunan Bengkel di Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin belum memadai, dibandingkan dengan Distrik lainya ditambah tenaga bengkel belum mempunyai keahlian dibidangnya. Upaya yang harus ditempuh untuk mengatasi hal ini dengan : 1) Mengajukan usulan kebutuhan gedung bengkel dan peralatan bengkel melalui DIPA; 2) 3) Memanfaatkan peralatan yang ada secara maksimal; Melaksanakan pelatihan-pelatihan Intern terutama bagi teknisi di lingkungan Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin.

G.

Belum memiliki Dermaga Sendiri untuk Armada Kapal Negara Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin. Akibat belum adanya atau tersedianya dermaga sendiri maka kapal-kapal Negara milik Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin sandar dan bongkar muat untuk kepentingan pemeliharaan Sarana Bantu Navigasi Kelas II Banjarmasin

26

dan gilir tugas Aflosing Penjaga Menara Suar dilaksanakan di Dermaga milik PT. Pelindo III Banjarmasin, bila dermaga PT.Pelindo III Banjarmasin sedang penuh kapal yang sandar, terpaksa harus menunggu hingga dermaga kosong. Upaya yang harus ditempuh untuk mengatasi hal tersebut dengan : 1) 2) Mengajukan usulan kebutuhan dermaga melalui DIPA; Mengadakan kordinasi dengan pihak terkait ( PT. Pelindo III Banjarmasin) guna mendapatkan prioritas tempat sandar bagi kapal Negara Kenavigasian milik Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin.

H.

Luasnya Wilayah Kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin. Kinerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin meliputi 2 (dua) provinsi yaitu Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah yang mana memiliki banyak Alur pelayaran yang melalui selat dan sungai besar diantaranya Selat Laut, sungai Barito, sungai Kahayan, Sungai Mentaya, Sungai Kotawaringin dan Sungai Kapuas, dimana mempunyai karekteristik masalah alur yang sempit dan proses

sedimentasinya tinggi. 27

Melihat kondisi wilayah yang terdiri dari selat dan sungai besar dan kecil, transportasi laut merupakan sarana angkutan yang sangat penting dalam upaya memperlancar kegiatan ekonomi, perdagangan barang maupun jasa serta informasi keseluruh wilayah tersebut. Agar terciptanya transportasi laut yang handal, maka aspek keselamatan pelayaran merupakan salah satu faktor yang sangat penting dengan penyediaan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) yang cukup dan terpelihara diwilayah kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin Upaya yang harus ditempuh untuk mengatasi hal tersebut dengan : 1) Memaksimalkan dan / anggaran yang tersedia dalam DIPA sesuai skala prioritas, serta membuat rencanarencana kerja kenavigasian yang tepat dan maksimal; 2) Mengajukan usulan kelengkapan Sarana dan Prasarana melalui DIPA 3) 4) Terus mengoptimalkan Kapal Negara Kenavigasian; Mensosialisasikan betapa pentingnya Saran Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) kepada Instansi terkait dan masyarakat, guna terciptanya keselamatan pelayaran.

28

2.

Aspek Kurangnya Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) Sebagimana diketahui bahwa peningkatan Keandalan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia ( SDM) Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin. Kualitas disini diartikan bahwa sumber daya manusia dimaksud mempunyai kecakapan dan keterampilan tinggi, menginggat

kenavigasian bersifat sangat teknis dan terikat oleh mandatory berupa standar-standar Internasional. Sedangkan Kuantitas sumber daya manusia diartikan bahwa dalam operasionalisasi kenavigasian diawaki oleh sumber daya manusia secara jumlah dipandang cukup. Pada saat ini terkendalanya upaya peningkatan keandalan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) dikarenakan kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia. Upaya yang harus ditempuh untuk mengatasi hal ini dengan : 1) 2) Mengusulkan adanya tambahan Diklat Tekhnis Kenavigasian; Memenuhi kebutuhan dan kecukupan sumber daya manusia (SDM) untuk jabatan teknisi tertentu disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah dibidang sumber daya manusia (SDM) 29

3)

Meningkatkan pembinaan/motivasi serta meningkatkan insentif bagi Teknisi kenavigasian.

4)

Mengusulkan pemerataan Diklat bagi teknisi, sehingga Diklat benar-benar diperuntukan bagi teknisi yang tepat khususnya Diklat Keluar Negeri baik secara konsekwensi bantuan negara asing dalam rangka Transfer of technology maupun yang diklat-diklat lain yang dibiayai oleh Pemerintah.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A..

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa serta kajian tentang peningkatan kinerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin melalui perbaikan tingkat keandalan khususnya Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat keandalan SBNP di wilayah kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin diharapkan dapat mengalami peningkatan dari sebelumnya. Upaya Peningkatan Keandalan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) melalui peningkatan kinerja operasional harus disertai pelaksanaan evaluasi yang berkesinambungan secara terukur sesuai tolak ukur / indikator kinerja yang ditetapkan serta dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya 30

agar program atau upaya peningkatan keandalan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) dapat berjalan secara efektif dan efisien dalam rangka mewujudkan terciptanya keselamatan pelayaran di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, khususnya di wilayah kerja Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin.

B.

SARAN - SARAN Dari kesimpulan tersebut diatas, bersama ini Penulis mengajukan beberapa saran untuk menjadi catatan dan masukan bagi Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin, sebagai berikut : 1. Perlu lebih ditingkatkan lagi sosialisasi tentang arti pentingnya Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) kepada Masyarakat disekitar pantai, masyarakat Nelayan, masyarakat penguna jasa pelayaran, Pemerintah Daerah, Unsur Keamanan dan terus berkoordinasi dengan instansi terkait dan pihak keamanan terhadap Sarana Bantu Navigasi Pelayran (SBNP). 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) yang profesional, handal, tangguh dan bertanggung jawab di lingkungan Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin melalui Diklat yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, yang diadakan didalam maupun Luar Negeri agar dapat menjawab tantangan serta transfer teknologi baru di bidang Kenavigasian. 31

3.

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknogi maka diharapkan kedepan agar semua Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) dipasang alat deteksi atau sejenisnya sehingga keberadaan atau

kondisi fisik SBNP tersebut dapat dimonitor dari jarak jauh setiap saat.

32